PENGEMBANGAN GREEN BEHAVIOR PADA SISWA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL DALAM METODE PEMBELAJARAN EXAMPLES NON-EXAMPLES PADA MATA PELAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR:Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Babakan Ciparay 3 Kota Bandung.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ……… i

LEMBAR PENGESAHAN ………... ii

SURAT PERNYATAAN ………... iii

ABSTRAK ………... iv

KATA PENGANTAR ……… v

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. vi

DAFTAR ISI ………....……… viii

DAFTAR TABEL ………... xi

DAFTAR GAMBAR ……….……… xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...……….……… 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ...………... 12

C. Tujuan Penelitian ...……….……… 13

D. Manfaat Penelitian ...………...……… 14

E. Sistematika Penulisan ...……….………... 15

BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pendidikan IPS ...……….……… 16


(2)

3. Permasalahan Lingkungan dan Pembelajaran IPS ...…… 24

4. Green Behavior atau Perilaku Hijau ...……….………..………… 28

5. Metode Pembelajaran Examples Non-Examples ... 35

6. Media Pembelajaran Audio Visual ...……….…..………...…… 38

B. Hasil Penelitian yang Relevan ...……....……… 42

C. Paradigma Penelitian ...……....……… 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ...………. 48

B. Lokasi Penelitian dan Subyek Penelitian ...………. 50

C. Teknik Pengumpulan Data ...……….……… 51

D. Prosedur Penelitian ...……….……… 53

E. Validasi Data ...……….………. 57

F. Analisis Data ...……….………... 59

G. Interpretasi Data ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ... 61

2. Subjek Penelitian ... 63

B. Deskripsi Umum Pembelajaran ... 64


(3)

1. Analisis Orientasi Awal ... 89 2. Analisis Pelaksanaan Tindakan Kelas ... 95

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan ... 102 B. Rekomendasi

1. Bagi Penentu Kebijakan ... 105 2. Bagi Khazanah Ilmu ... 106 3. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 107

DAFTAR PUSTAKA |LAMPIRAN-LAMPIRAN


(4)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

4.1. Jadwal Rencana Tindakan ... 71 4.2 Perubahan Perilaku Setelah Tindakan Ke-3 ... 88 4.3 Proses Pengembangan Green Behavior Pada Siswa ... 101


(5)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Halaman

2.1. Jalur Formal Pengubahan Perilaku ... 34

2.2 Hubungan Media dan Pesan serta Metode dalam Proses Pembelajaran menurut Heinich, dkk ... 39

2.3. Komposisi Perolehan Informasi Melalui Indera ... 41

2.4. Paradigma Penelitian ... 47

3.1. Penelitian Tindakan Model dari Kemmis dan Taggart ... 53


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Lampiran

1. Hasil Pre test dan Post test Masalah Sosial pada Tindakan ke-1 .... 112

2. Hasil Pre test dan Post test Green Behavior pada Tindakan ke-2 ... 113

3. Hasil Observasi Kinerja Guru/Peneliti pada Tindakan Ke-1... 114

4. Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Tindakan Ke-1 ... 115

5. Hasil Observasi Kinerja Guru/Peneliti pada Tindakan Ke-2 ... 116

6. Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Tindakan Ke-2 ... 117

7. Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Tindakan Ke-2 ... 118

8. Pedoman Wawancara dengan Kepala Sekolah ... 119

9. Pedoman Wawancara dengan Mitra Guru ... 120

10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tindakan Ke-1 ... 121

11. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tindakan Ke-2 ... 128

12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Tindakan Ke-3 ... 133


(7)

(8)

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan merupakan bab awal dari tesis ini, didalamnya membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

A. Latar Belakang Masalah

Permasalahan sosial yang diakibatkan oleh ketidakpedulian terhadap lingkungan, semakin hari semakin meningkat. Terjadinya pemanasan global, banjir, erosi, abrasi, penggundulan hutan menjadi contoh nyata di negeri ini. Dibutuhkan suatu upaya pembiasaan yang lebih konsisten dan sejak dini untuk menumbuhkan kepedulian akan lingkungan, salah satunya melalui proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang diberikan di sekolah dasar.

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan ilmu pengetahuan yang lebih banyak berkaitan dengan kehidupan manusia dalam lingkungannya. Seorang individu dituntut untuk mampu bersosialisasi, beradaptasi dengan baik dalam lingkungan masyarakatnya agar menjadi warga negara yang baik. Oleh karena itu pembelajaran IPS harus dapat mempersiapkan peserta didik untuk mampu berfungsi di dalam masyarakat. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Sapriya (2009: 12) bahwa :

“ ...IPS di tingkat sekolah pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan

pada peserta didik sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge) keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi atau


(9)

Mata pelajaran IPS yang merupakan mata pelajaran wajib sebagaimana yang tercantum dalam pasal 37 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis dan global. Hal ini selaras dengan tujuan mata pelajaran IPS di SD/MI menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006, yaitu agar peserta didik :

1. mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya,

2. memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, 3. memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan,

4. memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Ruang lingkup mata pelajaran IPS menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang standar isi, meliputi aspek-aspek seperti :

1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan, 2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan 3. Sistem Sosial dan Budaya

4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan.

Melihat dari tujuan dan ruang lingkup pembelajaran IPS sesungguhnya permasalahan lingkungan sudah menjadi bagian dari materi pembelajaran IPS. Permasalahan lingkungan ini penting dibahas dalam IPS karena banyak hal dari permasalahan sosial berawal dari ketidakpedulian terhadap lingkungan.

Siswa di sekolah, sering dihadapkan pada fakta-fakta permasalahan di lingkungan kehidupannya. Banyak diantara mereka tidak memahami penyebab terjadinya permasalahan lingkungan dan bagaimana menyikapinya. Permasalahan


(10)

lingkungan seperti permasalahan banjir, kebakaran hutan, sampah yang menggunung, lingkungan yang kotor dan wabah penyakit yang sering mereka lihat atau bahkan dialami, terkadang hanya dianggap sebagai peristiwa yang wajar terjadi dan tidak dirasakan sebagai permasalahan oleh siswa itu sendiri.

Beberapa tahun terakhir ini banyak permasalahan sosial terjadi sebagai akibat ketidakpedulian terhadap lingkungan. Arief dan Ganjar (1997: 15) mengemukakan tentang dua tipe penyebab permasalahan lingkungan yang terjadi di Indonesia sebagai berikut :

1. Risiko lingkungan yang timbul dari kegiatan, perilaku, sikap dan kebiasaan masyarakat tradisional.

2. Risiko „modern‟ yang timbul dari kebiasaan dan cara hidup yang datang bersama modernisasi.

Pada dasarnya, baik kebiasaan masyarakat tradisional maupun kebiasaan masyarakat modern bila tidak dilakukan dengan bijak akan mempunyai pengaruh negatif terhadap lingkungan. Sebagai contoh mata pencaharian masyarakat pedesaan di Indonesia pada umumnya adalah pertanian. Ketika pertumbuhan penduduk di daerah pedesaan semakin bertambah, lahan mereka berganti sebagian menjadi pemukiman, maka penggunaan lahan hutan untuk pertanian menjadi pilihan. Selaras dengan yang disebutkan oleh Bank Dunia, dalam Soemarwoto, (2009: 80) bahwa tekanan penduduk terhadap lahan ini mendesak petani untuk menggarap juga lahan yang marjinal, antara lain tanah yang miring di tepi sungai dan dilereng bukit dan gunung yang curam, serta menyerobot lahan kehutanan, sehingga luas hutan terus menurun.


