BAB II PENDEKATAN DAN METODOLOGI

LAPORAN AKHIR
Pemantauan Dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan Di
Wilayah I

BAB II
PENDEKATAN DAN METODOLOGI
2.1 Pendekatan Penanganan
Dalam penanganan pekerjaan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan
Kawasan

Perdesaan

di

Wilayah

I

ada

beberapa


pendekatan

yang

akan

digunakakonsultan.
Secara garis besar PEMANTAUAN adalah kegiatan pengumpulan informasi yang
dilakukan secara periodik untuk memastikan suatu kegiatan yang dilaksanakan sesuai
dengan rencana. Pemantauan adalah proses yang dilakukan selama siklus program,
dimulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, dan keberlanjutan. Hasil kegiatan
pemantauan digunakan untuk memperbaiki kualitas pelaksanaan dan penyesuaian
terhadap perencanaan. Sedangkan EVALUASI adalah serangkaian kegiatan penilaian
yang dilakukan secara berkala untuk mengetahui keberhasilan dalam mencapai tujuan
program. Kegiatan evaluasi dilakukan dengan mengunakan metodologi yang bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Beberapa prinsip dalam kegiatan pelaksanaan PEMANTAUAN dan EVALUASI ini
adalah sebagai berikut:
 Partisipatif. Semua pelaku program terutama masyarakat, fasilitator, dan konsultan

berpartisipasi aktif dalam kegiatan pemantauan ,evaluasi, dan pelaporan.
 Transparan. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan harus dilakukan secara terbuka
dan mudah diakses oleh semua pihak.

II- 1

LAPORAN AKHIR
Pemantauan Dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan Di
Wilayah I

 Akurat. Informasi yang disampaikan harus menggunakan data yang benar, tepat dan
dapat dipertanggungjawabkan.
Beberapa pendekatan yang digunakan dalam penyelesaian pekerjaan ini, diantaranya
sebagai berikut:
1) Pendekatan Normatif
Dalam

pendekatan

ini


bertumpu

pada

prosedur/skema

tertentu,

dengan

memperhatikan seluruh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan
terwujudnya kegiatan pemantauan dan evaluasi yang akan dilakukan. Pendekatan
Normatif ini memiliki ciri-ciri :
 bersifat jangka panjang;
 bersifat komprehensif;
 Pengembangan kebijaksanaan didasari oleh norma-norma, standar-standar,
kebijaksanaan dari pemegang keputusan dari orang-orang yang berkompeten;
 Memberikan langkah-langkah penyelesaian secara tuntas (final); dan
 Tidak menekankan pada faktor-faktor eksternal.

Pendekatan normatif ini terutama digunakan dalam hal penyiapan materi untuk
pemantauan dan evaluasi yang akan dilakukan. Beberapa acuan normatif yang
digunakan berupa peraturan perundangan yang berkaitan dengan Penataan Ruang
Kawasan Perdesaan. antara lain:
 Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
 Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa
 Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang.
 Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten.
 Peraturan Pemerintahan Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan
UU Desa.

2) Pendekatan Pembinaan dalam Rangka Pemantauan dan Evaluasi

II- 2

LAPORAN AKHIR
Pemantauan Dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan Di
Wilayah I


Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi merupakan salah satu bentuk kegiatan dari
Pembinaan Teknis penataan ruang sesuai dengan apa yang diamanatkan UU No 26
Tahun 2007.
Dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, Pasal 1 Point (10)
dinyatakan sebagai berikut:
“Pembinaan penataan ruang adalah upaya untuk meningkatkan kinerja penataan
ruang

yang

diselenggarakan

oleh

Pemerintah,

pemerintah

daerah,


dan

masyarakat”
Berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, beberapa hal
terkait kewenangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Daerah dalam
pembinaan teknis penataan ruang sebagai berikut:
a.

Kewenangan pembinaan teknis penataan ruang ada pada Pemerintah,
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota.

b.

Kewenangan pembinaan teknis penataan ruang Pemerintah adalah melakukan
pembinaan teknis kepada aparat internal pemerintah sendiri, Pemerintah

c.

Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, dan masyarakat.

Kewenangan pembinaan teknis penataan ruang Pemerintah Provinsi adalah
melakukan pembinaan teknis internal kepada aparat internal Pemerintah

d.

Provinsi, serta kepada Pemerintah Kabupaten/kota dan masyarakat.
Kewenangan pembinaan teknis penataan ruang Pemerintah Kabupaten/Kota
adalah melakukan pembinaan teknis internal kepada aparat di lingkungan
Pemerintah

e.

