EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL DALAM MENGEMBANGKAN CINTA ALTRUIS PESERTA DIDIK: Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Peserta Didik SMP Negeri 9 kota Cimahi Tahun Pelajaran 2012/2013.

EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL
DALAM MENGEMBANGKAN CINTA ALTRUIS PESERTA DIDIK
(Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Peserta Didik SMP Negeri 9 kota Cimahi
Tahun Pelajaran 2012/2013)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar
Magister Pendidikan dalam Bidang Bimbingan dan Konseling

Oleh
ULFAH
1004979

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2013
Ulfah, 2013
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu


EFEKTIVITAS PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL
DALAM MENGEMBANGKAN CINTA ALTRUIS PESERTA DIDIK
(Studi Eksperimen Kuasi Terhadap Peserta Didik SMP Negeri 9 kota Cimahi
Tahun Pelajaran 2012/2013)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

Dr. M. Solehuddin, M.Pd., M.A
NIP. 1962 0208 1986 01 1002

Pembimbing II

Dr. Mamat Supriatna, M.Pd
NIP. 19600829 198703 1 002

Mengetahui,
Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Nandang Rusmana, M.Pd
NIP. 19600501 198603 1 004
Ulfah, 2013
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Efektivitas
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta
Didik ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya
tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan
ini, saya siap menanggung risiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila
kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya
saya ini, atau ada gugatan dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, 17 September 2013

Yang Membuat Pernyataan.

ULFAH

Ulfah, 2013
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

ULFAH, 2013. Efektivitas Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam
Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik Kelas VIII SMPN 9 Kota Cimahi
Tahun Pelajaran 2012/2013.
Berbagai fenomena kekerasan pada pada peserta didik menunjukkan remaja
mengalami krisis cinta altruis. Cinta altruis adalah dasar dari kehidupan moral dan
spiritual dalam semua agama, sehingga diperlukan bimbingan untuk
mengembangkan cinta altruis peserta didik. Tujuan penelitian ini adalah
menghasilkan program bimbingan pribadi sosial untuk mengembangkan cinta
altruis peserta didik. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
metode eksperimen-kuasi. model desainnya non equivalent pretest-posttest

control group design, dengan sampel, 42 orang. Hasil eksperimen menunjukkan
program bimbingan pribadi sosial efektif dalam mengembangkan cinta altruis,
dibuktikan pada peningkatan skor lima indikator yang signifikan, yaitu tanggung
jawab, terbuka, empati, tulus, dan dermawan, indikator yang tidak signifikan,
yaitu indikator ramah. Rekomendasi yaitu bagi pihak bagi guru bimbingan dan
konseling dapat dijadikan referensi dalam mengembangkan program bimbingan
pribadi sosial di sekolah, untuk peneliti selanjutnya dapat mengembangkan
penelitian ini dengan mempertimbangkan kembali, (1) metode penelitian; (2)
populasi penelitian; (3) metode bimbingan.

Kata Kunci :

Cinta Altruis, Bimbingan Pribadi Sosial.

i
Ulfah, 2013
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT


ULFAH, 2013. Effectiveness personal social Guidance Program Developing
altruist Love, Eighth Grade Students SMP 9 Cimahi Academic Year 2012/2013.

Various phenomena of violence on the student, showed student crisis altruist
love, altruist love is the basis of moral and spiritual in all religions, so that
necessary guidance to develop altruis love learners. The purpose of this study is
to produce personal social Guidance Program to developing altruistic love of
Students. The research uses a quantitative approach with quasi-experimental
methods, design models non-equivalent pretest-posttest control group design, with
the sample, 42 students. The experimental results show an effective program of
social personal guidance in developing altruistic love, evidenced in increased
scores five significant indicators, namely responsibility, openness, empathy,
genuine, and generous, that was not a significant indicator, the indicator gracious.
Recommendations are for counselor can be used as a reference in developing the
personal social Guidance Program, for further research to develop this research by
reconsidering, (1) research methods; (2) population; (3) guidance method

Keywords: altruist love, Personal Social Guidance.


ii
Ulfah, 2013
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...........................................................................................................

i

KATA PENGANTAR ..........................................................................................

ii

UCAPAN TERIMAKASIH .................................................................................

iii

DAFTAR ISI .........................................................................................................


v

DAFTAR TABEL .................................................................................................

ix

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................

xi

BAB I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah .................................................

C. Tujuan Penelitian ............................................................................
D. Manfaat Penelitian ..........................................................................
E. Metode Penelitian .........................................................................
F. Kerangka Penelitian ........................................................................

1
8
9
10
11
12

BAB II. PENGEMBANGAN CINTA ALTRUIS MELALUI PROGRAM
BIMBINGAN PRIBADI SOSIAL
A. Konsep dan Jenis-Jenis Cinta .........................................................
B. Cinta Altruis Menurut Berbagai Perspektif Teori ...........................
C. Definisi dan Karakteristik Cinta Altruis . .......................................
D. Faktor Yang Berpengaruh Pada Perkembangan Cinta Altruis .......
E. Upaya-Upaya Pengembangan Cinta Altruis Melalui Bimbingan ....
F. Rancangan Teoritik Program Bimbingan Sosial .............................


14
19
23
39
44
52

BAB III. METODE PENELITIAN
A. Lokasi Dan Subjek Penelitian ........................................................
B. Metode Penelitian ..........................................................................
C. Definisi Operasional Variabel .......................................................
1. Cinta Altruis ..............................................................................
2. Program Bimbingan Pribadi Sosial............................................
D. Pengembangan Instrumen
1. Prosedur Kegiatan Pengembangan Instrumen Cinta Altruis .......
2. Penyusunan Kisi-Kisi Instrumen ................................................
vi
Ulfah, 2013
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

80
82
83
83
88
90
91

3. Skoring .......................................................................................
4. Pengujian Validitas dan Reliabilitas Instrumen ..........................
E. Pengembangan Program
1. Penyusunan Draf Program .........................................................
2. Uji Validasi Program ..................................................................
F. Proses Perlakuan
1. Persiapan Pengumpulan Data ......................................................
2. Pelaksanaan Eksperimen ............................................................
3. Pelaporan ....................................................................................
G. Teknik Analisa Data

1. Analisis Profil Cinta Altrui ........................................................
2. Analisis Efektivitas Program Bimbingan Pribadi Sosial Berbasis
Kekuatan Karakter .....................................................................

