PENERAPAN METODE EXPERIENTIAL LEARNING OLEH WIDYAISWARA DALAM PELATIHAN FUNGSIONAL DASAR PENYULUH PERTANIAN AHLI DI BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG.

(1)

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

No : 061/S/PLS/V/2013

PENERAPAN METODE EXPERIENTIAL LEARNING OLEH WIDYAISWARA DALAM PELATIHAN FUNGSIONAL DASAR PENYULUH PERTANIAN AHLI DI

BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Disusun Oleh

Amelia Nur Fauza 0906871

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penerapan Metode Experiential Learning Oleh Widyaiswara

Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli

di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Oleh Amelia Nur Fauza

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Amelia Nur Fauza 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu LEMBAR PENGESAHAN

AMELIA NUR FAUZA 0906871

PENERAPAN METODE EXPERIENTIAL LEARNING OLEH WIDYAISWARA DALAM PELATIHAN FUNGSIONAL DASAR PENYULUH PERTANIAN AHLI DI

BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN LEMBANG

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

PEMBIMBING I

Dr. Ayi Olim, M.Pd. NIP. 19510914 197501 1 001

PEMBIMBING II

Dr. Jajat S. Ardiwinata, M.Pd. NIP. 19590826 198603 1 003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Dr. Jajat S. Ardiwinata, M.Pd. NIP. 19590826 198603 1 003


(4)

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang


(5)

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Penerapan Metode Experiential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli di Balai Besar Pelatihan Pertanian

Lembang

Masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah penerapan metode experiential learning oleh widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di BBPP Lembang. Metode experiential learning atau belajar dari pengalaman merupakan kajian dari ilmu pendidikan luar sekolah bagi orang dewasa, yang dapat diterapkan dalam sebuah pelatihan. Peserta yang terlibat pada pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di BBPP Lembang merupakan pegawai negeri sipil yang ingin meningkatkan kompetensinya sebagai penyuluh ahli.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran bagaimana penerapan metode experiential learning yang diterapkan widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli dari mulai perencanaan penerapan metode

experiential learning, pelaksanaan penerapan metode experiential learning dan evaluasi dari penerapan metode experiential learning.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif,

yaitu metode penelitian yang bertujuan mendeskripsikan apa yang saat ini berlaku. Penelitian tidak menguji hipotesa, tapi hanya mendeskripsikan sesuai dengan informasi yang ada. Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan informan sebanyak enam orang dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara, observasi, dokumentasi dan triangulasi.

Hasil penelitian mengungkapkan data mengenai (1) Perencanaan penerapan metode experiential learning, diantaranya persiapan widyaiswara, peserta belajar, dan sistem pembelajaran. (2) Pelaksanaan metode experiential learning pada pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli diantaranya adalah, aspek proses belajar experiential learning. (3) Evaluasi penerapan metode experiential learning

dilakukan dengan cara pemilihan bentuk dan jenis evaluasi, proses evaluasi dan hasil evaluasi dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di BBPP Lembang. Saran dari peneliti mencakup (1) Saran bagi lembaga hendaknya pelaksanaan pelatihan pihak penyelenggara dan widyaiswara BBPP Lembang dapat mempertahankan dan mengembangkan yang sudah diterapkan dalam pelaksanaannya. (2) Saran bagi peserta pelatihan penyuluh pertanian ahli sebaiknya menerapkan metode yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dari sasaran yang dapat digunakan agar sesuai dengan proses pembelajaran dan dapat mencapai tujuan yang diinginkan. (3) Saran bagi peneliti selanjutnya diharapkan lebih mampu mengkaji mengenai berbagai metode pelatihan lainnya sehingga menjadi lebih baik lagi yang dinilai berhubungan dengan penerapan metode pelatihan lainnya.


(6)

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Application Of Methods Of Experiential Learning By Trainer In Basic Functional Training Expert Agricultural Extension At Center For Agricultural Training

Lembang

Problems are the focus of this research is the application of methods of experiential learning by trainer in the basic functional training agricultural extension experts in BBPP Lembang. Methods of experiential learning or learning from experience is the study of science education for adults outside of school, which can be applied in a training. Participants involved in the basic functional training agricultural extension experts in Lembang BBPP is civil servants who want to improve their competence as an expert instructor.

This study aims to gain an idea of how the application of experiential learning methods are applied to basic functional training lecturers in agricultural extension experts from planning the application of experiential learning methods, implementation of experiential learning methods and evaluation of the application of experiential learning methods.

The method used in this study is the descriptive research method, the method of research that aims to describe what is currently in effect. Study did not test the hypothesis, but only describe accordance with existing information. The research approach used in this study is a qualitative approach with as many as six people informant with data collection techniques such as interviews, observation, documentation and triangulation.

The results reveal data concerning (1) Planning application experiential learning methods, including preparation of lecturers, participants learn, and learning systems. (2) The method of experiential learning on the basis of functional training such as agricultural extension expert, experiential learning aspect of the learning process. (3) Evaluation of the application of experiential learning method is done by selecting the shape and type of evaluation, process evaluation and outcome evaluation of the basic functional training agricultural extension experts in BBPP Lembang.

Suggestions from researchers include (1) Recommendations for implementation should institute training organizers and lecturers BBPP Lembang can maintain and develop the already applied in practice. (2) Advice for agricultural extension specialist trainees should implement methods that can be tailored to the needs of the target that can be used to fit the learning process and can achieve the desired goal. (3) suggestions for further research are expected to be able to examine the variety of other training methods so as to be better assessed relating to the application of other training methods.


(7)

vi Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN i

KATA PENGANTAR ii

UCAPAN TERIMA KASIH iii

ABSTRAK v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Penelitian 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 6

C. Tujuan Penelitian 7

D. Manfaat Penelitian 7

E. Struktur Organisasi Skripsi 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA 9

A. Konsep Pendidikan Luar Sekolah 9

1. Pengertian Pendidikan Luar Sekolah 9

2. Tujuan Pendidikan Luar Sekolah 10

3. Fungsi Pendidikan Luar Sekolah 11

4. Pelatihan dalam Pendidikan Luar Sekolah 11

B. Konsep Dasar Pelatihan 13

1. Pengertian Pelatihan 13

2. Tujuan Pelatihan 14

3. Prinsip-prinsip Pelatihan 14

4. Pengelolaan Pelatihan 16

5. Pendekatan Pelatihan 20


(8)

vii Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7. Metode Pelatihan 24

C. Experiential Learning 26

1. Konsep Dasar 26

2. Prosedur Experiential Learning 28

3. Experiential Learning dan model belajar lainnya 31

D. Konsep Penyuluh Pertanian 33

1. Pengertian Penyuluh Pertanian 33

2. Tujuan Penyuluh Pertanian 34

3. Prinsip Penyuluh Pertanian 35

4. Sasaran Penyuluh Pertanian 35

5. Kompetensi Penyuluh Pertanian 36

BAB III METODE PENELITIAN 38

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 38

1. Lokasi Penelitian 38

2. Subjek Penelitian 38

B. Desain Penelitian 39

1. Tahap Pra-Lapangan 39

2. Tahap Pekerjaan Lapangan 40

3. Tahap Analisis Data 40

4. Tahap Penulisan Laporan 40

C. Metode Penelitian 41

D. Definisi Operasional 41

E. Instrumen Penelitian 44

F. Teknik Pengumpulan Data 45

1. Observasi 44

2. Wawancara 46

3. Studi Dokumentasi 47

4. Triangulasi Data 47

G. Analisis Data 48


(9)

