STUDI ANALISIS STRUKTUR TUBUH (ANTROPOMETRIK) TERHADAP LARI SPRINT 100M PELARI JARAK PENDEK PPLP DAN PPLM JAWA BARAT.

(1)

ABSTRAK

STUDI ANALISIS STRUKTUR TUBUH

(ANTROPOMETRIK)TERHADAP LARI SPRINT 100M PELARI JARAK PENDEK

PPLP DAN PPLM JAWA BARAT Dosen pembimbing : Dr. Mulyana,M.Pd.

Ira Purnamasari, M.Pd. Umar wira*

2014

Salah satu yang sangat penting dalam olahraga atletik lari cepat atau sprintadalah struktur tubuh (antropometrik). Tinggi badan, berat badan dan lemak perut adalah kemampuan IMT (indeks masa tubuh)yang menjadi pendukung bagi atlet untuk menghasilkan lari sprint. Oleh karena itu menjadi penting untuk dilakukan penelitian masalah tersebut. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara struktur tubuh (antropometrik) dan lari sprint 100 m pada atlet sprinter.Penelitian ini menggunakan metode deskritif, dengan analisis korelasional. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah atlet PPLP dan PPLM JAWA BARAT khusus atlet sprint sebanyak 8 orang.Berdasarkan pengolahan data dan analisis data, maka dengan disimpulkan sebagai berikut: Struktur tubuh (antropometrik), tinggi badan, berat badan dan lemak perut tidak memiliki hubungan yang ereatdenganhasillari sprint 100 meter, karena atlet yang memiliki tinggi badan yang tinggi hanya memiliki langkah yang panjang atau langkah yang sangat jauh dan tidak mempunyai akselari yang bagus karena tidak menguntungkan bagi atlet tersebut karena akan memiliki langkah yang sangat jauh akan tetapi harus di barengi dengan akselerasi yang cepat juga, berat badan dan lemak perut tidak memiliki hubungan yang eratdengan hasil lari 100 meter karena berat badan tidak mempunyai pengaruh tehadap hasil lari sprint 100 meter akan tetapi berat badan yang ideal bagi atlet akan menunjang penampilan atlet saat bertanding.

*Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Angkatan 2009

Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan


(2)

UMAR WIRA, 2014

Analysis study of anthropometric toward sprint

100m on

sprinter of PPLP and PPLM West Java

Umar Wira

1

:Mulyana

2

Ira Purnamasari

3

Pendidikan Kepelatihan Olahraga Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

Universitas Pendidikan Indonesia adadanadam@gmail.com

ABSTRACT

One of the most important things on sprint is anthropometric. Height, Weight, and belly fat are ability of BMI (Body Mass Index) which is become proponent for athlete to produce sprint. Therefore, it becomes substantial to study the problem. The aim of this study is to know the relation of anthropometric with sprint 100m on sprinter. The method which is applied in this study is descriptive method with co-relational analysis. There are samples who involved in this study are 8 sprinters of PPLP and PPLM West Java. Based on processing data and analysis data, it is concluded that: anthropometric, height, weight, and belly fat do not have a close relation to the results of sprint 100m, it is caused that athletes who have high height just have long step or move very far and not have good acceleration, it is not their advantages if they have long step, but also they need to equalize with fast acceleration. Weight and belly fat do not have a close relation to the results of sprint 100m, it is caused that weight do not have involve toward the result of sprint 100m, nevertheless, ideal weight for an athlete will support his appearance on match.

Key word: Antropometric, Height, Weight, Sprint.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman (2011). Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara Biokimia dan Antropometri. Makassar: Universitas Hasanuddin. Sumber; http://kahar141.blogspot.nl/2013/06/antropometri-gizi.html)

Adult Men” International Journal Of Obesity (2004) 28,1325–1332 Sumber:

http://jhayenhealty.blogspot.nl/2012/05/tes-antropometri.html)

Arm abdoellah. (1981) Lari Jarak Pendek sumber; http://riki1987.blogspot.com/ Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi, (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.rineka Cipta.

Arisman, 2002. Healty Antropometrik,

sumber; http://jhayenhealty.blogspot.nl/2012/05/tes-antropometri.html Assefa, N,. Berhane, Y. & Worku, A. (2012). “Wealth Status, Mid Upper Arm

Circumference (MUAC) and Antenatal Care (ANC) Are Determinants for Low Birth Weight.