Kabupaten/Kota

sendiri

dan

masyarakat


di

lingkungan

Kabupaten/Kota.
Kewenangan Pemerintah dalam pembinaan teknis mencakup penyusunan
pedoman dan standar bidang penataan ruang (menurut pasal 8 ayat 5 UU Nomor
26 tahun 2007), dimana pedoman yang dimaksud mencakup norma, standar, dan

f.

manual (NSPM) bidang penataan ruang.
Kewenangan pembinaan teknis Pemerintah Provinsi termasuk diantaranya
penyusunan petunjuk pelaksanaan penataan ruang pada tingkat Provinsi dan
Kabupaten/Kota, yang disesuaikan dengan kebutuhan dengan memperhatikan

II- 3

LAPORAN AKHIR
Pemantauan Dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan Di

Wilayah I

karakteristik daerah (menurut Pasal 10 ayat 5 UU Nomor26 tahun 2007 dan
penjelasannya).
Untuk menghasilkan manfaat tersebut, maka pelaksanaan kegiatan ini dilakukan
harus tepat sasaran baik waktu, materi serta stakeholder yang terlibat dalam kegiatan
ini sehingga dapat terjadi transfer pengetahuan (transfer of knowledge). Dengan
demikian garis besar pendekatan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan sasaran
dan manfaat yang diharapkan, antara lain :
a.

Melakukan kajian-kajian terhadap literatur, kebijakan peraturan perundangundangan, pedoman dan/atau NSPK yang berkaitan dengan program
pengembangan kawasan perdesaan berkelanjutan. Kajian tersebut dimaksudkan
untuk memperkaya wawasan konsultan sehingga dapat menyiapkan materi yang
akan disampaikan dan didiskusikan dengan baik dan sesuai dengan sasaran yang
ingin dicapai.

b.

Melakukan diskusi intensif dengan pihak pemberi kerja atau pihak lainnya yang

terkait dengan program pengembangan kawasan perdesaan berkelanjutandi
pusat dan daerah. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan masukan guna lebih
mengoptimalkan wawasan konsultan sehingga dalam kegiatan pemantauan dan
evaluasidilaksanakan secara optimal dan akomodatif sesuai dengan kondisi
yang ada dan sesuai dengan kebutuhan Pemerintah Daerah.

c.

Mempelajari laporan kegiatan program pengembangan kawasan perdesaan
berkelanjutanyang sudah dilakukan (tahap 1 dan tahap 2) dan diharapkan
dengan memperhatikan hasil hasil evaluasi kegiatan serupa yang telah
dilaksanakan sebelumnya dapat dijadikan sebagai masukan dalam menentukan
pola dan mekanisme serta penajaman materi pemantauan dan evaluasi.

d.

Melakukan identifikasi terhadap kebutuhan Pemerintah Daerah terkait dengan
kegiatan penataan ruang kawasan perdesaan.

3) Pendekatan Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi

Beberapa pendekatan pemantauan yang dapat dilakukan antara lain:
 Pendekatan Pemantauan Langsung dan Tidak Langsung
II- 4

LAPORAN AKHIR
Pemantauan Dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan Di
Wilayah I

Sebagaimana halnya dengan supervisi, pemantauan dapat menggunakan
pendekatan langsung dan tidak langsung. Pendekatan langsung dilakukan
apabila pihak yang memonitor melakukan kegiatannya pada lokasi program
yang sedang dilaksanakan. Teknik-teknik yang sering digunakan dalam
pendekatan ini adalah wawancara dan observasi. Kedua teknik ini digunakan
untuk memantau kegiatan, peristiwa, komponen, proses, hasil dan pengaruh
program yang dilaksanakan. Pendekatan tidak langsung digunakan apabila
pihak yang memonitor tidak terjun langsung ke lapangan, namun dengan
menelaah laporan berkala yang disampaikan oleh pada penyelenggara program,
atau

dengan

mengirimkan

kuesioner

secara

berkala

kepada

para

penyelenggaranya atau pelaksana program.
 Pendekatan Pemantauan Bermedia
Tujuan aktivitas Pemantauan seperti ini adalah untuk menemukenali (to dettect)
dan mengantisipasi/mencegah (to detter). Pemantauan dilakukan secara terus
menerus dan merekam/mencatatnya secara terstruktur. Motif sebuah kegiatan
Pemantauan didasari oleh keinginan untuk mencari hal-hal yang berkaitan
dengan peristiwa atau kejadian baik menyangkut siapa, mengapa bisa terjadi,
sumberdaya publik yang berkaitan, kebijakan dan dampak apa yang terjadi atau
harus diantisipasi serta hal-hal lain yang berkaitan.
Pada akhirnya, cara dan motif itu harus dibuktikan dengan catatan tertulis
tentang apa yang dimonitor, kapan sesuatu yang dimonitor itu terjadi (dilihat,
atau disaksikan, atau dikumpulkan bukti-buktinya, atau ditemukan faktanya)
dan

bagaimana kejadiannya atau deskripsinya (kronologi dan/atau sebab-

musababnya), serta siapa saja yang terlibat atau diduga terlibat. Sekurangnya
hasil pemantauan terdiri atas catatan-catatan yang diverifikasi tentang 5W+1H.
Melakukan monitor terhadap pemberitaan dalam media sangat diperlukan oleh
praktisi public relations. Hal itu dimaksudkan untuk mendapatan informasi
dasar yang diperlukan para praktisipublic relations. Ada beberapa pendekatan
II- 5

