Analisis Store Atmosphere terhadap Minat Beli Konsumen di Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung.

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon konsumen atas implementasi store atmosphere pada Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung dan untuk mengetahui besar pengaruh Store Atmosphere terhadap minat beli konsumen Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung. Data penelitian merupakan data primer yang dikumpulkan dengan teknik survey menggunakan kuesioner. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 155 responden. Data penelitian dianalisis menggunakan analisis regresi berganda dengan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon konsumen terhadap store atmosphere Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung termasuk kategori baik. Secara keseluruhan, store atmosphere berpengaruh terhadap minat beli konsumen Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung sebesar 52,8%. Hasil uji secara parsial menunjukkan bahwa sub variabel display and layout, lighting, dan cleanliness berpengaruh terhadap minat beli konsumen. Sedangkan sub variabel music dan faktor pendukung tidak berpengaruh terhadap minat beli konsumen di Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung.


(2)

viii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

This study aims to determine consumer response on implementation of store atmosphere at Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung and to determine the influence of Store Atmosphere on consumer purchase intention at Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung. The research data is primary data that is collected by survey techniques using questionnaire. Sampling technique used is purposive sampling with total sample of 155 respondents. Data were analyzed using multiple regression analysis using SPSS software. Study results showed that the consumer response to store atmosphere Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung categorized as good. Overall, store atmosphere influence on consumer purchase intention at Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung by 52.8%. Partial test results showed that sub-variable display and layout, lighting and cleanliness affect the consumers purchase intention. While the sub-variable music and supporting factors had no effect on consumer purchase intention at Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Manfaat Penelitian ... 12

BAB II LANDASAN TEORI ... 13

2.1 Kajian Pustaka ... 13

2.1.1 Manajemen Pemasaran ... 13

2.1.1.1 Pengertian Manajemen Pemasaran ... 13

2.1.2 Bauran Pemasaran dan Tempat / Saluran Pemasaran ... 14

2.1.2.1 Bauran Pemasaran ... 14

2.1.2.2 Tempat/Saluran Pemasaran ... 16

2.1.3 Retail ... 17

2.1.3.1 Pengertian Ritel ... 17

2.1.3.2 Klasifikasi Retailing ... 18

2.1.3.3 Jenis-Jenis Ritel ... 19

2.1.3.3 Bauran Retail (Ritel) ... 24

2.1.4 Store Atmosphere ... 26

2.1.4.1 Pengertian Store Atmosphere ... 26

2.1.4.2 Elemen-Elemen Store Atmosphere ... 26

2.1.5 Perilaku Konsumen ... 33

2.1.5.1 Pengertian Perilaku Konsumen ... 33

2.1.6 Minat Beli ... 34

2.1.6.1 Pengertian Minat Beli ... 34

2.2 Rerangka Pemikiran ... 36

2.3 Penelitian Terdahulu ... 37

2.4 Model Penelitian ... 38


(4)

x Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

3.1 Jenis Penelitian ... 40

3.2 Populasi dan Sampel ... 40

3.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 41

3.4 Operasional Variabel Penelitian ... 41

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.6 Uji Instrumen ... 50

3.7 Teknik Analisis Data ... 51

3.8 Pengujian Hipotesis ... 52

3.8.1 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 54

4.1 Hasil Penelitian ... 54

4.1.1 Profil Responden ... 54

4.1.1.1 Jenis Kelamin ... 54

4.1.1.2 Usia ... 55

4.1.1.3 Penghasilan Per Bulan ... 55

4.1.1.4 Pernah Mengunjungi dan Membeli Produk Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung ... 56

4.1.2 Hasil Tanggapan Responden ... 56

4.1.2.1 Tanggapan Responden Tentang Display and Layout ... 56

4.1.2.2 Tanggapan Responden Tentang Music ... 59

4.1.2.3 Tanggapan Responden Tentang Lighting ... 62

4.1.2.4 Tanggapan Responden Tentang Cleanliness ... 65

4.1.2.5 Tanggapan Responden Tentang Faktor Pendukung 68

4.1.2.6 Tanggapan Responden Tentang Minat Beli Konsumen ... 71

4.1.3 Hasil Uji Validitas ... 74

4.1.4 Hasil Uji Reliabilitas ... 78

4.1.5 Uji Normalitas ... 79

4.1.6 Teknik Analisis Data ... 80

4.1.6.1 Uji ANOVA ... 80

4.1.6.2 Regresi Berganda ... 81

4.1.6.3 Pengujian Hipotesis ... 83

4.1.6.4 Koefisien Determinasi ... 85

4.2 Pembahasan ... 86

BAB V PENUTUP ... 90

5.1 Kesimpulan ... 90

5.2 Saran ... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93

LAMPIRAN ... 96


(5)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Proyeksi pertumbuhan CAGR ... 5

Gambar 2.1 Tingkat Saluran Pemasaran ... 17

Gambar 2.2 The Elements of Atmosphere ... 27

Gambar 2.3 Rerangka Pemikiran ... 36


(6)

xii Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Analisis Store Atmosphere terhadap Minat Beli Konsumen di

Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung ... 37

Tabel 3.1 Kuesioner Penelitian“Effect of Store Atmosphere on Consumer Purchase Intention in International retail chain outlet of Karachi, Pakistan” ... 42

Tabel 3.2 Kuesioner Penelitian “The Influence of Store Atmosphere on Customer Patronage Intention towards Clothing Stores in Malaysia ... 48

Tabel 4.1 Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54

Tabel 4.2 Profil Responden Berdasarkan Usia ... 55

Tabel 4.3 Profil Responden Berdasarkan Penghasilan Per Bulan ... 55

Tabel 4.4 Profil Responden Berdasarkan Pernah Mengunjungi dan Membeli Produk Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung ... 56

Tabel 4.5 Tanggapan Responden Terhadap Koridor Starbucks Coffee PVJ Menyediakan Sirkulasi yang Bagus ... 57

Tabel 4.6 Tanggapan Responden Terhadap Letak Posisi Produk Starbucks Coffee PVJ yang Mudah Dijangkau ... 57

Tabel 4.7 Tanggapan Responden Terhadap Posisi Bagian Dalam Starbucks Coffee PVJ yang Teratur ... 58

Tabel 4.8 Tanggapan Responden Terhadap Tampilan Jendela Starbucks Coffee PVJ yang Jelas Terlihat ... 58

Tabel 4.9 Tanggapan Responden Terhadap Informasi Produk yang Jelas pada Rak/Display Starbucks Coffee PVJ ... 59