Sumber; http://kahar141.blogspot.nl/2013/06/antropometri-gizi.html Brozek dan Jelliffe (1996). )Healty Antropometrik,

sumber; http://jhayenhealty.blogspot.nl/2012/05/tes-antropometri.html Cromwell ( 1860 )Healty Antropometrik,

sumber; http://jhayenhealty.blogspot.nl/2012/05/tes-antropometri.html Deniz Nazire. 2007. Antropometrik pengukuran dan analisis komposisi tubuh

remaja obesitas dengan dan tanpa sindrom metabolik. Sumber:Willet w., 1990. Nutritional Epidemiology, oxford university Press, hlm. 221).

Dudley A Sargent ( 1878 )Healty Antropometrik,

sumber; http://jhayenhealty.blogspot.nl/2012/05/tes-antropometri.html Edward Hitchcock ( 1861 ) Healty Antropometrik,

sumber;http://jhayenhealty.blogspot.nl/2012/05/tes-antropometri.html

Esmaillzadeh, A., Mirmiran, P., & Azizi, F. (2004) “Waist-To-Hip Ratio Is A

Better Screening Measure For Cardiovascular Risk Factors Than Other Anthropometric Indicators In Tehranian Adult Men” International Journal Of Obesity (2004) 28,1325–1332.


(4)

Fatmah. 2005. Persamaan (Equation) tinggi Badan Manusia Usia Lanjut (Manula) Berdasarkan Usia dan etnis pada 6 Panti terpilih di DKI Jakarta dan Tangerang tahun 2005. Jurnal UI. X :ISSN 1693-6728

Gibson, Rosalind S. 2005. Principles Nutritional Assesment. Oxford: University Press. Sumber; http://kahar141.blogspot.nl/2013/06/antropometri-gizi.html) Gilbert B. Forber (1994) Pengertian lemak,

sumber; http://kahar141.blogspot.nl/2013/06/antropometri-gizi.html) Goulding, A., Taylor, RW., Jones, IE., Barned, N.L., & Williams, SM. (2003).

Body composition of 4- and 5-year-old New Zealand girls: a DXA study of initial adiposity and subsequent 4-year fat change International Journal of Obesity (2003) 27, 410–415.

Sumber; http://kahar141.blogspot.nl/2013/06/antropometri-gizi.html)

Gerard Mach (1985 Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara Biokimia dan Antropometri. Makassar: Universitas Hasanuddin. Sumber; http://kahar141.blogspot.nl/2013/06/antropometri-gizi.html)

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek-aspek Psikologis dalam Coaching. Jakarta. CV. Tambak Kusuma.

Herlina 2002. Pengertian lemak,

sumber; http://kahar141.blogspot.nl/2013/06/antropometri-gizi.html) Hipocrates ( 400 SM ). Healty Antropometrik,

sumber; http://jhayenhealty.blogspot.nl/2012/05/tes-antropometri.html J. Brochek, et.al, Healty Antropometrik,

sumber; http://jhayenhealty.blogspot.nl/2012/05/tes-antropometri.html Kretschmer ( 1925 ). Healty Antropometrik,

sumber; http://jhayenhealty.blogspot.nl/2012/05/tes-antropometri.html Kroemerfa (2001) Healty Antropometrik,

sumber; http://jhayenhealty.blogspot.nl/2012/05/tes-antropometri.html Kristanti. 2010. Penakit Akibat Kelebihan dan Kekurangan Vitamin, Mineral dan

Elektrolit. Yogyakarta : Citra Pustaka.

Lubis. 2004. Antropometrik pengukuran dan analisis komposisi tubuh remaja obesitas dengan dan tanpa sindrom metabolik. Sumber:Willet w., 1990. Nutritional Epidemiology, oxford university Press, hlm. 221).

Lucas dan David (1949). Healty Antropometrik,

sumber; http://jhayenhealty.blogspot.nl/2012/05/tes-antropometri.html Maksum (2007). Pengertian antropometrik,

sumber;http://gangsarnovianto.blogspot.nl/2012/06/pengertian-antropometri.html

Mustafa (1992). Pengertian Antropometrik,

sumber;http://gangsarnovianto.blogspot.nl/2012/06/pengertian-antropometri.html

Moeloek (1984). Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara Biokimia dan Antropometri. Makassar: Universitas Hasanuddin. Sumber; http://kahar141.blogspot.nl/2013/06/antropometri-gizi.html)


(5)

Niels (2005). Antropometric comparison of world-class sprinters and normal population. Jurnal of world-class.2005.

Nurhasan dkk. (2000). Tes dan Pengukuran Olahraga. Bandung. FPOK-UPI Nurhasan dkk. (2008). Statistik. Bandung. FPOK-UPI.

