PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN AGRISBISNIS BAGI PETANI MUDA:Studi Kasus di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang Bandung.

(1)

PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN SIKAP KEWIRAUSAHAAN AGRISBISNIS BAGI PETANI MUDA

(Studi Kasus di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Oleh

RATIH RANTIKA SOPYAN 0800015

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

ABSTRAK

Ratih (2013):Pelatihan Kewirausahaan Sebagai Upaya Meningkatkan Sikap Kewirausahaan Agrisbisnis Bagi Petani Muda (Studi Kasus di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang Bandung).

Negara kita sudah lama tergolong sebagai Negara agraris. Namun demikian, perkembangan pertanian di Negara kita masih jauh tertinggal dengan perkembangan pertanian di negara-negara lain, oleh karena itu, perlu adanya peningkatan pembangunan pertanian di neraga kita baik dari segi peningkatan sumberdaya manusianya maupun pemanfaatan sumberdaya alamnya.Salah satu upaya untuk meningkatkan sumberdaya pertanian tersebut dilakukan melalui pelatihankewirausahaanbagipetanimuda.Dalampenelitianini, penulismengkaji pelatihan kewirausahaan bagi petani muda ini dari sudut pandang Pendidikan Nonformal.

Penelitian ini bertujuan : (1)untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang identifikasi kebutuhan pelatihan wirausaha agribisnis dalam upaya meningkatkan keterampilan dan sikap kewirausahaan agribisnis bagi petani muda di Balai Besar Pertanian BBPP Lembang; (2) untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang pelaksanaan pelatihan wirausaha agribisnis dalam upaya meningkatkan keterampilan dan sikap kewirausahaan agribisnis bagi petani muda di Balai Besar Pertanian BBPP Lembang; (3) untuk memperoleh gambaran sikap dan perilaku peserta pelatihan setelah mengikuti pelatihan wirausaha agribisnis dalam upaya upaya meningkatkan keterampilan dan sikap kewirausahaan agribisnis bagi petani muda di Balai Besar Pertanian BBPP Lembang.

Penelitianinimenggunakan metodepenelitiandeskriptipdenganpendekatan kualitatif.Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan kuesioner. Responden dalam penelitian ini sebanyak 21 orang.

Penelitian ini berhasil mengungkap: (1)Penyelenggara pelatihan telah melakukan identifikasi pelatihan sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan; (2) Penyelenggara pelatihan secara maksimal telah berupaya melaksanakan pelatihan ini secara sempurna; (3) Hasil Pelatihan kewirausahaan bagi petani muda telah menunjukkan adanya keberhasilan pembelajaran yang cukup memadai. Keberhasilan itu terlihat dari meningkatnya pemahaman atau pola pikir mereka terhadap wawasan kewirausahaan pertanian. Selain itu, mereka juga memiliki motivasi, sikap dan mental wiarusaha, serta memiliki minat untuk mengembangkan keterampilan yang telah dimilikinya.

Saran dalam penelitian ini ditujukan kepada: (1) Pihak Penyelenggara agar lebih meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan hasil pelatihan, lebih mematangkan perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi yang dilengkapi dengan pengadministrasian dan pendokumentasian yang lengkap. (2) Bagi Warga Belajar/Peserta Pelatihan agar berupaya mengaplikasikan hasil pelatihan yang telah diikutinya, sehingga tujuan dari mengikuti pelatihan ini dapat tercapai.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN

PERSEMBAHAN

ABSTRAK i

KATA PENGANTAR ii

UCAPAN TERIMA KASIH iii

DAFTAR ISI v

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR LAMPIRAN viii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian 1

B. Identifikasi Masalah 5

C. Perumusan dan Batasan Masalah 5

D. Tujuan Penelitian 6

E. Manfaat Penelitian 7

F. Sistematika Penulisan 8

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A. Kewirausahaa 9

1. Pengertian kewirausahaan 9

2. Karakteristik kewirausahaan 10

3. Motivasi Berwirausaha 11

4. Perilaku berwirausaha 12

5. Wirausaha dalam pendidikan umum 13

6. Wirausaha dalam pendidikan luar Sekolah 16

7. Paradigma Wirausaha 17

8. Evaluasi program kewirausahaan... 18

B. Pelatihan 19

1. Definisi Pelatihan 20

2. Tujuan Pelatihan 21

3. Prinsip-prinsip Pelatihan 21

4. Komponen-komponen Pelatihan 24

5. Pelatihan dalam Pendidikan Luar Sekolah 26

6. Model-model Pelatihan dalam Pendidikan Luar Sekolah 28

7. Rancang Bangun Pelatihan 29

C. Perkembangan pertanian 29

D. Sikap 32

1. Definisi sikap 32

2. Ciri-ciri sikap 32

3. Komponen-komponen sikap 32

4. Pembentukan sikap 34

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap 35

6. Metode mempengaruhi sikap 37

E. Kerangka pemikiran 37


(4)

4. Prinsip pembelajaran pendidikan luar sekolah 43

5. Dasar-dasar pengembangan pendidikan luar sekolah 44

BAB III: METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Sampel Penelitian 61

