Sesi 1 Kesulitan Belajar dan Identifikasi Kesulitan Belajar

(1)

Kesulitan Belajar dan Identifikasi Kesulitan Belajar

Oleh: Dr. Elly Herliani, M.Phil. dan Dra. Euis Heryati

A. Kesulitan Belajar

1. Pengertian

Tidak semua peserta didik berhasil mencapai tujuan-tujuan belajar sesuai dengan taraf kualifikasi yang diharapkan. Apabila peserta didik menunjukkan kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya, maka peserta didik dikatakan mengalami kesulitan belajar.

2. Ciri Peserta Didik Gagal Mencapai Tujuan Belajar

Menurut Burton (Makmun, 2002: 307) peserta didik dikatakan gagal jika memiliki ciri-ciri sbb.

a. Dalam batas waktu yang ditentukan peserta didik tidak mencapai ukuran tingkat keberhasilan atau penguasaan minimal yang telah ditetapkan oleh guru.

b. Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi yang seharusnya sesuai dengan tingkat intelegensinya. Kasus peserta didik ini disebut underachievers (prestasinya tidak sesuai dengan kemampuan intelektualnya)

c. Tidak mewujudkan tugas-tugas perkembangan, termasuk penyesuaian sosial sesuai dengan pola organisme pada fase perkembangan tertentu. Kasus ini tersebut dikatakan ke dalam slow learners (peserta didik yang lambat belajar).

d. Tidak berhasil mencapai tingkat penguasaan yang diperlukan sebagai prasyarat bagi kelanjutan pada tingkat pelajaran berikutnya. Kasus peserta didik ini dapat dikategorikan ke dalam slow learners atau belum matang sehingga mungkin harus menjadi pengulang.

Peserta didik diduga mengalami kesulitan belajar apabila tidak berhasil mencapai taraf kualifikasi hasil belajar tertentu berdasarkan indikator atau ukuran kapasitas (taraf intelegensi) atau kemampuan dalam program pelajaran atau tingkat perkembangan. Kualifikasi hasil belajar meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor.


(2)

3. Diagnostik Kesulitan Belajar

a. Pengertian

Suatu proses yang berusaha untuk memahami jenis dan karakteristik kesulitan belajar serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan cara mengumpulkan dan menggunakan data selengkap dan seobjektif mungkin sehingga dapat mengambil kesimpulan dan keputusan serta mencari alternatif pemecahan masalah.

b. Prosedur dan Teknik Diagnostik Kesulitan Belajar

Langkah-langkah diagnostik kesulitan belajar menurut Ross dan Stanley (Makmun, 2004: 309) menentukan tahapan diagnostik itu sebagai berikut ini`.

1) Siapa-siapa yang mengalami gangguan? 2) Di manakah kelemahan-kelemahan itu terjadi? 3) Mengapa kelemahan-kelemahan itu terjadi?

4) Penyembuhan-penyembuhan apakah yang disarankan? 5) Bagaimana kelemahan itu dapat dicegah?

Untuk memahami karakteristik dan faktor-faktor penyebab kesulitan belajar secara seksama, Burton (Makmun, 2002:310) melakukan diagnostik kesulitan belajar berdasarkan pada teknik dan instrumen yang digunakan dalam pelaksanaannya, yaitu sebagai berikut.

1) Diagnosis Umum

Pada tahap ini biasa digunakan tes baku, seperti yang digunakan untuk evaluasi dan pengukuran psikologis dan hasil belajar. Tujuannya untuk menemukan siapakah yang diduga mengalami kelemahan tertentu. 2) Diagnosis Analitik

Pada tahap ini biasanya digunakan tes diagnosis. Tujuannya untuk mengetahui di mana letak kelemahan tersebut.

3) Diagnosis Psikologis

Pada tahap ini teknik, pendekatan, dan instrumen yang digunakan antara lain sebagai berikut (1) Observasi; (2) Analisis karya tulis; (3) Analisi proses dan respon lisan; (4) Analisis berbagai catatan objektif;(5) Analisi


(3)

berbagai catatan objektif;(6) Wawancara; (7) pendekatan laboratories dan klinis;(8) Studi kasus.

