Studi Deskriptif mengenai Gaya Kepemimpinan di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang.
Studi Deskriptif mengenai Gaya Kepemimpinan di Balai Besar Pelatihan Pertanian
Lembang
LARISSA GINA SARI, AZHAR EL HAMI, S.Psi, M.Si
ABSTRAK
Manusia merupakan sumber daya yang sangat penting dalam setiap organisasi. Agar
sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal, maka organisasi tersebut harus dapat
menciptakan hubungan kerja yang baik antara atasan dengan bawahan. Peranan seorang
pemimpin tak luput pula dengan gaya kepemimpinan yang digunakannya, salah satunya yaitu
dengan menggunakan teori Path-Goal yang dikembangkan oleh Robert House ini dijelaskan
bagaimana karakteristik tugas dan karyawan memengaruhi dampak kepemimpinan pada kinerja
karyawan, sehingga dengan melihat gambaran di setiap bagian tersebut apakah mungkin akan
memunculkan gaya kepemimpinan yang paling dominan
Penelitian ini merupakan rancangan non-eksperimental dengan menggunakan metode
penelitian deskriptif. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner mengenai gaya kepemimpinan
berdasarkan teori Path-Goal. Populasi penelitian yang akan digunakan untuk penelitian ini
adalah Stratified Random Sampling, yaitu populasi yang berstrata, dimana sampel diambil dari
setiap strata yang berjumlah 79 karyawan di setiap bagian di Balai Besar Pelatihan Pertanian
Lembang.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah gaya kepemimpinan atasan yang dipersepsikan oleh
karyawan bagian umum yang paling banyak adalah gaya kepemimpinan orientasi prestasi
sebanyak 52,94%. Sedangkan gaya kepemimpinan atasan yang dipersepsikan oleh karyawan
bagian penyelenggaraan pelatihan yang paling banyak adalah gaya kepemimpinan orientasi
prestasi sebanyak 57,89%. Gaya kepemimpinan atasan yang dipersepsikan oleh karyawan bidang
program dan evaluasi pelatihan yang paling banyak adalah gaya kepemimpinan partisipatif
sebanyak 75%. Pada kelompok jabatan fungsional, widyaiswara dominan mempersepsikan
atasan (koordinator) menggunakan gaya kepemimpinan direktif .
Kata Kunci : Teori Path-Goal, Karyawan Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang.
PENDAHULUAN
Menteri Pertanian menyatakan bahwa mulai tahun 2015 Indonesia sudah memasuki era
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dimana sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang
harus siap bersaing dengan sektor pertanian dari negara ASEAN lainnya. Terdapat beberapa
tantangan yang perlu diantisipasi oleh Indonesia dalam memasuki era kawasan MEA 2015
terutama di bidang pertanian. Oleh karena itu dibutuhkan upaya-upaya untuk mengantisipasi
tantangan tersebut, baik dari pemerintah, petani atau masyarakat. Secara institusi seluruh
stakeholder yang bergerak di bidang pertanian harus mengoptimalkan perannya masing-masing
dalam
upaya
mengambil
keuntungan
sebesar-besarnya
dari
MEA
(http://regional.kompasiana.com/, 2014).
Kementerian Pertanian mempunyai Badan Penyuluhan dan Pengembangan
Sumber
Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) dengan tugas pokok melaksanakan penyuluhan dan
pengembangan sumber daya manusia pertanian sesuai dengan peraturan perundangundangan. BPPSDMP mempunyai sembilan Unit Pelaksana Teknis (UPT) bidang diklat yang
berada di daerah dan bersifat regional. Salah satunya adalah Balai Besar Pelatihan Pertanian
(BBPP). BBPP Lembang merupakan suatu badan dalam Kementrian Pertanian yang memiliki
tugas pokok melaksanakan pelatihan fungsional bagi aparatur, pelatihan teknis dan profesi,
mengembangkan model dan teknik pelatihan fungsional dan teknis di bidang pertanian bagi
aparatur dan non aparatur pertanian.
Dalam pencapaian visi dan misi BBPP Lembang dapat dilihat dari kinerja BBPP
Lembang secara keseluruhan. Salah satunya dapat dilihat dari realisasi serapan anggaran yang
mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2013 ke tahun 2014.
