Pengaruh Kopi Luwak (Civet Coffee) terhadap Waktu Reaksi Sederhana pada Perempuan Dewasa.

(1)

iii

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

PENGARUH KOPI LUWAK (Civet coffee) TERHADAP WAKTU REAKSI SEDERHANA PADA PEREMPUAN DEWASA

Rislefia Amadina Sinaga, 2015, Pembimbing I: Sri Nadya J. Saanin., dr., Mkes Pembimbing II: Jo Suherman, dr., M. S, AIF Waktu reaksi adalah interval waktu dihitung mulai pemberian rangsang sampai terjadinya respon. Dalam kehidupan manusia waktu reaksi penting terutama pada aktivitas yang membutuhkan reaksi cepat, misalnya mengemudi dan perlombaan olahraga. Kafein dosis rendah sebagai zat stimulan dalam kopi luwak menstimulasi kerja saraf dalam mengurangi keletihan dan meningkatkan kewaspadaan sehingga konsentrasi meningkat menyebabkan waktu reaksi lebih singkat.

Tujuan penelitian untuk menilai pengaruh meminum kopi luwak terhadap Waktu Reaksi Sederhana pada perempuan dewasa.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental kuasi dengan rancangan pemeriksaan pre-test dan post-test. Subjek penelitian adalah tiga puluh orang perempuan berusia 18-23 tahun. Data yang diukur adalah waktu reaksi sederhana untuk cahaya merah, kuning, hijau, biru serta suara nada tinggi dan rendah, sebelum dan sesudah meminum kopi luwak sejumlah 80 mg kafein dalam 100cc air 95°C. Analisis data menggunakan uji “t” berpasangan dengan α=0,05. Kemaknaan dinilai berdasarkan nilai p≤0,05.

Hasil penelitian rerata waktu reaksi sederhana untuk cahaya warna merah, kuning, hijau, biru, suara nada rendah, dan tinggi sebelum dan sesudah meminum kopi luwak berturut-turut dalam detik 0,079; 0,089; 0,069; 0,086; 0,082; 0,075 yang menunjukkan percepatan waktu reaksi sederhana dengan perbedaan sangat signifikan (p<0,01).

Simpulan dari penelitian ini adalah kopi luwak mempersingkat waktu reaksi sederhana perempuan dewasa.


(2)

iv

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

THE EFFECT OF CIVET COFFEE ON SIMPLE REACTION TIME IN ADULT WOMEN

Rislefia Amadina Sinaga, 2015, Tutor 1st : Sri Nadya J. Saanin., dr., Mkes Tutor 2nd: Jo Suherman, dr., M. S, AIF

Reaction time is the time interval counted from the administration of stimulus until the occurence of respond. In everyday life, reaction time is important mainly in activities where fast reaction is necessary, such as driving and sport competitions. Low dose caffeine as the stimulating agent in civet coffee can rouse the nervous activity in reducing exhaustion and increasing awareness so that concentration will increase, leading to shorter reaction time.

The objective of this study was to assess the effect of drinking civet coffee towards simple reaction time in adult women.

This study used quasi experimental method with pre-test and post-test design. Subject of this research were thirty women aged eighteen to twenty-three years old. Measured data was simple reaction time for the color red, yellow, green, blue, and low and high tone sound, before and after drinking civet coffee with 80 mg of caffeine in 100 cc of 95°C water. Data was analyed with paired T test with α=0.05. Significance was assessed based on p≤0.05.

The result were the average simple reaction time for red, yellow, green, blue, low pitch sound, and high pitch sound before and after drinking civet coffee respectively in seconds were 0.079; 0.089; 0.069; 0.086; 0.082; 0.075 which showed an acceleration in simple reaction time with highly significant differences. The conclusion was that civet coffee shortened simple reaction time in adult women.