B. Pendekatan dan Metode Penelitian 61

C. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data 63

D. Teknik Analisis Data 64

1. Reduksi Data 65

2. Display Data 65

3. Verifikasi Data 66

E. Definisi Operasional 67

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sejarah perkembangan lembaga 70

B. Hasil Penelitian 78

1. Identifikasi Kebutuhan Pelatihan yang Dilakukan dalam Pelatihan Kewirausahaan Sebagai Upaya Meningkatkan Sikap Kewirausahaan Agribisnis Bagi Petani Muda 78

2. Pelaksanaan Pelatihan Kewirausahaan Sebagai Upaya Meningkatkan Sikap Kewirausahaan Agribisnis Bagi Petani Muda 81

3. Sikap Peserta Pelatihan Kewirausahaan Sebagai Upaya Meningkatkan Sikap Kewirausahaan Agribisnis Bagi Petani Muda 89

a. Aspek Kognitif 90

b. Aspek Afektif 91

c. Aspek Psikomotor 91

C. Pembahasan Hasil Penelitian 95

1. Pembahasan Identifikasi atau Perencanaan Pelatihan Kewirausahaan Agribisnis 95

2. Pembahasan Pelaksanaan Pelatihan Kewirausahaan Agribisnis 98

3. Pembahasan Perubahan Sikap Peserta Pelatihan Kewirausahaan Agribisnis 103

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 112

B. Saran 114 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Pertanian merupakan sektor penting dalam pembangunan perekonomian, mengingat fungsi dan perannya dalam penyediaan pangan bagi penduduk, papan dan energi, serta tempat bergantungnya mata pencaharian penduduk di perdesaan. Sektor ini mempunyai sumbangan yang signifikan dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), peningkatan devisadan peningkatan kesejahteraan petani, sehingga pembangunan pertanian dapat dikatakan sebagai motor penggerak dan penyangga perekonomian nasional.

Dalam Rencana Strategis Kementerian Pertanian tahun 2010-2014 (Kementerian Pertanian RI, 2012 : 1)telah menetapkan empat target sukses yang ingin dicapai Kementerian Pertanianyaitu:

(1) pencapaian swasembada kedelai, gula dan daging sapi dan swasembada berkelanjutan untuk padi dan jagung; (2) peningkatan diversifikasi pangan; (3) peningkatan nilai tambah, daya saing dan ekspor; serta (4) peningkatan kesejahteraan petani.

Strategi pembangunan pertanian yang ditempuh untuk mencapai Empat Target Sukses difokuskan pada penanganan tujuh aspek dasar yang disebut Tujuh Gema Revitalisasi, yaitu: (1) revitalisasi lahan; (2) revitalisasi perbenihan ; (5) revitalisasi pembiayaan petani; (6) revitalisasi kelembagaan petani; dan (7) revitalisasi teknologi dan industri hilir.


(6)

Untuk mengejawantahkan program tersebut Kementerian Pertanian berupaya meningkatkan seluruh peran lembaga yang terkait dengan bidang pertanian untuk berupaya keras meningkatkan sumberdaya pertanian. Dari semua sasaran peningkatan sumberdaya pertanian, petani merupakan ujung tombak dari meningkatnya kualitas pertanian di Negara kita. Oleh karena itu, pembinaan dan pemberdayaan petani mutlak diperlukan.

Negara kita sudah lama tergolong sebagai Negara agraris. Namun demikian, perkembangan pertanian di Negara kita masih jauh tertinggal dengan perkembangan pertanian di negara-negara lain. Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan pembangunan pertanian di neraga kita baik dari segi peningkatan sumberdaya manusianya maupun pemanfaatan sumberdaya alamnya.

Departemen Pertanian (2006) dalam upaya pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Pertanian memiliki salah satu program yang disebut Rural

Empowerment and Agricultural Development (READ).Tujuandari program

ini adalah pemberdayaan petani sebagai upaya dalam meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan petani.

Dalam program READ tersebut terdapa tempat sasaran tipologi petani yakni:

(1)petani yang tidak memiliki lahan, mata pencaharian utama buruh tani tidak tetap/musiman, sebagian anggota keluarga separuh menganggur dalam jangka waktu tertentu setiap tahunnya; (2) petani subsistem di sektor produksi pertanian tanaman pangan, bekerja sampingan sebagai buruh tani tidak tetap, sebagian lainnya bekerja di sektor pertanian komersial yang menghasilkan surplus produksi; (3) petani di sektor pertanian yang lebih komersial, tetapi pada dasarnya masih berorientasi


(7)

bekerja di luar desa; (4) petani subsistem dan komersial dengan tambahan penghasilan dari bekerja di luar sektor pertanian.

Dalam pemberdayaan sumberdaya pertanian, pemberdayaan petani muda merupakan sasaran yang paling tepat, karena petani muda merupakan penerus pembangunan pertanian yang akan menerima tongkat estapet pembangunan dari generasi-generasi sebelumnya. Namun demikian, tidak semua generasi muda berkeinginan untuk menjadi petani.

Henda Suhenda (2012) menyebutkan, sampai tahun 2012, negara kita baru memiliki sekitar 40 juta petani muda. Suatu angka yang sangat masih kurang untuk membangun pertanian yang berkualitas di negara kita ini.Terdapat beberapa alasan generasi muda tak berminat menjadi petani, yaitu (1) profesi petani masih termarjinalkan; (2) petani terkesan kumuh, kotor, dan miskin; (3) kurangnya pemberian promosi daya tarik kepada generasi muda tentang dunia pertanian.

