PENERAPAN METODE DISKUSI BUZZ GROUP UNTUK MEMUNCULKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH :Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung.

(1)

PENERAPAN METODE DISKUSI BUZZ GROUP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Jurusan Pendidikan Sejarah

Novia Intanita

0802826

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

i

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Penerapan Metode Diskusi Buzz Group Untuk

memunculkan Kemampuan Berargumentasi Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung)”. Tujuan

penelitian ini adalah untuk memunculkan kemampuan berargumentasi siswa dengan mengaitkan materi sejarah dengan peristiwa kekinian dalam proses belajar mengajar. Hal ini dikarenakan keaktifan siswa kurang selama proses belajar mengaja. Kurangnya kreativitas guru dalam mengembangkan pembelajaran di kelas dan guru jarang mengembangkan kemampuan berargumentasi dalam pembelajaran sejarah. Hal tersebut menyebabkan peneliti merasa perlu untuk memperbaiki kondisi pembelajaran di kelas XI IPS 3 melalui penerapan metode diskusi buzz group untuk memunculkan kemampuan berargumentasi siswa dalam pembelajaran sejarah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Melalui PTK dapat menjawab masalah-masalah yang terjadi pada saat pembelajaran. Prosedur yang dilakukan pada penelitian ini mengacu pada model Kemmis dan Mc.Taggart merupakan satu tindakan satu siklus, yang dimulai dengan perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Data penelitian diperoleh melalui observasi terbuka, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini terdiri dari lima siklus dan lima tindakan. Hasil penelitian yang penulis peroleh menunjukan bahwa pembelajaran sejarah dengan menerapkan metode diskusi buzz group untuk memunculkan kemampuan berargumentasi siswa. Penerapan metode pembelajaran tersebut dapat menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, serta terarah dengan melibatkan siswa secara aktif melalui kegiatan diskusi. Penerapan metode diskusi buzz group memunculkan kemampuan berargumentasi siswa, dan yang menjadi fokus penelitian, ternyata penerapan metode ini dapat memberikan dampak ganda yang cukup baik, yakni dalam hal peningkatan keaktifan siswa dan minat belajar siswa terhadap pembelajaran sejarah. Hal ini terlihat dari hasil pengolahan data dengan keaktifan siswa pada saat pembelajaran berlangsung, keterlibatan dan keaktifan siswa menunjukan peningkatan dari tiap siklusnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung dapat disimpulkan, bahwa penerapan metode diskusi buzz group untuk memunculkan kemampuan berargumentasi dalam pembelajaran sejarah menunjukan tingkat keberhasilan. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang diperoleh, menunjukan peningkatan yang signifikan pada tiap siklusnya, baik dari hasil lembar observasi pada saat proses pembelajaran, keaktifan siswa dalam memunculkan kemampuan berargumentasi, dan menyenangi pembelajaran sejarah melalui penggunaan metode tersebut.


(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Definisi Operasional ... 8

1. Pembelajaran Sejarah dengan Menggunakan Metode Diskusi Buzz Group ... 8

2. Kemampuan Berargumentasi ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II PENERAPAN METODE DISKUSI BUZZ GROUP UNTUK MEMUNCULKAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA ... 13

A. Pengertian Metode Diskusi Buzz GroupKeterampilan ... 13

1. Pengertian Metode Pembelajaran ... 15

2. Jenis-Jenis Diskusi ... 17

3. Alasan Penggunaan Metode Diskusi Buzz Group ... B. Tujuan dan Manfaat Metode Diskusi Buzz Group ... 21

C. Prinsif dan Langkah-langkah Diskusi ... 24

D. Keunggulan dan Kelemahan Metode Diskusi Buzz Group ... 26

E. Pengembangan Kemampuan Berargumentasi ... 31

BAB III METODE PENELITIAN ... 34

A.Metode Penelitian ... 35


(4)

viii

1 Lokasi Penelitian ... 44

2. Subjek Penelitian ... 44

D.Instrumen Penelitian ... 44

E. Teknik Pengumpulan dan Analisa ... 45

1. Pedoman Observasi ... 45

2. Pedoman Wawancara ... 46

3. Tugas Kelompok ... 46

4. Dokumentasi ... 46

F. Pengolahan dan Analisis Data ... 48

1. Data Kuantitatif ... 48

2. Data Kualitatif ... 49

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 50

A.Deskripsi Data Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 50

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 51

2. Profil Guru Mitra SMA Negeri 6 Bandung ... 51

3. Karakteristik kelas Penelitian di SMA Negeri 6 Bandung ... 52

B. Deskripsi Pelaksanaan dan Aplikasi Data Penerapan Data Data Metode Data Diskusi Buzz Group Untuk Memunculkan Kemampuan Berargumentasi Siswa dalam Pembelajaran Sejarah Tindakan Penerapan Metode ... 53

1. Deskripsi Tindakan Siklus I ... 53

a. Rencana Tindakan Siklus I ... 53

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I... 56

c. Observasi Tindakan Sikus I ... 60

d. Refleksi Tindakan Sikus I ... 61

2. Deskripsi Tindakan Siklus II ... 62

a. Perencanaan Tindakan Siklus II ... 62

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus II ... 62

c. Observasi Tindakan Siklus II ... 66

d. Refleksi Tindakan Sikus II ... 68


(5)

ix

a. Perencanaan Tindakan Siklus III ... 69

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus III ... 70

c. Observasi Tindakan Siklus III ... 73

d. Refleksi Tindakan Sikus III ... 75

4. Deskripsi Tindakan Siklus IV ... 76

a. Perencanaan Tindakan Siklus IV ... 76

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus IV ... 77

c. Observasi Tindakan Siklus IV ... 83

d. Refleksi Tindakan Sikus IV ... 84

5. Deskripsi Tindakan Siklus V ... 85

a. Perencanaan Tindakan Siklus V ... 85

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus V ... 85

c. Observasi Tindakan Siklus V ... 91

d. Refleksi Tindakan Sikus V... 93

C. Deskripsi Analisis Penerapan Metode Diskusi Buzz Group Untuk Memunculkan Kemampuan Berargumentasi Siswa Mengembangkan Materi Kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara dalam Konteks Kebermaksaan Terhadap Situasi Dewasa ini ... 94

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 101

5.1 Kesimpulan ... 101

5.2 Saran ... 103

DAFTAR PUSTAKA ... 104 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(6)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Perencanaan Format Observasi Metode Diskusi Buzz Group Untuk Memunculkan Kemampuan Berargumentasi ... 54 Tabel 4.2 Hasil Observasi Metode Diskusi Buzz Group Untuk Memunculkan

Kemampuan Berargumentasi Siswa siklus I ... 61 Tabel 4.3 Hasil Observasi Metode Diskusi Buzz Group Untuk Memunculkan

Kemampuan Berargumentasi Siswa siklus II ... 66 Tabel 4.4 Hasil Observasi Metode Diskusi Buzz Group Untuk Memunculkan

Kemampuan Berargumentasi Siswa siklus III ... 73 Tabel 4.5 Hasil Observasi Metode Diskusi Buzz Group Untuk Memunculkan

Kemampuan Berargumentasi Siswa siklus IV ... 82 Tabel 4.6 Hasil Observasi Metode Diskusi Buzz Group Untuk Memunculkan

Kemampuan Berargumentasi Siswa siklus V ... 91

DAFTAR GAMBAR


(7)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan peran penting dalam kehidupan setiap manusia, karena pendidikan merupakan investasi penting demi kelangsungan masa depannya. Berfikir dapat memperbanyak pengetahuan tentang berbagai ilmu yang bermacam-macam. Pengetahuan dapat ditemukan dengan proses berfikir sehingga dapat mengemukan pengetahuan baru.

Penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran. Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum. Selain itu dalam undang-undang Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2006 Pasal 19 ayat 1 menyatakan bahwa:

Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Berdasarkan isi Undang-Undang di atas dapat kita lihat bahwa untuk mewujudkan proses pembelajaran yang dilakukan bukan hanya pada tataran siswa belajar dari guru dan guru menjadi pusat pembelajaran dari aktifitas pembelajaran, pendidikan bukan hanya siswa tahu dan mengerti suatu materi pembelajaran, namun, bagaimana siswa dapat mengembangkan materi tersebut, dengan kemampuan bakat yang mereka miliki menuntut siswa melakukan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan dan mengembangkan kreatifitas siswa dengan sendirinya.


(8)

Seperti menurut pendapat Supriatna (2007:8), pembelajaran sejarah yang berorientasi pada masalah-masalah sosial kontemporer dilakukan agar:

1. Materi pembelajaran sejarah tidak hanya difokuskan pada masa lalu (regress) melainkan juga kemasa depan (progress)

2. Pokok bahasan pembelajaran sejarah dapat dikaitkan dengan kehidupan

sehari-hari siswa

3. Pembelajaran sejarah berorientasi pada masalah sosial siswa yang sedang dihadapi

4. Proses pembelajaran sejarah mampu memberdayakan (empowering)

peserta didik memiliki keterampilan sosial yang diberlakukan untuk memecahkan masalah-masalah kehidupan sehari-hari serta tantangan masa kini dan masa depan di era global

5. Dengan mempelajari sejarah para peserta didik memiliki kepekaan sosial (sense of social, prosocial, dan moral sencitivity) terhadap lingkungan sosial tempat mereka berada.

Berdasarkan pendapat dari Supriatna yang mengembangkan pembelajaran yang menghubungkan materi dengan peristiwa-peristiwa yang ada disekitar siswa sendiri atau masalah kekinian. Peneliti mengiingin pembelajaran sejarah tidak hanya memaparkan masa lalu saja tetapi dapat dihubungkan dengan masa sekarang.

Pada realitanya ada perbedaaan tanggapan yang dikemukakan siswa mengenai pelajaran sejarah, ada yang menganggap sejarah itu menyenangkan, ada pula yang mengganggap sejarah itu menjenuhkan, kareana sebagaimana yang dikemukakan Sutjiatiningsih (1995:8) “pengajaran sejarah adalah pembelajaran yang membosankan karena dipenuhi dengan fakta, tahun-tahun kejadian, nama-nama para pelaku sejarah tersebut”.

Permasalahan yang diutarakan di atas pun terjadi di SMA Negeri 6 Bandung kelas XI IPS 3, pada observasi yang peneliti lakukan, peneliti menemukan beberapa persoalan yang menyebabkan proses pembelajaran menjadi kurang efektif, persoalan tersebut antara lain:

1. Siswa sendiri merasa materi yang disampaikan tidak menarik minat untuk belajar sehingga siswa tidak memperhatikan materi yang


(9)

disampaikan oleh guru pada saat KBM berlangsung dan siswa memilih untuk sibuk masing-masing.

2. Saat guru memberikan kesempatan siswa untuk mengemukakan

argumen, tidak ada satu pun siswa yang mengeluarkan argumennya.

3. Pada saat guru menggunakan metode diskusi di dalam kelas, siswa yang

bertanya maupun memberikan argumen tidak lebih dari tiga orang siswa dan hanya orang-orang itu saja.

4. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, selama ini hanya

menggunakan dua metode yaitu metode ceramah dan metode diskusi, guru belum pernah mengangkat suatu materi yang kontekstual ke dalam kelas untuk dilakukan diskusi, dengan begitu siswa akan mencari materi tersebut untuk mepertahankan argumen mereka.

Berdasarkan permasalahan di atas keterampilan mengemukakan

argumentasi inilah yang mungkin harus ditumbuhkan untuk memperbaiki kelas XI IPS 3 adalah dengan cara mengembangkan metode pembelajaran. Salah satu metode yang dapat meningkatkan kemampuan berargumentasi adalah metode diskusi buzz group. “Buzz group adalah suatu kelompok besar yang dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri atas 4-5 orang. Tempat diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi diadakan di tengah pelajaran atau di akhir pelajaran dengan maksud menajankan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan (Hasibuan, dan Moedjiono 2004:20)”.

Diskusi buzz group dan argumentasi merupakan suatu kesatuan yang tak terpisahkan, adanya suatu komunikasi terjadi karena adanya suatu perbedaan pendapat dalam kelompok. Dengan menggunakan metode ini peneliti berasumsi bahwa siswa akan belajar berani dalam mengemukakan argumen dan mempertahankannya dengan disertai sumber-sumber yang mereka telah baca. Dengan begitu siswa akan tertantang untuk mempertahankan pendapatnya berdasarkan dari literatur yang mereka membaca.


(10)

Setelah melihat latar belakang masalah yang terjadi dalam pembelajaran sejarah bahwa pada saat kegiatan belajar-mengajar sejarah siswa tidak fokus dan kurang kondusif. Oleh karena itu penelitian dalam masalah ini bahwa aspek-aspek dan metode-metode pembelajaran yang sangat penting dan harus di perhatikan dalam kegiatan belajar-mengajar didalam pembelajaran sejarah.

Metode yang akan digunakan adalah metode diskusi buzz goup untuk meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa, siswa diharapkan banyak membaca referensi untuk pengetahuan pendukung untuk memperkuat argumennya. Selain itu untuk menarik siswa peneliti ingin mengembangkan materi peradaban Hindu-Buddha di Nusantara dalam konteks kebermaknaan terhadap situasi dewasa ini di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung.

B. Pembatasan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus penelitian ini adalah metode diskusi buzz group dan kemampuan berargumentasi. Berdasarkan penerapan di atas maka pertanyaan yang akan diajukan peneliti:

1. Bagaimana guru mendesain pembelajaran sejarah dengan

menggunakan metode diskusi buzz goup untuk meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung?

2. Bagaimana guru melaksakan metode diskusi buzz group untuk

meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa dalam

pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung? 3. Bagaimana hasil penerapan metode diskusi buzz group dalam

pembelajaran sejarah untuk meningkatkan kemampuan

berargumentasi siswa di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan sasaran yang hendak dicapai dalam penelitian. Tujuan merupakan arah dalam melaksanakan penelitian. Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji tentantang penerapan metode diskusi buzz


(11)

group untuk memunculkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran sejarah. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengkaji dan mendeskripsikan desain pembelajaran sejarah yang akan dilaksanakan dengan penerapan metode diskusi buzz group untuk meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung.

2. Mengembangkan pembelajaran sejarah dengan penerapan metode diskusi

buzz group untuk meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa dalam mencari informasi, kesimpilan, heristik dan kritik.

3. Mengkaji dan mendiskripsikan hasil penerapan pendekatan metode

diskusi buzz group untuk meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi siswa maupun bagi guru dan peneliti sendiri dalam pembelajaran sejarah.

1. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam model-model pembelajaran sejarah.

2. Bagi guru, yang ingin menggunakan metode diskusi buzz group untuk meningkatkankan keaktifan belajar dalam pembelajaran sejarah diharapkan diharapkan digunakan sebagai salah satu metode dan bahan acuan dalam melaksakan pembelajaran.

3. Bagi siswa, dapat meningkatkan kemampuan dalam pembelajaran,

dapat membuka wacana berfikir tentang apa yang telah terjadi dilingkungannya dan dapat menemukan solusi atas masalah yang dihadapi.


(12)

E. Definisi Operasional

Untuk memudahkan dalam melakukan penelitian, maka dibawah ini terdapat beberapa definisi operasional yang akan menjelaskan mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain :

1. Metode diskusi buzz group

Satu kelompok besar dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri atas 4 sampai 5 orang. Tempat duduk diatur sedemikian agar siswa dapat bertukar pikiran dan berhadap muka dengan mudah. Diskusi diadakan di tengah-tengah pelajaran atau di akhir pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan ( Sunaryo, 1989 : 106).

Metode diskusi buzz group merupakan metode diskusi yang membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil yang beranggotakan 4 sampai dengan 5 orang lalu siswa diberi permasalahan untuk didiskusikan denan kelompok kecil. Setelah itu siswa dibagi lagi menjadi dua kelompok besar dengan tempat duduk siswa diatur posisinya berhadap-hadadapan dan kembali berdiskusi kepada kelompok besar tentang pemecahan masalah yang diketahuinya setelah menyampaikan kepada kelompok besar kedua kelompok besar melakukan diskusi.

Tahapan yang dilakukan dalam pembelajan sejarah dengan menggunakan metode debat pada penelitian ini antara lain:

a) Membagi kelompok diskusi

b) Menentukan tema yang akan didiskusikan

c) Pencarian sumber yang akan didiskusikan d) Pelaksanaan diskusi

Alat pengumpul data dari metode debat ini adalah lembar observasi debat yang mengukur mengenai Kemampuan kerjasama siswa dengan indikator-indikator:

1. Siswa cenderung diam dan tidak mampu membangun kekompakan dengan

kelompoknya.

2. Siswa cukup mampu berkomunikasi, tapi belum mampu membangun


(13)

3. Mampu berkomunikasi dan mulai mampu membangun kekompakan

dengan kelompoknya.

4. Siswa mampu berkomunikasi dan membangun kekompakan dalam

kelompoknya dengan sangat baik.

Point 1 = Kb : Kurang baik

Point 2 = Cb : Cukup Baik

Point 3 = B : Baik

Point 4 = Sb : Sangat baik

2. Kemampuan Berargumentasi

Menurut Keraf (2010:3):

argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha untuk mempengaruhi sikap dan pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesui dengan apa yang diinginkan penulis atau pembaca.

Menurut Leverett S. Lyon (1919:9):

argumentation is that form of discourse that we use when we attempt to make someone else belive as we wish him to belive. argumentation is the art of producing in the mind of someone else a belief in the ideas which the speaker or writer wish the hearer or reader to accept’.

„Argumentasi adalah bentuk wacana yang kita gunakan ketika kita mencoba untuk membuat seseorang percaya, seperti yang kita inginkan. Argumentasi adalah seni mempengaruhi pikiran orang lain untuk meyakinkan ide-ide pembicara atau penulis dan berharap pendengar atau pembaca dapat menerima‟.

Jadi dapat saya simpulkan bahwa argumentasi adalah seni dalam berbicara yang dapat mempengaruhi lawan bicara kita, sehingga dia dapat menyakinkan berpihak kepada kita. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas saya mencoba untuk membuat indkcator yang dapat menjawab dari kemampuan berargumentasi, indikator tersebut antara lain:

1. Siswa mampu mengemukakan argumentasi mengenai materi


(14)

2. Pendapat siswa sesuai dengan permasalahan atau materi sejarah yang sedang di bahas.

3. Siswa berpendapat sesuai dengan posisi kelompok dirinya.

4. Siswa mampu berpendapat yang berlandaskan sumber bacaan

sejarah yang mereka baca. Sumber bacaan tersebut hendaknya harus jelas siapa penulisnya.

Adapun indikator-indikator yang disebutkan di atas akan dimasukan kedalam rubric yang nantinya sistem penilaiannya akan menggunakan skala dibawah ini:

Point 1 = Kb : Kurang baik

Point 2 = Cb : Cukup Baik

Point 3 = B : Baik

Point 4 = Sb : Sangat baik

Pengukuran berhasil atau tidaknya pertumbuhan kemampuan berarumentasi dalam belajar siswa di kelas XI IPS 3 ini, selain dengan menggunakan lembar observasi yang menggunakan skala di atas, peneliti juga akan melihat seberapa besar siswa akan bertanya dengan hal-hal yang baru mengenai sejarah baik di dalam maupun di luar proses pembelajaran pembelajaran sejarah, dengan begitu diharapkan berpengaruh juga terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas XI IPS 3 dalam bentuk angka keberhasilan.

F. Sistematika penulisan

1. BAB I Pendahuluan

Bab ini memaparkan secara garis besar mengenai masalah yang akan dikaji. Adapun di dalamnya terdapat sub pokok yang terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi oprasional dan sistematika penulisan.


(15)

2. BAB II Kajian Pustaka

Pada Bab ini memaparkan tentang tinjauan pustaka peneliti menjabarkan konsep-konsep yang digunakan untuk menganalisis permasalahan dalam penulisan hasil penelitian dan menjadikannya sebagai kerangka berpikir. Peneliti menggunakan berbagai sumber dan hasil browsing untuk menguraikan konsep-konsep dalam penelitian. 3. BAB III Metodologi Penelitian

Bab ini menjelaskan tentang teknik serta tahapan-tahapan penelitian yang akan dilakuakan oleh peneliti.

4. BAB IV Hasil Penelitaian dan Pembahasan

Dalam bab ini, berisi tentang refleksi berbagai data yang telah dikumpulkan dan diolah setelah melaksanakan penelitian. Pemeparan yang disertai dengan analisis yang berdasarkan atas data yang diperoleh selama penelitian.

5. BAB V Kesimpulan

Bab ini yaitu berisi tentang keputusan yang dihasilkan oleh peneliti sebagai jawaban dari pertanyaan yang diteliti.


(16)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Pada bab ini peneliti akan memaparkan metode penelitian yang digunakan

dalam kajian mengenai “Penerapan Metode Diskusi Buzz Group Untuk

Meningkatkan Kemampuan Beragumentasi Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah”.

Adapun sub-sub yang dijabarkan dalam bab ini yaitu: Metode Penelitian, Prosedur Penelitian, Lokasi dan Subjek Penelitian, Instrumen Penelitian, dan Teknik Pengumpulan dan Analisis.

A.Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dikenal juga dengan istilah Classroom Action Research (CAR) yang menunjuk pada model Spiral dari Kemmis dan Taggart (1988). Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran Sejarah di kelas XI IPS 3 secara berkesinambungan dan diharapkan dapat memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada dalam proses pembelajaran Sejarah sebelumnya sehingga dapat membantu memperbaiki.

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menurut Kemmis dan Taggart (1988) dalam Wiriaatmadja menjelaskan bahwa penelitian tindakan adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a) Kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini.

