EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 9 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh LATIFAH M.

Penelitian kuasi eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan

model probing-prompting ditinjau dari kemampuan berpikir kritis siswa. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Bandarlampung Tahun

Pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari tujuh kelas. Sampel penelitian ini adalah

siswa kelas VIII-C yang dipilih dengan teknik purposive sampling. Desain penelitian ini adalah one shot case study. Instrumen penelitian ini adalah tes uraian berpikir kritis. Berdasarkan hasil analisis data, persentase siswa yang memiliki

kemampuan berpikir kritis dengan baik kurang dari 60%. Dengan demikian, model

probing-prompting tidak efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kritis siswa.


(2)

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

Oleh LATIFAH M.

1113021046

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDARLAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandarlampung, Provinsi Lampung pada tanggal 29 April

1994. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Ibu Maidarlis

dan Bapak Mulyadi.

Pendidikan formal penulis berawal dari sekolah dasar di SD Negeri 2 Talang dan

lulus tahun 2005. Selanjutnya sekolah menengah pertama di SMP Negeri 4

Bandarlampung dan lulus tahun 2008. Sekolah menengah atas di SMA Negeri 2

Bandarlampung dan lulus tahun 2011.

Melalui jalur SNMPTN Undangan penulis diterima sebagai mahasiswa Program

Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada tahun 2011. Pada tahun 2014 penulis

melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Simpang Kanan Kecamatan

Sumberejo Kabupaten Tanggamus dan pada tahun yang sama penulis


(7)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobbil ’Alamiin…

Terucap syukur kepada Allah SWT atas nikmat dan karunia-Nya, Kupersembahkan skripsi ini kepada:

Kedua orang tuaku tersayang Maidarlis dan Mulyadi

Keluarga besarku dan almamater tercinta yang telah memberikan cinta, kasih sayang, dukungan, semangat dan doa selama ini untuk keberhasilanku.


(8)

MOTTO

“Yes, Allah knows you are tired.

Allah knows it is difficult for you.

But you must also that Allah would never place you in a situation that you can

not handle”


(9)

SANWACANA

Segala puji bagi Allah SWT. Rabb Semesta Alam yang mengadakan dan

meniadakan segala sesuatunya di muka bumi ini, serta shalawat serta salam selalu

tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Nabi akhir zaman beserta

sahabatnya.

Alhamdulillah atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Efektivitas Penerapan Model Probing-Prompting Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Bandarlampung

Tahun Pelajaran 2014/2015)” yang disusun sebagai salah satu syarat untuk

men-capai gelar kesarjanaan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan

skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih yang tulus dan ikhlas kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung

beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas

kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini;

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP

Universitas Lampung, atas kesediaannya memberikan sumbangan pemikiran,


(10)

iii 3. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Matematika sekaligus selaku Pembimbing 2, atas kesediaannya memberikan

bimbingan, sumbangan pemikiran, kritik, dan saran, baik selama perkuliahan

maupun selama penyusunan skripsi;

4. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Pembimbing 1, atas kesediaannya

memberikan bimbingan, sumbangan pemikiran, kritik, dan saran, baik selama

perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi;

5. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik sekaligus

Pembahas, atas kesediaannya memberikan sumbangan pemikiran, saran, dan

kritik baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi;

6. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama

menye-lesaikan studi;

7. Ibu Dra. Hj. Agustina, M.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 9 Bandarlampung

beserta Wakil, staf, dan karyawan yang telah memberikan izin dan kemudahan

selama penelitian;

8. Ibu Sulistianingrum, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak memberikan

arahan dan masukan selama penelitian, serta murid-murid kelas VIII-C SMP

Negeri 9 Bandarlampung atas partisipasinya dalam penelitian ini;

9. Mama, Ayah, Cimot, Benjo, Thiny serta keluarga besarku yang selalu

menyayangi, mendoakan, dan selalu memberikan dukungan untuk

keberha-silanku. Terima kasih untuk kasih sayang, kesabaran, pengertian, bantuan, dan

doa yang sudah diberikan;

10. Ayu, Bayu, Enggar, dan Fuji yang senantiasa memberikan dukungan dan


(11)

iv telah kita lalui bersama. Tanpa kalian masa-masa perjuangan Skripsi pasti akan

terasa hampa. Semoga pertemanan kita tidak berhenti seiring tercetaknya

Skripsi, namun bisa terus lanjut untuk berbagi cerita tentang project “masa depan” masing-masing;

11. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 B: Agung, Agus, Alija, Aulia, Didi,

Iwan, Ige, Ucup, Hasbi, Elcho, Lele, Dewi, Ismi, Emak, Yuli, Penti, Ria, Vina,

Ratna, Dedes, Fitri, Emi, Siska, Hani, Ayu F., Oca, dan Titi. Terimakasih untuk

semua bantuan, kebersamaannya dan dukungannya selama ini;

12. Teman-teman KKN & PPL SMA Negeri 1 Sumberejo: Emak, Susai, Arvai,

Fitrai, Ajeng, Azhar Uye, Mr. Slamet, Jivai, dan Pipain. Terimakasih untuk 3

bulan yang penuh perjuangan, canda, tawa, kesedihan dan dukungannya teman,

kalian luar biasa;

13. Teman-teman angkatan 2011 A, kakak-kakak tingkat, teman-teman dan

adik-adik tingkat atas kebersamaannya;

14. Almamater yang telah mendewasakanku.

Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang

telah diberikan dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandarlampung, April 2015 Penulis,


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR LAMPIRAN... viii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...

B. Rumusan Masalah...

C. Tujuan Penelitian ...

D. Manfaat Penelitian...

E. Ruang Lingkup... 1

6

6

6

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori...

1. Efektivitas Pembelajaran ...

2. Model Probing-Prompting... 3. Berpikir Kritis ...

B. Kerangka Pikir ...

C. Anggapan Dasar...

D. Hipotesis Penelitian ... 9

9

10

13

16

18


(13)

vi III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian ...

B. Desain Penelitian ...

C. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ...

D. Instrumen Penelitian ...

1. Validitas ...

2. Reliabilitas ...

3. Indeks Kesukaran...

4. Indeks Daya Pembeda...

E. Prosedur Penelitian ...

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 19 20 20 21 21 22 23 24 26 29

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian...

1. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ...

2. Pencapaian Indikator Berpikir Kritis ...

B. Pembahasan ... 31

31

31

32

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...

B. Saran ... 35

35

DAFTAR PUSTAKA


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1

3.1

3.2

3.3

3.4

3.5

3.6

4.1

4.2

Dua Belas Indikator Ketrampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis ...

Data Nilai Mid Semester Ganjil Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9

Bandarlampung T.P. 2014/2015 ...

Desain One Shot Case Study... Klasifikasi Koefisien Reliabilitas...

Klasifikasi Indeks Kesukaran...

Klasifikasi Indeks Daya Pembeda...

Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis ...

Hasil Uji Proporsi Data Kemampuan Berpikir Kritis Siswa...

Pencapaian Indikator Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ... 14

19

20

22

23

25

26

31


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. Perangkat Pembelajaran

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ...

A.2 Lembar Kerja Peserta Didik ... 39

78

B. Perangkat Tes

B.1 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ...

B.2 Tes Kemampuan Berpikir Kritis...

B.3. Rubrik Penilaian Tes Kemampuan Berpikir Kritis... B.4 Form Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis ...

B.5 Form Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kritis ...

B.6 Surat Keterangan ... 103

105

106

110

112

114

C. Analisis Data

C.1 Analisis Hasil Tes Uji Coba ...

C.2 Indeks Kesukaran dan Indeks Daya Pemeda ...

C.3 Analisis Hasil Tes Setelah Revisi ...

C.4 Indeks Kesukaran dan Indeks Daya Pembeda ...

