PENGARUH ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2014/2015)

(1)

ABSTRAK

PENGARUH ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI

PEMANASAN GLOBAL

(Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh

JOHAN SUBEKTI

Hasil wawancara dengan guru IPA kelas VII SMP N 1 Pagelaran diketahui bahwa pencapaian hasil belajar pada materi pemanasan global masih rendah. Oleh karena itu, perlu adanya suatu kegiatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Salah satunya dengan menggunakan model

active learning. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model active learning dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Penelitian ini merupakan studi kuasi eksperimen dengan desain kelompok non-ekivalen. Sampel penelitian ini adalah kelas VII3 dan VII4 yang dipilih secara purposive sampling. Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari rata-rata nilai pretest, posttest dan N-gain pada materi pemanasan global kemudian dianalisis menggunakan uji normalitas, uji


(2)

Johan Subekti

kualitatif berupa rata-rata persentase aktivitas siswa yang diperoleh dari hasil observasi pada tiap pertemuan kemudian dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan model active learning dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa dengan selisih sebesar 22,62% lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol pada materi pemanasan global. Hasil belajar siswa pada kelas eksperimen juga mengalami peningkatan dengan selisih rata-rata pada kelas eksperimen 10,13 lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa penggunaan model active learning

berpengaruh dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada materi pemanasan global.

Kata kunci : Model Active learning, Aktivitas Belajar, Hasil Belajar, dan Pemanasan Global


(3)

PENGARUH ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI

PEMANASAN GLOBAL

(Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh

JOHAN SUBEKTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Biologi

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Sugeng dengan Ibu Musrini yang dilahirkan di Karangrejo pada tanggal 19 September 1991. Penulis bertempat tinggal di Jl. Dariman No.1, 23b Karangrejo, Metro Utara, HP (085768200023). Pendidikan yang ditempuh penulis adalah TK PKK 3 (1996-1997), SDN 8 Metro (1997-2004), SMPN 8 Metro (2004-2009), dan SMAN 5 Metro (2009 -2011). Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur PKAB.

Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 1 atap Satu Sukau dan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di desa Sulung, Kecamatan Sukau, Kabupaten Lampung Barat pada tahun 2014.


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih

lagi Maha Penyayang

Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:

Yang tercinta ibu Musrini dan ayahku Sugeng , yang telah mendidik dan membesarkan ku dengan segala doa terbaik

mereka, kesabaran dan limpahan kasih sayang, selalu menguatkanku, mendukung segala langkah ku menuju

kesuksesan dan kebahagian.

Adikku Selia Ningsih yang mendukung segala langkah ku menuju kesuksesan dan kebahagian.

Dwi Puspita Sari yang selalu ada dan memberikan semangat di setiap hari-hariku.

Kelurga Besar Mahasiswa Pendidikan Biologi 2011 yang selalu menyemangatiku.


(9)

MOTO

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa

(dari kejahatan) yang dikerjakannya.

(Al-Baqoroh; 286)

Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya

bersama kesulitan itu ada kemudahan.

(

Al-Insyirah; 5-6

)

Bersyukur dengan apa yang kita miliki sekarang dan berharap lebih baik dari

sekarang untu

k esok ‘masa yang akan datang’.


(10)

SANWACANA

Alhamdulillah, puji syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, dengan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” PENGARUH ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Program Studi

Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Unila.

3. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd. selaku Pembahas dan Ketua Program Studi Pendidikan Biologi atas bimbingan dan masukannya.

4. Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembimbing I atas motivasi, saran, dan masukannya.

5. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd., sebagai Pembimbing Akademik dan Pembimbing II atas motivasi, saran, dan masukannya.

6. Bapak dan ibu dosen pengajar, atas segala ilmu yang telah diberikan. 7. Seluruh sejawat perjuangan mahasiswa Pendidikan Biologi 2011 atas

kesediaannya dalam membantu dalam kelancaran penelitian ini. 8. Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini.


(11)

Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, Amin.

Bandar Lampung, 3 Agustus 2015 Penulis


(12)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Sintak Pembelajaran Active Learning ... 12

2. Ringkasan jenjang belajar ... 22

3. Lembar observasi aktivitas siswa ... 30

4. Kriteria persentase aktivitas belajar siswa ... 34

5. Aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol ... 35

6. Uji normalitas, uji homogenitas, uji t1 dan uji t2 terhadap hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol ... 36


(13)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat ... 25 2. Desain pretest-posttest kelompok non ekuivalen. ... 27 3. Guru memberikan apersepsi kepada siswa sebelum memulai

pembelajaran ... 116 4. Pemberian pretes untuk mengetahui pengetahuan awal siswa ... 116 5. Pembentukan kelompok dan pembagian LKS, kemudian siswa

berdiskusi tentang masalang pemansan global ... 117 6. Perpindahan kelompok denganteknik group to group untuk

membagikan informasi ... 117 7. Pemberian soal postes pada akhir pembelajaran ... 117


(14)

xiv

A. Simpulan ... 43

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN 1. Silabus ... 47

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Active Learning ... 9

B. Aktivitas Belajar Siswa ... 15

C. Hasil Belajar Siswa ... 20

D. Kerangka Pikir ... 24

E. Hipotesis ... 25

III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 26

B. Populasi dan Sampel ... 26

C. Desain Penelitian ... 26

D. Prosedur penelitian ... 27

E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... 28

F. Teknik Analisis Data ... 31

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 35

B. Pembahasan ... 37 V. SIMPULAN DAN SARAN


(15)

xv

2. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ... 51

3. LKK (Lembar Kerja Kelompok) ... 56

4. Pretes dan Postes ... 104

5. Rekapitulasi Aktivitas Belajar Siswa ... 109

6. Rekapitulasi Nilai Pretes, Postes, dan N-gain ... 115


(16)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gejala utama yang menghambat siswa saat ini adalah “malas”, mereka cenderung menjawab suatu pertanyaan hanya terpaku pada buku atau bahan pustaka lain tanpa mengemukakan pendapat atau analisisnya sendiri terhadap pendapat tersebut. Guru biasanya juga cenderung hanya memberikan materi dan tidak memberikan kesempatan siswa untuk aktif. Dengan begitu, kesempatan siswa untuk melakukan aktifitas sangat berkurang, padahal aktivitas siswa dinilai sangat penting dalam proses pembelajaran. Hal itu seperti yang dikemukakan oleh Hamalik (2004: 171) bahwa dengan melakukan aktivitas belajar siswa akan memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup bermasyarakat.

Kurangnya aktivitas siswa dalam belajar seperti aktivitas bertanya, menjawab pertanyaan dan mengemukakan pendapat diduga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa. Menurut Trianto (2009: 5) bahwa masalah utama pendidikan formal (sekolah) saat ini adalah masih rendahnya hasil belajar siswa yang merupakan hasil kondisi pembelajaran konvensional


(17)

2

yang dalam proses pembelajaran memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi siswa untuk mengembangkan pengetahuannya secara mandiri. Guru belum menerapkan pembelajaran yang melibatkan siswa ikut aktif dalam memperoleh pengetahuan yang bermakna. Jika keadaan ini berlangsung terus menerus maka siswa akan mengalami kesulitan mengaplikasikan

pengetahuan yang diperolehnya di kelas dengan kehidupan nyata. Pembelajaran di kelas hanya untuk memperoleh nilai ujian dan nilai ujian tersebut belum tentu relevan dengan tingkat pemahaman mereka.