Selain itu, ada beberapa pendapat dari para ahli yang melengkapi definisi di atas. Supriatna dalam bukunya Kontruksi Pembelajaran Sejarah Kritis (2007: 190) menyatakan bahwa PTK yang merupakan terjemahan dari Classroom Action Research dapat di definisikan sebagai penelitian yang dilakukan oleh guru secara individual atau kelompok, terhadap pembelajaran yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut atau menghasilkan model dan prosedur tertentu


(17)

27

yang paling cocok dengan cara dia mengajar, cara siswa belajar, dan kultur yang sedang berlaku di lingkungan setempat.

Pendapat lain mengenai PTK dikemukakan oleh Kunandar (2008: 46) yaitu penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam suatu situasi pendidikan untuk memperbaiki rasionalitas dan keadilan tentang: (a) praktik-praktik kependidikan mereka, (b) pemahaman mereka tentang praktik-praktik tersebut, dan (c) situasi dimana praktik-praktik tersebut dilaksanakan.

Menurut Kusnandar (2008: 63) tujuan dari Penilitian Tindakan Kelas adalah:

1. Untuk memecahkan permasalahan yang terjadi di dalam kelas

berlangsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik dikalangan para guru.

2. Meningkatkan kualitas praktik pembelajaran di kelas XI IPS 3 secara terus-menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat.

3. Meningkatkan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui proses pembelajarandi SMA Negeri 6 Bandung.

4. Sebagai alat traning in-service, yang memperlengkapi guru dengan skill dan metode baru, mempertajam kekuatan analitisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya.

5. Sebagai alat untuk memasukan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap sistem pembelajaran yang berkelanjutan yang biasanya menghambat inovasi dan perubahan di kelas XI IPS 3.

6. Peningkatan mutu hasil pendidikan melalui perbaikan praktik

pembelajaran di kelas XI IPS 3 dengan mengembangkan berbagai jenis keterampilan dan meningkatkan motivasi belajar siswa.

7. Meningkatkan sikap proesional pendidik dan tenaga kependidikan di SMA Negeri 6 Bandung.


(18)

28

8. Menumbuhkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga

tercipta sikap proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.

9. Peningkatan efisiensi pengelolahan pendidikan, peningkatan atau proses pembelajaran di SMA Negeri 6 Bandung, disamping untuk meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan juga ditunjukan untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber-sumber daya yang terintegrasi di dalamnya.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa PTK adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menutupi kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam proses pembelajaran sebelumnya dan dapat memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya sehingga siswa tidak terperangkap oleh satu metode pengajaran saja yang terkesan dipaksakan oleh guru sehingga menyebabkan siswa kehilangan minat dan semangat dalam belajarnya. Di dalam pelaksanaannya, peneliti akan berkolaborasi dengan guru SMA Negeri 6 Bandung yakni Dra. Wien Rosmiarti, Dosen Pembimbing I, Drs. Nana Supriatna, M.Ed ,Dosen Pembimbing II, Drs. R.H. Achmad Iriyadi, dan Anny Wahyuni sebagai mitra yang membantu penelitian ini, dalam setiap observasi tindakan yang sudah direncanakan. Kolaborasi tersebut membantu mempermudah penelitian tindakan kelas.

Penelitian ini di laksanakan di SMA Negeri 6 Bandung yang terletak di Jalan H.O.S Tjokroaminoto. Latar belakang siswa yang berada di sekolah ini adalah kurang percaya diri dalam menanggapi dan menyanggah untuk mengemukakan pendapatnya pada saat kegiatan belajar berlangsung. Oleh karena itu peneliti mengadakan penelitian dan berusaha memberikan treatment atau perlakuan sehingga diharapkan dapat memperbaiki dari yang semula dianggap tidak baik.

B.Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian kelas dilaksanakan melalui beberapa tahapan yang digambarkan dalam beberapa siklus. Hal tersebut sebagai upaya untuk mengkaji secara keseluruhan masalah yang menjadi proses penelitian. Peneliti menganalisis hasil observasi yang dilakukan pada setiap siklus selanjutnya.


(19)

29

Model penelitian tindakan kelas yang penulis gunakan adalah model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart dalam suatu sistem spiral atau dalam bentuk siklus. Tahapan-tahapan silkus tersebut meliputi perencanaan (Plan) merupakan tahapan awal dalam mengenali permasalahan yang ada dalam strategi pemecahan masalah dari masalah tersebut di kelas XI IPS 3 kemudian pelaksanaan (Act) yaitu menguji coba strategi pemecahan masalah kedalam kelas XI IPS 3 dan pengawasan (Observe) yaitu merekam dan mangamati keadaan yang sedang berlangsung di dalam kelas XI IPS 3, dilanjutkan (reflect) yaitu melakukan evaluasi dari seluruh aktivitas yang dilakukan apa bila dinilai tidak berhasil maka selanjutnya meninjau kembali rencana yang direncanakan untuk membuat siklus yang baru sampai tujuan dapat tecapai. Ilustrasi pelaksanaan tindakan kelas model spiral di gambarkan sebagai berikut:

.

Gambar 3.1

Model Spiral dari Kemmis dan Taggart Sumber: Wiriaatmadja 2007:66

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan menjadi beberapa tahap, setiap siklus mempunyai kekurangan pada siklus sebelumnya. Jumlah siklus dalam penelitian ini disesuaikan dengan


(20)

30

kebutuhan peneliti. Bila penelitian sudah sesuai dengan apa yang diharapkan maka siklus bisa dihentikan. Untuk lebih jelasnya, dalam gambar di atas adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan (Planning)

Perencanaan merupakan suatu proses untuk menentukan ke mana harus pergi dan mengidentifikasikan persyaratan yang diperlukan dengan cara yang paling efektif dan efisien (Harjanto 2008:2). Perencanaan dalam penelitian ini adalah melakukan identifikasi masalah dengan melakukan observasi awal ke sekolah yang akan dijadikan tempat untuk penelitian. Berdasarkan observasi awal ini peneliti menemukan masalah dimana siswa pada umumnya tidak memiliki kepercayaan diri untuk mengemukakan pendapat. Ketika guru mengatakan ada yang mau ditanyakan? Siswa diam dan hanya beberapa orang yang bertanya maupun menyanggah, tetapi hanya orang itu-itu saja yang bertanya.