Tabel 4.10 Tanggapan Responden Terhadap Ritme Background Musik Dalam Gerai Starbucks Coffee PVJ Mampu Memberikan Kenyamanan Konsumen ... 60

Tabel 4.11 Tanggapan Responden Terhadap Volume Background Musik Starbucks Coffee PVJ Terdengar Dengan Baik ... 60

Tabel 4.12 Tanggapan Responden Terhadap Jenis Musik Dalam Gerai Starbucks Coffee PVJ Merupakan Jenis Musik yang Sering Konsumen Dengar ... 61

Tabel 4.13 Tanggapan Responden Terhadap Background Musik Membuat Konsumen Starbucks Coffee PVJ Nyaman ... 61

Tabel 4.14 Tanggapan Responden Terhadap Background Musik Dapat Meningkatkan Kebahagiaan dan Kenyamanan dalam gerai Starbucks Coffee PVJ... 62

Tabel 4.15 Tanggapan Responden Terhadap Pencahayaan Sekitar Produk Membantu Konsumen Untuk Mengevaluasi Produk ... 62

Tabel 4.16 Tanggapan Responden Terhadap Sudut-Sudut Gerai Starbucks Coffee PVJ Memiliki Cahaya yang Terang ... 63

Tabel 4.17 Tanggapan Responden Terhadap Pencahayaan Seluruh Area Gerai Starbucks Coffee PVJ Dalam Kondisi Terang ... 63


(7)

Tabel 4.18 Tanggapan Responden Terhadap Pengaturan Cahaya Dalam Gerai Starbucks Coffee PVJ Mampu Meningkatkan Kenyamanan

Konsumen... 64

Tabel 4.19 Tanggapan Responden Terhadap Tingkat Kecerahan Pencahayaan Dalam Gerai Starbucks Coffee PVJ Akan Meningkatkan Kebahagiaan dan Kenyamanan Konsumen ... 64

Tabel 4.20 Tanggapan Responden Terhadap Lantai Starbucks Coffee PVJ Dalam Kondisi Bersih ... 65

Tabel 4.21 Tanggapan Responden Terhadap Rak Starbucks Coffee PVJ Dalam Kondisi Bersih ... 66

Tabel 4.22 Tanggapan Responden Bahwa Gerai Starbucks Coffee PVJ Merupakan Gerai Kopi yang Bersih ... 66

Tabel 4.23 Tanggapan Responden Bahwa Produk Dalam Gerai Starbucks Coffee PVJ Telah Rapih dan Tidak Rusak... 67

Tabel 4.24 Tanggapan Responden Bahwa Gerai Starbucks Coffee PVJ Terjaga Kebersihan dan Kerapihannya Untuk Dapat Meningkatkan Kesenangan dan Kenyamanan Konsumen ... 67

Tabel 4.25 Tanggapan Responden Bahwa Penampilan Karyawan Starbucks Coffee PVJ Merupakan Hal Penting ... 68

Tabel 4.26 Tanggapan Responden Bahwa Kesopanan Karyawan Starbucks Coffee PVJ Merupakan Hal Penting ... 69

Tabel 4.27 Tanggapan Responden Bahwa Komunikasi Antara Karyawan dan Konsumen Starbucks Coffee PVJ Merupakan Hal Penting ... 69

Tabel 4.28 Tanggapan Responden Bahwa Para Karyawan Starbucks Coffee PVJ Memberikan Kualitas Pelayanan yang Baik ... 70

Tabel 4.29 Tanggapan Responden Bahwa Keramaian Konsumen Dapat Meningkatkan Daya Tarik Starbucks Coffee PVJ ... 70

Tabel 4.30 Tanggapan Responden Bahwa Keyamanan dan Kepuasan Konsumen Starbucks Coffee PVJ Merupakan Faktor Pendorong Peningkatan Jumlah Konsumen Starbucks Coffee PVJ ... 71

Tabel 4.31 Tanggapan Responden Bahwa Responden Ingin Berbelanja di Gerai Starbucks Coffee PVJ ... 71

Tabel 4.32 Tanggapan Responden Bahwa Responden Ingin Berbelanja Lebih Lama di Gerai Starbucks Coffee PVJ ... 72

Tabel 4.33 Tanggapan Responden Bahwa Responden Ingin Mengunjungi Kembali Gerai Starbucks Coffee PVJ ... 73

Tabel 4.34 Tanggapan Responden Bahwa Responden Ingin Membeli Kembali Produk di Starbucks Coffee PVJ ... 73

Tabel 4.35 Tanggapan Responden Bahwa Responden Akan Merekomendasikan Starbucks Coffee PVJ Pada Keluarga dan Teman-Temannya... 74

Tabel 4.36 Hasil Uji Validitas Variabel Display and Layout ... 75

Tabel 4.37 Hasil Uji Validitas Variabel Music ... 75

Tabel 4.38 Hasil Uji Validitas Variabel Lighting ... 76

Tabel 4.39 Hasil Uji Validitas Variabel Cleanliness ... 76

Tabel 4.40 Hasil Uji Validitas Variabel Faktor Pendukung ... 77

Tabel 4.41 Hasil Uji Validitas Variabel Minat Beli Konsumen ... 77


(8)

xiv Universitas Kristen Maranatha

Tabel 4.43 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 80

Tabel 4.44 ANOVAa ... 80

Tabel 4.45 Coefficientsa ... 81

Tabel 4.46 Model Summaryb ... 85

Tabel 4.47 Penilaian Responden Tentang Store Atmosphere di Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung ... 86


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A Kuesioner ... 96

Lampiran B Skor Kuesioner ... 100

Lampiran C Profil Responden ... 114

Lampiran D Tanggapan Responden... 115

Lampiran E Hasil Analisis Data Dengan SPSS ... 122


(10)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Saat ini industri ritel sudah banyak menjamur di Indonesia, industri ini tumbuh dan berkembang sedemikian cepat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk. Industri ini juga semakin popupler sejak masuknya ritel modern di Indonesia, yakni Mart-Mart (Indomart, Alfamart, dan afiliasinya), hingga yang paling fenomenal ketika ritel asing asal Perancis, Carrefour, masuk ke Indonesia (Nurviani, 2013). Industri ritel menjadi perhatian bagi kalangan para pelaku bisnis dengan adanya persaingan antara ritel traditional dan ritel modern. Hal ini terjadi karena pihak ritel traditional ditempatkan dalam posisi lemah, karena adanya perbedaan karakteristik (Utomo, 2011).

