Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Masyarakat Desa Tumbang Baringei Kalimantan Tengah tentang Pemilihan Dukun Bayi dalam Proses Persalinan T1 462012072 BAB IV

(1)

43

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tempat penelitian

4.1.1 Gambaran Geografis Desa Tumbang Baringei

Desa Tumbang Baringei merupakan salah satu desa yang masuk dalam wilayah Kecamatan Rungan Kabupaten Gunung Mas Kalimantan Tengah. Desa Tumbang Baringei mempunyai luas wilayah 28,2 KM2 dengan kepadatan penduduk pada tahun 2015 mencapai 950 jiwa yang terdiri dari 270 jiwa laki-laki dan 280 jiwa perempuan. Desa Tumbang Baringei berbatasan dengan Desa Tumbang Malahoi dan Desa Jangkit pada wilayah Utara, wilayah Selatan berbatasan dengan desa Tumbang Jutuh, Wilayah Barat berbatasan dengan Desa Tajah Antang, sedangkan pada wilayah Timur Desa Tumbang Baringei berbatasan dengan Desa Tumbang Miwan.

Sumber:(http://ppsp.nawasis.info/dokumen/profil/ profil_kota/kab.gunungmas/)


(2)

Keseharian masyarakat Desa Tumbang Baringei ini juga tidak jauh berbeda dengan keseharian masyarakat di desa lainnya, seperti bercocok tanam yang meliput menamam sayur-saturan, padi, dan karet. Selain itu juga keseharian masyarakat Desa Tumbang Baringei yaitu berternak babi, ayam sapi, bebek, dan hewan ternak lainya. Sebagian besar warga masyarakat Desa Tumbang Baringei merupakan penambang emas, dan menyadap karet.

Kondisi populasi Desa Tumbang Baringei masih tergolong kecil, sehingga membuat kehidupan masyarakat di Desa Tumbang Baringei ini saling berdekatan serta memiliki kehidupan yang masih erat dengan nilai-nilai kebudayaan setempat. Tidak mengherankan jika kehidupan masyarakat di Desa Tumbang Baringei ini masih kental dengan adat istiadat dan kebudayaan yang ada di Desa tersebut, seperti halnya kepercayaan masyarakat terhadap dukun bayi yang menjadi suatu fenomena yang tidak asing di Desa Tumbang Baringei. Fenomena dukun bayi ini sudah ada sejak jaman nenek moyang dulu, hingga sekarang keberadaan dukun bayi tersebut masih diterima di masyarakat, hal ini juga yang


(3)

membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di desa Tumbang Baringei

4.1.2 Proses pelaksanaan penelitian

Pada penelitian ini, peneliti melewati berbagai tahap dalam proses pelaksaan penelitian, yang meliputi tahap pembuatan surat, tahap penentuan informan, dan tahap pengumpulan data dari informan

4.1.2.1 Tahap Pembuatan Surat

Sebelum melakukan penelitian peneliti menyiapkan beberapa hal yang nantinya mendukung dalam proses penelitian. Hal pertama yang dilakukan peneliti yaitu mempersiapkan surat-surat yang nantinya diperlukan pada saat penelitian, seperti surat pengantar dari Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kristen Satya Wacana (FIK UKSW), dan surat persetujuan penelitian. Setelah semua surat sudah disiapkan, peneliti berangkat ketempat penelitian.

4.1.2.2 Penentuan Informan

Lokasi pada penelitian ini berada di luar daerah Jawa Tengah, yaitu di Desa Tumbang Baringei Kecematan Rungan Kabupaten Gunung


(4)

Mas Kalimantan Tengah. Pada tanggal 09 April 2016, peneliti berangkat ke tempat penelitian. Tiba di tempat penelitian, peneliti memilih informan yang sesuai dengan kriteria yang telah dibuat oleh peneliti sebelumnya.

4.1.2.1 Pengumpulan Data

Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara untuk mengumpulkan data dari informan, sehingga peneliti menyiapkan panduan wawancara yang telah dibuat peneliti sebelumnya. Pada saat proses wawancara, peneliti mengunakan handphone sebagai alat perekam untuk merekam percakapan antara peneliti dan informan terkait dengan persepsi infroaman tentang dukun bayi, serta alat tulis yang menunjang proses wawancara. Peneliti mulai melakukan wawancara pada tanggal 13 april 2016.

4.1.3 Gambaran Informan

Informan yang terlibat dalam penelitian ini adalah 5 warga masyarakat desa Tumbang Baringei yang sudah di dipilih oleh peneliti sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.


(5)

4.1.3.1 Identitas Informan 1 (Inf1)

Nama : Ny.K

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 33 tahun

Ny.K merupakan warga masyarakat desa Tumbang Baringei. Ny.K adalah seorang ibu yang pernah menggunakan jasa dukun bayi sebanyak empat kali dalam proses persalinannya, yang dimana kelima anaknya tersebut lahir di desa Tumbang Baringei. Pekerjaannya adalah sebagai ibu rumah tangga. Keseharian Ny.K yaitu mengurus anaknya yang masih bayi, memasak, dan membersihkan rumah. Peneliti memilih Ny.K sebagai Informan 1 karena melihat riwayat persalinan Ny.K yang sudah empat kali bersalin dengan jasa dukun bayi, maka peneliti berharap Ny.K dapat memberikan informasi yang luas terkait persepsi Informan 1 mengenai dukun bayi.

4.1.3.2 Identitas Informan 2 (Inf2)

Nama : Ny. E

Jenis Kelamin : Perempuan


(6)

Ny.E merupakan seoarang ibu yang mempunyai pengalaman bersalin dengan bantuan dukun bayi sebanyak dua kali, dan satu kali dengan bantuan bidan. Riwayat persalinan yang demikian membuat peneliti tertarik memilih Ny.E sebagai Informan 2. Karena dengan riwayat persalinan yang dimiliki oleh Ny.E, diharapkan Ny.E dapat memberi informasi yang mempunyai warna tersendiri terkait persepsi mengenai pemilihan dukun bayi dalam menolong persalinan. Ny.E lahir di Desa Tumbang Baringei pada tahun 1981. Informan 2 adalah anak ke-2 dari empat bersaudara. Keseharian Ny.E adalah mengurus anaknya yang masih bayi dan sambil menjaga toko sembakonya.

