MENINGKATKAN KREATIVITAS MELALUI KEGIATAN MENCIPTA BENTUK KREATIF DARI BARANG BEKAS PIRING STYROFOAM: Penelitian Tindakan Kelas Di TK Tunas Harapan Pada Kelompok B.1 Kec. Kotabaru, Kab. Karawang Tahun Ajaran 2013-2014.

(1)

“MENINGKATKAN KREATIVITAS MELALUI KEGIATAN MENCIPTA BENTUK KREATIF BARANG BEKAS DARI PIRING STYROFOAM”

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Kelompok B.1 Di Taman Kanak-Kanak Tunas Harapan Kec. Kotabaru, Kab. Karawang Tahun Ajaran 2013-2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Oleh :

HEPPY ERMAWANTI 1003443

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

Halaman Hak Cipta untuk Mahasiswa S1

================================================================== MENINGKATKAN KREATIVITAS MELALUI KEGIATAN MENCIPTA BENTUK

KREATIF BARANG BEKAS DARI PIRING STYROFOAM

(Penelitian Tindakan Kelas Di TK Tunas Harapan Pada Kelompok B.1 Kec. Kotabaru, Kab. Karawang Tahun Ajaran 2013-2014)

Heppy Ermawanti 1003443

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Heppy Ermawanti 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa iji


(3)

(4)

MENINGKATKAN KREATIVITAS MELALUI KEGIATAN MENCIPTA BENTUK KREATIF DARI BARANG BEKAS PIRING STYROFOAM

( PenelitianTindakan Kelas pada Kelompok B.1 Di Taman Kanak-kanakTunas Harapan Kecamatan Kotabaru,Kabupaten Karawang Tahun Ajaran 2013-2014)

Oleh :

HEPPY ERMAWANTI NIM. 1003443

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing : Pembimbing I,

Yeni Rachmawati, M.Pd NIP. 1973038 200003 2 001

Pembimbing II,

I Gusti Komang Arya P, M. Hum NIP. 19770312 200812 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi PGPAUD

Dr. Ocih Setiasih, M.Pd


(5)

(6)

ABSTRAK

MENINGKATKAN KREATIVITAS MELALUI KEGIATAN MENCIPTA BENTUK KREATIF DARI BARANG BEKAS PIRING STYROFOAM

(Penelitian Tindakan Kelas Di TK Tunas Harapan Pada Kelompok B.1 Kec. Kotabaru, Kab. Karawang Tahun Ajaran 2013-2014)

Heppy Ermawanti 1003443

Penelitian ini di latarbelakangi oleh pentingnya meningkatkan kreativitas seni pada anak TK, khususnya dalam kegiatan mencipta bentuk kreatif. Pengembangan kreativitas melalui kegiatan

mencipta bentuk kreatif sekarang ini kurang diperhatikan, hal ini disebabkan karena banyak fakta-fakta di lapangan yang masih menekankan pada teach center. Secara umum kegiatan mencipta bentuk kreatif khususnya di TK Tunas Harapan masih kurang berfariatif, anak-anak hanya melakukan kegiatan mencipta bentuk kreatif dengan mencontoh guru atau temanya.Media dan alat yang digunakan juga masih kurang bervariasi.Oleh karena itu, diperlukan stimulasi yang

dapat meningkatkan kreativitas anak dalam kegiatan mencipta bentuk kreatif, salah satunya menggunakan barang bekasdari piring Styrofoam.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK dipandang sebagai suatu siklus spiral yang terdiri atas komponen perencanaan, pelaksanaan, tindakan, dan observasi, dan refleksi yang selanjutnya akan diikuti dengan siklus spiral berikutnya. PTK ini bertujuan untuk memperbaiki

dan meningkatkan proses pembelajaran yang sudah dilaksanakan oleh guru serta membantu meningkatkan kreativitas anak dalamkegiatan mencipta yang terjadi di lapangan. Penelitian ini

bersifat kolaboratif antara peneliti, dan guru kelas pendamping.Data dikumpulkan melalui observasi, catatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi.Keabsahan data diperiksa dengan

triangulasi.

Deskripsi Hasil penelitian setelah diterapkanya kegiatan mencipta bentuk kreatif dari barang bekas piring styrofoam ini menunjukkan bahwa ada peningkatan kreativitas Orisinalitas (keaslian), kemampuan untuk menghasilkan gagasan atau ide asli dari sebuah pemikiran,

Fleksibilitas (keluwesan), kemampuan untuk menggunakan berbagai macam cara dalam menyelesaikan suatu masalah, Fluency (kelancaran). Kemampuan untuk menghasilkan banyak

gagasan, Elaborasi (penguraian), kemampuan untuk merumuskan sesuatu hal secara jelas dan terperinci.


(7)

Rekomendasi penelitian ini adalah guru diharapkan untuk mencoba mencari dan menerapkan berbagai strategi yang relevan dengan kebutuhan anak.Selain itu juga menyediakan alat dan sumber belajar yang lebih menarik agar anak lebih antusias dalam mengikuti kegiatan belajar.

Mengoptimalkan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media yang menarik, menyenangkan dan bervariasi agar dapat membuat anak berminat dan antusias terhadap proses


(8)

ABSTRACT

The background of this research is the essential to increase art creativity, especially in creating an creative shape. The emphasizing of teach center is the fact of the decrease creativity in the class. Commonly, the activity of creating shape creativeness especially at TK Tunas Harapan is beyond than good. The children just copy teacher’s shape, the media and tools are not having variety as well. Therefore, the class still needs stimulation to enhance children’s creativity to create a shape by using used tool from styrofoam. Descriptive PTK is used for the research and the components need in the class is: planning, implementation, action, observation and reflection which are followed by next spiral rotate. The goal of this PTK is too fix and increase lesson process that teacher does and help children’s creativity in creating something at the real class. The research has collaborative action between the researcher and class teacher. All data are collected from observation, field note, interview and documentation. Data agreement will be checked by triangulation. Research description after put the creative shape creativity on the activities from styrofoam plate there are shown the enhance of originality, the ability to have an idea, flexibility, solve problem ability, elaboration and ability to explain the words step by step. The recommendation appear from this research is develop ability’s teacher to keep looking and implement the variety of strategy in teaching depend on children’s need. Hopefully teacher provides an attractive media as well to build up children’s enthusiastic to follow the lesson. All those thing are part of to maximize lesson activities by using the interesting tool, fun learning and variety program.


(9)

DAFTAR ISI

Hal.

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH... iv

ABSTRAKSI ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... Xiii DAFTAR GRAFIK ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Penjelasan Istilah ... 5-6 D. Tujuan Penelitian ... 6-7 E. Manfaat Penelitian... ... 7-8 F. Struktur Organisasi Penulisan Skripsi ... 8

BAB II LANDASAN TEORETIS A. Kreativitas Anak Taman Kanak-kanak ... 9


(10)

Heppy Ermawanti, 2013

ii

2. Ciri-ciri Kreativitas ... 15

3. Faktor Yang Mempengaruhi Munculnya Kreativitas Anak………. .. 19

4. Desain Pembelajaran Kreatif……….. ... 20

5. Penilaian Kreativitas………. . 22

B. Mencipta Bentuk Kreatif ... 23

1. Pengertian Mencipta ... 23

2. Pengertian dan Cakupan Membentuk ... 23

3. Manfaat Membentuk ... 24

4. Praktek Berkarya Kreatif ... 25

C. Barang Bekas/ Daur Ulang ... 26

1. Pengertian Barang Bekas/ Daur Ulang ... 26

2. Proses atau Tahapan Daur Ulang ... 29

3. Pemanfaatan Barang Bekas ... 30

4. Aneka Ragam Barang Bekas ... 31

5. Pemanfaatan Barang Bekas dan Peralatan Sederhana Dalam Pembelajaran……… .. 35

D. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 36

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 37

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 38


(11)

D. Instrumen Penelitian ... 43

E. Tekhnik Pengumpulan Data ... 52

1. Pengamatan (Observasi) ... 52

2. Wawancara ... 52

3. Catatan Lapangan………. ... 52

4. Dokumentasi ... 53

F. Analisis Data ... 53

1. Reduksi Data ... 54

2. Mendeskripsikan Data/Display Data ... 54

3. Penarikan Kesimpulan………. .... 54

G. Validitas Data ... 55

1. Member Check……… .. .………. 55

2. Triangulasi……… ... 55

3. Audit Trail………. .. 55

4. Exper Opinion………... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengolahan Data Hasil Penelitian ... 57

1. Gambaran Umum Kondisi Lapangan ... 57

2. Kondisi Awal Kegiatan Mencipta Bentuk Kreatif Di TK Tunas Harapan ... 61 3. Implementasi Pelaksanaan Kegiatan Menciptra Bentuk


(12)

Heppy Ermawanti, 2013

iv

Styrofoam di TK Tunas Harapan ... 67 B. Pembahasan ... 103

1. Kondisi Objektif Kreativitas Mencipta Bentuk Kreatif Dari Barang Bekas Pada Kelompok B.1 Sebelum Diterapkan Kegiatan Mencipta Bentuk Kreatif Dari Barang Bekas Piring Styrofoam ... 103 2. Pelaksanaan Kegiatan Mencipta Bentuk Kreatif Dengan

Menggunakan Barang Bekas Piring Styrofoam Pada Kelompok B.1 TK Tunas Harapan ... 104 3. Peningkatan Kreativitas Mencipta Bentuk Kreatif Anak

Dengan Menggunakan Barang Bekas Piring Styrofoam Di Kelompok B.1 TK Tunas Harapan... 106 BAB V KESIMPULAN & SARAN

A. Kesimpulan ... 107 B. Saran ... 108 - 109 DAFTAR PUSTAKA ... 111 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(13)

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 2.1 Sepuluh Ciri Pribadi Kreatif ... 17

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 41

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrument ... 44

Tabel 3.3 Pedoman Observasi Proses Kegiatan Mencipta Bentuk ... 46

Tabel 3.4 Pedoman Wawancara Guru Sebelum Tindakan ... 47

Tabel 3.5 Pedoman Wawancara Setelah Di Lakukan Tindakan ... 48

Tabel 3.6 Pedoman Catatan Lapangan ... 49

Tabel 3.7 Aktivitas Anak Pada Kegiatan Mencipta Bentuk ... 50

Tabel 3.8 Aktivitas Guru Pada Kegiatan Mencipta Bentuk………. 51

Tabel 4.1 Daftar Nama Anak Sebagai Subjek Penelitian ... 59

Tabel 4.2 Data Pendidik TK Tunas Harapan ... 60

Tabel 4.3 Jumlah Peserta Didik TK Tunas Harapan ... 60

Tabel 4.4 Sarana Dan Prasarana ... 61

Tabel 4.5 Data Kegiatan Mencipta Bentuk Kreatif Anak Pada Pra Siklus .. 63

Tabel 4.6 Pedoman Observasi Proses Kegiatan Meningkatkan Mencipta Bentuk ... 65

Tabel 4.8 Rencana Kegiatan Harian Siklus 1………... 69

Tabel 4.11 Data Kegiatan Mencipta Bentuk Pada Siklus 1………... 80

Tabel 4.12 Pedoman Observasi Proses Kegiatan Meningkatkan Mencipta Bentuk Pada Siklus 1………... . 81


(14)

Heppy Ermawanti, 2013

vi

Tabel 4.17 Data Kegiatan Mencipta Bentuk Pada Siklus 2………... 97 Tabel 4.18 Pedoman Observasi Proses Kegiatan Meningkatkan Mencipta

Bentuk Kreatif Pada Siklus 2………... 98

Tabel 4.21 Persentase Hasil Peningkatan Kegiatan Mencipta Bentuk


(15)