Sementara itu, hasil wawancara dengan guru IPA kelas VII SMP N 1 Pagelaran diketahui bahwa pencapaian hasil belajar IPA untuk materi pokok pemanasan global selama ini masih rendah. Ini ditunjukkan dari nilai rata-rata kelas VII semester genap tahun pelajaran 2013/2014 untuk materi tersebut yaitu 65,00. Rata-rata tersebut belum memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM). Standar yang ditentukan sekolah untuk pelajaran biologi adalah ≥ 70,00. Berdasarkan hasil observasi tidak terlihat aktivitas siswa yang bermakna dalam proses pembelajaran di kelas, siswa tidak terlibat aktif dalam pembelajaran cenderung pasif hanya duduk diam, mendengarkan guru, dan sebagian

mengobrol dengan temannya. Pada materi pemanasan global khususnya selama ini guru juga belum menggunakan model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif mengembangkan pengetahuannya secara mandiri, siswa kurang dilatih dalam pemecahan masalah terkait pemanasan global yang menyebabkan siswa tidak aktif dalam pembelajaran dan hasil belajar pada materi ini pun


(18)

3

rendah. Padahal menurut Rusman (dalam Suwandi 2011: 2) konsep pembelajaran melalui situasi dan masalah yang disajikan pada pembelajaran dapat melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran dan merangsangaktivitas mental siswa mulai dari megidentifikasi masalah, mencari informasi hingga menemukan solusi yang terbaik sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang bermakna. Sedangkan selama ini guru dalam menyampaikan materi biologi, hanya menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab. Diduga dengan menggunakan metode-metode tersebut kurang merangsang aktivitas yang medukung siswa secara mandiri dalam menyelesaikan permasalahan biologi untuk meningkatkan hasil belajar yang diinginkan. Metode ceramah menyebabkan segala informasi berpusat pada guru, diskusi yang kurang efektif karena soal-soal yang menjadi bahan diskusi cenderung meminta jawaban yang hanya memindahkan materi yang sudah tersedia pada buku teks, sedangkan tanya jawab guru hanya memberikan pertanyaan-pertanyaan yang kurang menggali pengetahuan siswa lebih dalam.

Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran yang dapat menarik siswa untuk ikut aktif dalam pembelajaran dan mencapai hasil belajar yang optimal. Salah satu model pembelajaran yang diduga dapat meningkatkanaktivitas siswa terkait mengembangkan pengetahuan dalam menyelesaikan permasalahan biologi dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran aktif (active learning). Active learning merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa untuk aktif dan dapat mengembangkan kemandirianya sehingga mengeluarkan


(19)

4

potensi berfikir dalam aktivitas memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Active learning dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensi yang dimiliki oleh siswa, sehingga semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristik pribadi yang mereka miliki.

Active learning juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa agar tetap tertuju pada proses pembelajaran (Zaini, Munthe, dan Aryani, 2006: 12).

Selain itu, dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk lebih dari sekedar mendengarkan. Siswa harus membaca, menulis, berdiskusi, atau terlibat dalam pemecahan masalah. Untuk terlibat secara aktif, siswa harus terlibat dalam

kegiatan berfikir, seperti menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi. Untuk itu,

active learning harus dipilih sebagai model agar siswa dapat melakukan kegiatan- kegiatan belajar serta memikirkan apa yang dilakukannya untuk belajar. Active learning merupakan teknik mengajar yang efektif, dibandingkan dengan metode mengajar tradisional, seperti ceramah, siswa akan belajar lebih banyak materi, dapat menyimpan informasi lebih lama, dan lebih dapat menyukai kondisi kelas. Active learning memungkinkan siswa untuk belajar dalam kelas dengan bantuan pendidik dan siswa lainnya. Active learning juga membuat proses pembelajaran menjadi hal yang menyenangkan, tidak menjadi hal yang membosankan bagi mereka (Hosnan, 2014: 210-213).

Dengan menerapkan active learning, siswa didalam pembelajaranya akan aktif untuk saling bertukar informasi tentang fakta-fakta dalam kehidupan sehari-hari untuk menemukan konsepnya sendiri. Khususnya materi pemanasan global yang


(20)

5

terdiri dari banyak fakta seperti penyebab pemanasan global, dampak pemanasan global, efek rumah kaca, dan lain-lain yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Untuk itu perlu diterapkannya model active learning agarfakta-fakta tersebut akan lebih mudah tersampaikan, sehingga materi pemanasan global dapat lebih mudah dipahami, diingat, dan dimengerti.

Pembelajaran dengan menerapkan active learning juga telah dilakukan oleh Suyatmi (2008: 71) bahwa hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan menggunakan active learning metode index card match lebih tinggi dari pada siswa yang diajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada taraf signifikan 5%. Berdasarkan uraian tersebut, maka akan dilakukan suatu penelitian tentang “Pengaruh Active Learning Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas VII Semester 2 di SMP Negeri 1 Pagelaran Pada Materi Pemanasan Global”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Adakah pengaruh model pembelajaran active learning terhadap aktivitas belajar siswa pada materi pemanasan global di SMP Negeri 1 Pagelaran semester genap TP. 2014/2015?


(21)

6

2. Adakah pengaruh yang signifikan pada model pembelajaran active learning

terhadap hasil belajar siswa pada materi pemanasan global di SMP Negeri 1 Pagelaran semester genap TP. 2014/2015?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Pengaruh model pembelajaran active learning terhadap aktivitas belajar siswa pada materi pemanasan global kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran semester genap TP. 2014/2015

2. Pengaruh model pembelajaran active learning terhadap hasil belajar siswa pada materi pemanasan global kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran semester genap TP. 2014/2015

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi: 1. Siswa

Dengan menerapkan model pembelajaran active learning siswa diberikan kesempatan belajar secara aktif dengan melibatkannya dalam kegiatan tanya jawab yang terarah sehingga dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa di dalam kegiatan pembelajarannya.


(22)

7

2. Guru

Guru dapat menjadikan model pembelajaran active learning sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa.

3. Sekolah

memberikan masukan untuk mengoptimalkan penggunaan model

pembelajaran active learning dalam upaya peningkatan mutu sekolah dan kualitas pembelajaran IPA-biologi di sekolah.