Nugroho, Adi. 2002. Pengaruh Faktor Usia, Status Gizi dan Pendidikan Terhadap International Prostat Symptom pada Penderita Hiperplasia. Cermin Dunia Kedokteran. XI : 678-745.

Nurmianto (1991), Pengertian antropometrik,

sumber;http://gangsarnovianto.blogspot.nl/2012/06/pengertian-antropometri.html

Romanov, N. (2009). Distinctive Characteristics Of Usain Bolt's Running Technique

Perisinotto, dkk., 2002. Anthropometric measurements in the elderly: age and gender differences. Sumber:http://jhayenhealty.blogspot.nl/2012/05/tes-antropometri.html)

Peter J.L (1993) Lari Jarak Pendek sumber; http://riki1987.blogspot.com/

Poerwadarminta (1984) Lari Jarak Pendek sumber; http://riki1987.blogspot.com/ Sandjadja dkk. 2010. Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga. Jakarta

Kompas.

Sandras dan Mc.Cormick (1993). Pengertian antropometrik,

sumber;http://gangsarnovianto.blogspot.nl/2012/06/pengertian-antropometri.html

Sajoto (1988) Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara Biokimia dan Antropometri. Makassar: Universitas Hasanuddin. Sumber; http://kahar141.blogspot.nl/2013/06/antropometri-gizi.html)

Sheldon (1993). Healty antropometrik,

sumber; http://jhayenhealty.blogspot.nl/2012/05/tes-antropometri.html Sirajuddin, Saifuddin. 2011. Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara

Biokimia dan Antropometri. Makassar: Universitas Hasanuddin. Sumber; http://kahar141.blogspot.nl/2013/06/antropometri-gizi.html)

Steven, june., Jianwencai., Pamuk, E., Williamson, Df., Michaelj. Thun, M.D.,& Joy L. Wood, M.S.. (1998) . The Effect Of Age On The Association Between Body-Mass Index And Mortality.The New England Journal Of


(6)

Medicine Vol. 338 Januari 1, 1998no.1. Sumber:http://jhayenhealty.blogspot.nl/2012/05/tes-antropometri.html) Soekarman (1987) Penuntun Praktikum Penilaian Status Gizi Secara Biokimia

dan Antropometri. Makassar: Universitas Hasanuddin. Sumber; http://kahar141.blogspot.nl/2013/06/antropometri-gizi.html)

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Supariasa, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC. Sumber; http://kahar141.blogspot.nl/2013/06/antropometri-gizi.html)

Sutalaksana (1996). Pengertian antropometrik,

sumber;http://gangsarnovianto.blogspot.nl/2012/06/pengertian-antropometri.html

Surakhmad, Winarno. (1990). Pengantar Metodologi Ilmiah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Kroemerfa (2001). Pengertian antropometrik,

sumber;http://gangsarnovianto.blogspot.nl/2012/06/pengertian-antropometri.html

Wibowo (2012). Tesis, Dampak Penerapan Lari Asisisted dan Resisted Sprinting Pada Metode Repetisi Terhadap Peningkatan Fase Akselarasi.


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Nomor lari cepat 100 meter ini nomor bergengsi, khususnya bagi pelari putra. Kemampuan pelari yang mampu mengayunkan sambil mengentakkan langkah jauhnya, sambil menggenjotkan jejakan-jejakan telapak kakinya hingga tubuh nya mampu melesat ringan, lalu melenting-lenting jauh dan tambah jauh, hingga mencapai garis finis sebagai manusia yang terdepan, tercepat dan terutama. Gengsi juara lomba 100 m ini bukan cuma ngetop di zamannya Athena 2004. Sebab di masa Athena 776 sebelum Masehi sekitar 2.780 tahun lalu, adu lari cepat jarak pendek ini sudah terkenal sekali.

Menurut sumber VIVANESW – SPORT – Usain Bolt Dunia.mht, bahwa :Pelari kenamaan Jamaika Usain Bolt kembali memecahkan rekor dunia di ajang kejuaraan atletik dunia di Berlin. Di babak final nomor 200m putra Bolt mencatat waktu 19,19 detik sekaligus memecahkan rekor sebelumnya 19,30 detik atas namanya sendiri pada Olimpiade Beijing 2008. Bolt yang berusia 22 tahun, unggul jauh atas lawan-lawannya. Urutan kedua diraih Alonso Edward dengan 19,81 detik sementara posisi tiga ditempati Wallace Spearmon dari Amerika Serikat. Pekan ini jelas menjadi momen bersejarah bagi Bolt karena beberapa hari lalu ia memecahkan rekor dunia di nomor 100m putra dengan catatan waktu 9,58 detik. Di babak final 200m putra Bolt sama sekali tak tertandingi.