C.5 Data Nilai Kemampuan Berpikir Kritis Siswa ...

C.6 Uji Hipotesis Penelitian ...

C.7 Pencapaian Indikator Kemampuan Berpikir Kritis ... 115

116

117

118

119

121


(16)

ix D. Lain-lain

Surat Izin Penelitian

Surat Keterangan Penelitian

Daftar Hadir Seminar Proposal


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan mo-ralitas kehidupan pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Kualitas pendi-dikan besar pengaruhnya terhadap kualitas sumber daya manusia. Selain dapat mengembangkan potensi dan keterampilan, pendidikan juga dapat membantu me-ngarahkan manusia dalam menjalani kehidupan sebagai makhluk beragama dan makhluk sosial dengan baik. Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendi-dikan Nasional Pasal 1 Ayat 1 dinyatakan:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengem-bangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pe-ngendaliandiri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Untuk mewujudkan pendidikan yang mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dibutuhkan adanya perbaikan mutu pendidikan. Perbaikan mutu pendi-dikan dapat dilakukan dengan banyak cara, salah satunya yaitu melalui proses pembelajaran. Menurut UU NO. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 20 menjelaskan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan


(18)

2 belajar. Proses pembelajaran akan mempengaruhi hasil belajar siswa dan keterca-paian tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan dapat terjadi di mana saja, salah satunya yaitu di sekolah, terutama melalui proses pembelajaran di kelas. Dalam proses pembelajaran di kelas, ter-dapat sejumlah mata pelajaran pokok di antaranya adalah matematika. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan Pendidikan pasal 1 ayat 1 dijelaskan bahwa matematika adalah salah satu di antara mata pelajaran pokok yang diajarkan kepada siswa. Hal ini ditetapkan berdasarkan pentingnya matematika untuk siswa. Cornelius (Abdurrahman, 2003: 253) menyatakan:

Lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana mengenal pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembangan budaya.

Kelima alasan perlunya belajar matematika menunjukkan manfaat matematika bagi pengembangan potensi siswa. Oleh karena itu, matematika harus dipelajari siswa dengan sungguh-sungguh. Namun, tidak sedikit siswa yang tidak menyukai pelajaran matematika, seperti yang dinyatakan Ulum (2012):

Ketika menuliskan “aku takut matematika” di kotak kecil pada mesin pencari Google, sekitar pukul 11.15 WIB di tanggal 21 September 2012, didapat 2.420.000 situs dan blog yang terkait dengan kalimat tersebut. Sementara ketika yang dicari adalah “aku senang matematika” muncul hanya sekitar 1.460.000 situs dan blog. Matematika, dengan kata lain, masih menakutkan, bahkan dibenci di dunia.

Studi dari Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS)


(19)

3 bawah rata-rata internasional. Indonesia pada tahun 1999 berada di peringkat 34 dari 38 negara dengan skor rata-rata 403, tahun 2003 berada di peringkat 35 dari 46 negara dengan skor rata-rata 411, dan pada tahun 2007 berada di peringkat 36 dari 49 negara dengan skor rata-rata 397. Bahkan, hasil survei Mullis et all

(2012) pada studi terbarunya yang dilakukan pada tahun 2011, Indonesia berada di peringkat 38 dari 49 negara dengan skor 397. Pencapaian rata-rata peserta Indonesia selalu mengalami penurunan. Jika dikualifikasi, skor rata-rata Indonesia tergolong pada tingkat yang rendah (400: rendah, 475: sedang, 550: tinggi, dan 625: tingkat lanjut). Hasil tersebut memperlihatkan masih rendahnya prestasi matematika siswa yang ditunjukkan dengan ketidakmampuan siswa Indonesia dalam menjawab soal-soal tes matematika tidak rutin yang meliputi pengetahuan.

Salah satu penyebab rendahnya prestasi matematika siswa adalah rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa. Sebagaimana diungkapkan Wahyudin (dalam Herawati, 2006: 4) rendahnya prestasi belajar matematika disebabkan upaya pengembangan kemampuan berpikir kritis di sekolah jarang dilakukan yang secara otomatis membuat keterampilan berpikir kritis siswa sangat kurang. Untuk dapat menyelesaikan masalah matematika dengan tingkat kesukaran yang lebih tinggi, siswa memerlukan kemampuan berpikir yang membuat rasa ingin tahunya tinggi, kemampuan menganalisis masalahnya baik, serta kemampuan berpikirnya matematis. Suatu masalah yang rumit dapat menjadi lebih mudah jika siswa mampu berpikir kritis


(20)

4 Berpikir kritis merupakan salah satu kemampuan berpikir yang harus dimiliki siswa. Seperti yang dinyatakan Noer (2009: 474), dalam Kurikulum Nasional tercantum bahwa standar kelulusan SMP untuk pelajaran Matematika adalah menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif. Spitler (Irpan, 2010: 4) menyatakan bahwa siswa yang berpikir kritis adalah siswa yang mampu mengidentifikasi, mengevaluasi, dan mengkontruksi argumen serta mampu memecahkan masalah dengan tepat.

Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa tidak terlepas dari bagaimana pembelajaran matematika itu berlangsung. Banyak guru yang tidak bisa menciptakan pembelajaran yang menarik minat siswa, seperti yang dikatakan Marjohan (Nugraha, 2012: 1) bahwa sistem pembelajaran yang diterapkan oleh guru hanya mengulang-ulang serta sangat minim kreativitas dalam mengem-bangkan pelajaran dan seni mengajar. Secara tidak langsung hal ini mempenga-ruhi kemampuan berpikir kritis siswa.

Untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa, guru sebagai fasilitator harus mampu memilih model pembelajaran yang akan membuat siswa aktif berpi-kir dalam proses pembelajaran. Pembelajaran matematika yang memberikan sis-wa kesempatan untuk berpikir seluas-luasnya. Guru harus pandai menciptakan kondisi belajar yang memudahkan siswa dalam memahami, memaknai, dan meng-hubungkan materi pelajaran yang mereka pelajari. Walaupun sebagian sekolah sudah menerapkan kurikulum 2013 yang memusatkan pembelajaran kepada siswa, namun pada kenyataannya model pembelajaran yang diterapkan oleh guru belum bisa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Penerapan


(21)

5 berbagai model pembelajaran perlu dilakukan untuk mengetahui model pem-belajaran apa yang dapat digunakan untuk menumbuhkan semangat belajar, kemampuan berpikir, meningkatkan kreativitas, menghindari kejenuhan, dan kemampuan berkomunikasi siswa.

Salah satu model pembelajaran yang dapat memberikan keleluasaan dalam berpi-kir adalah model pembelajaran probing-prompting. Menurut Suherman (2008: 6) probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan

serang-kaian pertanyaan yang sifatnya menggali dan menuntun sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Dalam model ini siswa dibiasakan un-tuk dapat memikirkan konsep, prinsip, dan aturan pengetahuan baru sehingga dapat menyelesaikan masalah tanpa diberitahukan guru. Dengan demikian ke-mampuan berpikir kritis siswa menjadi lebih baik dan siswa lebih dapat memahami, menguasai, dan mengingat materi yang dipelajari dalam waktu yang lama.

Penelitian yang dilakukan oleh Trihandayani (2012: 68) menyimpulkan bahwa probing-prompting dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis

siswa. Sedangkan penelitian yang dilakukan Suhendar (2012: 78) menyimpulkan bahwa probing-prompting dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis

siswa. Berdasarkan uraian dan penelitian-penelitian tersebut perlu kiranya diteliti lebih lanjut, apakah model probing-prompting efektif ditinjau dari kemampuan

berpikir kritis dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu, penulis melakukan sebuah penelitian dengan judul “Efektivitas Penerapan Model


(22)

6 Probing-Prompting Ditinjau dari Kemampuan Berpikir Kritis Siswa” yang akan dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/ 2015.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah penerapan model probing-prompting efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kritis pada siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015?”.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas model probing-prompting ditinjau dari kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP

Negeri 9 Bandarlampung tahun pelajaran 2014/2015.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam pendidikan matematika berkaitan dengan model pembelajaran probing-prompting dan hubungannya dengan kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi guru, diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukan dalam memilih model pembelajaran serta dapat menjadi referensi dalam menggunakan model probing-prompting dalam proses pembelajaran.


