PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI GAYA : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Bukanagara Lembang Semester II Tahun ajaran 2012/ 2013.

(1)

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN

IPA MATERI GAYA

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Bukanagara Lembang Semester II Tahun ajaran 2012/ 2013)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh: A n i t a 0902817

PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

Anita , 2013

PENERAPAN PENDEKATAN

KONSTRUKTIVISME UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PADA PEMBELAJARAN IPA MATERI GAYA

Oleh

A n i t a

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh

gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© A n i t a 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

(4)

Anita , 2013

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN

IPA MATERI GAYA

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri Bukanagara Lembang Semester II Tahun ajaran 2012/ 2013)

Oleh:

Anita 0902817

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh hasil observasi awal yang dilaksanakan di SD Negeri Bukanagara Lembang Kabupaten Bandung Barat bahwa hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA masih rendah. Hasil ulangan harian siswa kelas V pada pelajara IPA, 56% mendapat nilai dibawah KKM yang telah ditentukan yaitu 66. Untuk mengatasi masalah ini dilakukan penelitian guna meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi gaya dengan menerapkan pendekatan pembelajaran konstruktivisme. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah test, lembar observasi guru dan siswa, dan lembar observasi afektif (rasa ingin tahu). Penelitian ini dilaksanakan sebanyak 3 siklus. Pada setiap siklusnya terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Bukanagara Lembang yang terdiri dari 25 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan pendekatan konstruksivisme. Peningkatan hasil belajar dapat dilihat dari siswa yang mencapai KKM, pada siklus I sebesar 66,6% siswa tuntas, siklus II sebesar 87,2 % siswa, dan siklus III mengalami peningkatan sebesar 100%.


(5)

ABSTRACT

The Application Of Constructivism Approaches For Improving Student Learning Outcomes In Science Learning Material Styles. This research stimulated by the results of the initial observations carried out in SD Negeri Bukanagara Lembang West Bandung Regency that student learning outcomes in learning SCIENCE is still low. Results of the fifth grade students daily repeats on common student IPA, 56% had scores below the predetermined KKM 66. To resolve this problem do research to improve student learning outcomes in science learning materials by applying the constructivism teaching approaches. The research method used is the class action research (PTK). The instruments used in this research is the observation sheet test teachers and students, and affective observation sheet . The research was carried out by 3 cycles. On each cycle consists of planning, implementation, observation, and reflection. The subject of research is the fifth grade students of SDN Bukanagara Lembang, which consists of 25 students are male and 14 female students. The research results show that an increase in student learning outcomes by using the constructivism approaches. Improved learning outcomes can be seen from the students who reach the KKM, in cycle I of 66.6% student satisfaction, cycle II of 87,2% of students, and cycle III has increased by 100%.


(6)

Anita , 2013

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v BAB I PENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang ... Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Definisi Operasional ... Error! Bookmark not defined. F. Hipotesis Tindakan ... Error! Bookmark not defined. BAB II PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DALAM

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA ... Error! Bookmark not defined.

A. Hakikat Pembelajaran IPA di SD ... Error! Bookmark not defined. B. Pendekatan Konstruktivisme ... Error! Bookmark not defined. C. Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran IPA Error! Bookmark not defined.

D. Analisis Tahap-Tahap Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme Error! Bookmark not defined.

E. Hasil Belajar... Error! Bookmark not defined. F. Materi Gaya ... Error! Bookmark not defined. a. Gaya Magnet ... Error! Bookmark not defined. b. Gaya Gravitasi ... Error! Bookmark not defined.


(7)

c. Gaya Gesek ... Error! Bookmark not defined. BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... Error! Bookmark not defined.


(8)

Anita , 2013

A. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... Error! Bookmark not defined. C. Subjek Penelitian ... Error! Bookmark not defined. D. Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined. E. Instrumen ... Error! Bookmark not defined. F. Pengolahan dan Analisis data ... Error! Bookmark not defined. G. Indikator Kinerja ... Error! Bookmark not defined. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .. Error! Bookmark not defined.

A. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Deskripsi Tindakan Siklus I ... Error! Bookmark not defined. 2. Deskripsi Tindakan Siklus II ... Error! Bookmark not defined. 3. Deskripsi Tindakan Siklus III ... Error! Bookmark not defined. B. Pembahasan... Error! Bookmark not defined. BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI .... Error! Bookmark not defined. A. KESIMPULAN ... Error! Bookmark not defined. B. REKOMENDASI ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN-LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahap pendekatan pembelajaran konstruktivisme yang dipakai.... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 3.1 Interpretasi Nilai Gain Ternormalisasi ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.1 Hasil aktivitas guru selama proses pembelajaran siklus I ... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4.2 Hasil Aktivitas siswa selama proses pembelajaran siklus I ... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4.3 Nilai Hasil Lembar Kerja Siswa siklus I Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.4 Nilai Hasil Pretest, Post test, dan Gain disklus IError! Bookmark not

defined.

Tabel 4.5 Hasil rasa ingin tahu siswa siklus I ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.6 Hasil aktivitas guru selama proses pembelajaran siklus II ... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4.7 Hasil aktivitas siswa selama proses pembelajaran siklus II ... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4.8 Nilai Hasil Lembar Kerja Siswa siklus IIError! Bookmark not

defined.

Tabel 4.9 Nilai hasil Pretest, Post Test, dan Gain siklus IIError! Bookmark not

defined.


(10)

Anita , 2013

Tabel 4.11 Hasil aktivitas guru selama proses pembelajaran siklus III ... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4.12 Hasil aktivitas siswa selama proses pembealajaran siklus III ... Error!

Bookmark not defined.

Tabel 4.13 Nilai Hasil Lembar Kerja Siswa siklus IIIError! Bookmark not

defined.

Tabel 4.14 Nilai Hasil Pretest, Post Test, dan Gain siklus IIIError! Bookmark

not defined.

Tabel 4.15 Hasil rasa ingin tahu siswa siklus III ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4.16 Peningkatan hasil belajar pada setiap siklusError! Bookmark not

defined.

Tabel 4.17 Pencapaian Ketuntasan Belajar ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 4. 18 Intensitas bertanya siswa (rasa ingin tahu)Error! Bookmark not


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Siklus model spiral Kemmis dan TaggartError! Bookmark not defined.

Gambar 4.1 Grafik hasil belajar siswa siklus I ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.2 Grafik hasil belajar siswa siklus II ... Error! Bookmark not defined. Gambar 4.3 Grafik hasil belajar siswa siklus III .... Error! Bookmark not defined.