Untuk memberikan daya tarik tentang dunia pertanian kepada generasi muda tentang pertanian perlu diberikan motivasi dan inovasi baru di bidang pertanian, yakni berupa wirausaha agribisnis. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 02/Permentan/OT.140/1/2012 Pedoman Pengelolaan BantuanSosial Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2012 yang dalam salah satu programnya menyebutkan bahwa Pengembangan SDM Pertanian dan Kelembagaan Petani salah satunya dilakukan melalui program Penumbuhan wirausahawan muda di bidang agribisnis.


(8)

Untuk melaksanakan program tersebut, Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Bandung telah menyelenggarakan Pelatihan Kewirausahaan Bagi Petani Muda yang tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam bidang kewirausahaan di bidang agribisnis.

Seorang pakar kewirausahaan David Mc Clelland mengatakan, bahwa jika 2% saja penduduk sebuah negara terlibat aktif dalam kewirausahaan, maka dapat dipastikan bahwa negara tersebut akan sejahtera. Oleh karena itu, Indonesia dari tahun ke tahunt erus mengembangkan berbagai upaya yang dapat mendorong setiap orang untuk dapat menjadi wirausahawan.Sampai saat ini Indonesia masih membutuhkan sekitar 4,76 juta orang wirausaha baru dengan beragam keahlian untuk menggerakkan perekonomian nasional. Jumlah tersebut sekitar 2% dari sedikitnya 238 juta orang penduduk agar Indonesia dapat berdayasaing tinggi dan membuka lapangan kerja baru. Jumlah penduduk Indonesia yang berprofesi sebagai wirausaha saat ini masih terbilang minim. Bahkan, lanjutnya, jumlah penduduk yang berwirausaha itu baru mencapai 0,18% dari total penduduk nasional sebanyak 238 juta orang.

(www.depkop.go.id, download tanggal 16 Oktober 2012, jam: 19:45).

Penulis sangat tertarik untuk mengkaji pelatihan ini dari sudut pandang Pendidikan Nonformal. Oleh karena itu. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis berkehendak mengkaji pelatihan tersebut dalam sebuah penelitian yang berjudul Pelatihan Kewirausahaan Sebagai Upaya Meningkatkan Sikap Kewirausahaan Bagi Petani Muda (Studi Kasus di Balai Besar Pelatihan Pertanian Lembang Bandung)


(9)

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkanlatarbelakangpenelitian,

penulisdapatmengidentifikasikanbeberapahalsebagaiberikut:

1. Pelatihan yang diberikan kepada Petani Muda peserta Pelatihan Kewirausahaan Agribisnis telah berhasil merubah pola pikir para Petani Muda peserta Pelatihan. Setelah mengikuti pelatihan ini, para petani muda telah memapu mengembangangkan jiwa dan sikap kewirausahaan agribsinis dan tumbuhnya wirausaha baru dari kalangan petani muda. 2. Pelatihan yang diberikan kepada Petani Muda peserta Pelatihan

Kewirausahaan Agribisnis telah berhasil memberikan pengetahuan wirausaha agribisnis kepada para Petani Muda peserta Pelatihan.

3. Proses pelatihan yang diberikan selama Pelatihan Kewirausahaan Agribisnis telah sesuai dengan metode pembelajaran dalam pelatihan sehingga menjadikan pelatihan ini menarik bagai para petani muda peserta pelatihan.

C. PERUMUSAN DAN BATASAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan, makadapat disimpulkan perumusan masalahnya adalah “Bagaimana peran pelatihan wirausaha agribisnis dalam upaya meningkatkan keterampilan dan sikap kewirausahaan agribisnis bagi petani muda”.

Merujuk kepada hasil identifikasi masalah dan perumusan masalah, peneliti membatasi permasalahan dalam beberapa pertanyaan sebagai berikut:


(10)

1. Bagaimana identifikasi kebutuhan pelatihan yang dilakukan dalam pelatihan wirausaha agribisnis dalam upaya meningkatkan keterampilan dan sikap kewirausahaan agribisnis bagi petani muda di Balai Besar Pertanian BBPP Lembang?

2. Bagaimanakah pelaksanaan pelatihan yang dilakukan dalam pelatihan wirausaha agribisnis dalam upaya meningkatkan keterampilan dan sikap kewirausahaan agribisnis bagi petani muda di Balai Besar Pertanian BBPP Lembang?

3. Bagaimanakah sikap dan perilaku peserta pelatihan setelah mengikuti pelatihan wirausaha agribisnis dalam upaya meningkatkan keterampilan dan sikap kewirausahaan agribisnis bagi petani muda di Balai Besar Pertanian BBPP Lembang?

D. TUJUAN PENELITIAN

Adapuntujuandaripenelitianiniadalah :

1. Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang identifikasi kebutuhan

pelatihanwirausaha agribisnis dalam upaya meningkatkan keterampilan dan sikap kewirausahaan agribisnis bagi petani muda di Balai Besar Pertanian BBPP Lembang.

2. Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang pelaksanaan

pelatihanwirausaha agribisnis dalam upaya meningkatkan keterampilan dan sikap kewirausahaan agribisnis bagi petani muda di Balai Besar Pertanian BBPP Lembang.


(11)

3. Untuk memperoleh gambaran sikap dan perilaku peserta pelatihan setelah

mengikuti pelatihan wirausaha agribisnis dalam upaya upaya meningkatkan keterampilan dan sikap kewirausahaan agribisnis bagi petani muda di Balai Besar Pertanian BBPP Lembang.

E. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari penelitian ini terbagi kepada manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1. SecaraTeoritis

Penelitian ini untuk mempelajari dan mengembangkan khasanah keilmuan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) terutama bidang pelatihan. Perbedaan pelatihan dalam bidang pertanian dengan pelatihan lainnya adalah pada pelatihan wirausaha pertanian lebih menekankan kepada inovasi.Respon positif yang berasal dari suatu pembelajaran langsung yang mengharuskannya berfikir, mencari jalan, dan membuat berbagai macam terobosan dalam mengatasi permasalahan yang khususnya bidangpertanian.

2. SecaraPraktis

a. Bagi peserta belajar, diperoleh cara belajar dalam bidang kewirausahaan yang lebih efisien

b. BagiPeneliti

Dengan penelitian ini, peneliti berharap mendapat wawasan pengetahuan dan pengembangan pola piker peneliti khususnya dalam masalah pelaksanaan pelatihan di lapangan, sehingga peneliti dapat


(12)

membandingkan antara teori pelatihan yang diperoleh di bangku kuliah dengan realita pelaksanaannya di lapangan.

c. BagiDuniaPendidikanLuarSekolah (PLS)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan dalam melaksanakan dan memperdalam masalah pelatihan sebagai satuan PLS.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk mempermudah penulisan dan pengkajian hasil penelitian ini, penulis memberikan gambaran umum tentang materi yang akan dibahas sebagai berikut.

Bab I Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang Penelitian; Identifikasi Masalah; Pembatasan dan PerumusanMasalah; TujuanPenelitian; Manfaat Penelitian; dan Sistematika Penulisan.

Bab II Kajian Pustaka yang terdiri dari Teori Pelatihan dan Teori Kewirausahaan, dan Teori Pendidikan Luar Sekolah.

Bab III Metode Penelitian yang terdiri dari Subjek Penelitian; Pendekatan dan MetodePenelitian; Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data; Analisis Data; dan Definisi Operasional;

Bab IV Hasil Penelitian Dan Pembahasan, dan Bab V Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Rekomendasi. Serta terakhir berupa Daftar Pustaka.


(13)

(14)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan beberapa hal yang berhubungan dengan pelaksanaan penelitian ini. Adapun yang akan diuraikan dalam penelitian ini meliputi lokasi dan subjek sampel penelitian; metode penelitian; definisi operasional setiap variabel; teknik pengumpulan data; dan teknik analisis data.

A. Lokasidan Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah peserta pelatihan yang telah mengikuti pelatihan kewirausahaan bagi petani muda sebanyak 21 orang sesuai dengan fokus permasalahan yakni perubahan sikap dan perilaku kewirausahaan setelah mengikuti pelatihan kewirausahaan bagi petani muda.

Lokasi penelitian adalah di tempat pelatihan berlangsung yakni BalaiBesar Pelatihan Pertanian (BBPP) Lembang Bandung.A dapun yang menjadi subjek dalam penelitian inia dalah peserta pelatihan sebanyak 21 orang dan 5 orang fasilitator.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. PendekatanPenelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Trisnamansyah (2007: 39-40) berpendapat, deskriptif kualitatif


(15)

dan saling pengaruh mempengaruhi antara yang menjadi fokus penelitiannya dengan aspek-aspek lainnya yang terkait “.

Melalui penelitian deskripsi, maka data tentang pelatihan kewirausahaan bagi petani muda terutama berkaitan dengan identifikasi kebutuhan, perancangan pelatihan, pelaksanaan pelatihan, sikap dan perilaku peserta setelah mengikuti pelatihan dapat diperoleh secara lengkap, mendalam dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.

2. MetodePenelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode studi kasus. Metode studi kasus ini digunakan karena untuk mengetahui seseuatu keadaan secara intensif seperti yang dinyatakan Trisnamansyah(2007: 14) bahwa studi kasus adalah “penelitian mendalam mengenai unit social tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dan terorganisasi secara baik mengenai unit tersebut”.

Menurut Trisnamansyah (2007: 14) tujuan studi kasus, yaitu “untuk mempelajari secara intensif latar belakang keadaandan interaksi lingkungan suatu unit sosial, individu, kelompok, danlembaga”.

Metode studi kasus biasanya menekankan pada satu aspek kehidupan secara mendalam dan intensif. Dalam penelitian ini, yang menjadi studi kasus adalah perilaku peserta pelatihan setelah mengikuti pelatihan. Pertanyaan yang diajukan adalah dalam penelitian ini berdasar pada


(16)

C. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel pada penelitian ini berdasarkan kepada pendapat Nasution (1998: 13) yang mengemukakan bahwa penelitian kualitatif umumnya mengambil informan (subjek penelitian) secara purposive sampling,yakni pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling mengetahui tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa, sehinggaakanmemudahkanpenelitimenjelajahiobjekatausituasisosial yang diteliti.