Namun sayangnya prestasi sprinter Indonesia sangat jauh untuk bias mendekati angka Sembilan detik tersebut, bahkan bukan hanya dalam nomor lari cepat saja tetapi dalam nomor-nomor lainnya pun mengalami hal yang sama. Dikatakan demikian karena semenjak tahun 1995, praktis tim atletik Indonesia tidak lagi meraup medali emas diatas 10 medali. Bahkan, Indonesia harus puas dengan mendapat tiga emas pada SEA Games 2001 di Malaysia, dan empat


(8)

Medali emas pada SEA Games 2003 di Vietnam. Peningkatan perolehan medali secara signifikan terjadi ketika Indonesia bertindak selaku tuan rumah pada Sea Games tahun 2011 yaitu dua belas medali emas berhasil disumbangkan tim atletik Indonesia. Akan tetapi pada Sea Game selanjutnya pada tahun 2013 di Myanmar Indonesia kembali mengalami penurunan drastic dalam perolehan medali yaitu enam medali emas. Penurunan medali ini pula berbanding lurus dengan penurunan catatan rekor waktu yang dihasilkan oleh atlet-atlet Indonesia. Berbeda dengan Negara tetangga Thailand dan Vietnam yang berhasil meningkatkan catatan waktunya dari Sea Games sebelumnya.

Penurunan prestasi ini bias juga dikarenakan system pelatihan yang kurang sempurna. Harsono (1988:97) mengatakan, “Bahwa yang mempengaruhi peningkatan prestosi diantaranya yaitu: kondisi fisik, skill, teknik, taktik, dan mental”. Setelah mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi peningkatan prestasi atlet, maka perlu adanya suatu usaha untuk meningkatkan faktor-faktor tersebut. Dari beberapa factor tersebut, salah satu faktor yang sangat mendukung untuk tercapainya suatu prestasi yang maksimal ialah kondisi fisik atletnya itu sendiri. Dalam kaitan ini, Harsono (1988:153) menerangkan bahwa :

Kondisi atlet memegang peranan yang sangat penting dalam program latihannya. Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis dan ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari system tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik.

Antropometrik merupakan faktor yang menunjang keberhasilan atlet. Karakteristik cabang olahraga tertentu sangat ditentukan oleh ukuran tubuh seseorang. Antropometrik merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan dimensi tubuh manusia. Sejalan dengan Lubis (2004:77) menjelaskan bahwa “Antropometrik adalah suatu teknik atau cara untuk menentukan dimensi bagian-bagian tubuh”. Bagian-bagian tubuh ini dapat berupa tinggi badan, berat badan, panjang tungkai, panjang lengan, lingkar dada dll. Dalam penelitian ini yang dimaksud analisis antropometrik adalah suatu analisis terhadap suatu ukuran-ukuran index massa tubuh (IMT) serta kadar lemak yang dinyatakan dalam meter untuk diketahui kontribusinya terhadap hasil lari jarak pendek 100 meter.


(9)

Kualitas lari jarak pendek 100 meter yang dicapai oleh setiap sprinter relative beragam. Salah satunya disebabkan oleh struktur anatomis sprinter itu sendiri. Kondisi anrtopometrik yang berbeda akan menimbulkan perbedaan terhadap hasil lari jarak pendek 100 meter yang dicapai. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Niels (2005:616) dalam Antropometric comparison of world-class sprinters and normal population yang mengemukakan“These anthropometric characterisrics typical of world-class sprinters might be explained, in part, by the influence the anthropometric characteristic have on reltive muscle strength and stride length”.

Oleh karena itu peranan kekuatan maksimal otot tungkai dalam lari jarak pendek 100 meter merupakan salah satu indicator dalam menghasilkan power yang lebih besar dan dimungkinkan untuk memperoleh waktu dengan cepat. Akan tetapi atlet yang mempunyai tungkainya yang panjang belum tentu bisa mencapai hasil lari jarak pendek 100 meter dengan cepat, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu banyak faktor lain yang mendukung tercapainya hasil lari jarak pendek 100 meter diantaranya mempunyai kekuatan maksimal otot tungkai.