(3)

vii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN... i

SURAT PERNYATAAN... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1 Maksud Penelitian... 2

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 2

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

1.4.1 Manfaat Akademik ... 3

1.4.2 Manfaat Praktis ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 3

1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 3

1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 4

BAB II ... 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Otak ... 5


(4)

viii

Universitas Kristen Maranatha

2.1.2 Formatio Reticularis ... 6

2.1.3 Proses Pengolahan Stimulus Menjadi Respon dalam SSP ... 8

2.2 Waktu Reaksi ... 13

2.2.1 Definisi Waktu Reaksi ... 14

2.2.2 Sejarah Waktu Reaksi ... 14

2.2.3 Klasifikasi Waktu Reaksi ... 15

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Waktu Reaksi ... 17

2.3 Kopi Luwak ... 24

2.3.1 Sejarah Kopi Luwak ... 25

2.3.2 Jenis kopi dan Pengolahannya ... 27

2.3.3 Kandungan Kopi ... 34

2.3.4 Manfaat Kopi Luwak ... 35

2.3.5 Efek Samping Kopi ... 35

2.4 Kafein ... 36

2.4.1 Senyawa Kafein ... 36

2.4.2 Farmakodinamik ... 37

2.4.3 Mekanisme Kerja ... 38

2.4.4 Farmakokinetik ... 39

BAB III ... 41

BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 41

3.1 Alat dan Bahan ... 41

3.1.1 Alat... 41

3.1.2 Bahan ... 41

3.2 Subjek Penelitian ... 41

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 42

3.4 Metode Penelitian ... 42

3.4.1 Desain Penelitian ... 42

3.4.2 Variabel Penelitian ... 43

3.4.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 43

3.4.4 Perhitungan Besar Sampel ... 43


(5)

ix

Universitas Kristen Maranatha

3.5.1 Pengumpulan Bahan ... 44

3.5.2 Persiapan Bahan Uji... 44

3.5.3 Pelaksanaan Penelitian ... 44

3.6 Analisis Data ... 46

3.7 Hipotesis Statistik ... 46

3.8 Kriteria Uji ... 46

3.9 Aspek Etik Penelitian ... 46

BAB IV ... 48

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

4.1 Hasil ... 48

4.2 Pembahasan ... 49

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 50

BAB V ... 51

SIMPULAN DAN SARAN ... 51

5. 1. Simpulan ... 51

5. 2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 52

LAMPIRAN ... 54


(6)

x

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel Halaman Tabel 2.1. Hasil Penelitian Kandungan Kopi Arabika Luwak ... 34 Tabel 4.1. Rerata Waktu Reaksi pada Perempuan Dewasa ... 48


(7)

xi

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1. Anatomi Otak ... 5

Gambar 2.2. Formatio Reticularis ... 8

Gambar 2.3. Sensibilitas Sel Kerucut ... 10

Gambar 2.4. Jaras Penglihatan ... 11

Gambar 2.5. Proses Pengolahan Suara ... 13

Gambar 2.6. Hubungan Intensitas Stimulus Dengan WRS ... 17

Gambar 2.7. Hubungan Tingkat Kewaspadaan Dengan WRS ... 18

Gambar 2.8. Perongkol ... 28

Gambar 2.9. Pemberian Kopi sebagai Pakan Luwak ... 30

Gambar 2.10. Biji Kopi dari Feses Luwak ... 30

Gambar 2.11. Pencucian Biji Kopi Luwak ... 31

Gambar 2.12. Proses Sortirasi dan Pengkelasan Kopi Luwak ... 32

Gambar 2.13. Kopi Luwak Setelah Disangrai ... 33


(8)

xii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Informed Consent ... 54

Lampiran 2. Lembar Kerja ... 55

Lampiran 3. Data Hasil Penelitian ... 57

Lampiran 4. Data Hasil Pengolahan SPSS ... 59

Lampiran 5. Surat Keputusan Komisi Etik Penelitian ... 61


(9)

1

Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap manusia selalu mengadakan interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Interaksi ini dapat berupa aksi dan reaksi. Aksi adalah keadaan dimana seseorang memulai suatu interaksi, sedangkan reaksi adalah keadaan dimana seseorang memberi respon terhadap suatu rangsang yang diterimanya secara sadar dan terkendali. Reaksi ini menjadi penting apabila diaplikasikan dengan berbagai keadaan yang memerlukan tindakan yang tepat dan cepat (Houssay, 1995). Interaksi ini dapat dilakukan baik dengan individu lain maupun benda-benda disekitarnya. Antara pemberian rangsang sampai terjadinya respon membutuhkan waktu yang dapat diukur, yang disebut waktu reaksi. Dalam kehidupan manusia waktu reaksi penting, karena dapat mempengaruhi aktivitas seseorang terutama pada aktivitas yang membutuhkan reaksi cepat (Sherwood, 2014).