93
94
99
100
102
103
103
104
106

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Studi Pendahuluan ......................................................................
a. Profil Umum Cinta Altruis Peserta Didik .............................
b. Profil Kelas Cinta Altruis Peserta Didik ...............................
c. Profil Indikator Cinta Altruis . ...............................................
2. Kondisi Awal Sampel ................................................................
3. Kelayakan Program Bimbingan Pribadi Sosial .........................
a. Uji Kelayakan Program ........................................................
b. Deskripsi Program Bimbingan Pribadi Sosial .....................
4. Efektivitas Program Bimbingan Pribadi Sosial ..........................
a. Uji Statistik Sebelum Perlakuan ............................................
b. Uji Statistik Setelah Perlakuan ..............................................
B. Pembahasan
1. Pembahasan Hasil Studi Pendahuluan .......................................
2. Pembahasan Kondisi Awal Sampel ...........................................
3. Pembahasan Uji Efektivitas Program Bimbingan Pribadi Sosial.
4. Keterbatasan Penelitian ..............................................................

107
107
108
112
113
114
114
119
121
121
124
128
133
135
153

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..............................................................................................
B. Rekomendasi ............................................................................................

157
158

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

164

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................

169

vii
Ulfah, 2013
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

1.2

Tahapan Pelaksanaan Program Bimbingan Pribadi Sosial untuk
Mengembangkan Cinta Altruis Peserta didik .............................................

75

1.3

Jumlah Populasi Peserta Didik Kelas VIII SMPN 9 Cimahi Tahun Pelajaran
2012/2013 .................................................................................................. 81

2.3

Sampel Penelitian .......................................................................................

82

3.3

Kisi-Kisi Instrumen Cinta Altruis ...............................................................

92

4.3

Pedoman Penilaian Skala Cinta Altruis Peserta Didik ...............................

93

5.3

Hasil Uji Reliabilitas Instrument Cinta Altruis ..........................................

98

6.3

Kriteria Koefisien Reliabilitas ....................................................................

99

7.3

Kuesioner Terbuka Uji Validasi Isi Program .............................................

100

8.3

Kuesioner Tertutup Uji Validasi Isi Program .............................................

101

9.3

Kisi-Kisi Uji Kepraktisan Program ............................................................

101

10.3 Klasifikasi Kategori Cinta Altruis ..............................................................

104

11.3 Kriteria Dan Penafsiran Skor ......................................................................

105

12.3 Uji Normalitas Data ....................................................................................

106

1.4

Gambaran Umum Cinta Altruis Peserta Didik ...........................................

109

2.4

Frekuens dan persentase ..............................................................................

110

3.4

Profil Cinta Altruis Peserta Didik Kelas VIII SMPN 9 ..............................

112

4.4

profil perkelas Peserta Didik Kelas VIII SMPN 9 ......................................

113

5.4

Profil Indikator Cinta Altruis ......................................................................

115

6. 4 Profil Kondisi Awal Sampel Penelitian .......................................................

119

7.4

Hasil Uji Validasi Program .........................................................................

121

6.4

Hasil Uji Statistik Sebelum Perlakuan ........................................................

115

viii
Ulfah, 2013
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7.4

Hasil Uji Independent Sample Test Pada Pretest .......................................

116

8.4

Hasil Paired -Sample T Test Setelah Perlakuan .........................................

117

9.4

Hasil Uji Independent Samples Test Pada Post-Test ...................................

118

10.4 Uji Efektivitas Perindikator Cinta Altruis ..................................................

120

ix
Ulfah, 2013
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

1.4

Gambaran Umum Cinta Altruis Peserta Didik ...........................................

101

2.4

Profil Cinta Altruis Peserta Didik Kelas VIII SMPN 9 ..............................

104

3.4

Profil Indikator Cinta Altruis ......................................................................

106

4.4

Profil Kondisi Awal Sampel Penelitian .......................................................

107

x
Ulfah, 2013
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

1.1

Kerangka Penelitian Program Bimbingan Pribadi Sosial Untuk
Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik .............................................

12

1.3

Desain Penelitian Kuasi Eksperimen ..........................................................

71

2.3

Alur Pengujian Instrument ..........................................................................

84

1.4

Hasil Penimbangan Pakar Terhadap Program Bimbingan Pribadi Sosial
Untuk Mengembangkan Cinta Altruis ............................................................

109

xi
Ulfah, 2013
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

1.
2.
3.

4.
5.

Instrumen Cinta Altruis..................................................................................
Program Hipotetik Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Cinta
Altruis ...........................................................................................................
Data Penelitian
a. Validitas Dan Reliabilitas Instrument .....................................................
b. Data Profil Cinta Altruis Kelas VIII SMPN 9 Kota Cimahi ..................
c. Data Profil Cinta Altruis Sampel Penelitian ..........................................
d. Hasil refleksi bimbingan pribadi sosial...................................................
e. Hasil Uji Normalitas ..............................................................................
f. Hasil Uji Uji T Sebelum Perlakuan .......................................................
g. Hasil Uji Uji T Setelah Perlakuan ...........................................................
Program Teruji Bimbingan Pribadi Sosial Untuk Mengembangkan Cinta
Altruis ...........................................................................................................
SK Pembimbing dan Surat Penelitian ...........................................................