LAPORAN AKHIR
Pemantauan Dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan Di
Wilayah I

praktis dalam memonitor media. Dalam tradisi content analisis paling tidak
terdapat 8 teknik. Salah satu teknik yang paling terkenal adalah clip counting
atau klipping, media foto. Pemanfaatan foto sebagai alat dokumentasi sudah
lumrah. Namun, masyarakat kini memanfaatkan foto lebih dari sekadar alat
dokumentasi. Mereka menggunakan media foto untuk Pemantauan dan evaluasi
kegiatan. Foto tidak sekadar untuk dokumentasi dan refleksi, tapi sekaligus
pesan berantai untuk masyarakat lainnya.
Dalam Pemantauan menggunakan media atau berkomunikasi, terdapat tiga cara
yang dapat diterapkan dalam pemilihan metode yang nantinya proses
pemantauan juga dapat dilakukan menggunakan cara/metode dibawah ini , yaitu
:
 Media lisan, baik yang disampaikan secara langsung (percakapan, tatap
muka atau radio komunikasi antar penduduk), maupun secara tidak
langsung (lewat radio, kaset, dll).
 Media cetak, baik berupa gambar dan atau tulisan (foto, majalah pedesaan,
selebaran, poster, dll) yang dibagi-bagikan, disebarkan atau dipasang di
tempat-tempat strategis yang mudah dijumpai oleh sasarannya (di jalan
pasar).
 Media terproyeksi, berupa gambar dan atau tulisan lewat slide,
pertunjukkan film. Kegiatan penyuluhan melalui media merupakan metode
penyuluhan yang paling dimengerti karena ada unsur hiburannya. Biasanya
Kementerian Kehutanan mengirimkan mobil unit kegiatan penyuluhan yang
dilengkapi dengan perangkap audio visual yang cukup modern dan
diperlengkapi dengan beberapa judul film hiburan selain dari film mengenai
penyuluhan yang akan ditayangkan.
 Pendekatan Pemantauan partisifatif
Partisipatory Monitoring merupakan aktifitas yang melibatkan pihak terkait
didalam mencari dan merekam informasi yang berkaitan dengan proyek secara
reguler – harian mingguan atau kwartalan – sebagai bagian pekerjaan rutin dan
II- 6

LAPORAN AKHIR
Pemantauan Dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan Di
Wilayah I

sebagai bagian desain Pemantauan dan Evaluasi. Tujuan Pemantauan bukanlah
membuat penilain akhir atas keberhasilan atau kegagalan tetapi mendorong
perubahan dan penyesuaian selama masa aktifitas, yang diperuntukkan bagi
tahapan aktifitas kedepan atau aktifitas baru.
Untuk pendekatan evaluasi, pertama biasanya dikenal dengan pendekatan
konvensional dan kedua adalah pendekatan partisipatif. Kedua pendekatan
ini tidak dimaksudkan untuk saling meniadakan tapi saling melengkapi. Kedua
pendekatan ini berbeda secara signifikan, meskipun kadangkala menggunakan
metode dan teknik yang sama dalam operasinya. Alat-alat evaluasi tidak bersifat
partisipatif atau nonpartisipatif secara inheren (serta-merta). Tergantung pada
bagaimana metode digunakan. Juga perencanaan, analisa dan penggunaan data.
Jadi definisi evaluasi partisipatif adalah adanya keterlibatan konstituen (target
group/klien). Jika konstituen hanya berperan memberi informasi maka tidak
bersifat partisipatif.
Metode partisipatori memberikan keterlibatan secara aktif dalam pengambilan
keputusan bagi yang berkepentingan terhadap program atau proyek atau strategi
dan membangkitkan rasa memiliki terhadap hasil dan rekomendasi kegiatan
monitoring dan evaluasi. Kegiatan yang dilakukan dapat meliputi : analisis
stakeholder, benefisiaries assessment, dll.
Secara lebih rinci mengenai pendekatan evaluasi konvensional dan
pendekatan evaluasi partipatif dapat dijelaskan dalam tabel berikut:

II- 7

LAPORAN AKHIR
Pemantauan Dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan Di
Wilayah I

Evaluasi Konvensional
Evaluasi Partisipatoris
Siapa yang merencanakan Manajer Senior atau pakar Masyarakat
setempat,
dan mengelola proses

dari luar

manajer dan staf proyek,
danstakeholder lain,
kerapkali dibantu seorang
fasilitator
memberi Mendesain

Perananstakeholder Uta

Hanya

ma (Kelompok sasaran)

informasi, bahkan sering mengadaptasi metodologi,
tidak diterlibatkan

dan

mengumpulkan

dan

menganalisis

data,

menyebarluaskan temuan
dan

mengaitkannya

dengan
Bagaimana sukses diukur

Ditentukan

dari

terutama

tindakan,

partisipasi luas
luar, Indikator
ditentukan

indikator secara internal, termasuk

kuantitatif

penilaian

yang

Pendekatan

Ditentukan sebelumnya

kualitatif
Adaptif

Fokus

Akuntabilitas

Pembelajaran

Metode

Metode formal

Metode partipatif

Pemilikan

Pendana

Partisipan evaluasi

Outsiders

Evaluator

Fasilitator

lebih

2.2 Metodologi
Metodologi merupakan bagian yang mengkaji perihal urutan langkah-langkah yang
ditempuh supaya pengetahuan yang diperoleh memenuhi ciri-ciri Ilmiah. Metodologi
juga dapat dipandang sebagai bagian dari logika yang mengkaji kaidah penalaran yang
tepat. Jika kita membicarakan metodologi maka hal yang tak kalah pentingnya adalah
II- 8