Industri ritel diprediksi terus meningkat tiap tahunnya dan di pandang sebagai industri yang menguntungkan untuk segala jenis ritel seperti Food Retailer (Supermarket dan Convinience Store), General Merchandise Retailer (Department Store) dan Nonstore Retailer (E-Commerce). Meningkatnya Industri ritel di Indonesia disebabkan oleh struktur demografi Indonesia yang didominasi penduduk usia muda yang akan meningkatkan jumlah tenaga kerja produktif dengan disposable income dan kebutuhan yang semakin tinggi. Selain itu adanya perubahan gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat Indonesia. Namun, pada tahun 2015 terjadi perlambatan ekonomi di Indonesia yang menyebabkan industri ritel pun terkena imbas. Perkembangan industri ritel terpantau melambat yang disebabkan oleh turunnya daya beli masyarakat, indeks kepercayaan konsumen


(11)

BAB I PENDAHULUAN 2

(IKK) dan lemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat. Dalam hal potensi di masa depan, Industri ritel di Indonesia memiliki potensi besar untuk jangka menengah dan panjang mengingat Indonesia menempati posisi ke 12 dari 30 negara berkembang tujuan industri ritel. Industri ritel juga masih akan berkontribusi mengurangi angka pengangguran di Indonesia karena industri ini cukup memberikan kontribusi positif terhadap kemajuan perekonomian skala lokal dan nasional. Dukungan pemerintah dan masyarakat terhadap pengembangan potensi lokal pun menjadi salah satu faktor berkembangnya perusahaan-perusahaan di sektor industri ritel sehingga dapat meningkatkan kebutuhan tenaga kerja baru yang potensial dan berkualitas. Menghadapi Tahun 2016, trend industri ritel diprediksi akan lebih banyak di jenis usaha Nonstore Retailer atau yang lebih familiar dengan istilah E-Commerce atau Online Store. Seiring dengan tambahnya pengguna internet dan smartphone di Indonesia (linkedin.com).

Pertumbuhan ekonomi yang di gadang-gadang pemerintah maupun Bank Indonesia (BI) telah mencapai lebih dari 5 % di tahun 2016. Tetapi ketika daya beli masyarakat belum pulih maka pertumbuhan yang besar sulit dicapai. Tahun lalu perekonomian hanya tumbuh 4,79% tapi di tahun 2016 pemerintah dan BI menargetkan suku bunga tinggi . Pemerintah mematok pertumbuhan antara 5,3%-5,5% sedangkan BI 5,2%-5,6%. Menurut Enny Srihartati selaku Direktur Eksekutif INDEF menyatakan bahwa tak hanya tekanan global, dari internal juga bermasalah. Tingkat daya beli masyarakat masih rendah, sehingga kalau seperti itu terus tidak mungkin pertumbuhan mencapai 5%. Untuk mengatasi tingkat daya beli masyarakat meningkat, maka pemerintah harus mengeluarkan kebijakan


(12)

BAB I PENDAHULUAN 3

Universitas Kristen Maranatha

untuk mendorong sektor produktif agar berjalan secara maksimal

(NBCIndonesia.com).

Awal tahun 2016 pemerintahan Presiden Joko Widodo mengeluarkan kebijakan yaitu Penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif dasar listrik (TDL) serta elpiji 12kg. Eric Sugandi, Ekonom Kenta Institute menilai kebijakan ini akan memperbaiki daya beli masyarakat. Apalagi bila dikombinasikan dengan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) yang ikut naik dampaknya akan membuat daya beli masyarakat lebih besar. Diketahui dalam setahun kebelakang daya beli masyarakat Indonesia memang sedikit melambat . Seiring dengan makin rendah harga komoditas dan berdampak pada industri utama di dalam negeri, yakni perkebunan dan pertambangan. Kemudian menular ke sektor lainnya, khususnya perhotelan , makanan dan minuman. Dengan ini pemerintah membuat sebuah langkah kenaikan batas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) menjadi Rp. 3.000.000/bulan. Hingga akhirnya konsumsi rumah tangga tetap berjaga di sekitar 5%. Menurut David Sumual, Ekonom PT Bank BCA Tbk memperkirakan konsumsi rumah tangga di 2016 bisa di atas 5%, sehingga dapat menjadi penopang utama dalam pertumbuhan ekonomi 2015 yang ditargetkan pemerintah sebesar 5,3%. Dengan terjadi penurunan BBM akan mendorong daya beli masyarakat tetap bagus dan inflasi harus dikendalikan pada batas sesuai APBN, yakni 4,7% (finance.detik.com).

Perkembangan Industri ritel di Indonesia dilihat dari beberapa sektor yakni pariwisata, food and beverages, fashion dan Elektronik. Jumlah yang paling diminati konsumen yaitu Food and Beverages. Pada tahun 2015 sektor food and beverages berkontribusi sebesar 29,95% terhadap pengelolaan non-migas,


(13)

BAB I PENDAHULUAN 4

sedangkan industri non-migas berkontribusi sebesar 86,4% terhadap industri pengolahan atau sebesar 18,27% terhadap PDB nasional. Pertumbuhan industri makanan dan minuman nasional mencapai 8,16% dibanding pertumbuhan migas sebesar 5,12% pada kuartal I tahun 2015. Untuk sektor pariwisata , jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke indonesia pada Februari 2015 naik 11,95% dibandingkan jumlah kunjungan wisman Februari 2014 (bisnis.liputan6.com).

Dari data di atas , Sektor yang paling besar yaitu Sektor Food and Beverages. Secara keseluruhan, packaged food selama periode 2013-2017 di proyeksikan tumbuh rata-rata 12,6%/tahun. Beberapa jenis makanan yang identik dengan lifestyle masyarakat middle class income diperkirakan tumbuh lebih tinggi, di antara canned/preserved food (16,7%), Frozen processed food (16,6%), Ice cream (18%) dan noodles (13,5%). Sementara itu minuman ringan diperkirakan tumbuh rata-rata 12%/tahun. Pertumbuhan yang tinggi diperkirakan terjadi untuk produk ready to drink (RTD) coffee (18,8%), Fruit/vegetable juice (15,6%), sports and energy drink (14,8%) dan RTD tea (13,7%). Dari berbagai aspek makanan dan minuman yang paling di sukai konsumen yaitu Coffee sebesar 18,8% (duniaindustri.com)


(14)

BAB I PENDAHULUAN 5

Universitas Kristen Maranatha

Gambar 1.1 Proyeksi pertumbuhan CAGR

Melihat kondisi persaingan yang semakin ketat, setiap bisnis ritel modern perlu meningkatkan kekuatan yang ada dalam perusahaannya dengan cara memunculkan perbedaan atau keunikan yang dimiliki perusahaan dibanding dengan pesaing untuk dapat menarik minat beli konsumen. Menyikapi hal ini, peritel yang bermain bisnis dituntut untuk selalu melakukan inovasi, kreatif dan dinamis mengikuti perkembangan perilaku konsumen. Oleh karena itu situasi pembelian terutama lingkungan fisik seperti warna dinding, pencahayaan, suhu udara, kebersihan, dan pengaturan ruangan perlu di perhatikan retailer, karena dengan adanya lingkungan fisik yang menarik diharapkan mampu menarik konsumen untuk melakukan pembelian (Achmad, 2010:1).