(23)

7 b. Bagi sekolah, memberikan masukan tentang model pembelajaran yang

diha-rapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika.

c. Bagi peneliti, sebagai referensi tambahan mengenai model

probing-prompting dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis, khususnya pada

pembelajaran matematika.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas pembelajaran adalah ukuran tingkat keberhasilan proses pembela-jaran untuk mencapai tujuan pembelapembela-jaran yang diharapkan. Model probing-prompting dapat dikatakan efektif, jika persentase siswa yang memiliki

kemampuan berpikir kritis dengan baik lebih dari 60%. 2. Model Probing-Prompting

Probing-prompting adalah pembelajaran dengan cara guru menyajikan

serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan siswa dan pengala-mannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.

3. Berpikir Kritis

Berpikir kritis adalah suatu proses berpikir yang bertujuan untuk membuat keputusan rasional yang diarahkan untuk memutuskan apakah meyakini atau melakukan sesuatu. Kemampuan berpikir kritis yang akan diukur hanya berasal dari skor tes tertulis pada materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) dengan indikator berpikir kritis:


(24)

8 a. menganalisis argumen

b. mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak c. menentukan suatu tindakan


(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Efektivitas Pembelajaran

Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti ada pengaruhnya, akibatnya. Menurut Peter Salim (Rakasiwi, 2012: 13) efektivi-tas adalah adanya kesesuaian antara orang yang melaksanakan tugas dengan sasaran yang dituju dan bagaimana suatu organisasi berhasil mendapatkan dan memanfaatkan sumber daya dalam usaha mewujudkan tujuan operasional. Sedangkan menurut Hartutik (Astuti, 2010: 13), efektivitas berkaitan dengan terlaksananya semua tugas pokok, tercapainya tujuan, ketepatan waktu, adanya partisipasi aktif dari anggota.

Pengertian pembelajaran menurut Suyitno (2004: 2) adalah upaya untuk mencip-takan iklim dalam pelayanan terhadap kemampuan potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa. Dalam pembelajaran matematika, pem-belajaran merupakan upaya guru untuk menciptakan iklim dalam pelayanan terhadap kemampuan potensi, minat, bakat, dan kebutuhan siswa dalam pelajaran matematika.


(26)

10 Hamalik (2004: 171) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pem-belajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sendiri dengan melakukan aktivitas-aktivitas belajar. Sedangkan Simanjuntak (1993: 80) menyatakan bahwa suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila menghasilkan sesuatu sesuai dengan apa yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan yang diinginkan tercapai. Hal ini menunjukkan bahwa efektivitas pembelajaran akan terwujud jika siswa turut aktif dalam proses pembelajaran. Guru sebagai fasilita-tor harus bisa menciptakan proses pembelajaran yang kreatif untuk menarik minat belajar siswa agar tujuan dari pembelajaran tercapai.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah suatu ukuran yang digunakan untuk melihat ketercapaian tujuan pembelajaran siswa. Dalam penelitian ini, pembelajaran dikatakan efektif apabila persentase siswa yang tuntas belajar lebih dari 60%. Siswa dinyatakan tuntas belajar apabila mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan nilai KKM, yaitu 72.

2. Model Probing-Prompting

Probing-prompting terdiri dari dua proses yang sangat erat kaitannya. Probing

secara bahasa memiliki arti menggali. Sedangkan menurut istilah probing berarti berusaha memperoleh keterangan yang lebih jelas atau lebih mendalam. Suherman, dkk (2001: 160) menjelaskan bahwa probing question (pertanyaaan

menggali) adalah pertanyaan yang bersifat menggali untuk mendapatkan jawaban lebih lanjut dari siswa untuk mengembangkan kualitas jawaban yang pertama sehingga jawaban yang berikutnya lebih jelas, akurat dan beralasan. Jacobsen,


(27)

11 dkk (2009: 184) menyatakan melalui proses probing, guru berusaha membuat

siswa-siswanya membenarkan atau paling tidak menjelaskan lebih jauh tentang jawaban-jawaban mereka, dengan cara demikian dapat meningkatkan kedalaman pembahasan.

Prompting secara bahasa memiliki arti mengarahkan atau menuntun. Sedangkan

menurut istilah adalah pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada siswa dalam proses berpikirnya. Menurut Marno dan Idris dalam Rosdiana (2011: 11) prompting merupakan pertanyaan yang diajukan untuk memberi arah kepada

murid dalam proses berpikirnya. Jacobsen, dkk (2009: 183) menyatakan bahwa prompting bisa berhasil dan menyenangkan untuk diterapkan dalam membantu

siswa mengondisikan jawaban-jawaban yang tidak dapat mereka berikan sebelum-nya. E. C. Wrag dan George Brown (Purnomo, 2012) membedakan bentuk per-tanyaan prompting menjadi 3 macam, yaitu:

1. Mengubah susunan pertanyaan dengan kata-kata yang lebih sederhana yang membawa mereka kembali pada pertanyaan semula,

2. Menanyakan pertanyaan-pertanyaan dengan kata-kata berbeda atau lebih sederhana yang disesuaikan dengan pengetahuan murid-muridnya saja, 3. Memberikan suatu review informasi yang diberikan dan pertanyaan yang

membantu murid untuk mengingat atau melihat jawabannya.

Menurut Suherman (2008: 6), probing-prompting adalah pembelajaran dengan

cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menggali dan menuntun sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan setiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Selanjutnya siswa mengonstruksi konsep, prinsip, dan aturan menjadi penge-tahuan baru sehingga pengepenge-tahuan baru tidak diberitahukan.


(28)

12 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model probing-prompting

merupakan model pembelajaran dengan cara guru memberikan pertanyaan yang sifatnya menggali (probing) dan menuntun (prompting) siswa dalam kegiatan

pembelajaran untuk mendapatkan jawaban yang tepat berdasarkan pengetahuan yang telah siswa miliki.

Menurut Sudarti (2008: 14), model probing-prompting memiliki langkah-langkah yang terdiri dari tujuh tahapan sebagai berikut:

1. Guru menghadapkan siswa pada situasi baru, misalkan dengan memper-hatikan gambar, rumus, atau situasi lainnya yang mengandung permasalahan. 2. Guru menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada siswa

untuk merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam meru-muskannya.

3. Guru mengajukan persoalan yang sesuai dengan indikator kepada seluruh siswa.

4. Guru menunggu beberapa saat (2-4 menit) untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam merumuskannya.

5. Guru menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan.

6. Apabila jawaban siswa tidak relevan, maka guru mengajukan beberapa pertanyaan susulan yang berhubungan dengan respon pertama siswa dimulai dari pertanyaan yang bersifat operasional, lalu diajukan pertanyaan yang menuntut siswa berpikir pada tingkat yang lebih tinggi sampai siswa dapat menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan yang dilakukan pada langkah keenam ini sebaiknya diajukan pada beberapa siswa yang berbeda agar seluruh siswa terlibat dalam seluruh kegiatan probing-prompting

7. Guru mengajukan pertanyaan akhir pada siswa yang berbeda untuk lebih menekankan bahwa indikator tersebut benar-benar telah dipahami oleh seluruh siswa.

Model probing-prompting memiliki beberapa kelebihan, berikut kelebihannya

menurut Sriyono, dkk (1992: 103): 1. Mendorong siswa aktif berpikir

2. Mengembangkan keberanian dan ketrampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat

3. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang jelas sehingga guru dapat menjelaskan kembali.