(12)

Anita , 2013

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A

Perangkat Pembelajan dan Penelitian

A.1.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ...83

A.1.2 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus I ...93

A.1.3 Lembar Kisi-Kisi Soal Siklus I ...98

A.1.4 Lembar Observasi Aktifitas Guru Siklus I ...101

A.1.5 Lembar Observasi Aktifitas Siswa Siklus I...103

A.2.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ...105

A.2.2 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus II ...113

A.2.3 Lembar Kisi-Kisi Soal Siklus II ...115

A.2.4 Lembar Observasi Aktifitas Guru Siklus II...119

A.2.5 Lembar Observasi Aktifitas Siswa Siklus II ...121

A.3.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus III ...123

A.3.2 Lembar Kerja Siswa (LKS) Siklus III ...132

A.3.3 Lembar Kisi-Kisi Soal Siklus III ...134

A.3.4 Lembar Observasi Aktifitas Guru Siklus III ...140

A.3.5 Lembar Observasi Aktifitas Siswa Siklus III ...142

A.3.6 Pedoman Penskoran Siklus I, II, III ...144

A.3.7 Lembar Observasi Afektif (Rasa Ingin Tahu) Siswa Siklus I, II, III ...145

LAMPIRAN B Hasil Penelitian B.1.1 Sampel Pretest Siklus I ...146


(13)

B.1.3 Sampel LKS Siklus I ...150

B.1.4 Sampel Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus I ...162

B.1.5 Sampel Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus I ...164

B.1.6 Sampel Hasil Observasi Afektif (Rasa Ingin Tahu) Siswa Siklus I ...166

B.2.1 Sampel Pretest Siklus II...168

B.2.2 Sampel Post Test Siklus II ...169

B.2.3 Sampel LKS Siklus II ...171

B.2.4 Sampel Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus II ...175

B.2.5 Sampel Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus II ...177

B.2.6 Sampel Hasil Observasi Afektif (Rasa Ingin Tahu) Siswa Siklus II ...179

B.3.1 Sampel Pretest Siklus III ...180

B.3.2 Sampel Post Test Siklus III ...182

B.3.3 Sampel LKS Siklus III ...184

B.3.4 Sampel Hasil Observasi Aktifitas Guru Siklus III ...187

B.3.5 Sampel Hasil Observasi Aktifitas Siswa Siklus III ...189

B.3.6 Sampel Hasil Observasi Afektif (Rasa Ingin Tahu) Siswa Siklus III ...191

LAMPIRAN C Dokumentasi ...192

LAMPIRAN D Administrasi Penelitian D.1 Permohonan Izin Penelitian Untuk Rektor UPI ...196

D.2 SK Pengangkatan Pembimbing ...197

D.3 Permohonan Izin Penelitian Untuk Kepala Kesbang Dan Limnas ...198


(14)

Anita , 2013

D.5 Surat Telah Mengadakan Penelitian ...200

D.6 Jurnal Bimbingan Skripsi Dengan Dosen Pembimbing I ...201

D.7 Jurnal Bimbingan Skripsi Dengan Dosen Pembimbing II ...202


(15)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Menurut UU SISDIKNAS No. 20 tahun 2003,menyatakan:

Pendidikan adalah usaha sadar danterencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memilikikekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

Bertolak dari Undang-undang SISDIKNAS, Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan manusia. Setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang dalam pendidikan. Oleh sebab itu, pendidikan merupakan suatu proses kehidupan dalam mengembangkan diri tiap individu untuk menjadi insan yang terdidik sehingga dapat hidup dan melangsungkan kehidupan.

Dalam pendidikan formal khususnya di sekolah dasar, ada sejumlah mata pelajaran yang diajarkan kepada siswa, yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang seluas-luasnya serta meningkatkan kemampuan siswa yang kemudian dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu mata pelajaran tersebut yang penting dikuasa oleh siswa adalah mata pelajaran IPA, hal ini dikarenakan IPA sangat erat kaitanya dengan kehidupan sehari-hari siswa. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan


(16)

2

Anita , 2013

IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan.

Depdiknas (2003), menyatakan bahwa pelajaran sains harus mencakup kerja ilmiah dan konsep. Dalam KTSP metode ilmiah tidak dimunculkan sebagai bagian terpisah namun menjadi jiwa dari seluruh topik (BNSP, 2006). Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Selain itu, IPA juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta dan gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran IPA tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukan bahwa, hakikat IPA sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran IPA yang empirik dan faktual. Pembelajaran IPA berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh rahasia yang tak habis-habisnya. Khusus untuk IPA di SD hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa ingin tahu peserta didik secara alamiah.

Pembelajaran IPA seharusnya melibatkan peserta didik secara aktif dalam pembelajaran, namun faktanya demikian. Peserta didik hanya di suapi konsep-konsep materi IPA tanpa dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru. Padahal jika melihat kondisi kelas yang jumlah peserta didiknya cukup banyak, maka guru akan mengalami kesulitan dalam menyampaikan materi pembelajaran. Hal ini dapat menyebabkan kurangnya pemahaman peserta didik dan peserta didik cenderung terlihat pasif. Ketika di lontarkan pertanyaan peserta didik pun cenderung terdiam karena merasa tidak mengerti. Peserta didik tidak pernah mau bertanya karena guru cenderung hanya memberikan materi saja tanpa memberi kesempatan kepada peserta didik yang tidak mengerti untuk bertanya, sehingga peserta didik tidak


(17)

3

terbiasa dengan tanya jawab. Lebih jauh lagi akibat dari kurangnya pemahaman maka hasil belajar peserta didik tidak mengalami peningkatan.

Seperti yang kita ketahui, telah terjadi inovasi dalam pembelajaran yang awalnya hanya bersifat konvensional sampai modern. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran. Seperti munculnya berbagai model dan metode pembelajaran yang belandaskan kepada pembelajaran konstruktivisme.

Konstruktivisme (constructivism) merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan kontekstual, yaitu pengetahuan dibangun sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang sangat terbatas (sempit) dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Tetapi manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide, yaitu siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.

Dengan paham konstruktivistik, siswa hendaknya diberi kesempatan untuk mengintergrasikan dan menggabungkan informasi dari sumber-sumber berbeda, menciptakan jenis-jenis yang baru, serta kerangka dan model-model yang baru. Dengan kata lain, guru bukan sebagai pelayan pengetahuan semata namun sebagai fasilitator belajar.

Dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari suatu kebenaran, mencari suatu data baru yang diperlukannya, mengolah sendiri, membuktikan suatu dalil atau hukum dan menarik kesimpulan atas proses yang dialaminya itu. Penggunaan teknik ini mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Melatih siswa untuk berpikir yang ilmiah (scientific thinking).


(18)

4

Anita , 2013

Dari hasil observasi yang telah dilakukan hasil belajar siswa terbilang rendah pada pembelajaran IPA. 56% dari 39 siswa, 25 laki-laki dan 14 perempuan mendapat nilai dibawah KKM yang telah ditentukan yaitu 66. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor, baik itu dari siswa itu sendiri maupun dari guru. Faktor-faktor tersebut anatar lain: Kurang tepatnya penggunaan media, Keterbatasan alat peraga, Ketidakmampuan guru untuk memfasilitasi kebutuhan siswa dalam pembelajaran, Kesulitan guru dalam mengelola kelas, Penggunaan instrumen evaluasi yang kurang tepat, Siswa kurang terlibat aktif dalam pembelajaran, Komunikasi satu arah guru-siswa, serta siswa sebagai objek pembelajaran.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti memfokuskan

penelitian pada judul “Penerapan Pendekatan Konstruktivisme untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA materi Gaya”. B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, dapat dirumuskan bahwa permasalahannya adalah sebagai berikut:

a. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan konstruktivisme pada pembelajaran IPA materi gaya di kelas V?

b. Seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan konstruktivisme pada pembelajaran IPA materi gaya di kelas V?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

a. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan konstruktivisme pada pembelajaran IPA materi gaya di kelas V.


(19)

5

b. Untuk mendeskripsikan seberapa besar peningkatan nilai hasil belajar siswa dengan menerapkan pendekatan konstruktivisme pada pembelajaranh IPA materi gaya di kelas V.

D. Manfaat Penelitian

Dilaksanakannya kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kontribusi sebagai berikut:

1. Manfaat Untuk Peneliti

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis.

b. Memberi pengalaman baru serta menjadikan pendekatan konstruktivisme sebagai alternatif bagi guru dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

2. Manfaat bagi peserta didik

a. Meningkatkan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran IPA di Kelas V SD Negeri Bukanagara Lembang melalui penerapan pendekatan konstruktivisme.

b. Meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui penerapan pendekatan konstruktivisme dalam proses pembelajaran IPA.