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 40

Gambar 4.9 Media Yang Digunakan Pada Siklus 1 ... 71

Gambar 4.10 Hasil Karya Anak siklus 1 ... 73

Gambar 4.15 Media Yang Digunakan Pada Siklus 2 ... 86


(16)

Heppy Ermawanti, 2013

viii

DAFTAR GRAFIK

Hal. Grafik 4.7 Peningkatan Kreativitas Pada Pra Siklus ... 66 Grafik 4.13 Peningkatan Kegiatan Mencipta Bentuk ... 82 Grafik 4.19 Peningkatan Mencipta Bentuk Siklus 2 ... 99 Grafik 4.20 Peningkatan giatan Mencipta Bentuk Kreatif Kelompok B


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Kisi-kisi Penelitian Pedoman Observasi Anak Pedoman Observasi Guru Foto Kegiatan Pembelajaran

RKM ( Rencana Kegiatan Mingguan ) RKH ( Rencana Kegiatan Harian ) Catatan Lapangan

Lembar Wawancara SK Pembimbing Lembar Bimbingan Daftar Riwayat


(18)

Heppy Ermawanti, 2013


(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama untuk mempersiapkan peserta didik yang kreatif, inovatif, mandiri, dan professional. Memasuki era globalisasi yang penuh persaingan ini sangat diperlukan pendidikan yang nantinya akan digunakan dalam proses perubahan untuk membangun manusia bermutu. Becker (Saputra dan Rudyanto, 2005:1) mengungkapkan bahwa pendidikan dan pelatihan merupakan investasi terpenting dalam mengembangkan sumber daya manusia. Pendidikan merupakan kebutuhan yang paling utama dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia memerlukan perhatian khusus. Untuk itu diperlukan satuan pendidikan yang nantinya dapat dijadikan wadah untuk dapat menjembatani tercapainya tujuan tersebut. Dengan demikian masa usia anak dari 4-6 tahun ini sering dipandang sebagai masa emas. Rentangan usia anak tersebut dalam pendidikan formal berada pada lembaga pendidikan Taman Kanak-kanak.

Anak taman kanak-kanak Taman Kanak-kanak yang berusia (4-6 tahun) berada pada masa peka, dimana anak mulai sensitif untuk menerima pengalaman belajar yang diberikan oleh guru, orang tua dan orang yang lebih dewasa di lingkungannya. Pemberian pengalaman belajar pada masa peka ini merupakan saat yang sangat baik, karena dapat mengembangkan kemampuan anak baik fisik dan psikis secara utuh dan bermakna, demikian pula pengalaman dalam pendidikan seni rupa yang merupakan bagian dari pengembangan seni merupakan pemberian pengalaman belajar yang diharapkan bermanfaat bagi perkembangan pikir, emosi, ekspresi, motorik halus, keterampilan, cita rasa keindahan dan lainnya (Sumanto. 2005).


(20)

2

Heppy Ermawanti, 2013

Sebagaimana terdapat dalam Garis-Garis Besar Program Kegiatan Belajar, Taman Kanak-Kanak (GBPKBTK, 1994) didirikannya Taman Kanak-kanak untuk mengembangkan seluruh segi kepribadian anak Taman Kanak-kanak dalam rangka menjembatani pendidikan dalam keluarga dan pendidikan sekolah. Adapun yang menjadi tujuan program kegiatan belajar anak Taman Kanak-kanak adalah untuk membantu meletakan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan daya cipta yang diperlukan oleh anak didik untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan dan perkembangannya.

Disamping itu pula beberapa hal yang perlu diingat bahwa masa kanak-kanak adalah masa yang peka untuk menerima berbagai macam rangsangan dari lingkungan untuk menunjang perkembangan jasmani dan rohani yang ikut menentukan keberhasilan peserta didik mengikuti pendidikannya di kemudian hari. Maka tujuan program kegiatan belajar anak taman kanak-kanak yaitu daya cipta atau dengan istilah kreativitas. (Rachmawati & Kurniati 2005:2).

Semiawan (1997) mengemukakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan masalah.

Sementara itu Chaplin (1989) mengutarakan bahwa kreativitas adalah kemampuan menghasilkan bentuk baru dalam seni, atau dalam permesinan, atau dalam memecahkan masalah-masalah dengan metode-metode baru.

Pentingnya pengembangan kreativitas dalam system pendidikan ditekankan oleh para wakil rakyat melalui ketetapan MPR-RI No. 11/MPR/1983 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara sebagai berikut :

“Sistem pendidikan perlu disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di segala bidang yang memerlukan jenis-jenis keahlian dan keterampilan serta dapat sekaligus meningkatkan produktivitas, kreativitas, mutu, dan

efisiensi kerja” (Departemen Penerangan, 1983:60).

Perilaku kreatif adalah hasil dari pemikiran kreatif, oleh karena itu, hendaknya system pendidikan dapat merangsang pemikiran, sikap, dan perilaku kreatif-produktif.


(21)

3

Secara khusus, kreativitas berkarya seni rupa diartikan sebagai kemampuan menemukan, mencipta, membuat, merancang ulang, dan memadukan sesuatu gagasan baru maupun lama menjadi kombinasi baru yang divisualkan kedalam komposisi suatu karya seni rupa dengan didukung kemampuan terampil yang dimilikinya.(Sumanto, 2005: 11).

Berdasarkan hasil observasi awal, pada tanggal tanggal 9 februari 2013 dengan guru kelompok B di TK Tunas Harapan kecamatan kotabaru, karawang, diperoleh informasi tentang kondisi kemampuan kreativitas anak di kelas. Berdasarkan informasi tersebut diketahui anak-anak di kelompok B kemampuan kreativitasnya masih rendah. Hal ini tampak pada kemampuan anak dalam kegiatan menggambar bebas ekspresi sesuai daya imajinasi anak dan menggambar apa yang ada dilingkungan sekitar anak seperti pohon, rumah, mobil, bentuk-bentuk geometri seperti segitiga, segi empat, persegi panjang, lingkaran dan lain-lain. Anak masih belum percaya diri mengeksplor ide-ide kreatifnya untuk mencipta bentuk kreatif pada anak Taman kanak-kanak. Sebagian besar anak belum mampu menemukan ide ketika memecahkan suatu masalah, belum memiliki keberanian untuk mengeksplorasi dan berekspresi, anak juga masih terlihat ragu mengeluarkan idenya, takut salah, dan tidak percaya diri ketika melaksanakan kegiatan kreativitas pada pembelajaran di kelas.

Selain itu, anak kelompok B TK Tunas Harapan juga terlihat memiliki minat yang masih rendah dalam mencipta suatu karya sendiri, masih lebih banyak meniru model atau contoh karya yang dibuat oleh guru dan temannya dalam hal pemilihan warna anak terlihat masih ragu hingga meniru temannya, dan selalu menanyakan warna untuk setiap gambarnya pada guru dan temanya. Dalam kegiatan membentuk buah-buahan dengan plastisin, hanya ada 3 anak yang dapat membuat bentuk buah-buahan lengkap dengan daun dan tangkainnya. Selebihnya masih banyak anak yang dibuatkan oleh guru dan meniru temannya. Mengetahui adanya kondisi tersebut peneliti mencoba mendeteksi apa penyebab ketidak tercapainya tujuan kegiatan kreativitas di TK Tunas Harapan kotabaru, Karawang.


(22)

4

Heppy Ermawanti, 2013

Dari hasil observasi awal diketahui bahwa ketidaktercapaian tujuan tersebut antara lain disebabkan kurang menariknya kegiatan pembelajaran kreativitas di kelas seperti kegiatan pembelajaran yang kurang bervariasi dan menarik untuk anak, dan masih adanya ketergantungan untuk meniru contoh guru, dan kurangnya konsentrasi dan percaya diri pada anak saat kegiatan kreativitas di kelas. Pengamatan awal yang dilakukan pada kegiatan kreativitas anak di kelas belum terstimulasi secara optimal dan masih jauh dari harapan.

Hal ini juga terlihat pada kegiatan menggambar bebas Pada umumnya permasalahan kegiatan kreativitas anak taman kanak-kanak Tunas Harapan kelompok B diantaranya anak belum percaya diri dan belum berani dalam mengeksplor ide-ide kreatif dalam kegiatan pembelajaran kreativitas. Permasalahan di atas pada dasarnya memerlukan solusi yang tepat dalam penanganannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam pengembangan kreativitas anak adalah melalui kegiatan mencipta bentuk kreatif dari barang bekas/daur ulang.

Untuk dapat meningkatkan kreativitas pembelajaran mencipta bentuk pada anak perlu diberikan bahan (medium rupa) yang sesuai dengan usia anak dan dapat merangsang kreativitas seni rupa anak. Salah satunya yaitu memanfaatkan bahan yang ada disekitar lingkungan anak, yang mudah didapat dan yang dapat merangsang kegiatan kreativitas seni rupa anak. Bahan yang dipergunakan untuk membuat suatu karya seni rupa untuk meningkatkan kreativitas anak bisa mempergunakan barang-barang bekas/daur ulang untuk menjadi suatu karya. Di lingkungan sekitar kita banyak ditemukan berbagai jenis alat bermain atau permainan yang eksploratif dan sangat membantu perkembangan anak. Bahan pembelajaran yang terbuat dari benda-benda yang sudah bekas atau tak terpakai lagi lebih dapat meningkatkan kreativitas anak. Penggunaan dari bahan bekas adalah salah satu alternatif untuk dapat meningkatkan kreativitas mencipta bentuk pada anak.

Dalam hal ini penulis akan mencoba memperkenalkan cara untuk merangsang kreativitas anak dengan menggunakan bahan barang bekas/daur ulang berupa styrofoam yang banyak terlihat atau banyak ditemukan di sekitar kita agar


(23)

5

menjadi suatu karya yang dapat dibuat oleh anak tersebut, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kreativitas anak di kelompok B TK Tunas Harapan.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan diatas, maka penulis memilih judul “ Meningkatkan Kreativitas Melalui Kegiatan Mencipta Bentuk Kreatif Dari Barang Bekas Piring Styrofoam“.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan pada latar belakang masalah tersebut di atas, secara umum permasalahan pokok penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan. “Bagaimana meningkatkan kreativitas anak di TK Tunas Harapan (kelompok B) dalam pembelajaran seni rupa melalui kegiatan mencipta bentuk kreatif dari barang bekas/daur ulang”. Secara rinci dijabarkan ke dalam rumusan pertanyaan penelitian berikut:

1. Bagaimana kondisi objektif kemampuan kreativitas anak di TK Tunas Harapan sebelum dilaksanakan kegiatan pembelajaran melalui kegiatan mencipta bentuk kreatif dari barang bekas/daur ulang?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran melalui kegiatan mencipta bentuk kreatif dari barang bekas/daur ulang menggunakan Styrofoam di TK Tunas Harapan?

3. Apakah terdapat peningkatan kemampuan kreativitas anak di TK Tunas Harapan setelah penerapan kegiatan mencipta bentuk dari barang bekas/daur ulang ?

C. Penjelasan Istilah

Penjelasan istilah yaitu suatu penjelasan dari variabel penelitian yang dapat menjadi arahan dalam pelaksanaan penelitian. Adapun penjelasan istilah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Kreativitas adalah kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan dalam penyelesaian suatu masalah, bersibuk diri secara kreatif tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan tetapi


(24)

6

Heppy Ermawanti, 2013

memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya (Munandar, 1985: 45).

2. Mencipta bentuk kreatif adalah menciptakan bentuk-bentuk kreatif yang lain, dan anak dapat memilih sendiri bahan padat yang akan dibentuk yang ada di lingkungan sekitar anak, dan mudah didapat. (Pamadhi, Hajar: 2008).

3. Yang dimaksud barang bekas/ daur ulang ialah penggunaan barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai (seperti kotak, botol, karton, plastik, kayu dan sebagainya) yang dibuat beraneka ragam obyek, atau bentuk, yang tergantung dari kreativitas si pencipta. (Munandar, Utami:1992).