4. Peneliti

Dapat memberikan pengalaman, wawasan, dan masukan bagi peneliti sebagai calon guru untuk memilih model pembelajaran active learning yang dapat meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Model pembelajaran active learning dengan TeknikGroup To Group Exchange sebagai kelas eksperimen dengan langkah-langkah seperti: (1) memilih sebuah topik yang mencakup perbedaan ide, kejadian, posisi, konsep atau pendekatan untuk ditugaskan, (2) membagi kelas ke dalam kelompok, (3) meminta kelompok memilih seorang juru bicara menyajikan kepada

kelompok lain, (4) mendorong siswa untuk bertanya pada kelompok yang sedang menyajikan tugas, (5) membandingkan informasi yang saling ditukar.


(23)

8

2. Aktivitas belajar siswa yang diamati dalam penelitian ini yaitu: (a) berkerjasama dalam memecahkan masalah, (b) mencari informasi untuk memecahkan masalah, (c) menuliskan pendapat/ ide alternatif solusi dari masalah, (d) mempresentasikan hasil diskusi kelompok, dan (e) mengajukan pertanyaan.

3. Hasil belajar yang diamati dalam penelitian ini adalah penguasaan aspek kognitif siswa yang berupa nilai pre-test dan post-test pada materi pokok pemanasan global.

4. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas VII2 dan VII4 semester genap di SMP Negeri 1 Pagelaran, Kabupaten Pringsewu tahun pelajaran 2014/2015.


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Active Learning

Active learning adalah proses kegiatan pembelajaran yang subjek didiknya terlibat secara intelektual dan emosional sehingga ia betul-betul berperan dan berpatisipasi aktif dalam melakukan kegiatan belajar. Active learning adalah pembelajaran yang menekankan siswa untuk mengalami sendiri, untuk berlatih, untuk berkegiatan sehingga baik dengan daya pikir, emosional dan

keterampilannya, mereka belajar dan berlatih (Hosnan, 2014: 208). Active

learning adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri, baik dalam bentuk intraksi antar siswa dengan siswa, maupun siswa dengan guru.

Active learning dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunanan semua potensi yang dimiliki siswa, sehingga semua siswa dapat mencapai hasil belajar yang memuaskan sesuai karakteristik pribadi yang mereka miliki. Disamping itu

Active learning juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian siswa agar tertuju pada proses pembelajaran (Sutikno, 2014: 149-150). Belajar aktif mengandung berbagai kiat yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan belajar aktif pada


(25)

10

diri siswa dan menggali potensi siswa dan guru untuk sama-sama berkembang, dan berbagai pengetahuan, keterampilan, serta pengalaman. Dalam hal ini, guru harus mampu menciptakan suasana kondusif agar siswa aktif bertanya,

membangun gagasan, melakukan kegiatan yang dapat memberikan proses aktif siswa dalam membangun pengetahuan. Dengan demikian, kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan yang berimplikasi terhadap peningkatan penguasaan materi (Sutikno, 2014: 149-150). Pernyataan ini menekankan pentingnya belajar aktif dalam pembelajaran agar yang telah dipelajari tidak menjadi suatu hal yang sia-sia dan sekaligus menjawab permasalahan yang sering dihadapi dalam proses pembelajaran, yaitu tidak tuntasnya penguasaan siswa terhadap materi

pembelajaran.

Agar belajar menjadi aktif siswa harus mengerjakan banyak sekali tugas. Mereka harus menggunakan otak, mengkaji gagasan, memecahkan masalah, dan

menerapkan apa yang mereka pelajari. Belajar aktif harus gesit, menyenangkan, bersemangat, dan penuh gairah. Siswa bahkan sering meninggalkan kelas

(moving about dan thingking about). Siswa perlu mendengarnya, melihatnya, dan membahasnya dengan orang lain, sehingga bisa mempelajari sesuatu dengan baik. Bukan cuma itu, siswa perlu mengerjakannya, yaitu: mengambarkan sesuatu dengan cara mereka sendiri, menunjukkan contohnya, mencoba

mempraktikkan ketrampilan, dan mengerjakan tugas yang menuntut pengetahuan yang telah atau sudah mereka dapatkan (Silberman, 2006: 9-10).


(26)

11

Banyak guru yang masih khawatir terhadap model active learnung ini, adapun kekhawatiran mereka berkaitan dengan hal-hal seputar pembelajaran aktif : (1) Apakah hanya merupakan kumpulan kegembiraan dan permainan?; ( 2) Apakah berfokus pada aktivitas itu sendiri sampai-sampai siswa tidak memahami apa yang mereka pelajari?; (3) Apakah menyita banyak waktu?, bagaimanakah kita dapat memberikan pelajaran dengan model pembelajaran aktif?; (4) Dapatkah model pembelajaran aktif menghangatkan informasi yang hambar dan tidak menarik?; (5) Kapan kita menggunakan kelompok dalam pembelajaran aktif, bagaimana kita menghindari agar kelompok-kelompok tersebut tidak menyia-nyiakan waktu dan tidak produktif?; (6) Dapatkah kita mengelompokkan siswa untuk seterusnya dengan menggunakan kegiatan pembelajaran aktif?; (7) Apakah kemungkinan buruk bahwa siswa akan salah menyimpulkan informasi kepada satu sama lain dalam model pembelajaran aktif berbentuk kelompok?; (8) Apakah siswa tertarik dengan model pembelajaran aktif?; (9) Bukankah

diperlukan lebih banyak persiapan dan kreativitas dalam mengajar menggunakan model pembelajaran aktif? (Silberman, 2006: 31-34).

Terdapat 101 teknik yang dapat diterapkan dalam pembelajaran aktif seperti dijelaskan Silberman (dalam Trianto, 2009: 138), teknik-teknik tersebut dikelompokkan dalam tiga bagian, yaitu:

a) Bagaimana membantu siswa aktif sejak awal, misalnya strategi tim membangun, penilaian mendadak, dan keterlibatan langsung.


(27)

12

b) Bagaimana membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang aktif, misalnya strategi pembelajaran kelas, diskusi kelas, kolaborasi, dan peer teaching; dan

c) Bagaimana membuat pembelajaran yang tidak terlupakan, misalnya review, penilaian diri, dan perencanaan masa depan.

Tabel 1. Sintak Pembelajaran dalam Kegiatan Belajar Aktif (Active Learning) Komponen Kegiatan Siswa Kegiatan Guru

Pengalaman 1. Melakukan pengamatan 2. Melakukan percobaan 3. Membaca

4. Melakuan wawancara 5. Membuat sesuatu

1.Menciptakan kegiatan yang beragam 2.Mengamati siswa bekerja dan sesekali

mengajukan pertanyaan yang menantang

Interaksi 1. Mengajukan pertanyaan

2. Meminta pendapat orang lain

3. Memberi komentar

4. Bekerja dalam kelompok

1.Mendengarkan, tidak menertawakan, dan memberi kesempatan terlebih dahulu kepada siswa lain untuk menjawab. 2.Mendengarkan

3.Meminta pendapat siswa lainnya 4.Mendengarkan, sesekali mengajukan

pertanyaan yang menantang

5.Memberi kesempatan kepada siswa lain untuk memberi pendapat tentang komentar tersebut.