LAPORAN AKHIR
Pemantauan Dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan Di
Wilayah I

asumsi-asumsi yang melatar belakangi berbagai metode yang dipergunakan dalam
aktivitas ilmiah.
Dalam kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan
Perdesaan di Wilayah I, perlu disusun langkah-langkah yang sistematis agar
mendapatkan hasil sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan. Metodologi yang
digunakan dalam proses kegiatan ini tentunya disesuaikan dengan ruang lingkup dan
output yang telah ditetapkan di dalam Kerangka Acuan Kerja dengan beberapa inovasi
dan modifikasi untuk penyempurnaan hasil pekerjaan yang diharapkan.
Secara umum, metodologi dari kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan
Pengembangan Kawasan Perdesaan di Wilayah I ini dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1) Kerangka Pikir Penyelesaian Pekerjaan;
2)
3)
4)
5)

Metode Pengumpulan Data;
Metode Pelaksanaan Pemantauan;
Metode Pelaksanaan Evaluasi;
Metode dan Tahapan Pelaksanaan Kegiatan.

Rincian dari bagian metodologi dapat disampaikan sebagai berikut.
2.2.1 Kerangka Pikir Penyelesaian Pekerjaan
Kerangka pikir penyelesaian pekerjaan merupakan rangkaian dari pemikiran untuk
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan maksud dan tujuan dari pekerjaan. Kerangka
pikir penyelesaian pekerjaan merupakan dasar dalam pembuatan metodologi pengelolaan
pekerjaan. Kerangka pikir ini dapat menunjukkan gambaran metodologi penyelesaian
pekerjaan secara garis besar yang juga menunjukkan keterkaitan antara materi/proses
satu dengan lainnya. Sedangkan detail metodologi pada tiap tahapan diterangkan pada
Tahapan Pelaksanaan Pekerjaan (sesuai dengan kerangka pikir tersebut), dan metoda
serta teknik yang digunakan.
Secara umum tahapan dari kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan
Pengembangan Kawasan Perdesaan di Wilayah I, terdiri atas:
II- 9

LAPORAN AKHIR
Pemantauan Dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan Di
Wilayah I

1) Tahap Persiapan;
2) Tahap Identifikasi dan Kajian Awal (Desk Study);
3) Tahap Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi, dengan sub kegiatan:
a. Penyusunan instrumen dan kriteria pemantauan dan evaluasi
b. Konsolidasi (Koordinasi dan Diskusi) dengan Pemerintah Pusat dan Daerah
c. Penyelenggaraan workshop di Jakarta
d. Koordinasi lintas sektoral terkait
e. Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) di daerah
f. Penyusunan Buku Profil Desa di Wilayah I
4) Tahap Pelaporan dan Finalisasi Produk Akhir.
Secara lebih rinci, kerangka pikir pendekatan kegiatan pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan pengembangan kawasan perdesaaan di wilayah I dapat dilihat pada gambar
2.1.

II- 10

LAPORAN AKHIR
Pemantauan Dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan Di Wilayah I

Gambar 2.1
Kerangka Pikir Pendekatan Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan di Wilayah I

II- 11

LAPORAN AKHIR
Pemantauan Dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan Di
Wilayah I

2.2.2

Metode Pengumpulan Data dan Informasi

Proses pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan
pemantauan dan evaluasi terdiri dari beberapa metode, sebagai berikut:
1) Survei
Pada umumnya metode ini menggunakan alat survei berupa kuesioner yang
selanjutnya akan disebar kepada partisipan atau responden sebagai sampel,
yang memuat beberapa kebutuhan informasi,misalnya:
• informasi mengenai karakteristik sosial ekonomi partisipan
• informasi mengenai bagaimana partisipan berpartisipasi dalam program
• opini partisipan mengenai program yang sedang berlangsung
• perubahan yang terjadi diakibatkan oleh program yang sudah dilakukan
2) Observasi / Pemantauan Langsung
Observasi / Pengamatan Langsung merupakan teknik pengumpulan data
dengan mengamati secara langsung pada kejadian atau proses di lapangan.
3) Wawancara (interview)
Proses untuk memperleh data dalam suatu penelitian dengan mengadakan
tanya-jawab antara peneliti dengan responden dengan bertatapmuka langsung.
4) Dokumentasi
Dalam suatu penelitian, kadang-kadang peneliti tidak perlu melaksanakan
pengumpulan data secara langsung dari responden, melainkan menggnakan
data sekunder, yaitu data yang telah ada, atau data yang telah dikumpulkan
oleh peneliti lain ataupun hal-hal yang telah dilakukan oleh orang lain.
5) Facus Group Discussion(FGD)
Pengumpulan data dan informasi melalui kegiatan FGD ini dilakukan dengan
mengundang seluruh stakeholders yang terlibat dalam pelaksanaan program
pengembangan kawasan perdesaan berkelanjutan.