4. Dalam penelitian ini barang bekas yang akan digunakan adalah Styrofoam. Mudtaridin (2009), styrofoam memiliki nama lain polystiren. Polystiren adalah monomer yang dibuat dari styrene. Sebenarnya kita bisa manfaatkan barang bekas piring Styrofoam untuk membuat berbagai kreasi menarik dari piring Styrofoam. Dan pembuatannya tidak sulit, dan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kreasi dari piring Styrofoam yang diperlukan juga sederhana (Elen: 2012).

D. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagaimana peningkatan kreativitas anak di TK Tunas Harapan kelompok B dalam kegiatan mencipta bentuk kreatif dari bahan/barang bekas. Tujuan tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa tujuan khusus sebagai berikut:

1. Mengetahui kondisi objektif kemampuan kreativitas anak TK Tunas Harapan.

2. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran seni rupa melalui kegiatan mencipta bentuk dari barang bekas/daur ulang dari styrofoam di TK Tunas Harapan.


(25)

7

3. Mengetahui peningkatan kemampuan kreativitas anak di TK Tunas Harapan setelah diterapkan kegiatan mencipta bentuk dari barang bekas/daur ulang dari styrofoam.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis terhadap kreativitas anak di TK Tunas Harapan melalui kegiatan mencipta bentuk kreatif dari barang bekas/daur ulang dari styrofoam di TK. 1. Manfaat Teoritis,

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang cukup signifikan sebagai masukan pengetahuan atau literature ilmiah yang dapat dijadikan bahan kajian bagi para insan akademik yang sedang mempelajari ilmu pendidikan anak, khususnya mengenai peningkatan kreativitas anak melalui kegiatan mencipta bentuk kreatif dari barang bekas/daur ulang dari styrofoam di TK.

2. Manfaat Praktis,

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Bagi peneliti,

Ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang peningkatan kreativitas pada anak TK melalui pembelajaran seni rupa dengan kegiatan mencipta bentuk kreatif dari barang bekas/daur ulang dari styrofoam dalam meningkatkan kreativitas anak di TK.

b. Bagi kepala sekolah,

Dapat menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang keberhasilan peningkatan kreativitas pada anak TK melalui pembelajaran seni rupa dengan kegiatan mencipta bentuk kreatif dari berbagai barang bekas/daur ulang.

c. Bagi para guru,

Untuk meningkatkan pemahaman tentang pentingnya meningkatkan kreativitas anak sejak usia dini dalam pembelajaran seni rupa dengan


(26)

8

Heppy Ermawanti, 2013

styrofoam, dan menjadi masukan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kreativitas anak TK.

d. Bagi Lembaga PAUD

Memberi bahan masukan kepada lembaga penyelenggaraan program PAUD pada umumnya, dan untuk TK Tunas Harapan untuk meningkatkan kreativitas anak melalui pembelajaran seni rupa melalui kegiatan mencipta bentuk kreatif dari barang bekas/daur ulang dari styrofoam.

F. Struktur Organisasi Penulisan Skripsi

Berikut dibawah ini adalah gambaran umum dari bab ke bab isi dari penulisan skripsi ini :

Bab I. Pendahuluan, pada bab ini mengemukakan tentang : Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, Manfaat Penelitian, Struktur Organisasi Skripsi.

Bab II. Kajian Pustaka, Menguraikan tentang teori-teori dan konsep tentang masalah yang sedang diteliti.

Bab III. Metode Penelitian, pada bab ini mengemukakan tentang : Lokasi dan Subjek Penelitian, Desain Penelitian, Metode Penelitian, Definisi Opreasional, Instrumen Penelitian, Proses Pengembangan Instrumen, Tekhnik Pengumpulan Data, dan Analisis Data.

Bab IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan, pada bab in I mengemukakan tentang : Pengolahan dan Analisis Data, Pembahasan Data dan Analisis Temuan.

Bab V. Kesimpulan dan Rekomendasi, pada bab ini mengemukakan tentang : Kesimpulan yang akan diambil dan saran atau Rekomendasi yang diberikan.


(27)

BAB II

MENINGKATKAN KREATIVITAS MELALUI KEGIATAN MENCIPTA BENTUK KREATIF DARI BARANG BEKAS PIRING STYROFOAM

A. Kreativitas AnakTaman Kanak-Kanak

Anak usia taman kanak-kanak atau anak prasekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun. Pendapat ini sesuai dengan ungkapan Biecher dan Snowman dalam Soefandi (2009: 125), yang menyebutkan bahwa anak prasekolah adalah mereka yang berusia 3-6 tahun. Pada usia Taman Kanak-kanak aspek-aspek perkembangan akan berkembang denganpesat dan berdampak kepada proses perkembangan selanjutnya. Perkembangan pada usia ini mencakup perkembangan fisik motorik, perkembangan kognitif, perkembangan sosial emosi dan perkembangan bahasa. Menurut Soefandi (2009: 126) anak pada masa kanak-kanak akan mengalami proses perkembangan yang sangat pesat, termasuk di dalamnya perkembangan kecerdasan, kreativitas dan kemampuan emosi. Pada setiap anak terjadi perbedaaan-perbedaan aspek perkembangan dan karakteristiknya. Aspek-aspek perkembangan ini saling berkaitan satu sama lainnya akan terganggu.

Anak pada dasarnya dilahirkan dengan membawa potensi kreatif yang harus dibimbing dan diarahkan agar dapat berkembang secara optimal. Dengan potensi kreatif yang dimilikinya, anak akan senantiasa membutuhkan aktivitas yang syarat dengan ide-ide kreatif (Rachmawati & Kurniati, 2005: 41). Kreativitas pada anak-anak berbeda dengan kreativitas yang dimiliki orang dewasa, kreativitas masa kanak-kanak merupakan kreativitas integral, yaitu kreativitas yang masih bertitik tolak pada kepercayaan sepenuhnya pada dirinya sendiri, sehingga proses kreativitas pada masa ini tergolong sangat sensitive (Pendi, 2005: 45).

Lingkungan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk memfasilitasi perkembangan kreativitas anak.Melalui lingkungan anak


(28)

10

Heppy Ermawanti, 2013

Meningkatkan Kreativitas Melalui Kegiatan Mencipta Bentuk Kreatif Barang Bekas Dari Piring dapatmenyerap berbagai bentuk pengalaman yang pada akhirnya dapat merangsang munculnya kreativitas.Hal ini sesuai dengan pendapat Rachmawati & Kurniati (2005: 32) yang menyebutkan bahwa kondisi lingkungan sekitar anak sangat berpengaruh besar dalam menumbuh kembangkan kreativitas.

1. Definisi Kreativitas

Kreativitas memiliki pengertian yang berbeda-beda.Ada beberapa pengertian kreativitas yang dikemuakan oleh para ahli, diantaranya sebagai berikut.

Gallagher (dalam Rachmawati & Kurniati, 2005: 15) mengatakan bahwa “Creativity is a mental process by which an individual creates new ideas or products, or recombines existing ideas and product, in fashion that is novel to him or her” (kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu berupa gagasan ataupun produk baru, atau mengkombinasikan antara keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada dirinya).

Lebih lanjut Supriadi (1994) mengutarakan kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Selanjutnya ia menambahkan bahwa kreativitas merupakan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam kemampuan berpikir, di tandai oleh suksesi, diskontinuitas, diferensiasi, dan integrasi antara setiap tahap perkembangan.

Sementara itu Chaplin (dalam Rachmawati & Kurniati, 2005: 16) mengutarakan bahwa kreativitas adalah kemampuan menghasilkan bentuk baru dalam seni, atau dalam permesinan, atau dalam memecahkan masalah -masalah dengan metode-metode baru.


(29)

11

Definisi berikutnya diutarakan oleh Csikzentmihalyi (dalam Munandar, 1995), beliau memaparkan kreativitas sebagai produk berkaitan dengan penemuan sesuatu, memproduksi sesuatu yang baru, daripada akumulasi keterampilan atau berlatih pengetahuan dan mempelajari buku.

Seperti yang dipaparkan pada kesimpulan dari beberapa definisi kreativitas oleh beberapa tokoh menjelaskan bahwa kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan masalah (Rachmawati dan Kurniati, 2005: 16). Banyak hal yang dilakukan manusia memiliki unsur kreativitasnya, hal ini sesuai dengan program kegiatan yang dikembangkan pada pendidikan anak usia dini, yaitu pengembangan daya cipta.

Kreativitas hanya dimiliki oleh orang yang kreatif. Hal ini disebabkan hanya orang yangkreatiflah yang memepunyai ide gagasan yang kreatif dan original. Orang akan menjadi kreatif apabila distimulasi sejak dini sehingga menjadi anak yang kreatif. Anak dikatakan kreatif apabila mampu menghasilkan produk secara kreatif serta tidak tergantung dengan orang lain.

Selain kesimpulan tersebut kreativitas juga dapat ditinjau dari empat aspek atau 4P menurut para pakar, yaitu:

a. Definisi Pribadi

Menurut Hulbeck (dalam Munandar, 2012: 20) “Creative action is an imposing of one’s own whole personality on the environment in an inique and characteristic way”. Tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya.Fokus pada segi pribadi jelas dalam definisi ini.

Definisi (teori) yang lebih baru tentang kreativitas diberikan dalam “three-facet model of creativity” oleh Sternberg (dalam Munanadar, 2012: 20), yaitu “kreativitas merupakan titik pertemuan yang khas antara tiga atribut psikologis: intelegensi, gaya kognitif, dan kepribadian/motivasi. Bersama-sama ketiga segi dari alam pikiran ini membantu memahami apa yang melatarbelakangi individu yang


(30)

12

Kreativitas dari aspek pribadi, muncul dari keunikan pribadi individu dalam interaksi dengan lingkunganya. Setiap anak mempunyai bakat kreatif, namun masing-masing dalam bidang dan kadar yang berbeda-beda. Kreativitas sebagai kemampuan berpikir meliputi kelancaran, kelenturan, orisinalitas dan elaborasi.Kelancarandisini berkaitan dengan kemampuan untuk membangkitan sejumlah besar ide-ide. Seseorang yang kreatif dapat memiliki banyak ide, dalam hal tersebut akan semakin besar kesempatan untuk menemukan ide-ide yang baik. Kelenturan atau fleksibilitas adalah mampu melihat masalah dari beberapa sudut pandang.Orang yang kreatif memiliki kemampuan untuk membangkitkan banyak ide.Fleksibilitas secara tidak langsung, menunjukkan kemudahan mendapatkan informasi tertentu atau berkurangnya kepastian atau kekakuan.Fleksibilitas merupakan basis keaslian, kemurnian, dan penemuan. Orisinalitas adalah kemampuan untuk menghasilkan ide-ide luar biasa, memecahkan problem dengan cara yang luar biasa, atau menggunakan hal-hal atau situasi dalam cara yang luar biasa. Individu yang kreatif membuahkan tanggapan yang luar biasa, membuat asosiasi jarak jauh, dan membuahkan tanggapan yang cerdik serta mempunyai gagasan-gagasan yang jarang diberikan orang lain. Elaborasi adalah dapat merinci dan memperkaya suatu gagasan.Orang yang kreatif memiliki cara-cara sendiri dalam mengapresiasikan sebuah ide.Orang yang kreatif memiliki cara-cara sendiri dalam menilai sebuah ide dan hal itu berbeda dengan orang-orang pada umumnya.Kreativitas ditinjau dari aspek afektif, seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan dan ingin mencari pengalaman baru (Munandar, 1992: 46).


(31)

13

b. Definisi Proses

Definisi Torrance (dalam Munanadar, 2012: 21) tentang kreativitas yang pada dasarnya menyerupai langkah-langkah dalam metode ilmiah, yaitu:

...the process of 1) sensing difficulties, problems, gaps in information, missing elements, something asked; 2) making guesses and formulating hypotheses about these deficiencies; 3) evaluating and retesting them; and finally 5) communicating the results (1988:47).

