ANALISIS KOMPETENSI KEPRIBADIAN DAN KOMPETENSI SOSIAL GURU KIMIA SMA SERTA HUBUNGANNYA DENGAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DI KABUPATEN LANGKAT.

(1)

ANALISIS KOMPETENSI KEPRIBADIAN

DAN KOMPETENSI SOSIAL GURU KIMIA SMA SERTA HUBUNGANNYA

DENGAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA DI KABUPATEN

LANGKAT

THESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh :

JULI YANTI PANJAITAN

NIM : 8106142010

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

2012


(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

Juli Yanti Panjaitan, Analisis Kompetensi Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Guru Kimia SMA Serta Hubungannya Dengan Motivasi Dan Hasil Belajar Kimia Siswa Di Kabupaten Langkat. Thesis. Medan: Program Studi Pendidikan Kimia Pascasarjana, Universitas Negeri Medan, 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) bagaimana kompetensi kepribadian guru kimia SMA di Kabupaten Langkat, (2) bagaimana kompetensi sosial guru kimia SMA di Kabupaten Langkat, (3) hubungan antara kompetensi kepribadian guru kimia dengan hasil belajar kimia siswa, (4) hubungan antara kompetensi sosial guru kimia dengan hasil belajar kimia siswa, (5) hubungan antara kompetensi kepribadian guru kimia dengan motivasi belajar kimia siswa dan (6) hubungan antara kompetensi sosial guru kimia dengan motivasi belajar kimia siswa. Populasi penelitian ini adalah seluruh SMA di Kabupaten Langkat. Adapun menjadi sampel dalam penelitian ini adalah guru kimia yang mengajar dikelas XI IPA sebanyak 5 orang dan siswa kelas XI IPA sebanyak 150 orang yang diambil secara purposive sampling. Instrumen penelitian adalah angket, wawancara dan tes hasil belajar dalam bentuk pilihan ganda yang telah valid. Data kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial guru kimia yang diperoleh dari angket dianalisis secara deskriptif, sedangkan data hasil belajar kimia siswa serta data motivasi dianalisis secara statistik. Sementara itu, korelasi antara persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru kimia dengan hasil belajar kimia siswa, persepsi siswa terhadap kompetensi sosial guru kimia dengan hasil belajar kimia siswa, persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru kimia dengan motivasi belajar kimia siswa dan persepsi siswa terhadap kompetensi sosial guru kimia dengan motivasi belajar kimia siswa dianalisis dengan menggunakan rumus korelasi pearson product momen dan regresi linear. Hasil penelitian menunjukkan: ada hubungan antara kompetensi kepribadian guru kimia (X1) dengan hasil belajar kimia siswa (Y1); ada hubungan antara kompetensi sosial guru kimia (X2) dengan hasil belajar kimia siswa (Y1); ada hubungan antara kompetensi kepribadian guru kimia (X1) dengan motivasi belajar kimia siswa (Y2); ada hubungan antara kompetensi sosial guru kimia (X2) dengan motivasi belajar kimia siswa (Y2).


(5)

ABSTRAK

Juli Yanti Panjaitan, The Analysis of the Personality and Social Competences of Chemistry Teacher and Its Relationship With Student Motivation and Outcomes on Senior High School in Langkat Regency. Thesis. Medan: Chemistry Education Program Postgraduate, State University of Medan, 2012.

The purpose of this research are to find: (1) how the personality competence of chemistry teacher in Langkat Regency, (2) how the social competence of chemistry teacher in Langkat Regency (3) the relationship between the personality competence of chemistry teacher's with chemistry students outcomes, (4) the relationship between social competence of chemistry teacher’s with chemistry students outcomes, (5) the relationship between the personality competence of chemistry teacher's with motivation of learning chemistry students and (6) the relationship between the social competence of chemistry teacher's with motivation of learning chemistry students. The research population are all of Senior High School in Langkat Regency. The samples are 5 units Senior High School (State or Private) in Langkat Regency which takes by purposive sampling techniques. From these samples data obtained from teachers and students in XI Class. Research instrument are questioner, interviewer sheet and achievement test (multiple choice form) which has been valid. The social and personality competence data of chemistry teachers and student outcomes data analyzed by descriptive statistic technique. Meanwhile, the correlation product moment and linier regression was use to analyzed correlation between student’s perception for personality and social competence related to student outcomes and motivation in teaching chemistry. The results show: there is a relationship between the personality competence of chemistry teacher (X1) with the students outcomes in teaching chemistry (Y1); There is a relationship between social competence of chemistry teacher (X2) with the students outcomes in teaching chemistry (Y1); There is a relationship between the personality competence of chemistry teacher (X1) with the motivation of learning chemistry students (Y2); There is a relationship between social competence chemistry students (X2) with the motivation of learning chemistry students (Y2).


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala rahmat dan karunia-Nya yang memberikan penulis kesehatan dan kesempatan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu yang direncanakan. Tesis yang berjudul “Analisis Kompetensi Kepribadian dan Kompetensi Sosial Guru Kimia SMA serta Hubungannya dengan Motivasi dan Hasil Belajar Kimia Siswa di Kabuaten Langkat” disusun untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Kimia, Program Pascasarjana Unimed.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: Bapak Prof. Dr. Ramlan Silaban, M.Si sebagai Dosen Pembimbing I dan Ibu Dr. Iis Siti Jahro, M.Si sebagai Dosen Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis mulai dari perencanaan penelitian, pelaksanaan hingga penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih juga kepada: Bapak Prof. Dr. Albinus Silalahi, M.S, Bapak Dr. Eddiyanto, Ph.D dan Bapak Dr. Mahmud, M.Sc selaku Panitia Penguji yang telah banyak memberikan masukan dan saran-saran dalam penulisan tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Stabat, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Hinai, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Tanjung Pura, Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Babalan, dan Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Pangkalan Susu serta guru-guru yang telah banyak membantu penulis selama melakukan penelitian sehingga penelitian tesis ini dapat berjalan dengan lancer dan tepat waktu. Tak lupa juga kepada seluruh siswa kelas XI IPA yang menjadi sampel dalam penelitian ini.

Teristimewa ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Ayahanda B. Panjaitan dan Ibunda D. Sihombing tercinta yang penuh kasih memberikan pengorbanan baik dari materi, moril dan doa kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh keluarga yang telah banyak membantu baik dari segi dukungan, semangat dan doa kepada penulis. Terkasih untuk teman-teman seperjuangan, khususnya ka Afrida, ka Erna, Ka Fitri dan Bebec Amel, yang juga banyak memberikan semangat, dan doa bagi penulis untuk tetap tersenyum dalam penulisan tesis ini.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian tesis ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya tesis ini. Semoga kasih dan damai sejahtera dari Tuhan Yesus Kristus selalu menyertai kita semua. Akhir kata, kiranya isi tesis ini bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.