Tabel 1.1 Rincian Perbandingan Realisasi Serapan Anggaran BBPP
Lembang Tahun 2010-2014
Realisasi
Realisasi
Tahun
Pagu (Rp)
Realisasi (Rp) Anggaran (%)
Fisik (%)
2010
11.015.810.000 10.364.164.641
93.73
101.58
2011
18.631.728.000 17.486.064.222
93.84
98.67
2012
24.553.327.000 23.205.912.258
94.51
96.14
2013
27.483.265.000 24.186.763.000
88.01
96.64
2014
17.487.751.000 17.068.962.452
97.61
101.23
Sumber : LAKIP BBPP LEMBANG TA 2014
Kinerja dan prestasi yang meningkat diasumsikan karena adanya pemimpin baru. Selama
tahun 2013, BBPP Lembang tidak mempunyai Kepala Balai, dimana pemimpin di BBPP
Lembang hanya dijabat oleh pemimpin sementara yang diangkat dari bagian struktural. Hal
tersebut juga tampaknya memberikan dampak yang efektif terhadap setiap kepala bagian di
BBPP Lembang..
Berdasarkan fenomena diatas, dapat terlihat pentingnya peranan pemimpin di dalam
sebuah organisasi. Hal ini sejalan dengan fungsi manajemen yang harus dimiliki oleh suatu
organisasi menurut Schemerhorn (2011). Fungsi-fungsi itu adalah planning, organizing, leading,
dan controlling (POLC). Tujuan diterapkannya POLC ini adalah untuk mencapai tujuan secara
efektif dan efisien dari organisasi tersebut. Planning merupakan proses awal pengidentifikasian
dan menyeleksi tujuan yang sesuai serta program kegiatan yang terbaik dalam mencapai tujuan
tersebut. Selanjutnya adalah organizing yang merupakan proses membangun hubungan tugas dan
wewenang yang membuat orang untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi. Yang
dikoordinasikan disini adalah sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada. Lalu proses
leading yaitu proses motivasi serta koordinasi baik individu maupun kelompok untuk dapat
bekerjasama mencapai tujuan organisasi. Dan proses manajemen terakhir adalah controlling
yaitu penetapan pengukuran yang akurat dan system monitoring untuk mengevaluasi seberapa
baik organisasi telah mencapai tujuannya
Apabila dilihat dari ke empat fungsi manajemen tersebut, peranan leading merupakan
salah satu fungsi manajemen yang terpenting agar dapat menjalankan fungsi-fungsi manajemen
lainnya. Hal ini karena leading merupakan suatu proses yang berhubungan langsung dengan
motivasi. Tanpa adanya motivasi, setiap organisasi tidak akan mencapai kinerja yang efektif.
Salah satu cara yang dapat digunakan dalam proses leading adalah dengan memberikan harapan
bagi karyawan sehingga dapat memotivasi karyawan. Untuk dapat menjelaskan gaya
kepemimpinan tersebut, maka teori yang digunakan adalah teori path-goal yang dikembangkan
oleh Robert House (1971).
Teori Path-Goal adalah tentang bagaimana pemimpin memotivasi bawahan untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. Tujuan yang dinyatakan dari teori kepemimpinan ini adalah
untuk meningkatkan kinerja karyawan serta kepuasan karyawan dengan memusatkan pada
motivasi karyawan. Melihat kondisi yang terjadi di BBPP Lembang, adanya perbedaan gaya
kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin di setiap bagian, peneliti tertarik untuk meneliti
lebih lanjut mengenai gambaran gaya kepemimpinan kepala bagian di BBPP Lembang. Untuk
mengetahui gaya kepemimpinan apa yang ditetapkan oleh pemimpin, peneliti melihat persepsi
karyawan terhadap gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin pada tiap bagian
tersebut. Menurut Baron (1986), persepsi karyawan terhadap gaya kepemimpinan atasan dapat
dijelaskan oleh dua proposisi dasar teori Path-Goal, yaitu : (1) tingkah laku pemimpin akan
disebut efektif pada tingkat dimana karyawan menerima tingkah laku tersebut sebagai sumber
kepuasan secara langsung atau sebagai instrumental untuk kepuasan yang akan datang, (2)
tingkah laku pemimpin akan disebut motivasional pada tingkat dimana kepuasan akan kebutuhan
karyawan akan berhubungan dalam efektivitas kinerja karyawan sehingga dapat memenuhi
lingkungan kerja dengan memberikan pengarahan, penjelasan akan sikap-sikap yang sebaiknya
muncul dan reward yang sesuai dengan tampilan kerja yang efektif. Persepsi setiap karyawan
terhadap gaya kepemimpinan yang ditunjukkan oleh atasan bisa jadi akan berbeda-beda pula
karena adanya perbedaan karakteristik individu dalam menilai atasannya.