B. Mengidentifikasi Kesulitan Belajar Peserta Didik

Ada dua langkah operasional dalam mengidentifikasi kesulitan belajar peserta didik. Langkah pertama adalah menandai dan menemukan siswa yang mengalami kesulitan belajar dan langkah kedua menemukan dimana letak kesulitannya serta mengidentifikasi bagaimana karakteristik kesulitan belajarnya

1. Menandai dan Menemukan Peserta didik yang Mengalami Kesulitan

Belajar

Untuk mengetahui peserta didik yang diduga mengalami kesulitan belajar dilakukan dengan membandingkan nilai peserta didik dengan kriteria yang telah ditetapkan sebagai batas lulus (KKM, rata-rata kelas). Peserta didik yang prestasi belajarnya di bawah KKM diduga memiliki kesulitan belajar. Peserta didik-peserta didik yang berada di bawah KKM diranking, untuk menentukan prioritas pemberian bantuan. Semakin jauh perbedaan antara nilai peserta didik dengan KKM maka kesulitan belajarnya semakin besar. Apabila mayoritas dari peserta didik nilainya berada di bawah KKM, maka termasuk kasus kelompok. Bila hanya sebagian kecil saja peserta didik yang nilainya di bawah KKM, maka termasuk kasus individual.

Untuk mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar selain dari nilai prestasi belajar dapat pula dilakukan dengan

memperhatikan atau menganalisa catatan observasi atau laporan proses kegiatan belajar.

a. Penggunaan catatan belajar siswa untuk mengetahui cepat atau lambat dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaannya. Dengan membandingkan lamanya keterlambatan dan frekwensi siswa itu secara kelompok kita akan mengetahui anak yang lambat dan sering terlambat dalam menyelesaikan tugas-tugas. Anak yang lambat dan sering terlambat adalah yang diduga mengalami kesulitan belajar. Anak yang paling lambat dan paling sering menjadi prioritas dalam pemberian


(4)

bantuan, adalah peserta didik yang perlu banyak mendapat prhatian guru.

b. Penggunaan catatan absensi dapat digunakan umtuk menandai siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar. Frekuensi ketidakhadiran merupakan indikator berharga untuk menandai unsur-unsur yang diduga mengalami kesulitan belajar. Ada relevansi ketidak hadiran dengan prestasi apabila guru memperhitungkan ketidak hadiran dengan pemberian nilai

c. Penggunaan catatan atau bagan partisipasi untuk mengetahui aktivitas dan partisipasi peserta didik dalam kelas. Peserta didik yang pasif diduga mengalami kesulitan belajar. Penggunaan catatan dan bagan partisipasi sangat berharga pada pelajaran yang mengutamakan komunikasi dan interaksi sosial dalam memberikan pendapat, menyanggah, dan menjawab dengan argumentasi tertentu.

d. Penggunaan catatan sosiometri dilakukan pada bidang studi tertentu yang menuntut siswa bekerja sama dalam kelompok. Catatan dan gambaran sosiometri amat penting untuk mengetahui anak terisolir. (tidak ada yang memilih).

2. Melokalisasikan Letak Kesulitan Belajar

Lokalisasi kesulitan belajar peserta didik bertujuan untuk mengetahui di mana letak kesulitan itu terjadi dan bagaimana karakteristik kesulitan belajar peserta didik. Ada beberapa pertanyaan yang mengarahkan kita untuk mengetahui letak kesulitan belajar siswa , yaitu:

a. dalam mata pelajaran mana kesulitan belajar itu terjadi ?

b. pada kawasan tujuan belajar (aspek perilaku) yang manakah kesulitan belajar itu terjadi ?

c. pada bagian (ruang lingkup) materi manakah kesulitan belajar itu terjadi ? d. pada segi-segi proses belajar yang manakah kesulitan belajar itu terjadi

Berikut ini adalah cara melokalisasi letak kesulitan belajar.