Definisi Torrance ini meliputi seluruh proses kreatif dan ilmiah mulai dari menemukan masalah sampai dengan menyampaikan hasil.

Munandar (2009: 18) menyatakan bahwa kreativitas merupakan pendorong menunjuk pada perlunya dorongan dari dalam individu (berupa minat, hasrat, dan motivasi) dan dari luar (lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat) agar bakat kreatif dapat memberi dukungan, perhatian, serta sarana prasarana yang diperlukan.

c. Definisi Produk

Definisi yang berfokus pada produk kreatif menekankan orisinalitas, seperti definisi dari Barron (dalam Munanadar, 2012: 21)

yang menyatakan bahwa „kreativitas adalah kemampuan untuk

menghasilkan/ menciptakan sesuatu yang baru‟.Begitu pula menurut Haefele (dalam Munanadar, 2012: 21) „kreativitas adalah kemampuan untuk membuat kombinasi-kombinasi baru yang mempunyai makna sosial‟. Definisi Haefele ini menunjukkan bahwa tidak keseluruhan produk itu harus baru , tetapi kombinasinya. Unsur-unsurnya biasa saja sudah ada lama sebelumnya.Definisi Haefele menekankan pila bahwa suatu produk kreatif tidak hanya harus baru tetapi juga diakui sebagai bermakna.

Rogers (dalam Munandar, 2012: 21) mengemukakan kriteria untuk produk kreatif ialah:


(32)

14

2) Produk itu harus baru

3) Produk itu adalah hasil dari kualitas unik individu dalam interaksi dalam lingkungannya.

Kreativitas sebagai produk merupakan suatu ciptaan yang baru dan bermakna bagi individu dan/atau bagi lingkunganya. Pada seorang anak, hasil karyanya sudah dapat disebut kreatif, jika baginya hal itu baru, ia belum pernah yang diungkapkan Devito ataupun Trefinger, hanya saja bagaimana potensi itu dapat berkembang dengan baik dan tidak hilang dimakan usia (Rachmawati dan Kurniati, 2005: 21).

d. Definisi “press”

Munandar (2012: 22) kreativitas menekankan faktor “press” atau dorongan, baik dorongan internal (dari secara kreatif) maupun dorongan eksternal dari lingkungan sosial dan psikologis. Definisi Simpson (dalam Vernon, 1982) merujuk pada aspek dorongan internal , yaitu kemampuan kreatif dirumuskan sebagai “the initiative that one manifests by his power to break away from the usual sequence of thought”. Mengenai “press” dari lingkungan, ada lingkungan yang tidak menghargai imajinasi atau fantasi, dan menakankan kreativitas dan inovasi. Kreativitas juga tidak berkembang dalam kebudayaan yang terlalu menekankan konformitas dan tradisi, dan kurang terbuka terhadap perubahan atau perkembangan baru.

Munandar (2009: 19) kreativitas sebagai pendorong menunjuk pada perlunya dorongan dari dalam individu (berupa minat, hasrat, dan motivasi) dan dari luar (lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat) agar bakat kreatif dapat diwujudkan.Sehubungan dengan hal ini pendidik diharapkan dapat member dukungan, perhatian, serta sarana prasarana yang diperlukan.

Selanjutnya Beaty (dalam Pamilu, 2007: 103)sudah dialih bahasakan menyatakan bahwa “Anak yang melakukan berbagai aktivitas; memiliki rasa ingin


(33)

15

tahu yang besar; serta spontanitas untuk menjelajah, bereksplorasi, maupun melakukan kegiatan lain dalam bentuk permainan itulah kreativitas”.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu/menghasilkan sesuatu yang baru atau memodifikasi yang sudah ada sebelumnya baik berbentuk karya nyata maupun berbentuk gagasan dari kemampuan berfikir yang berguna untuk menjadi sesuatu yang bermakna atau bermanfaat dan berguna untuk pemecahan suatu masalah.

2. Ciri-ciri Kreativitas

Salah satu aspek penting dalam kreativitas adalah memahami ciri-cirinya. Adapun cirri kreativitas menurut Supriadi(dalam Rachmawati dan Kurniati: 2005: 17), ciri kreativitas dapat dibedakan dalam ciri kognitif dan ciri non kognitif. Pengembangan kreativitas individu tidak hanya membutuhkan keterampilan untuk berpikir kreatif saja, tetapi juga memerlukan pengembangan pembentukan sikap, perasaan dan kepribadian yang mencerminkan kreativitas. Menurut Supriadi (1994), pemaparan ciri kreativitas yang dikelompokkan kedalam dua kategori itu, antara lain:

a. Ciri kreativitas kognitif meliputi: keterampilan berpikir lancar,keterampilan berpikir luwes atau fleksibel, keterampilan berpikir orisonal, keterampilan merinci atau mengelaborasi serta keterampilan menilai.

b. Ciri kreativitas non kognitif meliputi: motivasi sikap seperti merasa tergantung oleh kemajemukan, sikap berani mengambil resiko, sikap menghargai, dan kepribadian kreatif seperti rasa ingin tahu, bersifat imaginatif.

Kedua ciri ini merupakan hal yang sangat penting untuk mewujudkan karya yang kreatif dan inovatif.

Adapun ciri-ciri pribadi kreatif menurut Munandar (2009: 36) adalah sebagai berikut:

a. Imajinatif

b. Mempunyai prakarsa c. Mempunyai minat luas d. Mandiri dalam berpikir e. Melit


(34)

16

g. Penuh energy h. Percaya diri

i. Bersedia mengambil resiko

j. Berani dalam pendirian dan keyakinan.

Berdasarkan studi Supriadi (Rachmawati & Kurniati, 2005: 18) ada 24 ciri kepribadianyang ditemukannya, yaitu sebagai berikut:

a. Terbuka terhadap pengalaman baru b. Fleksibel dalam berpikir dan merespon

c. Bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan d. Menghargaifantasi

e. Tertarik pada kegiatan kreatif

f. Mempunyai pendapat sendiri dan tidak terpengaruh oleh orang lain g. Mempunyai rasa ingin tahu yang besar

h. Toleran terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti i. Berani mengambil resiko yang diperhitungkan

j. Percaya diri dan mandiri

k. Memiliki tanggung jawab dan komitmen kepada tugas l. Tekun dan tidak mudah bosan

m. Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah n. Kaya akan inisiatif

o. Peka terhadap situasi lingkungan

p. Lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan dari pada masa lalu q. Memiliki citra diri dan stabilitas emosi yang baik

r. Tertarik kepada hal-hal yang abstrak, kompleks, holistic dan mengandung teka-teki

s. Memiliki gagasan yang orisinal t. Mempunyai minat yang luas

u. Menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat dan konstruktif bagi pengembangan diri

v. Kritis terhadap pendapat orang lain w. Senang mengajukan pertanyaan yang baik

x. Memiliki kesadaran etik-moral dan estetik yang tinggi

Selanjutnya Soefandi (2009: 137) menyebutkan bahwa seseorang yang krearif memiliki kelebihan-kelebihan berbeda dengan seseorang pada umumnya, kelebihan-kelebihan tersebut ditunjukkan dari hal-hal berikut ini:

a. Memiliki keinginan untuk mengubah hal-hal disekelilingnya menjadi lebih baik

b. Memiliki kepekaan, yakni cenderung lebih terbuka dan tanggap terhadap sesuatu


(35)

17

c. Memiliki minat untuk menggali lebih dalam apa yang tampak di permukaan

d. Mempunyai rasa ingin tahu yang sangat tinggi e. Mendalam dalam berpikir

f. Mampu menekuni permasalahan hingga menguasai seluruh bagian-bagiannya

g. Optimis memadukan antuasiasme dan rasa percaya diri

h. Mampu bekerja sama dan sanggup berikhtiar secara produktif bersama orang lain.

Menurut Csikszentmihalyi (Yaumi, 2010: 13) ada sepuluh ciri-ciri kepribadiankreatif dan terdapat ciri lain yang mempengaruhi terbentuknya pribadi, yang dijelaskan dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.1

Sepuluh ciri pribadi kreatif

Ciri pribadi kreatif Ciri lain yang melekat

Energi fisik yang kuat Tenang dan santai

Cerdas dan bijaksana Kekanak-kanakan

Disiplin dan tanggung jawab Main-main

Imajinasi (realitas) Fantasi (realitas)

Introversi Ekstroversi

Rendah hati Bangga atas hasil karya

Lepas dari gender Wanita lebih dominan dan lelaki lebih sensitive

Mandiri dan suka menentang Objektif

Bersemangat Menderita

Gembira

Dilihat dari beberapa ciri-ciri kreativitas diatas, maka akan menghasilkan suatu perilaku yang kreatif dan menghasilkan sesuatu sebagai hasil pemikiran. Ada beberapa perilaku anak prasekolah yang kreatif menurut Soefandi (2009), adalah sebagai berikut:

a. Anak senang mengeksplorasi lingkungannya dengan cara mengamati, mendekati, memegang segala sesuatu yang dilihatnya, serta memiliki rasa ingin tahu yang besar yang merupakan suatu rangsangan bagi anak untukmembangkitkan kreativitasnya.


(36)

18

b. Anak senang melakukan aktivitas-aktivitas yang baginya menyenangkan, sehingga dari aktivitas tersebut anak mendapatkan pengalaman yang baru.

c. Bersifat spontan dalam mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran anak tanpa mengalami hambatan.

d. Banyak aktivitas yang dilakukan oleh anak, sehingga anak biasanya tidak merasa bosan.

e. Tidak merasa puas dengan satu jawaban, sehingga anak biasanya banyak mengajukan banyak pertanyaan.

f. Memiliki daya imajinasi tinggi.

g. Memiliki kemampuan untuk berfikir dari segala arah apabila mengalami kesulitan dan dapat melihat hubungan yang tidak biasa antara ide dan gagasan yang telah dihasilkan.

h. Orisinalitas, yaitu kemampuan untuk menghasilkan idea tau gagasan dan dapat memecahkan suatu masalah dengan cara yang dianggap tidak biasanya atau baru.

i. Fleksibilitas konseptual, yaitu kemampuan anak untuk dapat secara spontan mengganti cara pada saat mengalami masalah dengan cara yang tidak biasa melalui pendekatan-pendekatan.

j. Memiliki kemampuan dalam banyak hal sehingga mempunyai banyak minat dan kecakapan dalam berbagai bidang.

k. Mempunyai pikiran yang mandiri.

l. Tidak mudah menyerah apabila mengalami kegagalan dan akan terus mencoba sehingga akhirnya menemukan penyelesaian dari permasalahan yang dihadapi.

m. Dapat berkomunikasi dengan baik dengan menggunakan bahasa yang jelas dan spontan.

Dari pemaparan ciri-ciri pribadi kreatif tersebut dapat diyakini bahwa seseorang dikatakan kreatif jika dalam berinteraksinya dengan lingkungan juga dapat memperhatikan ciri-ciri dari kreativitasnya tidak hanya dibutuhkan keterampilan berpikir kreatif dalam mewujudkan bakat kreatif anak tetapi juga


(37)

19

dengan ciri-ciri apektif kreatifnya.Dari hal tersebut, ada baiknya pendidikan tidak hanya memperhatikan perkembangan keterampilan berpikir kreatif tetapi pembentukan sikap, perasaan dan cirri-ciri kepribadian yang mencerminkan kreativitas yang juga perlu dipupuk.