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-eksperimental
dengan metode penelitian deskriptif. Penelitian non-eksperimental adalah telaah empirik
sistematik dimana peneliti tidak dapat mengontrol secara langsung variabel bebasnya karena
manifestasinya telah muncul, atau karena sifat hakekat variabel itu memang kemungkinan tidak
dapat dimanipulasi (Kerlinger, 2006).
Metode penelitian deskriptif adalah teknik penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan
suatu gambaran dari suatu situasi tertentu atau kejadian, atau rangkaian kejadian (Christensen,
2007). Sedangkan penelitian kuantitatif non-eskperimental merupakan suatu penelitian dengan
tipe deskriptif yang mengumpulkan data kuantitatif untuk menggambarkan variabel yang diteliti
(Christensen, 2007).
Partisipan
Partisipan yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan BBPP Lembang,
yang terbagi dalam empat bagian. Teknik penarikan subyek penelitan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Stratified Random Sampling. Teknik ini digunakan untuk populasi yang
berstrata, dimana sampel diambil dari setiap strata (Nazir, 1988).
Peneliti menggunakan teknik sampling ini karena populasi yang digunakan peneliti terdiri
dari beberapa strata, dalam hal ini adalah empat bagian yang bernaung di bawah BBPP
Lembang. Pembagian jumlah sampel yang diwakili masing-masing strata diperoleh melalui
pembagian dari jumlah populasi secara proposional, sehingga dianggap mampu mewakili
masing-masing bagian dan menggambarkan keadaan karyawan BBPP Lembang secara umum.
Pengukuran
Pengukuran gaya kepemimpinan di BBPP Lembang diukur dengan menggunakan
kuesioner yang diturunkan dari Path Goal Theory of Leadership oleh Robert House (1971),
terdiri dari empat dimensi gaya kepemimpinan, yaitu directive leader, supportive leader,
participative leader, dan achievement oriented leader.
HASIL
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis pembahasan mengenai studi deskriptif
mengenai gaya kepemimpinan path-goal pada Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang,
diperoleh simpulan yaitu pada Bagian Umum gaya kepemimpinan yang paling dominan yaitu
gaya kepemimpinan orientasi prestasi, pada Bidang Penyelenggaraan Pelatihan gaya
kepemimpinan yang paling dominan yaitu gaya kepemimpinan orientasi prestasi, pada Bidang
Program dan Evaluasi Pelatihan gaya kepemimpinan yang paling dominan yaitu gaya
kepemimpinan partisipatif, pada Kelompok Jabatan Fungsional gaya kepemimpinan yang paling
dominan yaitu gaya kepemimpinan direktif.
DAFTAR PUSTAKA
Baron, Robert A. (1986). Behavior in Organizations. Boston: Allyn and Bacon.
Christensen, Larry B. (2007). Experimental Methodology. Boston: Pearson Education, Inc.
Kerlinger. Fred N. (2006). Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Universitas
Gadjahmada.
Kompasiana (2014). Pertanian Membelit Pertarungan MEA 2015. Diakses pada tanggal 27 Mei,
2015 dari World Wide Web: http://regional.kompasiana.com/2014/12/16/pertanianmembelit-pertarungan-mea-2015-710642.html.
Nazir, Muhammad. (198). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Northouse, G. P. (2013). Kepemimpinan: Teori dan Praktik Edisi keenam. Jakarta: Indeks.
Schermerhorn, R John.(2011). Introduction to Management11th Edition. John Wiley & Sons.