Pada tahapan ini, perencanaan yang dilakukan meliputi sebagai berikut: a. Menentukan kelas yang akan dijadikan tempat penelitian yaitu kelas

XI IPS 3.

b. Melakukan pengamatan pra penelitian terhadap kelas yang akan digunakan sebagai tempat penelitian.

c. Mendiskusikan peristiwa-peristiwa kekinian yang akan

dikembangkan dalam pembelajaran sejarah.

d. Meminta kesediaan mitra dalam hal ini guru mata pelajaran sejarah di SMA Negeri 6 Bandung untuk mengamati proses belajar mengajar yang akan dilaksanakan di kelas penelitian.

e. Menyusun kesepakatan dengan kolaborator tentang penentuan waktu

penelitian akan dimulai.

f. Menentukan model penelitian tindakan kelas yang akan digunakan. g. Menentukan silabus dan rencanaan pelaksanaan pembelajaran yang


(21)

31

h. Mengunakan metode dan langkah-langkah yang akan digunakan

dalam proses belajar mengajar.

i. Menyusun alat observasi yang akan digunakan dalam penelitian untuk melihat kemampuan berargumentasi siswa yang dikaitkan dengan peristiwa kekinian.

j. Merencanakan untuk melakukan diskusi dengan kolaborator

berdasarkan hasil pengamatannya berkaitan dengan pembelajaran sejarah yang dikaitkan dengan peristiwa kekinian.

k. Membuat rencana untuk perbaikan-perbaikan terhadap kekurangan yang ditemukan setelah berdialog dengan kolaborator.

l. Merencanakan untuk mengolah data yang diperoleh setelah

penelitian selesai. 2. Tindakan (Action)

Menurut Rizki, N (2009:48) "Tindakan merupakan praktek

pembelajaran yang dilakukan berdasarkan rencana tindakan yang telah disusun sebelumnya". Pada saat tindakan ini, peneliti melaksanakan penelitian dalam empat siklus. Tindakan dilaksanakan tidak hanya didalam kelas, yaitu dengan adanya wawancara dan observasi langsung terhadap kelas XI IPS 3. Pelaksanaan tindakan harus sesuai dengan perencanaan yang disepakati dan dilakukan oleh peneliti serta kolaborator.

Pada tahap ini tindakan yang akan dilakukan adalah:

a. Melaksanakan tindakan dalam pembelajaran sejarah yang dikaitkan dengan peristiwa kekinian sesuai dengan silabus dan rencana pembelajaran, serta metode dan langkah-langkah yang telah direncanakan.

b. Mengembangkan pembelajaran sejarah diantaranya dengan

mengangkat masalah sosial, bencana alam, dan politik di Indonesia. c. Menggunakan alat observasi yang telah dibuat untuk melihat


(22)

32

d. Melakukan diskusi dengan kolaborator berdasarkan hasil

pengamatan di dalam kelas.

e. Membuat rencana perbaikan-perbaikan terhadap

kekurangan-kekurangan yang ditemukan setelah berdialog.

f. Melaksanakan pengolahan data yang diperoleh serta menyelesaikan penelitian.

3. Pengamatan (Observation)

Pengamatan merupakan pendokumentasian pengaruh tindakan yang diberikan kepada (subjek) siswa (Rizki, N 2009:49). Pelaksanaan pengamatan dilaksakan bersama dengan pelaksanaan tindakan selain itu, dalam pengamatan juga dilakukan analisis. Peneliti melakukan analisis berdasarkan pengamatan seluruh tindakan. Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas mempunyai fungsi mendokumentasi implikasi tindakan yang diberikan oleh peneliti kepada siswa kelas IX IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung.

Pada tahapan ini, pengamatan yang dilakukan meliputi kegiatan berikut:

a. Melakukan pengamatan terhadap kegiatan mengajar guru, yang

mencakup hal-hal berikut:

1) Melaksanakan apersepsi yang dapat menarik perhatian siswa untuk mengikuti pembelajaran

2) Memberikan motivasi belajar kepada siswa sehingga suasana belajar lebih menyenangkan

3) Mengakaitkan pembelajaran sejarah dengan peristiwa kekinian seperti bencana alam, politik, dan masalah sosial di Indonesia 4) Mengunakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi

yang akan dibahas

5) Memberikan reward kepada siswa yang memperhatikan dan mau


(23)

33

b. Melakukan pengamatan terhadap kesiapan belajar siswa, yang

mencakup hal-hal berikut:

1) Kesiapan siswa mengikuti pembelajaran sejarah yang dikaitkan dengan peristiwa kekinian

2) Banyaknya siswa yang memperhatikan saat proses belajar

mengajar berlangsung

3) Respon siswa terhadap topik yang dikembangkan guru

4) Respon siswa yang menjawab pertanyaan guru

5) Kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan untuk

mengemukakan pendapat

c. Melakukan pengamatan terhadap proses belajar mengajar yakni:

1) Keadaan kelas

2) Situasi belajar

3) Interaksi guru dan siswa

4. Refleksi (Reflection)

Refleksi merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam observasi (Iswarita, H 2010:42). Dalam melakukan refleksi terhadap penelitian ini kegiatan mengulas perubahan yang terjadi pada siswa, suasana kelas, maupun guru. Refleksi dilakukan setelah melakukan analisis bersama kolaborator mengenai kekurangan dan kelebihan dalam belajar mengajar. Menurut Hopkins dalam

Arikunto (2008: 80) „mengatakan bahwa refleksi dalam PTK

mencakup analisis, sintentis dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terjadi masalah dalam refleksi, maka pengamatan ulang dapat dilakukan‟.


(24)

34

C.Subjek Penelitian

Penelitian kelas ini dilaksanakan di SMA Negeri 6 Bandung yang terletak di daerah Pasir Kaliki no 51. Sasaran penelitian ini adalah siswa-siswi kelas IX IPS 3 tahun ajaran 2012/2013. Pada umumnya kebanyakan sikap siswa yang berpandangan negatif terhadap pembelajaran sejarah. Karena pengalaman belajar yang di ciptakan oleh guru pada saat proses pembelajaran sejarah hanya menginformasikan, siswa mencatat apa yang di informasikan oleh guru, sehingga pembelajaran dianggap membosankan bagi siswa. Siswa kurang berpartisipasi dan terlibat dalam pembelajaran.oleh karena itu, permasalahan di atas harus diperbaiki dalam proses pembelajaran di kelas agar siswa lebih berpartisipasi dalam KBM.

Peneliti melakukan penelitian awal mereka melakukan proses pembelajaran. Dengan diadakan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan kesan pertama yang menyenangkan bagi siswa. Selain itu kedepannya peneliti mengharapkan siswa mempunyai perasaan senang dan tertarik pada pembelajaran sejarah.

D.Instrumen Penelitian

Instrumen adalah suatu alat yang digunakan uneuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2011:102). Data-data mengenai proses tindakan, pengaruh tindakan serta hasil setelah dilaksanakan tindakan yang telah terkumpul selama berlangsungnya proses pelaksanaan tindakan dituangkan dalam catatan lapangan.

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data yang di inginkan sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian tindakan kelas ini, instrumen yang utamanya adalah peneliti. Alat bantu yang peneliti gunakan adalah lembar observasi ini merupakan perangkat yang digunakan untuk mengumpulkan data mengenai aktivitas siswa selama proses diskusi dalam pembelajaran sejarah dengan menggunakan metode diskusi buzz group. Dimana peneliti tindakan kelas sebagai peneliti bertradisi kualitatif dengan latar atau setting yang wajar dan alami diteliti, memberikan peranan penting bagi penelitinya yakni adalah satu-satunya instrumen karena manusialah yang dapat


(25)

35

menghadapi situasi yang berubah-ubah dan tidak menentu, seperti halnya banyak terjadi di kelas (Wiriaatmadja, 2007: 96).

E.Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan dengan menggunakan beberapa metode untuk memperoleh data dari penelitian. Adapun metode-metode yang digunakan untuk pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah berikut:

1. Pedoman Observasi

Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah observasi terbuka. Observasi terbuka adalah apa bila observer mencatat segala sesuatu yang terjadi di kelas dalam kertas yang telah disediakan sebelumnya. Tujuan menggunakan catatan demikian adalah untuk menggambarkan situasi kelas selengkapnya sehingga urutan-urutan kejadian tercatat semua (Wiriaatmadja, 2007: 110-111).