Adapun tujuan dari pemilihan sampel secara purposive ini sebagaimana dikemukan Alwasilah (2003: 1470) adalah:

1. Karena kekhasan dari latar, individu, atau kegiatan 2. Demi heteroginitas dalam populasi

3. Untuk mengkaji kasus-kasus yang kritis terhadap teori yang ada

4. Mencari perbandingan-perbandingan untuk mencerahkan alasan-alasan perbedaan antar latar, kejadian, atau individu.

Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 8 orang yang terdiri dari petani muda peserta pelatihan 5 orang, alumni peserta pelatihan yang pernah magang di Jepang 2 orang, dan ketua pelaksana 1 orang. Pengambilan sampel ini selain berdasarkan keakraban peneliti dengan objek penelitian, juga berdasarkan keaktifan peserta pelatihan dan keberhasilan peserta pelatihan yang pernah magang di Jepang.


(17)

D. Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Sumber dan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan fokus dan tujuan penelitian. Dalam penelitian kualitatif, sampel sumber data dipilih, dan mengutamakan perspektif emic artinya mementingkan pandangan informan, yakni bagaimana mereka memandang dan menafsirkan dunia dari pendiriannya (Sugiyono, 2005: 206).

Sesuai dengan fokus dan tujuan penelitian, maka yang dijadikan sampel dan sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mendapatkan data tentang identifikasi kebutuhan pelatihan, sumber datanya adalah penyelenggara Pelatihan Kewirausahaan Agribisnis bagi Petani Muda dan Fasilitator Pelatihan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumentasi dan wawancara.

2. Untuk mendapatkan data tentang pelaksanaan pelatihan yang dilakukan dalam Pelatihan Kewirausahaan Agribisnis bagi PetaniMuda, maka sumber datanya adalah setiap sessie pelatihan (proses pembelajaran) yang dilaksanakan selama pelatihanb erlangsung. Setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran selama pelatihan dicatat dan dianalisis. Teknik pengumpulan datanya adalah observasi danwawancara. 3. Untuk memperoleh data tentang sikap dan perilaku peserta pelatihan setelah

mengikuti pelatihan wirausaha agribisnis, sumber datanya adalah peserta pelatihan. Teknik pengumpulan datanya adalah wawancara dan penyebaran angket.


(18)

E. TeknikAnalisis Data

Proses analisis data dalam studi ini dimulai dengan menelaah seluruh data yang berhasild ikumpulkan, baik dari hasil wawancara, pengamatan, maupun dari studi dokumenter. Data-data tersebut tentu masih berupa tumpukan data mentah yang tidak mungkin untuk ditransfer secaralangsung kedalam laporan penelitian.

Setelah seluruh data dikaji, kemudian dilakukan reduksi data dengan jalan membuat abstraksi, yakni merangkum hal-hal yang bersifat inti, mensistematisasi, dan menjaga agar pernyataan-pernyataan yang penting tidak hilang atau terbuang. Dengan cara seperti ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil penelitian.

Berkenaan dengan penelitian Pelatihan Kewirausahaan Bagi Petani Muda, peneliti melakukan terlebih dahulu terhadapobjek yang akan diteliti, kemudian penulis menginventarisir permasalahan-permasalahan yang perlu diteliti.

Dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Singkatnya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data daripada setelah selesai pengumpulan data. Teknik analisis data tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh di lapangan jumlahnya cukup banyak.Semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak,


(19)

kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya apabila diperlukan.

2. Display Data

Setelah data direduksi, makalangkah selanjutnya adalah mendisplay data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bias dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sebagainya.Yangseringdigunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data akan memudahkan dalam memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang yang telah difahami tersebut. 3. Verifikasi Data

Langkah selanjutnya dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila diketemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan


(20)

mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.

F. DEFINISI OPERASIONAL

1. Pelatihan

Simamora dalam Mustafa Kamil (2010:3) mendefinisikan pelatihan sebagai serangkaian aktivitas yang dirancang untuk meningkatkan keahlian-keahlian, pengetahuan, ataupun perubahan sikap seorang individu.

Pelatihan dalam penelitian ini adalah serangkaian kegiatan belajar teori dan praktek tentang kewirausahaan agribisnsis yang pesertanya terdiri dari para petani muda.

2. Kewirausahaan

Mahmud Machfoed (2004:1)menyebutkan bahwa wirausaha merupakan terjemahan dari kata entreupreneur. Kata tersebut berasal dari bahasa Perancis entreprende yang berarti bertaanggung jawab. Wirausahawan adalah orang yang bertanggungjawab dalam menyusun, mengelola, dan mengukur risiko suatu usaha atau bisnis. Kewirausahaan diartikan sebagai semangat, sikap, perilaku dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan atau memperoleh keuntungan yang lebih


(21)

besar. Dengan kata lain kewirausahaan (entrepreneur) merupakan proses menciptakan sesuatu yang berbeda dengan mengabdikan seluruh waktu dan tenaganya disertai dengan menanggung resiko keuangan, kejiwaan, sosial, dan menerima balas jasa dalam bentuk uang dan kepuasan pribadinya.

Kewirausahaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kewirausahaan agribisnis yang dikelola para petani muda.