(7)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1 1.2. Identifikasi Masalah 7 1.3. Pembatasan Masalah 8 1.4. Rumusan Masalah 8 1.5. Tujuan Penelitian 9 1.6. Manfaat Penelitian 9 BAB II KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR

DAN HIPOTESIS PENELITIAN 10

2.1. Kerangka Teoritis 10 2.1.1. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 10 2.1.2. Kompetensi Guru 14 2.1.3. Proses Belajar Mengajar 30 2.1.4. Evaluasi Pembelajaran 33 2.1.5. Hakikat Motivasi Belajar Kimia 38 2.1.6. Materi Pelajaran Kimia Kelas XI Semester 2 39 2.2. Kerangka Konseptual 49 2.3. Hipotesis Penelitian 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 51

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 51 3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 51 3.3. Instrumen Pengumpul Data 52

3.3.1. Angket 52

3.3.2. Wawancara 54

3.3.3. Tes Hasil Belajar Siswa 55 3.4. Teknik Pengumpul Data 59 3.4.1. Teknik Persiapan 59 3.4.2. Teknik Pelaksanaan 59 3.5. Teknik Analisis Data 61


(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 65 4.1. Karakteristik Sekolah Sampel 54 4.2. Deskripsi Data Penelitian 55 4.2.1. Hasil Tes Belajar Kimia Siswa 55 4.2.2. Kompetensi Kepribadian Guru Kimia 57 4.2.3. Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi

Kepribadian Guru Kimia 61 4.2.4. Kompetensi Sosial Guru Kimia 65 4.2.5. Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Sosial

Guru Kimia 68

4.2.6. Motivasi Belajar Kimia Siswa 71 4.3. Hubungan Antara Kompetensi Guru dengan

Hasil Belajar dan Motivasi Siswa 72 4.3.1. Uji Persyaratan Analisis 72 4.3.2. Pengujian Hipotesis 73

4.4. Pembahasan 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 95

5.1. Kesimpulan 95

5.2. Saran 96


(9)

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 2.1 : Trayek Perubahan Warna 41 Tabel 2.2 : Perbedaan Larutan, Koloid dan Suspensi 47 Tabel 2.3 : Penggolongan Koloid 48 Tabel 3.1 : Kisi-kisi Instrumen Angket Untuk Guru 53 Tabel 3.2 : Kisi-kisi Instrumen Angket Untuk Siswa 53 Tabel 3.3 : Kisi-kisi Intrumen Motivasi Belajar Kimia 53 Tabel 3.4 : Kisi-kisi Instrumen Wawancara 54 Tabel 3.5 : Kisi-kisi Tes Hasil Belajar Kimia 55 Tabel 3.6 : Interpretasi dari Nilai r 64 Tabel 4.1 : Distribusi Skor Hasil Tes Siswa

di Kabupaten Langkat 67 Tabel 4.2 : Persentase Tingkat Kompetensi Kepribadian

Guru Kimia SMA di Kabupaten Langkat 69 Tabel 4.3 : Kategori Kompetensi Kepribadian Guru Kimia

SMA di Kabupaten Langkat 70 Tabel 4.4 : Persentase Tingkat Kompetensi Kepribadian

Guru Kimia SMA Negeri 1 Stabat 74 Tabel 4.5 : Persentase Tingkat Kompetensi Kepribadian

Guru Kimia SMA Negeri 1 Hinai 75 Tabel 4.6 : Persentase Tingkat Kompetensi Kepribadian

Guru Kimia SMA Negeri 1 Tanjung Pura 75 Tabel 4.7 : Persentase Tingkat Kompetensi Kepribadian

Guru Kimia SMA Negeri 1 Babalan 76 Tabel 4.8 : Persentase Tingkat Kompetensi Kepribadian

Guru Kimia SMA Negeri 1 Pangkalan Susu 77 Tabel 4.9 : Kompetensi Kepribadian Guru Kimia SMA

di Kabupaten Langkat 78 Tabel 4.10 : Persentase Tingkat Kompetensi Sosial

Guru Kimia SMA di Kabupaten Langkat 79 Tabel 4.11 : Kategori Kompetensi Sosial Guru Kimia

SMA di Kabupaten Langkat 80 Tabel 4.12 : Persentase Tingkat Kompetensi Sosial

Guru Kimia SMA Negeri 1 Stabat 83 Tabel 4.13 : Persentase Tingkat Kompetensi Sosial

Guru Kimia SMA Negeri 1 Hinai 84 Tabel 4.14 : Persentase Tingkat Kompetensi Sosial

Guru Kimia SMA Negeri 1 Tanjung Pura 84 Tabel 4.15 : Persentase Tingkat Kompetensi Sosial


(10)

Tabel 4.16 : Persentase Tingkat Kompetensi Sosial

Guru Kimia Pangkalan Susu 85 Tabel 4.17 : Kompetensi Sosial Guru Kimia SMA

di Kabupaten Langkat 86 Tabel 4.18 : Persentase Motivasi Belajar Kimia Siswa SMA

di Kabupaten Langkat 87 Tabel 4.19 : Ringkasan Hasil Perhitungan Normalitas Data 89 Tabel 4.20 : Ringkasan Hasil Perhitungan Homogenitas Data 89 Tabel 4.21 : Korelasi Pearson Product Moment 90


(11)

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 3.1 : Prosedur Penelitian 60 Gambar 4.1 : Grafik Hasil Tes Belajar Kimia Siswa

di Kabupaten Langkat 68 Gambar 4.2 : Tingkat Kompetensi Kepribadian Guru Kimia

SMA di Kabupaten Langkat 70 Gambar 4.3 : Kategori Kepribadian yang Mantap dan Stabil 71 Gambar 4.4 : Kategori Kepribadian yang Dewasa 71 Gambar 4.5 : Kategori Kepribadian yang Arif dan Bijaksana 72 Gambar 4.6 : Kategori Kepribadian yang Berwibawa 72 Gambar 4.7 : Kategori Kepribadian yang Berakhlak Mulia 73 Gambar 4.8 : Kompetensi Kepribadian Guru Kimia SMA

di Kabupaten Langkat 78 Gambar 4.9 : Tingkat Kompetensi Sosial Guru Kimia SMA

di Kabupaten Langkat 80 Gambar 4.10 : Tingkat Hubungan Guru dengan Siswa 81 Gambar 4.11 : Tingkat Hubungan Guru dengan Sesama Guru 82 Gambar 4.12 : Tingkat Hubungan Guru dengan Masyarakat 82 Gambar 4.13 : Kompetensi Sosial Guru Kimia SMA

di Kabupaten Langkat 86 Gambar 4.14 : Persentase Motivasi Belajar Kimia Siswa SMA