Observasi terbuka dalam penelitian ini menfokuskan pada hal-hal yang menjadi sumber data yang diperlukan yaitu untuk melihat aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran dengan menerapkan metode diskusi buzz group untuk memunculkan kemampuan berargumentasi siswa dalam pembelajaran sejarah.hasil dari penelitian yang dilaksanakan didiskusikan kembali dengan kolaborator. Hasil diskusi bahkan dijadikan refleksi untuk tindakan berikutnya. Catatan lapangan ini merupakan data yang penting bagi peneliti untuk mengetahui perbaikan dari kemampuan berargumentasi siswa.

2. Tugas Kelompok

Tugas kelompok dalam penelitin ini dijadikan alat untuk menerapkan metode diskusi buzz group. Tugas-tugas yang diberikan pada penelitian ini mencari artikel yang sesuai dengan materi yang akan dibahas. Membandingkan banjir pada zaman Kerajaan Taruma dengan Jakarta saat ini (RPP 1), membandingkan jiwa maritim pada zaman


(26)

36

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpul informasi dalam penelitian sebagai sumber data yang berkitan dengan suasana yang terjadi di kelas pada saat penelitian tindakan kelas dilaksanakan. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah perekam suara untuk merekam suasana kelas secara mendetail tentang peristiwa yang terjdi di kelas.

Data yang hendak dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang: 1. Cara guru mendisai penerapan metode diskusi buzz group untuk

memunculkan kemampuan berargumentasi siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas IX IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung. Informasi tentang data tersebut bersumber dari penelitian dengan menggunakan teknik pengumpulan data melalui diskusi balikan. Alat bantu yang digunakan adalah lembar diskusi balikan.

2. Cara atau langkah yang sesuai diterapkan guru dalam menggunakan metode diskusi buzz group di kelas IX IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung sehingga dapat memunculkan kemampuan berargumentasi siswa dalam pembelajaran sejarah. Dalam hal ini data yang dikumpulkan adalah tugas-tugas dalam diskusi buzz group. Informasi tersebut diperoleh dari hasil tindakan yang dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data diskusi balikan.

3. Perubahan kemampuan berargumentasi siswa di kelas IX SMA

Negeri 6 Bandung telah diterapkan metode diskusi buzz group. Tindakan tersebut dapat dilihat dari sesuai tidaknya proses belajar siswa dengan tujuan serta materi yang diterapkan.

F. Pengolahan dan Analisis Data

Berikut merupakan pemaparan dari analisis kualitatif dan kuantitatif adalah: Penelitian kualitatif juga sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiaannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) seperti yang dikemukakan oleh Creswell dalam Wiriaatnadja (2007: 8) „bahwa sebuah penelitian kualitatif adalah sebuah penelitian inkuiri yang menyelidiki


(27)

masalah-37

masalah sosial dengan tradisi metodelogi yang berbeda‟. Hal ini dikarenakan bahwa data yang didapat lalu di analisis dan bersifat kualitatif. Peneliti menggambarkan hasil lapangan yang kompleks dan melaporkan pandangan pada observer. Pengolahan dan analisis data kualitatif yaitu:

a. Pengumpulan dan Kategori Data

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan semua data yang diperoleh berdasarkan dengan instrumen yang dibuat sebelumnya, kemudian dikondisikan dengan jenis dan sumbernya. Setelah tahapan tersebut dilakukan, dilanjutkan dengan peneliti menginter pretasikan pengelolaan data untuk memudahkan pengkatagorian data. Dalam penelitian ini data dikatagorikan untuk perubahan pada pembelajaran siswa.

b. Validasi Data

Validasi merupakan salah satu syarat penting untuk pelaksanaan jenis penelitian, termasuk Penelitian Tindakan Kelas. Kegiatan yang peneliti lakukan adalah:

1) Member check

Yakni memeriksa kembali data temuan dengan cara

mengkonfirmasi dengan sumber data. Dalam proses ini, data atau informasi yang didapat dari seluruh pelaksanaan tindakan yang diperoleh peneliti dan mitra yang dikonfirmasikan kepada guru kelas melalui diskusi balikan pada setiap akhir pelaksanaan tindakan.

2) Expert Opinion

Yaitu dengan mengecek kembali antara data yang ditemukan dengan pendapat para pakar dalam bidang ini, yaitu para pembimbing penelitian ini.


(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam BAB V ini berisikan kesimpulan penelitian secara keseluruhan dan data-datanya diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung dengan menggunakan penelitian tindakan kelas. Kesimpulan merupakan jawaban dari hasil pertanyaan-pertanyaan penelitian yang terdapat dalam bab pendahuluan yang diberikan secara singkat. Selain kesimpulan bab V juga berisi rekomendasi dari peneliti terhadap beberapa pihak yang terkait dalam penelitian ini dengan tujuan untuk lebih mengembangkan pembelajaran mengunakan metode diskusi buzz group.

A. Kesimpulan

Pertama, kondisi awal pembelajaran sejarah yang dilakukan di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung sebelum diterapkan metode diskusi buzz group terlihat dari siswa yang kurang memberikan kesempatan untuk bertanya dan mengemukakan argumennya, ketika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya hanya dua siswa yang bertanya. Oleh karena itu peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK), untuk menumbuhkan kemampuan berargumentasi siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung melalui metode diskusi buzz group.

Kedua, dalam menggunakan metode diskusi buzz group harus dirancang perencanaan yang matang. Hal ini dilakukan untuk kelancaran dalam proses pelaksanaan pembelajaran di kelas XI IPS 3 SMA 6 Bandung. Perencanaan yang

dilakukan berupa menyiapkan materi ajar yang akan disampaikan

menghubungkan materi kerajaan Hindu-Buddha dengan peristiwa kekinian yaitu banjir di Jakarta, jiwa maritim, bencana alam Yogyakarta, politik, dan toleransi umat beragama. Menyusun RPP dan menentukan indikator dalam pembelajaran yang sesuai dengan penerapan metode diskusi buzz group. Buuz group


(29)

92

pemecahan masalah, menyiapkan sumber-sumber belajar, membagi siswa secara berkelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang.

Ketiga, ketika mengunakan metode diskusi buzz group siswa mengalami kemajuan dalam pembelajaran. Karena melalui metode pembelajaran diskusi buzz group, siswa diharuskan berperan aktif dalam pembelajaran yaitu melalui bertukar pendapat secara berkelompok untuk disajikan saat berargumentasi pada kegiatan diskusi dengan aktif dalam pembelajaran, dan melakukan diskusi dengan saling mengeluarkan argumen antar kelompok. Guru berperan sebagai fasilitator dalam menciptakan kondisi pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menumbuhkan kemampuan berargumentasi seperti bandingkan banjir di Tarumanegara dengan di Jakarta saat ini? Melalui kondisi pembelajaran tesebut, berdampak kepada kemampuan berargumentasi siswa kelas XI IPS 3 ini dengan berargumen kelompok 8 menjawab diwakili AN menjawab: penyebab banjir di Tarumanegara karena curah hujan yang tinggi sedangkan di Jakarta karena kiriman dari Bogor, kelompok 7 diwakili DR menjawab: saya sependapat dengan kelompok 8 tetapi di Jakarta bukan hanya karena kiriman tetapi karena sampah juga yang dibuang ke sungai yang mengakibatkan penyumbatan air, kelompok 9 diwakili MM menjawab: di Jakarta bukan karena sampah saja tetapi karena saluran air yang kurang dan di Tarumanegara karena tidak ada saluran air. Dengan demikian tujuan dari pembelajaran yang diharapkan guru dapat sesuai dengan perencanaan.