viii Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Reduksi Data 48

3. Penyajian Data 48

4. Penarikan kesimpulan dan Verifikasi 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 50

A. Gambaran Lokasi Penelitian 50

1. Sejarah Perkembangan Lembaga 50

2. Visi, Misi dan Motto Lembaga 51

3. Sarana dan Prasarana 52

4. Lokasi Lembaga Pelatihan 52

B. Gambaran Umum Program Pelatihan Fungsional Dasar

Penyuluh Pertanian Ahli 53

1. Latar Belakang 53

2. Waktu Penyelenggaraan 54

3. Data Pengelola Program 54

4. Warga Belajar 54

5. Identitas Informan Penelitian 55

C. Deskripsi Hasil penelitian 57

1. Perencanaan Penerapan Metode Experiential Learning

Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar

Penyuluh Pertanian Ahli Di BBPP Lembang 57

2. Pelaksanaan Penerapan Metode Experiential Learning

Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar

Penyuluh Pertanian Ahli di BBPP Lembang 78

3. Evaluasi Penerapan Metode Experiential Learning

Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar

Penyuluh Pertanian Ahli di BBPP Lembang 90

D. Pembahasan Hasil Penelitian 96

1. Perencanaan Penerapan Metode Experiential Learning

Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar


(10)

ix Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Pelaksanaan Penerapan Metode Experiential Learning

Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar

Penyuluh Pertanian Ahli di BBPP Lembang 99

3. Evaluasi Penerapan Metode Experiential Learning

Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar

Penyuluh Pertanian Ahli di BBPP Lembang 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 104

A. Kesimpulan 104

1. Perencanaan Penerapan Metode Experiential Learning

Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar

Penyuluh Pertanian Ahli Di BBPP Lembang 104

2. Pelaksanaan Penerapan Metode Experiential Learning

Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar

Penyuluh Pertanian Ahli di BBPP Lembang 104

3. Evaluasi Penerapan Metode Experiential Learning

Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar

Penyuluh Pertanian Ahli di BBPP Lembang 105

B. Saran 105

1. Pihak Lembaga Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang 105

2. Bagi Peserta Pelatihan 105

3. Bagi Peneliti Selanjutnya 105


(11)

1

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sumber daya manusia merupakan sebuah modal dalam pembangunan, karena kualitas dari sumber daya manusia sangat dibutuhkan untuk meningkatkan daya saing bangsa. Menurut data yang diambil dari CIA World Factbook 2004

Indonesia menempati urutan keeempat dengan jumlah penduduk terpadat didunia diperkirakan sekitar 257.516.167 jiwa yang mendiami wilayah Indonesia, banyaknya penduduk di Indonesia tidak menjamin sumber daya mereka dapat bersaing karena terbukti masih banyaknya pengangguran yang ada di Indonesia. Adapun dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukan tingkat pengangguran terbuka di Indonesia pada Februari 2012 mencapai 6,32% atau 7,61 juta orang, sektor-sektor yang mengalami penurunan adalah sektor pertanian 1,3 juta orang atau 3,01%. Oleh karena itu dalam upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia pengembangan di segala bidang terus ditingkatkan terutama di bidang pendidikan, dimana pendidikan berperan penting dalam proses perubahan kearah yang lebih baik lagi. Hal ini tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keeagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tersebut telah dijelaskan bahwa pendidikan merupakan salah satu upaya persoalan untuk mengembangkan kualitas sumber daya manusia, tetapi yang jadi permasalahan dalam era globalisasi seperti sekarang ini, sumber daya manusia yang terampil dan memiliki kinerja tinggi sangat diperlukan, sehingga mampu bersaing dalam tataran internasional. Organisasi pada masa sekarang menyadari bahwa


(12)

2

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

produktivitas sumber daya manusia yang berkualitas adalah aset utama untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu pengelolaan sumber daya manusia harus dioptimalkan. Perlu disadari bersama bahwa untuk mengembangkan sumber daya manusia setiap organisasi memiliki keterbatasan. Oleh karena itu perlu melibatkan pihak lain dalam proses pengembangan sumber daya manusia tersebut. Melalui cara inilah pelatihan dibutuhkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Hasibuan (2001:70) yaitu dengan pengembangan sumber daya manusia, maka diharapkan produktivitas kerja akan meningkat, kualitas dan kuantitas produksi semakin baik, karena technical skill dan managerial skill sumber daya manusia yang semakin baik. Nasution (1982:71) menegaskan pelatihan adalah suatu proses belajar mengajar dengan mempergunakan teknik dan metode tertentu, guna meningkatkan keterampilan dan kemampuan kerja seseorang. Dimana tujuan pelatihan untuk meningkatkan produktivitas.

Dari pendapat para ahli tersebut pelatihan merupakan langkah yang tepat agar dapat menjalankan tugas serta fungsi dari jabatannya sendiri. Fokus kegiatannya adalah untuk meningkatkan kemampuan kerja dalam memenuhi kebutuhan tuntutan cara bekerja yang paling efektif pada masa sekarang. Ernesto A. Franco (1991) mengemukakan pelatihan adalah “suatu tindakan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang karyawan yang melaksanakan pekerjaan tertentu”. Dalam PP RI nomor 71 tahun 1991 pasal 1 disebutkan latihan kerja adalah keseluruhan kegiatan untuk memperoleh, meningkatkan serta mengembangkan produktivitas, disiplin, sikap kerja dan etos kerja pada tingkat keterampilan tertentu berdasarkan persyaratan jabatan tertentu yang pelaksanaannya lebih mengutamakan praktek dari pada teori.

Melalui sentuhan pelatihan individu akan mampu berperan secara aktif didalam proses belajarnya dan mampu memperbaiki kemampuannya dengan adanya pengarahan yang akan berakibat pada perkembangan, karena pengalaman merupakan guru yang paling berharga yang menunjukan bahwa dari pengalamanlah kita dapat mengambil banyak pelajaran. Dari situlah kita dapat memanfaatkan pengalaman di dunia nyata untuk mencapai tujuan belajar. Pemikiran mengenai pendidikan berbasis pengalaman semakin berkembang, John


(13)

3

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dewey (1938) mengungkapkan pentingnya pembelajaran melalui pengalaman sebagai landasan pendidikan.