3. Agribisnis adalah bisnis berbasis usaha pertanian atau bidang lain yang mendukungnya, baik di sektor hulu maupun di hilir. Penyebutan "hulu" dan "hilir" mengacu pada pandangan pokok bahwa agribisnis bekerja pada rantai sektor pangan. Agribisnis dalam penelitian ini usaha di bidang pertanian dalam meningkatkan mutu hasil pertanian yang bermutu dan dapat bersaing di pasaran

4. Sikap sikap adalah proses pengorganisasian motivasi, emosi, persepsi, dan kognitif yang bersifat jangka panjang dan berkaitan dengan aspek lingkungan di sekitarnya. Sikap dalam penelitian ini adalah perubahan pandangan peserta pelatihan terhadap kewirausahaan agrisbisnis setelah mengikuti pelatihan

5. Petani Muda

Dalam buku Panduan Teknis Pelatihan Kewirausahaan Bagi Petani Muda BBPP Lembang (2012 : 6) disebutkan, petani muda adalah petani yang berusia antara 22 -27 tahun yang aktif bergelut dalam usaha bidang pertanian.


(22)

(23)

BAB V

KESIMPULAN dan SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian, hasil analisis data, temuan penelitian, dan pembahasannya, peneliti manarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penyelenggara pelatihan telah melakukan identifikasi pelatihan sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan. Beberapa identifikasi pelatihan yang dilakukan oleh penyelenggara adalah nenentukan tujuan program pelatihan, menentukan sumber belajar (fasilitator), menentukan calon peserta yang merupakan sasaran pelatihan, menentukan penyusunan materi, dan menentukan target pelatihan. Dengan identifikasi pelatihan ini, peserta pelatihan telah benar-benar merasa terpenuhi keterampilan yang dibutuhkan melalui mengikuti kegiatan pelatihan kewirausahaan bagi petani muda

2. Penyelenggara pelatihan secara maksimal telah berupaya melaksanakan pelatihan ini secara sempurna. Bukti upaya maksimal ini antara lain dengan menghadirkan fasilitator yang mumpuni pada bidang pertanian. Selain itu, penyelenggara juga melibatkan peserta dalam kegiatan identifikasi kebutuhan belajar, penentuan tujuan, penyusunan rancangan belajar, kegiatan pengembangan bahan belajar, dan kegiatan evaluasi. Dalam upaya menyelenggarakan pelatihan, pihak peneyelenggara telah melaksanakan beberapa hal yang sesuai dengan prosedur pelatihan


(24)

diantaranya menyusun kurikulum pelatihan, dalam hal ini kurikulum pelatihan kewirausahaan agribisnis bagi petani muda. Sementara itu, metode dan teknik pembelajaran yang dipakai dalam pelatihan adalah andragogi, yakni pembelajaran bagi orang dewasa. Metode dan teknik ini digunakan karena sesuai dengan tingkatan usia para peserta pelatihan. Pihak penyelenggara juga melakukan evaluasi terhadap pelatihan yang dilaksanakan. Dalam pelatihan kewirausahaan agribisnis, penyelenggara melakukan evaluasi berupa daily mood morning yakni evaluasi yang ditujukan untuk mengetahui suasana hati (sedih/biasa/gembira) baik sebelum maupun sesudah mengikuti pelatihan. Daily Mood Monitoringi dilaksanakan setiap hari, dimana setiap peserta wajib memasukkan satu koin ke dalam kotak yang telah disediakan sesuai dengan suasana hati sebelum mengikuti pelatihan. Evaluasi lainnya adalah evaluasi penguasaan materi pelatihan yang dilaksanakan baik secara tertulis maupun tanya jawab secara lisan. Sedangkan untuk menunjang kelancaran pelatihan, pihak penyelenggara telah menata dan menyediakan sarana dan fasilitas sesuai dengan dana pelatihan yang tersedia.

3. Pelatihan kewirausahaan bagi petani muda telah menunjukkan adanya keberhasilan pembelajaran yang cukup memadai. Keberhasilan itu terlihat dari meningkatnya pemahaman atau pola pikir para peserta pelatihan baik secara kognitif, afektif, maupun konatif. Para peserta pelatihan, rata-rata merasakan memperoleh wawasan kewirausahaan agribisnis yang memadai. Selain itu, mereka juga mendapatkan motivasi, sikap dan


(25)

mental wiarusaha, serta memiliki minat untuk mengembangkan keterampilan yang telah dimilikinya. Salah satu hal yang menjadi pendorong bagi peserta pelatihan adalah diperlihatkannya keberhasilan para alumni pelatihan kewirausahaan agribisnis bagi petani muda angkatan sebelumnya. Mereka mendapatkan keteladanan dan contoh keberhasilan para usahawan muda di bidang agribisnis.

B. Saran

1. Pihak Penyelenggara

Untuk lebih meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan hasil pelatihan, pihak penyelenggara Pelatihan Kewirausahaan Agribisnis Bagi Petani Muda hendaknya, lebih mematangkan perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi yang dilengkapi dengan pengadministrasian dan pendokumentasian yang lengkap. Hal tersebut perlu dilakukan untuk memudahkan dalam pelaporan dan sebagai dokumentasi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembanding bagi pihak lain yang akan menyelenggarakan program pelatihan serupa.