Lembang
LARISSA GINA SARI, AZHAR EL HAMI, S.Psi, M.Si
ABSTRAK
Manusia merupakan sumber daya yang sangat penting dalam setiap organisasi. Agar
sumber daya tersebut dapat dimanfaatkan secara optimal, maka organisasi tersebut harus dapat
menciptakan hubungan kerja yang baik antara atasan dengan bawahan. Peranan seorang
pemimpin tak luput pula dengan gaya kepemimpinan yang digunakannya, salah satunya yaitu
dengan menggunakan teori Path-Goal yang dikembangkan oleh Robert House ini dijelaskan
bagaimana karakteristik tugas dan karyawan memengaruhi dampak kepemimpinan pada kinerja
karyawan, sehingga dengan melihat gambaran di setiap bagian tersebut apakah mungkin akan
memunculkan gaya kepemimpinan yang paling dominan
Penelitian ini merupakan rancangan non-eksperimental dengan menggunakan metode
penelitian deskriptif. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner mengenai gaya kepemimpinan
berdasarkan teori Path-Goal. Populasi penelitian yang akan digunakan untuk penelitian ini
adalah Stratified Random Sampling, yaitu populasi yang berstrata, dimana sampel diambil dari
setiap strata yang berjumlah 79 karyawan di setiap bagian di Balai Besar Pelatihan Pertanian
Lembang.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah gaya kepemimpinan atasan yang dipersepsikan oleh
karyawan bagian umum yang paling banyak adalah gaya kepemimpinan orientasi prestasi
sebanyak 52,94%. Sedangkan gaya kepemimpinan atasan yang dipersepsikan oleh karyawan
bagian penyelenggaraan pelatihan yang paling banyak adalah gaya kepemimpinan orientasi
prestasi sebanyak 57,89%. Gaya kepemimpinan atasan yang dipersepsikan oleh karyawan bidang
program dan evaluasi pelatihan yang paling banyak adalah gaya kepemimpinan partisipatif
sebanyak 75%. Pada kelompok jabatan fungsional, widyaiswara dominan mempersepsikan
atasan (koordinator) menggunakan gaya kepemimpinan direktif .
Kata Kunci : Teori Path-Goal, Karyawan Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang.
PENDAHULUAN
Menteri Pertanian menyatakan bahwa mulai tahun 2015 Indonesia sudah memasuki era
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dimana sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang
harus siap bersaing dengan sektor pertanian dari negara ASEAN lainnya. Terdapat beberapa
tantangan yang perlu diantisipasi oleh Indonesia dalam memasuki era kawasan MEA 2015
terutama di bidang pertanian. Oleh karena itu dibutuhkan upaya-upaya untuk mengantisipasi
tantangan tersebut, baik dari pemerintah, petani atau masyarakat. Secara institusi seluruh
stakeholder yang bergerak di bidang pertanian harus mengoptimalkan perannya masing-masing
dalam
upaya
mengambil
keuntungan
sebesar-besarnya
dari
MEA
(http://regional.kompasiana.com/, 2014).
Kementerian Pertanian mempunyai Badan Penyuluhan dan Pengembangan
Sumber
Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) dengan tugas pokok melaksanakan penyuluhan dan
pengembangan sumber daya manusia pertanian sesuai dengan peraturan perundangundangan. BPPSDMP mempunyai sembilan Unit Pelaksana Teknis (UPT) bidang diklat yang
berada di daerah dan bersifat regional. Salah satunya adalah Balai Besar Pelatihan Pertanian
(BBPP). BBPP Lembang merupakan suatu badan dalam Kementrian Pertanian yang memiliki
tugas pokok melaksanakan pelatihan fungsional bagi aparatur, pelatihan teknis dan profesi,
mengembangkan model dan teknik pelatihan fungsional dan teknis di bidang pertanian bagi
aparatur dan non aparatur pertanian.
Dalam pencapaian visi dan misi BBPP Lembang dapat dilihat dari kinerja BBPP
Lembang secara keseluruhan. Salah satunya dapat dilihat dari realisasi serapan anggaran yang
mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2013 ke tahun 2014.