6.Berkeliling kekelompok sesekali duduk bersama kelommpok, mendengarkan perbincangan kelompok, dan sesekali memberi komentar atau pertanyaan yang menantang

Komunikasi 1. mendemonstrasikan/ mempertunjukkan/ menjelaskan 2. berbicara/ bercerita/

menceritakan 3. melaporkan 4. mengemukakan

pendapat/pikiran (lisan/tulisan)

5. memajangkan hasil karya

1. memerhatikan/ memberi komentar/ pertanyaan yang menantang 2. mendengarkan/ memberi komentar/

mempertanyakan 3. tidak menertawakan

4. membantu agar letak panjang dalam jangkauan siswa

Refleksi 1.memikirkan kembali hasil kerja/pikiran sendiri

1. mempertanyakan

2. meminta siswa lain untuk memberi komentar


(28)

13

Terdapat kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran active Learning

diantaranya:

1. Siswa lebih termotivasi

Pendekatan active learning memungkinkan terjadinya pembelajaran yang menyenangkan. Suasana yang menyenangkan merupakan faktor motivasi untuk siswa.

2. Mempunyai lingkungan yang aman

Pendidik dapat menyediakan lingkungan yang aman melalui modeling dan setting batas-batas prilaku dalam kelas.

3. Partisipasi oleh seluruh kelompok belajar

Informasi tidak diberikan kepada siswa, tetapi siswa yang mencarinya. Beberapa kegiatan mungkin membutuhkan kekuatan, kecerdasan, dan beberapa yang lain mungkin membutuhkan siswa untuk menjadi bagiannya. Semua mempunyai tempat dan berkontribusi berdasarkan karakteristik masing-masing.

4. Setiap orang bertanggung jawab dalam kegiatan belajarnya sendiri

Setiap orang bertanggung jawab untuk memutuskan apakah sesuatu hal tepat untuk mereka. Setiap orang dapat mengiterpretasikan tindakan-tindakan untuk merka sendiri dan mengaplikasikannya sesuai dengan kondisi mereka. 5. Kegiatan bersifat fleksibel dan ada relevansinya

Peraturan dan bahasa boleh diubah menyesuaikan dengan tingkai kebutuhan. Dengan membuat perubahan, kita dapat melakukan kegiatan yang relevan


(29)

14

dengan berbagai usia kelompok yang bervariasi dengan mengeksplorasi konsep yang sama.

6. Reseftif meningkat

Dengan mengunakan active learning sebagai pendekatan dalam pembelajaran dimana prinsip-prinsip dan penerapan dari prinsip-perinsip diekspresikan oleh siswa, informasi menjadi lebih mudah untuk diterima dan diterapkan. 7. Pendapat induktif distimulasi

Jawaban atas pertanyaan tidak diberikan, tetapi dieksplorasi. Pertanyaan dan jawaban muncul dari siswa selama kegiatan pembelajaran.

8. Partisipan mengungkapkan proses berfikir mereka

Sementara kegiatan diskusi berlangsung, pendidik dapat mengukur tingkat pemahaman siswa. Dengan demikian, pendidik dapat berkonsentrasi pada hal-hal yang harus diberikan sesuai kebutuhan.

9. Memberi kesempatan untuk memperbaiki kesalahan

Jika siswa melakukan kesalahan yang menyebabkan kegagalan, hentikan kegiatan dan pikirkan alternatif lain dan mulai lagi kegiatan. Dengan

demikian, siswa dapat belajar bahwa kesalahan dapat menjadi suatu hal yang menguntungkan dan membimbing kita untuk menjadi lebih baik.

10.Memberi kesempatan untuk memperbaiki resiko

Mengambil resiko merupakan hal yang sulit dalam masyarakat yang

mengidolakan pemenang. Dengan memberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi tanpa tekanan untuk menjadi pemenang, kita telah memberikan


(30)

15

kebebasan untuk mencoba tanpa merasa malu untuk melakukan kesalahan (Hosnan, 2013: 216-217).

B. Aktivitas Belajar Siswa

Aktivitas dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu faktor penting yang dapat mendukung ketercapaian kompetensi pembelajaran siswa. Pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri (Hamalik, 2001: 172). Dalam kegiatan belajar sangat diperlukan adanya aktivitas. Tanpa adanya aktivitas, belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Aktivitas dalam proes belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal-hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berpikir, membaca dan segala kegiatan yang dilakukan dapat menunjang prestasi belajar. Siswa yang beraktivitas akan memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan aspek-aspek tingkah laku lainnya, serta mengembangkan keterampilan yang bermakna untuk hidup di masyarakat (Sardiman, 2003: 100).

Penerapan pembelajaran yang mengaktifkan siswa dapat dilakuakan melalui pengembangan berbagai keterampilan belajar esensial secara efektif yang antara lain sebagai berikut: (1) berkomunikasi lisan dan tertulis secara efektif, ( 2) berfikir logis kritis dan kreatif, (3) rasa ingin tahu, (4) penguasaan teknologi dan informasi, (5) pengembangan personal dan sosial, dan (6) belajar mandiri. Lima keterampilan belajar tersebut memiliki intersepsi keterkaitan antar dimensi yang


(31)

16

berisi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang sangat penting untuk terjadinya peristiwa pembelajaran yang sarat nilai dan mengembangkan potensi siswa melalui aktivitas belajar disekolah. Belajar harus melibatkan potensi yang

dimiliki siswa, yang meliputi potensi gerak fisik, potensi panca indra, dan potensi intelektual. Sebagian besar siswa memiliki cara belajar yanga kolaboratif, yaitu menggabungkan potensi visual, audio, dan kinestetik. Pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa secara langsung merupakan implementasi dari gaya belajar yang mengaktifkan siswa. Karena dengan aktivitas langsung dalam pembelajaran, maka siswa secara otomatis melibatkan gerakan fisik, indra, mental, dan intelektual secara bersamaan (Rusman, 2014: 388-389).

Berikut ini adalah daftar macam-macam kegiatan siswa menurut Diendrich dalam (Sardiman, 2003: 101) sebagai berikut:

1. Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar demontrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

2. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.

3. Listeningactivities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin, membuat rangkuman.

5. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram, charta, poster.


(32)

17

6. Motor activities, yang masuk didalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak.

7. Mental activities, sebagai contoh misalnya: mencari informasi, menganggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan.

8. Emosional activities, seperti misalnya, menaruh minat, merasa bosan, gembira, semangat, bergairah, berani, tegang, gugup.