B. Rekomendasi

Bedasarkan pengalaman penelitian tindakan kelas selama menerapkan metode diskusi buzz group dalam pembelajaran sejarah, berikut ini rekomendasi peneliti bagi beberapa pihak yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk lebih mengembangkan pembelajaran sejarah selanjutnya dalam menerapkan metode diskusi buzz group.

1. Pihak Sekolah

Peneliti berharap penggunaan metode diskusi buzz group dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di SMA Negeri 6 Bandung.


(30)

93

2. Guru

Peneliti berharap melalui penerapan metode diskusi buzz group diharapkan dapat memperbaiki pembelajaran sejarah yang dihadapi. Guru harus lebih melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi bagi siswa lebih berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam proses pembelajaran sehingga berpengaruh dalam keberhasilan siswa.

3. Siswa

Peneliti berharap penerapan metode diskusi dapat mengembangkan kemampuan berargumentasi siswa. Selain itu, melalui metode tersebut diharapkan siswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran melalui

keterampilan bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dan

menyanggah pendapat orang lain. 4. Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini dapat menambah wawasan keterampilan dalam menerapkan metode pembelajaran pada proses pembelajaran selanjutnya. Selain itu, melalui penelitian ini peneliti mendapat penelitian baru dalam mengembangkan metode pembelajaran sejarah. Selain itu, diharapkan penelitian seperti ini lebih banyak lagi dilakukan sehingga diharapkan mampu memperbaiki pendidikan di Indonesia.


(31)

Daftar Pustaka

Sumber buku:

Andrian, (2004). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Grafindo.

Arikunto S, (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Boeree G. C, (2008). Metode Pembelajaran dan Pengajaran. Jogyjakarta: Ar-ruzz Media

Dahar R. W, (1996). Teori-Teori Belajar. Bandung: Erlangga

Edgen P, (2012). Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: Index

Gulo W, (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo

Faturahman P, (2007). Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama.

Hatimah I, (2003). Strategi dan Metode Pembelajaran. Bandung: Adira.

Hasan H. ddk, (2011). Buku Ajar Penelitian Pendidikan Sejarah. Bandung: Tidak diterbitkan.

Hasibuan & Moejiono, (2008). Proses Balajar Mengajar. Bandung: Rosda Keraf G, (2010). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kunandar, (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mulyasa, E, (2009). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sjamsuddin H, (2007). Metodelogi Sejarah. Yogyakarta: Ombak

Sunaryo, (1989). Strategi Belajar Mengajar dalam Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga


(32)

Sugiono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.

Suryosubroto. B, (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Sutjiatiningsih. S, (1995). Pengajaran Sejarah Kumpulan Makalah Simposium. Jakarta: Dwi Jaya Karya.

Supriatna. N, (2007). Kontruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Press

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional 2006, Penerbit Fokus Media

UPI, (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Tidak Diterbitkan

Poesponegoro dan Notosusanto, (1993). Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.

Wahab, A. A, (2007). Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung: Alfabeta Wayan, B. I, (2008). Sejarah SMA Kelas XI. Bandung: Erlangga

Wiriaatmadja, R. (2007). Metode Penelitian Tindakan kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Zainul, A, (2001). Mengajar di Perguruan Tinggi Alternative Assesment. Jakarta: Proyek Pengembangan Universitas Terbuka Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Sumber Internet:

Dipodjojo Asidi, (1982). Komunikasi Lisan. Taritere’s Weblog, [online]. Tersedia: http://taritere.wordpress.com/tag/debat/ [16 Oktober 2008]

Sumber Skipsi:

Lutfiani.Y, (2012). Penerapan Metode Debat Dalam Pembelajaran Sejarah

Sebagai Upaya Untuk Menumbuhkan Keterampilan Mengemukakan


(33)

Sofyanti, (2010). Penerapan Metode Diskusi Kelompok Kecil Untuk Menumbuhkan Keeterampilan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah. Bandung: Tidak Diterbitkan

Widara. E, (2009). Penerapan Pendekatan Kontruktivistik Melalui Dialog Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Mengungkapkan Gagasa. Bandung: Tidak Diterbitkan


(1)

Novia Intanita, 2013

Penerapan Metode Diskusi Buzz Group Untuk memunculkan Kemampuan Berargumentasi Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam BAB V ini berisikan kesimpulan penelitian secara keseluruhan dan data-datanya diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan meningkatkan kemampuan berargumentasi siswa di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung dengan menggunakan penelitian tindakan kelas. Kesimpulan merupakan jawaban dari hasil pertanyaan-pertanyaan penelitian yang terdapat dalam bab pendahuluan yang diberikan secara singkat. Selain kesimpulan bab V juga berisi rekomendasi dari peneliti terhadap beberapa pihak yang terkait dalam penelitian ini dengan tujuan untuk lebih mengembangkan pembelajaran mengunakan metode diskusi buzz group.

A. Kesimpulan

Pertama, kondisi awal pembelajaran sejarah yang dilakukan di kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung sebelum diterapkan metode diskusi buzz group terlihat dari siswa yang kurang memberikan kesempatan untuk bertanya dan mengemukakan argumennya, ketika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya hanya dua siswa yang bertanya. Oleh karena itu peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK), untuk menumbuhkan kemampuan berargumentasi siswa kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung melalui metode diskusi buzz group.

Kedua, dalam menggunakan metode diskusi buzz group harus dirancang perencanaan yang matang. Hal ini dilakukan untuk kelancaran dalam proses pelaksanaan pembelajaran di kelas XI IPS 3 SMA 6 Bandung. Perencanaan yang dilakukan berupa menyiapkan materi ajar yang akan disampaikan menghubungkan materi kerajaan Hindu-Buddha dengan peristiwa kekinian yaitu banjir di Jakarta, jiwa maritim, bencana alam Yogyakarta, politik, dan toleransi umat beragama. Menyusun RPP dan menentukan indikator dalam pembelajaran yang sesuai dengan penerapan metode diskusi buzz group. Buuz group merupakan penyampaian pelajaran melalui pemikiran-pemikiran untuk


(2)

92

pemecahan masalah, menyiapkan sumber-sumber belajar, membagi siswa secara berkelompok yang beranggotakan 4 sampai 5 orang.