II- 12

LAPORAN AKHIR
Pemantauan Dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan Di
Wilayah I

Untuk proses pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan dalam
penyusunan Buku Profil Desa di Wilayah II dilakukan dengan metode survei
sekunder/instansional, dokumentasi, dan browsing lewat internet.
2.2.3

Metode Pelaksanaan Pemantauan

Berdasarkan pendekatan pemantauan yang telah diuraikan pada subbab 4.1 dan
karakteristik kegiatan pemantauan yang dilakukan terhadap program P2KPB yang
sudah selesai dilakukan tahun 2013 dan tahun 2014, maka metode pelaksanaan
pemantauan yang akan dilakukan adalah metode pemantauan tidak langsung.
Metode pemantauan tidak langsung ini dilakukan melalui koordinasi dan diskusi
termasuk pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) dan Workshop dengan
para penyelenggara Program P2KPB di pusat dan di daerah terkait dengan
pelaksanaan program tersebut.
Untuk kebutuhan kegiatan pemantauan ini terlebih dahulu disiapkan instrumen
dan metode pemantauan seperti dijelaskan dalam tabel berikut:
NO
.
1.

2.

KOMPONEN
PROGRAM

KELUARAN

Kelembagaan dan
Pranata
(Institutionalization)

• Terbentuknya lembaga

Komunitas Perdesaan
Yang Inklusif (Inclusive
community)

• Terbentuknya forum

pengelola kawasan perdesaan
di tingkat kabupaten
• Terbangunnya komunikasi
dengan komunitas inklusif
pengembangan perdesaan
berkelanjutan;
• Tersusunnya legalitas
kelembagaan dan kebijakan

komunikasi antara pemerintah
dan komunitas
• Terbentuknya komunitas
inklusif yang dapat bekerja
sama dalam upaya
pengembangan kawasan
perdesaan, dalam lingkup
kabupaten

METODE
YANG
DIGUNAKAN
• FGD
• Wawancara
• Dokumentasi

• FGD
• Wawancara
• Dokumentasi

II- 13

LAPORAN AKHIR
Pemantauan Dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan Di
Wilayah I

NO
.

KOMPONEN
PROGRAM

KELUARAN

METODE
YANG
DIGUNAKAN

• Terbentuknya komunikasi
aktif baik antar komunitas
maupun dengan kelembagaan
perdesaan
3.

Perencanaan dan
Perancangan Yang
Responsif dan Adaptif
(Responsive spatial rural
planning and design)

• Tersusunnya rencana aksi





pengembangan kawasan
perdesaan
Tersusunnya rencana rinci tata
ruang kabupaten untuk satu
atau lebih kawasan perdesaan
Tersusunnya Detail Desain
Engineering kawasan
perdesaan
Adanya sinkronisasi program
pembangunan perdesaan antar
pelaku dan antar tingkatan;
Tersusunnya RPI2JM
Kabupaten

• Dokumentasi
• FGD

Infrastruktur
(Urban-Rural
Infrastructure)

• Tersedianya prasarana

5.

Ekonomi Perdesaan
Yang Berdaya Saing
(Competitive Local
Economic Development)

• Berkembangnya kegiatan
ekonomi unggulan di
kawasan perdesaan;
• Adanya kemudahan akses
terhadap informasi pasar dan
lembaga keuangan;.
• Berkembangnya kegiatan
ekonomi pada rantai pasok
dan rantai nilai komoditas
unggulan;

• FGD
• Observasi
• Wawancara

6.

Pendayagunaan Sosial

• Terlestarikannya nilai – nilai

• FGD

4.

pendukung untuk
pengembangan komoditas
unggulan pada kawasan non
perkotaan;
• Tersedianya sarana dan
prasarana dasar yang
melayani penduduk di
kawasan perdesaan;
• Tersedianya prasarana yang
menjamin kelancaran
aksesibilitas kota – perdesaan;

• FGD
• Dokumentasi
• Observasi

II- 14

LAPORAN AKHIR
Pemantauan Dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan Di
Wilayah I

NO
.

KOMPONEN
PROGRAM
Budaya
(Social-Cultural
Development)

KELUARAN
dan warisan budaya lokal

• Terlestarikannya kawasan –

METODE
YANG
DIGUNAKAN
• Observasi
• Wawancara

kawasan cagar budaya di
kawasan non perkotaan
7.

Perlindungan
Lingkungan
(Environmental
Preservation)

• Terbentuknya pola
pemanfaatan dan pengelolaan
lingkungan hidup di kawasan
perdesaan
• Terjaminnya keberlanjutan
ketersediaan sumber daya
alam di kawasan perdesaan

• FGD
• Observasi
• Wawancara

Sumber : dikembangkan berdasarkan Buku Putih P2KPB.