Penciptaan suasana yang menyenangkan, menarik, serta mampu membuat konsumen merasa nyaman ketika berada di dalam toko merupakan salah satu cara agar bisa menarik konsumen untuk melakukan tindakan pembelian (Levy dan Weitz dalam Achmad, 2010). Berdasarkan penjelasan di atas peneliti dapat


(15)

BAB I PENDAHULUAN 6

menarik kesimpulan bahwa bisnis ritel yang menarik minat beli konsumen harus mempunyai keunikan dan perbedaan dengan menggunakan store atmosphere. Karena aspek yang pertama kali konsumen lihat pada toko saat berkunjung adalah aspek lingkungan fisik.

Citra peritel bergantung pada store atmosphere, yakni perasaan psikologi konsumen ketika berkunjung pada gerai peritel. Hal ini meliputi karakteristik toko, katalog toko, mesin penjualan, website toko. Citra peritel akan lebih luas dan mampu dikembangkan jangka panjang tergantung pada program komunikasi yang digunakan peritel. Untuk peritel Store Atmosphere merujuk pada karakteristik toko fisik yang menunjukkan dan menggambarkan citra pelanggannya. Untuk pengelolaan Store Atmosphere merujuk pada karakteristik katalog, mesin penjual, website dan sebagainya. Aspek atribut fisik seperti tata letak peritel, musik, aroma, dan atribut fisik lainnya berkontribusi terhadap persepsi pelanggan.

Atmosphere peritel mampu untuk mempengaruhi pengalaman berbelanja konsumen, seperti waktu yang mereka habiskan untuk melihat barang, keinginan untuk berdiskusi dengan tenaga penjualan, dan bereksplorasi dalam fasilitas toko. Konsumen akan menilai perusahaan berdasarkan analisis mereka terhadap atmosphere, barang dagangan dan harga. Menurut Berman & Evans (2007), Store Atmosphere terdiri dari elemen kunci yaitu Exterior, General interior, Store Layout dan Interior Display. Exterior toko memiliki pengaruh yang kuat pada citra toko sehingga peritel harus pro aktif untuk membangun exterior fisik yang menjual. General Interior meliputi elemen-elemen fisik toko yang mampu mempengaruhi persepsi konsumen seperti desain lantai, warna dinding dan tekstur


(16)

BAB I PENDAHULUAN 7

Universitas Kristen Maranatha dinding, aroma dan suara yang mampu mempengaruhi emosi konsumen. Store layout meliputi pengaturan produk-produk atau merek yang dijual dalam toko tersebut, penataan letak produk membutuhkan lokasi yang ideal, baik berdasarkan ukuran, harga, warna, dan merek, sehingga mampu meningkatkan penjualan untuk masing-masing produk tersebut. Interior display memberikan informasi kepada konsumen, mempromosi produk sehingga memiliki kemampuan yang persuasif untuk meningkatkan pengalaman kemampuan berbelanja konsumen.

Di era modern ini, konsumen ingin mengunjungi toko karena tata letak toko itu menarik (Seock, 2009) dan pelanggan membeli lebih banyak barang, menghabiskan lebih banyak waktu berbelanja, dan menghabiskan lebih banyak uang ketika toko dirancang seunik mungkin (Vieira, 2010). Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa product dan price bukan lagi faktor utama untuk menarik minat beli konsumen , yang menjadi peran penting yaitu Store Atmosphere.

Kota Bandung merupakan salah satu kota terbesar di Indonesia yang terus berkembang dengan laju pertumbuhan perekonomian, perubahan teknologi dan mobilitas masyarakat yang semakin meningkat. Hal ini menjadi salah satu faktor pendorong terciptanya persaingan ketat di dalam dunia bisnis (Lisan dan Meldarianda, 2010). Selama lima tahun terakhir, dari sejumlah usaha kuliner yang berkembang cepat adalah coffee shop (Das, 2010). Di kota Bandung terdapat 3000 cafe dan dari jumlah cafe yang ada saat ini ternyata tidak semua cafe sudah memili surat izin. Dari 3000 cafe yang memiliki izin sebesar 627 dan tidak memiliki izin 2373 (Sindonews.com).


(17)

BAB I PENDAHULUAN 8

Saat ini, produk minuman kopi mulai digemari oleh semua kalangan, hingga menjadi salah satu trend yang marak di perkotaan besar. Selain menyediakan pilihan menu minuman kopi, para pengusaha kedai kopi biasanya juga menyediakan menu makanan pendamping dan fasilitas tempat yang nyaman disertai jaringan internet/wifi untuk membantu konsumen merasa nyaman berada di kedai kopi. Selain pengusaha lokal, ada juga pengusaha kopi global yang ikut meramaikan bisnis kopi di Indonesia yaitu Starbucks.

Dalam buku “Starbucks Experience: 5 Principles for Turning Ordinary

into Extraordinary” (Joseph A. Michelli, 2007), dijelaskan bahwa Starbucks Coffee yang berasal dari Amerika Serikat berkantor pusat Seattle, Washington di dirikan oleh Howard Schultz. Ada 5 prinsip kunci kesuksesan dari pengalaman Starbucks yang mengubah hal biasa menjadi luar biasa yakni, Make it your own, Everything matters, Suprise and Delight, Embrace resistence , dan Leave your mark. Prinsip pertama Make it your own (Lakukan dengan cara anda) , Starbucks membangun sebuah hubungan personal untuk mengingat kebutuhan dan selera pelanggan karena pengetahuan adalah kekuatan. Dengan bersikap ramah, Starbucks menciptakan sebuah ikatan yang mengundang pelanggan untuk berkunjung lagi. Di Starbucks, bersikap tulus berarti berhubungan, menemukan, dan merespons. Bisnis juga harus bisa menemukan kebutuhan dan kondisi unik dari setiap pelanggan serta kemudian mencari cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

Prinsip kedua Everything Matters, bisnis retail adalah bisnis detail . Detail kecil kadangkala membedakan antara kesuksesan dan kegagalan. Komitmen terhadap detail adalah hal yang sangat penting dalam semua bisnis. Jika seorang


(18)

BAB I PENDAHULUAN 9

Universitas Kristen Maranatha pembisnis mengabaikan hal-hal kecil yang di anggap penting oleh orang-orang yang dilayani, maka pembisnis ini akan gagal menciptakan pengalaman yang konsumen harapkan. Para pemimpin Starbucks sangat peduli pada semua hal seperti lingkungan fisik, mutu produk, perlunya penyusunan prioritas kerja, pentingnya reputasi perusahaan, bahkan budaya yang menyenangkan.