3. Manfaat bagi sekolah

a. Memberikan motivasi bagi guru-guru lain dalam rangka menigkatkan kualitas proses pembelajaran IPA di Kelas V SD Negeri Bukanagara Lembang melalui penerapan pendekatan konstruktivisme.

E. Definisi Operasional

1. Hasil belajar dalam penelitian ini merupakan kemampuan siswa setelah mengalami pembelajaran yang dapat dilihat pada aspek kognitif, dan afektif.


(20)

6

Anita , 2013

Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Sedangkan afektif yaitu berkenaan dengan sikap dan nilai yang meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai. Hasil belajar yang diperoleh pada aspek kognitif diukur melalui tes butan guru berupa soal pre-test dan post test yang hasilnya diukur dan disajikan secara kuantitatif. Sedangkan pada aspek afektif, diamati dengan menggunakan lembar observasi yang hasilnya dinyatakan secara kualitatif. 2. Pendekatan konstruktivisme merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran

yang mengharuskan siswa membangun pemahaman sendiri sedikit demi sedikit dalam proses belajar yang mereka lewati pada setiap tahapan konstruktivisme. Tahap pembelajaran konstrultivisme meliputi: tahap apersepsi, tahap eklsplorasi, tahap diskusi dan penjelasan konsep, dan terakhir tahap pengembangan dan aplikasi yang harus dilewati siswa secara berturut turut untuk dapat mengkonstruk pemahaman pembelajaran sendiri.

F. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Jika dalam pembelajaran IPA materi Gaya di SD Negeri Bukanagara Lembang menggunakan pendekatan konstruktivisme, maka hasil belajar siswa dapat meningkat.”


(21)

29

BAB II

PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA

A. Hakikat Pembelajaran IPA di SD

IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang lain (Abdullah, 1998: 18). IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sistematis dan IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan (Sri Sulistyorini, 2007: 39).

Menurut Iskandar IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi alam (Iskandar, 2001: 2). Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan. Pada prinsipnya, mempelajari IPA sebagai cara mencari tahu dan cara mengerjakan atau melakukan dan membantu siswa untuk memahami alam sekitar secara lebih mendalam (Depdiknas dalam Suyitno, 2002: 7).

Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian gagasan-gagasan.


(22)

30

Anita , 2013

Menurut Standar Isi yang ditetapkan oleh Depdiknas RI yang mana juga digunakan oleh Depag RI, terungkap bahwa tujuan pembelajaran sains di MI/SD, yakni agar peserta didik memiliki kemampuan: sebagai berikut:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MT.

Sedangkan untuk ruang lingkup bahan kajian IPA di SD secara umum meliputi:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas 3. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana

4. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.


(23)

31

Prinsip-prinsip dalam pembelajaran IPA SD adalah:

1. Prinsip 1

Pemahaman kita tentang dunia di sekitar kita di mulai melalui pengalaman baik secara inderawi maupun noninderawi. Karena itu, siswa perlu diberi kesempatan memperoleh pengalaman itu. Para siswa perlu dibuat agar aktif melakukan sesuatu agar memperoleh pengalaman.

2. Prinsip 2

Pengetahuan yang diperoleh ini tidak pernah terlihat secara langsung, karena itu perlu diungkap selama proses pembelajaran. Pengetahuan siswa yang diperoleh dari pengalaman itu perlu diungkap di setiap awal pembelajaran.

3. Prinsip 3

Pengetahuan pengalaman mereka ini pada umumnya kurang konsisten dengan pengetahuan para ilmuwan, pengetahuan yang Anda miliki. Pengetahuan yang demikian Anda sebut miskonsepsi. Anda perlu merancang kegiatan yang dapat membetulkan miskonsepsi ini selama pembelajaran.

4. Prinsip 4

Dalam setiap pengetahuan mengandung fakta, data, konsep, lambang, dan relasi dengan konsep yang lain. Tugas Anda sebagai guru IPA adalah mengajak siswa untuk mengelompokkan pengetahuan yang sedang dipelajari itu ke dalam fakta, data, konsep, symbol, dan hubungan dengan konsep yang lain.

5. Prinsip 5

IPA terdiri atas produk, proses, dan prosedur. Karena itu, Anda perlu mengenalkan ketiga aspek ini walaupun hingga kini masih banyak guru yang lebih senang menekankan pada produk IPA saja. Namun, perlu diingat bahwa perkembangan IPA sangat pesat. Kita tidak mampu mengikuti secara terus-menerus perkembangan itu setiap saat. Dan,


(24)

32

Anita , 2013

kalaupun mampu, menajdi pertanyaan besar adalah apakah semuanya disampaikan kepada siswa. Oleh karena itu, akan lebih baik jika siswa dibekali dengan keterampilan menemukan pengetahuan, yaitu: proses dan prosedur IPA. Proses menyangkut kegiatan penelitian. Sedangkan prosedur menyangkut metode ilmiah yang digunakan dalam kegiatan penelitian.

B. Pendekatan Konstruktivisme

Konstruktivistik merupakan landasan filosofi yang meyakini bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta konsep atau kaidah yang siap untuk diambi dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata (Nurhadi, 2002:10-11). Sedangkan Suparno (1997:28) mengatakan konstruktivisme beranggapan bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan objek, fenomena, pengalaman dan lingkungan. Suatu pengetahuan dianggap benar bila pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan atau fenomena yang sesuai.

Filosofi belajar konstruktivisme menekankan bahwa belajar tidak hanya sekadar menghafal, tetapi merekonstruksikan atau membangun pengetahuan dan keterampilan baru lewat fakta-fakta atau proposisi yang mereka alami dalam kehidupannya. Konstruktivisme berdasar bahwa siswa membangun pengetahuan di dalam konteks pengetahuan sendiri. Maka pendekatan konstruktivisme adalah pendekatan pembelajaran yang berdasarkan bahwa dengan merefleksikan pengalaman-pengalaman kita, kita akan dapat membangun pemahaman terhadap dunia yang di mana kita hidup didalamnya. (Suherman, 2003).

Paham Konstruktivisme menekankan bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari pikiran guru ke pikiran siswa. Artinya, bahwa siswa harus aktif secara mental membangun struktur pengetahuannya berdasarkan


(25)

33

kematangan kognitif yang dimilikinya. Relasi yang terbangun adalah guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitor dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya konstruksi pengetahuan pada diri peserta didik.

Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi.

Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran, siswalah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.

Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu: (1) mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan, (2) mengutamakan proses, (3) menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial, (4) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman.

Tujuan dari teori ini dalah sebagai berikut:

1. Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.

2. Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengejukan pertanyaan dan mencari sendiri pertanyaannya.


(26)

34

Anita , 2013

3. Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.

4. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri. 5. Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.