(11)

Penggunaan lahan untuk pemukiman dan pembangunan berbagai sarana umum serta peningkatan kemajuan teknologi dalam masyarakat modern seringkali berdampak negatif terhadap perubahan ekosistem. Selain itu, polusi udara akibat asap kendaraan bermotor dan pencemaran air akibat pembuangan limbah pabrik dan rumah tangga ke sungai menambah buruknya lingkungan hidup.

Pembangunan memang tidak boleh dihentikan, karena untuk kesejahteraan bersama. Tetapi pembangunan yang dilakukan hendaknya mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan sejak awal. Soemarwoto (2009: 14) menyebutkan “Pembangunan itu harus berwawasan lingkungan, yaitu lingkungan diperhatikan sejak mulai pembangunan itu direncanakan sampai pada waktu operasi pembangunan itu. Dengan pembangunan berwawasan lingkungan pembangunan dapat berkelanjutan”.

Selaras dengan Piagam Bumi (Earth Charter) yang dihasilkan pada tahun 1992 Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro yang merekomendasikan kegiatan-kegiatan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan ini harus terus diperkenalkan kepada umum salah satunya melalui pendidikan. Kahn, (36:2010) menyebutkan pada bab 36 dari Laporan KTT Bumi 1992 untuk melanjutkan mengatasi masalah dengan cara berikut:

“Education is critical for promoting sustainable development and improving

the capacity of the people to address environment and development issues.…It

is critical for achieving environmental and ethical awareness, values and attitudes, skills and behavior consistent with sustainable development and for effective public participation in decision-making”. (United Nations Conference on Environment and Development, 1992, p. 2)


(12)

Didalam konferensi PBB tentang lingkungan dan pembangunan tersebut antara lain disebutkan bahwa pendidikan sangat diperlukan untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan dan meningkatkan kemampuan rakyat untuk mengatasi isu-isu pembangunan yang berkaitan dengan lingkungan.

Pendidikan menjadi satu-satunya cara paling efektif untuk mampu lebih menyadarkan masyarakat akan pentingnya pembangunan berkelanjutan sesuai dengan Piagam Bumi (Earth Charter). Kesadaran akan pentingnya pembangunan berkelanjutan ini dibutuhkan untuk meredam semakin banyaknya permasalahan sosial yang terjadi sebagai akibat ketidakpedulian terhadap lingkungan termasuk di negeri kita ini.

Dibutuhkan suatu etika yang menjadikan lingkungan sebagai pertimbangan utama dalam setiap langkah kehidupan manusia, tidak hanya dalam pembangunan saja. Sebagaimana disebutkan dalam Antunes and Gadotti (2005)

“The sustainability values promoted by the Earth Charter have terrific educational potential: the preservation of the environment depends on an ecological conscience and shaping this conscience depends on education. It is here that eco-pedagogy, or Earth pedagogy, comes into play. It is a pedagogy

to promote learning as the “meaning of the things from everyday life,”

Nilai-nilai keberlanjutan dipromosikan oleh Piagam Bumi memiliki potensi pendidikan yang hebat: pelestarian lingkungan tergantung pada nurani ekologis dan membentuk nurani ini tergantung pada pendidikan. Di sinilah eko-pedagogi atau eko-pedagogi bumi, berperan. Ini adalah eko-pedagogi untuk mempromosikan pembelajaran yang "memaknai sesuatu dari kehidupan sehari-hari."


(13)

Sebuah upaya untuk menumbuhkan sikap dan perilaku yang mendukung terhadap lingkungan membutuhkan suatu pendidikan yaitu pendidikan ecopedagogy. Seperti dinyatakan Antunes and Gadotti (2005) berikut ini :

“ Education is connected with space and time where relationships between the human being and the environment actually take place. They happen primarily at the emotional level, much more than at the conscious level. Thus, they happen much more in our subconscious; we do not realize them, and many times we do not know how they happen. So, eco-education is necessary to bring them to the conscious level. And eco-education requires a pedagogy.

Jadi, pendidikan terhubung dengan ruang dan waktu di mana hubungan antara manusia dan lingkungan terjadi terutama pada tingkat emosional. Dengan demikian, mereka terjadi jauh lebih dalam di alam bawah sadar, kita tidak menyadari mereka, dan banyak dari kita tidak tahu bagaimana mereka terjadi. Jadi, pendidikan perlu untuk membawa mereka ke tingkat sadar. Dan eko-pendidikan membutuhkan sebuah pedagogi.

Seperti halnya yang diungkapkan Supriatna (2011: 68), berikut ini :

“ecopedagogy dapat diterjemahkan sebagai pendekatan dan proses pembelajaran untuk membentuk pengetahuan, sikap, watak, dan keterampilan pada para siswa yang selaras dengan gerakan green living. Dalam pendekatan tersebut dilakukan proses pembelajaran untuk memberikan pemahaman tentang keterbatasan sumber daya alam serta keterampilan yang diperlukan untuk memecahkan masalah tersebut”.

Semua gerakan yang berawal dari piagam bumi (earth charter) yang menitikberatkan pada pembangunan berkelanjutan (sustainable developement) yang lebih efektif bila dimasukkan dalam pendidikan melalui program Pengajaran Keberlanjutan dengan Piagam Bumi (Teaching Sustainability with the Earth Charter) dalam eko-pendidikan (ecopedagogy) tersebut sesungguhnya tidak akan berarti jika tidak diwujudkan dalam perilaku.


(14)

Dalam penelitian ini, pendekatan ecopedagogy tersebut kemudian diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah dasar yang diwujudkan dalam bentuk pengembangan perilaku. Perilaku yang dikembangkan adalah perilaku yang tindakannya didasari oleh suatu nilai, norma dan aturan yang peduli terhadap lingkungan yang kemudian penulis istilahkan dengan perilaku hijau atau green behavior.

Dengan demikian green behavior ini merupakan aplikasi dari ecopedagogy yang merupakan wujud dari “Pengajaran Keberlanjutan dengan Piagam Bumi” (Teaching Sustainability with the Earth Charter) dalam mewujudkan suistanable development dalam kehidupan.

Secara lebih detail green behavior ini disebutkan sebagai kumpulan perilaku yang diantaranya disebutkan Cushman (2012) yang menuliskan beberapa contoh green behavior, yaitu :

Elements constitute green behavior , Two things: Do good things Avoid bad things. 1. Green things to do are: turn lights off when leaving a room, use daylight whenever possible, take steps, not elevator, recycle paper, etc. eat low-carbon footprint types of food, reuse cups, plates and utensils, dry clothes outside on a line, not with an electrical dryer, purchase energy-star appliances, walk or bike to work; next take public transportation, draw close window curtains after sunset.2. Environmentally damaging things to avoid are: let the water run when brushing teeth and other water wasteful habits, leave computers and peripherals „on‟ overnight, open windows when it feels a little too hot, drink water from individual plastic bottles”.

Berdasar pada uraian di atas, green behavior itu diantaranya adalah ada tindakan baik yang harus dilakukan dalam keseharian seperti mematikan lampu saat tidak dipakai, turun naik dengan menggunakan tangga daripada tangga


(15)

membiarkan komputer menyala semalaman, membiarkan air mengalir pada saat menyikat gigi, dan perilaku lainnya. Green behavior bisa dimaknai sebagai perilaku yang tindakannya didasari oleh suatu nilai, norma dan aturan yang peduli terhadap lingkungan.

Di dalam Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Bab X tentang Hak, Kewajiban dan Larangan. Pasal 65 ayat 1dan 2 ditulis sebagai berikut :

1. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia.

2. Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.