xii
Ulfah, 2013
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

170
180
208
213
239
243
257
265
269
273
328

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa remaja adalah masa menjelajah (eksplorasi), mencari pengalaman
(eksperimen), belajar menyatakan dirinya (ekspresi) dan memasuki masa dewasa
pencarian identitas, pada masa tersebut, remaja tidak selalu berjalan sukses,
seperti yang diberitakan di http:// Liputan6.com. 28/september/2011, yaitu di
antaranya; (1) kekerasan antar pelajar SMP terjadi di jalan Jati Baru, Gambir,
Jakarta Pusat; (2) terjadi pergaulan bebas, dua siswa SMP berbuat mesum seusai
mengikuti ujian nasional di Lampung Tengah; (3) video kekerasan sekelompok
remaja putri, dalam rekaman itu, puluhan gadis remaja di sebuah jalanan sepi di
Jakarta, mengeroyok, menendang, dan memukul seorang remaja putri.
Fenomena di atas menunjukkan bahwa pendidikan belum berjalan optimal,
sebagaimana dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab II ayat 3, tentang Sistem
Pendidikan

Nasional,

bahwa

pendidikan

nasional

bertujuan

untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab. Dalam hal ini Sekolah diharapkan menyelenggarakan proses
pendidikan yang mampu memfasilitasi peserta didik yang berkarakter
Pada Permendiknas No. 17 Tahun 2010, Pasal 17 Ayat 3, menyebutkan
bahwa pendidikan dasar termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) bertujuan
1
Ulfah, 2013
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang (a) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; (b)
berakhlak mulia, dan berkepribadian luhur; (b) berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan
inovatif; (c) sehat, mandiri, dan percaya diri; (d) toleran, peka sosial, demokratis,
dan bertanggungjawab. Berdasarkan hal tersebut, jelas bahwa tujuan pendidikan
di SMP sangat berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik.
Tidak sedikit peserta didik yang gagal dalam mengembangkan
karakternya, tergambar dari hasil penelitian Komnas Perlindungan Anak (KPAI)
di 33 Provinsi pada bulan Januari-Juni 2008, menyimpulkan empat hal; (1) 97%
remaja SMP dan SMA pernah menonton film porno; (2) 93,7% remaja SMP dan
SMA pernah ciuman, genital stimulation dan oral seks, (3) 62,7% remaja SMP
tidak perawan, dan (4) 21,2% remaja mengaku pernah aborsi. dan Hasil survei
pusat informasi konseling remaja (PIKR) Bogor (3/11/2011) di kecamatan Ciawi,
kabupaten Bogor, Jawa Barat. Menunjukkan Survey dilakukan pada 200
responden yang menyebutkan bahwa 65 persen pelajar di Ciawi sudah pernah
melakukan hubungan badan (http://news.okezone.com/ read/2010/12/ 04/).
Dari hasil survey di atas mengindikasikan bahwa pemaknaan cinta pada
peserta didik mengalami erosi atau dekadensi. Cinta tumbuh secara tidak wajar,
liar, yang kemudian menimbulkan ekses yang negatif, menimbulkan pertikaian,
bahkan peperangan dan akibat yang fatal. Hal ini terjadi karena salah menafsirkan
cinta. Kemampuan mencintai sebagai perwujudan kematangan pribadi seseorang,
dan sebaliknya kegagalan untuk mencintai sekaligus merupakan kegagalan untuk
berkembang menjadi pribadi yang matang, bahkan neurotis (Fromm, 1980).
Ulfah, 2013
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

Hasil survei Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP), menunjukkan
bahwa sejak Oktober 2010 hingga Januari 2011, dari 1.000 pelajar, 48,9% peserta
didik menyatakan kesediaan untuk ikut dalam aksi kekerasan yang berkaitan
dengan masalah moral atau isu-isu keagamaan, menyetujui aksi bom bunuh diri
(http://ww.bbc.co.uk/berita_indonesia/2011/04/110426survei radikalisme. shtml).
Fakta empiris di atas mengindikasikan peserta didik dalam kehidupannya
mengalami masalah yang berhubungan dengan aspek sosial-pribadi, bahwa
keadaan remaja kini mengalami krisis moral, sehingga mereka mudah terlibat
dalam tindakan kekerasan, dan terjatuh ke dalam tindakan-tindakan asusila.
Menurut pandangan Adler (dalam Corey, 1990) dari kasus tersebut, menunjukkan
bahwa peserta didik gagal membentuk kepribadian yang sehat. Salah satu ciri
pribadi yang sehat adalah adanya kemampuan untuk hidup dalam masyarakat
sosial.
Menurut Fromm (1980) masyarakat yang tidak sehat adalah masyarakat
yang jauh dari nilai-nilai cinta, dan obat untuk mengatasi permasalahan yaitu
dengan cinta pula. Cinta merupakan jawaban terhadap masalah eksistensi
manusia. Hidup dapat berlanjut dengan penuh makna hanya bila manusia hidup
dalam cinta, tanpa cinta seseorang akan merasa kesepian, terpisah dari masyarakat
dan alam sekitar. Semua orang membutuhkan kehangatan dan kasih sayang dari
orang lain, baik orangtua, saudara, sahabat, pasangan (kecuali anak-anak, belum
membutuhkan pasangan), dan dari Tuhan (cinta Tuhan merupakan keutamaan
tertinggi).

4

Cinta altruis adalah salah satu jenis kebaikan cinta yang berpusat pada
berbuat baik kepada orang lain, cinta jenis ini tidak identik dengan dorongan cinta
romantis, ikatan darah atau

keturunan, atau untuk memperoleh keuntungan

finansial juga tidak mengenal latar belakang agama, dukungan emosional yang
diberikan semata-mata karena kewajiban. (Underwood, 2009).
Cinta altruis peserta didik sangat penting untuk dikembangkan. Hal ini
sejalan dengan pandangan dan hasil penelitian Post (dalam Wilson, 2004), yang
menyimpulkan bahwa untuk meningkatan kualitas kehidupan lebih bahagia
menjadi lebih peduli, dan berkasih kasih sayang, yaitu dengan melakukan cinta
altruis.
Sementara itu, teknologi di era globalisasi menunjukkan pengaruh
dahsyatnya sebagai faktor utama penyebab kenakalan remaja. Ibarat pisau yang
bemata dua yang bisa melukai sang pemakainya sendiri, demikian juga halnya
teknologi yang sejatinya merupakan salah satu media untuk mempermudah hidup
manusia tetapi teknologi juga punya potensi merusak apabila tidak dipergunakan
secara bijaksana. Sekarang ini terpaan kehidupan hedonis, liberalis, dan
individualis, bila peserta didik tidak memiliki prinsip-prinsip nilai kebaikan yang
kuat

akan

mudah

terpengaruh

efek

negatif

dalam

dunia

globalisasi

http://www.wikimu.com/news/displaynews.aspx?id=14422.
Dari hasil penelitian Aggraeni (2009 ) pada 100 sampel diperoleh tingkat
kedermawanan peserta didik pada kelas VIII SMPN 9 kota Cimahi tahun 2009
pada tingkat kategori tinggi yaitu dengan persentase 51%, dan kemampuan
empatinya juga pada kategori tinggi yaitu 50%, dan dari hasil penelitian Imania
Ulfah, 2013
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