Kopi (Coffea sp) merupakan salah satu minuman yang kini semakin digemari. Aroma dan kenikmatan minum kopi memang tidak bisa dipungkiri oleh siapa saja. Ada sekitar 70 spesies kopi (Coffea sp), diantaranya yang cukup terkenal adalah kopi arabika (C. arabika) dan kopi robusta (C. canephora). Kopi Luwak dari Indonesia ada yang berasal dari kopi robusta dan kopi arabika. Kopi luwak (Civet coffee) merupakan kopi yang populer dengan harga jual tertinggi di dunia karena keunikannya. Biji kopi luwak dikumpulkan dari kotoran musang luwak. Kopi ini memiliki cita rasa yang khas dan unik akibat proses terbentuknya yang tidak lazim setelah dicerna dalam saluran pencernaan luwak. Banyak yang beranggapan tentang akibat buruk dari mengonsumsi kopi. Namun sebenarnya, jika dikonsumsi dengan baik (tidak berlebihan) kopi memiliki beberapa manfaat baik. Beberapa penelitian ilmiah membuktikan, bahwa minum kopi bermanfaat untuk kesehatan, seperti meredakan nyeri, mengurangi nafsu makan, mempercepat pembakaran lemak, meredakan serangan migrain dan asma, mencegah penyakit Parkinson, mencegah penyakit batu empedu (Dewi, 2012).


(10)

2

Universitas Kristen Maranatha Kafein merupakan zat yang menimbulkan banyak manfaat misalnya menekan rasa kantuk, mengurangi rasa bosan, meningkatkan semangat saat bekerja, serta meningkatkan kewaspadaan sehingga baik dikonsumsi terutama untuk aktivitas menyetir jarak jauh, bekerja di waktu malam maupun bekerja dengan mesin pabrikan. Dalam kasus-kasus di atas, boleh dibilang kafein telah

menjadi ‘penyelamat hidup’ karena dapat mengurangi resiko kecelakaan kerja

dengan mesin pabrikan maupun kecelakaan lalu lintas karena mengantuk (Paskah, 2008).

Berdasarkan hal di atas, penulis bermaksud untuk meneliti pengaruh meminum kopi luwak (Civet coffee) terhadap waktu reaksi sederhana pada wanita dewasa normal.

1.2 Identifikasi Masalah

Apakah kopi luwak jenis arabika mempersingkat waktu reaksi sederhana (WRS) pada perempuan dewasa.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian untuk mengetahui apakah kopi luwak berefek stimulan SSP.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian untuk menilai pengaruh kopi luwak terhadap waktu reaksi sederhana pada perempuan dewasa.


(11)

3

Universitas Kristen Maranatha 1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Akademik

Untuk memperluas pengetahuan tentang manfaat meminum kopi luwak yang berefek stimulan SSP terhadap waktu reaksi.

1.4.2 Manfaat Praktis

Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa kandungan dalam kopi luwak dapat mempercepat waktu reaksi.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian sebelumnya oleh Lorist dan Snel menemukan bahwa dosis sedang kafein dapat mempersingkat waktu reaksi (Kosinski, 2008). Kafein memiliki peran sebagai stimulan dan dapat mencegah rasa kantuk. Struktur kafein mirip dengan struktur senyawa turunan xanthine lain yaitu adenosin. Adenosin sendiri merupakan penyusun senyawa ATP (Adenosin Trifosfat), yaitu senyawa penghasil energi bagi tubuh manusia (Ukhradiya, 2013).