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal Lampiran 1 : Tes Hasil Belajar Kimia 103 Lampiran 2 : Instrumen Angket Guru 110 Lampiran 3 : Instrumen Angket Siswa 114 Lampiran 4 : Instrumen Angket Motivasi Belajar Siswa 118 Lampiran 5 : Instrumen Wawancara 122 Lampiran 6 : Validitas Tes Hasil Belajar 125 Lampiran 7 : Hasil Analisa Data Uji Validitas Tes Hasil Belajar

Kimia Siswa 127

Lampiran 8 : Tingkat Kesukaran Soal 129 Lampiran 9 : Hasil Analisa Data Tingkat Kesukaran Tes

Hasil Belajar Kimia Siswa 131 Lampiran 10 : Daya Beda Soal 133 Lampiran 11 : Hasil Analisa Data Daya Beda Hasil Belajar

Kimia Siswa 135

Lampiran 12 : Tes Hasil Belajar yang Telah Dibagi Dua 137 Lampiran 13 : Tabulasi Data Reliabilitas Tes 141 Lampiran 14 : Normalitas Tes Hasil Belajar Kimia Siswa 143 Lampiran 15 : Uji Homogenitas 145 Lampiran 16 : Regresi Linier Sederhana Terhadap Tes Hasil

Belajar Kimia Siswa 146 Lampiran 17 : Tabulasi Angket Kompetensi Kepribadian

Guru Kimia 158

Lampiran 18 : Tabulasi Angket Kompetensi Sosial Guru Kimia 161 Lampiran 19 : Tabulasi Data Kategori Kompetensi Kepribadian

dan Kompetensi Sosial Guru Kimia 163 Lampiran 20 : Tabulasi Angket Siswa 164 Lampiran 21 : Tabulasi Angket Motivasi Belajar Kimia Siswa 166 Lampiran 22 : Analisis Angket Persepsi Siswa Terhadap

Kompetensi Kepribadian Guru Kimia 168 Lampiran 23 : Analisis Angket Persepsi Siswa Terhadap

Kompetensi Sosial Guru Kimia 178 Lampiran 24 : Tabulasi Data Motivasi Belajar Kimia Siswa


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah proses pelatihan dan pengembangan pengetahuan, ketrampilan, pikiran, karakter khususnya lewat sekolah formal (Sagala, 2007). Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat kompleks dan berjangka panjang, dimana berbagai aspek yang tercakup dalam proses tersebut saling berkaitan satu sama lain sehingga terwujud manusia yang memiliki nilai hidup, pengetahuan hidup dan ketrampilan hidup. Pendidikan bertugas mengembangkan kesadaran dan tanggung jawab setiap warga negara menjadi sumber daya manusia yang siap bersaing di dalam kehidupan bermasyarakat dan kehidupan global. Peningkatan sumber daya manusia merupakan persyaratan mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Oleh karena itu, kualitas pendidikan harus menjadi perhatian dan sektor utama dalam proses pembangunan bangsa (Mulyasa, 2006).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan kurikulum yang memfokuskan pada kompetensi tertentu, yang berupa pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang utuh dan terpadu serta dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud hasil belajar. Penerapan KTSP memungkinkan para guru untuk merencanakan, melaksanakan, dan menilai kurikulum serta hasil belajar peserta didik dalam mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar, sebagai cerminan penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang telah dipelajari. Oleh karena itu, peserta didik perlu mengetahui kriteria pencapaian kompetensi yang akan dijadikan standar penilaian hasil belajar, sehingga peserta didik dapat mempresentasikan diri melalui penguasaan terhadap sejumlah kompetensi sebagai prasyarat melanjutkan penguasaan kompetensi selanjutnya (Mulyasa, 2007).

KTSP merupakan paradigma baru pengembangan kurikulum yang memberikan otonomi luas pada setiap pendidikan dan pelibatan masyarakat dalam rangka mengaktifkan proses belajar mengajar di sekolah. Otomoni ini diberikan agar setiap satuan pendidikan dan sekolah memiliki keleluasan dalam mengelola


(14)

kebutuhan serta lebih tanggap terhadap kebutuhan setempat (Hanafie dalam Murniaty, 2009). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Murniaty dalam pengembangan silabus sesuai otonomi, 61,11% guru kimia telah mengembangkan semua komponen silabus tetapi hanya 5,55% saja guru kimia yang mengembangkan silabus berdasarkan karakteristik siswa dan kondisi sekolah tanpa memberdayakan potensi daerah (Murniaty, 2009).

Pengembangan proses dan kualitas pendidikan erat kaitannya dengan kinerja guru, dimana guru mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan bidang pendidikan sehingga perlu dikembangkan profesi guru yang bermartabat. Guru sebagai pendidik merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam setiap upaya peningkatan kualitas pendidikan. Banyak penelitian yang telah dilakukan mengenai metode, pendekatan maupun penggunaan media yang diterapkan dalam mengajar ilmu kimia. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sitorus L menerangkan bahwa penggunaan multimedia dalam pembelajaran dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa sebesar 68,05% (Sitorus, 2010)

Hal ini juga diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Iis Siti Jahro yang menyatakan bahwa penggunaan desain praktikum alternatif sederhana (PAS) sebagai wujud kreatifitas guru kimia dalam pelaksanaan kegiatan praktikum pada pembelajaran kimia dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa yaitu sesebar 81,6% (Jahro, I.S, 2009). Senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Barney Dalgarno dan Andrea G. Bishop dengan topik effectiveness of virtual laboratory as a preparatory resource for distance educational chemistry students memberikan hasil yang meningkat pada siswa yang diberikan pengajaran dengan virtual laboratorium sebesar 71% (Dalgarno, 2009). Shachar dalam penelitiannya Cooperative Learning and The Achievement of Motivation And Perceptions of Students in 11th Grade Chemistry Classes memberikan hasil bahwa 41,7% siswa lebih tertarik untuk menggunakan metode baru dalam pembelajaran kimia (Shachar,


(15)

sehat jasmani dan rohani serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Beranjak dari Standar Nasional Pendidikan diatas, maka dalam Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Akademik dan Kompetensi Guru dipaparkan bahwa kualifikasi akademik adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Sedangkan kompetensi merupakan satu kesatuan utuh yang menggambarkan potensi, pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang berkaitan dengan profesi tertentu yang berhubungan dengan bagian-bagian yang dapat diaktualisasikan dan diwujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi tertentu.