Dukungan panjang tungkai akan lebih efektif untuk melakukan lari jarak pendek 100 meter dan menghasilkan waktu yang lebih efisien dan efektif. Peranan panjang tungkai dalam melakukan jangkauan langkah, menggunakan teknik lari jarak pendek 100 meter relative lebih besar terutama dalam mencapai waktu yang cepat, sehingga seorang sprinter yang memiliki tungkai panjang akan lebih unggul dalam jangkauan langkah, daripada yang memiliki tungkai yang pendek.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang hubunganan tropometrik pelari jarak pendek PPLP dan PPLM Jawa Barat dengan prestasi olahraga.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang penulis uraikan sebelumnya, maka yang menjadi permasalahan dari penelitian ini adalah:

“Apakah terdapat pengaruh antara struktur tubuh terhadap hasil lari sprint 100 meter pada atlet sprinter PPLP dan PPLM Jawa Barat?”


(10)

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : “Untuk mengetahui pengaruh antara struktur tubuh (antropometrik) terhadap hasil lari sprint 100 meter pada atlet sprinter PPLP dan PPLM Jawa Barat?”

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat untuk : 1. Manfaat Praktis

Dapat membantu memberikan data tentang bagian – bagian anatomis tubuh yang perlu dilatih dan dapat mendukung terhadap peningkatan prestasi atlet. Dapat dijadikan sumbangan keilmuan mengenai manfaat dari pengaruh antropometrik terhadap hasil lari akselerasi pelari jarak pendek pada atlet PPLP dan PPLM Jawa Barat .

2. Manfaaat Taktis

Memberikan informasi kepada para pembina dan pelatih khususnya pelatih atletik nomor lari sprint mengenai antropometrik dengan hasil lari akselerasi pelari jarak pendek pada atlet PPLP dan PPLM Jawa Barat.

E. Batasan Penelitian

Pembatasan penelitian sangat diperlukan pada setiap penelitian agar masalah yang diteliti lebih terarah. Berdasarkan penjelasan terserbut, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut :

1. Variabel independen pertama dalam peneltian ini adalah struktur tubuh/antropometrik (X1).

2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah hasil lari sprint 100 meter (Y). 3. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah atlit PPLP dan PPLM

Jawa Barat nomor lari 100 meter.


(11)

F. Definisi Operasional

Penafsiran seseorang terhadap suatu istilah sering kali berbeda, sehingga menimbulkan kekeliruan dan kesalahpahaman pengertian. Oleh karena itu, penulis menafsirkan istilah ini menurut beberapa orang ahli olahraga, secara operasional sebagai berikut :

1. Antopometrik. Menurut Lubis (2004:77) menjelaskan bahwa “Antropometrik adalah suatu teknik atau cara untuk menentukan dimensi bagian-bagian tubuh”. Sering diartikan sebagai suatu ukuran dan bagian yang ada pada struktur tubuh manusia. Bagian-bagian tubuh ini dapat berupa tinggi badan dan berat badan. Dalam penelitian ini yang dimaksud analisis antropometrik adalah suatu analisis rasio tinggi badan dan berat badan, kadar lemak, panjang lengan, dan panjang tungkai yang dinyatakan dalam meter untuk diketahui kontribusinya terhadap hasil lari jarak pendek 100 meter.

2. Prestasi. Menurut Poerwadarminta (1984:606) prestasi adalah “Hasil yang telah dicapai dari seseorang dalam waktu tertentu”.

3. Lari Sprint Wibowo (2012:12) menjelaskan bahwa beberapa faktor yang harus dilalui oleh para atlet lari jarak pendek dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu :“(1) acceleration, 0-30m (sub-divided into pure acceleration and transition (2) Maksimum Velocity, 30-60m (3) Speed Maintenance, 60-100m.”Lari dengan mengunakan tolakan dari start sampai finish yang ditandai dengan proses pemindahan posisi tubuhnya secara cepat, melebihi gerak dasar pada keterampilan lari santai (jogging). Dalam lari sprint dapat dibagi kedalam beberapa fase, antara lain (1) Kecepatan reaksi pada saat keluar dari start block. (2) Akselerasi atau percepatan pada jarak 0-30 meter. (3) Kecepatan maksimal pada jarak 30-60 meter. (4) Pemeliharaan kecepatan pada jarak 60-100 meter. Sejalan dengan Bird dalam Sports Performance Analysis: 100m Sprint (2002:2).