Prinsip ketiga Suprise and delight, Seorang petugas mengingatkan seorang CEO Starbucks tentang betapa pentingnya mengingatkan para prajurit yang sedang bertugas bahwa pegawai Starbucks juga memikirkan mereka. Dengan menambah senyuman disana-sini bisa mengubah hari-hari orang lain. Bahkan Starbucks menjadi tempat ketiga setelah rumah dan kantor. Starbucks menyediakan tempat untuk berbincang, berhubungan dan menyambung kembali hubungan. Selain itu jangan lupakan barang langka dan berharga bernama konsistensi. Ketika sebuah bisnis bisa memenuhi selera sejumlah besar orang secara konsisten, individu lainnya akan ikut bergabung dengan komunitas tersebut. Jadi untuk dapat berhasil, maka carilah kebutuhan masyarakat, dan masuk, serta penuhilah. Jangan lupa memberi suprise.

Prinsip keempat Embrace resistence, Starbucks berani menerima kritikan dari pelanggannya. Kritik merupakan kesempatan untuk belajar lebih banyak mengenai apa yang bisa dilakukan, bagaimana menjadi lebih baik, dan bagaimana menangani masalah secara berbeda. Ketika bersalah, akuilah, perbaikilah, dan tetap pada jalur dimana anda dapat membuat perubahan positif. Starbucks telah belajar untuk tidak mengurangi kritik yang masuk dan mengingkarinya tetapi mendengarkan untuk memetik kesempatan belajar yang datang dari suara-suara tersebut.


(19)

BAB I PENDAHULUAN 10

Prinsip kelima Leave your mark, Starbucks ingin memberikan kontribusi positif pada komunitas dan lingkungan. Starbucks berkomitmen terhadap peran kepemimpinan berwawasan lingkungan di semua aspek bisnisnya. Dengan cara memahami masalah lingkungan dan berbagi informasi dengan mitra Starbucks, menciptakan solusi inovatif dan fleksibel untuk membawa perubahan, berusaha keras membeli, menjual, menggunakan produk yang ramah lingkungan, dan menanam tanggung jawab terhadap lingkungan sebagai nilai perusahaan. Berdasarkan 5 prinsip pengalaman starbucks dapat di simpulkan Starbucks mencerminkan sebuah budaya kerja yang penuh pemberdayaan dan kemandirian, mampu mengembangkan kesetiaan pelanggan yang konsisten, menciptakan Store Atmosphere yang nyaman dengan memperhatikan hal detail dan Starbucks dapat membuat hari-hari pelanggan menjadi lebih baik ketika berada di Starbucks.

Starbuck pertama kali dibuka di plaza Indonesia, Jakarta pada tanggal 17 mei 2002, kehadirannya tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan fungsional para pencinta kopi tetapi sudah mengarah ke kebutuhan emosional, dan aktualisasi diri konsumen. Perkembangan gerai Starbucks di nilai agresif, terbukti bahwa di kota Bandung sendiri Starbucks Coffee memiliki 5 (lima) gerai yaitu di mal Bandung Indah Plaza (BIP), mal Trans Studio Bandung, mal Paris Van Java, Cihampelas Walk, dan di jalan Braga No. 99-100.

Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung mempunyai tatanan ruangan yang baik serta luas bangunan yang memadai untuk menciptakan store atmosphere kedai yang mampu menarik minat beli konsumen. Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung melakukan penataan ruang sebaik mungkin untuk menciptakan store atmosphere kedai yang nyaman saat konsumen menikmati


(20)

BAB I PENDAHULUAN 11

Universitas Kristen Maranatha hidangan yang dipesan. Contohnya, disediakan ruangan indoor maupun outdoor. Fasilitas seperti ruangan outdoor atau indoor tersebut diberikan untuk kenyamanan para konsumennya, jika konsumen tersebut merokok maka di sediakan tempat diluar ruangan atau outdoor.

Starbucks Coffee sangat memahami perilaku masyarakat di Indonesia, yang membutuhkan makanan dan minuman berkualitas, dan suasana toko yang nyaman. Selain itu Starbucks Coffee juga memberikan fasilitas pendukung seperti: wifi, sofa, toilet yang bersih dan pendingin ruangan yang sejuk. Maka tidak heran, jika gerai kopi tersebut selalu ramai dengan dukungan lokasi yang strategis di Bandung. Para pebisnis sangat tertarik untuk melakukan penataan store atmosphere semata-mata untuk menarik minat beli konsumen. Minat beli sendiri timbul karena kecenderungan konsumen untuk membeli suatu merek atau mengambil tindakan yang berhubungan dengan pembelian yang diukur dengan tingkat kemungkinan konsumen melakukan pembelian (Mowen dalam Meldarianda dan S. Lisan, 2010). Maka dari itu store atmosphere sangat berperan penting karena akan mempengaruhi penilaian awal dari pandangan atau persepsi konsumen dalam melakukan minat beli terhadap suatu toko.

Dilihat dari Isu bisnis di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Analisis Store Atmosphere terhadap minat beli

konsumen di Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung”. 1.2 Rumusan masalah

Dari permasalahan yang dibahas sebelumnya, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :


(21)

BAB I PENDAHULUAN 12

1. Bagaimana respon konsumen terhadap store atmosphere Starbucks Coffee

Paris Van Java Bandung ?

2. Berapa besar pengaruh store atmosphere terhadap minat beli konsumen

Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui :

1. Respon konsumen atas implementasi store atmosphere pada Starbucks Coffee

Paris Van Java Bandung.

2. Besar pengaruh Store Atmosphere terhadap minat beli konsumen Starbucks

Coffee Paris Van Java Bandung.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna dan bermanfaat bagi :

1. Akademisi

Dapat memberikan manfaat untuk mengembangkan strategi pengelolaan industri ritel melalui rancangan store atmosphere untuk meningkatkan minat beli konsumen.