Terdapat dua jenis aktivitas dalam pembelajaran yaitu aktivitas fisik dan aktivitas psikis. Aktivitas fisik ialah siswa giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain atau bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran. Seluruh peranan dan kemauan dikerahkan dan diarahkan supaya daya itu tetap aktif untuk mendapatkan hasil pembelajaran yang optimal sekaligus mengikuti proses pengajaran secara aktif. Siswa mendengarkan, mengamati, menyelidiki,

mengingat, menguraikan, mengasosiasikan ketentuan satu dengan lainnya dan sebagainya menurut (Rohani, 2004: 6-7). Aktivitas-aktivitas terebut tidaklah terpisah satu sama lain. Dalam setiap aktivitas motoris terkandung aktivitas mental disertai oleh perasaan tertentu dan pada setiap pelajaran terdapat berbagai aktivitas yang dapat diupayakan. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran akan memberikan manfaat bagi siswa, bahwa belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi siswa, sebab kesan yang didapatkan oleh


(33)

18

siswa lebih tahan lama tersimpan di dalam benak anak (Djamarah, 2000: 67). Menurut pendapat Djamarah di atas, belajar dengan melakukan aktivitas akan lebih bermakna dan tidak mudah dilupakan oleh siswa. Senada dengan hal di atas, Gie (1985: 6) menyatakan bahwa keberhasilan siswa dalam belajar tergantung pada aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran. Aktivitas belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas secara sadar yang dilakukan seseorang yang mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa perubahan pengetahuan atau kemahiran yang sifatnya tergantung pada sedikit banyaknya perubahan. Proses aktivitas pembelajaran harus melibatkan seluruh aspek psikofisis siswa, baik jasmani maupun rohani sehingga akselerasi perubahan prilakunya dapat terjadi secara cepat, tepat, mudah, dan benar, baik berkaitan dengan aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.

Aktivitas dalam belajar dapat memberikan nilai tambah (add value) bagi siswa, berupa hal-hal berikut:

1. Siswa memiliki kesadaran (awareness) untuk belajar sebagai wujud adanya motivasi internal (driving force) untuk belajar sejati.

2. Siswa mencari pengalaman dan langsung mengalami sendiri, yang dapat memberikan dampak terhadap pembentukan pribadi yang integral. 3. Siswa belajar dengan menurut minat dan kemampuannya.

4. Menumbuhkembangkan sikap disiplin dan suasana belajar yang demokratis di kalangan siswa.


(34)

19

5. Pembelajaran dilaksanakan secara konkret sehingga dapat menumbuh kembangkan pemahaman berpikir kritis serta menghindarkan terjadinya verbalisme.

6. Menumbuhkembangkan sikap kooperatif dikalangan siswa sehingga sekolah menjadi hidup, sejalan, dan serasi dengan kehidupan masyarakat disekitarnya (Hanafiah, 2009: 23-24).

Dierich yang dikutip Hamalik (dalam Hanafiah 2009: 24-25) menyatakan aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut: 1. Kegiatan-kegiatan visual, yaitu membaca, melihat gambar-gambar,

mengamati, eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

2. Kegiatan-kegiatan lisan (oral), yaitu mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, berwawancara, diskusi dan interupsi.

3. Kegiatan-kegiatan mendengarkan, yaitu mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan, atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, atau mendengarkan radio.

4. Kegiatan-kegiatan menulis, yaitu menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan copy, membuat outline atau rangkuman, dan

mengerjakan tes, serta mengisi angket.

5. Kegiatan-kegiatan menggambar, yaitu menggambar, membuat grafik, chart, diagram, peta, dan pola.


(35)

20

6. Kegiatan-kegiatan metrik, yaitu melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, serta menari dan berkebun.

7. Kegiatan-kegiatan mental, yaitu merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

8. Kegiatan-kegiatan emosional, yaitu minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga

menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu atau dari tidak mampu melakukan kegiatan menjadi mampu melakukan kegiatan.

C. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar meupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindakan guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada bagian lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 4).


(36)

21

Selain itu hasil belajar merupakan suatu puncak proses pembelajaran. Suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya memenuhi tujuan dari proses belajar mengajar tersebut. Hasil belajar dapat diketahui dengan adanya evaluasi hasil belajar. Seperti yang diungkapkan oleh Davies (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009: 201) evaluasi hasil belajar adalah sebagai kegiatan yang berupaya untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Evaluasi hasil belajar memiliki sasaran berupa ranah-ranah yang terkandung dalam tujuan. Ranah tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar siswa secara umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yakni: ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik.

Anderson, dkk dalam Prawiradilaga (2007: 94-95), menyatakan bahwa hasil belajar dalam kecakapan kognitif ini terdiri dari 6 proses berpikir, yaitu (1) mengingat, (2) mengerti, (3) menerapkan, (4) menganalisis, (5) menilai, dan (6) berkreasi. Penjelasan lebih lanjut mengenai 6 proses berpikir di atas dapat dilihat seperti pada Tabel 2.


(37)

22

Tabel 2. Ringkasan jenjang belajar

Berpikir Uraian Rincian

Mengingat Memunculkan pengetahuan dari jangka panjang

Mengenali Mengingat

Mengerti

Membentuk arti dari pesan pembelajaran (isi) : lisan, tulisan, grafis, atau gambar

Memahami Membuat contoh Mengelompokan Meringkas Meramalkan Membandingkan Menjelaskan Menerapkan Melaksanakan atau menggunakan prosedur dalam situasi tertentu

Melaksanakan Mengembangkan

Menganalisis

Menjabarkan komponen atau struktur dengan membedakan dari bentuk dan fungsi, tujuan dan seterusnya. Membedakan Menyusun kembali Menandai Menilai Menyusun pertimbangan berdasarkan kriteria dan persyaratan khusus

Mengecek Mengkritik

Berkreasi

Menyusun sesuatu hal baru; memodifikasi suatu model lama, menjadi sesuatu yang berbeda, dan seterusnya.

Menghasilkan Merencanakan Membentuk

Sumber: dimodifikasi dari Prawiradilaga (2007:95)

Hasil belajar dari aspek kognitif mempunyai hirarki atau tingkatan dalam

pencapaiannya. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah: (1) informasi non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Informasi non verbal dikenal cara penginderaan terhadap objek-objek dan peristiwa-peristiwa secara langsung. Informasi fakta dan pengetahuan verbal dikenal mendengarkan orang lain dan dengan jalan membaca. Semuanya itu penting untuk memperoleh konsep-konsep. Selanjutnya, konsep-konsep itu penting untuk membentuk prinsip-prinsip.


(38)

23

Kemudian prinsip-prinsip itu penting di dalam pemecahan masalah atau di dalam kreativitas (Slameto, 1991: 131).

Menurut Arikunto (2008: 253) beberapa tes yang dilakukan guru untuk menilai keberhasilan siswa, diantaranya: uji blok, ulangan harian, tes lisan saat

pembelajaran berlangsung, tes mid semester dan tes akhir semester. Hasil dari tes tersebut berupa nilai yang digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan proses pembelajaran yang terjadi. Tes ini dibuat oleh guru berkaitan dengan materi yang telah diajarkan. Setiap kegiatan belajar akan berakhir dengan hasil belajar. Bahan mentah hasil belajar terwujud dalam lembar jawaban soal ulangan dan karya atau benda. Bagi guru, hasil belajar siswa di kelasnya berguna untuk melakukan perbaikan tindak mengajar atau evaluasi. Bagi siswa, hasil belajar tersebut berguna untuk memperbaiki cara-cara belajar lebih lanjut.