4.1.3.3 Identitas Informan 3 (Inf3)

Nama : Tn.D

Jenis Kelamin : laki-laki

Usia : 50 tahun

Tn.D adalah salah satu tokoh adat di desa Tumbang Baringei. Tn.D adalah seorang wiraswasta. Tn.D masyarakat asli Desa Tumbang Baringei, Tn.D berada di desa Tumbang Baringei


(7)

sejak tahun 1987, dan menjadi tokoh adat sudah 10 tahun. Kedudukannya sebagai tokoh adat membuat peneliti tertarik memilih Tn.D untuk menjadi informan dalam penelitian ini, mengingat tokoh adat adalah bagian dari elemen penting dalam masyarakat dan tentu mempunyai wawasan yang luas dalam menanggapi suatu fenomena yang terkait dengan kebudayaan.

4.1.3.4 Identitas Informan 4 (Inf4)

Nama : Tn.Y

Jenis Kelamin : laki-laki

Usia : 50 tahun

Tn.Y adalah salah satu perangkat desa yang menjabat sebagai sekretaris desa, latar belakang Tn.Y tentu mempunyai perbedaan dengan latar belakang informan lainya, hal itu yang menjadi menarik bagi peneliti, karena Tn.Y mempunyai peran yang berhubungan dengan penelitian yang berorientasi pada pemahaman atau persepsi masyarakat, dan Tn.Y juga merupakan elaman masyarakat Tn.Y lahir di desa Tumbang Baringei dan Tn.Y berada di desa Tumbang Baringei sudah sejak lahir yaitu pada tahun 1959.


(8)

4.2 Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis data dari hasil wawancara keempat informan mengatakan bahwa dukun bayi adalah orang yang mempunyai kemampuan, keahlian, dan berpengalaman dalam menolong persalinan. Kemampuan dan keahlian yang dimiliki dukun bayi tersebut akan di deskripsikan lebih jelas pada beberapa tema yang telah ditentukan oleh peneliti, yaitu: (1) penilaian terhadap dukun bayi, (2) peran dukun bayi sebelum dan sesudah persalinan, (3) dukun bayi sebagai bagian dari tradisi (4) harapan untuk dukun bayi.

4.2.1 Penilaian Terhadap Dukun Bayi

Penelitian ini memaparkan beberapa penilaian masyarakat terhadap dukun bayi. Informan menilai bahwa dukun bayi sudah bagus dalam menolong persalinan karena memiliki banyak pengalaman. Pengalaman dukun bayi dalam membantu persalinan sudah tidak diragukan lagi, karena dukun bayi sudah menekuni pekerjaan sebagai dukun bayi sudah lama, sehingga banyak pengalaman yang didapatkan oleh seorang dukun bayi, seperti pengalaman dukun bayi dalam merubah posisi bayi yang abnormal di dalam rahim dengan cara memijat perut ibu. Informan menyakini bahwa selain untuk memperbaiki


(9)

posisi janin yang abnormal, tujuan lain dari pijat perut yaitu agar pada saat waktu persalinan tiba, bayi dapat lahir dengan lancar. Namun informan juga mengakui bahwa dukun bayi memang tidak mempunyai pendidikan yang tinggi seperti pendidikan yang dimiliki seorang bidan, walaupun demikian informan tetap mengakui pula bahwa pengalaman dukun bayi tidak kalah dengan pengalaman bidan, bahkan pegalaman dukun bayi dianggap lebih banyak dari bidan, terutama bidan-bidan yang baru lulus. Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan sebagai tringaulasi sumber pada penelitian ini, menyatakan bahwa dukun bayi adalah orang yang dianggap lebih berpengalaman karena lebih sering menolong persalinan. Berikut ungkapan dari informan:

Awi je are pangalaman a te, je purung parang ih bidan kampung te nah guang desa-desa uluh tehau iye, are jadi uluh hapan iye, kueh je lihai kare ngurut nah, masyarakat nah jadi patuh denga. Dan je pasti nah murah.

(karena sudah banyak pengalamannya,bidan

kampung sudah pergi kemana-mana, kedesa-desa dipanggil untuk menolong persalinan, dan juga punya keahlian dalam memijat, masyarakat juga sudah kenal sama dukun bayi, dan yang pasti lebih murah.. (sambil tertawa) (Inf1, 373-388), (Inf2, 164-191), (Inf4, 320-329).


(10)

Informan juga mengungkapkan bahwa pertolongan yang diberikan oleh dukun bayi bersifat sosial atau kekeluargaan saja. Hal tersebut dapat dilihat pada pernyataan informan berikut:

“Amun menurut aku te, tege kia tapa are te nah selain biaya, memang ewen memahai bidan kampung tuh memang bahalap, awi terkadang dukun bayi kau kia ewenkan tau bersifat apalagi amun keluarga kan, kilau sosial ah ih, awi ewen menolong bila mana saat dibutuhkan awi pasien kebetulan bidan puskesmas tuh jatun pangalaman ah huang narai macam ah,,”

(kalau menurut aku, ada juga kebanyakan selain bayi, memang masyarakat memahami dukun bayi itu bagus, karena terkadang dukun bayi itu bisa bersifat kekeluargaan, seperti sosial saja kalau menolong, karena kalau mereka menolong apabila saat dibutuhkan oleh pasien, kebetulan bidan puskesmas ini tidak ada pengalamannya pada beberap hal) (Inf4, 396-419).