Tabel 1.1 Rincian Perbandingan Realisasi Serapan Anggaran BBPP
Lembang Tahun 2010-2014
Realisasi
Realisasi
Tahun
Pagu (Rp)
Realisasi (Rp) Anggaran (%)
Fisik (%)
2010
11.015.810.000 10.364.164.641
93.73
101.58
2011
18.631.728.000 17.486.064.222
93.84
98.67
2012
24.553.327.000 23.205.912.258
94.51
96.14
2013
27.483.265.000 24.186.763.000
88.01
96.64
2014
17.487.751.000 17.068.962.452
97.61
101.23
Sumber : LAKIP BBPP LEMBANG TA 2014
Kinerja dan prestasi yang meningkat diasumsikan karena adanya pemimpin baru. Selama
tahun 2013, BBPP Lembang tidak mempunyai Kepala Balai, dimana pemimpin di BBPP
Lembang hanya dijabat oleh pemimpin sementara yang diangkat dari bagian struktural. Hal
tersebut juga tampaknya memberikan dampak yang efektif terhadap setiap kepala bagian di
BBPP Lembang..
Berdasarkan fenomena diatas, dapat terlihat pentingnya peranan pemimpin di dalam
sebuah organisasi. Hal ini sejalan dengan fungsi manajemen yang harus dimiliki oleh suatu
organisasi menurut Schemerhorn (2011). Fungsi-fungsi itu adalah planning, organizing, leading,
dan controlling (POLC). Tujuan diterapkannya POLC ini adalah untuk mencapai tujuan secara
efektif dan efisien dari organisasi tersebut. Planning merupakan proses awal pengidentifikasian
dan menyeleksi tujuan yang sesuai serta program kegiatan yang terbaik dalam mencapai tujuan
tersebut. Selanjutnya adalah organizing yang merupakan proses membangun hubungan tugas dan
wewenang yang membuat orang untuk bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi. Yang
dikoordinasikan disini adalah sumber daya manusia dan sumber daya alam yang ada. Lalu proses
leading yaitu proses motivasi serta koordinasi baik individu maupun kelompok untuk dapat
bekerjasama mencapai tujuan organisasi. Dan proses manajemen terakhir adalah controlling
yaitu penetapan pengukuran yang akurat dan system monitoring untuk mengevaluasi seberapa
baik organisasi telah mencapai tujuannya
Apabila dilihat dari ke empat fungsi manajemen tersebut, peranan leading merupakan
salah satu fungsi manajemen yang terpenting agar dapat menjalankan fungsi-fungsi manajemen
lainnya. Hal ini karena leading merupakan suatu proses yang berhubungan langsung dengan
motivasi. Tanpa adanya motivasi, setiap organisasi tidak akan mencapai kinerja yang efektif.
Salah satu cara yang dapat digunakan dalam proses leading adalah dengan memberikan harapan
bagi karyawan sehingga dapat memotivasi karyawan. Untuk dapat menjelaskan gaya
kepemimpinan tersebut, maka teori yang digunakan adalah teori path-goal yang dikembangkan
oleh Robert House (1971).
Teori Path-Goal adalah tentang bagaimana pemimpin memotivasi bawahan untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan. Tujuan yang dinyatakan dari teori kepemimpinan ini adalah
untuk meningkatkan kinerja karyawan serta kepuasan karyawan dengan memusatkan pada
motivasi karyawan. Melihat kondisi yang terjadi di BBPP Lembang, adanya perbedaan gaya
kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin di setiap bagian, peneliti tertarik untuk meneliti
lebih lanjut mengenai gambaran gaya kepemimpinan kepala bagian di BBPP Lembang. Untuk
mengetahui gaya kepemimpinan apa yang ditetapkan oleh pemimpin, peneliti melihat persepsi
karyawan terhadap gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh pemimpin pada tiap bagian
tersebut. Menurut Baron (1986), persepsi karyawan terhadap gaya kepemimpinan atasan dapat
dijelaskan oleh dua proposisi dasar teori Path-Goal, yaitu : (1) tingkah laku pemimpin akan
disebut efektif pada tingkat dimana karyawan menerima tingkah laku tersebut sebagai sumber
kepuasan secara langsung atau sebagai instrumental untuk kepuasan yang akan datang, (2)
tingkah laku pemimpin akan disebut motivasional pada tingkat dimana kepuasan akan kebutuhan
karyawan akan berhubungan dalam efektivitas kinerja karyawan sehingga dapat memenuhi
lingkungan kerja dengan memberikan pengarahan, penjelasan akan sikap-sikap yang sebaiknya
muncul dan reward yang sesuai dengan tampilan kerja yang efektif. Persepsi setiap karyawan
terhadap gaya kepemimpinan yang ditunjukkan oleh atasan bisa jadi akan berbeda-beda pula
karena adanya perbedaan karakteristik individu dalam menilai atasannya.