Berkenaan dengan pasal di atas, seorang siswa berhak untuk mendapatkan informasi mengenai lingkungan ini, salah satunya melalui pengembangan green behavior yang dilakukan melalui pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah. Sehingga diharapkan peserta didik mampu mengenal permasalahan yang timbul sebagai akibat dari ketidakpedulian terhadap lingkungan, memahami dengan baik dan berempati sehingga timbul suatu sikap dalam diri mereka untuk mengembangkan perilaku yang ramah lingkungan, peduli dengan lingkungan,

melakukan “green behavior” yang dicapai melalui proses pembelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial.

Di dalam pasal 9 Undang-Undang No.4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, ditegaskan bahwa :

“pemerintah berkewajiban menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran masyarakat akan tanggungjawabnya dalam pengelolaan lingkungan hidup melalui pengolahan, bimbingan, dan penelitian lingkungan hidup. Untuk menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran masyarakat, pendidikan


(16)

dilaksanakan baik melalui jalur pendidikan formal mulai dari taman kanak-kanak/pendidikan dasar sembilan tahun sampai perguruan tinggi, maupun melalui jalur pendidikan non formal.”

Sekolah merupakan jalur pendidikan formal dimana proses pendidikan didalamnya tidak hanya memberikan sekedar proses menyampaikan pengetahuan dari guru kepada murid, tetapi merupakan suatu proses yang dapat menghasilkan perkembangan pada siswa tidak hanya kognitif tetapi juga afektif dan psikomotor. Sebagaimana dikemukakan Sadulloh (2010; 197) bahwa :

“pendidikan di sekolah merupakan proses pembelajaran yang merupakan serangkaian kegiatan yang memungkinkan terjadinya perubahan struktur atau pola tingkah laku seseorang dalam kemampuan kognitif, afektif dan keterampilan yang selaras, seimbang dan bersama-sama turut serta meningkatkan kesejahteraan sosial”.

Untuk itu proses pembelajaran yang bermakna, menyenangkan, menantang dan mengaktifkan siswa, harus dilakukan oleh guru pada semua mata pelajaran, temasuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dengan melalui metoda/media yang tepat, sehingga bisa memberikan pembelajaran yang bermakna dan menjadi bekal dalam kehidupannya di masyarakat. Dalam kaitan ini Sumaatmadja (1980: 16), menyatakan bahwa :

“Ilmu Pengetahuan Sosial adalah bidang-bidang yang digali dari kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu, pengajaran IPS yang melupakan masyarakat sebagai sumber dan obyeknya, merupakan suatu bidang pengetahuan yang tidak berpijak pada kenyataan. IPS yang tidak bersumber kepada kenyataan tidak mungkin mencapai sasaran dan tujuannya, dan tidak akan memenuhi tuntutan kemasyarakatan.”

Berdasarkan kajian para ahli, pembelajaran IPS kenyataannya lebih banyak menggunakan metoda ceramah dan ekspositori. Hal ini seperti yang


(17)

kelemahan dalam pembelajaran IPS adalah menekankan pada strategi ceramah dan ekspositori atau transfer of knowledge yang menjadikan guru sebagai pusat

kegiatan belajar mengajar”.

Kritikan terhadap cara mengajar IPS seperti itu datang juga dari Stopsky dan Sharoon Lee dalam Sapriya (2007: 145), yang kritiknya menyebutkan bahwa IPS adalah :

1. Mata pelajaran yang abstrak, terlalu teoritis, dan tidak membumi; 2. Mata pelajaran yang membosankan

3. Tidak ada kontribusi dalam masyarakat, karena hanya membicarakan a. fakta, data, konsep, generalisasi, teori dan hokum

4. Pembelajaran hanya bersumber pada buku teks

5. Guru tidak dapat membelajarkan keterampilan berpikir

6. Guru IPS cenderung berasumsi bahwa tugas mereka adalah memindahkan pengetahuan dan keterampilan yang ada pada dirinya kepada siswa secara utuh (tranfer knowledge to the brain of the student).

Sementara itu menurut Uno (2009: 13) “... anak tidak terangsang untuk peduli lingkungan, karena sumber pendidikan satu-satunya adalah teks. Pengalaman anak yang begitu beragam dan sangat berharga, jarang dimanfaatkan sebagai sumber belajar.”

Ilmu Pengetahuan Sosial sesungguhnya merupakan ilmu yang berkaitan dengan lingkungan. Kalaulah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ini dilakukan dengan baik, pembelajaran tentang lingkungan hidup sesungguhnya sudah termasuk didalamnya. Proses pembelajaran tersebut bisa tercapai dengan baik jika dilakukan dengan metode, metode dan media pembelajaran yang tepat. Menurut Djahiri (1985: 36), “... keharusan guru mengenal dan memahiri sejumlah metoda/media yang akan dipilih”. Guru perlu menggunakan alternatif metode,


(18)

metode dan media yang dapat memberikan rasa senang dan berarti bagi siswa terhadap proses belajar sehingga pembelajaran tidak menjemukkan.

Metoda penelitian yang akan dilakukan dalam upaya pengembangan green behavior pada peserta didik ini adalah melalui penelitian tindakan kelas atau PTK, dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di kelas berdasar pada permasalahan yang nyata.

Menurut Hopkins (Wiriaatmadja, 2010: 11) dikatakan bahwa:

“... penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan

prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan”.

Metode pembelajaran yang akan diberikan adalah examples non-examples termasuk metode pembelajaran berbasis masalah. Bern dan Erikson (2001: 5)

menegaskan bahwa, “pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning)

merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa dalam memecahkan masalah dengan mengintegrasikan berbagai konsep dan keterampilan dari berbagai disiplin ilmu.”

Siswa dihadapkan pada suatu permasalahan yang ada di sekitar lingkungan kehidupannya, diberikan contoh-contoh berupa gambar yang bermuatan masalah sehingga timbul kepekaan pada siswa terhadap masalah yang diberikan. Menurut Komalasari, (2011: 61), metode examples non-examples, “membelajarkan kepekaan siswa terhadap permasalahan yang ada disekitarnya melalui analisis contoh-contoh berupa gambar-gambar/foto/ kasus yang bermuatan masalah.”


(19)

langsung dari sumber utamanya di masyarakat. Hal-hal yang tidak dapat diamati secara langsung dapat disajikan melalui media, antara lain melalui media audio visual. Media audio visual adalah salah satu jenis media pembelajaran yang tidak hanya bisa dilihat tetapi juga bisa didengar sehingga terasa lebih nyata dan menarik peserta didik. Seperti yang diungkapkan Asyhar (2011: 45) berikut ini :

“Media audio visual adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses atau kegiatan. Pesan dan informasi yang dapat disalurkan melalui media ini dapat berupa pesan verbal dan non verbal yang mengandalkan baik penglihatan maupun pendengaran”.

Dengan demikian pembelajaran IPS yang dilakukan dengan metoda penelitian tindakan kelas, menggunakan metode pembelajaran examples non-examples dengan audio visual sebagai media pembelajarannya ini, diharapkan lebih faktual dan meaningful sehingga menghasilkan peserta didik yang tidak saja cerdas secara knowledge, tapi juga cerdas dalam afektif yakni bisa merasakan dan peduli untuk kemudian cerdas dalam psikomotor dalam berperilaku yang diharapkan dari tujuan pembelajaran ini yakni pengembangan green behavior pada peserta didik.

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah di atas, permasalahan yang menjadi fokus penelitian tindakan kelas ini perlu dirumuskan agar arah dan pembahasannya menjadi jelas. Untuk itu berikut rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini.