Adapun ciri – ciri pembelajaran secara kontruktivisme adalah sebagai berikut: 1. Memberi peluang kepada murid membina pengetahuan baru melalui

penglibatan dalam dunia sebenar

2. Menggalakkan soalan/idea yang dimuliakan oleh murid dan menggunakannya sebagai panduan merancang pengajaran.

3. Menyokong pembelajaran secara koperatif Mengambilkira sikap dan pembawaan murid

4. Mengambilkira dapatan kajian bagaimana murid belajar sesuatu ide 5. Menggalakkan & menerima daya usaha & autonomi murid

6. Menggalakkan murid bertanya dan berdialog dengan murid & guru

7. Menganggap pembelajaran sebagai suatu proses yang sama penting dengan hasil pembelajaran.

8. Menggalakkan proses inkuiri murid mel alui kajian dan eksperimen.

Secara garis besar, prinsip-prinsip Konstruktivisme yang diterapkan dalam belajar mengajar adalah:

1. Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri

2. Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru kemurid, kecuali hanya dengan keaktifan murid sendiri untuk menalar

3. Murid aktif megkontruksi secara terus menerus, sehingga selalu terjadi perubahan konsep ilmiah

4. Guru sekedar membantu menyediakan saran dan situasi agar proses kontruksi berjalan lancar.

5. Menghadapi masalah yang relevan dengan siswa

6. Struktur pembalajaran seputar konsep utama pentingnya sebuah pertanyaan


(27)

35

7. Mmencari dan menilai pendapat siswa

8. Menyesuaikan kurikulum untuk menanggapi anggapan siswa.

C. Pendekatan Konstruktivisme dalam Pembelajaran IPA

Kegiatan belajar adalah kegiatan yang aktif, dimana siswa membangun sendiri pengetahuannya. Siswa mencari arti sendiri dari yang mereka pelajari, ini merupakan proses menyesuaikan konsep-konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berfikir yang telah ada dalam pikiran mereka. Dalam hal ini siswa membentuk pengetahuan mereka sendiri dan guru membantu sebagai mediator dalam proses pembentukan itu. Proses perolehan pengetahuan akan terjadi apabila guru dapat menciptakan kondisi pembelajaran yang ideal yang dimaksud disini adalah suatu proses belajar.

Werrington dalam Suherman (2003), menyatakan bahwa dalam kelas konstruktivis seorang guru tidak mengajarkan kepada anak bagaimana menyelesaikan persoalan, namun mempresentasikan masalah dan meng’encourage’ (mendorong) siswa untuk menemukan cara mereka sendiri dalam menyelesaikan permasalahan. Ketika siswa memberikan jawaban, guru mencoba untuk tidak mengatakan bahwa jawabannya benar atau tidak benar. Namun guru mendorong siswa untuk setuju atau tidak setuju kepada ide seseorang dan saling tukar menukar ide sampai persetujuan dicapai tentang apa yang dapat masuk akal siswa.

Nur dan Wikandari (2000) mengatakan bahwa pendekatan konstruktivisme dalam pengajaran, merupakan penerapan pembelajaran kooperatif secara luas, berdasarkan teori bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok, untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Sekali lagi, penekanan pada hakikat sosial dalam belajar dan penggunaan kelompok sejawat untuk


(28)

36

Anita , 2013

memodelkan cara berpikir dan sesuai dan saling mengemukakan dan meluruskan kekeliruan pengertian atau miskonsepsi-miskonsepsi diantara mereka sendiri. Dalam hal ini siswa dihadapkan pada proses berpikir teman sebaya mereka; metode ini tidak hanya membuat hasil belajar terbuka untuk seluruh siswa tetapi juga membuat proses berpikir siswa lain lebih terbuka untuk seluruh siswa.

Istilah kooperatif memberikan gambaran bahwa adanya hubungan yang terjadi antara dua orang atau lebih. Hubungan ini dapat berupa kerjasama dan saling membutuhkan dalam menghadapi dan memecahkan masalah yang mungkin timbul, sehingga mereka yang terlibat didalamnya mempunyai keberanian dalam memecahkan suatu permasalahan bahkan akan lebih muda dipecahkan.

Dalam paradigma absolutisme, siswa dianggap tidak memiliki pengetahuan apa pun ketika berada di awal proses pembelajaran. Ibarat sebuah botol kosong. Sebaliknya, dalam paradigma konstruktivisme, siswa diakui telah memiliki pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki sebelum mengikuti proses kegiatan pembelajaran yang sesungguhnya sering diberi label pengetahun awal siswa. Pengetahuan awal ini diperolehnya dari sumber-sumber belajar yang tersedia di luar bangku sekolah atau dari pembelajaran sebelumnya.

Impementasi pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran meliputi empat tahapan sebagaimana yang dikemukakan oleh suwangsih dan Tiurlina (2006: 116) yaitu:

a. Tahapan pertama adalah apersepsi.

Pada tahap ini siswa didorong agar mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan dibahas. Bila perlu guru memancing dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan problematik tentang penomena yang sering ditemui sehari-hari dengan mengaitkan konsep yang akan dibahas. Siswa diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengilustrasikan pemahaman tentang konsep itu

b. Tahap kedua adalah eksplorasi.

Pada tahap ini siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki dan mengemukakan konsep pengumpilan, pengorganisasian, dan penginterpretasian data dalam suatu kegiatan yang telah dirancang guru. Kemudian secara bekelompok didiskusikan dengan kelompok lain. Secara


(29)

37

keseluruhan tahap ini akan memenuhi rasa keingintahuan siswa tentang fenomena alam di sekelilingnya.

c. Tahap ketiga, diskusi dan penjelasan konsep.

Pada tahap ini siswa memberikan penjelasan dan solusi yang didasarkan pada hasil observasinya ditambah dengan penguatan dari guru, maka siswa membangun pemahaman baru tentang konsep yang dipelajari. Hal ini menjadikan siswa tidak ragu-ragu lagi tentang konsepsinya.

d. Tahap keempat, pengembangan dan aplikasi.

Pada tahap ini guru berusaha menciptakan iklim yang memungkinkan siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya, baik melalui kegiatan atau pemunculan atau pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan isu-isu di lingkungannya.

Dari uraian di atas, bahwa pembelajaran yang mengacu pada pandangan konstruktivisme lebih memfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka dengan kata lain siswa lebih berpengalaman untuk mengonstruksikan sendiri pengetahuan mereka melalui asimilasi dan akomodasi.

Pada dasarnya tidak terdapat pendekatan, strategi, metode, gaya atau pola mengajar yang paling baik untuk semua materi pelajaran, yang ada adalah sesuai atau tidak dengan materi pelajaran pada waktu dan kondisi pelaksanaannya. Oleh karena itu guru diharapkan menguasai berbagai macam pendekatan, strategi, metode, gaya atau pola mengajar sebab setiap pendekatan, strategi, metode, gaya atau pola mengajar memiliki kelebihan dan kekurangan.

Kelebihan dan Kekurangan dalam menggunakan model konstruktivisme menurut Sidik (2008) adalah :

a. Kelebihan

1. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri, berbagi gagasan dengan temannya, dan mendorong siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya.

2. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas


(30)

38

Anita , 2013

pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.

3. Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.

4. Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk menggunakan berbagai strategi belajar.

5. Pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan mereka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.

6. Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.

b. Kekurangan

1. Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ilmuan sehingga menyebabkan miskonsepsi.

2. Konstruktivisme menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda.

3. Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreatifitas siswa.


(31)

39

D. Analisis Tahap-Tahap Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme

Berdasarkan uraian tahap demi tahap pendekatan pembelajaran konstruktivisme diatas, penulis sekaligus peneliti memutuskan untuk memakai tahapan sesuai yang telah diungkapkan oleh suwangsih dan Tiurlina (2006: 116) diatas yaitu bahwa impementasi pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran meliputi empat tahapan, (1) Apersepsi, (2) Eksplorasi, (3) Diskusi dan Penjelasan Konsep, dan (4) Pengembangan dan aplikasi. Untuk lebih jelasnya akan ditambilkan melalui tabel berikut:

Tabel 2.1 Tahap pendekatan pembelajaran konstruktivisme yang dipakai

No Tahap Kegiatan Pembelajaran

1 Apersepsi

Pada tahap ini dilakukan kegiatan menghubungkan konsepsi awal, guru menstimulus siswa dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang sering ditemui sehari-hari dengan mengaitkan konsep yang akan dibahas. Misalnya: mengapa sebuah benda tejatuh ke bawah?