(5)

Untuk mengetahui pada bidang studi manakah siswa mengalami kesulitan belajar, dan hanya pada satu bidang studi atau lebih, yaitu dengan membandingkan nilai siswa pada semua bidang studi dengan nilai KKM atau rata-rata dari semua bidang studi.

b. Mengidentifikasi pada Kawasan Tujuan Belajar dan Bagian Ruang

Lingkup Materi Pelajaran Manakah Kesulitan Belajar Terjadi

Pendekatan yang tepat untuk melakukan langkah ini adalah tes diagnostik (Burton), namun hakikatnya tes diagnostik itu adalah tes prestasi belajar (TPB). Untuk mengetahui materi pelajaran mana saja yang mengalami kesulitan belajar bisa dilakukan dengan menganalisa lembar jawaban siswa pada tes prestasi belajar ulangan umum semester, dapat pula pada pelaksanaan evaluasi reflektif, formatif, atau dengan rancangan pre-post test bila belum ada tes diagnostik khusus

c. Analisis Terhadap Catatan Mengenai Proses Belajar

Untuk mengetahui kesulitan belajar pada aspek-aspek proses belajar tertentu dilakukan dengan menganalisis empiris terhadap catatan keterlambatan penyelesaian tugas atau soal, absensi, kurang aktif dalam partisipasi, kurang penyesuaian sosial. Hasil analisis tersebut dengan jelas menunjukkan posisi dari kasus-kasus yang bersangkutan.

3. Mengidentifikasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

a. Bila kasus kelompok (mayoritas peserta didik memiliki kesulitan belajar) maka faktor penyebab kesulitan belajar berasal luar diri peserta didik. Kemungkinan besar faktor penyebabnya kondisi sekolah (kualifikasi guru, sistem belajar mengajar, materi, sistem penilaian, strategi/metode/teknik pembelajaran yang tidak sesuai dengan keragaman peserta didik,dsb) b. Bila kasusnya individual (sebagian kecil) dari peserta didik (sekitar

5-25%), maka faktor penyebabnya kemungkinan berasal dari diri peserta didik. Faktor penyebab itu dapat bersumber pada (a) kemampuan dasar atau potensi yaitu intelegensi dan bakat; (b) Bukan yang bersifat potensial, yaitu kurang memiliki keterampilan dan pengetahuan dasar yang diperlukan dari sutu bidang studi, aspek fisik (kesehatan, gangguan pancaindra, kecacatan, dsb.), emosional (kecemasan, phobia, penyesuaian


(6)

yang salah), kurang minat dan motivasi belajar, sikap dan kebiasaan belajar yang negatif, kurang konsentrasi, kurang mampu menyesuaikan diri, dsb.

c. Ada berapa cara untuk menemukan kemungkinan faktor penyebab kesulitan belajar yang bersumber pada diri peserta didik antara lain: 1) Menentukan kelemahan yang bersumber pada kemampuan dasar

(potensi)

a) Tes inteligensi dan tes bakat oleh tenaga ahli

b) Guru dapat menganalisis prestasi belajar peserta didik (kasus) secara keseluruhan (semua pelajaran), hal ini berkaitan dengan kecerdasan umum (inteligensi).

c) Guru dapat menganalisis prestasi belajar peserta didik (kasus) pada pelajaran tertentu . Misalnya IPA, IPS, Matematika, atau Bhs Indonesia, dsb. Hal ini berkaitan dengan kemampuan khusus atau bakat.

2) Untuk mengetahui faktor penyebab yang bukan bersifat potensial dapat dilakukan :

a) Guru melakukan pengamatan terhadap sikap dan kebiasaan belajar peserta didik , dan/atau memberi angket serta wawancara peserta didik( kelas tinggi ) dan orangtua.

b) Guru mengamati perilaku, pola sambutan (respons) peserta didik dalam kegiatan belajar-mengajar.

c) Guru menganalisis pekerjaan/tugas tertulis peserta didik seperti analisis lembar kerja berhitung, karangan, laporan, dikte, dsb. Dengan demikian guru dapat mengetahui apakah kelemahannya itu disebabkan karena kurang memahami konsep (prinsip) cara kerja, atau kurang teliti, dsb.

d) Untuk mendapatkan data dan informasi yang berkaitan dengan kesehatan fisik, penyesuaian sosial, latar belakang keluarga, dan sebagainya, maka guru dapat melakukan wawancara kepada orangtua peserta didik, kerja sama dengan rekan sejawat, dokter, konselor


(7)

C. Membuat Alternatif Bantuan

Pengambilan keputusan berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasar dalam kegiatan memberikan bantuan kepada peserta didik yang memiliki kesulitan belajar

D.Melakukan Tindak Remedial atau Membuat Referal

Bila permasalahan yang bertalian dengan sistem belajar mengajar dan masih dalam kesanggupan guru, maka diberikan oleh guru sendiri dengan layanan pengajaran remedial. Namun bila diluar kesanggupan guru seperti aspek kepribadian dan medis, guru hanya membuat rekomendasi atau rujukan.