(29)

13 4. Perbedaan pendapat antara siswa dapat dikompromikan atau diarahkan pada

suatu diskusi.

5. Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa, sekalipun ketika siswa sedang rebut.

6. Siswa diberi kepercayaan untuk membangun sendiri pengetahuannya dan diarahkan untuk belajar mandiri, sehingga diharapkan apabila mereka berhasil melakukannya, mereka lebih puas, pengetahuan yang diperolehnya pun diharapkan dapat melekat lebih lama.

3. Berpikir Kritis

Sebelum membahas tentang berpikir kritis, terlebih dahulu kita mengetahui ten-tang berpikir. Berpikir merupakan upaya untuk mendapatkan sebuah keputusan, seperti yang Mustaji (2012) sampaikan bahwa berpikir ialah proses menggunakan pikiran untuk mencari makna dan pemahaman terhadap sesuatu, menerokai pelba-gai kemungkinan ide atau ciptaan dan membuat pertimbangan yang wajar, bagi membuat keputusan dan menyelesaikan masalah dan seterusnya membuat refleksi dan metakognisi terhadap proses yang dialami. Sedangkan menurut Santrack (Amasari, 2011: 11), berpikir adalah memanipulasi, mengolah dan mentransfor-masikan informasi dalam memori. Dari beberapa pendapat tersebut berpikir me-rupakan suatu kegiatan yang melibatkan pikiran dalam mengolah informasi dalam memori untuk menyelesaikan masalah dan berusaha mendapatkan keputusan terhadap proses yang sedang dialami.

Salah satu kemampuan berpikir yang memiliki kesulitan tinggi adalah berpikir kritis. Menurut Ennis (Harahap, 2012: 24) berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan. Menurut Santrack (Amasari, 2011: 11-12) berpikir kritis adalah pemikiran reflektif dan produktif dan


(30)

14 melibatkan evaluasi bukti. Beberapa cara yang dapat digunakan guru untuk memasukkan pemikiran kritis dalam proses pembelajaran, antara lain:

1. Jangan hanya bertanya tentang “apa” yang terjadi, tetapi tanyakan juga “bagaimana” dan “mengapa”

2. Kaji dugaan “fakta” untuk mengetahui apakah ada bukti yang mendukung 3. Berdebatlah secara rasional bukan emosional

4. Akui bahwa terkadang ada lebih dari satu jawaban atau penjelasan yang baik 5. Bandingkan berbagai jawaban untuk suatu pertanyaan dan nilailah mana

yang benar-benar jawaban yang terbaik

6. Evaluasi dan kalau mungkin tanyakan apa yang dikatakan orang lain bukan sekedar menerima begitu saja jawaban sebagai kebenaran

7. Ajukan pertanyaan dan pikirkan di luar apa yang sudah kita tahu untuk menciptakan ide baru dan informasi baru.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah proses berpikir reflektif dan produktif untuk membuat keputusan yang masuk akal dan diyakini kebenarannya atas apa yang akan dilakukan nanti. Menurut Ennis (Costa, 1985: 16) terdapat 12 indikator berpikir kritis yang dijabarkan dalam beberapa sub indikator seperti pada Tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Dua Belas Indikator Ketrampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis

No Kelompok Indikator Sub Indikator

1 Memberikan penjelasan sederhana

Memfokuskan pertanyaan

 Mengidentifikasi atau merumuskan pertanyaan

 Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan kemungkinan jawaban

 Menjaga kondisi berpikir Menganalisis

argumen

Mengidentifikasi kesimpulan


(31)

15 Mengidentifikasi kalimat-kalimat bukan

pertanyaan

Mengidentifikasi dan menangani argument Membuat ringkasan

Bertanya dan menjawab pertanyaan

Memberikan penjelasan sederhana Menyebutkan contoh

2 Membangun ketrampilan dasar

Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak

Mempertimbangkan keahlian

Mempertimbangkan kemenarikan konflik Mempertimbangkan kesesuaian sumber Mempertimbangkan penggunaan prosedur

yang tepat

Mempertimbangkan risiko untuk reputasi Kemampuan untuk memberikan alas an Mengobservasi dan

mempertimbangkan laporan observasi

Melibatkan sedikit dugaan

Menggunakan waktu yang singkat antara observasi dan laporan

Melaporkan hasil observasi Merekam hasil observasi Menggunakan teknologi

Mempertanggungjawabkan hasil observasi 3 Menyimpulkan Mendeduksi dan

mempertimbangkan hasil deduksi

Siklus logika Euler Mengkondisikan logika Menyatakan tafsiran Menginduksi dan

mempertimbangkan hasil induksi

Mengemukakan hal yang umum

Mengemukakan kesimpulan dan hipotesis Mengemukakan hipotesis

Merancang eksperimen

Menarik kesimpulan sesuai fakta

Menarik kesimpulan dan hasil menyelidiki Membuat dan

menentukan hasil pertimbangan

 Membuat dan menentukan hasil

pertimbangan berdasarkan latar belakang fakta-fakta

 Membuat dan menentukan hasil pertimbangan berdasarkan akibat  Membuat dan menentukan hasil

pertimbangan berdasarkan penerapan fakta  Membuat dan menentukan hasil

pertimbangan 4 Memberikan

penjelasan lanjut Mengidentifikasi istilah dan mempertimbangkan suatu definisi

 Membuat bentuk definisi  Strategi membuat definisi

 Bertindak dengan memberikan penjelasan lanjut

 Mengidentifikasi dan menangani ketidakbenaran yang disengaja  Membuat isi definisi

Mengidentifikasi asumsi-asumsi

 Penjelasan bukan pernyataan  Mengonstruksi argument 5 Mengatur

strategi dan taktik

Menentukan suatu tindakan

 Mengungkap masalah

 Memilih kriteria untuk mempertimbangkan solusi yang mungkin

 Merumuskan solusi alternative  Menentukan tindakan sementara  Mengulang kembali


(32)

16 Dalam penelitian ini, indikator keterampilan berpikir yang ditinjau adalah:

1. Menganalisis argumen

2. Mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak 3. Menentukan suatu tindakan

B. Kerangka Pikir

Penelitian tentang penerapan model probing-prompting untuk meningkatkan

kemampuan berpikir kritis ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah model probing-prompting. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir

kritis.

Kemampuan berpikir kritis menjadi hal yang sangat penting dalam pembelajaran matematika. Namun banyak siswa memiliki kemampuan berpikir kritis yang ren-dah. Hal ini dapat diakibatkan oleh model pembelajaran yang masih berpusat pada guru. Siswa menjadi pasif karena tidak adanya komunikasi dengan guru atau hanya terjadi komunikasi satu arah.

Pada model probing-prompting siswa dituntut untuk aktif dalam proses

pem-belajaran, agar terwujudnya pembelajaran yang komunikatif antara guru dengan siswa. Langkah-langkah model probing-prompting diawali dengan

menghadap-kan siswa pada situasi baru, tanya jawab, diskusi kelompok, mempresentasimenghadap-kan hasil diskusi dan menyimpulkan hasil diskusi.

Langkah pertama adalah menghadapkan siswa pada situasi baru. Pada langkah ini siswa diberikan situasi baru seperti dengan memberikan gambar, rumus, atau


(33)

17 situasi lainnya yang mengandung permasalahan. Siswa diminta untuk merumus-kan jawaban atau melakumerumus-kan diskusi kecil dalam merumusmerumus-kannya. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Langkah kedua adalah tanya jawab. Pada langkah ini guru mengajukan persoalan yang sesuai dengan indikator kepada seluruh siswa. Dalam aktivitas tanya jawab guru mengajukan persoalan yang sesuai dengan indikator kepada seluruh siswa. Siswa diminta untuk menjawab pertanyaan, jika jawaban siswa tidak relevan, guru mengajukan pertanyaan susulan yang menuntut siswa berpikir pada tingkat yang lebih tinggi sampai siswa dapat menjawab pertanyaan dengan tepat. Pertanyaan dilakukan pada beberapa siswa yang berbeda agar seluruh siswa terlibat dalam seluruh kegiatan probing-prompting. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa.