2 Eksplorasi

Pada tahap ini siswa mengungkapkan dugaan sementara terhadap konsep yang akan dipalajari. Kemudian siswa menyelidiki dan menemukan sendiri konsep sebagai jawaban dari dugaan sementara yang dikemukakan pada tahap sebelumnya, melalui manipulasi benda langsung.


(32)

40

Anita , 2013

No Tahap Kegiatan Pembelajaran

Penjelasan Konsep hasil penyelidikan dan tamuannya, pada tahap ini pula guru menjadi fasilitator dalam menampung dan membantu siswa membuat kesepakatan kelas, yaitu setuju atau tidak dengan pendapat kelompok lain serta memotivasi siswa mengungkapkan alasan dari kesepakatan tersebut melalui kegiatan tanya jawab.

4 Pengembangan dan Aplikasi

Pada tahap ini guru memberikan penekanan terhadap konsep-konsep esensial, kamudian siswa membuat kesimpulan melalui bimbingan guru dan menerapkan pemahaman konseptual yang telah diperoleh melalui pembelajaran saat itu melalui pengerjaan tugas.

E. Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:250), ”hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru”. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesikannya bahan pelajaran.

Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang


(33)

41

diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Hamalik (2004: 27), belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar juga merupakan suatu bentuk pertumbuhan dan perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara tingkah laku yang baru sebagai hasil dari pengalaman. Belajar adalah suatu usaha sungguh-sungguh, dengan sistematis, mendayagunakan semua potensi yang dimiliki baik fisik, mental, panca indra, otak atau anggota tubuh lainnya, demikian pula aspek-aspek kejiwaan seperti intelegensi, bakat, minat, dan sebagainya.

Setiap individu pasti mengalamai proses belajar. Belajar dapat dilakukan oleh siapapun, baik anak-anak, remaja, orang dewasa, maupun orang tua, dan akan berlangsung seumur hidup. Dalam pendidikan disekolah belajar merupakan kegiatan yang pokok yang harus dilaksanakan. Tujuan pendidikan akan tercapai apabila proses belajar dalam suatu sekolah dapat berlangsung dengan baik, yaitu proses belajar yang melibatkan siswa secara aktif dalam prosses pembelajaran.

Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku pada diri seseorang dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia. Di dalam belajar terdapat prinsip-prinsip belajar yang harus diperhatikan, Dalyono (2005: 51-54) mengemukakan prinsip-prinsip belajar sebagai berikut.

1. Kematangan jasmani dan rohani

Salah satu prinsip utama belajara dalah harus mencapai kematangan jasmani dan rohani sesuai dengan tingkatan yang dipelajarinya. Kematangan jasmani yaitu setelah sampai pada batas minimal umur serta kondisi fisiknya telah kuat untuk melakukan kegiatan belajar. Sedangkan kematangan rohani artinya telah memiliki kemampuan secara psikologis untuk melakukan kegiatan belajar.


(34)

42

Anita , 2013

Setiap orang yang hendak belajar harus memiliki kesiapan yakni dengan kemampuan yang cukup, baik fisik, mental maupun perlengkapan belajar.

3. Memahami tujuan

Setiap orang yang belajar harus memahami tujuannya, kemana arah tujuan itu dan apa manfaat bagi dirinya. Prinsip ini sangat penting dimiliki oleh orang belajar agar proses yang dilakukannya dapat selesai dan berhasil. 4. Memiliki kesungguhan

Orang yang belajar harus memiliki kesungguhan untuk melaksanakannya. Belajar tanpa kesungguhan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan.

5. Ulangan dan latihan

Prinsip yang tidak kalah pentingnya adalah ulangan dan latihan. Sesuatu yang dipelajari perlu diulang agar meresap dalam otak, sehingga dikuasai sepenuhnya dan sukar dilupakan.

Secara implisit, ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar anak, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor Internal

Foktor internal meliputi faktor fisiologis, yaitu kondisi jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis. Faktor fisiologis sangat menunjang atau melatar belakangi aktivitas belajar. Keadaan jasmani yang sehat akan lain pengaruhnya dibanding jasmani yang keadaannya kurang sehat. Untuk menjaga agar keadaan jasmani tetap sehat, nutrisi harus cukup. Hal ini disebabkan, kekurangan kadar makanan akan mengakibatkan keadaan jasmani lemah yang mengakibatkan lekas mengantuk dan lelah.


(35)

43

Faktor psikologis, yaitu yang mendorong atau memotivasi belajar. Faktor-faktor tersebut diantaranya:

1. Adanya keinginan untuk tahu

2. Agar mendapatkan simpati dari orang lain. 3. Untuk memperbaiki kegagalan

4. Untuk mendapatkan rasa aman. b. Faktor Eksternal

Faktor-faktor eksternal, yaitu faktor dari luar diri anak yang ikut mempengaruhi belajar anak, yang antara lain berasal dari orang tua, sekolah, dan masyarakat.

1. Faktor yang berasal dari orang tua

Faktor yang berasal dari orang tua ini utamanya adalah sebagi cara mendidik orang tua terhadap anaknya. Dlam hal ini dapat dikaitkan suatu teori, apakah orang tua mendidik secara demokratis, pseudo demokratis, otoriter, atau cara laisses faire. Cara atau tipe mendidik yang dimikian masing-masing mempunyai kebaikannya dan ada pula kekurangannya.

Menurut hemat peneliti, tipe mendidik sesuai dengan kepemimpinan Pancasila lebih baik dibandingkan tipe-tipe diatas. Karena orang tua dalam mencampuri belajar anak, tidak akan masuk terlalu dalam.

Prinsip kepemimpinan Pancasila sangat manusiawi, karena orang tua akan bertindaking ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani. Dalam kepemimpinan Pancasila ini berarti orang tua melakukan kebiasaan-kebiasaan yang positif kepada anak untuk dapat diteladani. Orang tua juga selalu memperhatikan anak selama belajar baik langsung maupun tidak langsung, dan memberikan arahan-arahan manakala akan melakukan tindakan yang kurang tertib dalam belajar.


(36)

44

Anita , 2013

Faktor yang berasal dari sekolah, dapat berasal dari guru, mata pelajaran yang ditempuh, dan metode yang diterapkan. Faktor guru banyak menjadi penyebab kegagalan belajar anak, yaitu yang menyangkut kepribadian guru, kemampuan mengajarnya. Terhadap mata pelajaran, karena kebanyakan anak memusatkan perhatianya kepada yang diminati saja, sehingga mengakibatkan nilai yang diperolehnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Keterampilan, kemampuan, dan kemauan belajar anak tidak dapat dilepaskan dari pengaruh atau campur tangan orang lain. Oleh karena itu menjadi tugas guru untuk membimbing anak dalam belajar.

3. Faktor yang berasal dari masyarakat

Anak tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Faktor masyarakat bahkan sangat kuat pengaruhnya terhadap pendidikan anak. Pengaruh masyarakat bahkan sulit dikendalikan. Mendukung atau tidak mendukung perkembangan anak, masyarakat juga ikut mempengaruhi.

Selain beberapa faktor internal dan eksternal di atas, faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat disebutkan sebagai berikut:

1. Minat

Seorang yang tidak berminat mempelajari sesuatu tidak akan berhasil dengan baik, tetapi kalau seseorang memiliki minat terhadap objek masalah maka dapat diharakan hasilnya baik. Masalahnya adalah bagainama seorang pendidik selektif dalam menentukan atau memilih masalah atau materi pelajaran yang menarik siswa. Berikutnya mengemas materi yang dipilih dengan metode yang menarik. Karena itu pendidik/ pengajar perlu mengenali karakteristik siswa, misalnya latar belakang sosial ekonomi, keyakinan, kemampuan, dan lain-lain.