2.2.4

Metode Pelaksanaan Evaluasi

Dalam suatu proses pelaksanaan program komponen yang turut menentukan
keberhasilan suatu proses adalah kegiatan evaluasi. Melalui evaluasi diketahui
sejauh mana pelaksanaan program, tujuan, dan suatu hasil program dapat dicapai
sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Suharsimi Arikunto (2009: 2), menyatakan bahwa evaluasi merupakan suatu
kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat
dalam mengambil sebuah keputusan.
Selain itu Rogers (2005: 2) mengungkapkan bahwa evaluasi merupakan suatu
proses pengumpulan dan analisis informasi untuk membentuk suatu penilaian
berdasarkan bukti yang kuat. Penilaian tersebut berkaitan tentang sejauhmana
suatu target tercapai dan penilaian tersebut dapat membantu dalam pengambilan
keputusan.
Dari berbagai pendapat yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa
evaluasi merupakan suatu kegiatan mengumpulkan informasi tentang suatu
II- 15

LAPORAN AKHIR
Pemantauan Dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan Di
Wilayah I

program yang mempunyai tujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana
pelaksanaan suatu program berjalan dan sampai sejauh mana tujuan program
tersebut dapat tercapai.
Selain itu evaluasi berguna untuk membantu menunjukkan kinerja apa saja yang
perlu ditingkatkan, diperbaiki, ataupun dipertahankan dalam suatu program
berdasarkan bukti yang diperoleh serta berguna untuk mengetahui berapa besar
nilai dari kinerja penyelenggara program.
Dalam kaitannya dengan kegiatan P2KPB ini, bagaimana pelaksanaan program ini
berjalan dan sampai sejauh mana tujuan dan sasaran kegiatan P2KPB ini dapat
tercapai.
Metode pelaksanaan evaluasi yang akan dilakukan lebih difokuskan pada evaluasi
proses, keluaran dan manfaat dari 7 komponen (atribut) program pengembangan
kawasan perdesaan berkelanjutan (lihat Gambar 2.2).
Gambar 2.2 Kerangka Konseptual Sistem Pemantauan dan Evaluasi
DAMPAK (Impact)

HASIL (Outcomes)

KELUARAN (Output)

Sumber : World Bank, 2003
MASUKAN (Output)

Dampak pada standar kehidupan

Siapakah penerima manfaat ?
(akses, pemanfaatan dan
tingkat kepuasan)

Produk (barang & Jasa)
yangdihasilkan oleh suatu
program
Sumber daya yang
tersediabagi aktifitas program

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tahap evaluasi pelaksanaan P2KPB,
diantaranya adalah sebagai berikut:
II- 16

LAPORAN AKHIR
Pemantauan Dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan Di
Wilayah I

 Apakah prosespelaksanaan P2KPB sudah sesuai dengan grand design yang
sudah disusun
 Apakah keluaran (output) pelaksanaan P2KPB sudah sesuai dengan grand
design yang sudah disusun
 Apakah manfaat(outcomes) pelaksanaan P2KPB sudah sesuai dengan yang
diharapkan

Indikator pemantauan dan evaluasi pelaksanaan P2KPB ini mencakup 7 atribut
P2KPB, yaitu:
1) Kelembagaan dan pranata (Institutionalization);
2) Komunitas perdesaan yang inklusif (Inclusive community);
3) Perencanaan dan perancangan yang responsif dan adaptif (Responsive spatial
rural planning and design);
4) Infrastruktur (Urban - rural infrastructure)
5) Ekonomi perdesaan yang berdaya saing (Competitive local economic
development);
6) Pendayagunaan sosial budaya (socio-cultural development); dan
7) Perlindungan lingkungan (environmental preservation).
2.2.5

Metodologi Pelaksanaan dan Tahapan Kegiatan

Sesuai kerangka pikir di atas, tahapan dari kegiatan Pemantauan dan Evaluasi
Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan di Wilayah I, terdiri atas:
1) Tahap Persiapan;
2) Tahap Identifikasi dan Kajian Awal (Desk Study);
3) Tahap Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi, dengan sub kegiatan:
a. Konsolidasi (Koordinasi dan Diskusi) dengan Pemerintah Pusat dan
Daerah
b. Penyelenggaraan workshop di Jakarta
c. Koordinasi lintas sektoral terkait
d. Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) di daerah
e. Melakukan Evaluasi pelaksanaan P2KPB
f. Penyusunan Buku Profil Desa di Wilayah I
4) Tahap Penyempurnaan dan Finalisasi Produk Akhir.

II- 17

LAPORAN AKHIR
Pemantauan Dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan Di
Wilayah I

Berikut ini akan diuraikan secara rinci masing-msing tahapan dari kegiatan
Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan
di Wilayah I.
1) Tahap Persiapan
Tahap persiapan dari kegiatan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan
Pengembangan Kawasan Perdesaan di Wilayah I merupakan tahap awal
dari suatu perencanaan dan memuat kegiatan-kegiatan pokok berupa
persiapan dan mobilisasi, konsolidasi internal tim, pengumpulan data awal,
kajian awal data sekunder, serta penyiapan instrumen pemantauan dan
evaluasi.
Tahap persiapan dan mobilisasi dari kegiatan Pemantauan dan Evaluasi
Pelaksanaan

Pengembangan

Kawasan

Perdesaan

di

Wilayah

I

merupakan tahap awal dari suatu perencanaan dan memuat kegiatan-kegiatan
pokok sebagai berikut:
a.

Penyelesaian administrasi pekerjaan

b.