E. Implementasi dalam Pembelajaran

1. Guru harus memahami gejala-gejala anak yang memiliki kesulitan belajar. 2. Melakukan identifikasi kesulitan belajar serta membantu peserta didik

mengatasi kesulitan belajarnya.

3. Memberikan layanan pembelajaran remedial bila permasalahannya bertalian dengan sistem belajar mengajar dan masih dalam kesanggupan guru.

4. Membuat rujukan kepada tenaga ahli (konselor pendidikan, dokter, psikolog) bila permasalahannya di luar kemampuan guru.

5. Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar untuk mengoptimalkan prestasi belajarnya, dan juga dapat meningkatkan kepercayaan dirinya, minat dan sikap postif terhadap pelajaran.

6. Bekerja sama dengan rekan sejawat dan orangtua untuk lebih memahami faktor penyebab kesulitan belajar dalam diri peserta didik.

7. Guru berupaya mencegah terjadinya kesulitan belajar pada peserta didik dengan merancang pembelajaran yang sesuai dengan keragaman peserta didik.


(8)

Contoh Pelaksanaan Identifikasi Kesulitan Belajar

a. Menandai Peserta Didik yang Diduga Mengalami Kesulitan Belajar 1) Himpun semua peserta didik yang nilai prestasinya di bawah KKM

2) Selisihkan nilai prestasi setiap peserta didik (kasus) dengan nilai KKM dan urutkan daftar kasus (rangking) tersebut berdasarkan angka selisih dari yang paling besar. Peserta didik yang paling berat kesulitannya menjadi prioritas bantuan.

Grafik Prestasi Belajar Berdasarkan Batas Lulus atau KKM

Sebagai contoh perhatikan grafik di bawah ini. Pada grafik terdapat empat orang peserta didik A, E, K, L , prestasi belajarnya berada di bawah KKM, dengan demikian ke empat peserta didik tersebut tersebut merupakan kasus, dan K menjadi prioritas untuk mendapat bantuan.

b. Melokalisasi Letak Kesulitan Belajar atau Permasalahan 1) Mendeteksi Kesulitan Belajar pada Mata Pelajaran Tertentu

Guru dengan mudah dapat mengetahui pada mata pelajaran mana saja peserta didik mengalami kesulitan belajar. Contoh kasus X :

NILAI

A

B

C

D

E

F

G

H

I


(9)

Grafik Prestasi Belajar pada Peserta Didik K

Mata Pelajaran

A= Pendidikan Agama; B= PKn, C= Bhs Indonesia; D= Matematika; E= IPS; F= IPA; G= Penjaskes H= Keterampilan; I= Bhs Daerah

Peserta didik K memiliki kesulitan belajar pada mata pelajaran matematika dan IPA

2) Mendeteksi pada Kawasan Tujuan Belajar dan Bagian Ruang Lingkup Materi Pelajaran yang Mengalami Kesulitan

Untuk mengetahui materi pelajaran matematika yang mengalami kesulitan , dengan menganaliasis lembar jawab ulangan peserta didik

Contoh Tabel Analisis Kelemahan Jawaban Tes Matematika Soal

siswa

Bilangan Bulat Bilangan Pecahan

Tambah Kurang Kali Bagi Tambah Kurang Kali Bagi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1

0

11 12 13 14 15 16 17 18 19 2

0

A x x x x

B x x x - x

C x x x x - - - x

NILAI

A

B

C

D

E

F

G

H


(10)

D x x 0 - -

E x x x

F x 0 0 x x x x x 0 0

G x x x x x x

H x x - 0 x - x x

I x x x - - -

J x x x - - x x 0 x 0

K *(X) x x x x 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Salah (X)

2 3 2 1 1 4 4 2 4 2 2 2 2 1 1 6 4 4 1

Tak Tuntas (-)

1 1 2 1 1 2 2 2 1

Tak dibuat (0)

2 3 1 1 1 1 1 2 2 2 4

Sumber: Abin Syamsudin Makmun, 2007

Berdasarkan tabel analisis kelemahan jawaban, maka guru dapat mengetahui kasus:

(1) Kasus kelas, peserta didik umumnya memiliki kesulitan belajar matematika dalam mengerjakan soal-soal perkalian dan pembagian terutama soal-soal bilangan pecahan.