Langkah ketiga adalah diskusi kelompok. Pada langkah ini siswa dikelompokkan, kemudian siswa menyelesaikan masalah yang diberikan pada Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) secara berkelompok. Siswa dituntut untuk menjawab per-tanyaan dengan mengidentifikasi asumsi-asumsi, dan mempertimbangkan apakah sumber dapat dipercaya atau tidak untuk menyelesaikan masalah. Hal ini akan meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Langkah terakhir adalah mempresentasikan hasil diskusi dan menyimpulkan hasil diskusi. Pada langkah ini, siswa melakukan presentasi untuk mempertanggung-jawabkan hasil diskusi kelompoknya. Setelah seluruh kelompok mempresentasi-kan hasil diskusinya, siswa menyusun kembali hasil pemikiran dan kegiatan yang


(34)

18 dilampaui pada setiap pembelajaran. Hal ini akan meningkatkan kemampuan ber-pikir kritis yang dimiliki siswa.

Dengan kondisi proses pembelajaran seperti di atas, diharapkan model

probing-prompting memberikan pengalaman belajar pada siswa yang memungkinkan

terjadinya peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.

C. Anggapan Dasar

Penelitian ini mempunyai anggapan dasar sebagai berikut:

1. Semua siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Bandarlampung tahun pelajaran 2014/2015 memperoleh materi yang sama sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

2. Faktor lain yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa selain model probing-prompting diabaikan.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pertanyaan yang diuraikan dalam rumusan masalah maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

1. Hipotesis Khusus

Model pembelajaran probing-prompting efektif ditinjau dari kemampuan

berpikir kritis siswa. 2. Hipotesis Kerja

Persentase siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis dengan baik lebih dari 60%.


(35)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri 9 Bandarlampung tahun pelajaran 2014/2015 yang terdiri dari 7 kelas yaitu kelas VIIIA-VIIIG. Berikut merupakan data nilai mid semester ganjil siswa:

Tabel 3.1 Data Nilai Mid Semester Ganjil Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Bandarlampung T.P. 2014/2015

No Kelas Banyak siswa Rata-rata nilai mid semester ganjil

1 VIII A 31 67,06

2 VIII B 29 61,34

3 VIII C 34 63,44

4 VIII D 36 33,67

5 VIII E 35 34,32

6 VIII F 36 33,51

7 VIII G 35 32,42

Nilai rata-rata populasi 46,54

Sampel dipilih dengan teknik purposive sampling. Teknik ini dipakai karena

sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dari peneliti untuk mencapai tujuan penelitian. Kriteria siswa yang dibutuhkan adalah berada pada kelas yang memiliki rata-rata nilai mid semester ganjil cukup baik namun bukan merupakan dari kelas unggulan (VIII-A). Setelah berdiskusi dengan guru mitra, terpilihlah kelas VIII-C sebagai kelas sampel yang akan menerima pembelajaran dengan model probing-prompting.


(36)

20 B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu kuasi eksperimen yang menguji model

probing-prompting dalam pembelajaran matematika. Karena peneliti ingin mengetahui

hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat, di mana variabel bebasnya adalah model probing-prompting dan variabel terikatnya adalah kemampuan ber-pikir kritis. Desain penelitian ini adalah one shot case study, menggunakan satu kelompok dengan diberi satu kali perlakuan dan satu kali pengukuran. Berikut Tabel garis besar pelaksanaan penelitian menurut Arikunto (2006: 85):

Tabel 3.2 Desain One Shot Case Study

Kelas Perlakuan Posttest

E X O

Keterangan:

X = Perlakuan dengan menggunakan model Probing-prompting

O = Hasil perlakuan berupa kemampuan berpikir kritis siswa yang diukur melalui posttest

C. Data Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini adalah skor kemampuan berpikir kritis berupa data kuantitatif yang diperoleh melalui tes kemampuan berpikir kritis yang diberikan kepada siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model probing-prompting. Tes

dilaksanakan sesudah pembelajaran (posttest) bertujuan untuk melihat keefektifan pembelajaran probing-prompting dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.


(37)

21 D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah tes berupa uraian yang dilakukan satu kali. Penyusunan soal tes diawali dengan menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sesuai dengan materi dan tujuan kurikulum yang berlaku di sekolah, menyusun kisi-kisi tes berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang dipilih, kemudian menyusun butir tes berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat.

Tes berpikir kritis menuntut siswa untuk memahami, merencanakan penyelesaian-nya, dan menyelesaikan masalah yang diberikan. Sebelum digunakan dalam pe-nelitian, soal tes tersebut dikonsultasikan terlebih dahulu kepada guru sekolah. Selanjutnya soal tes tersebut diujicobakan pada siswa.

1. Validitas

Validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi dari tes berpikir kritis ini dapat diketahui dengan cara membandingkan isi yang terkandung dalam tes berpikir kritis dengan indikator kemampuan berpikir kritis yang telah ditentukan.

Instrumen tes dikonsultasikan kepada pembimbing dan guru mitra. Diasumsikan bahwa guru mitra mengetahui dengan benar kurikulum SMP, maka validitas instrumen tes ini didasarkan pada penilaian guru mitra. Tes yang dikategorikan valid adalah yang butir-butir tesnya telah dinyatakan sesuai dengan kisi-kisi instrumen tes yang diukur berdasarkan penilaian guru mitra menggunakan daftar check list (√). Setelah dikonsultasikan, diperoleh bahwa perlu perbaikan bahasa pada butir soal nomor 1 dan 3 (Lampiran B.4). Setelah dilakukan revisi, instrumen tes


(38)

22 dinyatakan sesuai dengan kisi-kisi tes yang akan diukur serta bahasa yang digunakan telah sesuai dengan kemampuan bahasa siswa (Lampiran B.5).

2. Reliabilitas

Setelah dinyatakan valid, instrumen tes diujicobakan pada kelas VIII-A. Hasil analisis data uji coba tes digunakan untuk mengetahui reliabilitas tes. Karena bentuk soal tes yang digunakan pada penelitian ini adalah soal uraian, maka untuk menentukan koefisien reliabilitas tes peneliti menggunakan rumus Cronbach

Alpha (Suherman, 2003: 154) yang dirumuskan sebagai berikut:

� = � −� − ∑ �

�2 Keterangan:

� : Koefisien reliabilitas instrumen (tes)

� : Banyak item

∑ �� : Jumlah varians skor setiap soal �2 : Varians skor total

Setelah didapat harga koefisien reliabilitas instrumen, maka harga tersebut di-interprestasikan terhadap kriteria dengan mengunakan tolak ukur yang dibuat Guilford (Suherman, 2003: 113) seperti pada Tabel berikut:

Tabel 3.3 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Besar r11 Interpretasi

r11< 0.20 Sangat rendah

0.20 ≤ r11< 0.40 Rendah

0.40 ≤ r11 < 0.60 Sedang

0.60 ≤ r11 < 0.80 Tinggi

0.80 ≤ r11 < 1.00 Sangat tinggi

Instrumen tes penelitian ini adalah instrumen yang tergolong memiliki reliabilitas minimal sedang. Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh harga koefisien


(39)

23 reliabilitas sebesar 0,75 pada analisis hasil tes setelah revisi (Lampiran C.3). Berdasarkan pendapat Suherman, 0,75 tergolong memiliki reliabilitas tinggi sehingga instrumen tes kemampuan berpikir kritis tersebut layak digunakan untuk mengumpulkan data.

3. Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran menunjukan apakah suatu butir soal tergolong sukar, sedang, atau mudah. Butir soal yang baik adalah butir soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Untuk menghitung indeks kesukaran soal berbentuk uraian dapat digunakan rumus sebagai berikut:

IK= SMIx̅ Keterangan:

IK : Indeks Kesukaran

x

̅ : Rata-rata Skor

SMI : Skor Maksimum Ideal

Adapun Tabel klasifikasi indeks kesukaran menurut Suherman (2003: 170) sebagai berikut:

Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran

Nilai Interpretasi

�� = . Terlalu Sukar

. < �� ≤ .3 Sukar

.3 < �� ≤ . Sedang

. < �� ≤ . Mudah

�� = . Terlalu Mudah

Kriteria soal penelitian ini merupakan soal yang tergolong memiliki indeks kesukaran sedang dan sukar. Hasil analisis uji instrumen mengenai indeks ke-sukaran, diperoleh bahwa soal nomor 1 memiliki nilai indeks kesukaran 0,68


(40)

24 berinterpretasi sedang, soal nomor 2 memiliki nilai indeks kesukaran 0,79 berinterpretasi mudah, soal nomor 3 memiliki nilai indeks kesukaran 0,79 berinterpretasi mudah dan soal nomor 4 memiliki nilai indeks kesukaran 0, 81 berinterpretasi mudah (Lampiran C.2). Karena soal nomor 2, 3 dan 4 belum memenuhi kriteria yang telah ditentukan, maka dilakukan revisi dan soal diuji-cobakan kembali.

Hasil analisis uji instrumen mengenai indeks kesukaran setelah revisi, diperoleh hasil soal nomor 1 memiliki nilai indeks kesukaran 0,18 berinterpretasi sukar, soal nomor 2 memiliki nilai indeks kesukaran 0,70 berinterpretasi sedang, soal nomor 3 memiliki nilai indeks kesukaran 0,57 berinterpretasi sedang dan soal nomor 4 memiliki nilai indeks kesukaran 0,21 berinterpretasi sukar (Lampiran C.4).

4. Indeks Daya Pembeda

Analisis ini diadakan untuk mengidentifikasi soal-soal yang baik, kurang baik dan soal yang buruk. Dengan analisis soal dapat diperoleh informasi tentang keburuk-an sebuah soal dkeburuk-an “petunjuk” untuk mengadakkeburuk-an perbaikkeburuk-an. Rumusnya adalah :

IDP= XSMIA-XB

Keterangan:

IDP : Indeks Daya Pembeda

XA : Rata-rata skor kelompok atas tiap butir soal

XB : Rata-rata skor kelompok bawah tiap butir soal

SMI : Skor Maksimum Ideal

Adapun klasifikasi indeks daya pembeda menurut Suherman (2003: 161), dapat dilihat pada Tabel berikut:


(41)

25

Tabel 3.5 Klasifikasi Indeks daya pembeda

Nilai Interpretasi

IDP ≤ 0 Sangat Buruk

0,00 < IDP ≤ 0,20 Buruk

0,20 < IDP ≤ 0,40 Sedang

0,40 < IDP ≤ 0,70 Baik

0,70 < IDP ≤ 1,00 Sangat Baik

Kriteria soal penelitian ini merupakan soal yang memiliki nilai indeks daya pembeda lebih dari 0,20. Hasil analisis uji instrumen mengenai indeks daya pembeda, diperoleh hasil soal nomor 1 memiliki nilai indeks daya pembeda 0,12 berinterpretasi buruk, soal nomor 2 memiliki nilai indeks daya pembeda 0,24 berinterpretasi sedang, soal nomor 3 memiliki nilai indeks daya pembeda 0,29 berinterpretasi sedang, dan soal nomor 4 memiliki nilai indeks daya pembeda 0,27 berinterpretasi sedang (Lampiran C.2). Karena soal nomor 1 tidak memenuhi kriteria yang telah ditentukan, maka dilakukan revisi, dan soal diujicobakan kembali.

Hasil analisis uji instrumen mengenai indeks daya pembeda setelah revisi, diperoleh hasil soal nomor 1 memiliki nilai indeks daya pembeda 0,30 berinterpretasi sedang, soal nomor 2 memiliki nilai indeks daya pembeda 0,34 berinterpretasi sedang, soal nomor 3 memiliki nilai indeks daya pembeda 0,69 berinterpretasi baik, dan soal nomor 4 memiliki nilai indeks daya pembeda 0,21 berinterpretasi sedang (Lampiran C.4).

Tabel 3.6 berikut berisikan pedoman penskoran beberapa indikator yang diguna-kan dalam penelitian ini diadaptasi dari Jepliawati (2013: 31-33):


(42)

26

Tabel 3.6 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kritis

Indikator Kriteria Skor

Menganalisis argumen

Mengidentifikasi semua argumen dan menanganinya dengan tepat.

4 Mengidentifikasi beberapa argumen dan menanganinya dengan tepat.

3 Mengidentifikasi beberapa argumen tetapi kurang tepat

dalam menanganinya.

2 Mengidentifikasi beberapa argumen tetapi tidak dapat

menanganinya.

1 Tidak dapat mengidentifikasi dan menangani argument. 0 Mempertimbangkan

apakah sumber dapat dipercaya atau tidak

Menentukan dan menerapkan konsep definisi/teorema dalam menyelesaikan masalah dengan tepat.

4 Menentukan dan menerapkan semua

konsep/definisi/teorema tetapi kurang tepat dalam menyelesaikan masalah.

3

Menentukan dan menerapkan beberapa

konsep/definisi/teorema tetapi kurang tepat dalam menyelesaikan masalah

2

Kurang mampu menentukan dan menerapkan

konsep/definisi/teorema dalam menyelesaikan masalah. 1 Tidak dapat menentukan dan menerapkan

konsep/definisi/teorema dalam menyelesaikan masalah

0 Menentukan tindakan Mampu merumuskan semua solusi alternatif dengan

tepat

4 Mampu merumuskan semua solusi alternatif namun

kurang tepat

3 Mampu merumuskan beberapa solusi alternatif namun

dengan tepat

2 Mampu merumuskan beberapa solusi alternatif namun

kurang tepat

1 Tidak mampu merumuskan solusi alternatif 0

E. Prosedur Penelitian

Prosedur yang dilakukan pada penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan


(43)

27 Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan seperti penelitian penda-huluan di sekolah tempat akan diadakan penelitian, untuk mengumpulkan informasi tentang populasi penelitian dan kelas yang akan dijadikan sampel penelitian. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN 9 Bandarlampung tahun pelajaran 2014/2015. Pemilihan sampel penelitian dilakukan dengan mengambil satu dari tujuh kelas berdasarkan pertimbangan untuk mencapai tujuan penelitian, dan terpilihlah kelas VIII-C sebagai kelas sampel.

b. Menyusun perangkat pembelajaran dengan model probing-prompting

yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan LKPD untuk 6 kali pertemuan.

c. Membuat kisi-kisi instrumen yang sesuai dengan indikator pembelajaran dan indikator kemampuan berpikir kritis. Kemudian membuat instrumen penelitian beserta penyelesaian dan pedoman penskorannya. Tersusunlah instrumen tes yang terdiri dari 4 soal yang akan diujicobakan kepada kelas VIII-A.

d. Uji validitas instrumen tes yang dikonsultasikan kepada guru matematika kelas VIII SMPN 9 Bandarlampung. Setelah dilakukan perbaikan dan dinyatakan valid, instrumen tes kemudian diujicobakan pada siswa kelas VIII-A SMPN 9 Bandarlampung lalu menghitung harga koefisien relia-bilitas, indeks kesukaran dan indeks daya pembedanya.