(2010) menunjukkan kompetensi intrapersonal peserta didik 42% berada dalam
kategori rendah dan interpersonal 40% siswa berada dalam kategori sedang. Dari
hasil penelitian tersebut bahwa pada remaja pada dasarnya memiliki potensi
kekuatan kemanusiaan yang cukup tinggi, sehingga dengan kondisi itulah perlu
kiranya mengembangkan kekuatan cinta altruis peserta didik pada tingkat yang
optimum sehingga peserta didik dapat memperoleh kebahagiaan.
Peserta didik yang menjadi subjek penelitian ini adalah peserta didik yang
berada pada tingkt SMP atau dalam tahap perkembangan masa remaja. Pada masa
remaja, individu mengalami kematangan fisik, emosional, sosial. (Hurlock, 1994;
Lucy, 2009). Pada masa remaja di sebut fase transisi karena mereka tidak disebut
anak-anak tetapi juga tidak diterima secara penuh sebagai orang dewasa. Remaja
ada diantara anak-anak dan dewasa, oleh karena itu, remaja dikenal dengan fase
mencari jati diri. Sebagaimana yang dinyatakan Erikson (dalam Papalia, et al,
2008: 587) bahwa “tugas utama remaja adalah memecahkan krisis, identitas
versus kebingungan identitas, sebagai orang dewasa unik dengan pemahaman diri
yang utuh dan memahami peran nilai dalam masyarakat.”
Remaja yang berfikir secara operasional formal dapat mengalami
perubahan dalam penalaran remaja. Teori disequilibrium kognitif menyatakan
bahwa masa remaja adalah masa yang penting dalam perkembangan moral,
terutama ketika individu berpindah dari sekolah dasar yang relatif homogen ke
tingkat sekolah lanjutan yang lebih heterogen, dimana mereka dihadapkan
kontradiksi antara konsep moral yang di lingkungan keluarga dan tetangga
(Santrock, 2003).

6

Berdasarkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, jelas bahwa
pendidikan di setiap jenjang, termasuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) harus
diselenggarakan secara sistematis guna mencapai tujuan tersebut. Hal tersebut
berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,
beretika, bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. Untuk
mencapai kompetensi dan keterampilan hidup yang dibutuhkan maka siswa tidak
cukup hanya diberi pelajaran bidang studi. Sekolah berkewajiban memberi
bimbingan dan konseling yang menyangkut ketercapaian kompetensi pribadi
sosial, belajar, dan karier (Nurihsan & Sudianto, 2004).
Sekolah merupakan sebuah wadah yang penting bagi perkembangan
moral. Menurut Dewey (Nuccy, 2008) sekolah harus dibangun sebagai lembaga
sosial yang mengintegrasikan pendidikan baik intelektual dan moral, sekolah
harus mengajarkan bagaimana menjadi warga negara, dan mengajarkan mereka
(peserta didik) keterampilan dalam bersosialisasi dan bermasyarakat sehingga
mereka siap menjadi orang dewasa.
Proses pendidikan termasuk layanan bimbingan dan konseling di sekolah
hendaknya menempuh dua sisi yang saling melengkapi. Pada satu sisi, layanan
bimbingan dan konseling harus memfasilitasi individu dalam memahami dirinya,
orang lain dan lingkungannya. Pada sisi selanjutnya harus memfasilitasi
pengalaman-pengalaman individu dalam bekerjasama dengan orang lain untuk
mencapai tujuan bersama sepanjang hayat. Proses bimbingan dan konseling
seperti ini di dalamnya harus menyentuh kebutuhan pribadi dan sosial individu
dalam bentuk layanan bimbingan dan konseling pribadi sosial (Uman, 2009).
Ulfah, 2013
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

Cinta merupakan seni, untuk dapat mencintai, seseorang perlu belajar,
bukan saja belajar teori, melainkan juga praktik, sampai keduanya (teori dan
praktik) menjadi terpadu sebagai intuisi. Selain itu untuk mampu mencintai
seseorang harus menempatkan cinta sebagai tujuan yang tinggi, seperti halnya
dalam menguasai seni-seni lainnya. (Fromm, 1980; Howard, 2005).
Cinta altruis (CA) merupakan perilaku berkarakter istilah CA disebut
aturan etika emas (Amstrong, 2012) CA dapat dikembangkan melalui layanan
bimbingan pribadi-sosial, sebagaimana yang dinyatakan Juntika (2011) bahwa isi
layanan bimbingan pribadi-sosial meliputi
konflik;

pencegahan

kekerasan;

pendidikan karakter, penyelesaian

penyusunan

tujuan

hidup;

pencegahan

penyalahgunaan obat; dan pemahaman budaya.
Cinta altruis merupakan salah satu bagian kajian dalam psikologi positif,
psikologi positif memandang manusia bahwa tujuan utama manusia adalah
kebahagiaan. Kebahagiaan dapat dicapai melalui kekuatan karakter (charakter
strength). Aristoleles menyatakan bahwa pemahaman terhadap diri sendiri
merupakan syarat dari pencapaian kehidupan, memahami diri sendiri berarti
memahami keutamaan manusia (Seligman, 2005)
Tujuan psikologi positif yaitu ingin menampilkan sifat-sifat indah dari
manusia, ada enam kelompok kekuatan karakter kebajikan manusia yaitu; (1)
kebijaksanaan dan pengetahuan; (2) kesatriaan; (3) kemanusiaan dan cinta; (4)
keadilan; (5) pengelolaan diri; (6) transedensi (Jarvis, 2000; Seligman, 2005).
Lichona (1992) menyatakan bahwa seseorang akan memiliki karakter yang
utuh jika memperhatikan tiga komponen yang saling terkait, yaitu moral knowing,

8

moral feeling, dan moral action.). Hal yang sama di ungkapkan Josephon, et.al.
(2001) pendekatan yang digunakan dalam membangun karakter yakni fokus pada
pikiran, hati dan kebiasaan.