Metode Experiential learning adalah suatu proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung. Oleh karena itu, metode ini akan bermakna tatkala pembelajar berperan serta dalam melakukan kegiatan. Dalam hal ini, Experiential learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran. Didalam suatu pelatihan seorang widyaiswara harus lebih kreatif dalam memilih metode yang tepat dalam proses pembelajarannya agar terciptanya situasi dan kondisi yang efektif didalam suatu pelatihan dengan melibatkan langsung peserta pelatihan dalam proses belajarnya berdasarkan kebutuhan dari peserta pelatihan dan lebih mudah diterapkan dalam kehidupannya sehari hari.

Widyaiswara adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang dengan tugas, tanggung jawab, wewenang untuk mendidik, mengajar, dan/atau melatih PNS pada lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) pemerintah. Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil, dan Peraturan MENPAN Nomor 14 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya, serta Peraturan Bersama Kepala Lembaga Administrasi Negara dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor1 dan 2 Tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya, terlihat jelas bahwa Widyaiswara adalah jabatan karier yang menuntut kompetensi tinggi di masing-masing jenjangnya.

Pada Experiential learning, langkah menantang bagi widyaiswara adalah memikirkan atau merancang aktifitas pengalaman belajar seperti apa yang harus terjadi pada diri peserta baik individu maupun kelompok. Aktifitas pembelajaran harus berfokus pada peserta pelatihan (student-centered learning). Dengan demikian, apa yang harus kita lakukan, apa yang harus mereka lakukan, apa yang


(14)

4

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

harus kita katakan atau sampaikan harus secara detail kita sampaikan dengan baik. Begitu pula dengan media dan alat bantu pembelajaran lain yang yang dibutuhkan juga harus benar-benar telah tersedia dan siap untuk digunakan. Experiential learning mendorong peserta dalam aktivitasnya untuk berpikir lebih banyak, mengeksplor, bertanya, membuat keputusan, dan menerapkan apa yang telah mereka pelajari. Penyebutan istilah experiential learning dilakukan untuk menekankan bahwa experience (pengalaman) berperan penting dalam proses pembelajaran dan membedakannya dari teori pembelajaran lainnya seperti teori pembelajaran kognitif ataupun behaviorisme (Kolb, 1984).

Experiential learning merupakan salah satu metode yang digunakan dalam sebuah pelatihan, sasaran dari metode ini yaitu orang dewasa karena dalam penerapannya experiential learning berfokus pada pengalaman, hal ini sejalan dengan prinsip orang dewasa bahwasannya orang dewasa belajar dari pengalamannya. Pendidikan orang dewasa atau yang disebut dengan andragogi merupakan salah satu pendekatan dalam pendidikan luar sekolah karena peserta didiknya yaitu orang dewasa yang datang dari berbagai latar belakang yang berbeda serta memiliki pengalaman yang berbeda-beda. Experiential learning

berkaitan dengan pendidikan luar sekolah, karena experiential learning

merupakan salah satu metode dari pendidikan orang dewasa.

Dewasa ini, Sektor pertanian memegang peranan strategis karena kontribusinya yang sangat nyata dalam pembangunan ekonomi nasional. Untuk terus meningkatkan perannya telah ditetapkan visi pertanian 2010-2014 yaitu pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya local untuk meningkatkan kemandirian pangan, nilai tambah, ekspor dan kesejahteraan petani. Untuk memberikan motivasi dan penghargaan kepada penyuluh pertanian agar mampu meningkatkan kinerjanya, telah diatur penjenjangan karir penyuluh pertanian melalui Peraturan Menteri Negara pendayagunaan aparatur negara nomor PER/02/MENPAN/2/2008 tentang jabatan fungsional penyuluh pertanian. Berdasarkan PERMENPAN ini, salah satu jenjang jabatan fungsional penyuluh pertanian ini disebut penyuluh pertanian ahli yang diselenggarakan di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang.


(15)

5

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pembangunan infrastruktur di Indonesia perlu ditindak lebih dalam oleh pemerintah setempat khususnya infrastruktur pertanian karena pertanian memegang peranan penting dalam pertumbuhan pembangunan ekonomi di Indonesia. Menurut data di Badan Pusat Statistik tahun 2013 jumlah tenaga pertanian di Indonesia sebanyak 39,96 juta orang perlu dilatih agar mampu bersaing di era globalisasi ini. Petani di Indonesia dari tahun ke tahun banyak mengalami perubahan, populasi petani di Indonesia telah berubah secara positif. Secara makro populasi petani telah menjadi lebih kecil jumlahnya secara persentil tetapi lebih tinggi kualitasnya, ditandai oleh lebih baiknya tingkat pendidikan mereka, lebih mengenal kemajuan, dan pengetahuan serta ketrampilannya telah meningkat. Hal ini disebabkan oleh banyaknya penyuluhan pembangunan pertanian, para petani telah memiliki pola komunikasi yang terbuka, lebih mampu berkomunikasi dengan orang dari luar sistem sosialnya, petani dalam melakukan usaha tani bahkan telah mampu berorientasi pada pasar. Dalam hal ini penyuluh pertanian dianggap mampu membina petani-petani yang ada di wilayahnya agar mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam pembelajaran yang dilakukan di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang menggunakan metode experiential learning, dimana pembelajaran berpusat di peserta belajar dan berorientasi pada pengalamannya masing-masing sehingga dalam penyampaiannya dianggap lebih mudah karena peserta pelatihan ikut terlibat dalam proses belajarnya. Penyuluhan pertanian disini ialah proses aktif yang memerlukan interaksi agar terbangun proses perubahan prilaku individu dari pengetahuan, sikap, dan juga keterampilan yang dimilikinya, sehingga dalam proses penyampaiannya diperlukan komunikasi dua arah agar pesan yang dimaksud dapat tersampaikan dengan baik dan benar.

Dari hasil identifikasi, metode experiential learning digunakan dalam pelatihan dasar fungsional penyuluh pertanian ahli di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang yang melibatkan 30 orang peserta pelatihan yang berasal dari instansi pemerintah Provinsi/Kota/Kabupaten yang diusulkan oleh pimpinan unit kerja yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme penyuluh pertanian dan menumbuhkan sikap penyuluh pertanian.


(16)

6

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hal tersebut maka penulis bermaksud melakukan penelitian lebih mendalam mengenai Penerapan Metode Experiential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Beberapa permasalahan pokok yang berhasil di identifikasi berdasarkan temuan di lapangan adalah sebagai berikut :

1. Terbiasa dengan pembelajaran peluncuran dan harus berubah menjadi pembelajaran transformatif

2. Peserta yang mengikuti pelatihan merupakan hasil identifikasi kebutuhan lapangan dimana peserta pelatihan merupakan PNS yang menduduki jabatan fungsional penyuluh pertanian untuk tingkat ahli

3. Meningkatnya kebutuhan akan profesionalisme penyuluh pertanian, sehingga diadakannya pelatihan untuk penyuluh pertanian ahli

4. Tingkat umur peserta pelatihan bermacam-macam sehingga dalam penerapannya memiliki pengalaman yang berbeda-beda

5. Metode experiental learning dalam penerapannya dapat memudahkan pelaksanaan pembelajaran bagi orang dewasa, karena dalam proses pembelajarannya diikuti oleh orang dewasa dan juga berdasarkan pengalaman secara langsung penyuluh pertanian ahli

6. Prosedur pembelajaran dalam experiential learning memiliki empat tahapan, yaitu pengalaman konkret, refleksi, konseptualisasi dan penerapan pengalaman

Dari uraian yang dipaparkan pada identifikasi masalah, penulis membatasi permasalahan penelitian terkait dengan penerapan metode experiential learning

dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli. Untuk memperjelas lingkup penelitian, maka penulis merumuskan ke beberapa bentuk pertanyaan menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana perencanaan penerapan metode experiential learning oleh widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di BBPP Lembang?