1. Bagaimanakah guru mendesain tahap-tahap pembelajaran dalam upaya mengembangkan green behavior dalam pembelajaran IPS?


(20)

2. Bagaimanakah guru melaksanakan tahap-tahap pembelajaran untuk mengembangkan green behavior ?

3. Bagaimanakah perkembangan pemahaman para siswa mengenai green behavior selama melaksanakan pembelajaran menggunakan metode examples non-examples dengan media audio visual ?

4. Bagaimanakah siswa menerapkan green behavior di lingkungan sekolah ? C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah, penelitian yang dilakukan adalah untuk mengembangkan perilaku hijau atau green behavior siswa khususnya kelas IV SDN Babakan Ciparay 3 pada pembelajaran IPS, agar mereka lebih bisa memahami terjadinya permasalaham sosial yang diakibat ketidakpedulian terhadap lingkungan.

Secara lebih khusus tujuan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaimana para guru mendesain tahap-tahap

pembelajaran dalam upaya mengembangkan green behavior dalam pembelajaran IPS.

2. Mengetahui bagaimana guru dalam menerapkan tahap-tahap belajar menggunakan metoda examples non-examples dengan media audio visual. 3. Mengetahui perkembangan pemahaman siswa mengenai green behavior

siswa selama melakukan tahap-tahap pembelajaran menggunakan metode examples non-examples dengan media audio visual.


(21)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun pada tataran praktis. Penjelasan dari manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis

Pada tataran teoritis, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai uji empirik terhadap metode audio visual, dan dapat menjadi referensi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat praktis a. Bagi siswa

Mendapatkan pembelajaran IPS yang lebih aktif, efektif, dan menyenangkan sebagai bekal kehidupan mereka dimasyarakat khususnya dalam realisasi green behavior.

b. Bagi guru

Membantu mengatasi permasalahan pembelajaran yang mereka hadapi, menambah wawasan, dan keterampilan untuk menerapkan pembelajaran IPS.

c. Bagi sekolah

Memberikan sumbangan dalam upaya peningkatan pemahaman siswa dalam green behavior sehingga memberikan pengaruh yang nyata dalam lingkungan sekolah sebagai hasil dari penerapan pembelajaran IPS.


(22)

E. Sistematika Penulisan

Penulisan Tesis dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas ini disusun dalam lima bab dengan rincian tiap bab sebagai berikut :

Bab I, berisi latar belakang pemilihan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan terakhir di bab 1 ini adalah sistematika penulisan.

Bab II berisi kajian teoritis yang memuat pengertian dan konsep dasar IPS, pembelajaran IPS di sekolah dasar, pengertian sikap dan perilaku, pengertian green behavior, pengertian dan fungsi media audio visual dalam pembelajaran.

Bab III membahas metode penelitian yang meliputi desain penelitian, definisi konseptual dan operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data serta prosedur dan tahapan penelitian.

Bab IV berisi laporan hasil penelitian yang meliputi deskripsi, lokasi dan subjek penelitian, temuan penelitian kemudian pembahasan atau diskusi hasil temuan penelitian.

Bab V merupakan bagian akhir dan penutup dari penulisan tesis ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian dan bisa menjadi rekomendasi bagi sesama rekan pendidik yang praktek langsung di lapangan dan pemegang kebijakan yang mempunyai kompetensi dalam memberikan kebijakan-kebijakan yang bisa mendukung dan mendorong terciptanya pembelajaran yang lebih bermakna atau meaningful.


(23)

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab tiga ini membahas tentang metodologi penelitian yang digunakan oleh peneliti, lokasi penelitian yaitu tempat akan diberikannya perlakuan, subyek yang akan diberikan perlakuan, teknik pengumpulan data yang akan digunakan, prosedur yang akan dilalui dalam penelitian, validasi data dan terakhir melakukan analisis terhadap data-data yang telah diperoleh untuk memperkuat hasil penelitian yang telah dilakukan.

A.Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis sebagai peneliti adalah Metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan terjemahan Classroom Action Research, yang artinya penelitian tindakan (action research) dan bisa dilakukan di kelas.

Menurut Kemmis dalam Hopkins (1993: 44) action research adalah “A form of self-reflective inquiry undertaken by participants in a social (including education) situation in order to improve the rationaly and justice of 1. their own social or educational practices, 2. their understanding of this practices, and 3. the situations which practices are carried out.”

Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk refleksi diri dari penyelidikan yang dilakukan oleh peserta dalam situasi sosial termasuk didalamnya pendidikan untuk meningkatkan rasional dan keadilan dari 1. pemahaman praktek sosial atau pendidikan mereka sendiri 2. pemahaman mereka terhadap praktek tersebut 3. suatu situasi dimana praktek-praktek ini dilaksanakan.


(25)

Dalam penelitian ini yang diteliti berkaitan dengan masalah sosial, kemudian menyangkut persepsi dan perilaku siswa yang berkaitan dengan kepedulian terhadap penelitian ini para siswa diberikan suatu tindakan dengan tujuan pengembangan suatu perilaku yaitu green behavior melalui proses pembelajaran IPS di kelas dan pembiasaan yang dilakukan juga di luar kelas. Dengan situasi seperti ini maka metode penelitian berbentuk PTK memang menjadi pilihan yang tepat.

Arikunto, (2008: 3) menyebutkan, bahwa “dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti,yaitu 1. penelitian, 2. tindakan, dan 3. kelas, segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.”

Dengan demikian dalam penelitian tindakan kelas yang peneliti lakukan yang lebih banyak dilaporkan adalah apa yang dilakukan oleh siswa bukan apa yang dilakukan oleh guru.

Menurut pengertian pengajaran, kelas bukan wujud ruangan, tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas dapat dilakukan tidak hanya di ruang kelas, tetapi dimana saja tempatnya, yang penting ada sekelompok anak yang sedang belajar. (Arikunto, 2008: 3).

Demikian juga dalam penelitian ini, peneliti tidak selalu harus mengamati atau meneliti apa yang terjadi di dalam kelas saja, tetapi dimana saja ada


(26)

sekelompok siswa atau peserta didik yang sedang belajar maka bisa dilakukan penelitian tindakan.

B.Lokasi Penelitian dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Babakan Ciparay 3 Kota Bandung, sekolah dasar negeri yang berlokasi di jalan Kopo 440 Kecamatan Babakan Ciparay Kelurahan Babakan Ciparay Bandung, berada tepat dipinggir jalan raya yang ramai dan merupakan jalan utama.

2. Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subyek penelitian selain gurunya juga siswa, segala kegiatan yang terjadi antara guru dengan siswa, antara sesama siswa, selama berlangsungnya program tindakan ini. Adapun subyeknya adalah siswa kelas IV berjumlah 40 siswa, dengan jumlah berimbang diantara siswa putra dan putri. Para siswa ini mempunyai latar belakang yang berbeda tetapi sebagian besar berasal dari kalangan menengah dengan orangtua yang latar pendidikannya rata-rata SMA dan sarjana, dan secara ekonomi terbilang cukup atau menengah ke atas. Dengan keadaan orang tua seperti itu, siswa SDN Babakan Ciparay 3 mempunyai kesempatan yang cukup luas untuk bisa berhubungan dan mengakses dunia luar dengan cepat seperti melalui media elektronik bahkan internet.


(27)

C. Teknik Pengumpulan Data

Diperlukan suatu teknik pengumpulan data yang tepat dalam suatu penelitian karena mengumpulkan data menjadi hal yang utama dan harus digunakan instrumen pengumpul data.