(2) Kasus individu K (X), peserta didik yang bersangkutan belum mampu mengerjakan soal-soal pecahan, baik penjumlahan, pengurangan maupun perkalian dan pembagian.

Analisis seperti di atas dapat dilakukan pada mata pelajaran lain.

3) Analisis Terhadap catatan Mengenai Proses Belajar

Hasil analisis empiris terhadap catatan keterlambatan dlam penyelesaian tugas/soal, bagan partisipasi, absensi dan sosiometri, sudah cukup jelas menentukan posisi dari kasus yang bersangkutan.

c. Mengidentifikasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

1) Untuk kasus kelas, karena banyaknya peserta didik yang belum menguasai perkalian dan pembagian bilangan pecahan, maka faktor diduga faktor penyebabnya ada di luar peserta didik. Oleh karena itu


(11)

guru harus mencari faktor luar individu yang mungkin menyebabkan kesulitan belajar yang dialami oleh kelas,

2) Untuk kasus individual peserta didik K (X) guru harus mengidentifikasi kemungkinan faktor penyebab kesulitan belajar yang berasal dari dalam diri peserta didik C (X). Selain belum menguasai konsep penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan pecahan, kemungkinan faktor penyebabnya apakah faktor kecerdasan, konsentrasi, atau kebiasaan belajar, dsb.

d. Membuat Alternatif Bantuan (Prognosis)

Pengambilan keputusan berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasar dalam kegiatan memberikan bantuan kepada peserta didik yang memiliki kesulitan belajar. Dalam prognosis dilakukan kegiatan penyusunan program dan penetapan alternatif bantuan yang harus diberikan kepada peserta didik untuk mengatasi kesulitan belajarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan 5W + 1 H

1) Who: Siapakah yang memberikan bantuan kepada peserta didik?

- Guru bidang studi: Bantuan apa yang perlu diberikan oleh guru bidang studi kepada peserta didik.

- Wali Kelas: Bantuan apa yang perlu diberikan oleh wali kelas kepada peserta didik

- Tenaga ahli seperti konselor pendidikan, psikolog bila masalahnya menyangkut spek kepribadian yang mendalam atau dokter apabila bila masalahnya menyangkut medis.

2) What: Materi apa yang perlu diberikan? Alat bantu apa yang harus dipersiapkan? Pendekatan dan metode apa yang digunakan dalam memberikan bantuan kepada peserta didik?

e. Melakukan Tindak Remedial atau Membuat Referal

Jenis dan sifat permasalahan yang bertalian dengan sistem belajar mengajar dan masih dalam kesanggupan guru, maka diberikan oleh guru sendiri, yaiu pemberian layanan pengajaran remedial. Namun bila diluar


(12)

kesanggupan guru seprti menyangkut aspek kepribadian dan medis, guru hanya membuat rekomendasi atau rujukan(referral) kepada tenaga ahli. Dalam melakukan agenda tindakan :

3) When : Kapan pemberian bantuan itu dilaksanakan 4) Where : Di mana pemberian bantuan itu diberikan

5) Which : Siapa peserta didik yang diprioritaskan mendapatkan bantuan lebih dahulu

6) How : Bagaimana pemberian bantuan itu dilaksanakan? Dengan cara cara pendekatan individual atau kelompok? Bentuk perlakukan (treatment) yang bagaimana yang mungkin dapat diberikan kepada peserta didik.

f. Evaluasi

Evaluasi di sini dimaksudkan untuk mengetahui keberhasilan dari bantuan yang diberikan. Artinya ada kemajuan, yaitu anak dapat dibantu keluar dari masalah kesulitan belajarnya, atau belum berhasil.