(12)

UMAR WIRA, 2014

Studi Analisis Struktur Tubuh (Antropometrik) Terhadap Lari Sprint 100m Pelari Jarak Pendek Pplp Dan Pplm Jawa Barat

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan serta analisis data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Struktur tubuh antropometrik tinggi badan, berat badan, dan lemak tubuh memiliki pengaruh terhadap hasil lari sprint 100 meter.

B. SARAN

Saran yang dapat penulis kemukakan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi para pelatih atau pembina khususnya nomor lari sprint 100 meter memperhatikan komponen-komponen struktur tubuh (antropometrik) dalam mencari sumber daya manusia dalam cabang olahraga atletik khususnya lari sprint 100 meter seperti berikut:

a. tinggi badan tidak memiliki hubungan yang sangat penting terhadap hasil lari sprint 100 meter karena atlet yang memiliki tinggi badan yang tinggi hanya memiliki langkah yang panjang atau langkah yang sangat jauh dan tidak mempunyai akselari yang bagus karena tidak menguntungkan bagi atlet tersebut karena akan memiliki langkah yang sangat jauh akan tetapi harus di barengi dengan akselerasi yang cepat juga.

b. Struktur tubuh (antropometrik) berat badan tidak memiliki hubungan yang sangat penting terhadap hasil lari 100 meter karena berat badan tidak mempunyai pengaruh tehadap hasil lari sprint 100 meter akan tetapi berat badan yang ideal yang bagus bagi atlet akan menunjang penampilan atlet saat bertanding.


(13)

UMAR WIRA, 2014

Studi Analisis Struktur Tubuh (Antropometrik) Terhadap Lari Sprint 100m Pelari Jarak Pendek c. Struktur tubuh (antropmetrik) lemak perut tidak memiliki hubungan

yang begitu penting terhadap hasil lari 100 meter karena lemak perut tidak mempunyai pengaruh terhadap hasil lari sprint 100 meter akan tetapi lemak perut mempunyai peranan penting bagi atlet untuk menunjang penampilan saat bertanding.

2. Untuk para pembina di sekolah atletik ataupun lembaga yang mempunyai ekstrakulikuler atau UKM olahraga Atletik, untuk memperhatikan sumber daya manusia yang akan dilatih gunanya dapat meningkatan hasil prestasi lari 100 meter.

3. Bagi rekan mahasiswa perlu dilakukan analisis yang lebih lanjut mengenai struktur tubuh (antropometrik) yang dapat memberikan pengaruh dalam perkembangan olahraga atletik, dengan lebih memperluas ruang lingkup penelitian agar hasil yang diharapkan bisa tercapai dengan tepat.


(1)

Medali emas pada SEA Games 2003 di Vietnam. Peningkatan perolehan medali secara signifikan terjadi ketika Indonesia bertindak selaku tuan rumah pada Sea Games tahun 2011 yaitu dua belas medali emas berhasil disumbangkan tim atletik Indonesia. Akan tetapi pada Sea Game selanjutnya pada tahun 2013 di Myanmar Indonesia kembali mengalami penurunan drastic dalam perolehan medali yaitu enam medali emas. Penurunan medali ini pula berbanding lurus dengan penurunan catatan rekor waktu yang dihasilkan oleh atlet-atlet Indonesia. Berbeda dengan Negara tetangga Thailand dan Vietnam yang berhasil meningkatkan catatan waktunya dari Sea Games sebelumnya.

Penurunan prestasi ini bias juga dikarenakan system pelatihan yang kurang sempurna. Harsono (1988:97) mengatakan, “Bahwa yang mempengaruhi peningkatan prestosi diantaranya yaitu: kondisi fisik, skill, teknik, taktik, dan

mental”. Setelah mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi peningkatan prestasi atlet, maka perlu adanya suatu usaha untuk meningkatkan faktor-faktor tersebut. Dari beberapa factor tersebut, salah satu faktor yang sangat mendukung untuk tercapainya suatu prestasi yang maksimal ialah kondisi fisik atletnya itu sendiri. Dalam kaitan ini, Harsono (1988:153) menerangkan bahwa :

Kondisi atlet memegang peranan yang sangat penting dalam program latihannya. Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan sistematis dan ditujukan untuk meningkatkan kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari system tubuh sehingga dengan demikian memungkinkan atlet untuk mencapai prestasi yang lebih baik.