Karena itu peneliti dalam penelitian ini menggunakan instrumen untuk memperoleh data penelitian dengan berdasar pada pendapat Creswell dalam Wiriaatmadja (2009: 122) berikut ini, “berbagai cara pengumpulan data untuk penelitian kualitatif terus berkembang, namun demikian pada dasarnya ada empat cara yang mendasar untuk mengumpulkan informasi, yaitu observasi, wawancara, dokumen, dan materi audio visual”.

1. Observasi

Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Marshall dalam Sugiyono, (2012: 226) menyatakan bahwa “through observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”.

Observasi dalam penelitian yang saya lakukan ini diperlukan untuk melihat perilaku dan perubahan perilaku yang diharapkan sebagai respon dari perlakuan atau pembiasaan yang diberikan.

Susan Stainback (1988) dalam Sugiyono, (2012: 227), menyatakan “In participant observation, the researcher observes what people do, listen to what they say, and participates in their activities” . Dalam observasi partisipatif, saya sebagai peneliti mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka ucapkan, dan berpatisipasi dalam aktivitas mereka.


(28)

Kegiatan observasi dalam bentuk observasi partisipatif seperti inilah yang akan dilakukan oleh peneliti dalam upaya pengembangan green behavior ini. 2. Wawancara

Wawancara digunakan oleh peneliti sebagai teknik pengumpulan data terutama ketika melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga untuk mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Wawancara yang dilakukan secara terstuktur dimana saya sebagai pewawancara sudah mempersiapkan bahan terlebih dahulu, dengan dibantu alat perekam untuk melancarkan pengumpulan informasi dan dilakukan melalui tatap muka atau wawancara langsung.

3. Dokumen

Dokumen yang dapat membantu peneliti dalam mengumpulkan data penelitian, yang ada kaitannya dengan permasalahan dalam penelitian tindakan kelas yang saya lakukan seperti silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, Kurikulum, laporan hasil tes siswa, buku teks yang digunakan, hasil tugas-tugas kelompok yang dikerjakan siswa.

4. Materi Audio Visual

Agar dalam penelitian ini saya sebagai peneliti mempunyai alat pencatatan untuk menggambarkan apa yang sedang terjadi di kelas pada waktu pembelajaran dalam rangka penelitian tindakan kelas, maka untuk menangkap suasana kelas, detail tentang peristiwa-peristiwa penting /khusus yang terjadi, atau ilustrasi dari episode tertentu, saya menggunakan alat elektronik berupa kamera hp, dan


(29)

handycam yang digunakan untuk membantu mendeskripsikan apa yang dicatat di catatan lapangan.

Hal ini dilakukan berdasar pada pendapat Wiriaatmadja (2009: 122), bahwa pengumpulan data ini terdiri dari empat jenis, yaitu lembar panduan observasi, pedoman wawancara, angket/kuesioner, dan tes uji kompetensi.

D. Prosedur Penelitian

Berdasar pada pengertian PTK itu sendiri dimana penelitian dilakukan berdasarkan permasalahan yang ada di kelas atau lebih luas di lingkungan sekolah, diperlukan pengamatan untuk melihat hasil akhir berupa pengembangan green behavior, model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Spiral dari Kemmis dan Taggart yang dapat digambarkan sebagai berikut :


(30)

Pelaksanaan penelitian ini diwujudkan dalam bentuk tahapan-tahapan siklus yang berkesinambungan dan berkelanjutan sehingga berjalan seperti spiral, di mana untuk setiap tahapan siklus terdiri dari 4 (empat) tahapan langkah secara garis besar, yaitu :

1. membuat perencanaan tindakan perbaikan,

2. implementasi atau pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan, 3. melakukan observasi, dan

4. melakukan analisis data dan refleksi atas tindakan yang telah dilakukan. Untuk lebih jelasnya, paparan langkah-langkah pelaksanaan penelitian untuk setiap tahap dan dalam setiap siklunya di sini adalah sebagai berikut:

Siklus I , melalui tahapan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Perencanaan

a. Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah. b. Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar c. mengajar.

d. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. e. Memilih bahan pelajaran yang sesuai

f. Menentukan skenario pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan g. pembelajaran menggunakan media audio visual .

h. Mempersiapkan sumber belajar, bahan, dan alat bantu yang dibutuhkan i. Menyusun lembar kerja siswa


(31)

2. Tindakan

a. Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran.

b. Siswa mendengarkan penjelasan guru untuk mengawali materi yang akan disajikan melalui tayangan audi visual.

c. Siswa memahami materi melalui sajian materi yang sudah dikemas dalam bentuk audio visual.

d. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang telah disajikan melalui tayangan audio visual.

e. Siswa berdiskusi dengan materi yang sudah dipersiapkan oleh guru. f. Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi.

g. Siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS). 3. Pengamatan

a. Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan yaitu berupa tabel-tabel isian untuk setiap aspek penilaian dalam observasi.

b. Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja siswa (LKS).

4. Refleksi

a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.

b. Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evalusi tentang skenario pembelajaran dan lembar kerja siswa.


(32)

c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.

Siklus II, meliputi tahapan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Perencanaan

a. Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi berikut penetapan alternatif pemecahan masalah.

b. Menentukan indikator pencapaian hasil belajar. c. Pengembangan program tindakan II.

2. Tindakan

Pelaksanaan program tindakan II mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:

a. Guru melakukan apersepsi

b. Siswa diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

c. Siswa mengamati materi yang disajikan melalui audio visual dimana pemeran dalam audio video tersebut adalah siswa itu sendiri.

d. Gambar-gambar / foto-foto yang sesuai dengan materi, pemeran dalam foto itu lebih banyak melibatkan siswa itu sendiri.

e. Siswa bertanya jawab tentang gambar / foto.

f. Siswa menceritakan green behavior yang ada pada gambar.


(33)

h. Presentasi hasil diskusi.

i. Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa. 3. Pengamatan (Observasi)

a. Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan b. mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan

tindakan berlangsung.

c. Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dipersiapkan. 4. Refleksi

a. Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang terkumpul.

b. Membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran pada siklus II. c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus III

5. Evaluasi tindakan II

Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami kemajuan minimal 10% dari siklus I.

Siklus III (bila diperlukan). E. Validasi Data

Konsep validitas dalam aplikasinya untuk penelitian tindakan mengacu kepada kredibilitas dan derajat keterpercayaan dari hasil penelitian. Dalam penelitian ini dilakukan validasi untuk mendapatkan data yang benar-benar mendukung dan sesuai dengan karakteristik fokus permasalahan dan tujuan penelitian. Seperti halnya yang dikemukakan Sugiyono, (2012: 121), “hasil


(34)

penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.”

Adapun teknik validasi yang digunakan disesuai dengan kebutuhan penelitian, dimana pengertiannya berdasar pada pendapat Wiriaatmadja, (2010: 168-171) berikut ini :

1. Member Check, yakni memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi atau wawancara dari nara sumber (Kepala sekolah, guru, teman sejawat guru, siswa, pegawai administrasi sekolah, orangtua siswa, dan lain-lain).

2. Triangulasi, yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk, atau analisis yang peneliti sendiri timbulkan dengan membandingkan dengan hasil orang lain, misalnya mitra peneliti lain, yang hadir dan menyaksikan situasi yang sama. 3. Pembandingan/ Eksplanasi Saingan, atau kasus negatif. Peneliti tidak

melalukan upaya untuk menyanggah atau membuktikan kesalahan penelitian saingan, melainkan mencari data yang akan mendukungnya. Apabila tidak berhasil menemukannya, maka hal ini mendukung kepercayaan terhadap hipotesis, konstruk, atau kategori dalam penelitian pada awalnya.