Pemotongan tali pusat yang dilakukan dukun bayi dianggap lebih aman, karena dukun bayi memotong tali pusat pada saat plasenta sudah keluar dari rahim ibu. Sedangkan teknik yang digunakan bidan yaitu plasenta dipotong pada saat plasenta masih di dalam rahim ibu, dan tindakan seperti itu dianggap berbahaya menurut penilaian beberapa informan. Informan menilai waktu pemotongan tali pusat yang dilakukan bidan menjadikan salah satu alasan yang membuat sebagian masyarakat takut jika bersalin


(11)

dengan bantuan bidan, kerena berdasarkan ungkapan informan bahwa pernah ada kejadian dimana ibu yang bersalin meninggal dunia karena plasenta yang masih di dalam rahim itu bergerak naik keatas menutup jalan nafas ibu, hal demikian yang dapat menimbulkan kematian. Namun menurut informan jika plasenta itu masih terikat dengan bayi maka hal tersebut tidak bisa terjadi. Plasenta yang dapat bergerak tersebut dikenal dengan nama “tabuni rangkang” bagi informan. Hal itu dapat dilihat pada pernyataan informan berikut:

“….tapi amun ayun bidan rumah sakit nah, langsung netek ih, bahkan te masih melai bitin itah nih tabuni eleh ndai netek ah, jite je terutama eka kikeh uluh manak dengan bidan rumah sakit, je pertama awi je netek tabuni masih melai kanai nah, kan tege pengalaman je puji uluh matei nah awi gara-gara tabuni masih melai kanai nah, amun bidan kampung nunggu balua harun netek ah”

(…tapi kalau bidan rumah sakit, langsung dipotong, bahkan itu ari-arinya masih di perut kita, kan ada pengalaman kalau ada yang pernah meninggal gara-gara ari-arinya lama berada didalam perut. Kalau dukun bayi tunggu keluar baru dipotong), (Inf5, 394-414).

Dukun bayi juga tidak pernah membawa dampak yang kurang baik bagi ibu-ibu hamil yang bersalin dengan dukun bayi, seperti kematian ibu dan anak. Walupun dukun bayi hanya bermodalkan pengalaman dan hanya menggunakan alat-alat yang sederhana atau tradisioanal,


(12)

namun informan mengungkapkan persalinan yang ditolong dukun bayi selalu selamat. Seperti yang diungkapkan oleh informan berikut:

“Jatun ih je lalau dia bahalap, amun bidan kampung te rata-rata salamat ih amun ewen nolong uluh manak,..”

(tidak ada dampak yang tidak bagus, karena setahu saya rata-rata yang ditolong dukun bayi itu selamat.) (Inf2, 291-297), (Inf3, 501-508), (Inf4, 444-457). Dukun bayi mempunyai kelebihan yang menurut informan tidak dimiliki oleh bidan, seperti keahlian dukun bayi dalam memperbaiki posisi bayi yang sungsang, miring, ataupun melintang. Hal ini juga didukung dengan pernyataan bidan bahwa dukun bayi mempunyai kemampuan dalam memjiat perut ibu, sedangkan bidan hanya sebatas melakukan pemeriksaan leopold. Kemampuan merubah posisi bayi yang abnormal dalam kandungan ini tidak dimiliki oleh seorang bidan. Selain untuk memperbaiki posisi bayi, memijiat perut ibu juga bertujuan untuk menjaga agar posisi bayi dalam kandungan tetap dalam posisi normal sehingga pada saat waktu kelahiran tiba dapat berjalan dengan lancar. Informan juga mengungkapkan bahwa dukun bayi juga mampu menangani bayi yang lahir dengan presentasi kaki


(13)

terlebih dahulu atau bayi yang lahir sungsang. Hal ini dapat dilihat pada pernyataan informan berikut:

Dohop uluh manak te, kilau kare tau ngurut nah, kare ngmbuah posisi awo amun kare pai melai ngiwa nah, kare miring nah tau,, bidan puskesms nah dia tau,,”

(menolong orang melahir, seperti bisa memijat perut, terus memperbaiki posisi bayi yang miring, sungsang, bidan puskesmas tidak bisa) (Inf1, 412-421), (Inf2, 260-284), (Inf3, 60-81), (Inf4, 108-130).

Jasa dukun bayi lebih murah dibandingkan dengan jasa bidan menjadikan salah satu kelebihan dari dukun bayi. menurut informan biaya yang harus dikeluarkan untuk membayar jasa dukun bayi biasanya tidak ditentukan, atau pemberian sukarela saja, sehingga biaya yang cenderung lebih murah menjadikan dukun bayi masih menjadi pilihan bagi sebagian masyarakat, terutama bagi golongan masyarakat yang mempunyai perekonomian kurang mampu. Hal ini dapat kita lihat pada pernyataan informan berikut:

“Awi termasuk biaya, amun bidan puskesmas biaya a te tangah due juta jadi ewen narget ah, mun bidan kampung kau jatun, sekedar pire panenga ih, jatun ye nentu ah, jite ih je nguan uluh masih duan bidan kampung nah, lebih murah”

(karena biaya salahsatunya, kalau bidan puskesmas biayanya satu juta setengah sudah ditargetkan, kalau bidan kampung gak ada ketentuan, seukarela kita saja, itu yang membuat orang masih menggunakan


(14)

dukun bayi, le bih murah) (Inf2, 209-223), (Inf3, 359-381), (Inf4, 257-291).

4.2.2 Peran Dukun Bayi Sebelum dan Sesudah Persalinan Peran yang diberikan oleh dukun bayi bermacam-macam, seperti peran sebelum melahirkan, dukun bayi bisa mengatur makanan ibu hamil mana yang bisa dimakan mana yang tidak, memijat perut ibu untuk mengetahui posisi bayi apakah normal atau tidak, dan memberikan petuah untuk proses persaliannya nanti lancar. Berikut pernyataan informan:

“Amun sebelum manak bahut nah peran ah matur kare panginan je dia tau kinan metuh manak..”