e. Setelah dilakukan analisis uji instrumen, soal dinyatakan memiliki nilai uji yang valid dan reliabilitas yang sangat baik namun memiliki indeks kesukaran mudah dan indeks daya pembeda yang lemah. Selanjutnya


(44)

28 dilakukan perbaikan soal dan dilakukan ujicoba instrumen kedua pada kelas VIII-B. Setelah menganalisis hasil uji instrumen yang kedua, soal dinyatakan memiliki nilai uji yang valid, reliabilitas yang baik, serta indeks kesukaran dan indeks daya pembeda yang sesuai dengan interpretasi yang telah ditentukan sebelumnya. Instrumen dapat digunakan untuk pengambilan data penelitian,

2. Tahap Pelaksanaan

Melakukan pembelajaran di kelas VIII-C dengan menerapkan model

pro-bing-prompting. Urutan pembelajaran yang dilakukan di kelas VIII-C

seba-gai berikut. a. Pendahuluan

Melakukan tanya jawab sebagai apersepsi untuk menggali materi kemam-puan prasyarat siswa mengenai materi yang akan dibahas.

b. Kegiatan inti

1) Guru melakukan tanya jawab yang bersifat probing-prompting dengan menunjuk siswa secara acak untuk menjawab. Guru menunggu bebe-rapa saat untuk memberikan kesempatan kepada siswa berpikir meru-muskan jawabannya.

2) Setelah beberapa kali tanya jawab, guru mengarahkan siswa untuk membentuk kelompok. Guru memberikan LKPD kepada setiap kelompok dan meminta siswa untuk membaca, melengkapi serta me-mahami materi dalam LKPD.


(45)

29 4) Guru meminta salah satu perwakilan kelompok untuk

mempre-sentasikan hasil diskusinya, kelompok yang lain menanggapi.

5) Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi sehingga didapatkan jawaban akhir yang merupakan kesimpulan dari tiap kelompok.

c. Kegiatan Penutup

Guru mengondisikan siswa untuk mempelajari materi pertemuan selanjutnya.

3. Mengadakan tes kemampuan berpikir kritis pada pertemuan ke tujuh. 4. Analisis data dan penarikan kesimpulan.

5. Penyusunan laporan penelitian.

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Analisis data melalui tahap-tahap berikut. 1. Menghitung skor hasil tes berpikir kritis

2. Merekapitulasi siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis dengan baik. Seorang siswa dikatakan memiliki kemampuan berpikir kritis dengan baik apabila skor hasil tes kemampuan berpikir kritis yang diperolehnya lebih dari atau sama dengan nilai KKM (Lampiran C.5).

Setelah melakukan analisis data, selanjutnya melakukan uji proporsi untuk menguji hipotesis sebagai berikut:

H ∶ π = , (proporsi siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis dengan


(46)

30

H ∶ π > , (proporsi siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis dengan

baik lebih dari 60%)

Statistik uji proporsi menurut Sudjana (2005: 235) adalah:

�ℎ� �� =

�− ,

√ , − , /�

Keterangan:

x = banyaknya siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis dengan baik

n = jumlah sampel

0,60 = harapan proporsi siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis dengan baik

Kriteria uji: tolak H0 jika

z

hitung

z

0,5 dengan taraf nyata 5%. Harga

z

0,5


(47)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diperoleh simpulan bahwa model probing-prompting

tidak efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.

B. Saran

Berdasarkan simpulan dari penelitian di atas dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Guru dapat mempertimbangkan memilih model pembelajaran selain probing-prompting untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian mengenai efektivitas model probing-prompting ditinjau dari kemampuan berpikir kritis siswa,

hendaknya menggunakan lebih banyak indikator berpikir kritis agar men-dapatkan hasil penelitian yang lebih baik.


(48)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Amasari, Fety Herira. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran (AP) SMK Negeri 1 Depok pada Pembelajaran Problem Posing Tipe Presolution Posing. Skripsi. Yogyakarta: UNY.

Anonim. 2009. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003. (Online). Tersedia:http://smpn1singajaya.wordpress.com/ 2009/06/07/uuspn-no-20-tahun-2003/ (29 oktober 2014)

Anonim. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006. (Online). Tersedia: http://www.aidsindonesia. or.id/uploads/20130729141205.Permendiknas_No_22_Th_2006.pdf. (29 Oktober 2014)

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka.

Astuti, Sri Yarsi. 2010. Efektifitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS 4 SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Penelitian Tindakan Kelas. Surakarta: UNS.

Costa, Arthur L. 1985. Developing Minds, A Resource Book For Teaching Thinking. Virginia: ASDC.

Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Matematika Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara. Jakarta.

Harahap, Sari Afriana. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Thesis. Medan: Unimed.

Herawati, C. 2006. Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Reciprocal Teaching dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Skripsi. Bandung: UPI.


(49)

37

Irpan, Ujang. 2010. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Problem Posing pada Siswa SMP. Skripsi. Bandung: UPI.

Jacobsen, dkk. 2009. Methods for Teaching (Metode-Metode Pengajaran). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Jepliawati, Dian. 2013. Efektifitas Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended ditinjau dari Ketrampilan Berpikir Kritis Siswa (Studi pada Siswa Kelas X Program IPA SMA Negeri 1 Way Jepara. T.P. 2012/2013). Skripsi. Bandarlampung: Unila.

Muflihin. 2010. Pembelajaran Matematika dengan Teknik Probing-Prompting untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Skripsi. Bandung: UPI.

Mullis, Ina V.S et al. 2012. TIMSS Assesment 2011. (Online). Tersedia: https://www.education.ie/en/Publications/Education-Reports/PIRLS TIMSS-2011-Reading-Mathematics-and-Science-Outcomes-for-Ireland-Main-Report-.pdf. (29 Oktober 2014)

Mustaji. 2012. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Dalam Pembelajaran. [online].Tersedia : http://www.tp.ac.id. (29 Oktober 2014).

Noer, Sri Hastuti. 2009. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Prosiding. Bandarlampung: Unila.

Nugraha, Ade Yuniarsa. 2012. Pengembangan Model Bahan Ajar Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif (Cognitive Conflict) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Skripsi. Bandung: UPI.

Purnomo, Dwi. 2012. Probing-Prompting Problem Posing dan Problem Solving. (Online). Tersedia: http://dwipurnomoikipbu.files.wordpress.com/2012/08 /probing-promting-problem-posing-dan-problem-solving.doc (29 Oktober 2014)

Rakasiwi, Widya Ayu. 2012. Efektivitas Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Students Teams Achievement Divisions (STAD) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Tata Hidang Siswa Kelas X Jurusan Jasa Boga Di SMK Negeri 4 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: UNY.

Rosdiana, Nita. 2011. Penggunaan Teknik Probing-Prompting Pada Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Skripsi. Bandung: UPI.


(50)

38 Simanjuntak, Lisnawaty. 1993. Metode Mengajar Matematika 1. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sriyono, dkk. (1992). Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: Rineka Cipta. Sudarti, T. (2008). Perbandingan Kemampuan Penalaran Adatif Siswa SMP

Antara yang Memperoleh Pembelajaran Matematika Melalui Teknik Probing dengan Metode Ekspositori. Skripsi. Bandung: UPI.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Suhendar, Agus. 2012. Penerapan Teknik Probing-Prompting dalam Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa SMA. Skripsi. Bandung: UPI.

Suherman, Erman. 2008. Belajar dan Pembelajaran Matematika. Hand Out. Bandung: Tidak diterbitkan.

. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA UPI.

Suherman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA UPI.

Suyitno, Amin. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Jurusan Matematika Unnes. Semarang.

Trihandayani, Indah. 2012. Pembelajaran Matematika dengan Teknik Probing-Prompting untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Skripsi. Bandung: UPI.