4. Audit Trail, dapat dilakukan oleh kawan sejawat peneliti, yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang sama seperti peneliti sendiri.

5. Expert Opinion, yang dalam hal ini adalah pembimbing peneliti, yang akan memeriksa semua tahapan kegiatan penelitian, dan memberikan arahan atau


(35)

Perbaikan, modifikasi, atau penghalusan berdasarkan arahan atau opini pakar atau pembimbing, akan selanjutnya memvalidasi hipotesis, konstruk, atau katagori dan pada tahap selanjutnya analisis yang peneliti lakukan, dan dengan demikian akan meningkatkan derajat keterpercayaan penelitian.

F. Analisis Data

Dalam hal analisis data, penulis menganalisis data dengan berdasar pada pendapat Wiriaatmadja, (2010: 146), di dalam analisis data lapangan melakukan hal-hal berikut : 1. Melakukan pengumpulan data dan menyusun kategori, 2. Memvalidasi kategori, 3. Menafsirkan kategori, 4. Melakukan analisis tersebut.

Semua hal diatas dapat dilakukan dengan cara :

1. Kategorisasi data, artinya data yang diperoleh dikategorisasikan berdasarkan sumber dan jenis data.

2. Catatan lapangan penelitian, artinya pelaksanaan proses pembelajaran dalam upaya pengembangan green behavior pada siswa melalui penggunaan media audio visual dalam mata pelajaran ips di sekolah dasar negeri babakan ciparay ini dicatat dengan baik.

3. Kuesioner guru dan siswa, diperlukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran yang dilakukan. Data hasil penelitiannya disajikan dalam bentuk presentase untuk mendapatkan gambaran seberapa besar frekuensi setiap jawaban, dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

� ℎ � �� � � �� ��

� ℎ ℎ � X 100%

Untuk memperoleh gambaran tentang perilaku verbal dan nonverbal guru maupun siswa selama proses pembelajaran berlangsung digunakan daftar tilik


(36)

(checklist) dalam lembar pengamatan yang disediakan untuk kemudian dideskripsikan dan diinterpretasi oleh peneliti.

G. Interpretasi Data

Interpretasi dilakukan peneliti terhadap keseluruhan temuan penelitian berdasarkan teoritik dan norma-norma ilmiah yang telah disepakati mengenai proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik fokus permasalahan dan tujuan penelitian, sampai diperoleh suatu kerangka konseptual yang memungkinkan bagi pengembangan green behavior melalui penggunaan media audio visual dalam metode example non-examples pada pembelajaran IPS di SDN Babakan Ciparay 3 Bandung.

Adapun interpretasi data ada yang didasarkan pada pendapat Ali (1992: 184) yaitu sebagai berikut :

0% = ditafsirkan tidak ada 1 % - 39 % = ditafsirkan sebagian kecil 40% - 49% = ditafsirkan, hampir setengahnya 50% = ditafsirkan, setengahnya

51% - 75% = ditafsirkan, sebagian besar 76% - 99% = ditafsirkan, pada umumnya 100% = ditafsirkan, seluruhnya


(37)

(38)

BAB 5

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab 5 ini berisi uraian dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengembangan green behavior pada siswa melalui penggunaan media audio visual dalam mata pelajaran IPS di sekolah dasar dalam hal ini di SDN Babakan Ciparay 3 Bandung. Kemudian juga dituliskan rekomendasi yang peneliti buat untuk guru dan pihak sekolah.

A. Kesimpulan

Setelah pengembangan green behavior yaitu pengembangan suatu perilaku yang tindakannya didasari oleh suatu nilai, norma dan aturan yang peduli terhadap lingkungan, dilakukan melalui metoda penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode examples non-examples dibantu media audio visual serta menjalani berbagai proses, mulai dari orientasi, perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi dengan tetap berpijak pada rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Metode pembelajaran examples non-examples dapat digunakan sebagai metode pembelajaran dalam upaya pengembangan green behavior pada siswa .

2. Media pembelajaran audio visual sangat bermanfaat untuk menciptakan pembelajaran yang lebih faktual dan kontekstual.

3. Penggunaan metode examples non-examples dengan media audio visual dalam upaya mengembangkan green behavior dalam pembelajaran IPS akan berjalan


(39)

dengan baik jika guru membuat desain pembelajaran dengan melalui tahap-tahap berikut :

a. pembuatan RPP pada materi masalah sosial dengan kompetensi dasar mengenal permasalahan sosial didaerahnya,

b. mengembangkan materi melalui indikator-indikator yang ingin dicapai siswa dengan indikator yang berbeda di setiap siklusnya,

c. pembuatan tayangan audio visual yang materinya berupa peristiwa yang berkaitan dengan masalah sosial seperti banjir, longsor, kebakaran hutan dan contoh perbuatan yang diharapkan (green behavior) seperti membuang sampah pada tempatnya, memelihara tanaman, memadamkan lampu kelas dikala hari sudah siang, membawa bekal botol minum dari rumah agar tidak menambah sampah plastik, dan lain-lain.

4. Desain pembelajaran yang telah dibuat kemudian diterapkan dalam tahap-tahap belajar berupa siklus 1 sampai 3, dan memberikan hasil sebagai berikut:

a. siswa telah mampu mengidentifikasi macam-macam permasalahan sosial dan permasalahan sosial yang diakibatkan oleh ketidakpedulian terhadap lingkungan, mampu memahami pentingnya sikap peduli terhadap lingkungan, serta mampu mengidentifikasi sebagai perilaku yang tindakannya didasari oleh suatu nilai, norma dan aturan yang peduli terhadap lingkungan yang kemudian disebut dengan green behavior. b. mereka mampu mempraktekan sendiri dengan membuat dokumentasi saat

siswa melakukan dan mampu menerapkan green behavior dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk perilaku-perilaku kecil sederhana


(40)

seperti membuang sampah pada tempatnya, memelihara tanaman, membawa bekal minum dari rumah memakai botol isi ulang, membersihkan sampai di bawah meja, mematikan listrik di siang hari. c. Membiasakan penerapan green behavior dalam kehidupan siswa

sehari-hari terutama di lingkungan sekolah, kemudian bersama-sama dengan guru melakukan pembiasaan dengan praktek menanam pohon, membuat tempat sampah, pemeliharaan tanaman, pembuatan jadwal piket kelas, piket menyiram tanaman dan piket pembersihan wc sekolah serta pembiasaan satu menit bersih sebelum pulang sekolah.

Setelah melalui beberapa tahapan yang dilakukan seperti yang telah diuraikan diatas, didapat beberapa kelebihan lain dalam melakukan pembelajaran dengan menggunakan audio visual dalam upaya pengembangan green behavior ini yaitu :

1. Pembelajaran yang menyenangkan/joyful learning, dengan melihat materi yang dikemas dalam sebuah tayangan yang berupa film bergerak dan bersuara atau audio visual.

2. Lebih kontekstual, dengan memberikan contoh kejadian dalam suatu tayangan bergerak yang menjadikan mereka lebih dekat dengan materi yang diajarkan tidak berbentuk paparan yang seringkali harus mereka bayangkan kejadiannya. 3. Dari segi kognitif, siswa lebih mudah memahami, karena materi tayangan telah

dipilih berupa pokok-pokoknya saja tidak seperti membacakan semua isi buku. 4. Menyentuh sisi afeksi mereka karena disertai gambar-gambar dan musik yang


(41)

5. Mengembangkan psikomotorik mereka dengan aktivitas yang lebih meminta siswa yang melakukan sendiri dengan pembiasaan dan monitoring .