(kalau sebelum persalinan biasanya perannya yaitu mengatur makanan mana yang tidak boleh dimakan selama hamil) (Inf1, 154-160), (Inf 2, 93-100), (Inf3, 211-221), (Inf4, 87-99).

`

Peran dukun bayi tidak hanya saat sebelum melahirkan saja, tetapi pada saat setelah melahirkan juga dukun bayi memberikan obat-obat tradisional dari kayu-kayuan yang bertujuan untuk memulihkan kondisi ibu yang sebelumnya lemah karena setelah melewati proses persalinan yang dapat membuat kondisi fisik terganggu, dan obat tradisional ini juga untuk menguatkan ibu setelah melahirkan. Selain bagi ibu, infroman juga mengungkapkan bahwa dukun bayi juga memberikan


(15)

petuah untuk bayi dengan harapan bayi tetap dalam kondisi yang sehat, petuah tersebut diletakan pada air yang akan digunakan untuk memandikan bayi. Berikut pernyataan informan terkait peran dukun bayi setelah persalinan:

“Jadi melahir ndai, yenah je nenga kare kayu manganyu, obat tradisional mangat gulung barigas au..”

(sudah lahir, bidan kampung/dukun bayi memberi kayu kayuan, obat tradisional sepuya cepat sehat katanya) (Inf2, 108-115), (Inf3, 408- 426), (Inf4, 137-148).

4.2.3 Dukun Bayi Sebagai Bagian Dari Tradisi

Informan mengungkapkan bahwa memilih dukun bayi dalam menolong persalian juga merupakan bagian dari kebiasaan masyarakat atau sudah menjadi tradisi yang turun temurun, karena keberadaan dukun bayi sudah dikenal sejak dulu. Selain itu, informan berasumsi bahwa kepercayaan masyarakat kepada dukun bayi serta kebiasan masyarakat memilih dukun bayi membuat dukun bayi sulit untuk dihilangkan dari tengah-tengah masyarakat, karena jika dukun bayi yang sudah tua meninggal maka akan ada penerus yang menggantikannya. Informan juga mengungkapkan bahwa dukun bayi akan hilang jika suatu saat muncul penilaian


(16)

yang buruk dari masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan dukun bayi. Numun menurut informan, pada kenyataannya sampai sekarang dukun bayi selalu memberikan pelayanan yang baik bagi masyarakat. Berikut ungkapan informan:

“Awi jadi tradisi bara huran nah, jadi kilau budaya, jadi maleket ndai, bahali marubah ah, awi je turun temurun nah, awi amun matei je bakas-bakas ah, tege hinai je tau malanjut a”

(karena sudah manjadi tradisi dari dulu, jadi sudah menjadi budaya, sudah melekat, sulit untuk dirubah, karena sudah turun temurun, karena kalau dukun bayi yang tua-tua sudah meninggal, ada lagi yang bisa melanjutkannya) (Inf2, 239-251), (Inf3, 388-402), (Inf5, 582-603).

4.2.4 Harapan Untuk Dukun Bayi

Penelitian ini juga mengungkapkan tentang harapan informan untuk dukun bayi. Informan berharap agar dukun bayi tetap ada di tengah-tengah masyarakat. Jika suatu saat dukun bayi dilarang untuk menolong persalinan, informan tetap berharap agar dukun bayi tetap memberikan jasanya dengan didamping oleh bidan. Selain itu juga informan mengharapkan agar dukun bayi bisa mendapatkan perhatian dari pemerintah dalam bentuk pelatihan maupun penyuluhan. Peralatan yang digunakan dukun bayi juga diharapkan bisa menggunakan


(17)

peralatan-peralatan medis seperti halnya yang digunakan oleh bidan, contoh kecilnya adalah gunting yang digunakan pada saat pemotongan tali pusat. Berikut pernyataan informan:

“….jakai tau nah sama-sama ih dengan bidan te, kerjasama ih bidan kampung dengan bidan je sakula”

(iya murah, rugi kalau menurut aku, kalau bisa ya sama-sama aja dengan bidan, kerjasama dukun bayi dengan bidan yang sekolah) (Inf1, 429-436), (Inf2, 311-351), (Inf3, 517-534).

Harapan lain yang diungkapan oleh informan yaitu diharapkan pemerintah juga dapat memperhatikan dukun bayi dengan memberinya penghargaan ataupun imbalan finansial atas jasa dukun bayi dalam menolong persalinan, “Amun harapn a te, kilau dukun bayi je tege te mamang sangat dibutuhkan keahlian ewen te, ela sampai dukun bayi te dihilangkan, jite harapan mudah-mudahan pemerintah kia nenga peluang ah, awi bidan kampung te jatun ti kare berupa ilmbalan kilau duit bara pemerintah kilau penghargaan nah”. (kalau harapannya itu, seperti dukun bayi yang ada itu memang sangat dibutuhkan keahlian merekam jangan sampai dukun bayi dihilangkan, itu harapan,, mudah-mudahan pemerintah juga memberi peluang, karena dukun bayi itu tidak ada pemberian yang berupa imbalan finansial, penghargaan dari pemerintah) (Inf4, 490-503).


(18)

4.3 Uji Keabsahan Data

Pada penelitian ini, untuk melakukan uji keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi sumber dan member check.

1. Triangulasi Sumber

Pada triangulasi sumber peneliti memilih tenaga kesehatan yang pada penelitian ini adalah bidan. Peneliti melakukan wawancara terhadap bidan mengunakan panduan wawancara yang sama dengan panduan wawancara pada informan. Hal ini dilakukan peneliti untuk melihat apakah yang diungkapkan informan mempunyai kesamaan dengan yang diungkapkan bidan. Selain itu peneliti juga menanyakan kembali kepada bidan mengenai beberapa jawaban informan yang peneliti anggap penting untuk diuji keabsahannya. Hasil dari trianglasi sumber ini ditemukan bahwa jawaban antara informan dengan bidan memiliki kesamaan makna.