3. Faktor yang mempengaruhi munculnya kreativitas anak

Kreativitas dapat terwujud dimana saja dan oleh siapa saja, ditinjau dari segi pendidikan bakat kreatif itu dapat ditingkatkan dank arena itu perlu dipupuk sejak dini.Namun suatu survey evaluasi nasional (dalam Munandar, 1999) menyimpulkan bahwa pengajaran di sekolah masih kurang untuk meningkatkan kreativitas anak.Beberapa factor yang mempengaruhi kreativitas anak tersebut dapat disimpulkan terdiri dari factor lingkungan rumah dengan peran orang tua dan factor lingkungan sekolah dengan peran guru. Seperti yang diungkapkan Hurlock yang dikutip Tjandrasa (dalam Juariah, 2010):

Lingkungan rumah dan sekolah harus merangsang kreativitas dengan memberikan bimbingan dan dorongan untuk menggunakan sarana yang akanmendorong kreativitas. Ini dilakukan sedini mungkin sejak masa bayi dan dilanjutkan hingga masa sekolah dengan menjadikan kreativitas suatu pengalaman yang menyenangkan dan dihargai secara social.

Lingkungan rumah merupakan hal pertama yang dikenal oleh anak, sehingga penting bagi orang tua untuk menciptakan suasana yang nyaman di dalam keluarga yang dapat memupuk kreativitas anak.Selain itu lingkungan sekolah dipandang merupakan lingkungan yang dapat memberikan konstribusi dalam perkembangan kreativitas anak, karena guru di sekolah memiliki peran lebih dari sekedar mengajar tapi juga membimbing anak supaya senang melakukan kegiatan kreatif dalam kehidupannya.

Perkembangan kreativitas anak juga dipengaruhi oleh motivasi dari dalam diri ataupun dari lingkungan. Seperti yang diungkapkan Akhmad (dalam Juariah, 2010) dalam mewujudkan kreativitas membutuhkan adanya dorongan dari diri individu (motivasi instrinsik) dan dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik),


(38)

20

a. Motivasi untuk kreativitas berupa dorongan yang berasal dari dalam diri merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketia individu membentuk hubungan-hubungan baru dengan lingkungan-lingkungan yang baru, dengan upaya sepenuhnya (Rogers dalam Munndar, 1999) b. Kondisi eksternal yang mendorong perilaku kreeatif yaitu dari

lingkungan diupayakan dapat memupuk dorongan dalam diri individu untuk mengembangkan kreativitasnya

c. Keamanan psikologis, yang terbentuk melalui tiga proses yang saling berhubungan dengan menerima individu sebagaimana adanya dengan segala kelebihan dan kekurangan, mengusahakan suasana yang didalamnya evaluasi eksternal tidak ada, memeberikan pengertian secara empatis untuk diekspresikan dalam bentuk-bentuk baru yang berhubungan dengan lingkungan (memupuk kreativitas)

d. Kebebasan psikologis yaitu dengan memberikan kesempatan pada individu untuk bebas mengekspresikan secara simbolis, pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya, permissivessakan memberikan individu kebebasan dalam berpikir atau merasa sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya.

Hal-hal tersebut merupakan factor-faktor yang dapat mengembangakan kreativitas anak yang dapat disimpulkan sebagai berikut; lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, motivasi dan lingkungan.Dengan memperhatikan factor-faktor tersebut dapat membentu guru dan orang tua dalam pengembangan kreativitas serta diharapkan perkembangan kreativitas dapat meningkat sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

4. Pengertian Anak Kreatif

Anak kreatif adalah anak yang mampu memperdayakan pikirannya untuk menghasilkan gagasan baru, memecahkan masalah, dan ide yang memepunyai maksud dan tujuan yang ditentukan. Ketika anak mengekspresikan pikirannya atau kegiatannya yang berdaya cipta, berinisiatif sendiri, dengan cara-cara yang original, kita dapat mengatakan bahwa itu adalah anak kreatif (Suratno, 2005: 10).


(39)

21

Individu kreatif dengan sendirinnya memiliki motivasi dalam dirinya atau motivasi intrinsic yang kuat untuk menghasilkan idea tau karya dalam memuaskan diri bukan karena tekanan dari luar. Motivasi dalam diri atau intrinsic tercipta dengan sendirinya yang mendorong timbulnya kreativitas dan itu akan bberlangsung dalam kondisi-kondisi mental tertentu (Amabile dalam Suratno, 1990: 10).

5. Karakteristik Anak Kreatif

Torrance dalam Suratno (2005: 11) menyebutkan enam karakteristik tindakan kreatif anak. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. Anak kreatif belajar dengan cara-cara yang kreatif.

Dalam proses pembelajaran seharusnya memberikan kesempatan pada anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi sehingga anak memperoleh pengalaman yang berkesan dan menjadikan apa yang dipelajari anak lebih lama diingat. Melalui eksperimen, eksplorasi, manipulasi, dan permainan. Mereka sering mengajukan pertanyaan, membuat tebakan, dan kemudian mereka menemukan, kadangkala cepat dan emosional, sementara pada saat yang lain secara diam-diam saja. Dengan kegiatan mencipta bentuk kreativitas dapat dikembangkan karena anak akan sering mengajukan pertanyaan, membuat tebakan sesuai denga ciri anak kreativitas diatas. b. Anak kreatif memiliki rentang perhatian yang panjang terhadap hal yang

membutuhkan usaha kreatif.

Anak kreatif memiliki rentang perhatian 15 menit lebih lama bahkan lebih dalam hal mengeksplorasi, bereksperimen, memanipulasi, dan memainkan alat permainanya. Hal ini menunjukkan bahwa anak yang kreatif tidak mudah bosan seperti halnya anak yang kurang kreatif.

Melalui kegiatan mencipta bentuk kreatif, guru mengidentifikasikan anak yang kreatif maupun tidak kreatif yakni dilihat dari rentang perhatian anak karena media yang menarik membuat anak lebih focus perhatiannya. c. Anak kreatif memiliki kemampuan mengorganisasikan yang


(40)

22

Anak kreatif adalah anak yang pikirannya berdaya dengan demikian anak kreatif sering merasa lebih daripada anak yang lain. Bentuk kelebihan anak kreatif ditunjukkan dengan peran mereka dalam kelompok bermain. Anak kreatif muncul sebagai pemimpin bagi kelompoknya karena itu anak kreatif pada umumnya mampu mengorganisasikan teman-temannay, anak akan memiliki kepercayaan diri yang luar biasa.

Melalui kegiatan mencipta bentuk kreatif, anak belajar mengaitkan ide dan gagasan sebagai bekal untuk melatih kepercayaan diri anak. Jika berhasil mengaitkan ide atau gagasan, anak akan melahirkan karya-karya yang original sehingga kepercayaan diri anak akan muncul dengan secara tidak langsung anak termotivasi untuk mengakpresiasikannya di depan teman-temanya.

d. Anak kreatif dapat kembali pada sesuatu yang sudah dikenalnya dan melihat dari cara yang berbeda.

Anak kreatif merupakan anak yang suka belajar untuk memperoleh pengalaman. Anak tidak lekas bosan untuk mendapatkan pengalaman yang sama berkali-kali. Jika pengalaman pertama telah diperoleh, mereka akan mencoba dengan cara lain sehingga diperoleh pengalaman baru. Melalui kegiatan mencipta bentuk kreatif anak telah mampu menghasilkan sesuatu yang baru dan original sesuai dengan kemampuannya.

e. Anak kreatif belajar banyak melalui fantasi dan memecahkan permasalahan dengan menggunakan pengalamannya.

Anak kreatif akan selalu haus akan pengalaman baru. Pengalaman yang berkesan akan diperoleh secara langsung melalui eksperimen yang dilakukan. Anak harus diberikan banyak bekal pengalamnnya melalui eksperimennya sendiri baik melalui kesenian, musik, drama kreatif atau cerita, maupun menggunakan bahasa yang mengekspresikan kelucuan, suasana atau atmosfer persoalan yang bebas, dan dapat diterima oleh anak. Cerita bergambar dapat mengasah imajinasi dan fantasi anak, fantasi tersebut dapat diasah melalui kegiatan mencipta bentu kreatif. Fantasi tersebut akan lebih meningkatkan kreativitas anak.


(41)

23

f. Anak kreatif menikmati permainan dengan kata-kata dan tempat sebagai pencerita yang alami.

Anak kreatif suka bercerita, bahkan kadang-kadang bercerita tidak ada habis-habisnya sehingga sering di cap sebagai anak cerewet. Padahal melalui aktivitas itu, anak akan mengembangkan lebih lanjut fantasi-fantasinya, khayalan-khayalan imajinatifnya sehingga akan memperkuat kekreatifan anak. Anak kreatif memiliki kuriositas yang tinggi. Untuk memenuhi kuriositasnya diperlukan ekal pengetahuan dan pengalaman itu akan lebih bermakna dan akan bertahan lama jika dapat diperoleh secara langsung. Untuk itu , diperlukan berbagai macam kegiatan eksperimen dan eksplorasi yang dapat dilakukan anak. Guru, orang tua, dan orang-orang yang dekat dengan anak perlu memahami bagaimana memfasilitasi anak agar kreativitas itu m uncul sebagai kekuatan real yang sangat diperlukan bagi kehidupannya kelak.

6. Desain pembelajaran kreatif

Desain pembelajaran kreatif, terdapat tekhnik-tekhnik tertentu yang penggunaanya harus disesuaikan dengan fungsi dan tahap pembelajaran. Merancang suatu desain pembelajaran yang sifatnya amat khusus bagi anak kreatif adalah tugas yang paling kompleks dan yang paling sering diriset oleh para pakar, dan masih jauh dari pada sempurna. Namun begitu ada beberapa petunjuk yang dapat kita peroleh dalam merancang kegiatan ini.

Dalam kaitan ini Semiawan (1997) mengemukakan saran untuk menciptakan suasana yang mendorong dan menunjang kreativitas sebagai berikut:

a. Bersikaplah terbuka terhadap minat dan gagasan anak atau siswa.

b. Berilah waktu kepada siswa untuk memikirkan dan mengembangkan ideatau gagasan kreatif. kreativitas tidak timbul secara langsung dan spontan.


(42)

24

c. Ciptakanlah suasana saling menghargai dan saling menerima antar anak atau siswa, antar anak dan orang tua, dan antara siswa denga guru atau pengasuh, sehingga antara mereka dapat belajar, bekerja dengan baik secara bersama maupun mandiri dengan baik.

d. Kreativitas dapat diterapkan disemua bidang kurikulum dan bukan monopoli seni.

e. Doronglah kegiatan berpikir divergen dan jadilah nara sumber dan pengarah.

f. Suasana yang hangat dan mendukung memberi keamanan dan kebebasan untuk berfikir menyelidiki (eksploratif).

g. Berilah kesempatan kepada anak untuk berperan serta dan mengambil keputusan.

h. Usahakanlah agar semua anak terlibat dan dukunglah gagasan atau cara pemecahan masalah dari anak maupun rencana anak. Mendukung bukan berate menyetujui, melainkan menerima, menghargai dan jika belum tepat mengusahakan mencari ketepatan secara bersama.

i. Bersikaplah posirtif terhadap kegagalan, dan bantulah anak/siswa untuk menyadari kesalahan atau kelemahan serta usahakan peningkatan gagasan dan usahakan memenuhi syarat, dalam suasana yang menunjang atau mendukung.

Uraian saran tersebut merupakan syarat minimal yang harus diupayakan guru, khususnya dalam kaitanya dengan terciptanya suasana pembelajaran yang kondusif bagi tumbuhnya kreativitas anak.Secara konseptual butir-butir upaya tersebut harus dipahami, untuk selanjutnya diterapkan secara nyata dalam praktek pembelajaran secara inovatif, kreatif, dan kontinu.