2. Praktisi

Dapat membantu perusahaan yang bergerak di bidang Coffee retail dalam mengembangkan store atmosphere gerai tokonya sehingga mampu menghasilkan pengalaman konsumen yang positif dan mendorong minat beli konsumen.


(22)

90

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari analisis dan pembahasan penelitian sebelumnya tentang pengaruh store atmosphere terhadap minat beli konsumen di Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung, penulis dapat menyimpulkan:

1. Respon konsumen terhadap store atmosphere Starbucks Coffee Paris Van

Java Bandung termasuk kategori baik. Hal ini ditunjang antara lain:

a. Display and layout meliputi koridor yang memiliki sirkulasi yang bagus, letak posisi produk, pengaturan posisi bagian dalam cafe, tampilan jendela untuk melihat produk dengan jelas, rak /display produk yang mampu membuat konsumen merasa senang dan nyaman.

b. Music yang dilihat dari ritme background musik cafe, pengaturan volume musik, jenis musik yang dimainkan, mampu membuat suasana hati konsumen menjadi bahagia dan nyaman.

c. Lighting yang ditunjang oleh pencahayaan di sekitar produk yang memperjelas kualitas produk, pencahayaan terang di seluruh bagian gerai termasuk sudut-sudut gerai sudah diatur untuk meningkatkan kebahagiaan dan kenyamanan konsumen.

d. Cleanliness juga terlihat dari kebersihan lantai, produk dalam gerai yang tersusun rapi dan tidak rusak, sehingga mampu meningkatkan kesenangan dan kenyamanan konsumen.


(23)

BAB V PENUTUP 91

e. Faktor pendukung seperti penampilan karyawan, kesopanan karyawan,

komunikasi antara karyawan dan konsumen, kualitas pelayanan yang baik, keramaian konsumen yang meningkatkan daya tarik, serta kenyamanan dan kepuasan konsumen yang mendorong terjadinya peningkatan jumlah konsumen Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung.

2. Store atmosphere berpengaruh terhadap minat beli konsumen Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung sebesar 52,8% sedangkan sisanya sebesar 47,2% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti misalnya atribut produk seperti diskon harga (promosi), kualitas produk, kelengkapan produk dan sebagainya. Secara parsial, sub variabel display and layout, lighting, dan cleanliness berpengaruh terhadap minat beli konsumen. Sedangkan sub variabel music dan faktor pendukung tidak berpengaruh terhadap minat beli konsumen di Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan yang telah diperoleh, maka penulis mencoba memberikan beberapa saran, antara lain:

1. Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung perlu mempertahankan store

atmosphere pada gerainya karena terbukti mempengaruhi minat beli konsumen. Akan tetapi, indikator pernyataan nomor 17 dan 18 pada sub variabel cleanliness mendapat penilaian responden paling rendah. Untuk itu perusahaan disarankan agar lebih memperhatikan kebersihan rak pajangan pada gerai kopi. Hal ini sangat penting terutama meningkatkan minat beli konsumen sehingga konsumen tidak beralih ke gerai kopi yang lain.


(24)

BAB V PENUTUP 92

Universitas Kristen Maranatha

2. Penelitian ini hanya mengkhususkan pada aspek tempat bagian dalam. Oleh

karena itu, peneliti selanjutnya disarankan untuk memasukkan aspek bagian luar dari lokasi penelitian, seperti ketersediaan lahan parkir. Selain itu, peneliti selanjutnya juga bisa menambahkan aspek bauran pemasaran lainnya misalnya strategi promosi Starbucks, atribut produk yang meliputi kualitas/mutu produk, kelengkapan produk, kemasan produk. Aspek harga juga bisa diteliti terutama pada diskon atau penetapan harga.

3. Music pada Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung belum mampu mempengaruhi minat beli konsumen secara signifikan. Dalam hal ini, background musik yang ditampilkan pada gerai perlu perlu dievaluasi misalnya melakukan update database lagu agar lebih mampu meningkatkan kebahagiaan dan kenyamanan konsumen di dalam gerai.

4. Faktor pendukung store atmosphere pada Starbucks Coffee Paris Van Java

tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen terutama dari segi keramaian konsumen. Dalam hal ini, tidak semua konsumen menilai bahwa keramaian pengunjung merupakan daya tarik pada Starbucks Coffee Paris Van Java. Salah satu faktor yang lebih penting adalah suasana dan tempat yang nyaman. Oleh karena itu, alur keluar masuk konsumen perlu lebih diperhatikan agar terlihat lebih teratur dan konsumen merasa nyaman ketika berkunjung ke gerai Starbucks.


(25)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A. I. (2010). Pengaruh Store Atmosphere terhadap Keputusan Pembelian Survei pada Konsumen yang Berbelanja di Giant Hypermarket Mall Olympic Garden Kota Malang. Skripsi. Universitas Brawijaya.

Alma, B. (2009). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta.

Berman, B., & Evans, J. R. (2007). Retail Management. New Jersey: Prentice Hall.

Dougherty, C. (2002). Introduction to Econometrics. 2nd ed. New York: Oxford University Press.

Hair, J. F. JR., Anderson, R.E, Tatham, R.L. & Black, W.C. (2006). Multivariate Data Analysis. Six Edition. New Jersey: Pearson Educational, Inc.

Hartono, Jogiyanto. (2013). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman. Edisi Kelima. Cetakan Pertama. Yogyakarta: BPFE.

Hermawan, A. (2009). Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta: Grasindo.

Hussain, R. & Ali, M. (2015). Effect of Store Atmosphere on Consumer Purchase Intention. International Journal of Marketing Studies; Vol. 7, No. 2, 2015. ISSN 1918-719X E- ISSN 1918-7203. Published by Canadian Center of Science and Education.

Julianti, N. L. (2014). Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat Beli Konsumen pada Toserba Nusa Permai di Kecamatan Nusa Penida Tahun 2014. EJurnal Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4, No. 1, Tahun 2014. Singaraja.

Kotler, P. & Amstrong, G. (2012). Principles Of Marketing, Global Edition. 14 Edition. Pearson Education.

Kotler, P. & Keller, K. L. (2009). Manajemen Pemasaran. Edisi 13, jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Kotler, P. & Keller, K. L. (2012). Marketing Management. 14th Global Edition.

New Jersey: Prentice Hall.


(26)

DAFTAR PUSTAKA 94

Universitas Kristen Maranatha Meldarianda, R. & Lisan S. H. (2010). Pengaruh Store Atmosphere Terhadap

Minat Beli Konsumen Pada Resort Café Atmosphere Bandung. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. September 2010, Vol. 17, No. 2, Hal. 97 –108. ISSN: 1412-3126.