Lebih lanjut dipaparkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 bahwa standar kompetensi guru ini dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. Permasalahan kualitas guru dalam proses pembelajaran semakin rumit, jika dilihat dari kompetensi yang dimiliki oleh guru tersebut. Saragih menjelaskan dalam penelitiannya bahwa kompetensi minimal seorang guru adalah menguasai ketrampilan mengajar seperti, membuka dan menutup pelajaran, bertanya, memberi penguatan dan mengadakan variasi mengajar (Saragih, 2008).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Juwitaningsih dan Sitorus R bahwa analisis kompetensi profesional guru kimia bersertifikat pendidik memberikan pengaruh sebesar 69,4% dan kompetensi pedagogik sebesar 67,5% di kabupaten Deli Serdang (Juwitaningsih, 2010). Hal ini diperkuat juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramlan Silaban dan Jesika Sibarani bahwa kompetensi guru kimia memberikan hasil yang positif sebesar 51,06% dalam meningkatkan hasil belajar kimia siswa kelas XI IPA SMA di Labuhan Batu (Silaban R, 2009). Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Rabiyatul Siregar bahwa analisis kompetensi pedagogik guru kimia tidak


(16)

Guru merupakan elemen kunci dalam sistem pendidikan, khususnya di sekolah. Komponen-komponen lain seperti kurikulum, sarana-prasarana, biaya dan sebagainya tidak akan memberikan arti apabila esensi pembelajaran yang terletak pada interaksi guru dengan peserta didik tidak berkualitas. Menciptakan seorang guru yang kompeten tidaklah pekerjaan mudah, diperlukan waktu yang lama agar setiap guru memiliki kompetensi yang harus dicerminkan dalam sikap, pola dan tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Guru yang kompeten harus memiliki kesiapan mengajar, misalnya menyiapkan silabus, hingga rencana pelaksanaan pembelajaran. Selain itu pula, guru harus mampu berinteraksi dengan peserta didik dalam proses belajar mengajar dengan menguasai bahan pelajaran dan dapat menggunakan media sesuai dengan metode yang bervariasi.

Seorang guru harus mampu memberikan motivasi belajar yang tepat kepada siswa agar siswa tertarik dan bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adi Syahputra bahwa pengaruh motivasi belajar terhadap keberhasilan belajar pada mata pelajaran kimia melalui project based learning menggunakan media internet di SMP memberikan peningkatan hasil belajar siswa sebesar 77,84% (Syahputra A, 2009). Chin-Chiang Wang dalam penelitiannya A Case Study of An Affective Education Course in Taiwan memaparkan bahwa ada tiga tingkatan dalam implementasi pendidikan yang efektif yaitu classroom in/out level, school/family level and society/culture level (Wang C-C, 2010). Ditambahkan oleh Henning dalam penelitiannya Using Technical Writing and Science to Make Connections Among Disciplines and Communities bahwa penggunaan tehnik menulis dan ilmu pendidikan dapat meningkatkan hubungan dan respon yang positif antara disiplin dan komunikasi dalam proses pembelajaran (Henning, 2008)

Kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana


(17)

masih mengalami kesulitan dalam mengikuti pembelajaran kimia. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman pendidikan yang dihadapi guru kimia di SMA adalah kebanyakan siswa menganggap mata pelajaran kimia sebagai mata pelajaran sulit sehingga siswa sudah terlebih dahulu merasa kurang mampu untuk mempelajarinya (Situmorang, 2001). Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor misalnya, penyajian materi kimia yang kurang menarik dan membosankan sehingga membuat siswa kurang memahami konsep-konsep dasar kimia (Rini, 2006).

Kesulitan mempelajari kimia ini terkait dengan ciri khas ilmu kimia itu sendiri yang oleh Kean dan Middlecamp dalam Masbulan menjelaskan bahwa sebagian besar materi kimia bersifat abstrak. Ilmu kimia merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya, sifatnya selalu berkembang dengan cepat bahkan dalam ilmu kimia tidak hanya memecahkan soal-soal melainkan harus mempelajari deskripsi seperti fakta kimia, aturan-aturan kimia, istilah-istilah kimia dan lain sebagainya (Masbulan, 2010). Selain bahan yang dipelajari sangat banyak, kemampuan guru untuk menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran kimia ini terkesan monoton dan tidak diperkaya dengan hal-hal baru yang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran,sehingga siswa cenderung hanya menerima dan menghapal konsep yang diberikan tanpa mengetahui hubungan antara pengetahuan yang diperoleh dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam memecahkan masalah yang ada disekitarnya (Angelina, 2010).

Melihat besarnya peranan ilmu kimia dalam kehidupan manusia, tuntutan yang muncul untuk guru kimia adalah bagaimana guru dapat membelajarkan siswa sehingga pembelajaran kimia menjadi bermakna dengan didasarkan pada pilar-pilar belajar (learning to know, learning to do, learning to be, and learning to live together) dan pembelajaran yang sesuai konteksnya dengan kehidupan alam, realistik serta menerapkan penilaian (assesmen) berbasis kompetensi. Berdasarkan pengamatan di lapangan, hingga saat ini masih banyak guru kimia yang belum optimal dalam melaksanakan tugasnya mengelola pembelajaran. Tidak sedikit pula guru kimia yang belum dapat menumbuhkan minat belajar siswa, bagaimana


(18)

menyederhanakan konsep-konsep dan hukum-hukum kimia agar lebih mudah dipelajari siswa.