(43)

25

7. Penilaian kreativitas

Ada lima pendekatan yang dipaparkan Supriadi (1997) dalam menilai kreativitas yaitu:

a. Analisa objek terhadap produk kreatif

b. Pertimbangan subjektif, dengan cara mengamati orang atau produk lewat lembar observasi dan hasilnya digunakan sebagai pertimbangan pengamatan yang kompeten, guru, orang tua dan teman sebaya untuk menilai kreativitas seseorang atau kelompok orang.

c. Inventor keppribadian, merupakan suatu metode penelitian dengan cara mengisi angket dengan butiran pertanyaan yang jawabanya berbentuk forced choise (ya/tidak) atau sakala likert (sangat setuju, setuju, ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju).

d. Inventori biografis, merupakan suatu metode penelitian kreativitas dengan cara menginventaris biografi kehidupan seseorang, antara lain meliputi: identitas, latar belakang keluarga, riwayat pendidikan, riwayat pekerjaan, riwayat hidup, karakteroistik fisik dan lain-lain. e. Tes kreativitas, merupakan metode penelitian kreativitas dengan

menekankan pada kemampuan berpikir kreatif. Tes kreativitas dibedakan dalam dua hal, yakni tes verbal dan figural (Torance dalam Dedi Supriadi, 1997). Tes verbal lebih menekankan pada aspek keunikan (Orisinalitas), keluwesan yaitu sejauh manakah perbedaan antara yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda tidak monoton. Kelancaran yaitu beberapa banyak jumlah jawaban. Penguraian yaitu seberapa rinci jawaban yang diberikan. Dalam penelitian ini akandigunakan alat ukur tes verbal yang dimodivikasikan dengan pertimbangan subjektif. Alat ini berupa intrumen aspek pengamatan yang dilengkapi dengan indicator-indikator spesifik, sehingga pengamat secara individual tinggal memberi tanda (check point) pada kolom yang tersedia.


(44)

26

B. Mencipta Bentuk Kreatif 1. Pengertian Mencipta

Mencipta adalah proses berkarya seni rupa yang dilakukan dengan cara menuangkan ide / gagasan baru, murni, sesuai daya imajinasi dan kreativitas senimannya, Para seniman kreatif (seniman pencipta) selalu berkarya secara murni, baik dalam ide,media seni maupun dalam tekhnik pengarapannya. Mencipta adalah proses berkarya seni rupa yang paling sukar namun memiliki kadar kualitas nilai seni yang tertinggi, Sumanto (2005: 17).

2. Pengertian dan cakupan membentuk

Pamadhi & Sukardi (2008: 8.5) dalam kalimat sederhana, kegiatan membentuk adalah membuat bentuk, baik bentuk terapan yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari maupun bentuk-bentuk yang kreatif sebagai karya seni murni.Adapun ruang lingkup mebentuk dibagi berdasarkan media dan tekhniknya. Tujuan kegiatan membentuk pada pendidikan seni rupa untuk anak usia dini adalah:

a. melatih pengamatan,

b. melatih kecermatan dan ketelitian, c. melatih kemampuan ketepatan, d. melatih kreativitas,

e. melatih kepekaan rasa indah,

f. melatih menggunakan bahan secara ekonomis dan hemat,

g. melatih mengembangkan rasa keterpakaian tinggi, melatih memanfaatkan benda limbah menjadi benda baru untuk permainan, maupun kesenian dan benda-benda terapan.

Wawasan membentuk sebaiknya dimulai sejak dini karena dengan sering melakukan kegiatan membentuk anak akan mempunyai kecakapan visual yang sangat berguna bagi perkembnagan lain. Sebagai contoh: kegiatan membentuk dapat berguna untuk mebantu anak belajar. Hampir seluruh kegiatan belajar disertai dengan gambar dan bentuk.Dengan kecakapan visual, seseorang mudah mempelajari materi kegiatan belajar.Menurut Pamadhi & Sukardi, (2008: 8.6) kecakapan visual yang dilatihkan dengan menggunakan tangan setidaknya akan


(45)

27

memberi pengaruh positif dalam perkembangan pengamatan sebagai bagian yang terpenting dalam modal belajar.

Isi dan cakupan kegiatan membentuk terdiri atas : a. Menyusun atau merangkai, Mengonstruksi benda, b. Membutsir,

c. Memahat, d. Menempel, d. Melipat,

e. Merekayasa bentuk lama menjadi bentuk baru dan fungsi baru, f. Mencetak dan mengecor.

Cakupan ini masih dikembangkan berdasarkan manfaat dan tujuan pembentukan. Membentuk dikatakan bagaian dari berkesenian jika dalam proses maupun hasil ditemukan sesuatu bentuk yang menarik, mempunyai nilai kreativitas tinggi serta sebagai karya yang baru (novelty). Kegiatan membentuk dapat dilakukan dengan tugas individual maupun kelompok.Tugas kelompik diharapkan dapat melatih kesetiakawanan social diantara teman sebaya.

3. Manfaat membentuk

Lansing dalam (Pamadhi & Sukardi, 2008: 8.11) menjelaskan bahwa kegiatan membentuk sangat diperlukan bagi pengembangan anak secara menyeluruh.kegiatan membentuk dimulai dari mengamati benda 3 dimensi, mencoba menirukan dan kemudian mengkreasikan. Pada proses mengamati, kegiatan mengamati bentuk 3 dimensi bukan merupakan kegiatan yang mudah terutama bagi anak. Pada usia 2 tahun , anak belum memahami secara teliti dan detil susunan bentuk 3 dimensi. Penglihatan ini kemudian bertambah ketika usia mental dan fisik telah mampu merasakan sebagai cara untuk mengerti bentuk .kegiatan berlanjut ketika anak mapu meraba benda keras dan lunak serta volume atau isi bentuk yang diraba. Perkembangan yang paling cepat terjadi ketika perasaan dan pikiran anak mulai terpisah. Pada saat itu usia 5 tahun anak telah mampu membedakan bentuk tipis dan tebal serta menunjukkan volume bentuk dengan tepat.


(46)

28

4. Praktek berkarya kreatif

Kegiatan kreatif seni rupa di TK berdasarkan kompetensi dasar (KBK 2002) wujudnya dapat dikelomokkan yaitu jenis kegiatan seni rupa 2 dimensi dan jenis kegiatan kreatif 3 dimensi. Kegiatan seni rupa 2 dimensi meliputi:

a. Menggambar bebas, b. Melukis dengan jari,

c. Menggambar tekhnik membatik sederhana, d. Permainan warna,

e. Mewarnai gambar,

f. Menggambar ekspresi atau menggambar bebas, g. Aplikasi mozaik, montase dan kolase,

h. Mencetak / seni grafis, i. Kerajinan kertas, dan j. Kerajinan anyaman.

Sedangkan kegiatan seni rupa tiga dimensimenurut Sumanto (2005: 37), meliputi:

a. Mebentuk/ membuat model mainan secara bebas, b. Mebentuk bangun kubus,

c. Merangkai / meronce,

d. Menghias benda dan lainnya.

Untuk setiap jenis kreativitas tersebut dalam pengembangannya tentunnya tudak terlepas dari alternative pemilihan bahan (medium rupa) dan peralatan yang dipilih sesuai dengan bentuk karya yang dibuat serta tekhnik penggarapannya.

Berkarya kreatif sebagai upaya pengembangan kemampuan dasar bagi anak TK yaitu, berbentuk kreativitas menggambar, mencetak, finger painting, meronce, menciptakan macam bentuk bangunan dari bermacam-macam balok yang tersedia, membentuk dengna tanah liat /plastisin; dalam pengembanga jasmani antara lain: gerak ritmik, menari, pantomime, bergerak bebas sesuai dengan irama musik (Depdikbud, 1994).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa mencipta bentuk kreatif adalah proses berkarya seni dalam membuat bentuk-bentuk kreatif sebagai karya seni rupa yang paling sukar namun memiliki kadar kualitas nilai seni yang tinggi.


(47)

29

C. Barang bekas/Daur ulang

1. Pengertian Barang bekas/ Daur Ulang

Menurut Rosdianawati (2003) kegiatan daur ulang atau memanfaatkan barang bekas adalah membuat mainan atau benda dengan mempergunakan barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai, seperti kotak korek api, botol-botol, karton, plastik, kayu dan lain-lain.

Kegiatan “daur ulang” ialah bahwa dengan menggunakan barang-barang bekas yang sudah tidak terpakai (seperti kotak dus, botol, karton, plastik, kayu, dan sebagainnya) dibuat aneka ragam obyek, tergantung dari kreativitas si pencipta. Ada yang membuat pot bunga.Hiasan dinding, kapal, boneka, robot.Semuanya dibuat dengan menggabung-gabungkan bermacam-macam bahan, yang berbeda dalam jenis, ukuran, bentuk, dan warna.Benda tersebut di buat atau di susun menjadi bentuk-bentuk baru. Kegiatan membuat kombinasi yang bervariasi dari bahan yang tersedia sangat mengasyikkan anak dan tidak membosankan, karena setiap kali mereka dapat membuat kombinasi baru, mengikuti daya imajinasinya( Munandar, 1999).

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, „barang‟ diartikan sebagai benda yang berwujud sedangkan arti kata „bekas‟ adalah sisa habis dilalui, sesuatu yang menjadi sisa dipakai. Jadi barang bekas bisa diartikan sebagai benda-benda yang pernah dipakai (sisa), yang kegunaannya tidak sama seperti benda yang baru ( Yuniar, 1997).

Daur ulang berbeda dengan penggunaan kembali. Daur ulang memecah barang bekas menjadi bahan mentah dengan tujuan memproduksi barang baru dari bahan mentah tersebut.Daur ulang membutuhkan energi yang lebih besar, namun jumlah barang yang dapat dimanfaatkan lebih banyak. Daur ulang juga berguna untuk memanfaatkan kembali barang yang sudah rusak yang tidak bisa dipergunakan kembali.

a. Manfaat penggunaan kembali


(48)

30

1) Menghemat bahan mentah dan energi sepanjang barang yang dipergunakan kembali menggantikan barang baru yang dapat diproduksi industri.

2) Mengurangi kebutuhan akan tempat sampah dan biaya. 3) Dapat memberikan lapangan pekerjaan yang berkelanjutan. 4) Bermanfaat bagi konsumen dengan menghemat uang karena

barang yang dipergunakan kembali pada umumnya dijual dengan harga lebih murah relatif terhadap barang baru.

b. Kerugian penggunaan kembali

Selain manfaat pada penggunaan barang bekas/ daur ulang, terdapat pula beberapa kerugian pada penggunaan kembali barang bekas/ daur ulang dalam Wikipedia (2012), yaitu:

1) Terkadang membutuhkan proses pembersihan dan transportasi, yang mengorbankan lingkungan juga.

2) Beberapa barang mungkin berbahaya jika dipakai kembali, misalnya beberapa jenis plastik yang membentuk kemasan makanan, tidak direkomendasikan untuk dipergunakan kembali karena risiko zat plastik yang berdifusi ke dalam makanan.

3) Barang yang dipergunakan kembali haruslah lebih tahan lama. Ini berarti, dalam proses produksi awal, barang tersebut akan

membutuhkan lebih banyak material.

4) Mensortir dan mempersiapkan barang untuk dipergunakan kembali membutuhkan banyak waktu, yang mungkin menimbulkan ketidaknyamanan bagi konsumen dan mengorbankan uang.

Pengertian barang bekas/ daur ulang sebagaimana yang dijelaskan oleh Priharyanto (2008: 19), sebagaimana berikut: “Daur ulang merupakan pengelolaan sampah padat yang terdiri atas pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian, dan pembuatan produk bekas yang baru kembali”. Pengertian tersebut, menerangkan bahwa proses daur ulang adalah upaya untuk


(49)

31

menjadikan produk yang bernilai dari bahan yang sudah tidak terpakai sebelumnya.

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material sampah.Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan atau keindahan.Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan metoda dan keahlian khusus masing-masing jenis zat.