Michelli, J.. A. (2007). The Starbucks Experience: 5 Principles for Turning Ordinary Into Extraordinary. New York: McGraw Hill.

Nurviani, N (2013). Perpres Ritel VS Persaingan Usaha. Diakses dari http://www.kppu.go.id/id/2013/03/perpres-ritel-vs-persaingan-usaha/.

Purwaningsih. (2011). Pengertian store atmosphere. Diakses dari

http://www.retailmanajemen.com/2011/06/pengertian-store atmosphere.html.

Rietvield, P. & Sunaryanto, L. T. (1994). 87 Masalah Pokok dalam Regresi Berganda. Yogyakarta: Andi Offset.

Sani, A. & Maharani, V. (2013). Metodologi Penelitian Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori, Kuisioner dan Analisis Data). Cetakan Ke-2. Malang: UIN MALIKI Press.

Sarwono, J. & Martadijera, T. (2008). Riset Bisnis. Yogyakarta: Andi Offset. Schiffman, L. G. & Kanuk, L. L. (2007). Perilaku Konsumen. Edisi Kedua.

Jakarta: Indeks Gramedia.

Seock, Y. K. (2009). Influence of Retail Store Environmental Cues On Consumer Patronage Behaviour Across Different Retail Store Formats: An Empirical Analysis of US Hispanic Consumers. Journal of Retailing and Consumer Services. Vol.16 (2009), pp. 329-339.

Sharma, B. & Garg, N. (2015). Impact of Store atmosphere on Customers’ Buying

Behavior in Super Market Environment. International Journal in Management and Social Science, Vol.03 Issue-02, February, 2015. ISSN: 2321-1784.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sunjoyo et al. (2013). Aplikasi SPSS untuk Smart Riset. Cetakan Kedua. Bandung: Alfabeta.

Sunyoto, D. (2013). Perilaku konsumen. Yogyakarta: CAPS (Center of Academy Publishing Service).

Tjiptono, F. (2008). Strategi Pemasaran. Edisi III. Yogyakarta: Andi Offset. Utomo, T. J. (2011). Persaingan Bisnis Ritel: Tradisional VS Modern. Jurnal


(27)

DAFTAR PUSTAKA 95

Zeithaml, V. A. & Bitner, M. J. (2008). Service Marketing. New York: The McGraw Hill Companies, Inc.

https://www.linkedin.com/pulse/perkembangan-industri-ritel-di-indonesia-larasaty-ashara?forceNoSplash=true

http://indonesia.vow.news/2016/02/daya-beli-masyarakat-melorot-claim.html

http://finance.detik.com/read/2016/01/06/075202/3111534/1034/harga-bbm-dan-listrik-turun-daya-beli-masyarakat-ri-makin-tinggi-di-2016

http://www.kemenperin.go.id/artikel/12163/Industri-Makanan-dan-Minuman-RI-Tumbuh-8,16.

http://duniaindustri.com/penjualan-packaged-food-dan-minuman-ringan-tumbuh-paling-tinggi/.

http://daerah.sindonews.com/read/765064/21/2-373-kafe-dan-restoran-di-bandung-bodong-1374723009.


(1)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari analisis dan pembahasan penelitian sebelumnya tentang pengaruh

store atmosphere terhadap minat beli konsumen di Starbucks Coffee Paris Van

Java Bandung, penulis dapat menyimpulkan:

1. Respon konsumen terhadap store atmosphere Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung termasuk kategori baik. Hal ini ditunjang antara lain:

a. Display and layout meliputi koridor yang memiliki sirkulasi yang bagus,

letak posisi produk, pengaturan posisi bagian dalam cafe, tampilan jendela untuk melihat produk dengan jelas, rak /display produk yang mampu membuat konsumen merasa senang dan nyaman.

b. Music yang dilihat dari ritme background musik cafe, pengaturan volume

musik, jenis musik yang dimainkan, mampu membuat suasana hati konsumen menjadi bahagia dan nyaman.

c. Lighting yang ditunjang oleh pencahayaan di sekitar produk yang

memperjelas kualitas produk, pencahayaan terang di seluruh bagian gerai termasuk sudut-sudut gerai sudah diatur untuk meningkatkan kebahagiaan dan kenyamanan konsumen.

d. Cleanliness juga terlihat dari kebersihan lantai, produk dalam gerai yang

tersusun rapi dan tidak rusak, sehingga mampu meningkatkan kesenangan dan kenyamanan konsumen.


(2)

BAB V PENUTUP 91

e. Faktor pendukung seperti penampilan karyawan, kesopanan karyawan, komunikasi antara karyawan dan konsumen, kualitas pelayanan yang baik, keramaian konsumen yang meningkatkan daya tarik, serta kenyamanan dan kepuasan konsumen yang mendorong terjadinya peningkatan jumlah konsumen Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung.

2. Store atmosphere berpengaruh terhadap minat beli konsumen Starbucks

Coffee Paris Van Java Bandung sebesar 52,8% sedangkan sisanya sebesar 47,2% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti misalnya atribut produk seperti diskon harga (promosi), kualitas produk, kelengkapan produk dan sebagainya. Secara parsial, sub variabel display and layout, lighting, dan

cleanliness berpengaruh terhadap minat beli konsumen. Sedangkan sub

variabel music dan faktor pendukung tidak berpengaruh terhadap minat beli konsumen di Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung.

5.3 Saran

Berdasarkan hasil dan kesimpulan yang telah diperoleh, maka penulis mencoba memberikan beberapa saran, antara lain:

1. Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung perlu mempertahankan store

atmosphere pada gerainya karena terbukti mempengaruhi minat beli

konsumen. Akan tetapi, indikator pernyataan nomor 17 dan 18 pada sub variabel cleanliness mendapat penilaian responden paling rendah. Untuk itu perusahaan disarankan agar lebih memperhatikan kebersihan rak pajangan pada gerai kopi. Hal ini sangat penting terutama meningkatkan minat beli konsumen sehingga konsumen tidak beralih ke gerai kopi yang lain.


(3)

BAB V PENUTUP 92

2. Penelitian ini hanya mengkhususkan pada aspek tempat bagian dalam. Oleh karena itu, peneliti selanjutnya disarankan untuk memasukkan aspek bagian luar dari lokasi penelitian, seperti ketersediaan lahan parkir. Selain itu, peneliti selanjutnya juga bisa menambahkan aspek bauran pemasaran lainnya misalnya strategi promosi Starbucks, atribut produk yang meliputi kualitas/mutu produk, kelengkapan produk, kemasan produk. Aspek harga juga bisa diteliti terutama pada diskon atau penetapan harga.