Kafein yang masuk ke dalam tubuh mudah terbawa aliran darah dan masuk ke otak melewati membrane penghalang antara darah dan otak. Di otak, terdapat reseptor adenosin. Molekul kafein yang secara struktur mirip dengan adenosin akan mengikat reseptor adenosin tersebut dan menghalangi sel otak untuk mengikat adenosin. Oleh karena itu, kafein bertindak sebagai inhibitor kompetitif. Adenosin ditemukan di setiap bagian tubuh karena berperan dalam metabolisme energi-ATP dan diperlukan untuk sintesis RNA. Adenosin pada otak befungsi melindungi otak dengan menekan aktivitas saraf dan meningkatkan aliran darah pada otot. Konsentrasi adenosin pada otak dijaga agar tetap dalam


(12)

4

Universitas Kristen Maranatha jumlah yang seimbang, karena itu secara alami tubuh kita akan mengirimkan

sinyal “mengantuk” jika kadar adenosin meningkat. Kafein akan membalikkan

semua kerja adenosin, sehingga tubuh tidak lagi mengantuk, tetapi muncul perasaan segar, sedikit gembira, mata terbuka lebih lebar, namun jantung juga akan berdetak lebih cepat, tekanan darah naik, otot-otot berkontraksi dan hati akan melepas gula ke aliran darah yang akan membentuk energi ekstra. (Ukhradiya, 2013).

Penghambatan aktivitas adenosin akan meningkatkan kewaspadaan. Peningkatan kewaspadaan ini akan meningkatkan konsentrasi yang kemudian akan mempersingkat waktu reaksi. Selain itu, kafein juga menstimulasi jantung dan sistem pernafasan pada tubuh seseorang, sehingga sebagai akibatnya terjadi peningkatan suplai oksigen dan aliran darah ke otak. Bertambahnya suplai oksigen dan aliran darah, akan menambah kecepatan kerja dari otak. Terjadinya peningkatan tersebut, dapat menambah kewaspadaan dan meningkatkan konsentrasi seseorang yang akan mempengaruhi waktu reaksi (Weinberg & Bealer, 2010).

1.5.2 Hipotesis Penelitian

Kopi luwak jenis arabika mempersingkat waktu reaksi sederhana pada perempuan dewasa.


(13)

51

Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Simpulan

Kopi luwak jenis arabika mempersingkat Waktu Reaksi Sederhana (WRS) pada perempuan dewasa.

5. 2 Saran

 Penelitian menggunakan jenis kopi lain yang lebih rendah dosis kafeinnya.  Penelitian menggunakan subjek penelitian laki-laki.


(14)

52

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Andrewes, D. (2001). Neuropsychology From Theory to Practice. New York: Psychology Press.

Barret, K. E., Barman, S. M., Boitano, S., & Brooks, H. L. (2003). Ganong's Review of Medical Physiology. United States of America: McGraw-Hill Medical.

Bear, M. F., Connors, B. W., & Paradiso, M. A. (2001). Neuroscience Exploring the Brain (3 ed.). United States of America: Lippincott Williams & Wilkins.

Buldani, D. (2011, Januari 22). Mengungkap Rahasia Bisnis Kopi Luwak. Bandung, Jawa Barat, Indonesia.

Chawla, J. (2011, Desember). Neurologic Effect of Caffeine. Dipetik Oktober 23, 2015, dari http://emedicine.medscape.com

Corbet, & Hill. (2007, Agustus 15). Infraspecific Taxon Details : Paradoxurus hermaphroditus dongfangensis. Dipetik Oktober 27, 2015, dari Species 2000 ITIS: http://www.catalogueoflife.org

Departemen Farmakologi dan Theurapeutik Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia. (2009). Farmakologi dan Terapi (5 ed.). Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Dewi, D. (2012). Sehat dengan Secangkir Kopi. (Sandiantoro, Penyunt.) Surabaya: Stomata.

Drake, R. L., Vogl, A. W., & Mitchell, A. W. (2012). Gray Dasar-dasar Anatomi. Singapore: Elsevier Churchill Livingstone.

Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2014). Textbook of Medical Physiology (11 ed.). Jakarta: EGC.

Houssay, B. A. (1955). Human Physiology (2 ed.). New York: Mc Graw-Hill Book Company.

Indonesia, Menteri Pertanian Republik. (2015). Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia. Permentan. Jakarta: Berita Negara Republik Indonesia.


(15)

53

Universitas Kristen Maranatha Kadrie, I. (2012, Maret). Kaffein. Dipetik Oktober 20, 2015, dari

http://ifahkadrie.blogspot.com

Katzung, G. B. (2001). Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Penerbit Salemba Medica.

Kosinski, R. J. (2008, December 17). A Literature Review on Reaction Time. Mescher, A. L. (2010). Junqueira's Basic Histology Text & Atlas (12 ed.). United States: Mc Graw-Hill.