(1)

C. Membuat Alternatif Bantuan

Pengambilan keputusan berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasar dalam kegiatan memberikan bantuan kepada peserta didik yang memiliki kesulitan belajar

D.Melakukan Tindak Remedial atau Membuat Referal

Bila permasalahan yang bertalian dengan sistem belajar mengajar dan masih dalam kesanggupan guru, maka diberikan oleh guru sendiri dengan layanan pengajaran remedial. Namun bila diluar kesanggupan guru seperti aspek kepribadian dan medis, guru hanya membuat rekomendasi atau rujukan.

E. Implementasi dalam Pembelajaran

1. Guru harus memahami gejala-gejala anak yang memiliki kesulitan belajar. 2. Melakukan identifikasi kesulitan belajar serta membantu peserta didik

mengatasi kesulitan belajarnya.

3. Memberikan layanan pembelajaran remedial bila permasalahannya bertalian dengan sistem belajar mengajar dan masih dalam kesanggupan guru.

4. Membuat rujukan kepada tenaga ahli (konselor pendidikan, dokter, psikolog) bila permasalahannya di luar kemampuan guru.

5. Membantu peserta didik yang mengalami kesulitan belajar untuk mengoptimalkan prestasi belajarnya, dan juga dapat meningkatkan kepercayaan dirinya, minat dan sikap postif terhadap pelajaran.

6. Bekerja sama dengan rekan sejawat dan orangtua untuk lebih memahami faktor penyebab kesulitan belajar dalam diri peserta didik.

7. Guru berupaya mencegah terjadinya kesulitan belajar pada peserta didik dengan merancang pembelajaran yang sesuai dengan keragaman peserta didik.


(2)

Contoh Pelaksanaan Identifikasi Kesulitan Belajar

a. Menandai Peserta Didik yang Diduga Mengalami Kesulitan Belajar 1)Himpun semua peserta didik yang nilai prestasinya di bawah KKM

2)Selisihkan nilai prestasi setiap peserta didik (kasus) dengan nilai KKM dan urutkan daftar kasus (rangking) tersebut berdasarkan angka selisih dari yang paling besar. Peserta didik yang paling berat kesulitannya menjadi prioritas bantuan.

Grafik Prestasi Belajar Berdasarkan Batas Lulus atau KKM

Sebagai contoh perhatikan grafik di bawah ini. Pada grafik terdapat empat orang peserta didik A, E, K, L , prestasi belajarnya berada di bawah KKM, dengan demikian ke empat peserta didik tersebut tersebut merupakan kasus, dan K menjadi prioritas untuk mendapat bantuan.

b. Melokalisasi Letak Kesulitan Belajar atau Permasalahan 1)Mendeteksi Kesulitan Belajar pada Mata Pelajaran Tertentu

Guru dengan mudah dapat mengetahui pada mata pelajaran mana saja peserta didik mengalami kesulitan belajar. Contoh kasus X :

NILAI

A

B

C

D

E

F

G

H

I


(3)

Grafik Prestasi Belajar pada Peserta Didik K

Mata Pelajaran

A= Pendidikan Agama; B= PKn, C= Bhs Indonesia; D= Matematika; E= IPS; F= IPA; G= Penjaskes H= Keterampilan; I= Bhs Daerah

Peserta didik K memiliki kesulitan belajar pada mata pelajaran matematika dan IPA

2)Mendeteksi pada Kawasan Tujuan Belajar dan Bagian Ruang Lingkup Materi Pelajaran yang Mengalami Kesulitan

Untuk mengetahui materi pelajaran matematika yang mengalami kesulitan , dengan menganaliasis lembar jawab ulangan peserta didik Contoh Tabel Analisis Kelemahan Jawaban Tes Matematika

Soal

siswa

Bilangan Bulat Bilangan Pecahan

Tambah Kurang Kali Bagi Tambah Kurang Kali Bagi

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0

11 12 13 14 15 16 17 18 19 2

0

A x x x x

B x x x - x

C x x x x - - - x

NILAI

A

B

C

D

E

F

G

H


(4)

D x x 0 - -

E x x x

F x 0 0 x x x x x 0 0

G x x x x x x

H x x - 0 x - x x

I x x x - - -

J x x x - - x x 0 x 0

K *(X) x x x x 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Salah (X)

2 3 2 1 1 4 4 2 4 2 2 2 2 1 1 6 4 4 1

Tak Tuntas (-)

1 1 2 1 1 2 2 2 1

Tak dibuat (0)

2 3 1 1 1 1 1 2 2 2 4

Sumber: Abin Syamsudin Makmun, 2007

Berdasarkan tabel analisis kelemahan jawaban, maka guru dapat mengetahui kasus:

(1) Kasus kelas, peserta didik umumnya memiliki kesulitan belajar matematika dalam mengerjakan soal-soal perkalian dan pembagian terutama soal-soal bilangan pecahan.