(17)

7

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Bagaimana pelaksanaan penerapan metode experiential learning oleh widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di BBPP Lembang?

3. Bagaimana evaluasi dari penerapan metode experiential learning oleh widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di BBPP Lembang?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu kepada latar belakang, identifikasi dan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah :

1. Memperoleh gambaran perencanaan penerapan metode experiential learning

oleh widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di BBPP Lembang

2. Memperoleh gambaran pelaksanaan penerapan metode experiential learning

oleh widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di BBPP Lembang

3. Memperoleh gambaran evaluasi penerapan metode experiential learning oleh widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di BBPP Lembang

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu :

1. Secara konsep, Dengan penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan pengetahuan mengenai pelatihan terutama di bidang pertanian khususnya di BBPP dan dapat memperoleh pengetahuan mengenai metode yang tepat dilakukan didalam pelatihan agar tercapainya tujuan yang akan dicapai dan juga bermanfaat bagi penyuluh pertanian agar dapat memperoleh wawasan dari penelitian ini

2. Secara praktis, Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi pihak yang berkepentingan dengan metode pelatihan di lembaga pelatihan


(18)

8

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan serta wawasan sebagai pengalaman hidup

E. Struktur Organisasi Skripsi

Pada penyusunan skripsi ini, peneliti memberikan gambaran sistematika dalam penulisan skripsi untuk mempermudah penyusunan dan pembahasannya yang terdiri dari :

BAB I : Pendahuluan yang membahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika organisasi skripsi

BAB II : Kajian pustaka mengenai konsep pendidikan luar sekolah, konsep dasar pelatihan, experiential learning, konsep penyuluh pertanian

BAB III : Metodologi Penelitian, membahas mengenai lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data.

BAB IV : Hasil penelitian meliputi gambaran tentang lembaga penelitian, gambaran umum penyelenggara pelatihan, gambaran responden penelitian, deskripsi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

BAB V : Kesimpulan dan Saran, membahas kesimpulan dari hasil penelitian dan beberapa saran yang dapat direkomendasikan oleh peneliti berdasarkan penelitian.


(19)

38 Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang Bandung. BBPP merupakan lembaga pelatihan yang mengembangkan teknik pelatihan teknis, fungsional dan kewirausahaan di bidang pertanian. BBPP beralamat di Jl. Kayuambon 82 Lembang, Bandung Barat.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah benda, hal atau orang dan tempat dimana data untuk variabel penelitian melekat dan yang dipermasalahkan dalam penelitian (Arikunto, 2006:116). Dalam penelitian, subjek penelitian berperan sangat penting karena dari situlah data tentang penelitian akan diamati. Subjek penelitian dinamakan nara sumber, partisipan atau informan dalam penelitian. Sugiyono (2013:298) menjelaskan bahwa pada umumnya dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tapi ditransferkan ketempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari.

Subjek penelitian adalah ada sesuatu yang terkait dengan hal yang akan diteliti. Sedangkan sumber data ialah suatu benda, hal, atau orang dan tempat di mana peneliti mengamati, membaca, atau bertanya tentang data. Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive, menurut Sugiyono (2013:52) purposive dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu,

purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Dalam penelitian ini sumber data berasal dari penyelenggara pelatihan di BBPP Lembang. Subjek penelitian disini berjumlah enam orang terdiri dari tiga orang lulusan peserta pelatihan penyuluh pertanian ahli yaitu Bapak Iwan


(20)

39

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Setiawan, SP dari badan pelaksana penyuluhan pertanian perikanan dan kehutanan, Ibu Sri Parlina Rejeki, SP dari dinas pertanian tanaman pangan, dan Ibu Rini Ekowati, S.Pt dari dinas pertanian peternakan dan perikanan, dua orang widyaiswara yaitu Bapak Ir. Asep Adinata, MP dan Bapak Ir. Muharja, MP dan satu orang penyelenggara pelatihan yaitu Ibu Yuni Anggraeni S.AP.

Dari widyaiswara, penyelenggara pelatihan, dan lulusan peserta pelatihan pertanian ahli, peneliti menggali data dan informasi mengenai perencanaan penerapan metode experiential learning dan evaluasi penerapan metode

experiential learning sedangkan untuk pelaksanaan penerapan metode

experiential learning, peneliti menggali informasi dan data dari widyaiswara dan lulusan peserta pelatihan pertanian ahli, dari penyelenggara pelatihan, data dan informasi yang digali yaitu berhubungan dengan sejarah lembaga, latar belakang dalam penyelenggaraan program pelatihan

B. Desain Penelitian

Dalam desain penelitian ini, peneliti akan memaparkan tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitian, yaitu ada empat tahap yang harus dilakukan oleh peneliti, sesuai yang dikemukakan oleh Moleong (2013: 127) yaitu:

1. Tahap Pra-Lapangan

Pada tahapan pertama yang dilakukan oleh peneliti adalah melakukan observasi langsung ke lokasi penelitian, kebetulan lokasi penelitian merupakan tempat peneliti melaksanakan program latihan profesi yang berlokasi di Jalan kayuambon no.82 Lembang Kabupaten Bandung Barat, 40391. Hal tersebut dilakukan peneliti karena agar memperoleh gambaran pokok yang ada di lokasi penelitian. Selanjutnya peneliti melakukan perizinan kepada pihak-pihak terkait mulai dari instansi lembaga pendidikan yang sedang ditempuh, kemudian sering berkonsultasi dengan pihak di BBPP, penulis menjelaskan maksud dan tujuan dilakukannya penelitian ini. Kemudian penulis melakukan wawancara dengan salah satu widyaiswara dan juga salah satu penyelenggara pelatihan disana, setelah itu penulis mengkaji dan menganalisis apakah fokus permasalahan yang di dapatkan dari hasil wawancara berkaitan dengan disiplin ilmu yang peneliti kaji.


(21)

40

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahapan ini, peneliti berusaha menimbang dan memilih data yang akan dijadikan fokus masalah penelitian, serta pemilihan narasumber dan metode pada penelitian ini. Apa saja yang akan dilakukan oleh peneliti, siapa yang akan dijadikan subjek penelitian, dan siapa saja yang akan dijadikan narasumber. Setelah peneliti menentukan subjek penelitian, pada tahap pelaksanaan lapangan ini maka peneliti menyusun instrumen penelitian, kemudian mengumpulkan data yang ada di lapangan, serta membuat penyimpulan hasil data yang diperoleh dari lapangan.