Moore, K. L., Dalley, A. F., & Agur, A. M. (2013). Clinically Oriented Anatomy (5 ed.). Jakarta: Erlangga.

Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem (8 ed.). (H. O. Ong, A. A. Mahode, D. Ramdhani, Penyunt., & B. Pendit, Penerj.) Jakarta: EGC.

Weinberg, A. B., & Bealer, B. K. (2010). The Miracle of Caffeine. (T. C. Advantage, Penerj.) Bandung: Qanita.

Wibowo, D. S. (2014). Neuroanatomi untuk Mahasiswa Kedokteran. Malang: Bayumedia Publishing.

Woodworth, R. S., & Schloberg, H. (1971). Reaction Time In Experimental Psychology Revised Edition. New York: Oxford and IBH Publishing CO.


(1)

Kafein merupakan zat yang menimbulkan banyak manfaat misalnya menekan rasa kantuk, mengurangi rasa bosan, meningkatkan semangat saat bekerja, serta meningkatkan kewaspadaan sehingga baik dikonsumsi terutama untuk aktivitas menyetir jarak jauh, bekerja di waktu malam maupun bekerja dengan mesin pabrikan. Dalam kasus-kasus di atas, boleh dibilang kafein telah

menjadi ‘penyelamat hidup’ karena dapat mengurangi resiko kecelakaan kerja dengan mesin pabrikan maupun kecelakaan lalu lintas karena mengantuk (Paskah, 2008).

Berdasarkan hal di atas, penulis bermaksud untuk meneliti pengaruh meminum kopi luwak (Civet coffee) terhadap waktu reaksi sederhana pada wanita dewasa normal.

1.2 Identifikasi Masalah

Apakah kopi luwak jenis arabika mempersingkat waktu reaksi sederhana (WRS) pada perempuan dewasa.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian untuk mengetahui apakah kopi luwak berefek stimulan SSP.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian untuk menilai pengaruh kopi luwak terhadap waktu reaksi sederhana pada perempuan dewasa.


(2)

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah

1.4.1 Manfaat Akademik

Untuk memperluas pengetahuan tentang manfaat meminum kopi luwak yang berefek stimulan SSP terhadap waktu reaksi.

1.4.2 Manfaat Praktis

Memberikan informasi kepada masyarakat bahwa kandungan dalam kopi luwak dapat mempercepat waktu reaksi.

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

1.5.1 Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian sebelumnya oleh Lorist dan Snel menemukan bahwa dosis sedang kafein dapat mempersingkat waktu reaksi (Kosinski, 2008). Kafein memiliki peran sebagai stimulan dan dapat mencegah rasa kantuk. Struktur kafein mirip dengan struktur senyawa turunan xanthine lain yaitu adenosin. Adenosin sendiri merupakan penyusun senyawa ATP (Adenosin Trifosfat), yaitu senyawa penghasil energi bagi tubuh manusia (Ukhradiya, 2013).

Kafein yang masuk ke dalam tubuh mudah terbawa aliran darah dan masuk ke otak melewati membrane penghalang antara darah dan otak. Di otak, terdapat reseptor adenosin. Molekul kafein yang secara struktur mirip dengan adenosin akan mengikat reseptor adenosin tersebut dan menghalangi sel otak untuk mengikat adenosin. Oleh karena itu, kafein bertindak sebagai inhibitor kompetitif. Adenosin ditemukan di setiap bagian tubuh karena berperan dalam metabolisme energi-ATP dan diperlukan untuk sintesis RNA. Adenosin pada otak befungsi melindungi otak dengan menekan aktivitas saraf dan meningkatkan aliran darah pada otot. Konsentrasi adenosin pada otak dijaga agar tetap dalam


(3)

jumlah yang seimbang, karena itu secara alami tubuh kita akan mengirimkan sinyal “mengantuk” jika kadar adenosin meningkat. Kafein akan membalikkan semua kerja adenosin, sehingga tubuh tidak lagi mengantuk, tetapi muncul perasaan segar, sedikit gembira, mata terbuka lebih lebar, namun jantung juga akan berdetak lebih cepat, tekanan darah naik, otot-otot berkontraksi dan hati akan melepas gula ke aliran darah yang akan membentuk energi ekstra. (Ukhradiya, 2013).