2. Member check

Pada teknik member check, peneliti menyerahkan hasil wawancara yang sudah dibuat peneliti dalam bentuk transkip wawancara kepada informan, dan peneliti memberi waktu kepada informan untuk membaca hasil wawancara tersebut. Setelah informan selesai membaca semua transkip


(19)

wawancara tersebut, peneliti dan informan mendiskusikan kembali bebarapa hal terkait dengan hasil wawancara untuk mengetahui apakah ada hal-hal yang informan anggap tidak sesuai dengan apa yang informan sampaikan pada saat wawancara.

4.4 Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat desa Tumbang Baringei Kalimantan Tengah terkait pemilihan dukun bayi dalam proses persalinan. Menurut Hardjana (2003) persepsi merupakan proses yang kompleks yang dilakukan orang untuk mengatur, memilih, serta memberi makna pada kenyataan yang telah dijumpai disekelilingnya. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi persepsi seseorang baik itu dari dalam diri sendiri maupun dari luar. Sarwono (1976) mengungkapkan bahwa perhatian, set, kebutuhan dan sistem nilai serta ciri kepribadian seseorang dapat mempengaruhi perbedaan persepsi dari individu. Sedangkan pendapat lain mengungkapkan persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor personal yaitu pengalaman, motivasi, dan kepribadian (Gunarsa, 2002). Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa sebagian besar persepsi dari keempat informan mempunyai kesamaan tentang dukun bayi serta pandangan-pandangan


(20)

lainya terkait dengan pelayanan dukun bayi. Berbagai persepsi informan akan dirangkum dalam empat tema besar yang akan dibahas oleh peneliti, yaitu: (1) penilaian terhadap dukun bayi, (2) peran dukun bayi sebelum dan sesudah persalinan, (3) tradisi memilih dukun bayi, dan (4) harapan untuk dukun bayi. Keempat tema tersebut telah ditentukan peneliti berdasarkan tujuan dari penelitian, yaitu untuk mencari tahu bagaimana persepsi masyarakat desa Tumbang Baringei Kalimantan Tengah tentang dukun bayi terkait pemilihan dukun bayi dalam proses persalinan.

4.4.1 Penilaian Terhadap Dukun Bayi

Hasil penelitian menunjukan bahwa penilaian informan terhadap dukun bayi sangat variatif, dan mempunyai beberapa kesamaan penilaian yang diungkapkan oleh informan. Adapun penilaian informan terhadap dukun bayi diantaranya kemampuan dukun bayi dalam menolong persalinan sudah bagus, dukun bayi mempunyai banyak pengalaman dalam menolong persalinan, dukun bayi tidak membawa dampak yang tidak baik bagi kesehatan ibu dan anak, dan waktu pemotongan tali pusat yang dilakukan dukun bayi dianggap lebih aman


(21)

serta biasaya bersalin dengan dekun bayi cenderung lebih murah.

Penilaian informan yang pertama terhadap dukun bayi dalam hal kemampuan dukun bayi menolong persalinan yang dianggap sudah bagus. Kata „bagus‟ tentu masih sangat umum, maka disini peneliti akan membahas secara mendetail maksud dari penilaian informan tersebut. Pengalaman informan yang sudah lama mengenal dukun bayi akan mempengaruhi bagaimana informan menilai kualitas pelayanan yang diberikan dukun bayi. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Gunarsa (2002) yang menyatakan bahwa pengalaman adalah salah satu faktor personal yang mempengaruhi persepsi seseorang.

Dalam pelayanannya, dukun bayi selalu memberikan yang terbaik ketika menolong persalinan, sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh dukun bayi, kemampuan dan keahlian tersebut mendukung kualitas pelayanan yang diberikan. Seperti keahlian dukun bayi memperbaiki posisi bayi yang sungsang, melintang, miring dan posisi abnormal lainnya hanya dengan memijat perut ibu, ini merupakan penilaian kedua informan terhadap dukun bayi. Keahlian ini


(22)

mendapatkan respon baik dari masyarakat, khususnya ibu-ibu hamil yang sering meminta dukun bayi untuk memijat perutnya. Kebiasaan memijat perut ini memang selalu dilakukan oleh dukun bayi kepada pasiennya, sehingga sudah menjadi ciri khas dukun bayi dalam memberikan palayanan. Hal ini sejalan dengan teori Senoaji (2012) bahwa praktek pijat perut biasanya dilakukan oleh dukun bayi untuk memutar posisi janin pada kasus bayi sungsang atau melintang. Namun dalam bukunya juga Seonaji menyatakan bahwa praktek pijat perut itu juga membahayakan dan tidak boleh dilakukan, karena dapat menyebabkan terlepasnya plasenta dan kematian janin. Pada penelitian ini, salah satu hal yang menarik menurut peneliti adalah tidak ditemukan kondisi yang membahayakan pada saat dukun bayi melakukan pijat perut seperti terlepasnya plasenta ataupun kematian bayi, hal ini seperti yang telah diungkapkan oleh informan. Seperti yang telah dijelaskan pada hasil penelitian bahwa tujuan dari pijat perut yaitu memperbaiki posisi janin yang abnormal, dan jika waktu persalinan tiba maka proses persalinan dapat berjalan dengan lancar. Jika dikaitkan dengan teori Gde dkk (2007) yang menyatakan bahwa posisi bayi yang menjelang lahir dengan posisi


(23)

abnormal seperti melintang dapat membahayakan bayi seperti bisa terjadi kontraksi uterus lebih lanjut yang dapat menimbulkan retraksi otot uterus yang semakin pendek dan bisa menimbulkan adanya gangguan sirkulasi retroplasenta dan menyebabkan asfiksia intrauteri hingga kematian janin. Hal ini membuktikan bahwa pelayanan pijat perut yang diberikan dukun bayi juga memberi dampak yang positif, serta tindakan ini dapat mengurangi resiko-resiko yang dapat mengancam keselamatan ibu maupun bayi.