3. Tahap Analisis Data

Pada tahap analisis data, peneliti menganalisis hasil data dan informasi yang ada di lapangan, karena tahap ini merupakan tahap yang menentukan dalam mencari jawaban atas permasalahan penelitian. Model yang dipakai dalam teknik analisis data disini adalah metode analisis deskriptif, metode yang digunakam dalam usaha mencari dan mengumpulkan data, menyusun, menggunakan serta menfsirkan data yang sudah ada ntuk menguraikan secara lengkap, teratur dan teliti terhadap suatu obyek penelitian. Kegiatan analisis data ini dimulai dengan mengumpulkan data dan informasi yang dihasilkan dari wawancara, observasi, pengamatan, dokumen pribadi, dokumen resmi. Kemudian data yang terkumpul diolah sesuai dengan kaidah relevansi pengolahan data dalam penelitian kualitatif.

4. Tahap Penulisan Laporan

Pada tahap penulisan laporan ini, peneliti menyajikan keseluruhan tahapan kegiatan selama penelitian. Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data yang telah terkumpul selama proses penelitian berlangsung. Analisis data dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian sampai pada data dan informasi yang diperlukan terkumpul. Pengolahan data berupa laporan awal atas perbandingan laporan data empirik dengan teoritik, dan pengolahan data terakhir dilakukan setelah data yang dikumpulkan telah lengkap dan terkumpul. Tahap penulisan laporan merupakan tahap akhir penyusunan hasil penelitian. Setelah itu peneliti berkonsultasi dengan pembimbing dan disetujui untuk diujikan.


(22)

41

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu C. Metode Penelitian

Metodologi adalah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan-peraturan suatu metode. Penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta untuk mewujudkan kebenaran. Pendapat lain menyebutkan bahwa metode penelitian adalah cara-cara berfikir dan berbuat yang dipersiapkan dengan baik-baik untuk mengadakan penelitian, dan untuk mempunyai suatu tujuan penelitian (kartini kartono, 1988:20). Karena masalah yang diteliti merupakan masalah yang sedang terjadi dan ada saat ini, maka penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong (2013:3) mengemukakan metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif merujuk pada apa yang diungkapkan Moleong (2013: 6) bahwa:

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti ingin mengetahui dan memahami suatu penerapan metode experiential learning oleh widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di BBPP Lembang.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari terjadinya kekeliruan dalam menafsirkan istilah-istilah dalam penulisan, maka penulis memberikan penjelasan umum maupun definisi operasional dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Penerapan

Menurut Browne dan Wildavsky (2004:70) penerapan merupakan perluasan aktivitas yang saling menguntungkan.


(23)

42

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penerapan dalam penelitian ini adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan dan untuk kepentingan yang diinginkan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya.

2. Metode Experiential Learning

Menurut Dick & Carey strategi pembelajaran merupakan komponen-komponen dari suatu materi termasuk aktivitas sebelum pembelajaran dan partisipasi peserta didik yang merupakan prosedur pembelajaran yang digunakan kegiatan selanjutnya. Metode yaitu cara atau suatu pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu untuk mencapai tujuan. Experiential learning berfokus pada proses pembelajaran untuk masing-masing individu (David Kolb). Metode Experiential learning yaitu cara pembelajaran yang dilakukan melalui refleksi dan juga melalui suatu proses pembuatan makna dari pengalaman langsung.

3. Widyaiswara

Dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia Nomor : 14 tahun 2009, tentang jabatan fungsional widyaiswara disebutkan bahwa jabatan fungsional widyaiswara merupakan jabatan karir yang hanya dapat diduduki oleh PNS dengan tugas pokoknya adalah mendidik, mengajar, dan/atau melatih PNS pada Lembaga Diklat Pemerintah yang bersangkutan. (Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara, 2010:4).

4. Penyuluh pertanian ahli

Penyuluh pertanian berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional penyuluh pertanian pada instansi pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah. Penyuluh pertanian dimaksud hanya dapat diduduki oleh seorang yang telah berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil. Salim, F. (2005), bahwa penyuluhan pertanian adalah upaya pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal dibidang pertanian, agar mampu menolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, sosial maupun politik sehingga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai.


(24)

43

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penyuluh pertanian ahli adalah jabatan fungsional penyuluh pertanian yang dalam pelaksanaan pekerjaannya didasarkan atas disiplin ilmu pengetahuan, metodologi dan teknik analisis tertentu.

5. Perencanaan

Perencanaan menurut Nana Sudjana (2006:16) ialah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan tentang tindakan yang akan dilakukan pada waktu yang akan datang. Menurut Smith & Ragan perencanaan pembelajaran adalah proses sistematis dalam mengertikan prinsip belajar dan pembelajaran ke dalam rancangan untuk bahan dan aktivitas pembelajaran. Perencanaan adalah proses bagaimana menetapkan tujuan serta menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang ditetapkan melalui tahapan analisis dan evaluasi alternatif yang mungkin dikerjakan. Perencanaan berfungsi pula untuk menetapkan dasar dan arah untuk sebuah lembaga POD dan mengarahkan program yang dilakukan secara bersama oleh staf untuk mencapai tujuan yang secara eksplisit telah ditetapkan dalam perencanaan. Tujuan utama dari perencanaan strategis yaitu memadukan antara tujuan fungsional dengan perencanaan operasional dari staf. Perencanaan dalam penerapan metode experiential learning meliputi aspek persiapan widyaiswara didalamnya terdapat indikator penyusunan kebutuhan pelatihan, penyusunan aktivitas metode serta peran widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang.

6. Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan pembelajaran ini tidak terlepas dari proses perencanaan yang telah diuraikan, tentunya sudah dalam bentuk rencana atau program kegiatan. Dengan kata lain, pelaksanaan kegiatan ini merupakan implementasi rencana atau program yang telah dibuat dalam proses perencanaan. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran ini secara sederhana paling tidak mencakup pengembangan strategi pembelajaran menunjuk upaya mengimplementasikan suatu rencana yang telah disusun. Pengembangan strategi dimaksudkan untuk memberi "nyawa" terhadap interaksi seluruh komponen proses kegiatan dalam iklim pendidikan orang dewasa


(25)

44

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(andragogis). Ini berarti bahwa pengembangan strategi pembelajaran merupakan taktik yang digunakan tutor agar dapat memfasilitasi warga belajar dalam mencapai tujuan belajar dengan efektif dan efisien. Pelaksanaan dalam penerapan metode experiential learning meliputi aspek proses belajar

experiential learning dengan indikator melakukan kegiatan belajar, memahami suatu permasalahan, menarik kesimpulan umum dan menerapkan prinsip-prinsip yang diperolehnya dalam situasi baru dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang.