Dalam rangka peningkatan pengetahuan dan ketrampilan guru pada penyelenggaraan proses belajar mengajar, pemerintah telah banyak melakukan upaya dengan jalan penataran, pelatihan maupun peningkatan pendidikan guru. Walaupun demikian, masih banyak permasalahan tentang rendahnya mutu guru, sehingga dirasa masih perlu dilakukan upaya berkelanjutan guna mendorong peningkatan kompetensi yang dimiliki guru. Permasalahan tentang rendahnya mutu guru ini dikarenakan selama ini perbaikan dalam proses belajar mengajar yang dilakukan hanya sebatas pengembangan media, strategi maupun metode tanpa melihat kepribadian guru itu sendiri. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kuriawan bahwa kepribadian guru memberikan pengaruh sebesar 51,54% dan motivasi belajar memberikan pengaruh sebesar 48,46% terhadap peningkatan prestasi belajar PKn pada siswa kelas X SMK Negeri 1 Surakarta tahun pelajaran 2007/2008 (Kurniawan, 2008). Agustina dkk juga memaparkan bahwa kecerdasan emosional guru di SMA Negeri 17 Medan memberikan pengaruh sebesar 34,16% pada pembelajaran kimia (Agustina, 2009).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pulungan menjelaskan bahwa analisis kompetensi guru pascapendidikan dan pelatihan guru mata pelajaran kimia tingkat Madrasah Aliyah memberikan kontribusi sebesar 77,5% dalam pemahaman peserta didik dan pengembangan potensi diri siswa (Pulungan, 2009). Dipaparkan lebih jelas oleh Lubis bahwa kondisi kecerdasan emosional guru kimia SMA di kota Medan cukup tinggi, hal ini tercermin dari kompetensi mengajar guru yang berlandaskan kecerdasan emosional tersebut (Lubis, 2007). Senada dengan Lubis, Fauziah memberikan hasil bahwa guru kimia Madrasah Aliyah di kota Medan memiliki kecerdasan emosional yang baik yaitu sebesar 89,9% dan guru kimia cenderung melibatkan kecerdasan emosional dalam pembelajaran kimia dengan


(19)

tepat dan persiapan mengajar guru yang dapat membantu siswa untuk mengatasi perbedaan yang mencolok antara praktek dan teori yang diberikan (Kit Fong Ma, 2008).

Meskipun sudah banyak penelitian yang telah dilakukan dalam peningkatan kompetensi guru sebagai upaya meningkatkan hasil belajar, baik dari kompetensi pedagogik maupun kompetensi profesional seorang guru, namun hingga kini tentang kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial guru belum banyak diteliti dan dikaji. Berdasarkan latar belakang inilah, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ Analisis Kompetensi Kepribadian Dan Kompetensi Sosial Guru Kimia SMA Serta Hubungannya Dengan Motivasi dan Hasil Belajar Kimia Siswa Di Kabupaten Langkat”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas, diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: (1) kesulitan apa yang dialami guru kimia dalam proses belajar mengajar? (2) apakah guru masih mengalami kesulitan dalam penguasaan materi khususnya materi kimia? (3) apakah guru kimia mengalami kesulitan dalam mempersiapkan administrasi mengajar? (4) apakah guru kimia mengalami kesulitan dalam membangkitkan minat belajar siswa? (5) apakah ada hubungan kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial guru kimia dengan pencapaian hasil belajar kimia siswa? (6) para siswa menganggap bahwa mata pelajaran kimia sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan.


(20)

1.3. Pembatasan Masalah

Bertitik tolak dari uraian di atas, maka peneliti membatasi permasalahan dalam penelitian ini terkait dengan keterbatasan kemampuan peneliti. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Penelitian dilakukan pada siswa dan guru kelas XI IPA SMA berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

2. Penelitian ini dibatasi untuk mengetahui sejauh mana hubungan kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial guru kimia yang mengajar di kelas XI IPA terhadap peningkatan hasil belajar dan motivasi belajar kimia siswa.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana Kompetensi Kepribadian guru kimia SMA di Kabupaten Langkat ?

2. Bagaimana Kompetensi Sosial guru kimia SMA di Kabupaten Langkat? 3. Apakah terdapat hubungan antara Kompetensi Kepribadian guru kimia

dengan hasil belajar kimia siswa SMA di Kabupaten Langkat ?

4. Apakah terdapat hubungan antara Kompetensi Sosial guru kimia dengan hasil belajar kimia siswa SMA di Kabupaten Langkat ?

5. Apakah terdapat hubungan antara Kompetensi Kepribadian guru kimia dengan motivasi belajar kimia siswa SMA di Kabupaten Langkat ?

6. Apakah terdapat hubungan antara Kompetensi Sosial guru kimia dengan motivasi belajar kimia siswa SMA di Kabupaten Langkat ?


(21)

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Kompetensi Kepribadian guru kimia SMA di Kabupaten Langkat 2. Kompetensi Sosial guru kimia SMA di Kabupaten Langkat

3. Hubungan antara Kompetensi Kepribadian guru kimia dengan hasil belajar kimia siswa

4. Hubungan antara Kompetensi Sosial guru kimia dengan hasil belajar kimia siswa

5. Hubungan antara Kompetensi Kepribadian guru kimia dengan motivasi belajar kimia siswa

6. Hubungan antara Kompetensi Sosial guru kimia dengan motivasi belajar kimia siswa

1.6. Manfaat Penelitian

Informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat kepada :

1. Peneliti, untuk memperoleh pengalaman langsung menganalisis kesiapan seorang guru dalam proses belajar mengajar yang sangat diperlukan sebagai langkah awal menjadi guru yang profesional.

2. Para guru, sebagai masukan dalam rangka mengupayakan proses pembelajaran kimia yang lebih inovatif dan menarik.

3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti kesiapan guru dalam mengajar.

4. Menambah informasi ilmiah bagi semua pihak yang terkait dalam bidang pendidikan dalam rangka menumbuhkembangkan budaya ilmiah.


(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kompetensi kepribadian guru kimia SMA di Kabupaten Langkat yang mencerminkan kepribadian yang mantap dan stabil termasuk kategori baik (80.53%), sedangkan yang mencerminkan kepribadian yang dewasa termasuk dalam kategori sangat baik (82.67%). Guru kimia SMA di Kabupaten Langkat yang mencerminkan kepribadian yang arif dan bijaksana termasuk dalam kategori sangat baik (83%), guru kimia yang mencerminkan kepribadian yang berwibawa tergolong kategori baik (74.50%) dan guru kimia yang mencerminkan kepribadian yang berahklak mulia termasuk kategori baik (79.72%).

2. Kompetensi social guru kimia SMA di Kabupaten Langkat dilihat dari hubungan guru dengan siswa termasuk kategori baik (76.81%), interaksi hubungan guru dengan sesame guru termasuk dalam kategori baik (77.92%), dan hubungan guru dengan masyarakat termasuk dalam kategori baik (68.08%).