Penilaian yang ketiga yaitu informan menganggap bahwa dukun bayi mempunyai banyak pengalaman. Keberadaan dukun bayi di tengah-tengah masyarakat desa Tumbang Baringei sudah ada sejak zaman nenek moyang dulu, bahkan sebelum masyarakat mengenal bidan dukun bayi sudah ada. Dalam kurun waktu yang sangat lama dalam memberikan pertolongan persalinan membuat dukun bayi mempunyai banyak pengalaman, baik itu pengalaman buruk maupun pengalaman baik yang dimiliki dukun bayi, sehingga banyak hal-hal yang dukun bayi ketahui mengenai persalinan, seperti tanda-tanda melahirkan, mengetahui posisi janin, memperbaiki posisi janin, serta pengalamannya dalam memberikan obat-obat


(24)

tradisional. Penelitian ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Rina Anggorodi pada tahun 2009 di beberapa daerah di Indonesia yaitu di desa Tobimiita, desa Inalobu, dan desa Lapulu, Kabupaten Kendari (Sulawesi Tenggara), di desa Bode Sari, desa Karangasem dan desa Gombong Kabupaten Cirebon (Jawa Barat) bahwa alasan lebih memilih dukun bayi yaitu karena bidan dipandang belum memiliki pengalaman melahirkan dan kebanyakan bidan masih belum dikenal oleh masyarakat.

Selain itu, informan menilai bahwa dukun bayi tidak membawa dampak yang kurang baik bagi kesehatan ibu dan anak, ini merupakan penilaian selanjutnya dari informan atau penilaian yang keempat. Penilaian ini juga didukung dengan tidak ditemukan kejadian-kejadian yang tidak dikehendaki pada saat proses persalinan seperti terjadi kematian pada janin. Hal inilah yang membuat informan menyakini bahwa dukun bayi tidak berbahaya bagi ibu-ibu hamil yang bersalin dengan bantuan dukun bayi. Penilaian informan yang demikian membuat peneliti berasumsi bahwa pelayanan dukun bayi terkhususnya di Desa Tumbang Baringei ini tidak mempunyai kontribusi terhadap angka kematian ibu dan bayi pada desa tersebut.


(25)

Hal ini tentunya bertolak belakang dengan beberapa teori maupun penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa salah satu hal yang melatar belakangi tingginya angka kematian ibu dan bayi di Indonesia yaitu masih banyaknya persalinan yang ditolong oleh non-tenaga kesehatan atau dukun bayi. Salah satu contoh teori yang diungkapkan oleh Gde dkk (2007) bahwa pertolongan dukun bayi di Indonesia masih dominan, sehingga tidaklah mengherankan, apabila terjadi penyulit dalam proses persalinan, kematian ibu dan perinatal tinggi. Temuan ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam menanggapi fenomena dukun bayi di masyarakat. Pemerintah harus menyadari bahwa kehadiran dukun bayi di masyarakat tidak selalu memberikan dampak yang negatif terkhususnya bagi klien dukun bayi sendiri, bahkan kehadiran dukun bayi tersebut memberikan kenyamanan bagi masyarakat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Andika (2014) dengan judul penelitian “Tindakan Sosial Ibu Hamil Memilih Persalinan ke Dukun Beranak Di Desa Tanjung Kapur” ditemukan bahwa masyarakat merasa nyaman dalam menjalankan proses persalinan ke dukun beranak karena kepercayaan secara batin terhadap dukun beranak.


(26)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andika (2014) tersebut dapat mendukung hasil penelitian ini, dan dapat memberikan gambaran mengenai perasaan maupun kepercayaan ibu-ibu yang bersalinan dengan bantuan dukun bayi. Kemiripan dari kedua hasil penelitian ini juga menunjukan bahwa adanya kesamaan pemahaman yang terjadi pada informan, bahwa dalam pandangan mereka, bersalinan dengan dukun bayi tidak membahayakan, dan dengan kepercayaan mereka yang tinggi kepada dukun bayi membuat klien merasa lebih nyaman ketika ditolong dukun bayi. Selain itu juga dapat kita pahami bahwa kedekatan antara dukun bayi dengan masyarakat meliputi beberapa aspek, seperti aspek sosial, budaya, serta spiritual.

Penilaian yang kelima yaitu kebiasaan dukun bayi memotong tali pusat yaitu pada saat plasenta sudah keluar dari rahim ibu dianggap lebih aman dibandingkan dengan tindakan bidan yang memotong tali pusat pada saat plasenta masih di dalam rahim. Penilaian yang demikian karena berdasarkan pengalaman informan yang pernah mendengar ataupun mengetahui cerita tentang bahaya dari tindakan memotong tali pusat pada saat plasenta masih didalam rahim, plasenta dapat bergerak


(27)

naik ke atas dan menutupi jalan nafas. Hal ini dapat terjadi jika plasenta sudah tidak terikat lagi dengan bayi atau tali pusat telah dipotong pada saat plasenta masih di dalam rahim. Berdasarkan pernyataan informan yang pernah bersalin dengan dukun bayi menyatakan bahwa dukun bayi melakukan pemotongan tali pusat pada saat plasenta sudah keluar dari rahim ibu. Dalam dunia medis, terkhususnya dalam ilmu keperawatan maternitas bahwa tali pusat dipotong pada saat setelah bayi sudah lahir dan plasenta masih di dalam rahim ibu (Prendiville 2000 dalam Sodikin 2009).