Untuk mencapai tiga komponen pengembangan

karakter cinta altruis melalui pengetahuan, perasaan dan tindakan.
Cinta altruis merupakan salah satu kategori kekuatan karakter kebajikan
dalam pengembangan psikologi positif, sehingga peningkatan aspek-aspek atau
karakteristik cinta alruis tersebut diarahkan
layanan

bimbingan

pribadi

sosial,

secara sistematis dalam program

berdasarkan

pada

psikologi

positif

(pengembangan kekuatan karakter) dengan ciri khas layanannya ialah SMART
(specific, measurable, attainable, realistic, time lined), yang berarti bimbingan
yang dilakukan harus spesifik, terukur, dapat dicapai, realistik, dan memiliki batas
waktu).
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Latar belakang yang dipaparkan di atas, menunjukkan bahwa remaja kini
mengalami krisis moral, seperti memiliki sikap egois, tidak dapat menghargai
orang lain, tidak memiliki kepekaan terhadap penderitaan orang lain yang dapat
berujung pada tawuran, bullying, terjerumus pada seks bebas dan sebagainya.
Secara teoritik Fromm (1980) menyatakan bahwa manusia yang mengalami krisis
cinta akan cenderung bersifat maladaptif. Dan Menurut Seligman (2004), cinta
altruis lebih dapat membuat bahagia dibandingkan hal-hal lainnya yang bersifat
material, sehingga perlu dilakukan upaya bimbingan untuk mengembangkan cinta
altruis peserta didik. Dengan dasar itulah permasalahan utama penelitian ini
adalah bagaimana program bimbingan pribadi sosial berbasis kekuatan karakter
Ulfah, 2013
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9

untuk mengembangkan cinta altruis peserta didik? Secara rinci penelitian ini
dirumuskan ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran cinta altruis peserta didik kelas VIII SMP Negeri 9
Cimahi?
2. Bagaimana gambaran kondisi awal cinta altruis pada sampel penelitian?
3. Bagaimana rumusan program bimbingan pribadi sosial yang layak
menurut ahli dan praktisi bimbingan dan konseling?
4. Bagaimana

efektivitas

program

bimbingan

pribadi

sosial

dalam

mengembangkan cinta altruis peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 9
Cimahi?
C. Tujuan penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah dihasilkannya

program berbasis

kekuatan karakter yang efektif untuk mengembangkan cinta altruis peserta didik
SMP Negeri 9 Cimahi. Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah untuk
memperoleh data empirik tentang:
1. Gambaran cinta altruis peserta didik kelas VIII SMP Negeri 9 Cimahi.
2. Gambaran kondisi awal cinta altruis pada sampel penelitian?
3. Rumusan program bimbingan pribadi sosial yang layak menurut ahli dan
praktisi bimbingan dan konseling.
4. Efektivitas program bimbingan pribadi sosial dalam mengembangkan
cinta altruis peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 9 Cimahi.

10

D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini memberikan manfaat pada guru BK, program studi
bimbingan dan konseling, dan peneliti selanjutnya
1.

Manfaat Bagi guru BK.
Hasil penelitian ini berupa program pribadi sosial. Program tersebut dapat
bermanfaat terutama gambaran profil cinta altruis peserta didik, dari hasil
penelitian tersebut sebagai dasar pertimbangan lahirnya kebijakan strategis
pengembangan pendidikan karakter dalam layanan bimbingan dan konseling.
Penelitian ini dapat

menjadi rujukan

dalam mengembangkan program

layanan bimbingan terutama untuk karakter cinta altruis peserta didik.
2.

Manfaat Bagi program studi bimbingan dan konseling.
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu kekayaan

dalam bidang

bimbingan dan konseling terutama tentang bimbingan pribadi sosial yang
dapat dimanfaatkan dengan mengembangkan kurikulum

pada proses

pendidikan di prodi BK. Dengan mengintegrasikan pengembangan aspek
pribadi sosial terutama cinta altruis mahasiswa ke dalam proses perkuliahan.
3.

Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat mengembangkan: (1) Rujukan untuk memperkuat
pada kajian teoritis cinta altruis. (2) Instrumen yang dikembangkan dapat
dipergunakan dalam penelitian yang berhubungan cinta altruis siswa SMP;
(3) Ragam program bimbingan dan konseling yang lebih sesuai dengan
kondisi objektif dan karakteristik kebutuhan peserta didik

pada sekolah

menengah pertama.
Ulfah, 2013
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11

E. Asumsi
1.

Cinta altruis adalah dasar dari kehidupan moral dan spiritual dalam semua agama
besar di dunia serta merupakan tradisi kebajikan yang utama. Cinta altruis yang
menjadikan manusia menjadikan manusia beradab, berkeperikemanusiaan dan
bermoral (Peterson, Seligman, 2004).

2.

Cinta altruis berasal dari bagaimana cara individu memandang dunia dan
nilai-nilai yang dimilikinya. Nilai-nilai dan pandangan ini bersumber dari
pengetahuan yang benar sehingga dapat melaksanakan nilai-nilai tersebut
dalam kehidupan (Howard, 2005)

3.

Suasana hati yang positif dapat meningkatkan kesediaan melakukan tindakan
membantu orang lain, suasana hati yang buruk dengan melakukan tindakan
membantu orang lain dapat membuat suasana hati menjadi lebih baik (Baron
&Byrne, 2005).