Antropometrik merupakan faktor yang menunjang keberhasilan atlet. Karakteristik cabang olahraga tertentu sangat ditentukan oleh ukuran tubuh seseorang. Antropometrik merupakan bidang ilmu yang berhubungan dengan dimensi tubuh manusia. Sejalan dengan Lubis (2004:77) menjelaskan bahwa

“Antropometrik adalah suatu teknik atau cara untuk menentukan dimensi bagian-bagian tubuh”. Bagian-bagian tubuh ini dapat berupa tinggi badan, berat badan, panjang tungkai, panjang lengan, lingkar dada dll. Dalam penelitian ini yang dimaksud analisis antropometrik adalah suatu analisis terhadap suatu ukuran-ukuran index massa tubuh (IMT) serta kadar lemak yang dinyatakan dalam meter


(2)

UMAR WIRA, 2014

Studi Analisis Struktur Tubuh (Antropometrik) Terhadap Lari Sprint 100m Pelari Jarak Pendek Pplp Dan Pplm Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kualitas lari jarak pendek 100 meter yang dicapai oleh setiap sprinter relative beragam. Salah satunya disebabkan oleh struktur anatomis sprinter itu sendiri. Kondisi anrtopometrik yang berbeda akan menimbulkan perbedaan terhadap hasil lari jarak pendek 100 meter yang dicapai. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Niels (2005:616) dalam Antropometric comparison of world-class sprinters and normal population yang mengemukakan“These anthropometric characterisrics typical of world-class sprinters might be explained, in part, by the influence the anthropometric characteristic have on reltive muscle strength and stride length”.

Oleh karena itu peranan kekuatan maksimal otot tungkai dalam lari jarak pendek 100 meter merupakan salah satu indicator dalam menghasilkan power yang lebih besar dan dimungkinkan untuk memperoleh waktu dengan cepat. Akan tetapi atlet yang mempunyai tungkainya yang panjang belum tentu bisa mencapai hasil lari jarak pendek 100 meter dengan cepat, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu banyak faktor lain yang mendukung tercapainya hasil lari jarak pendek 100 meter diantaranya mempunyai kekuatan maksimal otot tungkai.

Dukungan panjang tungkai akan lebih efektif untuk melakukan lari jarak pendek 100 meter dan menghasilkan waktu yang lebih efisien dan efektif. Peranan panjang tungkai dalam melakukan jangkauan langkah, menggunakan teknik lari jarak pendek 100 meter relative lebih besar terutama dalam mencapai waktu yang cepat, sehingga seorang sprinter yang memiliki tungkai panjang akan lebih unggul dalam jangkauan langkah, daripada yang memiliki tungkai yang pendek.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang hubunganan tropometrik pelari jarak pendek PPLP dan PPLM Jawa Barat dengan prestasi olahraga.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang penulis uraikan sebelumnya, maka yang menjadi permasalahan dari penelitian ini adalah:

“Apakah terdapat pengaruh antara struktur tubuh terhadap hasil lari sprint 100 meter pada atlet sprinter PPLP dan PPLM Jawa Barat?”


(3)

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : “Untuk mengetahui pengaruh antara struktur tubuh (antropometrik) terhadap hasil lari sprint 100 meter pada atlet sprinter PPLP dan PPLM Jawa Barat?”

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat untuk : 1. Manfaat Praktis

Dapat membantu memberikan data tentang bagian – bagian anatomis tubuh yang perlu dilatih dan dapat mendukung terhadap peningkatan prestasi atlet. Dapat dijadikan sumbangan keilmuan mengenai manfaat dari pengaruh antropometrik terhadap hasil lari akselerasi pelari jarak pendek pada atlet PPLP dan PPLM Jawa Barat .

2. Manfaaat Taktis

Memberikan informasi kepada para pembina dan pelatih khususnya pelatih atletik nomor lari sprint mengenai antropometrik dengan hasil lari akselerasi pelari jarak pendek pada atlet PPLP dan PPLM Jawa Barat.

E. Batasan Penelitian

Pembatasan penelitian sangat diperlukan pada setiap penelitian agar masalah yang diteliti lebih terarah. Berdasarkan penjelasan terserbut, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut :

1. Variabel independen pertama dalam peneltian ini adalah struktur tubuh/antropometrik (X1).

2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah hasil lari sprint 100 meter (Y). 3. Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah atlit PPLP dan PPLM

Jawa Barat nomor lari 100 meter.