Persoalan masalah lingkungan, perlulah kiranya penanganan untuk menekan keberadaan sampah, Priharyanto (2008: 16) menjelaskan upaya dalam meminimalisir dampak negatif dari keberadaan sampah adalah dengan menerapkan prinsip 3 R, yakni Reuse, Reduce, Recycle.

Reuse adalah usaha untuk memeberdayakan potensi benda semaksimal mungkin. Yang dapat dilakukan seperti menggunakan ulang benda yang telah lama disimpan, mengkonsumsi benda yang tidak sekali pakai, dan atau mempergunakan benda yang dapat diisi ulang.

Reduce adalah upaya untuk mengurangi angka konsumsi yang yang berlebihan, seperti halnya; mengurangi pemakaian plastik dan Styrofoam, karena membutuhkan waktu yang lama untuk diuraikan oleh microorganisme, menguraikan pemakaian listrik dan lain sebagainya yang dapat mengurangi angka keberadaan sampah da muka bumi.

Recycle adalah upaya mendaur ulang sampah menjadi hal yang bernilai, seperti halnya membuat kerajinan dari kertas yang sudah tidak terpakai. Seperti topeng kertas, dan lain-lain.Sebelumnya dengan memilah jenis sampah terlebih dahulu.

Daur ulang mempunyai pengertian dalam Wikipedia (2012)sebagai proses menjadikan bahan bekas atau sampah menjadi menjadi bahan baru yang dapat digunakan kembali. Dengan proses daur ulang, sampah dapat menjadi sesuatu yang berguna sehingga bermanfaat untuk mengurangi penggunaan bahan baku yang baru. Manfaat lainnya adalah menghemat energi, mengurangi polusi,


(50)

32

pembuat barang baru.Daur ulang yang merupakan bagian ketiga adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle) dan dapat dilakukan pada sampah kaca, plastik, kertas, logam, tekstil, maupun barang elektronik.

Lambang (logo) daur ulang yang berlaku secara internasional

2. Proses atau Tahapan Daur Ulang.

Berikut ini merupakan tahap-tahap dari kegiatan daur ulang dalam Wikipedia (2012) yang dapat kita lakukan yaitu:

a. Mengumpulkan; yakni mencari barang-barang yang telah di buang seperti kertas, botol air mineral, dus susu, kaleng dan lain-lainya.

b. Memilah; yakni mengelompokkan sampah yang telah dikumpulkan berdasarkan jenisnya, seperti kaca, kertas, dan plastik.

c. Menggunakan Kembali; Setelah dipilah, carilah barang yang masih bisa digunakan kembali secara langsung. Bersihkan terlebih dahulu sebelum digunakan.

d. Mengirim; Kirim sampah yang telah dipilah ke tempat daur ulang sampah, atau menunggu pengumpul barang bekas keliling yang akan dengan senang hati membeli barang tersebut.

e. Lakukan Daur Ulang Sendiri; Jika mempunyai waktu dan ketrampilan kenapa tidak melakukan proses daur ulang sendiri. Dengan kreatifitas berbagai sampah yang telah terkumpul dan dipilah dapat disulap menjadi barang-barang baru yang bermanfaat.


(51)

33

3. Pemanfaatan barang bekas

Cara mengembangkan dan memunculkan kreativitas guna mengembangkan barang bekas menjadi media dalam Wikipedia (2012), jika kita memperhatikan sekeliling kita, maka kita dapat menemukan begitu banyak sumber belajar yang bias dimanfaatkan. Sekarang tergantung apakah kita bisa mengembangkan menjadi suatu media yang menarik, kreatif dan mempermudah proses belajar mengajar sehingga kita tidak akan kekurangan sumber belajar.

(Arief S, dkk. 2005), guru yang kreatif akan menjadi begitu antusias melihat sumber belajar yang tidak terhingga.Untuk mengembangkan atau memunculkan kreativitas guna mengembangkan barang bekas, berikut beberapa cara yang harus dilakukan, yaitu:

a. Sebelum menentukan media sederhana yang akan dikembangkan dari barang bekas maka rencanakannlah terlebih dulu program pengembangan yang akan dilakukan berdasarkan garis-garis besar program pengajaran.

b. Analisislah kematangan dan kemampuan peserta didik yang akan mengikuti pelajaran.

c. Amatilah lingkungan sekolah dan rumah peserta untuk menemukan barang bekas yang bisa digunakan.

d. Membeli atau meminjam media sederhana yang telah ada adalah jalan terakhir guru jika lingkungan sekitar kurang mampu memberikan solusi yang tepat.

(Shaliha, 2012), lima hal yang terkait dengan pemilihan media yang dibuat dari barang bekas dan peralatan sederhana adalah;

1). Memiliki keterkaitan yang jelas antara tujuan dengan proses pembelajaran.

2). Materi yang tersaji dalam media tersebut menyenangkan, memiliki daya tarik dan minat untuk dipelajari, dicoba dan dipraktekkan.

3). Keterkaitan dengan kepentingan dan proses pembelajaran yang sedang dilaksanakan.

4). Bahasa yang digunakan di dalam media dan komunikasi lisan mudah dipahami,sederhana jelas, tegas dan terarah.


(52)

34

4. Aneka Ragam Barang Bekas a. Styrofoam

Mudtaridin (2009: 223-224), styrofoam memiliki nama lain polystiren. Polystiren adalah monomer yang dibuat dari styrene. Susunan styrene yaitu C6H5-CH=CH2, dimana styrene merupakan salah satu jenis plastik yang sangat ringan, kaku, tembus cahaya dan tergolong murah namun cepat rapuh. Agar styrena tidak cepat rapuh maka dicampur dengan seng dan senyawa botadine sehingga warna menjadi putih susu. Untuk kelenturanya polystirene ditambahkan zat plasticier seperti dioktilptalat ( DOP ), butil hidroksi toluena atau n- butil stearat, plastik busa yang menjadi struktur sel sel kecil merupakan hasil proses peniupan dengan menggunakan gas chloro, fluoro karbon (CFC).hasilnya adalah bentuk yang seperti kita gunakan pada saat ini.

Lebih lanjut, Polystyrene dibuat pertama kali pada tahun 1839 oleh Edward simon, seorang apoteker jerman. Ketika mengisolasi zat tersebut dari resin alami dia tidak menyadari apa yang dia telah temukan. Seorang kimiawan organik jerman lainya, Herman staudinger menyadari bahwa penemuan simon terdiri dari rantai panjang molekul styrene yang merupakan polymer plastik. Polystyrena padt murni adalah sebuah plastik yang tidak berwarna, keras, dengan fleksibilitas yang terbatas yang dapat dbentuk dengan berbagai macam produk dengan ditail yang bagus.

(Kimia-master, 2011), Polystyrena sendiri pertama kali diperkenalkan oleh Ostromislensky dari Naugatuckchemical company pada tahun 1925.Pada saat yang hampir bersamaan I.C.Farbenindustrie juga mengembangkan polystyrenayang berhasil dikomersilkan dieropa. Pengembangan produk dan proses polystyrena juga dikembangkan oleh Dowchemical company dan pertama kali dikomersilkan di Amerika Serikat pada tahun 1944. Produk polystyrena yang pertama kali diproduksi untuk dikomersilkan adalah Homopolymerstyrena yang dikenal sebagai polystyrenacristal. Polystyrena cristal ini dikenal juga sebagai general purpose polystyrene( GPP ) yang lebih tahan panas dari pada produk termoplastik lainya. Istilah teknis Styrofoamadalah foamed polyesterene (FPS).


(53)

35

Bahan dasarnya adalah polistirena, yang merupakan plastik sangat ringan, kaku, tembus cahaya, dan murah.Hanya saja, kelemahannya adalah sifatnya yang rapuh.Untuk menambah kekuatannya dicampurkan senyawa butadiena yang merupakan karet sintetis. Penambahan butadiena inilah yang menyebabkan polistirena tidak jernih lagi dan berubah warna menjadi putih susu. Selain itu , untuk meningkatkan kelenturannya, ditambahkan juga zat plasticiser, seperti dioktilptalat (DOP), butil hidroksi toluena (BHT), atau n-butil stearat.Sedangkan istilah foamed berasal dari proses pembuatannya, yang salah satu tahapnya adalah peniupan, untuk membentuk struktur sel. Dalam proses peniupan ini digunakan gas chlorofluorocarbon (CFC). Hasilnya, ya, seperti yang bisa kita lihat sekarang ini: plastik busa dalam berbagai bentuk dan penggunaan. Warnanya putih susu dan ringan.

Membuat kerajinan tangan dari gabus atau Styrofoam yang mudah untuk kita dapatkan dan kita bentuk dengan berbagai bentuk tentunya, membuat kerajinan dari barang bekas Styrofoam sebenarnya tergantung dari kreativitas kita sendiri dalam membuat prakarya, kita bisa membentuknya sesuka hati dengan ide-ide kreatif yang dibuat lebih menarik. Kerajinan tangan dari barang bekas piring Styrofoam yang sering digunakan untuk menempatkan makanan.Biasanya setelah dipakai, piring ini dibuang.Sebenarnya kita bisa manfaatkan barang bekas piring Styrofoam untuk membuat berbagai kreasi menarik dari piring Styrofoam. Dan pembuatannya tidak sulit, dan bahan-bahan yang digunakan untuk membuat kreasi dari piring Styrofoam yang diperlukan juga sederhana (Elen: 2012).

b. Kertas bekas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1997), kertas adalah barang, lembaran dibuat dari rumput, jerami, kayu yang bisa ditulis/untuk pembungkus. Sejalan dengan disempurnakannya proses industry kertas yang berkembang berabad-abad, penggunaan kertas terus berkembang pesat dikarenakan potensinya yang istimewa. Kertas dapat dibuat dari beragam serat, seperti serbuk gergaji, serutan kayu, daun kering, bubuk kayu, kulit jagung, dan sebagainya.Saat ini


(1)

diperlukan untuk menumbuhkan rasa percaya diri anak terhadap hasil karyanya dan agar anak mencipta bentuk hasil karya secara terarah. Hal ini bertujuan untuk mengukur kreativitas anak melalui kegiatan mencipta bentuk dengan menggunakan barang bekas piring Styrofoam.

3. Kreativitas anak di TK Tunas Harapan, Kota Baru, Karawang setelah diterapkan melalui kegiatan mencipta bentuk kreatif dari barang bekas piring Styrofoam meningkat secara

signifikan. Terbukti dari hasil persentase sebelum diberi tindakan dan setelah diberi tindakan di atas dapat dilihat perkembangan yang signifikan pada setiap ank. Dimana sebelumnya pada pra siklus, persentase anak yang memperoleh criteria baik (B) 0 %, pada criteria cukup (C) 0 %, dan pada kriteria kurang (K) 100 %. hasil persentase pada siklus I anak yang memperoleh kriteria baik (B) sebanyak 27,78 %, pada kriteria cukup (C) 27,78 %, dan pada kriteria kurang (K) 44,44 %. Pada siklus II mengalami peningkatan yang signifikan anak yang memperoleh kriteria baik (B) 88,89 %, pada kriteria cukup (C) sebanyak 0 %, pada kriteria kurang (K) sebanyak 11.11 %. berdasarkan penjabaran diatas dengan adanya kemajuan dari setiap siklus, dapat disimpulkan bahwa kegiatan mencipta bentuk kreatif dengan menggunakan barang bekas piring Styrofoam dapat meningkatkan kreativitas anak.