Ulum, Asep Saeful. 2012. Paradigma Keliru Terhadap Matematika. (Online). Tersedia: http://kompasiana.com/post/read/499745/3/paradigma-keliru-ter-hadap-matematika.html


(1)

29 4) Guru meminta salah satu perwakilan kelompok untuk

mempre-sentasikan hasil diskusinya, kelompok yang lain menanggapi.

5) Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan hasil diskusi sehingga didapatkan jawaban akhir yang merupakan kesimpulan dari tiap kelompok.

c. Kegiatan Penutup

Guru mengondisikan siswa untuk mempelajari materi pertemuan selanjutnya.

3. Mengadakan tes kemampuan berpikir kritis pada pertemuan ke tujuh. 4. Analisis data dan penarikan kesimpulan.

5. Penyusunan laporan penelitian.

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Analisis data melalui tahap-tahap berikut. 1. Menghitung skor hasil tes berpikir kritis

2. Merekapitulasi siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis dengan baik. Seorang siswa dikatakan memiliki kemampuan berpikir kritis dengan baik apabila skor hasil tes kemampuan berpikir kritis yang diperolehnya lebih dari atau sama dengan nilai KKM (Lampiran C.5).

Setelah melakukan analisis data, selanjutnya melakukan uji proporsi untuk menguji hipotesis sebagai berikut:

H ∶ π = , (proporsi siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis dengan baik sama dengan 60%)


(2)

30

H ∶ π > , (proporsi siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis dengan baik lebih dari 60%)

Statistik uji proporsi menurut Sudjana (2005: 235) adalah:

�ℎ� �� =

�− ,

√ , − , /�

Keterangan:

x = banyaknya siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis dengan baik

n = jumlah sampel

0,60 = harapan proporsi siswa yang memiliki kemampuan berpikir kritis dengan baik

Kriteria uji: tolak H0 jika

z

hitung

z

0,5 dengan taraf nyata 5%. Harga

z

0,5 dipilih dari daftar normal baku dengan peluang (0,5–α).


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan diperoleh simpulan bahwa model probing-prompting

tidak efektif ditinjau dari kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII SMP Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.

B. Saran

Berdasarkan simpulan dari penelitian di atas dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Guru dapat mempertimbangkan memilih model pembelajaran selain

probing-prompting untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. 2. Peneliti lain yang ingin mengembangkan penelitian mengenai efektivitas

model probing-prompting ditinjau dari kemampuan berpikir kritis siswa, hendaknya menggunakan lebih banyak indikator berpikir kritis agar men-dapatkan hasil penelitian yang lebih baik.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Amasari, Fety Herira. 2011. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kreatif Siswa Kelas X Administrasi Perkantoran (AP) SMK Negeri 1 Depok pada Pembelajaran Problem Posing Tipe Presolution Posing.

Skripsi. Yogyakarta: UNY.

Anonim. 2009. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003. (Online). Tersedia:http://smpn1singajaya.wordpress.com/ 2009/06/07/uuspn-no-20-tahun-2003/ (29 oktober 2014)

Anonim. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006. (Online). Tersedia: http://www.aidsindonesia. or.id/uploads/20130729141205.Permendiknas_No_22_Th_2006.pdf. (29 Oktober 2014)

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka.

Astuti, Sri Yarsi. 2010. Efektifitas Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Akuntansi Kelas XI IPS 4 SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Penelitian Tindakan Kelas. Surakarta: UNS.

Costa, Arthur L. 1985. Developing Minds, A Resource Book For Teaching Thinking. Virginia: ASDC.

Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Matematika Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bumi Aksara. Jakarta.

Harahap, Sari Afriana. 2012. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Komunikasi Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik. Thesis. Medan: Unimed.

Herawati, C. 2006. Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Reciprocal Teaching dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Skripsi. Bandung: UPI.


(5)

37

Irpan, Ujang. 2010. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Problem Posing pada Siswa SMP. Skripsi. Bandung: UPI.

Jacobsen, dkk. 2009. Methods for Teaching (Metode-Metode Pengajaran). Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Jepliawati, Dian. 2013. Efektifitas Pembelajaran dengan Pendekatan Open-Ended ditinjau dari Ketrampilan Berpikir Kritis Siswa (Studi pada Siswa Kelas X Program IPA SMA Negeri 1 Way Jepara. T.P. 2012/2013). Skripsi. Bandarlampung: Unila.

Muflihin. 2010. Pembelajaran Matematika dengan Teknik Probing-Prompting untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP. Skripsi. Bandung: UPI.

Mullis, Ina V.S et al. 2012. TIMSS Assesment 2011. (Online). Tersedia: https://www.education.ie/en/Publications/Education-Reports/PIRLS TIMSS-2011-Reading-Mathematics-and-Science-Outcomes-for-Ireland-Main-Report-.pdf. (29 Oktober 2014)

Mustaji. 2012. Pengembangan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Dalam Pembelajaran. [online].Tersedia : http://www.tp.ac.id. (29 Oktober 2014). Noer, Sri Hastuti. 2009. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis

Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah. Prosiding. Bandarlampung: Unila.

Nugraha, Ade Yuniarsa. 2012. Pengembangan Model Bahan Ajar Strategi Pembelajaran Konflik Kognitif (Cognitive Conflict) untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Skripsi. Bandung: UPI.

Purnomo, Dwi. 2012. Probing-Prompting Problem Posing dan Problem Solving. (Online). Tersedia: http://dwipurnomoikipbu.files.wordpress.com/2012/08 /probing-promting-problem-posing-dan-problem-solving.doc (29 Oktober 2014)

Rakasiwi, Widya Ayu. 2012. Efektivitas Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Students Teams Achievement Divisions (STAD) untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Tata Hidang Siswa Kelas X Jurusan Jasa Boga Di SMK Negeri 4 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: UNY.

Rosdiana, Nita. 2011. Penggunaan Teknik Probing-Prompting Pada Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Skripsi. Bandung: UPI.


(6)

38 Simanjuntak, Lisnawaty. 1993. Metode Mengajar Matematika 1. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sriyono, dkk. (1992). Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta: Rineka Cipta. Sudarti, T. (2008). Perbandingan Kemampuan Penalaran Adatif Siswa SMP

Antara yang Memperoleh Pembelajaran Matematika Melalui Teknik Probing dengan Metode Ekspositori. Skripsi. Bandung: UPI.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.

Suhendar, Agus. 2012. Penerapan Teknik Probing-Prompting dalam Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa SMA. Skripsi. Bandung: UPI.

Suherman, Erman. 2008. Belajar dan Pembelajaran Matematika. Hand Out. Bandung: Tidak diterbitkan.

. 2003. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Bandung: JICA UPI.

Suherman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA UPI.

Suyitno, Amin. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Jurusan Matematika Unnes. Semarang.

Trihandayani, Indah. 2012. Pembelajaran Matematika dengan Teknik Probing-Prompting untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Skripsi. Bandung: UPI.

Ulum, Asep Saeful. 2012. Paradigma Keliru Terhadap Matematika. (Online). Tersedia: http://kompasiana.com/post/read/499745/3/paradigma-keliru-ter-hadap-matematika.html


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 21 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

1 10 42

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013-2014)

0 11 59

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 19 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

3 24 67

EFEKTIVITAS MODEL PROBLEM BASED LEARNING DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 7 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

1 14 60

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LANGSUNG DENGAN PENDEKATAN PROBLEM POSING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/ 2015)

0 4 68

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Penelitian Kuantitatif pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 22 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 10 75

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SOCRATES KONTEKSTUAL DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Al-Kautsar Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 6 67

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PROBING-PROMPTING DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 9 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 12 50

EFEKTIVITAS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 4 60

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RECIPROCAL TEACHING DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP IT Nurul Iman Pesawaran Tahun Pelajaran 2014/2015)

1 13 64