3. Music pada Starbucks Coffee Paris Van Java Bandung belum mampu

mempengaruhi minat beli konsumen secara signifikan. Dalam hal ini,

background musik yang ditampilkan pada gerai perlu perlu dievaluasi

misalnya melakukan update database lagu agar lebih mampu meningkatkan kebahagiaan dan kenyamanan konsumen di dalam gerai.

4. Faktor pendukung store atmosphere pada Starbucks Coffee Paris Van Java tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap minat beli konsumen terutama dari segi keramaian konsumen. Dalam hal ini, tidak semua konsumen menilai bahwa keramaian pengunjung merupakan daya tarik pada Starbucks Coffee Paris Van Java. Salah satu faktor yang lebih penting adalah suasana dan tempat yang nyaman. Oleh karena itu, alur keluar masuk konsumen perlu lebih diperhatikan agar terlihat lebih teratur dan konsumen merasa nyaman ketika berkunjung ke gerai Starbucks.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A. I. (2010). Pengaruh Store Atmosphere terhadap Keputusan Pembelian Survei pada Konsumen yang Berbelanja di Giant Hypermarket Mall Olympic Garden Kota Malang. Skripsi. Universitas Brawijaya.

Alma, B. (2009). Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Bandung: Alfabeta.

Berman, B., & Evans, J. R. (2007). Retail Management. New Jersey: Prentice Hall.

Dougherty, C. (2002). Introduction to Econometrics. 2nd ed. New York: Oxford University Press.

Hair, J. F. JR., Anderson, R.E, Tatham, R.L. & Black, W.C. (2006). Multivariate

Data Analysis. Six Edition. New Jersey: Pearson Educational, Inc.

Hartono, Jogiyanto. (2013). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan

Pengalaman-Pengalaman. Edisi Kelima. Cetakan Pertama. Yogyakarta:

BPFE.

Hermawan, A. (2009). Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Jakarta: Grasindo.

Hussain, R. & Ali, M. (2015). Effect of Store Atmosphere on Consumer Purchase Intention. International Journal of Marketing Studies; Vol. 7, No. 2, 2015. ISSN 1918-719X E- ISSN 1918-7203. Published by Canadian Center of Science and Education.

Julianti, N. L. (2014). Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat Beli Konsumen pada Toserba Nusa Permai di Kecamatan Nusa Penida Tahun 2014. EJurnal Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4, No. 1, Tahun 2014. Singaraja.

Kotler, P. & Amstrong, G. (2012). Principles Of Marketing, Global Edition. 14 Edition. Pearson Education.

Kotler, P. & Keller, K. L. (2009). Manajemen Pemasaran. Edisi 13, jilid 1. Jakarta: Erlangga.

Kotler, P. & Keller, K. L. (2012). Marketing Management. 14th Global Edition. New Jersey: Prentice Hall.


(5)

DAFTAR PUSTAKA 94

Meldarianda, R. & Lisan S. H. (2010). Pengaruh Store Atmosphere Terhadap Minat Beli Konsumen Pada Resort Café Atmosphere Bandung. Jurnal

Bisnis dan Ekonomi. September 2010, Vol. 17, No. 2, Hal. 97 –108. ISSN: 1412-3126.

Michelli, J.. A. (2007). The Starbucks Experience: 5 Principles for Turning

Ordinary Into Extraordinary. New York: McGraw Hill.

Nurviani, N (2013). Perpres Ritel VS Persaingan Usaha. Diakses dari http://www.kppu.go.id/id/2013/03/perpres-ritel-vs-persaingan-usaha/. Purwaningsih. (2011). Pengertian store atmosphere. Diakses dari

http://www.retailmanajemen.com/2011/06/pengertian-store atmosphere.html.

Rietvield, P. & Sunaryanto, L. T. (1994). 87 Masalah Pokok dalam Regresi

Berganda. Yogyakarta: Andi Offset.

Sani, A. & Maharani, V. (2013). Metodologi Penelitian Manajemen Sumber Daya

Manusia (Teori, Kuisioner dan Analisis Data). Cetakan Ke-2. Malang:

UIN MALIKI Press.

Sarwono, J. & Martadijera, T. (2008). Riset Bisnis. Yogyakarta: Andi Offset. Schiffman, L. G. & Kanuk, L. L. (2007). Perilaku Konsumen. Edisi Kedua.

Jakarta: Indeks Gramedia.

Seock, Y. K. (2009). Influence of Retail Store Environmental Cues On Consumer Patronage Behaviour Across Different Retail Store Formats: An Empirical Analysis of US Hispanic Consumers. Journal of Retailing and Consumer

Services. Vol.16 (2009), pp. 329-339.

Sharma, B. & Garg, N. (2015). Impact of Store atmosphere on Customers’ Buying Behavior in Super Market Environment. International Journal in

Management and Social Science, Vol.03 Issue-02, February, 2015. ISSN:

2321-1784.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sunjoyo et al. (2013). Aplikasi SPSS untuk Smart Riset. Cetakan Kedua. Bandung: Alfabeta.

Sunyoto, D. (2013). Perilaku konsumen. Yogyakarta: CAPS (Center of Academy Publishing Service).

Tjiptono, F. (2008). Strategi Pemasaran. Edisi III. Yogyakarta: Andi Offset. Utomo, T. J. (2011). Persaingan Bisnis Ritel: Tradisional VS Modern. Jurnal


(6)

DAFTAR PUSTAKA 95

Zeithaml, V. A. & Bitner, M. J. (2008). Service Marketing. New York: The McGraw Hill Companies, Inc.

https://www.linkedin.com/pulse/perkembangan-industri-ritel-di-indonesia-larasaty-ashara?forceNoSplash=true

http://indonesia.vow.news/2016/02/daya-beli-masyarakat-melorot-claim.html

http://finance.detik.com/read/2016/01/06/075202/3111534/1034/harga-bbm-dan-listrik-turun-daya-beli-masyarakat-ri-makin-tinggi-di-2016

http://www.kemenperin.go.id/artikel/12163/Industri-Makanan-dan-Minuman-RI-Tumbuh-8,16.

http://duniaindustri.com/penjualan-packaged-food-dan-minuman-ringan-tumbuh-paling-tinggi/.

http://daerah.sindonews.com/read/765064/21/2-373-kafe-dan-restoran-di-bandung-bodong-1374723009.