METODE PENELITIAN
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-eksperimental
dengan metode penelitian deskriptif. Penelitian non-eksperimental adalah telaah empirik
sistematik dimana peneliti tidak dapat mengontrol secara langsung variabel bebasnya karena
manifestasinya telah muncul, atau karena sifat hakekat variabel itu memang kemungkinan tidak
dapat dimanipulasi (Kerlinger, 2006).
Metode penelitian deskriptif adalah teknik penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan
suatu gambaran dari suatu situasi tertentu atau kejadian, atau rangkaian kejadian (Christensen,
2007). Sedangkan penelitian kuantitatif non-eskperimental merupakan suatu penelitian dengan
tipe deskriptif yang mengumpulkan data kuantitatif untuk menggambarkan variabel yang diteliti
(Christensen, 2007).
Partisipan
Partisipan yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan BBPP Lembang,
yang terbagi dalam empat bagian. Teknik penarikan subyek penelitan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Stratified Random Sampling. Teknik ini digunakan untuk populasi yang
berstrata, dimana sampel diambil dari setiap strata (Nazir, 1988).
Peneliti menggunakan teknik sampling ini karena populasi yang digunakan peneliti terdiri
dari beberapa strata, dalam hal ini adalah empat bagian yang bernaung di bawah BBPP
Lembang. Pembagian jumlah sampel yang diwakili masing-masing strata diperoleh melalui
pembagian dari jumlah populasi secara proposional, sehingga dianggap mampu mewakili
masing-masing bagian dan menggambarkan keadaan karyawan BBPP Lembang secara umum.
Pengukuran
Pengukuran gaya kepemimpinan di BBPP Lembang diukur dengan menggunakan
kuesioner yang diturunkan dari Path Goal Theory of Leadership oleh Robert House (1971),
terdiri dari empat dimensi gaya kepemimpinan, yaitu directive leader, supportive leader,
participative leader, dan achievement oriented leader.
HASIL
Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis pembahasan mengenai studi deskriptif
mengenai gaya kepemimpinan path-goal pada Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang,
diperoleh simpulan yaitu pada Bagian Umum gaya kepemimpinan yang paling dominan yaitu
gaya kepemimpinan orientasi prestasi, pada Bidang Penyelenggaraan Pelatihan gaya
kepemimpinan yang paling dominan yaitu gaya kepemimpinan orientasi prestasi, pada Bidang
Program dan Evaluasi Pelatihan gaya kepemimpinan yang paling dominan yaitu gaya
kepemimpinan partisipatif, pada Kelompok Jabatan Fungsional gaya kepemimpinan yang paling
dominan yaitu gaya kepemimpinan direktif.
DAFTAR PUSTAKA
Baron, Robert A. (1986). Behavior in Organizations. Boston: Allyn and Bacon.
Christensen, Larry B. (2007). Experimental Methodology. Boston: Pearson Education, Inc.
Kerlinger. Fred N. (2006). Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Universitas
Gadjahmada.
Kompasiana (2014). Pertanian Membelit Pertarungan MEA 2015. Diakses pada tanggal 27 Mei,
2015 dari World Wide Web: http://regional.kompasiana.com/2014/12/16/pertanianmembelit-pertarungan-mea-2015-710642.html.
Nazir, Muhammad. (198). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Northouse, G. P. (2013). Kepemimpinan: Teori dan Praktik Edisi keenam. Jakarta: Indeks.
Schermerhorn, R John.(2011). Introduction to Management11th Edition. John Wiley & Sons.