2. Kecerdasan

Kecerdasan memegang peranan penting dalam menentukan berhasil tidaknya seserorang. Orang pada umumnya lebih mampu belajar daripada orang yang


(37)

45

kurang cerdas. Berbagai penelitian menunjukkan hubungan yang erat antara tingkat kecerdasan dan hasil belajar di sekalah (Sumadi, 1989: 11).

3. Bakat

Bakat merupakan kemampuan bawaan sebagai potensi yang perlu dilatih dan dikembangkan agar dapat terwujud (Utami, 1992: 17). Bakat memerlukan latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan pada masa yang akan datang. Selain kecerdasan bakat merupakan faktor yang menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam belajar (Sumadi, 1989: 12). Belajar pada bidang yang sesuai dengan bakatnya akan memperbesar kemungkinan seseorang untuk berhasil.

4. Motivasi

Motivasi merupakan dorongan yang ada pada diri anak untuk melakukan sesuatu tindakan. Besar kecilnya motivasi banyak dipengaruhi oleh kebutuhan individu yang ingin dipenuhi (Suharsimi, 1993: 88). Ada dua macam motivasi yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi instrinsik adalah motivasi yang ditimbulkan dari dalam diri orang yang bersangkutan. Sedangkan, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul oleh rangsangan dari luar atau motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, misalnya angka, ijazah, tingkatan, hadiah, persaingan, pertentangan, sindiran, cemoohan dan hukuman. Motivasi ini tetap diperlukan di sekolah karena tidak semua pelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa.

Dengan memiliki kemampuan pada suatu mata pelajaran, baik itu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang mampu dikembangkan, siswa diharapkan dapat mengalih gunakan kemampuan-kemampuan tersebut dalam mengahadapi masalah-masalah dalam berbagai bidang pelajaran. Kemampuan bernalar, kemampuan memilih strategi yang cocok dengan permasalahannya, maupun kemampuan menerima dan mengemukakan suatu informasi secara tetap dan cermat merupakan kemampuan umum yang dapat digunakan dalam berbagai bidang.


(38)

46

Anita , 2013

F. Materi Gaya

Dalam kehidupan sehari-hari secara tidak sadar melakukan kegiatan yang berhubungan dengan gaya. Pada saat kita membuka atau menutup pintu kita telah melakukan gaya yang berupa dorongan dan tarikan.Gerakan mendorong atau menarik yang menyebabkan benda bergerak disebut gaya. Gaya yang dikerjakan pada suatu benda akan mempengaruhi benda tersebut. Gaya terhadap suatu benda dapat mengakibatkan bendayang semula diam menjadi bergerak, menyebabkan benda yang semula bergerak menjadi berhenti atau berubah arah, atau merubah bentuk benda. Priyono (2010)

a. Gaya Magnet

Istilah magnet berasal dari kata "Magnesia", Magnesia adalah sebuah kota kecil di asia, disana tempat pertama kali menemukan batu yang dapat menarik besi, lalu disebut magnet.

1. Magnet Menarik Benda Benda Tertentu

Gaya tarik magnet hanya mampu menarik benda benda tertentu, benda yang dapat ditarik magnet harus benda bahan yang terbuat dari 3 bahan ini, yaitu : Besi, Nikel, dan Kobalt

Jika suatu benda mengandung salah satu logam diatas dan dapat ditarik magnet, berarti benda itu disebut benda Magnetis. Tapi, Jika suatu benda tidak mengandung salah satu logam diatas dan tidak dapat ditarikk magnet, benda itu disebut benda nonmagnetis.

2. Kekuatan Gaya Magnet

Magnet mampu menembus penghalang, yaitu benda nonmagnetis, gaya tarik magnet masih berpengaruh, tapi jika penghalang teralu tebal maka pengaruh magnet bisa hilang. Faktor lain yang mempengaruhinya adalah jarak. Jarak magnet terhadap benda Magnetis, makin dekat jarak benda ke makin kuat jarak magnet tersebut. Magnet juga dapat merusak barang elektronika rumit seperti telepon genggam, Televisi, Kompter, Radio


(39)

47

3. Magnet memiliki dua kutub Magnet memiliki dua kutub yaitu :

1) Kutub utara magnet : Biasanya diberi warna merah atau huruf N ( north )

2) Kutub Selatan magnet : Biasanya diberi warna biru atau huruf S ( South )

Gaya tarik magnet paling kuat adalah pada kutub kutubnya. Kutub magnet memiliki sifat istimewa seperti :

1) Jika didekatkan dua kutub magnet yang senama (misal : utara = utara, Selatan = selatan ) mereka akan tolak menolak

2) Jika Didekatkan dua kutub magnet yang berbeda ( misal : Utara = selatan, Selatan = utara ) mereka akan saling tarik menarik

4. Kegunaan Magnet

Magnet mempunyai banyak kegunaan , kita dapat menemui benda yang mempunyai unsur magnet mulai dari alat sederhana sampai rumit, contoh benda benda itu adalah Pengunci kotak pensil, tas, obeng, gunting jahit, kompas, dinamo, lemari es, alarm pengaman. Magnet juga dapat digunakan pada alat berat dengan cara Elektromagnet.

5. Membuat magnet

Banyak bentuk magnet seperti : Jarum, Huruf U , Tabung, Batang, Ladam. Cara membuat magnet buatan ada 3 cara :

1) Induksi : Benda magnetis yang menempel pada magnet, dapat bersifat seperti magnet, benda ini dapat menarik benda magnetis lainnya, hanya berlangsung sementara karena jika benda dilepaskan, sifat magnetnya akan hilang.

2) Gosokan : Benda magnetis digosok berkali kali pada kutub magnet semakin banyak gosokan, semakin besar gaya tariknya, bersifat sementara.


(40)

48

Anita , 2013

3) Elektromagnet :Mengalirkan aliran listrik ke benda magnetis, bersifat sementara karena jika aliran listrik diputus sifat magnetnya juga hilang

b. Gaya Gravitasi

1. Pengertian Gaya Gravitasi

Gaya gravitasi bumi adalah gaya yang dimiliki bumi untuk menarik bendabenda di sekitarnya ke arah bumi. Semua benda yang berada di bumi ditarik ke bawah oleh bumi. Pernah mengamati setiap benda dapat terjatuh ke tanah tapi kita tidak memberikan dorongan? Tarikan ini disebut gaya tarik bumi atau gayagravitasi bumi.

2. Penemu Gaya Gravitasi

Gaya gravitasi ditemukan oleh Isaac Newton seeorang yang disebut sebagai "Bapak fisika". Isaac Newton merupakan ahli fisika, matematika, kimia, astronomi dan filsafat. Bisa anda bayangkan betapa sudah pintarnya otak orang zaman dulu yang bisa menguasai beberapa ilmu kelas berat secara sekaligus. Alkisah katanya Isaac Newton menyadari adanya gaya gravisati karena buah apel yang jatuh mengenai kepalanya. Tapi saya juga tidak memastikan validitas informasi ini. Sambil belajar duduk dibawah pohon apel tersebut, Isaac Newton mengamati dan terpikir dalam benaknya bahwa adanya suatu kekuatan yang membuat apel itu terjatuh.