Secara keseluruhan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini berjalan cukup lancar, sesuai perencanaan dan berhasil dalam strategi pembelajaran melakukan perubahan ke arah yang lebih dan mampu mengembangkan green behavior pada siswa walaupun hanya dilakukan pada satu kelompok kecil yang berada dalam satu kelas, mudah-mudahan bermanfaat untuk kelompok yang lebih luas walau hasil yang maksimal dari perilaku memang membutuhkan proses dan waktu, tetapi pada dasarnya sudah menampakkan perubahan ke arah yang diharapkan dari penelitian ini yaitu siswa tidak hanya memahami secara kognitif tetapi juga afektif dan psikomotorik, tidak hanya paham, tetapi juga mempunyai nilai yang menumbuhkan sikap dan mendorong untuk berperilaku peduli pada lingkungan, dimulai dari lingkungan sekolahnya.

B. Rekomendasi

1. Bagi Penentu Kebijakan

Peningkatan kemampuan mengajar guru di dalam kelas, sangat perlu dukungan dari penentu kebijakan di lingkungan sekolah dalam hal ini kepala sekolah. Selain sarana dan prasarana seperti keperluan e-learning minimal komputer atau netbook dan infokus, diperlukan juga pelatihan-pelatihan bagi gurunya untuk lebih mengenal teknologi.

Siswa saat ini sudah tak ada batas dengan perkembangan teknologi di luar sementara lingkungan pendidikan yang seharusnya lebih dulu mengenalkan malah jauh dari perkembangan teknologi. Hal ini akan menimbulkan ketimpangan.


(42)

Untuk itu diperlukan upaya mengurangi ketimpangan ini, apabila sulit untuk langsung mendidik semua guru, minimal 50 persen dari guru yang ada, dituntut menguasai teknologi, sehingga membantu menyiapkan materi pembelajaran yang lebih menarik untuk guru lainnya dan agar mampu mengimbangi anak yang lebih tertarik dengan hal-hal yang baru sehingga siswa tidak saja pintar secara kognitif, tetapi afeksi mereka yang mendorong pada psikomotorik juga berkembang dalam diri siswa, sehingga membantu mereka dalam kehidupan di masyarakatnya. 2. Bagi Khazanah Ilmu

Diperlukan suatu pembelajaran yang lebih nyata atau lebih kontekstual dengan kehidupan siswa sehari-hari agar lebih mengena dan mudah dipahami oleh siswa. Dengan kemajuan teknologi dan kemampuan ekonomi yang naik membuat siswa sudah terbiasa dengan alat dan dunia teknologi sehingga diperlukan kemampuan guru yang mampu mengikuti perkembangan teknologi, sehingga mampu mengikuti minat siswanya akan teknologi.

Diperlukan suatu situasi dari proses pembelajaran yang tidak teacher centered dan tidak berkutat dengan buku paket. Pemilihan materi yang inti dan merealisasikannya dalam tugas kelompok berbentuk gambar-gambar materi pembelajaran lebih mudah dilakukan jika audio visual masih sulit untuk dilakukan.

Khusus untuk beberapa tindakan yang dilakukan, sehubungan dengan upaya pengembangan green behavior pada siswa melalui penggunaan media audio visual dalam mata pelajaran IPS di sekolah ini, yang dilakukan pada siswa


(43)

V dan VI sehingga perilaku green behavior ini tercermin dalam wujud sekolah hijau/green school dalam jangka panjang.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini mengambil cara yang sederhana dalam upaya mengembangkan suatu perilaku yang kemudian peneliti sebut “green behavior”. Dibutuhkan upaya yang lebih keras dan cara yang lebih tepat agar green behavior ini bisa benar-benar tercipta dan berkelanjutan, untuk itu jalan terbuka lebar untuk penelitian selanjutnya.

Studi lanjutan dapat memilih lokasi yang berbeda, dengan metode atau metode pembelajaran yang berbeda tetapi untuk pengembangan perilaku yang sama yakni green behavior. Memperbanyak tindakan yang dilakukan ke arah pembiasaan agar perubahan perilaku yang diharapkan dapat terwujud dengan maksimal. Melalui studi lanjutan diharapkan memperoleh cara baru untuk lebih mengembangkan green behavior ini yang sangat diperlukan bagi terciptanya lingkungan sekolah yang bersih, sehat serta dalam jangka panjang membantu mengurangi kerusakan alam. Mewujudkan “teaching sustainability with the earth charter” melalui green behavior.


(1)

BAB 5

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab 5 ini berisi uraian dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengembangan green behavior pada siswa melalui penggunaan media audio visual dalam mata pelajaran IPS di sekolah dasar dalam hal ini di SDN Babakan Ciparay 3 Bandung. Kemudian juga dituliskan rekomendasi yang peneliti buat untuk guru dan pihak sekolah.

A. Kesimpulan

Setelah pengembangan green behavior yaitu pengembangan suatu perilaku yang tindakannya didasari oleh suatu nilai, norma dan aturan yang peduli terhadap lingkungan, dilakukan melalui metoda penelitian tindakan kelas dengan menggunakan metode examples non-examples dibantu media audio visual serta menjalani berbagai proses, mulai dari orientasi, perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi dengan tetap berpijak pada rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Metode pembelajaran examples non-examples dapat digunakan sebagai metode pembelajaran dalam upaya pengembangan green behavior pada siswa .

2. Media pembelajaran audio visual sangat bermanfaat untuk menciptakan pembelajaran yang lebih faktual dan kontekstual.

3. Penggunaan metode examples non-examples dengan media audio visual dalam upaya mengembangkan green behavior dalam pembelajaran IPS akan berjalan


(2)

dengan baik jika guru membuat desain pembelajaran dengan melalui tahap-tahap berikut :

a. pembuatan RPP pada materi masalah sosial dengan kompetensi dasar mengenal permasalahan sosial didaerahnya,

b. mengembangkan materi melalui indikator-indikator yang ingin dicapai siswa dengan indikator yang berbeda di setiap siklusnya,

c. pembuatan tayangan audio visual yang materinya berupa peristiwa yang berkaitan dengan masalah sosial seperti banjir, longsor, kebakaran hutan dan contoh perbuatan yang diharapkan (green behavior) seperti membuang sampah pada tempatnya, memelihara tanaman, memadamkan lampu kelas dikala hari sudah siang, membawa bekal botol minum dari rumah agar tidak menambah sampah plastik, dan lain-lain.

4. Desain pembelajaran yang telah dibuat kemudian diterapkan dalam tahap-tahap belajar berupa siklus 1 sampai 3, dan memberikan hasil sebagai berikut:

a. siswa telah mampu mengidentifikasi macam-macam permasalahan sosial dan permasalahan sosial yang diakibatkan oleh ketidakpedulian terhadap lingkungan, mampu memahami pentingnya sikap peduli terhadap lingkungan, serta mampu mengidentifikasi sebagai perilaku yang tindakannya didasari oleh suatu nilai, norma dan aturan yang peduli terhadap lingkungan yang kemudian disebut dengan green behavior. b. mereka mampu mempraktekan sendiri dengan membuat dokumentasi saat

siswa melakukan dan mampu menerapkan green behavior dalam kehidupan sehari-hari dalam bentuk perilaku-perilaku kecil sederhana


(3)

seperti membuang sampah pada tempatnya, memelihara tanaman, membawa bekal minum dari rumah memakai botol isi ulang, membersihkan sampai di bawah meja, mematikan listrik di siang hari. c. Membiasakan penerapan green behavior dalam kehidupan siswa

sehari-hari terutama di lingkungan sekolah, kemudian bersama-sama dengan guru melakukan pembiasaan dengan praktek menanam pohon, membuat tempat sampah, pemeliharaan tanaman, pembuatan jadwal piket kelas, piket menyiram tanaman dan piket pembersihan wc sekolah serta pembiasaan satu menit bersih sebelum pulang sekolah.