Persiapan peralatan dan personil
Persiapan peralatan dilakukan pada tahap awal, baik peralatan untuk
kepentingan survey lapangan maupun peralatan untuk pekerjaan studio/
kantor. Sedangkan kantor diperlukan sejak dimulainya pekerjaan baik
untuk penyusunan laporan maupun untuk koordinasi para tenaga ahli
yang dibantu oleh staf kantor baik dalam persiapan survei maupun dalam
penyusunan program kerja.

c.

Mobilisasi tim
Kegiatan mobilisasi tim dilakukan pada tahap awal dimaksudkan untuk
mendapatkan tenaga ahli sesuai dengan yang diminta (sesuai KAK)
dengan kualitas memadai, di samping itu untuk mempercepat koordinasi
antar tenaga ahli, agar tenaga ahli tersebut mampu berkomunikasi dan
bekerjasama dalam pelaksanaan pekerjaan, hal ini dikarenakan informasi
dari setiap tenaga ahli diperlukan oleh tenaga ahli lainnya.
II- 18

LAPORAN AKHIR
Pemantauan Dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan Di
Wilayah I

d.

Pemahaman dan Pendalaman KAK
Kerangka Acuan Kerja yang menjadi acuan utama dalam pelaksanaan
pekerjaan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan
Kawasan Perdesaan di Wilayah II harus dipahami dengan baik oleh pihak
konsultan sehingga seluruh proses pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan
dengan baik.

e.

Penyusunan dan penajaman pendekatan metodologi studi
Penyusunan pendekatan dan metodologi dijabarkan dalam bentuk naratif
serta bagan alir yang mencakup seluruh tahapan kegiatan yang akan
dilakukan.

f.

Penyusunan detail rencana kerja
Penyusunan rencana kerja dilakukan agar rangkaian tahapan proses
pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih terarah sesuai
dengan maksud, tujuan, dan sasaran pekerjaan.

g.

Inventarisasi dan persiapan perangkat survey
Persiapan peralatan meliputi peralatan untuk kepentingan survei
lapangan.

h.

Inventarisasi dan Identifikasi Kebutuhan Data Awal
Kegiatan ini dilakukan terutama pada pengumpulan data yang bersifat
data sekunder yang datanya ada di lembaga pemerintah, khususnya
Direktorat Jenderal Tata Ruang Kementerian Agraria dan Tata Ruang
maupun non pemerintah ataupun data yang dapat diperoleh melalui
browsing internet, serta data lainnya yang konsultan sudah miliki.
Beberapa kegiatan pokok dalam inventarisasi dan identifikasi data awal
yang dikumpulkan pada tahap ini diantaranya sebagai berikut:
 Inventarisasi 15 RTRW Kabupaten lokasi P2KPB di Wilayah I
 Inventarisasi dokumen RDTR dan atau Rencana Rinci Kawasan
Perdesaan di Wilayah I
 Inventarisasi hasil pelaksanaan P2KPB yang sudah dilaksanakan
(Master Plan dan DED)

II- 19

LAPORAN AKHIR
Pemantauan Dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan Di
Wilayah I

2) Tahap Identifikasi dan Kajian Awal (Desk Study)
Identifikasi dan kajian awal kebutuhan merupakan kegiatan tindak lanjut dari
hasil inventarisir pada tahap awal.
Beberapa kegiatan pokok dari tahap ini diantaranya:
a.

Inventarisasidata awal hasil P2KPB di wilayah I

b.

Inventarisasi dokumen masterplan dan atau Rencana Rinci KSK di

c.
d.
e.

Wilayah I
Inventarisasi dokumen RPI2JM dan DED
Penyusunan Outline Buku Profil Desa di Wilayah I
Penyusunan Instrumen,serta Kriteria Pemantauan dan Evaluasi
Pada tahap ini, dirumuskan konsep/rancangan instrumen serta kriteria
pemantauan dan evaluasi yang akan digunakan dalam kegiatan
pemantauan dan evaluasi P2KPB. Perumusan instrumen dan kriteria ini
mengacu kepada konsep komponen program yang dikenal dengan 7
atribut program KPB.

3) Tahap Pelaksanaan Pemantauan dan Evaluasi Pelaksanaan P2KPB
Dalam pelaksanaan pemantauan dan evaluasi P2KPB ini, ada beberapa sub
tahapan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu:
a.

Konsolidasi (Koordinasi dan Diskusi) dengan Pemerintah Pusat dan
Daerah
Pada tahap ini akan dilakukan konsolidasi dengan tim pelaksana P2KPB,
baik di pusat maupun di daerah.
Konsolidasi dengan tim pelaksana pusat dilakukan melalui koordinasi
dan diskusi dengan para stakeholders terkait pelaksanaan P2KPB, antara
lain Kementerian Agraria dan Tata Ruang (cq. Direktorat Penataan
Kawasan / eks. Ditjen. Penataan Ruang, Kementerian PU), Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Desa, Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian
Pertanian, Bappenas, dsb.