7. Evaluasi

Dalam bahasan perencanaan kegiatan pembelajaran telah disebutkan bahwa, evaluasi proses kegiatan pembelajaran tidak hanya mengukur dan mengevaluasi hasil belajar warga belajar saja, namun sistem kegiatan dan dampaknya pun harus dievaluasi. Hal ini mengandung arti evaluasi diarahkan pada evaluasi produk, proses dan dampak dari kegiatan pembelajaran itu sendiri. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam penilaian ini, yakni (1) norma, (2) prosedur penilaian dan (3) alat penilaian. Norma berkaitan dengan ukuran-ukuran keberhasilan yang diinginkan. Prosedur berkenaan dengan bagaimana cara penilaian itu dilakukan. Sedangkan alat penilaian berkenaan dengan instrumen dalam bentuk soal-soal yang akan diujikan pada warga belajar. Evaluasi dalam penerapan metode experiential learning yang meliputi aspek evaluasi dengan indikator bentuk dan jenis evaluasi, proses evaluasi dan hasil evaluasi dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang.

E. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen penelitian yang utama adalah peneliti sendiri, peneliti juga berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuan itu sendiri. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Moelong (2013:121) bahwa, dalam penelitian kualitatif peneliti


(26)

45

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

bertindak sebagai instrumen utama. Sedangkan menurut Nasution (1988) dalam buku Sugiyono (2013:60-61) :

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunaka, bahkan hasil yang diharapkan, itu semua tidak dapat ditentukan secara jelas dan pasti sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Berdasarkan pendapat diatas, peneliti merupakan sebagai instrumen sebelum permasalah belum jelas dan pasti, tetapi setelah masalahnya jelas, maka dapat dikembangkan suatu instrumen. Peneliti akan terjun ke lapangan sendiri dari pertanyaan awal, fokus penelitian, pengumpulan data, analisis dan membuat kesimpulan. Instumen penelitian yang peneliti susun terdapat tiga macam yaitu pedoman wawancara untuk pengelola pelatihan, widyaiswara dan peserta pelatihan fungsional penyuluh pertanian ahli.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data berguna untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang ilmiah), sumber data dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta wawancara yang mendalam dan juga dokumentasi. Dalam penelitian ini, digunakan empat teknik pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, studi dokumentasi dan triangulasi.

1. Observasi

Observasi yaitu pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek menggunakan seluruh indera. Menurut Lexy J. Moleong (2013:157) memungkinkan peneliti merasakan apa yang dirasakan oleh subjek. Keuntungan yang dapat diambil dari teknik observasi ini yaitu pengalaman langsung yang diperoleh karena peneliti terjun langsung pada saat penelitian sebagai observer. Menurut Arikunto (2006:205) observasi adalah menatap kejadian atau proses. Jadi observasi adalah kegiatan mengamati kejadian yang


(27)

46

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

akan diteliti¸ observasi dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Sanafiyah Faisal (1990) dalam Sugiyono (2013:64) menyatakan bahwa didalam observasi peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari sumber yang sedang diamati, sambil melakukan pengamatan peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan oleh sumber data dan ikut merasakan suka-dukanya.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik partisipasi aktif karena, peneliti ikut melakukan apa yang dilakukan nara sumber tetapi belum sepenuhnya lengkap.

2. Wawancara

Wawancara (interview) menurut Kartini Kartono (1986:171) adalah “suatu

percakapan yang diarahkan pada suatu masalah terterntu; ini merupakan proses

Tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik”. Budiyono (2003: 52) mengatakan bahwa metode wawancara (disebut pula interview) adalah cara pengumpulan data yang dilakukan melalui percakapan antara peneliti (atau orang yang ditugasi) dengan subyek penelitian atau responden atau sumber data. Dalam hal ini pewawancara menggunakan percakapan sedemikian hingga yang diwawancara bersedia terbuka mengeluarkan pendapatnya. Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2013:73-75) menyebutkan bahwa secara garis besar wawancara dibagi menjadi tiga cara yaitu, 1) wawancara terstruktur, yang susunan pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya dengan disertai alternatif jawaban, 2) wawancara semistruktur dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur, 3) wawancara tidak terstruktur, wawancara secara mendalam dan terbuka bersifat bebas dimana susunan pertanyaannya dapat diubah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi saat itu.

Wawancara yang dilakukan peneliti yaitu wawancara tak berstruktur, karena pada penelitiannya peneliti menggunakan pedoman wawancara yang berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Tujuan menggunakan wawancara tak berstruktur adalah agar menemukan permasalahan secara lebih terbuka, sehingga lebih mendengarkan apa yang diceritakan informan.


(28)

47

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Studi Dokumentasi

Selain menggunakan wawancara dan observasi peneliti juga melakukan studi dokumentasi dengan cara mengumpulkan data-data yang ada dalam catatan, arsip foto, dan sebagainya. Studi dokumentasi dapat dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan (Lexy J. Moelong, 2013: 161). Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian dari observasi dan wawancara akan lebih dipercaya jika didukung oleh dokumentasi yang ada. Studi dokumentasi menurut Sukmadinata (2005:221) adalah, merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik.

Dalam penelitian ini, peneliti menghimpun berbagai dokumen yang terkait dengan fokus penelitian yang akan peneliti teliti.

4. Triangulasi

Triangulasi yaitu mengecek kebenaran data dengan membandingkan dari sumber data, bertujuan untuk membandingkan tingkat keabsahan data dengan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Dengan menggunakan triangulasi dalam pengumpulan data, maka data yang diperoleh akan lebih konsisten, tuntas dan pasti. Menurut Sugiyono (2013:83) triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan berbagai sumber data. Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama, peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda dengan teknik yang sama.

Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada dengan menguji kredibilitas data mengenai penerapan metode experiential learning dalam pelatihan fungsional dasar penyuluhan ahli.


(29)

48

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu G. Analisis Data

Analisis data merupakan proses untuk menafsirkan data yang diperoleh. Analisis data dilakukan secara terus-menerus sampai dapat diambil keputusan akhir atau penarikan kesimpulan. Teknik yang digunakan diperoleh dari hsil observasi, hasil wawancara dan hasil dokumentasi yang dideskripsikan sesuai dengan kenyataan di lapangan. Menurut Bogdan dalam Sugiyono (2013:88) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.

Pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan langkah-langkah yang dikemukakan oleh Sugiyono (2013: 92-99) sebagai berikut :

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data bertujuan untuk memperoleh data dari hasil observasi, wawancara dan hasil studi dokumentasi yang dialami sendiri oleh peneliti. Pengumpulan data dalam penelitian ini menyangkut semua hal yang berhubungan dengan penelitian yang peneliti teliti secara alamiah dan berhubungan dengan kegiatan penyelenggaraan pelatihan penyuluh pertanian ahli.

2. Reduksi Data

Reduksi Data adalah proses pemilihan data untuk memperoleh data yang terjadi di lapangan agar lebih terarah sesuai dengan tujuan penelitian. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok dan memfokuskan pada hal-hal yang penting. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan. Proses reduksi ini dilakukan secara terus-menerus sesuai dengan tujuan penelitian.

3. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya (Sugiyono 2013:95). Penyajian data yang sering digunakan pada penelitian kualitatif ialah


(30)

49

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam bentuk catatan lapangan. Dengan menyajikan data, maka akan lebih memudahkan untuk memahami apa yang terjadi.

4. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Langkah terakhir dalam analisis data kualitatif menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan (Sugiyono 2013:99).

Dalam menyimpulkan hasil, kesimpulan yang ada di verifikasi selama proses penelitian berlangsung. Penarikan kesimpulan pada penelitian ini merupakan penarikan kesimpulan secara menyeluruh selama peneliti menemukan data di lapangan. sumber data yang terlibat dalam penelitian ini adalah peserta pelatihan, narasumber dalam hal ini adalah widyaiswara dan penyelenggara pelatihan.


(31)

104 Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini peneliti akan mengemukakan kesimpulan dan saran berdasarkan temuan hasil penelitian dan uraian bab-bab sebelumnya mengenai

masalah yang diteliti yaitu: “Penerapan Metode Experiential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli.”

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dibahas di bab sebelumnya, peneliti dapat menyimpulkan hasil sebagai berikut :

1. Perencanaan penerapan metode experiential learning oleh widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di BBPP Lembang.

Perencanaan dari metode experiential learning yang diterapkan dalam pelatihan fungsional penyuluh pertanian ahli telah memiliki kesejalanan konsep dengan hasil di lapangan dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli. Perencanaan yang sesuai dengan konsep perencanaan yang didalamnya meliputi aspek persiapan widyaiswara, peserta belajar serta sistem pembelajaran. Pada tahap ini widyaiswara, penyelenggara pelatihan serta peserta pelatihan menentukan bahan belajar, memilih dan menentukan metode, serta menentukan media yang akan digunakan dalam perencanaan penerapan metode experiential learning.

2. Pelaksanaan penerapan metode experiential learning oleh widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di bbpp lembang.

Pelaksanaan metode yang diterapkan dalam penyuluh fungsional pertanian ahli memiliki pelaksanaan dalam proses belajar experiential learning yang sesuai dengan konsep serta teori dari experiential learning. Metode digunakan karena sesuai dengan kebutuhan dari peserta pelatihan yang merupakan orang dewasa


(32)

105

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang belajar dari pengalamannya sehingga apa yang sudah didapatkan menjadi pengalaman baru untuk disampaikan kepada sasaran.

3. Evaluasi dari penerapan metode experiential learning oleh widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di BBPP Lembang.

Evaluasi dari metode experiential learning dalam penyuluh fungsional pertanian ahli pun sesuai dengan konsep evaluasi. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk evaluasinya, evaluasi yang digunakan sesuai dengan prosedur evaluasi, pada saat mengevaluasi pelatihan didalamnya terdapat evaluasi terhadap metode yang digunakan. Adapun pelaksanaan evaluasi dilakukan sebelum, tengah-tengah pembelajaran dan sesudah proses pembelajaran, hal ini diambil agar dapat membandingkan tingkat pengetahuan peserta sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran. Evaluator dalam pelatihan ini yaitu semua pihak ikut terlibat, sehingga dalam proses evaluasinya peserta menilai widyaiswara dan penyelenggara pelatihan, widyaiswara menilai peserta, dan penyelenggaraan pelatihan pun ikut menilai widyaiswara sehingga dalam pelaksanaan pelatihan selanjutnya disesuaikan dengan yang sudah di evaluasi.

B. Saran

Setelah mengkaji hasil serta kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini, maka berikut ialah saran yang diharapkan dapat berguna bagi semua pihak.

1. Pihak Lembaga Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

a. Dalam pelaksanaan pelatihan pihak penyelenggara dan widyaiswara BBPP Lembang dapat mempertahankan dan mengembangkan yang sudah diterapkan dalam proses pelatihannya.

b. Dalam pelaksanaan pelatihan widyaiswara dapat mempertahankan proses penerapan metode experiential learning.

2. Bagi Peserta Pelatihan

Peserta pelatihan penyuluh pertanian ahli sebaiknya menerapkan metode yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dari sasaran yang dapat digunakan agar sesuai dengan proses pembelajaran dan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.


(33)

106

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peneliti selanjutnya diharapkan lebih mampu mengkaji mengenai berbagai metode pelatihan lainnya sehingga menjadi lebih baik lagi yang dinilai berhubungan dengan penerapan metode pelatihan. Semoga penelitian ini bermanfaat sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang merasa tertarik untuk mengkaji lebih mengenai metode experiential learning di lembaga pelatihan.


(34)

107 Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Abdulhak, I. 2000. Metodologi Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: Andira. Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta

Baharuddin-Wahyuni, E N. 2012. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

IKAPI. 2009. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokusmedia.

Kamil, M. 2009. Pendidikan Nonformal. Bandung: Alfabeta.

Kamil, M. 2010. Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung: Alfabeta.

Knowles, Malcom S. et.al (1984). Andragogi in Action: Applying Modern Principles of Adult Learning. San Fransisco : Jossey-Bass Inc.

Komar, Oong. 2006. Filsafat Pendidikan Nonformal. Bandung: Pustaka Setia Mangkunegara, & Anwar Prabu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia

Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mardikanto, T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Moleong, L.J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Rosda.

Nasution, S. 1982. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara.


(35)

108

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sudjana. 2004. Pendidikan Nonformal. Bandung: Falah Production.

Sudjana. 2007. Sistem dan Manajemen Pelatihan (Teori dan Aplikasi). Bandung: Falah Production.

Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Non Buku :

Ayi Olim. 2013. Modul Teori dan Praktek Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: Tidak diterbitkan.

Ayi Olim. 2013. Modul Manajemen Pendidikan Orang Dewasa (POD). Bandung: Tidak diterbitkan.

Balai Besar Pelatihan Pertanian. 2013. Panduan Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Wahono, Mahruf. 2000. Makalah: Metode Experiential Learning. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sumber Skripsi :

Hikmah, Ari. (2011). Studi Deskriptif Pada Pelatihan Budidaya Ternak Sapi Potong di Desa Cigagade Kecamatan Limbangan Kab. Garut. Skripsi UPI: Tidak diterbitkan

Internet:

Gandi. 2010. Model Pembelajaran Experiental Learning. [Online]. Tersedia:

http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/11/model-pembelajaran-experiental-learning.html [02 Juni 2013]

Kartono. 2008. Pengertian Penyuluhan Pertanian. [Online]. Tersedia:


(36)

109

Amelia Nur Fauza, 2013

Penerapan Metode Expential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli Di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Paul arjanto. 2012. metode-experiential-learning.[Online].Tersedia: http://paul-arjanto.blogspot.com/2012/10/metode-experiential-learning.html [02 Juni 2013]

Priansyah, Y. 2011. Manajemen Pelatihan. In Google online [Online]. Tersedia:

http://trainingmenulis.blogdetik.com/tag/proposal-pelatihan-kepemimpinan/page/2/ [3 Juli 2013]

Rustandi. Standar kompetensi penyuluh pertanian. In Google Online. [Online]. Tersedia: http://log.viva.co.id/news/read/240092-standard-kompetensi-penyuluh-pertanian [10 Juli 2013]


(1)

104

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini peneliti akan mengemukakan kesimpulan dan saran berdasarkan temuan hasil penelitian dan uraian bab-bab sebelumnya mengenai masalah yang diteliti yaitu: “Penerapan Metode Experiential Learning Oleh Widyaiswara Dalam Pelatihan Fungsional Dasar Penyuluh Pertanian Ahli.”