3. Hal-hal yang mempengaruhi gaya gravitasi

Kecepatan jatuh suatu benda yang dipengaruhi oleh bentuk, berat, dan ukuran benda tersebut. Dua buah benda atau lebih yang berbeda berat, bentuk, dan ukurannya jika dijatuhkan dari ketinggian yang sama, maka jatuhnya ke bumi akan bersamaan. Hal ini disebabkan percepatan gaya gravitasi selalu tetap atau


(41)

49

sama. Namun, jika benda-benda tersebut dijatuhkan dari ketinggian yang tidak sama dalam waktu yang sama, maka jatuhnya ke bumi tidak akan bersamaan. Bagaimana pengaruh ketinggian benda terhadap gaya gravitasi bumi? Jika sebuah benda berada di ketinggian yang sangat jauh dari bumi, misalnya di luar angkasa, maka gaya gravitasi bumi yang memengaruhinya makin berkurang. Jadi, makin jauh letak benda dari bumi, maka gaya gravitasi bumi yang memengaruhinya makin kecil. Oleh karena itu, para antariksawan terlihat melayang-layang ketika berada di luar angkasa.

Bagaimana seandainya bumi tidak memiliki gaya gravitasi? Kemungkinan benda-benda yang berada di permukaan bumi akan melayang-layang. Benda-benda akan saling bertabrakan di udara dan kita tidak dapat menginjak-kan kaki di bumi. Keadaan ini tentu akan menimbulkan kekacauan besar. Makhluk hidup juga tidak dapat tinggal di bumi.

4. Contoh Gaya Gravitasi

Buah-buahan yang jatuh dari pohonnya adalah merupakan contoh gaya gravitasi. Semua benda yang ada di bumi ini akan jatuh ke tanah apabila tidak ada yang menyangganya di suatu ketinggian. Yang pasti Tuhan merancang gaya gravitasi ini dengan fungsi yang sangat penting bagi kehidupan semua mahluk bumi. Coba anda bayangkan jika bumi tempat kita berpijak ini tidak ada gaya gravitasi, betapa susahnya semua benda tidak bisa disusun karena bertebaran, dan banyak lagi masalah lain yang akan timbul jika tidak ada gaya gravitasi bumi. Contoh lain gravitasi bumi adalah gaya tarik bumi terhadap bulan sebagai satelit.

c. Gaya Gesek

Gaya gesek atau gaya gesekan merupakan gaya yang ditimbulkan oleh dua pemukaan yang saling bersentuhan. Lantai yang licin membuat kita sulit berjalan di atasnya karena gaya gesekan yang terjadi antara kaki kita dengan lantai sangat kecil.


(42)

50

Anita , 2013

1. Gaya gesek membantu benda bergerak tanpa tergelincir.

2. Gaya gesek dapat menghentikan benda yang sedang bergerak, misalnya sepeda di rem.

3. gaya gesekan dapat menahan benda-benda agar tidak bergeser.

Gaya gesekan yang merugikan, diantaranya :

1. gaya gesekan pada mesin mobil dan kopling menimbulkan panas yang berlebihan sehingga mesin mobil cepat rusak karena aus.

2. gaya gesekan antara ban mobil dengan jalan mengakibatkan ban mobil cepat aus dan tipis.

3. gaya gesekan antara angin dengan mobil dapat menghambat gerakan mobil.

Gaya gesek dapat diperbesar ataupun diperkecil disesuaikan dengan tujuannya. Dalam kehidupan sehari-hari kita jumpai berbagai cara yang dilakukan untuk memperkecil atau memperbesar gaya gesekan

1. Cara memperkecil gaya gesekan :

a. memperlicin permukaan, misal dengan pemberian minyak pelumas atau mengampelas permukaan.

b. memisahkan kedua permukaan yang bersentuhan dengan udara, misal kapal laut yang bagian dasarnya berupa pelampung yang diisi udara. c. meletakkan benda di atas roda – roda, sehingga benda lebih mudah

bergerak.

d. memberi bantalan peluru, as roda diberi bantalan peluru sehingga tidak cepat aus.

2. Cara memperbesar gaya gesekan adalah dengan : a. memasang karet, paku-pakuan, atau pul.

b. dibuat beralur, misalnya pada permukaan roda kendaraan dan alas sepatu dibuat beralur juga untuk memperbesar gaya gesekan sehingga kendaraan tidak mudah tergelincir.


(43)

(44)

95

Anita , 2013

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang “penerapan pendekatan konstruktivisme untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi gaya” yang dilakukan dengan melakukan tindakan pada siswa kelas V SDN Bukanagara Lembang, maka diperolehlah kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan aktivitas guru dan aktivitas siswa. Pada pembelajaran ini guru lebih berberan sebagai fasilitator, motivator dan moderator yang baik bukan lagi sebagai satu-satunya sumber informasi belajar seperti pembelajaran konvensional. Siswa pun lebih aktif belajar. Karena pembelajaran konstruktivisme memudahkan siswa mengaitkan konsep yang dipelajari di kelas dengan kehidupan sehari-harinya dan menambah minat siswa terhadap pelajaran IPA.

2. Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi gaya dapat meningkatkan dengan penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivisme pada siswa di kelas V SDN Bukanagara Lembang ini. Terlihat dari nilai rata-rata soal post test yang mencapai skor 89,23 diatas KKM yang ditentukan sekolah yaitu 66. Ketuntasan siswa pun mecapai 100%.

REKOMENDASI

Dengan mengidentifikasi hasil temuan penelitian maka untuk menyempurnakan penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivisme direkomendasikan hal-hal sebagai berikut:


(45)

96

1. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konstruktivisme sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran IPA, karena siswa dengan mudah dapat mengaitkan hubungan antara konsep yang dipelajari dengan kehidupannya sehari-hari.

2. Selain itu guru juga diharapkan dapat menguasai metode pembelajaran lain untuk medukung lancarnya penerapan pendekatan konstruktivisme ini, agar mampu menciptakan suasana belajar yang bervariasi dengan demikian siswa menyenangi pembelajaran dan terlibat secara aktif didalam pembelajaran tersebut.

3. Bagi staf sekolah, agar mampu mengadakan sarana yang dapat menunjang pembelajaran yang akan dilakukan juga meninjau secara berkala agar mengetahui sejauh mana kegiatan belajar berlangsung.

4. Sedangkan bagi peneliti selanjutnya dianjurkan agar mampu memahami beberapa pendekatan, metode juga model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, sehingga siswa merasa terlibat aktif didalamnya. Salah satunya yaitu pendekatan pembelajaran konstruktivisme.


(46)

97

Anita , 2013

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Ridha. (2012). Memilih dan Memilah Prinsip Pembelajaran IPA SD yang Berprinsip pada Pendekatan Konstruktivisme. [online]. Tersedia: http://ridhaagustinapgsdipab.blogspot.com/2012/10/memilih-dan

memilah-prinsip.html [Juni 2013]

Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi. (2010). Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Jakarta: PRESTASI PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA

BSNP. (2008). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: PT.Erlangga

Eliyah, Yayah. (2010). Penerapan Model Konstruktivistik untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Konsep Daur Air. Skripsi PGSD FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Hamsa. (2009). Pendekatan Konstruktivisme. [online]. Tersedia: http://alief-hamsa.blogspot.com/2009/10/kontruksi-berarti-membangun-dalam.html [Juni 2013]

Haryanto. (2004). Sains Untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama

Hatimah, Ihat. Dkk. (2007). Penelitian Pendidikan. Bandung : UPI PRESS Priyono, dan Titik Suyekti. (2010). “Ilmu Pengetahuan Alam 5 Untuk SD dan MI

kelas V”. Jakarta: Pusat Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional Sudjana, Nana. (2004). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Suparno, R. (2009). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Sutarno, Nono. (2008). Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas terbuka

Tauhid, Fitria. (2011). Penggunaan Pendekatan Konstruktivisme untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Sekolah Dasar pada Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Luas Persegi dan Persegi Panjang. Skripsi PGSD FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan


(47)

98

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2009). Kurikulum & Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: PRENADA MEDIA GROUP

_____. (2012). “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar”. [online]. Tersedia: http://orangmajalengka.blogspot.com/2012/06/faktor-yang-mempengaruhi-hasil-belajar.html [Juni 2013]

_____. (2012). “Hakikat Pembelajaran IPA di SD”. [online]. Tersedia: http://cumanulisaja.blogspot.com/2012/10/hakekat-pembelajaran-ipa-di-sd.html. [Juni 2013]


(1)

50

Anita , 2013

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Ipa Materi Gaya (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas V Sd Negeri Bukanagara Lembang Semester Ii Tahun Ajaran 2012/ 2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Gaya gesek membantu benda bergerak tanpa tergelincir.