II- 20

LAPORAN AKHIR
Pemantauan Dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan Di
Wilayah I

Sedangkan untuk konsolidasi dengan tim pelaksana P2KPB di daerah
dilakukan dengan melakukan kunjungan ke daerah kabupaten lokasi
P2KPB. Dalam kunjungan ke daerah ini dilakukan koordinasi dengan tim
pelaksana P2KPB di daerah antara lain Bappeda, Dinas Tata Ruang,
Dinas PU, Dinas Pertanian dan SKPD lain yang terkait dengan program
P2KPB.
Selain itu, dalam kunjungan ke daerah ini juga dilakukan pengumpulan
data dan informasi awal yang terkait dengan hasil pelaksanaan P2KPB
yang

sudah

dilakukan,

termasuk

melakukan

pemantauan

hasil

pelaksanaan P2KPB di lokasi KPB tersebut.
b.

Penyelenggaraan workshop di Jakarta
Beberapa kegiatan dalam penyelenggaarn workshop diantaranya
meliputi:
a) Persiapan bahan, tempat dan narasumber
Pada tahap persiapan workshop ini akan diinventarisir kebutuhan
bahan untuk pelaksanaan workshop termasuk para peserta yang akan
diundang dalam kegiatan workshop P2KPB di Jakarta ini. Pada
tahap ini juga ditetapkan jadwal, tempat dan narasumber yang akan
diundang pada kegiatan workshop.
b) Penyusunan materi workshop P2KPB
Penyusunan materi workshop ini merupakan hasil konsolidasi
dengan tim pelaksana P2KPB di Pusat maupun di daerah. Beberapa
materi yang akan disampaikan dalam workshop ini mencakup:
• Kebijakan pengembangan kawasan perdesaan
• Konsep

Program

Pengembangan

Kawasan

Perdesaan

Berkelanjutan
• Kondisi terkini (up to date) hasil pelaksanaan P2KPB di 13
kabupaten
• Kendala dan Permasalahan pelaksanaan P2KPB di 13 kabupaten
II- 21

LAPORAN AKHIR
Pemantauan Dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan Di
Wilayah I

• Rekomendasi tindak lanjut pelaksanaan program pengembangan
kawasan perdesaan berkelanjutan
c) Penyelenggaraan workshop P2KPB di Jakarta
c.

Koordinasi Lintas Sektor di Pusat
Koordinasi lintas sektor ini dilakukan dengan para stakeholders terkait
pelaksanaan Program Pengembangan Kawasan Perdesaan di pusat.
Pelaksanaan koordinasi lintas sektoral ini secara teknis pelaksanaannya
bisa dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan workshop di atas.

d.

Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) di daerah
Pelaksanaan FGD ini merupakan salah satu media untuk melakukan
pemantauan dan evaluasi pelaksanaan P2KPB di daerah. Beberapa
agenda yang akan dibahas dalam materi FGD ini, antara lain:
a) Inventarisir kondisi terkini (up to date) mengenai hasil pelaksanaan
P2KPB di daerah;
b) Identifikasi kendala dan permasalahan pelaksanaan P2KPB di daerah
c) Identifikasi temuan pelaksanaan program yang tidak sesuai dengan
konsep P2KPB
d) Identifikasi masukan dan aspirasi pemerintah daerah dan masyarakat
terkait pelaksanaan program pengembangan kawasan perdesaan di
masa mendatang.

e.

Pelaksanaan Evaluasi Pelaksanaan P2KPB di Daerah
Setelah kegiatan pemantauan dilakukan melalui serangkaian kegiatan
seperti konsolidasi (koordinasi dan diskusi), koordinasi lintas sektoral,
workshop, dan FGD, maka selanjutnya adalah melakukan kajian
evaluatif terhadap data dan informasi yang diperoleh melalui kegiatan
pemantauan sebelumnya. Dari hasil evaluasi ini diharapkan akan dapat
diambil suatu pelajaran (lesson learned) bagi pengembangan program
kawasan perdesaan ke depannya.
II- 22

LAPORAN AKHIR
Pemantauan Dan Evaluasi Pelaksanaan Pengembangan Kawasan Perdesaan Di
Wilayah I

f.

Penyusunan Buku Profil Desa di Wilayah II
Dalam proses penyusunan Buku Profil Desa di Wilayah II ini akan
dilakukan dengan menggunakan data dan informasi yang diperoleh
melalui survei sekunder, dokumentasi, dan browsing lewat internet.
Tahapan dalam penyusunan Buku Profil Desa ini yaitu : inventarisasi
data/informasi desa di wilayah II, pengolahan dan kompilasi data desa,
serta penyusunan buku profil desa di wilayah II.

4) Tahap Penyempurnaan dan Finalisasi Produk Akhir Kegiatan
Pada tahap akhir ini merupakan tahap penyempurnaan dan penyelesaian
seluruh output/keluaran produk akhir sebagaimana yang dipersyaratkan dalam
KAK.
Kegiatan pokok pada tahap ini diantaranya:
a.

Penyelesaian Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi P2KPB
 Finalisasi hasil pemantauan dan evaluasi P2KPB
 Penyelesaian & inventarisasi laporan seluruh proses & hasil kegiatan
pemantauan dan evaluasi

b.

Finalisasi Produk Laporan Akhir:





Materi Laporan Akhir Kegiatan Pemantauan dan Evaluasi P2KPB;
Materi Prosiding Workshop;
Buku Profil Desa di wilayah II
Softcopy (DVD).

II- 23