B. Rekomendasi

Mengacu pada hasil temuan penelitian, peneliti akan mengemukakan beberapa rekomendasi yang diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dengan pendidikan anak usia dini. Adapun rekomendasi tersebut antara lain ditunjukan bagi:

1. Pihak Sekolah

a. Penyediaan alat dan media sumber belajar lebih ditingkatkan lagi dengan cara penyediaan media yang lebih menarik, agar pada saat kegiatan belajar mengajar anak lebih antusias dalam kegiatan belajar.

b. Pihak sekolah mengadakan kerjasama dengan orang tua serta masyarakat sekitar untuk memberikan dukungan bagi anak terutama peda perkembangan kreativitas dengan cara

memberikan sumber dan media pembelajaran yang dapat membentu pemahaman anak dalam memahami kegiatan pembelajaran. Bukan hanya lebih pada perkembangan yang bersifat hafalan dan akademis saja yang terus ditingkatkan tetapi berfikir kreatif pun harus ditingkatkan untuk perkembangan anak. Orang tua dan masyarakat terus memberikan stimulasi dan motivasi bagi anak untuk mengembangakan kreativitas anak dengan mengguanakan berbagai media yang berada di dekat lingkungan anak.


(2)

2. Guru

a. Guru sebagai fasilitator anak saat pembelajaran. Dalam upaya meningkatkan kreativitas anak, guru hendaknya menggunakan media yang lebih bervariatif dan menarik agar anak dapat menstimulasi kreativitas anak, selain itu guru dapat mengeksplor kegiatan-kegiatan baru yang belum diketahui oleh anak sehingga pada saat kegiatan belajar anak menjadi sangat antusias. Seperti dalam kegiatan mencipta bentuk dengan menggunakan barang bekas piring Styrofoam dapat meningkatkan kreativitas anak.

b. Dalam kegiatan mencipta bentuk kreatif, guru dan guru pendamping hendaknya lebih memberikan stimulus dan motivasi kepada anak sehingga anak lebih percaya diri ketika membuat karyanya.

3. Penelitian Berikutnya

Penelitian ini masih dalam ruanglingkup terbatas, sehingga masih banyak aspek lain yang belum terungkap. Peneliti berharap penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut, sehingga

memberikan sumbangan ilmu baik kepada mahasiswa maupun kepada pendidik anak usia dini. Penelitian selanjutnya dapat dikembangkan dengan mengadakan penelitian lebih lanjut tentang pembelajaran di Taman Kanak-Kanak dengan menggunakan kegiatan atau metode pembelajaran yang lebih menarik. Sehingga memberikan sumbangan ilmu terhadap pengembangan system pendidikan yang lebih baik.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Andri,Desy. 2009. PembuatanGambardariKertasBekasDenganTeknikKolase di Kelas III SD (http://desyandri.wordpress.com/2009/02/11/pembuatan-gambar-dari-kertas-bekas-dengan-teknik kolase-di-kelas-iii-sd/).

Asrori, Mohammad. (2007). PenelitianTindakanKelas. Bandung: CV. Wacana Prima. BalaiPengembanganPendidikanLuarSekolah Dan Pemuda (BP-PLSP) Regional II Jaya Giri

Bandung.(2004). Panduanpengembangan APE PAUD BersumberLingkunganSekitar.Bandung : DEPDIKNAS.

Boediono. (2002). KompetensiDasarPendidikanAnakUsiaDini. Jakarta: Balitbang DEPDIKNAS.

DepartemenPendidikan&Kebudayaan.(1995). Glosarium Kimia. Jakarta: BalaiPustaka. Elen, Margarita. (2012). KreasiKreatifku, BerkreasiDenganPiring Styrofoam. Jakarta:

DemediaPustaka.

Garis-GarisBesar Program KegiatanBelajar Taman Kanak-Kanak. (1994). Jakarta: DepartemenPendidikan Dan Kebudayaan.

IndrianiSulistya. 2009. DaurUlangKertas.

(online)(http://sulistyaindriani.wordpress.com/2009/06/02/daur-ulang-kertas/)

Jumaydi, Achmad. (2012) StudiKreativitasDodongKodirPadaHasilPenciptaanKaryaSeni Dari BahanLimbah.SkripsiPada Program StudiPendidikanSeniRupa. UPI:

TidakDiterbitkan.

Justiana, Sandri&Muchtaridi. (2009). Kimia 3, SMA kelas XIII. Bogor: PerpustakaanNasional, KatalogDalamTerbitan (KDT).

Justitia. 2008. Cara MudahDaurUlangKertasBekas. (online)

(http://justitia.wordpress.com/2008/02/15/cara-mudah-daur-ulang-kertas-bekas/) KurikulumBerbasisKompetensi. (2004). Jakarta: PusatKurikulumBalitbangDepdiknas. Munandar, Utami. (2009). PengembanganKreativitasAnakBerbakat. Jakarta: RinekaCipta. Musa Wliwangi.2011. caramembuatkertasbekas. (online)

(http://musa-bbd-wliwangi-artikel.blogspot.com/2010/01/cara-mudah-daur-ulang-kertas-bekas.html)


(4)

115

Pamadhi, Hajar&Sukardi, Evan. (2008).SeniKeterampilanAnak. Cet. Ke-1. Jakarta: Universitas Terbuka.

Priharyanto, Eko. (2008). EnsiklopediaPengetahuanPopuler.DaurUlang Dan KegunaanKertas, Jakarta: Azka Press.

Rachmawati, Yeni&Kurniati, Euis. (2005).

StrategiPengembanganKreativitasPadaAnakUsiaDini TK. Jakarta: Depdiknas. Rachmawati, Yeni. (2005). Creative Art & Craft BagiAnakUsiaDini. Bandung: PGTK FIP

UPI.

Robson, Pam (1995). BengkelKreativitasMagnetisme. Jakarta : Taman Garaha. Sadiman, Arief S, dkk. 2005. Media Pendidikan. Jakarta : PT. Raja GrafindoPersada. Setiawan, Denny,dkk.(2008). Komputerdan Media Pembelajaran.Jakarta :Universitas

Terbuka.

Yuniar, Tanti, (1997). KamusLengkapBahasa Indonesia.Jakarta ;PTAgungMeliaUtama. Rosdianawati, Sri. (2003). KreativitasAnak.Bandung: PusatPengembanganPenataran Guru

Tertulis.

Semiawan, Conny, dkk. (1992). Pengenalan Dan PengembanganBakatSejakDini. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Semiawan, Conny.(1997). PerspektifPendidikanAnakBerbakat. Jakarta: GramediaWidiaSarana Indonesia.

Solehuddin, M. (2003).KonsepDasarPendidikanPrasekolah. Bandung: FIP UPI.

Sumanto. (2005). PengembanganKreativitasSeniRupaAnak TK. Jakarta: DEPDIKNAS. Sunar, DwiPrasetyo. (2008). BiarkanAnakmuBermain. Yogyakarta: Diva Press (Anggota

IKAPI).

Supriadi, Dedi. (1994). Kreativitas, Kebudayaan Dan PerkembanganIptek. Bandung: ALFABETA.

Syukri, S. (1999).Kimia dasar 1. Bandung: penerbit ITB.

Tim Penyusun KBBI. 2003. KamusBesarBahasa Indonesia Edisi ketiga. Jakarta: BalaiPustaka.

UniversitasPendidikan Indonesia.(2012). PedomanPenulisanKaryaIlmiah. Bandung: UPI Presss.

UniversitasPendidikan Indonesia.(2012). PedomanPenulisanKaryaIlmiah. Bandung: UPI Press.


(5)

116

UtamiMunanadar, S.C..2012, cet.

Ke-3.PengembanganKreativitasAnakBerbakat.PusatPerbukuan DEPDIKNAS, Jakarta: RinekaCipta.

UtamiMunanadar, S.C..1992.MengembangkanBakatdanKreativitasAnakSekolah. Cet. Ke-4. Jakarta: Gramedia.

UU No. 20 Tahun 2003 SISDIKNAS

Yuliati, Sri. (2011). PeningkatanKreativitasAnak TK

DalamKegiatanBermainRagamBentukGeometri.SkripsiJurusan Program Pendidikan Guru AnakUsiaDiniPadaFIP UPI Bandung: TidakDiterbitkan.

http://id.wikipedia.org/wiki/Daur_ulang

commons.wikimedia.org/wiki/File:Recycling_symbol.svg (gambar).

http:// barangdaurulang.Blogspot.Com/2009/08/pemanfaatan- limbah- alumunium- foil-dan.html/9agustus2012.

http://alamendah.wordpress.com/2011/01/22/pengertian-dan-proses-daur-ulang/ http://destatherouman.blogspot.com/2011/02/makalah-bahaya-dan-upaya-penanggulangan.htm.

http://id.wikipedia.org/wiki/Daur_ulang

Halamaniniterakhirdiubahpada 16.17, 6 April 2013.

http://kimia-master.blogspot.com/2011/11/polistirena-styrofoam.html?=1 http://liezqammuutzzz.blogspot.com/2009/05/pengertian-plastik.html

http://serambi-ilmu-shaliha.blogspot.com/2012/02/pemanfaatan-barang-bekas-menjadi-media.htmlhttp://edu-articles.com/mengenal-media-pembelajaran/

http://tembi.org/cover/2010-12/02-BARANG_BEKAS_DIBUANG_SAYANG.htm http://www.g-excess.com/4546/pengertian-dan-jenis-jenis-plastik/

http://www.tumblr.com/tagged/daur%20ulang id.wikipedia.org/wiki/Daur-ulang


(6)

Dokumen yang terkait

MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI MELUKIS PADA ANAK KELOMPOK B DI TK TUNAS CERIA KENDON BOLON Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Melukis Pada Anak Kelompok B Di Tk Tunas Ceria Kendon Bolon Colomadu Karanganyar Tahun Ajaran 2014/2015.

0 2 16

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS PADA ANAK KELOMPOK B MELALUI BERMAIN SENI RUPA DI TK Upaya Meningkatkan Kreativitas Pada Anak Kelompok B Melalui Bermain Seni Rupa Di TK Pertiwi 1 Musuk Sambirejo Sragen Tahun Ajaran 2013/2014.

0 2 16

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS MELALUI MELIPAT PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PERTIWI TEGALREJO Upaya Meningkatkan Kreativitas Melalui Melipat Pada Anak Kelompok B Di Tk Pertiwi Tegalrejo Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 14

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS MELALUI MELIPAT PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PERTIWI TEGALREJO Upaya Meningkatkan Kreativitas Melalui Melipat Pada Anak Kelompok B Di Tk Pertiwi Tegalrejo Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 16

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI PERMAINAN SONLAH : Penelitian Tindakan Kelas di Kelompok B TK Tunas Harapan Jalan Margaluyu RT.14/04 Kel. Munjul Jaya Kec. Purwakarta Kab. Purwakarta Tahun Ajaran 2013/2014.

0 1 22

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN MENGANYAM L penelitian Tindakan Kelas pada kelompok B TK. Karisma.Kec. Caringin Kab. Garut Tahun Ajaran 2013-2014.

1 19 26

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS MENCIPTA BENTUK MELALUI BERMAIN PLASTISIN DI TK KARTIKA III-52 Upaya Meningkatkan Kreativitas Mencipta Bentuk Melalui Bermain Plastisin Di Tk Kartika Iii-52 Klaten Tengah Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 15

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS MENCIPTA BENTUK MELALUI BERMAIN PLASTISIN DI TK KARTIKA III-52 Upaya Meningkatkan Kreativitas Mencipta Bentuk Melalui Bermain Plastisin Di Tk Kartika Iii-52 Klaten Tengah Kabupaten Klaten Tahun Ajaran 2012/2013.

0 1 14

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN BERJALAN DI ATAS PAPAN TITIAN : Penelitian Tindakan Kelas pada kelompok B TK Al-Hidayah Kec. Bungbulang Kab. Garut Tahun ajaran 2013-2014.

0 2 24

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA DINI MELALUI KEGIATAN BERJALAN DI ATAS PAPAN TITIAN : Penelitian Tindakan Kelas pada kelompok B TK Al-Hidayah Kec. Bungbulang Kab. Garut Tahun ajaran 2013-2014.

0 0 15