Pada penelitian ini, penundaan pemotongan tali pusat yang dilakukan oleh dukun bayi mempunyai tujuan yaitu agar plasenta tetap terikat dengan bayi sehingga tidak terjadi hal yang tidak diinginkan seperti plasenta bergerak naik ke atas menutup jalan nafas seperti yang telah diungkapkan oleh informan. Selain untuk mencegah bergeraknya plasenta, tindakan penundaan pemotongan tali pusat yang dilakukan dukun bayi juga ternyata memberikan keuntungan lain bagi bayi itu sendiri walaupun sebanarnya keuntungan tersebut tidak diketahui oleh dukun bayi. Adapun keuntungan dari penundaan pemotongan tali pusat dapat dilihat pada penelitian yang


(28)

dilakukan oleh Elly pada tahun 2013 dengan judul penelitian “pengaruh waktu pemotongan tali pusat terhadap status hematologi bayi baru lahir cukup bulan berdasarkan telaah literature” didapatkan bahwa penundaan waktu pemotongan tali pusat bisa meningkatkan hemoglobin, hematokrit, bilirubin bayi baru lahir cukup bulan, serta dapat meningkatkan kadar zat besi pada bayi. Dalam buku yang ditulis oleh Kuswandi (2014) meyebutkan bahwa di Swedia telah dilakukan penelitian terhadap 400 bayi, dari hasil penelitian tersebut diperoleh bayi-bayi yang tali pusatnya ditunda selama 3 menit memiliki kadar zat besi lebih tinggi di usia empat bulan dibandingkan dengan bayi yang tali pusatnya dipotong beberapa detik setelah lahir. Waktu pemotongan tali pusat yang tepat dan dapat diakui masih belum dapat ditentukan. Penentuan waktu pemotongan tali pusat yang tepat masih menjadi subjek perdebatan (Simkin dkk, 2008). Namun, peneliti setuju dengan tindakan penundaan pemotongan tali pusat dengan berlandaskan teori serta penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Dalam hal ini juga peneliti berasumsi akan lebih bagus lagi jika dilakukan penelitian yang mendalam


(29)

mengenai keuntungan dari penundaan pemotongan tali pusat terhadap peningkatan kesehatan bayi.

Penilaian yang terakhir yaitu jasa dukun bayi juga lebih murah jika dibandingkan dengan jasa bidan. Biaya bersalin yang mahal membuat dukun bayi juga menjadi pilihan alternatif dalam mengatasi masalah biaya. Jasa dukun bayi biasanya tidak ditentukan, dan bahkan hanya pemberian sukarela saja. Hasil penelitian ini serupa dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alhikma (2015) dengan judul “Studi Fenomenologi Pengalaman Ibu Melahirkan Ditolong Oleh Dukun Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecematan Parung Kabupaten Bogor” dan penelitian yang dilakukan oleh Mayasaroh (2013) dengan judul “Peran Dukun Bayi Dalam Penanganan Kesehatan Ibu Dan Anak Di Desa Bolo Kecamatan Demak Kabupaten Demak” bahwa biaya bersalin dengan dukun bayi yang cenderung lebih murah merupakan salah satu alasan masyarakat memilih dukun bayi dalam menolong persalinan.

Kemiripan hasil penelitian ini menunjukan bahwa jasa dukun bayi yang cenderung lebih murah memang sangat menguntungkan bagi masyarakat, terkhususnya bagi masyarakat pedesaan. Kebiasaan masyarakat di


(30)

pedesaan yang cenderung lebih menyukai hal-hal yang sifatnya dapat menguntungkan, seperti halnya mendapat keuntungan ketika memilih jasa dukun bayi yang lebih murah, karena persalinan dengan bantuan bidan, ibu hamil harus mengeluarkan uang sebanyak kurang lebih satu setengah juta, sedangkan jika ibu memilih bersalinan dengan jasa dukun bayi biayanya tidak ditentukan, yang artinya ibu bisa membayar jasa dukun bayi dengan pemberian sukarela.

Penilaian informan kepada dukun bayi ini dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan penilaian yang diberikan adalah penilaian-penilaian yang positif atau dapat bisa dikatakan juga sebagai persepsi yang positif. Peneliti berasumsi bahwa munculnya persepsi yang positif terhadap dukun bayi ini karena dukun bayi mampu memperlihatkan pelayanannya yang baik bagi masyarakat. Teori yang diungkapkan oleh Robbins (2002) yang menyatakan bahwa munculnya persepsi positif pada seorang individu disebabkan adanya kepuasan yang dialami oleh soeorang individu terhadap objek tersebut, adanya pengetahuan yang dimiliki individu, dan juga adanya pengalaman dari individu tersebut terhadap objek yang menjadi sumber persepsinya.


(31)

Dalam penilaian informan terhadap dukun bayi ini juga menggambarkan bahwa informan membanding kualitas pelayanan antara dukun bayi dan bidan. Selain penilaian informan terhadap dukun bayi, dalam penelitian ini juga didapatkan beberapa peran dukun bayi yang diungkapkan oleh informan seperti yang akan dijelaskan pada tema berikut.

4.4.2 Peran Dukun Bayi Sebelum dan Sesudah Persalinan Peran yang dijalankan oleh dukun bayi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat sangat mendukung dalam proses persalinan. Peran yang mendukung proses persalinan seperti peran dukun bayi yang terkait dengan penilaian informan tentang kelebihan dukun bayi yaitu perannya dalam memijat perut ibu yang bertujuan untuk mengetahui dan memperbaiki posisi janin dalam kandungan ibu jika terjadi posisi yang abnormal pada janin serta memberikan petuah agar proses persalinan lancar. Peran ini dijalankan pada saat sebelum persalinan.

Ibu hamil yang percaya kepada dukun bayi, akan meminta dukun bayi untuk memeriksa kondisi atau posisi janin, hal ini dilakukan karena untuk mengetahui apakah


(32)

posisi janin dalam perut berada dalam posisi normal atau posisi abnormal seperti sungsang, dan melintang. Kebiasaan memijat perut ini dilakukan pada saat usia kandungan berada dalam rentang enam sampai tujuh bulan. Selain peran dalam memijat perut ibu, peran kedua dukun bayi yaitu memberikan petuah yang diyakini dapat memperlancar proses persalinan. Keyakinan terhadap petuah ini sudah ada sejak dulu yang bertahan secara turun temurun, dan hal ini juga di perkuat oleh budaya masyarakat yang masih percaya terhadap kekuatan magis, serta didukung pula oleh bukti-bukti keberhasilan dari petuah yang diberikan oleh dukun bayi. Jika dikaitkan dengan teori Effendy (1998) yang menyatakan bahwa salah satu ciri-ciri masyarakat desa yaitu percaya kepada kekuatan-kekuatan gaib. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Siti Nuraeni dan Dewi Purnamawati pada tahun 2011 di tiga Desa di wilayah Puskesmas Kecamatan Pedes, yaitu Desa Karangjaya, Desa Puspasari, dan Desa Kertamulya, Kabupaten Karawang di dapatkan bahwa dukun bayi dianggap sebagai seorang yang mampu dan mempunyai kekuatan spiritual yang dapat diandalkan untuk melakukan


(33)

pertolongan persalinan sehingga pada saat bersalin ibu merasa lebih aman dan nyaman.