3. Terdapat hubungan yang positif antara persepsi siswa terhadap kompetensi kepribadian guru kimia dengan hasil belajar kimia siswa SMA di Kabupaten Langkat.

4. Terdapat hubungan yang positif antara persepsi siswa terhadap kompetensi sosial guru kimia dengan hasil belajar kimia siswa SMA di Kabupaten


(23)

6. Terdapat hubungan yang positif antara persepsi siswa terhadap kompetensi sosial guru kimia dengan motivasi belajar kimia siswa SMA di Kabupaten Langkat.

5.2. Saran

Berdasarkan uraian yang dipaparkan dalam kesimpulan, maka peneliti mengemukakan beberapa saran, antara lain:

1. Kepada guru-guru kimia SMA di Kabupaten Langkat perlu diberikan pelatihan dalam pengembangan kepribadian yang lebih kompeten dan perlu dikembangkan lagi hubungan sosial yang terjalin baik antar siswa, guru maupun masyarakat khususnya.

2. Kepada guru dan calon guru agar dapat meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dalam kepribadian dan hubungan social di kehidupan sehari-hari pada umumnya dan lingkungan sekolah pada khususnya agar dapat meningkatkan hasil belajar dan motivasi siswa untuk belajar kimia.

3. Kepada peneliti selanjutnya yang penelitiannya berhubungan dengan analisis kompetensi kepribadian dan kompetensi social guru kimia, sebaiknya tidak hanya dilakukan dengan instrumen angket dan wawancara kepada guru dan siswa, akan tetapi untuk memperoleh data yang lebih akurat sebaiknya instrumen ditambah dengan observasi secara langsung.


(24)

DAFTAR PUSTAKA

Agustina. (2009). Kecerdasan Emosional Guru Kaitannya Dengan Aktifitas Kompetensi Guru Pada Pembelajaran Kimia. Jurnal Pendidikan Kimia. 1(2):14-19:2085-3653.

Akbar, S. (1991). Penggunaan Alat Peraga Dalam Pengajaran Matematika di Sekolah Dasar. Jakarta: Penataran penyiapan Calon Penatar (CPC) Dosen PGSD-D II.

Angelina. (2010). Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa SMA Swasta Gajah Mada Medan. Thesis. Medan: Program Pascasarjana Unimed.

Arikunto, S. (2003). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Ayu, D. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Universitas Negeri Malang. http://ventidanokarsa.blogspot.com/2009/05/evaluasi-pembelajaran.html (diakses tanggal 20 Januari 2012)

Barinto. (2011). Hubungan Kompetensi Guru dan Supervisi Akademik Dengan Kinerja Guru SMP Negeri Se-kecamatan Percut sei Tuan. Thesis. Medan: Program Pascasarjana Unimed.

Banurea, H. M. (2009). Penggunaan Software Visio Dalam Pembelajaran Berbasis Masalah Pada Pokok Bahasan Hidrokarbon Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Di SMA Negeri 9 Medan. Thesis. Medan: Program Pascasarjana Unimed.

Dalgarno, B. and Andrea G. B. (2009). Effectiveness of a Virtual Laboratory as a Preparatory Resource For Distance Education Chemistry Students. Journal Computers and Education. 53(2009):853-865.


(25)

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Standar Kompetensi Guru. Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Pengembangan Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Direktorat Jendral Dikdasmen.

Dewi, S. R. (2011). Inovasi Tanpa Batas Guru Kimia SMA Kelas X, XI, XII. Yogyakarta: Kendi Media Mas.

Eka Putra, K. (2011). Evaluasi Pembelajaran.

http://kumpulanmakalahdanartikelpendidikan.blogspot.com/2011/01/e valuasi-pembelajaran.html (diakses tanggal 10 Januari 2012)

Fitrianus. (2008). Kompetensi Profesional. www.tarakan.go.id (diakses tanggal 10 Januari 2012)

Fauziah. (2008). Kontribusi Kecerdasan Emosional Terhadap Kompetensi Mengajar Guru Kimia Madrasah Aliyah di Kota Medan. Thesis. Medan: Program Pascasarjana.

Henning, T. B and Desy, E. A. (2008). Museum Exhibits and Science Literacy: Using Technical Writing and Science to Make Connections Among Disciplines and Communities. The Journal of Effective Teaching. 8(2):40-49.

Jahro, I. S. (2009). Desain Praktikum Alternatif Sederhana (PAS) Wujud Kreatifitas Guru Dalam Pelaksanaan Kegiatan Praktikum Pada Pembelajaran Kimia. Jurnal Pendidikan Kimia. 1(2):44-47:2085-3653.

Juwitaningsih, T. dan Sitorus, R. (2010). Analisis Kompetensi Profesional dan Pedagogik Guru Kimia Bersertifikat Pendidik di Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Pendidikan Kimia. 2(2):16-25:2085:3653.

King Fong Ma, A. (2008). An Investigation of Student Teachers’ Attitudes to The Use of Media Triggered Problem Based Learning. Australian Journal of Educational Technology. 24(3): 311-325

Kunandar. (2007). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


(26)

Kurniawan, T. D. (2008). Pengaruh Persepsi Siswa mengenai Kepribadian Guru dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Pkn pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2007/2008. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Lubis, S.Y,. (2007). Kecerdasan Emosional Sebagai Landasan Kompetensi Mengajar Guru Kimia SMA di Kota Medan. Thesis. Medan: Program Pascasarjana.

Mahmuddin. (2008). Kompetensi Pedagogik Guru Indonesia. http://mahmuddin.wordpress.com (diakses tanggal 15 Januari 2012) Masbulan. (2010). Pengaruh Penggunaan Media Hypertext Dalam Pembelajaran

Inkuiri Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Pokok Bahasan Sifat Koligatif Larutan. Thesis. Medan: Program Pascasarjana Unimed.

Mulyasa, E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2006). Standar Kompetensi Guru dan Sertifikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muslich, M. (2008). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

Muslich, M. (2009). KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution, A. (2005). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Panjaitan, J. Y. (2010). Diagnosa Kesulitan Belajar Kimia Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Babalan Pangkalan Berandan Pada Pokok Bahasan Termokimia. Skripsi. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.


(27)

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. www.hukumonline.com (diakses tanggal 25 Januari 2012)

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. www.hukumonline.com (diakses tanggal 25 Januari 2012)

Pulungan, I. (2009). Analisis Kompetensi Guru Pasca Pendidikan dan Pelatihan Guru Mata Pelajaran Kimia Tingkat Madrasah Aliyah Se-Sumatera Utara. Thesis: Program Pascasarjana Unimed.