(2) Kasus individu K (X), peserta didik yang bersangkutan belum mampu mengerjakan soal-soal pecahan, baik penjumlahan, pengurangan maupun perkalian dan pembagian.

Analisis seperti di atas dapat dilakukan pada mata pelajaran lain.

3)Analisis Terhadap catatan Mengenai Proses Belajar

Hasil analisis empiris terhadap catatan keterlambatan dlam penyelesaian tugas/soal, bagan partisipasi, absensi dan sosiometri, sudah cukup jelas menentukan posisi dari kasus yang bersangkutan.

c. Mengidentifikasi Faktor Penyebab Kesulitan Belajar

1)Untuk kasus kelas, karena banyaknya peserta didik yang belum menguasai perkalian dan pembagian bilangan pecahan, maka faktor diduga faktor penyebabnya ada di luar peserta didik. Oleh karena itu


(5)

guru harus mencari faktor luar individu yang mungkin menyebabkan kesulitan belajar yang dialami oleh kelas,

2)Untuk kasus individual peserta didik K (X) guru harus mengidentifikasi kemungkinan faktor penyebab kesulitan belajar yang berasal dari dalam diri peserta didik C (X). Selain belum menguasai konsep penambahan, pengurangan, perkalian dan pembagian bilangan pecahan, kemungkinan faktor penyebabnya apakah faktor kecerdasan, konsentrasi, atau kebiasaan belajar, dsb.

d. Membuat Alternatif Bantuan (Prognosis)

Pengambilan keputusan berdasarkan hasil diagnosis menjadi dasar dalam kegiatan memberikan bantuan kepada peserta didik yang memiliki kesulitan belajar. Dalam prognosis dilakukan kegiatan penyusunan program dan penetapan alternatif bantuan yang harus diberikan kepada peserta didik untuk mengatasi kesulitan belajarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan 5W + 1 H

1) Who: Siapakah yang memberikan bantuan kepada peserta didik?

- Guru bidang studi: Bantuan apa yang perlu diberikan oleh guru bidang studi kepada peserta didik.

- Wali Kelas: Bantuan apa yang perlu diberikan oleh wali kelas kepada peserta didik

- Tenaga ahli seperti konselor pendidikan, psikolog bila masalahnya menyangkut spek kepribadian yang mendalam atau dokter apabila bila masalahnya menyangkut medis.

2)What: Materi apa yang perlu diberikan? Alat bantu apa yang harus dipersiapkan? Pendekatan dan metode apa yang digunakan dalam memberikan bantuan kepada peserta didik?

e. Melakukan Tindak Remedial atau Membuat Referal

Jenis dan sifat permasalahan yang bertalian dengan sistem belajar mengajar dan masih dalam kesanggupan guru, maka diberikan oleh guru sendiri, yaiu pemberian layanan pengajaran remedial. Namun bila diluar


(6)

kesanggupan guru seprti menyangkut aspek kepribadian dan medis, guru hanya membuat rekomendasi atau rujukan(referral) kepada tenaga ahli. Dalam melakukan agenda tindakan :

3)When : Kapan pemberian bantuan itu dilaksanakan 4)Where : Di mana pemberian bantuan itu diberikan

5)Which : Siapa peserta didik yang diprioritaskan mendapatkan bantuan lebih dahulu

6)How : Bagaimana pemberian bantuan itu dilaksanakan? Dengan cara cara pendekatan individual atau kelompok? Bentuk perlakukan

(treatment) yang bagaimana yang mungkin dapat diberikan kepada

peserta didik. f. Evaluasi

Evaluasi di sini dimaksudkan untuk mengetahui keberhasilan dari bantuan yang diberikan. Artinya ada kemajuan, yaitu anak dapat dibantu keluar dari masalah kesulitan belajarnya, atau belum berhasil.