2. Bagi Peserta Pelatihan

Pelatihan akan terasa manfaatnya, apabila hasil pelatihan tersebut diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, peserta pelatihan harus berupaya mengaplikasikan hasil pelatihan yang telah diikutinya, sehingga tujuan dari mengikuti pelatihan ini dapat tercapai.


(26)

3. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain yang berminat untuk meneliti objek penelitian yang sama, para peneliti agar melakukan penelitian pada objek lainnya yang belum diungkap lebih dalam dalam penelitian ini misalnya tentang penerapan metode dan teknik pembelajaran dalam pelatihan.


(27)

DAFTAR PUSTAKA

Buchari Alma (2007) Kewirausahaan Untuk Mahasiswa dan Umum,

Bandung : Alfabeta

Ferinadewi, E (2008) Merek dan Psikologi Konsumen, Yogyakarta :

Graha Ilmu.

Geoffrey Meredith (2005) Kewirausahaan, Teori dan Praktek, Jakarta : PPM

Mas’ud , Mahfoedz (2005) Kewirausahaan Suatu Pendekatan Kontemporer,

Jakarta : UPP AMP, YKPN

Mustofa Kamil (2010) Model Pendidikan dan Pelatihan, Konsep dan Aplikasi, Bandung : Alfabeta

Mosher, A.T (1966) Getting Agriculture Moving, Newyoyrk : Praeger,

Inc. Publisher

Slameto (2010) Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya,

Jakarta : Rineka Cipta

Sudjana, H. D, (2005) Strategi Pembelajaran, Falah Production Bandung

--- (2005) Sistem Dan Manajemen Pelatihan, Teori dan Praktek, Bandung : Falah Production.

--- (2004) Pendidikan Non Formal, Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat, Teori pendukung Asas,

Bandung : Falah Production.

--- (2004) Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Non Formal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bandung : Falah Production.

--- (2000) Metode dan teknik Pembelajaran Parftisifatif,

Bandung : Falah Production.

Sugiyono (2010) Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif, dan R&D,

Bandung : Alfabeta


(28)

Winardi (2007) Entrepreneur dan Entrepreneurship, Jakarta :

Prenada Media.

--- (2007) Motivasi dan Pemotivasian, Jakarta :Rajawali.

Sumber dari Internet

nicokani.blogspot.com/2012/03/softskill.htm, tersedia tanggal 16 Oktober 2012, jam 15:55 WIB

www.depkop.go.id, tersedia tanggal tanggal 16 Oktober 2012, jam: 19:45

ayiolim.wordpress.com/.../pendidikan-luar-sekolah, tersedia tanggal 16 Oktober 2012, jam: 19:55 WIB

www. paudni.kemdikbud.go.id/dirjen-paudni-buka-rakornas-pus, tersedia tanggal 11 November 2012, jam 09:49 WIB

www.bpplsp-reg-1.go.id/buletin/read.php?id=82, tersedia tanggal 11 November 2012, jam 15:43 WIB

moshimoshi.netne.net/ materi/efa.htm, tersedia tanggal 12 November 2012, jam : 06:05 WIB


(1)

BAB V

KESIMPULAN dan SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan penelitian, hasil analisis data, temuan penelitian, dan pembahasannya, peneliti manarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Penyelenggara pelatihan telah melakukan identifikasi pelatihan sesuai dengan kebutuhan peserta pelatihan. Beberapa identifikasi pelatihan yang dilakukan oleh penyelenggara adalah nenentukan tujuan program pelatihan, menentukan sumber belajar (fasilitator), menentukan calon peserta yang merupakan sasaran pelatihan, menentukan penyusunan materi, dan menentukan target pelatihan. Dengan identifikasi pelatihan ini, peserta pelatihan telah benar-benar merasa terpenuhi keterampilan yang dibutuhkan melalui mengikuti kegiatan pelatihan kewirausahaan bagi petani muda

2. Penyelenggara pelatihan secara maksimal telah berupaya melaksanakan pelatihan ini secara sempurna. Bukti upaya maksimal ini antara lain dengan menghadirkan fasilitator yang mumpuni pada bidang pertanian. Selain itu, penyelenggara juga melibatkan peserta dalam kegiatan identifikasi kebutuhan belajar, penentuan tujuan, penyusunan rancangan belajar, kegiatan pengembangan bahan belajar, dan kegiatan evaluasi. Dalam upaya menyelenggarakan pelatihan, pihak peneyelenggara telah melaksanakan beberapa hal yang sesuai dengan prosedur pelatihan


(2)

114

diantaranya menyusun kurikulum pelatihan, dalam hal ini kurikulum pelatihan kewirausahaan agribisnis bagi petani muda. Sementara itu, metode dan teknik pembelajaran yang dipakai dalam pelatihan adalah andragogi, yakni pembelajaran bagi orang dewasa. Metode dan teknik ini digunakan karena sesuai dengan tingkatan usia para peserta pelatihan. Pihak penyelenggara juga melakukan evaluasi terhadap pelatihan yang dilaksanakan. Dalam pelatihan kewirausahaan agribisnis, penyelenggara melakukan evaluasi berupa daily mood morning yakni evaluasi yang ditujukan untuk mengetahui suasana hati (sedih/biasa/gembira) baik sebelum maupun sesudah mengikuti pelatihan. Daily Mood Monitoringi dilaksanakan setiap hari, dimana setiap peserta wajib memasukkan satu koin ke dalam kotak yang telah disediakan sesuai dengan suasana hati sebelum mengikuti pelatihan. Evaluasi lainnya adalah evaluasi penguasaan materi pelatihan yang dilaksanakan baik secara tertulis maupun tanya jawab secara lisan. Sedangkan untuk menunjang kelancaran pelatihan, pihak penyelenggara telah menata dan menyediakan sarana dan fasilitas sesuai dengan dana pelatihan yang tersedia.