Setelah melalui beberapa tahapan yang dilakukan seperti yang telah diuraikan diatas, didapat beberapa kelebihan lain dalam melakukan pembelajaran dengan menggunakan audio visual dalam upaya pengembangan green behavior ini yaitu :

1. Pembelajaran yang menyenangkan/joyful learning, dengan melihat materi yang dikemas dalam sebuah tayangan yang berupa film bergerak dan bersuara atau audio visual.

2. Lebih kontekstual, dengan memberikan contoh kejadian dalam suatu tayangan bergerak yang menjadikan mereka lebih dekat dengan materi yang diajarkan tidak berbentuk paparan yang seringkali harus mereka bayangkan kejadiannya. 3. Dari segi kognitif, siswa lebih mudah memahami, karena materi tayangan telah

dipilih berupa pokok-pokoknya saja tidak seperti membacakan semua isi buku. 4. Menyentuh sisi afeksi mereka karena disertai gambar-gambar dan musik yang


(4)

5. Mengembangkan psikomotorik mereka dengan aktivitas yang lebih meminta siswa yang melakukan sendiri dengan pembiasaan dan monitoring .

Secara keseluruhan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini berjalan cukup lancar, sesuai perencanaan dan berhasil dalam strategi pembelajaran melakukan perubahan ke arah yang lebih dan mampu mengembangkan green behavior pada siswa walaupun hanya dilakukan pada satu kelompok kecil yang berada dalam satu kelas, mudah-mudahan bermanfaat untuk kelompok yang lebih luas walau hasil yang maksimal dari perilaku memang membutuhkan proses dan waktu, tetapi pada dasarnya sudah menampakkan perubahan ke arah yang diharapkan dari penelitian ini yaitu siswa tidak hanya memahami secara kognitif tetapi juga afektif dan psikomotorik, tidak hanya paham, tetapi juga mempunyai nilai yang menumbuhkan sikap dan mendorong untuk berperilaku peduli pada lingkungan, dimulai dari lingkungan sekolahnya.

B. Rekomendasi

1. Bagi Penentu Kebijakan

Peningkatan kemampuan mengajar guru di dalam kelas, sangat perlu dukungan dari penentu kebijakan di lingkungan sekolah dalam hal ini kepala sekolah. Selain sarana dan prasarana seperti keperluan e-learning minimal komputer atau netbook dan infokus, diperlukan juga pelatihan-pelatihan bagi gurunya untuk lebih mengenal teknologi.

Siswa saat ini sudah tak ada batas dengan perkembangan teknologi di luar sementara lingkungan pendidikan yang seharusnya lebih dulu mengenalkan malah jauh dari perkembangan teknologi. Hal ini akan menimbulkan ketimpangan.


(5)

Untuk itu diperlukan upaya mengurangi ketimpangan ini, apabila sulit untuk langsung mendidik semua guru, minimal 50 persen dari guru yang ada, dituntut menguasai teknologi, sehingga membantu menyiapkan materi pembelajaran yang lebih menarik untuk guru lainnya dan agar mampu mengimbangi anak yang lebih tertarik dengan hal-hal yang baru sehingga siswa tidak saja pintar secara kognitif, tetapi afeksi mereka yang mendorong pada psikomotorik juga berkembang dalam diri siswa, sehingga membantu mereka dalam kehidupan di masyarakatnya. 2. Bagi Khazanah Ilmu

Diperlukan suatu pembelajaran yang lebih nyata atau lebih kontekstual dengan kehidupan siswa sehari-hari agar lebih mengena dan mudah dipahami oleh siswa. Dengan kemajuan teknologi dan kemampuan ekonomi yang naik membuat siswa sudah terbiasa dengan alat dan dunia teknologi sehingga diperlukan kemampuan guru yang mampu mengikuti perkembangan teknologi, sehingga mampu mengikuti minat siswanya akan teknologi.

Diperlukan suatu situasi dari proses pembelajaran yang tidak teacher centered dan tidak berkutat dengan buku paket. Pemilihan materi yang inti dan merealisasikannya dalam tugas kelompok berbentuk gambar-gambar materi pembelajaran lebih mudah dilakukan jika audio visual masih sulit untuk dilakukan.

Khusus untuk beberapa tindakan yang dilakukan, sehubungan dengan upaya pengembangan green behavior pada siswa melalui penggunaan media audio visual dalam mata pelajaran IPS di sekolah ini, yang dilakukan pada siswa kelas IV, mudah-mudahan materi yang ada dapat dimanfaatkan juga untuk kelas


(6)

V dan VI sehingga perilaku green behavior ini tercermin dalam wujud sekolah hijau/green school dalam jangka panjang.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini mengambil cara yang sederhana dalam upaya mengembangkan suatu perilaku yang kemudian peneliti sebut “green behavior”. Dibutuhkan upaya yang lebih keras dan cara yang lebih tepat agar green behavior ini bisa benar-benar tercipta dan berkelanjutan, untuk itu jalan terbuka lebar untuk penelitian selanjutnya.

Studi lanjutan dapat memilih lokasi yang berbeda, dengan metode atau metode pembelajaran yang berbeda tetapi untuk pengembangan perilaku yang sama yakni green behavior. Memperbanyak tindakan yang dilakukan ke arah pembiasaan agar perubahan perilaku yang diharapkan dapat terwujud dengan maksimal. Melalui studi lanjutan diharapkan memperoleh cara baru untuk lebih mengembangkan green behavior ini yang sangat diperlukan bagi terciptanya lingkungan sekolah yang bersih, sehat serta dalam jangka panjang membantu mengurangi kerusakan alam. Mewujudkan “teaching sustainability with the earth


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PEMBELAJARAN IPS KELAS IV MENGENAL AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES DI SDN PEKOREN I PASURUAN

3 18 20

Pengaruh penggunaan media audio video terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS terpadu

0 10 161

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES DENGAN MEDIA POWERPOINT DI SDN TAMBAKAJI 03 KOTA SEMARANG

2 28 263

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII DI SMP NEGERI 4 BATANG TAHUN AJARAN 2014 2015

0 11 105

Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi dengan Model Examples Non Examples Melalui Media Gambar Animasi Pada Siswa Kelas IV SDN Kalisari Batang

1 20 177

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES DI KELAS IV SDN. 101883 TANJUNG MORAWA TA 2014/2015.

0 8 23

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES PADA MATA PELAJARAN SAINS DI KELAS IV SD NEGERI 101732 KAMPUNG LALANG.

0 0 22

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE EXAMPLES NON EXAMPLES PADA SISWA KELAS IV SD Peningkatan Motivasi Belajar IPA Melalui Penerapan Metode Examples Non Examples Pada Siswa Kelas Iv SD Muhammadiyah 11 Mangkuyudan Kecamatan Laweyan Ko

0 0 17

Peningkatan Keterampilan Berbicara melalui Model Pembelajaran Examples Non Examples pada Siswa Kelas III SDN Kalibanteng Kidul 02.

0 0 1

HALAMAN PERSETUJUAN UPAYA MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES DI KELAS IV SDN 04 TEGALKAMULYAN

0 0 14