Rasto. (2008). Kompetensi Guru. Universitas Pendidikan Indonesia: Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran. http://rasto.wordpress.com (diakses tanggal 20 Januari 2012)

Rohman, A. (2009). Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: LaksBang Mediatama.

Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta: Bandung.

Sagala, S. (2007). Managemen Stategi Peningkatan Mutu Pendidikan. Jakarta: Alfabeta.

Sagala, S. (2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, W. (2010). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Saragih, A. H. (2008). Kompetensi Minimal Seorang Guru Dalam Mengajar. Tabularasa. Jurnal Pendidikan PPS Unimed. 05(1): 23-34:1693-7732.


(28)

Saylor, JG and Alexander, W.M. (1956). Curriculum Planning. New York: Rinehart.

Shachar, H. and Shlomit F. (2004). Cooperative Learning and The Achievement of Motivation And Perceptions of Students in 11th Grade Chemistry Classes. Journal Learning and Instruction. 14(04):69-87. www.elsevier.com/locate/learninstruc. (diakses tanggal 12 November 2011).

Siagian, R. (2006). Diagnosa Kesulitan Belajar Kimia Siswa Kelas X SMAN 3 Medan Pada Pokok Bahasan Perhitungan Kimia. Skripsi. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.

Silaban, R. dan Sibarani, J. (2009). Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Guru Kimia dan Hubungannya Dengan Hasil Belajar Kimia Kelas XI-IPA SMA di Kabupaten Labuhan Batu. Jurnal Pendidikan Kimia. 1(2) :20-28:2085:3653.

Simorangkir, M., Ningsih, J., dan Nurfajriani.. (2009). Analisis Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada Pembelajaran Kimia di Sekolah Mitra PPL Universitas Negeri Medan. Jurnal Pendidikan Kimia. 1(2):5-13:2085-3653.

Sinaga, R. (2008). Hubungan Pemahaman Kurikulum 2006 (KTSP) dan Kompetensi Profesional Dengan Mutu Pembelajaran Guru SMA Negeri di Kota Medan. Thesis. Medan: Program Pascasarjana Unimed.

Siregar, R. (2011). Analisis Kompetensi Pedagogik Guru Kimia SMA dan Hubungannya Dengan hasil Belajar Kimia Siswa di Kota Padangsidimpuan. Thesis. Medan: Program pascasarjana Unimed. Sitorus, L., dan Sinaga, R. (2010). Penggunaan Multimedia Pengajaran Untuk

Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa Pada Pengajaran Ikatan Ion. Jurnal Pendidikan Kimia. 2(2):9-15:2085-3653.


(29)

Slamet, PH. (2006). Menuju Pengelolaan Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.

Soedijarto. (1991). Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang Abad XXI. Jakarta: Grasindo.

Sudjana. (1992). Metode Statistik. Bandung: Tarsito.

Sudrajat, A. (2008). Kompetensi Guru dan Peran Kepala Sekolah. http://akhmadsudrajat.wordpress.com (diakses tanggal 15 Januari 2012)

Sudrajat, H. (2004). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Cipta Cekas Grafika.

Sukmadinata, N.S. (1997). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sutrisno. (2011). Hubungan Kompetensi Guru Dengan Kualitas Pembelajaran Sekolah Menengah Atas Negeri Kota Medan. Thesis. Medan: Program Pascasarjana Unimed.

Suyanto dan Hisyam, D. (2000). Refleksi dan Reformasi Pendidikan Indonesia Memasuki Milenium III. Yogyakarta: Adi Cipta.

Syah, M. (2003). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syahputra, A. (2009). Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Keberhasilan Belajar Pada Mata Pelajaran Kimia Melalui Project Based Learning Menggunakan Media Internet Di SMP. Thesis. Medan: Program Pascasarjana Unimed.

Umar, H. (1996). Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Thesis Bisnis. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. www.hukumonline.com (diakses tanggal 25 Januari 2012)


(30)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. www.hukumonline.com. (diakses tanggal 25 Januari 2012)

Usman, U. (1995). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Usman, U. (2006). Pengantar Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.

Wakhinuddin, S. (2010). Prinsip-Prinsip Evaluasi Dalam Pembelajaran.

http://wakhinuddin.wordpress.com/2010/01/13/prinsip-prinsip-evaluasi-dalam-pembelajaran/

Wang, C-C and Ku, H-Y. (2010). A Case Study of An Affective Education Course in Taiwan. Educational Tech Research Dev. 58: 613-628.


(1)

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Standar Kompetensi Guru. Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Pengembangan Kurikulum Berbasis

Kompetensi. Direktorat Jendral Dikdasmen.

Dewi, S. R. (2011). Inovasi Tanpa Batas Guru Kimia SMA Kelas X, XI, XII. Yogyakarta: Kendi Media Mas.

Eka Putra, K. (2011). Evaluasi Pembelajaran.

http://kumpulanmakalahdanartikelpendidikan.blogspot.com/2011/01/e valuasi-pembelajaran.html (diakses tanggal 10 Januari 2012)

Fitrianus. (2008). Kompetensi Profesional. www.tarakan.go.id (diakses tanggal 10 Januari 2012)

Fauziah. (2008). Kontribusi Kecerdasan Emosional Terhadap Kompetensi Mengajar Guru Kimia Madrasah Aliyah di Kota Medan. Thesis. Medan: Program Pascasarjana.

Henning, T. B and Desy, E. A. (2008). Museum Exhibits and Science Literacy: Using Technical Writing and Science to Make Connections Among Disciplines and Communities. The Journal of Effective Teaching. 8(2):40-49.

Jahro, I. S. (2009). Desain Praktikum Alternatif Sederhana (PAS) Wujud Kreatifitas Guru Dalam Pelaksanaan Kegiatan Praktikum Pada Pembelajaran Kimia. Jurnal Pendidikan Kimia. 1(2):44-47:2085-3653.

Juwitaningsih, T. dan Sitorus, R. (2010). Analisis Kompetensi Profesional dan Pedagogik Guru Kimia Bersertifikat Pendidik di Kabupaten Deli Serdang. Jurnal Pendidikan Kimia. 2(2):16-25:2085:3653.

King Fong Ma, A. (2008). An Investigation of Student Teachers’ Attitudes to The Use of Media Triggered Problem Based Learning. Australian Journal of Educational Technology. 24(3): 311-325

Kunandar. (2007). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


(2)

Kurniawan, T. D. (2008). Pengaruh Persepsi Siswa mengenai Kepribadian Guru dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Pkn pada Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2007/2008. Skripsi. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Lubis, S.Y,. (2007). Kecerdasan Emosional Sebagai Landasan Kompetensi Mengajar Guru Kimia SMA di Kota Medan. Thesis. Medan: Program Pascasarjana.