4.

Memaafkan dan

rasa syukur, memaafkan dan syukur berpengaruh pada

pikiran, perilaku dan meningkatkan suasana hati lebih baik, lebih bahagia,
mempererat hubungan dengan orang lain dan menurunkan tingkat depresi.
(Ben-den, 2007)
5.

Latihan imajinasi teknik pencitraan symbol di alam pikiran

untuk

mengembangkan kesadaran diri, semakin peka pada orang lain, dan
menumbuhkan segala potensi diri (Waas, 2000)

6. Bimbingan pribadi sosial merupakan “proses bantuan yang menyangkut
keadaan batinnya sendiri, kejasmaniannya sendiri dan menyangkut hubungan
dengan orang lain (Winkel, 2006: 118).

12

F. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan
adalah metode quasi experimental dengan desain pretest-postest control group.
Menurut Gall D.M, (2002), metode eksperimen kuasi digunakan dalam penelitian
eksperimen apabila pengambilan sampel secara acak tidak dapat dilakukan. Data
cinta altruis siswa akan diungkap menggunakan kuesioner cinta altruis. Populasi
penelitian adalah peserta didik SMPN 9 Kota Cimahi. Teknik statistik yang akan
digunakan adalah gain score dan uji-t.
G. Kerangka Penelitian
Pelaksanaan
eksperimen kuasi

Perencanaan

Studi
pendahuluan

Penyusunan
instrumen

Validasi

O1
Instrumen
standarn

O3
---

O2

 Kajian literatur
 Kajian lapangan

Validasi

Program
hipotetik

Hasil pelaporan

O4

X

Penyusunan
Program

Keterangan :
O1 = pre-test kelompok eksperimen ;
O2
= pre-test kelompok kontrol
O3 = postest kelompok eksperimen ;
O4
= post-test kelompok kontrol
X = perlakuan bimbingan Pribadi sosial berbasis prinsip psikologi sosial

Gambar 1.1
Kerangka penelitian program bimbingan pribadi sosial untuk
mengembangkan cinta altruis peserta didik.
Ulfah, 2013
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Program
Bimbingan
Pribadi sosial
yang teruji

BAB III
METODE PENELITIAN

Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan penelitian
dalam rangka penyusunan tesis. Pokok bahasan bagian ini adalah lokasi dan
subyek penelitian, metode penelitian, defenisi operasional dari variabel dalam
penelitian, instrument penelitian, pengembangan instrumen yang antara lain
validitas, reliabilitas tes, metode dan teknik penelitian, prosedur dan tahap-tahap
penelitian.
A. Lokasi Penelitian dan Subyek Penelitian
Lokasi penelitian ini di SMP Negeri 9 Cimahi yang berlokasi di Jl. Mahar
Martanegara No 206 Cimahi. Subyek penelitian adalah siswa kelas VIII dan
terdiri dari 13 kelas dengan 4290 peserta didik (siswa), dengan rata-rata jumlah
peserta didik perkelas 33 orang. Penentuan subyek ini berdasarkan asumsi bahwa
pada siswa kelas VIII telah memiliki skemata kognitif untuk berfikir secara
abstrak (pemikiran operasional formal), karena dalam perlakuan banyak
melakukan aktivitas yang berfikir abstrak. Pada pemikir operasional formal,
secara kognitif mampu mengaitkan masa lampau dengan masa sekarang,
memahami peran mereka di masyarakat, sejarah dan alam semesta (Piaget dalam
Desmita, 2009). Adapun teknik pengambilan subjeknya yaitu teknik purposive
sampling. dengan pertimbangan pemberian layanan hanya pada peserta didik yang
memiliki komitmen untuk bersedia berperan aktif dalam proses penelitian.
80
Ulfah, 2013
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

81

1.

Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 1993:102).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII yang ada
pada SMP Negeri 9 Cimahi.
Tabel 1.3
Jumlah Populasi Peserta didik Kelas VIII SMPN 9 Cimahi
Tahun Pelajaran 2012/2013
NO
KELAS
JUMLAH PESERTA DIDIK
1
VIII-A
34
2
VIII-B
34
3
VIII-C
31
4
VIII-D
32
5
VIII-E
34
6
VIII-F
34
7
VIII-G
32
8
VIII-H
34
9
VIII-I
34
10
VIII-J
34
11
VIII-K
32
12
VIII-L
32
13
VIII-M
32
TOTAL
429
Langkah yang ditempuh pemilihan subjek penelitian, meliputi:
a. Menetapkan dua kelas sampel dari keseluruhan kelas VIII yang ada di
SMP Negeri 9 kota Cimahi berdasarkan kelas yang memiliki karakteristik
yang cinta altruis yang sama yaitu pada kategori sedang.
b. Menetapkan jumlah anggota sampel dari dua kelas yang ditetapkan,

Ulfah, 2013
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

82

c. Selanjutnya dari dua kelas yang terpilih tersebut ditentukan kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol.

NO

KELOMPOK

JUMLAH SISWA

1

VIIIF

21

2

VIIIH

21

Total

42

Tabel 2.3 Sampel Penelitian.
B.