Penghambatan aktivitas adenosin akan meningkatkan kewaspadaan. Peningkatan kewaspadaan ini akan meningkatkan konsentrasi yang kemudian akan mempersingkat waktu reaksi. Selain itu, kafein juga menstimulasi jantung dan sistem pernafasan pada tubuh seseorang, sehingga sebagai akibatnya terjadi peningkatan suplai oksigen dan aliran darah ke otak. Bertambahnya suplai oksigen dan aliran darah, akan menambah kecepatan kerja dari otak. Terjadinya peningkatan tersebut, dapat menambah kewaspadaan dan meningkatkan konsentrasi seseorang yang akan mempengaruhi waktu reaksi (Weinberg & Bealer, 2010).

1.5.2 Hipotesis Penelitian

Kopi luwak jenis arabika mempersingkat waktu reaksi sederhana pada perempuan dewasa.


(4)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Simpulan

Kopi luwak jenis arabika mempersingkat Waktu Reaksi Sederhana (WRS) pada perempuan dewasa.

5. 2 Saran

 Penelitian menggunakan jenis kopi lain yang lebih rendah dosis kafeinnya.  Penelitian menggunakan subjek penelitian laki-laki.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Andrewes, D. (2001). Neuropsychology From Theory to Practice. New York: Psychology Press.

Barret, K. E., Barman, S. M., Boitano, S., & Brooks, H. L. (2003). Ganong's Review of Medical Physiology. United States of America: McGraw-Hill Medical.

Bear, M. F., Connors, B. W., & Paradiso, M. A. (2001). Neuroscience Exploring the Brain (3 ed.). United States of America: Lippincott Williams & Wilkins.

Buldani, D. (2011, Januari 22). Mengungkap Rahasia Bisnis Kopi Luwak. Bandung, Jawa Barat, Indonesia.

Chawla, J. (2011, Desember). Neurologic Effect of Caffeine. Dipetik Oktober 23, 2015, dari http://emedicine.medscape.com

Corbet, & Hill. (2007, Agustus 15). Infraspecific Taxon Details : Paradoxurus hermaphroditus dongfangensis. Dipetik Oktober 27, 2015, dari Species 2000 ITIS: http://www.catalogueoflife.org

Departemen Farmakologi dan Theurapeutik Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia. (2009). Farmakologi dan Terapi (5 ed.). Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

Dewi, D. (2012). Sehat dengan Secangkir Kopi. (Sandiantoro, Penyunt.) Surabaya: Stomata.

Drake, R. L., Vogl, A. W., & Mitchell, A. W. (2012). Gray Dasar-dasar Anatomi. Singapore: Elsevier Churchill Livingstone.

Guyton, A. C., & Hall, J. E. (2014). Textbook of Medical Physiology (11 ed.). Jakarta: EGC.

Houssay, B. A. (1955). Human Physiology (2 ed.). New York: Mc Graw-Hill Book Company.

Indonesia, Menteri Pertanian Republik. (2015). Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia. Permentan. Jakarta: Berita Negara Republik Indonesia.


(6)

Kadrie, I. (2012, Maret). Kaffein. Dipetik Oktober 20, 2015, dari http://ifahkadrie.blogspot.com

Katzung, G. B. (2001). Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta: Penerbit Salemba Medica.

Kosinski, R. J. (2008, December 17). A Literature Review on Reaction Time. Mescher, A. L. (2010). Junqueira's Basic Histology Text & Atlas (12 ed.). United States: Mc Graw-Hill.

Moore, K. L., Dalley, A. F., & Agur, A. M. (2013). Clinically Oriented Anatomy (5 ed.). Jakarta: Erlangga.

Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem (8 ed.). (H. O. Ong, A. A. Mahode, D. Ramdhani, Penyunt., & B. Pendit, Penerj.) Jakarta: EGC.

Weinberg, A. B., & Bealer, B. K. (2010). The Miracle of Caffeine. (T. C. Advantage, Penerj.) Bandung: Qanita.

Wibowo, D. S. (2014). Neuroanatomi untuk Mahasiswa Kedokteran. Malang: Bayumedia Publishing.

Woodworth, R. S., & Schloberg, H. (1971). Reaction Time In Experimental Psychology Revised Edition. New York: Oxford and IBH Publishing CO.