Selain diukur dalam bentuk nilai, hasil belajar juga dapat diamati dan diukur dari perubaha tingkah laku diri siswa. Sesuai dengan pendapat Hamalik (2008: 155) bahwa hasil belajar yaitu perubahan tingkah laku diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut diartikan terjadinya pengembangan yang lebih baik

dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan. Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku sehingga dengan belajar seseorang akan mengalami perubahan berpikir dan sikap dalam kehidupan sehari-hari.


(39)

24

D. Kerangka Pikir

Aktivitas siswa dalam pembelajaran memiliki peranan penting dalam perolehan pengetahuan siswa dan hasil belajar siswa. Pada kenyataannya dalam proses pembelajaran guru belum melibatkan siswa untuk aktif memperoleh dan mengembangkan pengetahuannya, sehingga menyebabkan hasil belajar siswa yang rendah. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan siswa ke dalam proses belajar sehingga mereka dapat memperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan.

Salah satu model pembelajaran diduga dapat merangsang aktivitas siswa dalam mengembangkan pengetahuannya tersebut sehingga meningkatkan hasil belajar adalah model active learning. Telah banyak ditemukan bahwa kualitas

pembelajaran akan meningkat jika siswa dalam proses pembelajaran memperoleh kesempatan yang luas untuk bertanya, berdiskusi, dan menggunakan secara aktif pengetahuan baru yang diperoleh. Dengan menerapkan active learning, siswa didalam pembelajaranya akan aktif untuk saling bertukar informasi tentang fakta-fakta dalam kehidupan sehari-hari untuk menemukan konsepnya sendiri.

Khususnya materi pemanasan global yang terdiri dari banyak fakta. Untuk itu perlu diterapkannya model active learning agarfakta-fakta tersebut akan lebih mudah tersampaikan, sehingga materi pemanasan global dapat lebih mudah dipahami, diingat, dan dimengerti.


(40)

25

Melalui model ini siswa diharapkan siswa terlibat aktif dalam proses

pembelajaran yang mengharuskan siswa untuk mengidentifikasi permasalahan, mengumpulkan data dan menggunakan data tersebut untuk pemecahan masalah.

Dengan demikian diharapkan siswa mendapatkan pengetahuan yang bermakna dengan ikut terlibat aktif di dalam pembelajaran sehingga meningkatkan hasil belajar siswa.

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah pengaruh penggunaan model pembelajaran

active learning, sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan aktivitas belajar.

Hubungan antara variabel tersebut digambarkan dalam diagram berikut.

Keterangan : X = Model pembelajaran active learning

Y1 = Aktivitas belajar Y2 = Hasil belajar

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

“Penerapan model pembelajaran active learning berpengaruh dalam

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran pada materi pemanasan global”.

Y

1

X


(41)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015, yaitu pada bulan April bertempat di SMP Negeri 1 Pagelaran, Kabupaten Pringsewu.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Pagelaran tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 10 kelas. Pengambilan sampel menggunakan teknik Purpossive Sampling, yaitu siswa dari populasi yang diambil dari dua kelas yang memiliki aktivitas dan hasil belajar sama atau hampir sama yaitu siswa kelas VII3 yang berjumlah 32 siswa sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VII4 yang berjumlah 32 siswa sebagai kelas kontrol.

C. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pretes – postes kelompok non ekuivalen. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan

menggunakan model pembelajaran active learning melalui strategi pertukaran kelompok dengan kelompok, sedangkan kelas kontrol menggunakan metode


(42)

27

diskusi. Hasil pretes dan postes pada kedua kelompok subyek kemudian dibandingkan.

Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut :

Keterangan : I = Kelas eksperimen; II = Kelas kontrol; O1 = Pretest; O2 = Posttest; X = Perlakuan menggunakan pendekatan active learning

melalui teknik Group To Group Exchange, C = Perlakuan menggunakan metode diskusi kelompok

Gambar 2. Desain pretest-posttest kelompok non ekuivalen (dimodifikasi dari Riyanto, 2001:43)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut. 1. Tahap prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian sebagai berikut : a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan ke SMP Negeri 1

Pagelaran, Kabupaten Pringsewu sebagai tempat diadakannya penelitian.

b. Mengadakan observasi dan wawancara ke SMP Negeri 1 Pagelaran, Kabupaten Pringsewu untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan menjadi subjek penelitian.

c. Melakukan sampling untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Kelompok Pretes Perlakuan Postes

I O1 X O2


(43)

28

d. Mengambil data yang akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kelompok. Kelompok dibentuk secara heterogen dilihat dari rata-rata nilai siswa, siswa yang rata-rata nilainya tinggi akan bergabung dengan siswa yang rata-rata nilainya rendah. Dengan membentuk 4 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 8 orang.

e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Kelompok (LKK) untuk setiap pertemuan.

f. Membuat instrumen penelitian yaitu soal pretes/ postes dalam bentuk uraian.

g. Membuat instrument penelitian berupa lembar observasi aktivitas siswa.

2. Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan dengan menerapkan model pembelajaran

active learning untuk kelas eksperimen dan metode diskusi untuk kelas kontrol. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan.

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data

Jenis dan teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu berupa skor penguasaan materi Pemanasan Global dan Dampaknya Bagi Ekosistem oleh siswa yang diperoleh dari nilai pretest dan postes. Kemudian dianalisis secara statistik melalui uji


(44)

29

normalitas, uji homogenitas, uji t1, dan uji t2 dengan bantuan program SPSS versi 17.

b. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data aktivitas belajar siswa selama proses

pembelajaran. Jenis data aktivitas siswa diperoleh dari lembar observasi aktivitas belajar siswa dan angket aktivitas belajar siswa.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Pretes dan Postes

Data penguasaan materi berupa nilai pretesdanpostes. Nilai pretes yang diambil pada pertemuan pertama dan kedua setiap kelas, baik eksperimen maupun kontrol, sedangkan nilai postes juga diambil diakhir pembelajaran pada pertemuan pertama kedua setiap kelas baik eksperimen maupun kontrol. Bentuk soal yang diberikan adalah berupa soal uraian.

Teknik penskoran pretes dan postes yaitu :

Keterangan : S = Nilai yang diharapkan (dicari); R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008: 112).

b. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati poin kegiatan yang dilakukan dengan cara memberi tanda check list(√) pada


(45)

30

lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. Aspek yang diamati yaitu: (A) berkerjasama dalam memecahkan masalah, (B) mencari informasi untuk memecahkan masalah, (C) menuliskan

pendapat/ide alternatif dari masalah, (D) mempresentasikan hasil diskusi, (E) mengajukan pertanyaan.

Tabel 3. Lembar observasi aktivitas siswa

No Nama

Skor Aspek Aktivitas Belajar Siswa

A B C D E dst

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 4 Dst Jumlah skor Skor maksimum Persentase Kriteria

Keterangan kriteria penilaian aktivitas siswa A.Bekerjasama dalam memecahkan masalah

1. Tidak berkerjasama dengan teman sekelompok dalam memecahkan masalah.

2. Bekerja dalam memecahkan masalah tetapi hanya dengan satu atau dua teman sekelompoknya dalam memecahkan masalah. 3. Bekerjasama dalam memecahkan masalah dengan semua teman

sekelompok dalam memecahkan masalah.