Mahmuddin. (2008). Kompetensi Pedagogik Guru Indonesia. http://mahmuddin.wordpress.com (diakses tanggal 15 Januari 2012) Masbulan. (2010). Pengaruh Penggunaan Media Hypertext Dalam Pembelajaran

Inkuiri Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Pokok Bahasan Sifat Koligatif Larutan. Thesis. Medan: Program Pascasarjana Unimed.

Mulyasa, E. (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2006). Standar Kompetensi Guru dan Sertifikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muslich, M. (2008). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

Muslich, M. (2009). KTSP Dasar Pemahaman dan Pengembangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Nasution, A. (2005). Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Panjaitan, J. Y. (2010). Diagnosa Kesulitan Belajar Kimia Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Babalan Pangkalan Berandan Pada Pokok Bahasan Termokimia. Skripsi. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Akademik dan Kompetensi Guru. www.hukumonline.com (diakses tanggal 25 Januari 2012)


(3)

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. www.hukumonline.com (diakses tanggal 25 Januari 2012)

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. www.hukumonline.com (diakses tanggal 25 Januari 2012)

Pulungan, I. (2009). Analisis Kompetensi Guru Pasca Pendidikan dan Pelatihan Guru Mata Pelajaran Kimia Tingkat Madrasah Aliyah Se-Sumatera Utara. Thesis: Program Pascasarjana Unimed.

Rasto. (2008). Kompetensi Guru. Universitas Pendidikan Indonesia: Program Studi Pendidikan Manajemen Perkantoran. http://rasto.wordpress.com (diakses tanggal 20 Januari 2012)

Rohman, A. (2009). Memahami Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: LaksBang Mediatama.

Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta: Bandung.

Sagala, S. (2007). Managemen Stategi Peningkatan Mutu Pendidikan. Jakarta: Alfabeta.

Sagala, S. (2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sanjaya, W. (2010). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Saragih, A. H. (2008). Kompetensi Minimal Seorang Guru Dalam Mengajar. Tabularasa. Jurnal Pendidikan PPS Unimed. 05(1): 23-34:1693-7732.


(4)

Saylor, JG and Alexander, W.M. (1956). Curriculum Planning. New York: Rinehart.

Shachar, H. and Shlomit F. (2004). Cooperative Learning and The Achievement of Motivation And Perceptions of Students in 11th Grade Chemistry Classes. Journal Learning and Instruction. 14(04):69-87. www.elsevier.com/locate/learninstruc. (diakses tanggal 12 November 2011).

Siagian, R. (2006). Diagnosa Kesulitan Belajar Kimia Siswa Kelas X SMAN 3 Medan Pada Pokok Bahasan Perhitungan Kimia. Skripsi. Medan: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unimed.

Silaban, R. dan Sibarani, J. (2009). Persepsi Siswa Terhadap Kompetensi Guru Kimia dan Hubungannya Dengan Hasil Belajar Kimia Kelas XI-IPA SMA di Kabupaten Labuhan Batu. Jurnal Pendidikan Kimia. 1(2) :20-28:2085:3653.

Simorangkir, M., Ningsih, J., dan Nurfajriani.. (2009). Analisis Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada Pembelajaran Kimia di Sekolah Mitra PPL Universitas Negeri Medan. Jurnal Pendidikan Kimia. 1(2):5-13:2085-3653.

Sinaga, R. (2008). Hubungan Pemahaman Kurikulum 2006 (KTSP) dan Kompetensi Profesional Dengan Mutu Pembelajaran Guru SMA Negeri di Kota Medan. Thesis. Medan: Program Pascasarjana Unimed.

Siregar, R. (2011). Analisis Kompetensi Pedagogik Guru Kimia SMA dan Hubungannya Dengan hasil Belajar Kimia Siswa di Kota Padangsidimpuan. Thesis. Medan: Program pascasarjana Unimed. Sitorus, L., dan Sinaga, R. (2010). Penggunaan Multimedia Pengajaran Untuk

Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar Siswa Pada Pengajaran Ikatan Ion. Jurnal Pendidikan Kimia. 2(2):9-15:2085-3653.

Situmorang, M. dan Yusfiani, M. (2006). Analisis Kesulitan Pembelajaran Kimia di SMA Kota Medan. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains. 1(1) :21-29.


(5)

Slamet, PH. (2006). Menuju Pengelolaan Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.

Soedijarto. (1991). Mencari Strategi Pengembangan Pendidikan Nasional Menjelang Abad XXI. Jakarta: Grasindo.

Sudjana. (1992). Metode Statistik. Bandung: Tarsito.

Sudrajat, A. (2008). Kompetensi Guru dan Peran Kepala Sekolah. http://akhmadsudrajat.wordpress.com (diakses tanggal 15 Januari 2012)

Sudrajat, H. (2004). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Cipta Cekas Grafika.

Sukmadinata, N.S. (1997). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sutrisno. (2011). Hubungan Kompetensi Guru Dengan Kualitas Pembelajaran Sekolah Menengah Atas Negeri Kota Medan. Thesis. Medan: Program Pascasarjana Unimed.

Suyanto dan Hisyam, D. (2000). Refleksi dan Reformasi Pendidikan Indonesia Memasuki Milenium III. Yogyakarta: Adi Cipta.

Syah, M. (2003). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syahputra, A. (2009). Pengaruh Motivasi Belajar Terhadap Keberhasilan Belajar Pada Mata Pelajaran Kimia Melalui Project Based Learning Menggunakan Media Internet Di SMP. Thesis. Medan: Program Pascasarjana Unimed.

Umar, H. (1996). Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Thesis Bisnis. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. www.hukumonline.com (diakses tanggal 25 Januari 2012)


(6)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. www.hukumonline.com. (diakses tanggal 25 Januari 2012)

Usman, U. (1995). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Usman, U. (2006). Pengantar Statistik. Jakarta: Bumi Aksara.

Wakhinuddin, S. (2010). Prinsip-Prinsip Evaluasi Dalam Pembelajaran.

http://wakhinuddin.wordpress.com/2010/01/13/prinsip-prinsip-evaluasi-dalam-pembelajaran/

Wang, C-C and Ku, H-Y. (2010). A Case Study of An Affective Education Course in Taiwan. Educational Tech Research Dev. 58: 613-628.