3. Pelatihan kewirausahaan bagi petani muda telah menunjukkan adanya keberhasilan pembelajaran yang cukup memadai. Keberhasilan itu terlihat dari meningkatnya pemahaman atau pola pikir para peserta pelatihan baik secara kognitif, afektif, maupun konatif. Para peserta pelatihan, rata-rata merasakan memperoleh wawasan kewirausahaan agribisnis yang memadai. Selain itu, mereka juga mendapatkan motivasi, sikap dan


(3)

mental wiarusaha, serta memiliki minat untuk mengembangkan keterampilan yang telah dimilikinya. Salah satu hal yang menjadi pendorong bagi peserta pelatihan adalah diperlihatkannya keberhasilan para alumni pelatihan kewirausahaan agribisnis bagi petani muda angkatan sebelumnya. Mereka mendapatkan keteladanan dan contoh keberhasilan para usahawan muda di bidang agribisnis.

B. Saran

1. Pihak Penyelenggara

Untuk lebih meningkatkan kualitas penyelenggaraan dan hasil pelatihan, pihak penyelenggara Pelatihan Kewirausahaan Agribisnis Bagi Petani Muda hendaknya, lebih mematangkan perencanaan, pelaksanaan maupun evaluasi yang dilengkapi dengan pengadministrasian dan pendokumentasian yang lengkap. Hal tersebut perlu dilakukan untuk memudahkan dalam pelaporan dan sebagai dokumentasi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembanding bagi pihak lain yang akan menyelenggarakan program pelatihan serupa.

2. Bagi Peserta Pelatihan

Pelatihan akan terasa manfaatnya, apabila hasil pelatihan tersebut diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, peserta pelatihan harus berupaya mengaplikasikan hasil pelatihan yang telah diikutinya, sehingga tujuan dari mengikuti pelatihan ini dapat tercapai.


(4)

116

3. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain yang berminat untuk meneliti objek penelitian yang sama, para peneliti agar melakukan penelitian pada objek lainnya yang belum diungkap lebih dalam dalam penelitian ini misalnya tentang penerapan metode dan teknik pembelajaran dalam pelatihan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buchari Alma (2007) Kewirausahaan Untuk Mahasiswa dan Umum, Bandung : Alfabeta

Ferinadewi, E (2008) Merek dan Psikologi Konsumen, Yogyakarta : Graha Ilmu.

Geoffrey Meredith (2005) Kewirausahaan, Teori dan Praktek, Jakarta : PPM

Mas’ud , Mahfoedz (2005) Kewirausahaan Suatu Pendekatan Kontemporer,

Jakarta : UPP AMP, YKPN

Mustofa Kamil (2010) Model Pendidikan dan Pelatihan, Konsep dan Aplikasi, Bandung : Alfabeta

Mosher, A.T (1966) Getting Agriculture Moving, Newyoyrk : Praeger, Inc. Publisher

Slameto (2010) Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta

Sudjana, H. D, (2005) Strategi Pembelajaran, Falah Production Bandung --- (2005) Sistem Dan Manajemen Pelatihan, Teori dan

Praktek, Bandung : Falah Production.

--- (2004) Pendidikan Non Formal, Wawasan, Sejarah Perkembangan, Filsafat, Teori pendukung Asas, Bandung : Falah Production.

--- (2004) Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan Non Formal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, Bandung : Falah Production.

--- (2000) Metode dan teknik Pembelajaran Parftisifatif, Bandung : Falah Production.

Sugiyono (2010) Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif, dan R&D, Bandung : Alfabeta


(6)

Winardi (2007) Entrepreneur dan Entrepreneurship, Jakarta : Prenada Media.

--- (2007) Motivasi dan Pemotivasian, Jakarta :Rajawali.

Sumber dari Internet

nicokani.blogspot.com/2012/03/softskill.htm, tersedia tanggal 16 Oktober 2012, jam 15:55 WIB

www.depkop.go.id, tersedia tanggal tanggal 16 Oktober 2012, jam: 19:45

ayiolim.wordpress.com/.../pendidikan-luar-sekolah, tersedia tanggal 16 Oktober 2012, jam: 19:55 WIB

www. paudni.kemdikbud.go.id/dirjen-paudni-buka-rakornas-pus, tersedia tanggal 11 November 2012, jam 09:49 WIB

www.bpplsp-reg-1.go.id/buletin/read.php?id=82, tersedia tanggal 11 November 2012, jam 15:43 WIB

moshimoshi.netne.net/ materi/efa.htm, tersedia tanggal 12 November 2012, jam : 06:05 WIB