Ketiga, ketika mengunakan metode diskusi buzz group siswa mengalami kemajuan dalam pembelajaran. Karena melalui metode pembelajaran diskusi buzz group, siswa diharuskan berperan aktif dalam pembelajaran yaitu melalui bertukar pendapat secara berkelompok untuk disajikan saat berargumentasi pada kegiatan diskusi dengan aktif dalam pembelajaran, dan melakukan diskusi dengan saling mengeluarkan argumen antar kelompok. Guru berperan sebagai fasilitator dalam menciptakan kondisi pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menumbuhkan kemampuan berargumentasi seperti bandingkan banjir di Tarumanegara dengan di Jakarta saat ini? Melalui kondisi pembelajaran tesebut, berdampak kepada kemampuan berargumentasi siswa kelas XI IPS 3 ini dengan berargumen kelompok 8 menjawab diwakili AN menjawab: penyebab banjir di Tarumanegara karena curah hujan yang tinggi sedangkan di Jakarta karena kiriman dari Bogor, kelompok 7 diwakili DR menjawab: saya sependapat dengan kelompok 8 tetapi di Jakarta bukan hanya karena kiriman tetapi karena sampah juga yang dibuang ke sungai yang mengakibatkan penyumbatan air, kelompok 9 diwakili MM menjawab: di Jakarta bukan karena sampah saja tetapi karena saluran air yang kurang dan di Tarumanegara karena tidak ada saluran air. Dengan demikian tujuan dari pembelajaran yang diharapkan guru dapat sesuai dengan perencanaan.

B. Rekomendasi

Bedasarkan pengalaman penelitian tindakan kelas selama menerapkan metode diskusi buzz group dalam pembelajaran sejarah, berikut ini rekomendasi peneliti bagi beberapa pihak yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan dengan tujuan untuk lebih mengembangkan pembelajaran sejarah selanjutnya dalam menerapkan metode diskusi buzz group.

1. Pihak Sekolah

Peneliti berharap penggunaan metode diskusi buzz group dapat meningkatkan kualitas pembelajaran di SMA Negeri 6 Bandung.


(3)

93

2. Guru

Peneliti berharap melalui penerapan metode diskusi buzz group diharapkan dapat memperbaiki pembelajaran sejarah yang dihadapi. Guru harus lebih melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi bagi siswa lebih berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam proses pembelajaran sehingga berpengaruh dalam keberhasilan siswa.

3. Siswa

Peneliti berharap penerapan metode diskusi dapat mengembangkan kemampuan berargumentasi siswa. Selain itu, melalui metode tersebut diharapkan siswa lebih berperan aktif dalam proses pembelajaran melalui keterampilan bertanya, menjawab, mengemukakan pendapat dan menyanggah pendapat orang lain.

4. Penelitian

Peneliti berharap penelitian ini dapat menambah wawasan keterampilan dalam menerapkan metode pembelajaran pada proses pembelajaran selanjutnya. Selain itu, melalui penelitian ini peneliti mendapat penelitian baru dalam mengembangkan metode pembelajaran sejarah. Selain itu, diharapkan penelitian seperti ini lebih banyak lagi dilakukan sehingga diharapkan mampu memperbaiki pendidikan di Indonesia.


(4)

Novia Intanita, 2013

Penerapan Metode Diskusi Buzz Group Untuk memunculkan Kemampuan Berargumentasi Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Sumber buku:

Andrian, (2004). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Grafindo.

Arikunto S, (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara

Boeree G. C, (2008). Metode Pembelajaran dan Pengajaran. Jogyjakarta: Ar-ruzz Media

Dahar R. W, (1996). Teori-Teori Belajar. Bandung: Erlangga

Edgen P, (2012). Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: Index

Gulo W, (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo

Faturahman P, (2007). Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: Refika Aditama.

Hatimah I, (2003). Strategi dan Metode Pembelajaran. Bandung: Adira.

Hasan H. ddk, (2011). Buku Ajar Penelitian Pendidikan Sejarah. Bandung: Tidak diterbitkan.

Hasibuan & Moejiono, (2008). Proses Balajar Mengajar. Bandung: Rosda Keraf G, (2010). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Kunandar, (2008). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mulyasa, E, (2009). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sjamsuddin H, (2007). Metodelogi Sejarah. Yogyakarta: Ombak

Sunaryo, (1989). Strategi Belajar Mengajar dalam Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.


(5)

Novia Intanita, 2013

Penerapan Metode Diskusi Buzz Group Untuk memunculkan Kemampuan Berargumentasi Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.

Suryosubroto. B, (2002). Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Sutjiatiningsih. S, (1995). Pengajaran Sejarah Kumpulan Makalah Simposium. Jakarta: Dwi Jaya Karya.

Supriatna. N, (2007). Kontruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Press

Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional 2006, Penerbit Fokus Media

UPI, (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Tidak Diterbitkan

Poesponegoro dan Notosusanto, (1993). Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta: Balai Pustaka.

Wahab, A. A, (2007). Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung: Alfabeta Wayan, B. I, (2008). Sejarah SMA Kelas XI. Bandung: Erlangga

Wiriaatmadja, R. (2007). Metode Penelitian Tindakan kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Zainul, A, (2001). Mengajar di Perguruan Tinggi Alternative Assesment. Jakarta: Proyek Pengembangan Universitas Terbuka Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Sumber Internet:

Dipodjojo Asidi, (1982). Komunikasi Lisan. Taritere’s Weblog, [online]. Tersedia: http://taritere.wordpress.com/tag/debat/ [16 Oktober 2008]

Sumber Skipsi:

Lutfiani.Y, (2012). Penerapan Metode Debat Dalam Pembelajaran Sejarah Sebagai Upaya Untuk Menumbuhkan Keterampilan Mengemukakan Argumentasi Siswa. Bandung: Tidak Diterbitkan


(6)

Novia Intanita, 2013

Penerapan Metode Diskusi Buzz Group Untuk memunculkan Kemampuan Berargumentasi Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Negeri 6 Bandung) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sofyanti, (2010). Penerapan Metode Diskusi Kelompok Kecil Untuk Menumbuhkan Keeterampilan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah. Bandung: Tidak Diterbitkan

Widara. E, (2009). Penerapan Pendekatan Kontruktivistik Melalui Dialog Untuk Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Mengungkapkan Gagasa. Bandung: Tidak Diterbitkan


Dokumen yang terkait

PENERAPAN TEKNIK PEMBELAJARAN STUDENT RECAP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR SINTESIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : penelitian tindakan kelas di xi ips 3 SMA negeri 1 Cimahi.

4 14 47

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI: penelitian tindakan kelas di kelas XI IPS 1 SMA Pasundan 7 Bandung.

2 24 63

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung.

0 4 36

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DISKUSI TIPE BUZZ GROUP DENGAN MEDIA PERMAINAN CROSSWORD PUZZLE Penerapan Metode Pembelajaran Diskusi Tipe Buzz Group Dengan Media Permainan Crossword puzzle Untuk Meningkatkan Keaktifan Dalam Pembelajaran Ekonomi Pada Siswa

0 3 19

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DISKUSI TIPE BUZZ GROUP DENGAN MEDIA PERMAINAN CROSSWORD PUZZLE Penerapan Metode Pembelajaran Diskusi Tipe Buzz Group Dengan Media Permainan Crossword puzzle Untuk Meningkatkan Keaktifan Dalam Pembelajaran Ekonomi Pada Siswa

0 0 15

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH DI KELAS XI IIS 4 SMA PGII 1 BANDUNG.

1 1 53

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA MUHAMMADIYAH KEDAWUNG DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan di Kelas XI IPS 1 SMA Muhammadiyah Kedawung Kabupaten Cirebon.

4 39 100

PENERAPAN METODE DISKUSI KELOMPOK UNTUK MENUMBUHKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas Dikelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Cianjur.

0 0 41

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH UNTUK MENUMBUHKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA :Penelitian Tindakan Kelas di kelas X-2 SMA Negeri 6 Bandung.

0 2 54

Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkat

0 0 12