Metode Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yakni pendekatan

penelitian yang menekankan data numerikal yang diolah dengan metode statistik
yang memungkinkan peneliti menyamaratakan temuan-temuan dari sampel
terhadap populasi (Creswell, 2002) .
Metode yang digunakan penelitian ini adalah eksperimen kuasi. Menurut
Gall (2002), metode eksperimen kuasi digunakan dalam penelitian eksperimen
apabila pengambilan sampel secara acak tidak dapat dilakukan. Rancangan
eksperimen kuasi merupakan rancangan yang paling umum digunakan dalam
penelitian pendidikan. Dalam desain ini, peserta penelitian adalah tidak dipilih
secara acak untuk menjadi kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, dan
kedua kelompok diberikan pretest dan posttest. memberikan perlakuan program
bimbingan pribadi sosial berbasis kekuatan karakter untuk kelompok eksperimen
Ulfah, 2013
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

83

dan pada kelompok kontrol, tidak diberikan perlakuan. Desain ini hampir sama
dengan prettest-posttest control group design, hanya desain ini kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol tidak dipilih secara acak (random). Desain
penelitian ini dapat digambarkan seperti berikut:
E

O1

K

O3

X

O2
O4

Gambar: 1.3. Desain penelitian kuasi eksperimen
Keterangan :
O1 : pengukuran sebelum perlakuan dari kelompok eksperimen
O2 : pengukuran setelah perlakuan dari kelompok eksperimen
X : Perlakuan (bimbingan pribadi sosial berbasis kekuatan karakter)
O3 : Pengukuran sebelum perlakuan dari kelompok kontrol
O4 : Pengukuran setelah perlakuan dari kelompok kontrol
C. Definisi Operasional Variabel
1.

Cinta Altruis

a.

Definisi
Cinta altruis seringkali diartikan dengan kemurahan hati, kebaikan hati,

cinta kasih sayang. Peterson dan Selligman (2004) mengutarakan bahwa cinta
altruis adalah tindakan apa saja yang dilakukan dengan niat yang tulus dan
tindakan tersebut membawa manfaat untuk orang lain. Batson; Eisenberg
(Peterson dan Seligman, 2004) menemukan ada lima karakteristik yang dimiliki
Ulfah, 2013
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

84

individu yang berperilaku cinta altruis yaitu; (1) empati; (2) Penalaran Moral; (3)
Tanggung Jawab Sosial; (4) Ramah; (5) Dermawan.
Menurut Borba (2005) Cinta altruis adalah “kemampuan menunjukkan
kepeduliaan terhadap kesejakteraan dan perasaan orang lain. Perilaku cinta altruis
dibangun atas tiga aspek yaitu (1) Empati; (2) Hukum keadilan dunia; (3)
ketulusan.
Dari definisi di atas, cinta altruis dapat dimaknai sebagai kepedulian
terhadap kebaikan orang lain yang dilakukan dengan niat yang tulus, kepedulian
muncul pada diri seseorang jika ia memiliki kemampuan berempati pada orang
lain, seseorang juga timbul keinginan membantu orang lain karena dipengaruhi
pemikiran bahwa setiap perbuatan memiliki konsekuensi atau dampak, bahwa
perilaku yang baik akan berdampak positif pada diri, dan perbuatan yang jahat
akan berdampak buruk pada diri sendiri.
Definisi cinta altruis menurut Underwood (2005) cinta altruis adalah cinta
yang

berbagi tanpa pamrih,

membantu, atau kemauan untuk membantu

seseorang dalam kesulitan, peduli dan perhatian terhadap kesejahteraan orang
lain. Cinta altruis merupakan salah satu jenis cinta yang berpusat pada apa yang
baik untuk orang lain. Karakteritik individu yang memiliki cinta altruis yaitu; (1)
Tulus; (2) Empati; (3) Terbuka.
Cinta altruis juga dapat dimaknai sebagai perwujudan dari spiritualitas
yang dimiliki individu. Menurut Stephen G. Post, (2007) Cinta altruis
Ulfah, 2013
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

85

adalah energi emosional yang kreatif tanpa pamrih menegaskan keberadaan
dan nilai yang lain yaitu menuju cinta ke tingkat yang lebih tinggi.
Definisi di atas menunjukkan bahwa cinta altruis merupakan sebab dari
jalan menuju kecerdasan spiritual yang lebih tinggi, juga akibat, atau dampak dari
kecerdasan spiritual. Sebagaimana diseluruh agama besar didunia bahwa tahapan
cinta tertinggi adalah cinta kepada Allah.
Menurut Spaeman (Magnis Suseno, 2005) cinta altruis adalah sikap
seseorang secara spontan untuk peduli pada orang lain. Menurutnya cinta altruis
merupakan bentuk cinta yang tidak membutuhkan bahkan tanpa pertimbangan hak
dan kewajiban.
Dari beberapa definisi cinta altruistik di atas, dapat disimpulkan bahwa
cinta altruis adalah sikap individu untuk berinteraksi sosial yang menguntungkan
secara fisik atau psikis pada orang lain.
b.

Karakteristik cinta altruis
Beberapa orang memiliki karaksteristik yang cukup kuat memiliki cinta

altruistik. Karakteritik cinta altruis dapat dibagi tiga dimensi, yaitu cinta altruis
pada dimensi kognitif,

cinta altruis pada dimensi afektif dan pada dimesi

psikomotorik. cinta altruis pada dimensi kognitif memiliki ciri, (1) tanggung
jawab sosial; (4) terbuka. Pada dimensi afektif meliputi (1) empati (2) ramah atau
pada dimensi psikomotorik meliputi (1) ramah, (2) tulus; (3) dermawan,
(Eisenberg et al, 1989, Peterson dan Seligman, 2004).
a.

Tanggung Jawab Sosial

Ulfah, 2013
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

86

Tanggung jawab sosial berkaitan dengan sejauh mana mereka memandang
diri mereka sebagai manusia bertanggung jawab untuk saling menghargai,
ketergantungan dan keterhubungan dengan orang lain dan lingkungan melalui
interaksi dengan keluarga mereka, teman sebaya, mentor, dan masyarakat
(http://ag.arizona.edu/sfcs/cyfernet/nowg/sc_sosial.html).
Berman (1997), mengemukakan karakteristik individu yang memiliki
Tanggung Jawab Sosial yaitu: (1) Mengakui dan menerima terhadap konsekuensi
dari setiap tindakan dan keputusan yang dilakukan; (2) Setia kepada teman-teman;
(3) Mengakui dan menerima terhadap konsekuensi dari setiap tindakan dan
keputusan yang dilakukan; (4) Memberikan kontribusi baik waktu dan materi
untuk kepentingan sosial atau lingkungan.
b.