Petunjuk penilaian: melihat kegiatan siswa di dalam kelompok saat berdiskusi.

B.Mencari informasi untuk memecahkan masalah:

1. Tidak aktif atau hanya diam saja tidak mencari informasi untuk memecahkan masalah.

2. Aktif tetapi hanya mencari informasi seadanya dari buku pegangan siswa.

3. Aktif mencari informasi untuk memecahkan masalah dari berbagai sumber ataupun dengan bertanya pada teman dan guru. Petunjuk penilaian: melihat kegiatan siswa saat mengerjakan LKS

C.Menuliskan pendapat/ide alternatif solusi dari masalah


(46)

31

masalah yang akan dipecahkan .

2. Menuliskan pendapat/ide alternatif solusi dari masalah satu atau lebih tetapi kurang relevan dengan masalah yang akan

dipecahkkan.

3. Menuliskan pendapat/ide alternatif solusi dari masalah satu atau lebih dan relevan dengan masalah yang akan dipecahkkan. Petunjuk penilaian: menganalisis pendapat/ide alternatif solusi dari masalah yang dituliskan siswa dalam LKS

D.Mempresentasikan hasil diskusi kelompok

1. Siswa tidak dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara sistematis dan tidak dapat menjawab pertanyaan. 2. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil

diskusi kelompok dengan secara sistematis dan menjawab pertanyaan dengan benar atau dapat mempresentasikan hasil diskusi secara sistematis tetapi tidak dapat menjawab pertanyaan. 3. Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi

secara sistematis dan menjawab pertanyaan dengan benar. Petunjuk penilaian: melihat siswa dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok

E. Mengajukan pertanyaan

1. Tidak mengajukan pertanyaan.

2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan.

3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan permasalahan.

Petunjuk penilaian: melihat siswa saat presentasi kelas ataupun saat pembelajaran oleh observer dengan mencatat setiap pertanyaan siswa F. Teknik Analisis Data

1. Data Kuantitatif

a. Hasil Belajar oleh Siswa

Untuk mendapatkan skor N-gain menggunakan rumus Hake (modifikasi dalam Loranz, 2008: 3) sebagai berikut:

100 X Y Z Y X gain N    

Keterangan : = Nilai rata-rata postes = Nilai rata-rata pretes Z = Skor maksimum


(47)

32

Data penelitian yang berupa nilai pretes, postes, dan skor N-gain pada kelas eksperimen dan kontrol dianalisis menggunakan uji t dengan program SPSS versi 17, yang sebelumnya dilakukan uji prasyarat berupa:

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan menggunakan uji Lilliefors dengan program SPSS versi 17.

a) Hipotesis

H0 : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal b) Kriteria Pengujian

Terima H0 jika L hitung < L tabel atau p-value > 0,05, tolak H0 untuk harga yang lainnya (Pratisto, 2004: 10).

2. Uji Homogenitas Data

Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji homogenitas dengan menggunakan program SPSS versi 17.

a) Hipotesis

H0 : Variasi data homogen H1 : Variasi data tidak homogen b) Kriteria Uji

Jika Fhitung < Ftabel atau probabilitasnya > 0,05, maka H0 diterima Jika Fhitung > Ftabel atau probabilitasnya < 0,05, maka H0 ditolak (Pratisto, 2004: 18).


(48)

33

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 17.

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama 2) Kriteria Uji

Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel , maka H0 ditolak (Pratisto, 2004: 13).

b. Uji Perbedan Dua Rata-rata 1) Hipotesis

H0 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan kelompok kontrol.

H1 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.

2) Kriteria Uji

Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak (Pratisto, 2004: 10).


(49)

34

2. Data Kualitatif (Aktivitas Belajar Siswa)

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan menghitung persentase aktivitas belajar siswa. Langkah-langkah yang dilakukan untuk adalah sebagai berikut.

1) Menghitung persentase aktivitas dengan menggunakan rumus:

Persentase = x 100%

2) Menafsirkan atau menentukan persentase aktivitas belajar siswa sesuai kriteria pada Tabel 4.

Tabel 4. Kriteria persentase aktivitas belajar siswa

Persentase (%) Kriteria 87,50 – 100

75,00 – 87,49 50,00 – 74,99 0 – 49,99

Sangat baik Baik Cukup Kurang

Sumber: dimodifikasi dari Hidayati (2011: 17) Skor perolehan


(50)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran active learning dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pemanasan global.

2. Penggunaan model active learning berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pemanasan global..

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Bagi siswa yang menggunakan model active learning hendaknya sudah mempelajari materi yang ditentukan sebelumnya, sehingga dalam pengerjaan LKK dan diskusi tidak menghabiskan banyak waktu. 2. Bagi guru yang ingin menerapkan model active learning hendaknya

mempersiapkan siswa dalam pembentukan kelompok, kemudian

menjelaskan siswa tentang pembelajaran active learning sehingga tidak menghabiskan waktu dan siswa lebih kondusif didalam pembelajaran. 3. Bagi peneliti yang hendak melakukan penelitian serupa, sebaiknya


(51)

44

active learning sehingga dalam penerapan pembelajarannya menjadi lebih efektif, kondusif dan efisien.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Kependidikan. Bina Aksara. Jakarta. 344 hlm.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. 298 hlm.

Djamarah, S. B. 2010. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta. 226 hlm.

Gie, T. L. 1985. Cara Belajar Yang Efisien. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 208 hlm.

Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. 240 hlm. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia. Bandung. 343 hlm. Hanafiah, N. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung.

145 hlm.

Hidayati, A.N. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru.

(Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila-HEPI. Bandar Lampung. 452 hlm.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Ghalia Indonesia. Bogor. 456 hlm.

Loranz, D. 2008. Gain Score. (Online).(http://www.tmcc.edu/vp/acstu/

assessment/downloads/documents/reports/archives/discipline/0708/SLOA PHYS Disciplin Rep0708.pdf. Diakses pada 14 Januari 2015, pukul 22.30 WIB).

Martono, N. 2010. Statistik Sosial. Grava Media. Yogyakarta.183 hlm.

Prawiradilaga, D. 2007. Prinsip Desain Pembelajaran. Kencana. Jakarta. 156 hlm Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan


(53)

46

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung. 165 hlm.

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Pendidikan. SIC. Jakarta. 398 hlm.

Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran. Rajawali Pers. Jakarta. 418 hlm. Rohani, A. 2004. Media Instruksional Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta. 245 hlm. Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo

Persada. Jakarta. 236 hlm.

Sardiman, A.S., R. Raharjo, H. Anung dan R. Rahardjito. 2003. Media Pendidikan. CV Rajawali. Jakarta. 330 hlm.

Silberman, M.L. 2006. Active Learning. Nusa Media. Bandung. 301 hlm. Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Bumi

Aksara. Jakarta. 178 hlm.