2. Gaya gesek dapat menghentikan benda yang sedang bergerak, misalnya sepeda di rem.

3. gaya gesekan dapat menahan benda-benda agar tidak bergeser.

Gaya gesekan yang merugikan, diantaranya :

1. gaya gesekan pada mesin mobil dan kopling menimbulkan panas yang berlebihan sehingga mesin mobil cepat rusak karena aus.

2. gaya gesekan antara ban mobil dengan jalan mengakibatkan ban mobil cepat aus dan tipis.

3. gaya gesekan antara angin dengan mobil dapat menghambat gerakan mobil.

Gaya gesek dapat diperbesar ataupun diperkecil disesuaikan dengan tujuannya. Dalam kehidupan sehari-hari kita jumpai berbagai cara yang dilakukan untuk memperkecil atau memperbesar gaya gesekan

1. Cara memperkecil gaya gesekan :

a. memperlicin permukaan, misal dengan pemberian minyak pelumas atau mengampelas permukaan.

b. memisahkan kedua permukaan yang bersentuhan dengan udara, misal kapal laut yang bagian dasarnya berupa pelampung yang diisi udara. c. meletakkan benda di atas roda – roda, sehingga benda lebih mudah

bergerak.

d. memberi bantalan peluru, as roda diberi bantalan peluru sehingga tidak cepat aus.

2. Cara memperbesar gaya gesekan adalah dengan :

a. memasang karet, paku-pakuan, atau pul.

b. dibuat beralur, misalnya pada permukaan roda kendaraan dan alas sepatu dibuat beralur juga untuk memperbesar gaya gesekan sehingga kendaraan tidak mudah tergelincir.


(2)

(3)

95

Anita , 2013

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Ipa Materi Gaya (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas V Sd Negeri Bukanagara Lembang Semester Ii Tahun Ajaran 2012/ 2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang “penerapan pendekatan konstruktivisme untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi gaya” yang dilakukan dengan melakukan tindakan pada siswa kelas V SDN Bukanagara Lembang, maka diperolehlah kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan aktivitas guru dan aktivitas siswa. Pada pembelajaran ini guru lebih berberan sebagai fasilitator, motivator dan moderator yang baik bukan lagi sebagai satu-satunya sumber informasi belajar seperti pembelajaran konvensional. Siswa pun lebih aktif belajar. Karena pembelajaran konstruktivisme memudahkan siswa mengaitkan konsep yang dipelajari di kelas dengan kehidupan sehari-harinya dan menambah minat siswa terhadap pelajaran IPA.

2. Hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA materi gaya dapat meningkatkan dengan penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivisme pada siswa di kelas V SDN Bukanagara Lembang ini. Terlihat dari nilai rata-rata soal post test yang mencapai skor 89,23 diatas KKM yang ditentukan sekolah yaitu 66. Ketuntasan siswa pun mecapai 100%.

REKOMENDASI

Dengan mengidentifikasi hasil temuan penelitian maka untuk menyempurnakan penerapan pendekatan pembelajaran konstruktivisme direkomendasikan hal-hal sebagai berikut:


(4)

1. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konstruktivisme sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran IPA, karena siswa dengan mudah dapat mengaitkan hubungan antara konsep yang dipelajari dengan kehidupannya sehari-hari.

2. Selain itu guru juga diharapkan dapat menguasai metode pembelajaran lain untuk medukung lancarnya penerapan pendekatan konstruktivisme ini, agar mampu menciptakan suasana belajar yang bervariasi dengan demikian siswa menyenangi pembelajaran dan terlibat secara aktif didalam pembelajaran tersebut.

3. Bagi staf sekolah, agar mampu mengadakan sarana yang dapat menunjang pembelajaran yang akan dilakukan juga meninjau secara berkala agar mengetahui sejauh mana kegiatan belajar berlangsung.

4. Sedangkan bagi peneliti selanjutnya dianjurkan agar mampu memahami beberapa pendekatan, metode juga model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa, sehingga siswa merasa terlibat aktif didalamnya. Salah satunya yaitu pendekatan pembelajaran konstruktivisme.


(5)

97

Anita , 2013

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Ipa Materi Gaya (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas V Sd Negeri Bukanagara Lembang Semester Ii Tahun Ajaran 2012/ 2013)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, Ridha. (2012). Memilih dan Memilah Prinsip Pembelajaran IPA SD yang Berprinsip pada Pendekatan Konstruktivisme. [online]. Tersedia: http://ridhaagustinapgsdipab.blogspot.com/2012/10/memilih-dan

memilah-prinsip.html [Juni 2013]

Amri, Sofan dan Iif Khoiru Ahmadi. (2010). Konstruksi Pengembangan

Pembelajaran. Jakarta: PRESTASI PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA BSNP. (2008). Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. Jakarta: Depdiknas. Dahar, Ratna Wilis. (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: PT.Erlangga

Eliyah, Yayah. (2010). Penerapan Model Konstruktivistik untuk Meningkatkan

Aktivitas dan Hasil Belajar IPA Konsep Daur Air. Skripsi PGSD FIP

UPI Bandung: Tidak diterbitkan

Hamsa. (2009). Pendekatan Konstruktivisme. [online]. Tersedia: http://alief-hamsa.blogspot.com/2009/10/kontruksi-berarti-membangun-dalam.html [Juni 2013]

Haryanto. (2004). Sains Untuk Sekolah Dasar Kelas V. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama

Hatimah, Ihat. Dkk. (2007). Penelitian Pendidikan. Bandung : UPI PRESS Priyono, dan Titik Suyekti. (2010). “Ilmu Pengetahuan Alam 5 Untuk SD dan MI

kelas V”. Jakarta: Pusat Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional

Sudjana, Nana. (2004). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Suparno, R. (2009). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Suprijono, Agus. (2009). Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar Sutarno, Nono. (2008). Materi dan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Universitas

terbuka

Tauhid, Fitria. (2011). Penggunaan Pendekatan Konstruktivisme untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III Sekolah Dasar pada Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Luas Persegi dan Persegi Panjang. Skripsi PGSD FIP UPI Bandung: Tidak diterbitkan


(6)

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. (2009). Kurikulum &

Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia.

Trianto. (2011). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: PRENADA MEDIA GROUP

_____. (2012). “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar”. [online]. Tersedia: http://orangmajalengka.blogspot.com/2012/06/faktor-yang-mempengaruhi-hasil-belajar.html [Juni 2013]

_____. (2012). “Hakikat Pembelajaran IPA di SD”. [online]. Tersedia: http://cumanulisaja.blogspot.com/2012/10/hakekat-pembelajaran-ipa-di-sd.html. [Juni 2013]