Tulus
Karakteristik utama dari cinta altruis adalah altruis yaitu tindakan semata-

mata hanya bertujuan menolong tanpa mengharapkan hadiah atau penghargaan
dari orang lain, makna ketulusan juga mencakup tindakan membantu dilakukan
karena pilihan sendiri berdasarkan pada prinsip moral (Desmita, 2009). Menurut
Lead (Desmita, 2009) menyatakan ada tiga kriteria yang menentukan tingkah laku
tersebut kategori perilaku yang tulus, yaitu; (a)Tindakan yang bertujuan khusus
menguntungkan orang lain tanpa mengharapkan Rewards eksternal; (b) Tindakan
yang dilakukan secara sukarela, (c) Tindakan yang menghasilkan sesuatu yang
baik.
c.

Ramah

Ulfah, 2013
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

87

Ramah dapat menstimulus untuk perhatian yang lebih besar untuk
kesejahteraan orang lain. (Seligman dan Peterson, 2004). Definisi Keramahan
(agreeableness) menurut Spielberger (2005: 117) agreeableness is dimension of
personality associated with motives for maintaining positive relations with others,
yang berarti keramahan adalah dimensi kepribadian terkait dengan motif untuk
mempertahankan

hubungan

positif

dengan

orang

lain.

Individu

yang

menyenangkan umumnya (1) memiliki interaksi sosial yang positif; (2) merasa
nyaman di lingkungan rumah, sekolah, dan di masyarakat. (3) murah kasih
sayang.

d.

Terbuka
Menurut Johnson (Supratiknya, 1995) Keterbukaan merupakan dasar relasi

yang memungkinkan komunikasi sehat. secara psikologis apabila individu mau
membuka diri kepada orang lain, maka orang lain yang diajak bicara akan merasa
aman dalam melakukan komunikasi antarpribadi yang akhirnya orang lain
tersebut akan turut membuka diri. Indikator individu yang memiliki sifat
keterbukaan yaitu (1) mampu mengungkapkan

apa yang dirasakannya; (2)

mencari dan menilai informasi secara objektif dan dari berbagai sumber, (3)
mampu mengenali berbagai perasaan, pemikiran orang lain (Supratiknya, 1995;
Rahmat, 2005).
e.

Dermawan

Ulfah, 2013
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

88

Istilah yang sering digunakan untuk dermawan dalam ilmu psikologi
adalah generosity yang berarti kedermawanan atau murah hati. Menurut
Aristoteles (Lopez,2009) keutamaan atau inti dari

kedermawanan adalah

keterlibatan individu atau kelompok untuk memberikan bantuan kepada yang lain.
Individu yang pemurah atau kedermawanan (1) memberi ke orang yang tepat; (2)
pada waktu yang tepat, (3) dengan alasan yang tepat, dan (4) dengan cara yang
benar.
f.

Empati
Empati adalah “keadaan mental yang membuat seseorang merasa atau

mengidentifikasi dirinya dalam keadaan orang lain sebagaimana orang tersebut
mengerti dan menyampaikan pengertian itu kepadanya, empati berarti masuk
kedalam diri seseorang dan melihat keadaan dari sisi orang tersebut, seolah-olah
ia adalah orang tersebut (Freedman, 2002; Seligman, 2004; Santrock, 2005).
Kepeduliaan muncul karena kemampuan merasakan penderitaan orang lain,
empati berperan meningkatkan sifat kemanusiaan, keadaban dan moralitas.
Karakteristik individu yang memiliki empati yang ditandai dengan (1)
menunjukkan kepekaan terhadap kebutuhan

dan perasaan orang lain; (2)

memahami orang lain secara tepat dari bahasa, tubuh, ekspresi wajah dan nada
suara; (3) menunjukkan kepedulian ketika orang lain mengalami kesulitan; (4)
menunjukkan keinginan untuk memahami sudut pandang orang lain.

Ulfah, 2013
Program Bimbingan Pribadi Sosial Dalam Mengembangkan Cinta Altruis Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

89

Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini maka
dikembangkan alat pengumpul data berupa skala cinta altruis, digunakan untuk
memperoleh gambaran tentang cinta altruis peserta didik.
2.

Program Bimbingan Pribadi Sosial
Menurut Winkel (2006: 119) Program bimbingan (guidance program)

adalah “suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisasi dan
terkoordinasi selama periode waktu tertentu”.
Bimbingan pribadi sosial merupakan bimbingan yang diberikan oleh
petugas bimbingan kepada individu agar dapat mencapai tujuan dan tugas
perkembangan

pribadi-sosial

dalam

mewujudkan

pribadi

yang

mampu

bersosialisasi dan menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungan secara baik
(Depdiknas, 2008).
Menurut Sukardi (1993: 11) mengungkapkan bahwa bimbingan “pribadi
sosial merupakan usaha bimbingan, dalam menghadapi dan memecahkan masalah
pribadi sosial, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan pergaulan”.
Program Bimbingan pribadi sosial pada penelitian ini mengacu pada
prinsip psikologi positif. Bimbingan berbasis kekuatan karakter cocok
dilakasanakan
mengembangkan

pada

Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN THINKING ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS MATEMATIS SISWA (Kasus: Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 5 Metro Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 9 58

Studi Tentang Tingkat Pemahaman Orang Tua Terhadap Laporan Hasil Belajar (LHB) Peserta Didik SMK Negeri 2 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.

2 36 75

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 19 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

3 24 67

PENGARUH ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENGELOLAAN LINGKUGAN (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Talangpadang Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 8 56

PENGARUH ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 3 53

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 12 50

Efektivitas Teknik Modeling Melalui Konseling Kelompok Untuk Meningkatkan Karakter Rasa Hormat Peserta Didik (Quasi Eksperimen Terhadap Siswa Kelas X di SMK Muhammadiyah 2 Bandung Tahun Pelajaran 20142015)

0 0 22

Pengaruh Kepercayaan Diri dan Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 8 Surakarta

0 0 13

ANALISIS EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING BIDANG SOSIAL DI SMA NEGERI 9 PONTIANAK

0 1 8

PENGARUH BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA PESERTA DIDIK SMP NEGERI 21 PONTIANAK

0 0 9