Sukmadinata, N.S. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung. 286 hlm.

Sutikno, S. 2014. Metode dan Model-Model Pembelajaran. Holistica. Lombok. 263 hlm.

Suwandi, T. 2012. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah oleh Siswa. (Skripsi). Universitas Lampung: Bandar Lampung. 221 hlm.

Suyatmi, A. 2008. Pengaruh Penggunaan Strategi Active Learning dengan Metode Index Match Terhadap Hasil Belajar Matematika. (Online). (http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/AAN_20SUYATMI-FITK, diakses pada 14 Januari 2015: 21.30 WIB). 166 hlm.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 371 hlm.

Zaini, H., B. Munthe, dan S.A. Aryani. 2006. Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi. CSTD .Yogyakarta. 200 hlm.


(1)

33

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata-rata dan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan program SPSS versi 17.

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-gain kedua sampel tidak sama 2) Kriteria Uji

Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel , maka H0 ditolak (Pratisto, 2004: 13).

b. Uji Perbedan Dua Rata-rata 1) Hipotesis

H0 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen sama dengan kelompok kontrol.

H1 = rata-rata N-gain pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari kelompok kontrol.

2) Kriteria Uji

Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima

Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak (Pratisto, 2004: 10).


(2)

34

2. Data Kualitatif (Aktivitas Belajar Siswa)

Data aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dengan menghitung persentase aktivitas belajar siswa. Langkah-langkah yang dilakukan untuk adalah sebagai berikut.

1) Menghitung persentase aktivitas dengan menggunakan rumus:

Persentase = x 100%

2) Menafsirkan atau menentukan persentase aktivitas belajar siswa sesuai kriteria pada Tabel 4.

Tabel 4. Kriteria persentase aktivitas belajar siswa Persentase (%) Kriteria 87,50 – 100

75,00 – 87,49 50,00 – 74,99 0 – 49,99

Sangat baik Baik Cukup Kurang Sumber: dimodifikasi dari Hidayati (2011: 17)

Skor perolehan Skor maksimum


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan, maka diperoleh simpulan sebagai berikut:

1. Penggunaan model pembelajaran active learning dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa pada materi pemanasan global.

2. Penggunaan model active learning berpengaruh dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pemanasan global..

B. Saran

Untuk kepentingan penelitian, maka penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Bagi siswa yang menggunakan model active learning hendaknya sudah mempelajari materi yang ditentukan sebelumnya, sehingga dalam pengerjaan LKK dan diskusi tidak menghabiskan banyak waktu. 2. Bagi guru yang ingin menerapkan model active learning hendaknya

mempersiapkan siswa dalam pembentukan kelompok, kemudian

menjelaskan siswa tentang pembelajaran active learning sehingga tidak menghabiskan waktu dan siswa lebih kondusif didalam pembelajaran. 3. Bagi peneliti yang hendak melakukan penelitian serupa, sebaiknya


(4)

44

active learning sehingga dalam penerapan pembelajarannya menjadi lebih efektif, kondusif dan efisien.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2008. Dasar-dasar Evaluasi Kependidikan. Bina Aksara. Jakarta. 344 hlm.

Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. 298 hlm.

Djamarah, S. B. 2010. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta. 226 hlm.

Gie, T. L. 1985. Cara Belajar Yang Efisien. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 208 hlm.

Hamalik, O. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. 240 hlm. Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Pustaka Setia. Bandung. 343 hlm. Hanafiah, N. 2009. Konsep Strategi Pembelajaran. Refika Aditama. Bandung.

145 hlm.

Hidayati, A.N. 2011. Training of Trainer Berorientasi Higher Order Learning Skills dan Pengaruhnya pada Prestasi serta Performance Guru.

(Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2011). Kerjasama FKIP Unila-HEPI. Bandar Lampung. 452 hlm.

Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Ghalia Indonesia. Bogor. 456 hlm.

Loranz, D. 2008. Gain Score. (Online).(http://www.tmcc.edu/vp/acstu/

assessment/downloads/documents/reports/archives/discipline/0708/SLOA PHYS Disciplin Rep0708.pdf. Diakses pada 14 Januari 2015, pukul 22.30 WIB).

Martono, N. 2010. Statistik Sosial. Grava Media. Yogyakarta.183 hlm.

Prawiradilaga, D. 2007. Prinsip Desain Pembelajaran. Kencana. Jakarta. 156 hlm Pratisto, A. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan


(6)

46

Purwanto, N. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung. 165 hlm.

Riyanto, Y. 2001. Metodologi Pendidikan. SIC. Jakarta. 398 hlm.

Rusman. 2014. Model-Model Pembelajaran. Rajawali Pers. Jakarta. 418 hlm. Rohani, A. 2004. Media Instruksional Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta. 245 hlm. Sardiman, A.M. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo

Persada. Jakarta. 236 hlm.

Sardiman, A.S., R. Raharjo, H. Anung dan R. Rahardjito. 2003. Media Pendidikan. CV Rajawali. Jakarta. 330 hlm.

Silberman, M.L. 2006. Active Learning. Nusa Media. Bandung. 301 hlm. Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester. Bumi

Aksara. Jakarta. 178 hlm.

Sukmadinata, N.S. 2007. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung. 286 hlm.

Sutikno, S. 2014. Metode dan Model-Model Pembelajaran. Holistica. Lombok. 263 hlm.

Suwandi, T. 2012. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Masalah Open-Ended Terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah oleh Siswa. (Skripsi). Universitas Lampung: Bandar Lampung. 221 hlm.

Suyatmi, A. 2008. Pengaruh Penggunaan Strategi Active Learning dengan Metode Index Match Terhadap Hasil Belajar Matematika. (Online). (http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/AAN_20SUYATMI-FITK, diakses pada 14 Januari 2015: 21.30 WIB). 166 hlm.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. 371 hlm.

Zaini, H., B. Munthe, dan S.A. Aryani. 2006. Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi. CSTD .Yogyakarta. 200 hlm.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ORGANISASI KEHIDUPAN (Studi Eksperimen Semu pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 23 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

2 12 55

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah 1 Gadingrejo Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014)

2 27 61

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI POKOK EKOSISTEM (Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 18 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 3 53

PENGARUH METODE PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK CIRI-CIRI MAKHLUK HIDUP (Kuasi Eksperimental Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Batu Ketulis Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 3 57

PENGARUH ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENGELOLAAN LINGKUGAN (Studi Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Talangpadang Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 8 56

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 14 Bandar Lampung T.P 2014/2015)

0 7 59

PENGARUH MEDIA MAKET TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK EKOSISTEM (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas X Semester Genap SMA Negeri 1 Tulang Bawang Tengah Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 10 60

PENGARUH ACTIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 1 Pagelaran Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 3 53

PENGARUH ACTIVE LEARNING TERHADAP PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATERI PENGELOLAAN LINGKUNGAN (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Bandar Mataram Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

1 27 50

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR SISWA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII MTs Negeri 1 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015 Materi Pokok Ekosistem)

11 70 61