(4)

UMAR WIRA, 2014

Studi Analisis Struktur Tubuh (Antropometrik) Terhadap Lari Sprint 100m Pelari Jarak Pendek Pplp Dan Pplm Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu F. Definisi Operasional

Penafsiran seseorang terhadap suatu istilah sering kali berbeda, sehingga menimbulkan kekeliruan dan kesalahpahaman pengertian. Oleh karena itu, penulis menafsirkan istilah ini menurut beberapa orang ahli olahraga, secara operasional sebagai berikut :

1. Antopometrik. Menurut Lubis (2004:77) menjelaskan bahwa “Antropometrik

adalah suatu teknik atau cara untuk menentukan dimensi bagian-bagian tubuh”. Sering diartikan sebagai suatu ukuran dan bagian yang ada pada struktur tubuh manusia. Bagian-bagian tubuh ini dapat berupa tinggi badan dan berat badan. Dalam penelitian ini yang dimaksud analisis antropometrik adalah suatu analisis rasio tinggi badan dan berat badan, kadar lemak, panjang lengan, dan panjang tungkai yang dinyatakan dalam meter untuk diketahui kontribusinya terhadap hasil lari jarak pendek 100 meter.

2. Prestasi. Menurut Poerwadarminta (1984:606) prestasi adalah “Hasil yang telah dicapai dari seseorang dalam waktu tertentu”.

3. Lari Sprint Wibowo (2012:12) menjelaskan bahwa beberapa faktor yang harus dilalui oleh para atlet lari jarak pendek dapat dibagi menjadi tiga tahap yaitu :“(1) acceleration, 0-30m (sub-divided into pure acceleration and transition (2) Maksimum Velocity, 30-60m (3) Speed Maintenance, 60-100m.”Lari dengan mengunakan tolakan dari start sampai finish yang ditandai dengan proses pemindahan posisi tubuhnya secara cepat, melebihi gerak dasar pada keterampilan lari santai (jogging). Dalam lari sprint dapat dibagi kedalam beberapa fase, antara lain (1) Kecepatan reaksi pada saat keluar dari start block. (2) Akselerasi atau percepatan pada jarak 0-30 meter. (3) Kecepatan maksimal pada jarak 30-60 meter. (4) Pemeliharaan kecepatan pada jarak 60-100 meter. Sejalan dengan Bird dalam Sports Performance Analysis: 100m Sprint (2002:2).


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan perhitungan serta analisis data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Struktur tubuh antropometrik tinggi badan, berat badan, dan lemak tubuh memiliki pengaruh terhadap hasil lari sprint 100 meter.

B. SARAN

Saran yang dapat penulis kemukakan berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi para pelatih atau pembina khususnya nomor lari sprint 100 meter memperhatikan komponen-komponen struktur tubuh (antropometrik) dalam mencari sumber daya manusia dalam cabang olahraga atletik khususnya lari sprint 100 meter seperti berikut:

a. tinggi badan tidak memiliki hubungan yang sangat penting terhadap hasil lari sprint 100 meter karena atlet yang memiliki tinggi badan yang tinggi hanya memiliki langkah yang panjang atau langkah yang sangat jauh dan tidak mempunyai akselari yang bagus karena tidak menguntungkan bagi atlet tersebut karena akan memiliki langkah yang sangat jauh akan tetapi harus di barengi dengan akselerasi yang cepat juga.

b. Struktur tubuh (antropometrik) berat badan tidak memiliki hubungan yang sangat penting terhadap hasil lari 100 meter karena berat badan tidak mempunyai pengaruh tehadap hasil lari sprint 100 meter akan tetapi berat badan yang ideal yang bagus bagi atlet akan menunjang penampilan atlet saat bertanding.


(6)

UMAR WIRA, 2014

Studi Analisis Struktur Tubuh (Antropometrik) Terhadap Lari Sprint 100m Pelari Jarak Pendek Pplp Dan Pplm Jawa Barat

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 54

c. Struktur tubuh (antropmetrik) lemak perut tidak memiliki hubungan yang begitu penting terhadap hasil lari 100 meter karena lemak perut tidak mempunyai pengaruh terhadap hasil lari sprint 100 meter akan tetapi lemak perut mempunyai peranan penting bagi atlet untuk menunjang penampilan saat bertanding.

2. Untuk para pembina di sekolah atletik ataupun lembaga yang mempunyai ekstrakulikuler atau UKM olahraga Atletik, untuk memperhatikan sumber daya manusia yang akan dilatih gunanya dapat meningkatan hasil prestasi lari 100 meter.

3. Bagi rekan mahasiswa perlu dilakukan analisis yang lebih lanjut mengenai struktur tubuh (antropometrik) yang dapat memberikan pengaruh dalam perkembangan olahraga atletik, dengan lebih memperluas ruang lingkup penelitian agar hasil yang diharapkan bisa tercapai dengan tepat.