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dibahas di bab sebelumnya, peneliti dapat menyimpulkan hasil sebagai berikut :

1. Perencanaan penerapan metode experiential learning oleh widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di BBPP Lembang.

Perencanaan dari metode experiential learning yang diterapkan dalam pelatihan fungsional penyuluh pertanian ahli telah memiliki kesejalanan konsep dengan hasil di lapangan dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli. Perencanaan yang sesuai dengan konsep perencanaan yang didalamnya meliputi aspek persiapan widyaiswara, peserta belajar serta sistem pembelajaran. Pada tahap ini widyaiswara, penyelenggara pelatihan serta peserta pelatihan menentukan bahan belajar, memilih dan menentukan metode, serta menentukan media yang akan digunakan dalam perencanaan penerapan metode experiential learning.

2. Pelaksanaan penerapan metode experiential learning oleh widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di bbpp lembang.

Pelaksanaan metode yang diterapkan dalam penyuluh fungsional pertanian ahli memiliki pelaksanaan dalam proses belajar experiential learning yang sesuai dengan konsep serta teori dari experiential learning. Metode digunakan karena sesuai dengan kebutuhan dari peserta pelatihan yang merupakan orang dewasa


(2)

yang belajar dari pengalamannya sehingga apa yang sudah didapatkan menjadi pengalaman baru untuk disampaikan kepada sasaran.

3. Evaluasi dari penerapan metode experiential learning oleh widyaiswara dalam pelatihan fungsional dasar penyuluh pertanian ahli di BBPP Lembang.

Evaluasi dari metode experiential learning dalam penyuluh fungsional pertanian ahli pun sesuai dengan konsep evaluasi. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk evaluasinya, evaluasi yang digunakan sesuai dengan prosedur evaluasi, pada saat mengevaluasi pelatihan didalamnya terdapat evaluasi terhadap metode yang digunakan. Adapun pelaksanaan evaluasi dilakukan sebelum, tengah-tengah pembelajaran dan sesudah proses pembelajaran, hal ini diambil agar dapat membandingkan tingkat pengetahuan peserta sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran. Evaluator dalam pelatihan ini yaitu semua pihak ikut terlibat, sehingga dalam proses evaluasinya peserta menilai widyaiswara dan penyelenggara pelatihan, widyaiswara menilai peserta, dan penyelenggaraan pelatihan pun ikut menilai widyaiswara sehingga dalam pelaksanaan pelatihan selanjutnya disesuaikan dengan yang sudah di evaluasi.

B. Saran

Setelah mengkaji hasil serta kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini, maka berikut ialah saran yang diharapkan dapat berguna bagi semua pihak.

1. Pihak Lembaga Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang

a. Dalam pelaksanaan pelatihan pihak penyelenggara dan widyaiswara BBPP Lembang dapat mempertahankan dan mengembangkan yang sudah diterapkan dalam proses pelatihannya.

b. Dalam pelaksanaan pelatihan widyaiswara dapat mempertahankan proses penerapan metode experiential learning.

2. Bagi Peserta Pelatihan

Peserta pelatihan penyuluh pertanian ahli sebaiknya menerapkan metode yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dari sasaran yang dapat digunakan agar


(3)

106

Peneliti selanjutnya diharapkan lebih mampu mengkaji mengenai berbagai metode pelatihan lainnya sehingga menjadi lebih baik lagi yang dinilai berhubungan dengan penerapan metode pelatihan. Semoga penelitian ini bermanfaat sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang merasa tertarik untuk mengkaji lebih mengenai metode experiential learning di lembaga pelatihan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Abdulhak, I. 2000. Metodologi Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: Andira. Arikunto, S. 2006. Prosedur penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta

Baharuddin-Wahyuni, E N. 2012. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

IKAPI. 2009. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Fokusmedia.

Kamil, M. 2009. Pendidikan Nonformal. Bandung: Alfabeta.

Kamil, M. 2010. Model Pendidikan dan Pelatihan (Konsep dan Aplikasi). Bandung: Alfabeta.

Knowles, Malcom S. et.al (1984). Andragogi in Action: Applying Modern

Principles of Adult Learning. San Fransisco : Jossey-Bass Inc.

Komar, Oong. 2006. Filsafat Pendidikan Nonformal. Bandung: Pustaka Setia Mangkunegara, & Anwar Prabu. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia

Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mardikanto, T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Moleong, L.J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Rosda.


(5)

108

Sudjana. 2004. Pendidikan Nonformal. Bandung: Falah Production.

Sudjana. 2007. Sistem dan Manajemen Pelatihan (Teori dan Aplikasi). Bandung: Falah Production.

Sugiyono. 2013. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Non Buku :

Ayi Olim. 2013. Modul Teori dan Praktek Pembelajaran Orang Dewasa. Bandung: Tidak diterbitkan.

Ayi Olim. 2013. Modul Manajemen Pendidikan Orang Dewasa (POD). Bandung: Tidak diterbitkan.

Balai Besar Pelatihan Pertanian. 2013. Panduan Pelatihan Fungsional Dasar

Penyuluh Pertanian Ahli. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Wahono, Mahruf. 2000. Makalah: Metode Experiential Learning. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Sumber Skripsi :

Hikmah, Ari. (2011). Studi Deskriptif Pada Pelatihan Budidaya Ternak Sapi

Potong di Desa Cigagade Kecamatan Limbangan Kab. Garut. Skripsi

UPI: Tidak diterbitkan

Internet:

Gandi. 2010. Model Pembelajaran Experiental Learning. [Online]. Tersedia:

http://fisikasma-online.blogspot.com/2010/11/model-pembelajaran-experiental-learning.html [02 Juni 2013]

Kartono. 2008. Pengertian Penyuluhan Pertanian. [Online]. Tersedia:


(6)

Paul arjanto. 2012. metode-experiential-learning.[Online].Tersedia: http://paul-arjanto.blogspot.com/2012/10/metode-experiential-learning.html [02 Juni 2013]

Priansyah, Y. 2011. Manajemen Pelatihan. In Google online [Online]. Tersedia:

http://trainingmenulis.blogdetik.com/tag/proposal-pelatihan-kepemimpinan/page/2/ [3 Juli 2013]

Rustandi. Standar kompetensi penyuluh pertanian. In Google Online. [Online]. Tersedia: http://log.viva.co.id/news/read/240092-standard-kompetensi-penyuluh-pertanian [10 Juli 2013]