Peran yang ketiga dari dukun bayi yaitu pada saat setelah persalinan, dukun bayi memberikan obat tradisional dari kayu-kayuan yang bertujuan untuk mengembalikan kondisi ibu menjadi lebih baik pasca persalinan, dan diyakini dapat menguatkan kondisi fisik ibu. Obat tradisional yang diberikan dukun bayi dapat berupa ramuan yang dapat diminum, atau berupa akar kayu-kayuan yang dijadikan bahan untuk nginang bagi ibu. Menurut informan efek dari obat tradisional ini juga baik bagi ibu, walaupun reaksinya tidak secepat reaksi obat dari medis, namun masyarakat lebih suka menggunakan obat tradisional karena menilai bahwa obat tradisional lebih aman karena dari bahan yang alami dan juga khasiatnya sudah dipercayai sejak dulu. Hal ini sesuai dengan teori Harmanto dan Subroto (2007) bahwa obat tradisional yang berbahan baku alami lebih aman dan kecil sekali efek sampingnya karena sifat herbal yang konstruktif terhadap tubuh. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian masyarakat lebih suka memilih obat tradisional yang berbahan alami dari alam karena dianggap mempunyai efek samping yang lebih aman walaupun


(34)

mungkin reaksi positif (reaksi yang menyembuhkan) dari obat tradisional cenderung lambat dari reaksi obat medis. Namun, walaupun demikian tidak mempengaruhi minat para penggunana obat tradisonal.

4.4.3 Dukun Bayi Sebagai Bagian Dari Tradisi

Berdasarkan hasil penelitian, informan berpendapat bahwa memilih dukun bayi dalam menolong persalinan merupakan kebiasaan atau tradisi masyarakat yang sudah melekat dan tentunya tradisi ini adalah hal yang sulit dihilangkan, mengingat peran dukun bayi dalam menolong persalinan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini juga didukung dengan teori Soehono (2002) yang menyatakan bahwa kehidupan di tengah-tengah masyarakat yang majemuk masing-masing mempunyai tradisi kehidupan tersendiri, bahkan tradisi dan adat itu sangat sulit untuk dihilangkan. Peneliti berasumsi bahwa pengunaan jasa dukun bayi sudah terjadi sejak dulu, dan dukun bayi pada jaman dulu adalah orang yang sangat diandalkan dalam menolong persalinan karena kemampuan dan keahlian-keahlian yang dimilikinya mampu membuat nama dukun bayi ini dikenal hingga saat ini. Keberadaan bidan tidak mempengaruhi kepercayaan


(35)

masyarakat terhadap dukun bayi, bahkan tidak jarang sebagian ibu hamil lebih suka bersalin dengan menggunakan jasa dukun bayi dibandingkan bidan. Menurut peneliti hal ini dipengaruhi oleh kepercayaan masyarakat tentang keahlian atau kelebihan yang dimiliki dukun bayi dalam menolong proses persalinan, keahlian yang dimiliki dukun bayi tersebut seringkali dinilai lebih bagus dari bidan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kristiani (2006) dengan judul “pemanfaatan pelayanan bidan di desa kabupaten Muaro Jambi” ditemukan informan yang tidak memanfaatkan pelayanan bidan menyatakan bahwa dukun bayi lebih terampil dari bidan, dan menganggap bidan masih belum berpengalaman.

4.4.4 Harapan Untuk Dukun Bayi

Pada penelitian ini juga ditemukan juga harapan informan untuk dukun bayi. Harapan informan untuk dukun bayi juga positif, seperti menginginkan dukun bayi bisa mendapatkan pelatihan dari pemerintah agar kemampuan-kemampuan yang sudah dimiliki dukun bayi dapat dikembangkan dan dimantapkan lagi. Selama ini dukun bayi hanya bermodalkan pengalaman saja, dukun bayi


(36)

juga harus bisa mendapatkan ilmu-ilmu pengetahuan yang berlandaskan teori, seperti misalkan pengetahuan tentang tindakan aseptik ketika memberikan pertolongan peralinan.

Selain itu juga harapan positif lainnya yaitu dukun bayi dapat menerima peralatan medis yang menunjang dukun bayi dalam memberikan pelayanannya. Karena selama ini dukun bayi hanya menggunakan peralatan yang seadanya saja, contohnya seperti gunting yang digunakan untuk pemotongan tali pusat hanya menggunakan gunting yang biasa digunakan sehari-hari. Menurut Daniur (1994) pelatihan diperlukan bagi dukun bayi, dimana pelatihan yang diberikan menitik beratkan untuk meningkatkan pengetahuan dukun yang bersangkutan, terutama dalam hal hygiene sanitasi, yaitu mengenai kebersihan alat-alat persalinan yang akan digunakan dalam memberikan pertolongan persalinan.

Berbagai harapan yang disampaikan oleh infoman ini berdasarkan penilaian mereka terhadap pelayanan yang diberikan dukun bayi sangat membantu masyarakat, terkhususnya bagi masyarakat pedesaan yang masih kental dengan adat kebudayaan yang percaya kepada dukun bayi, sehigga informan merasa penting dukun bayi


(37)

tetap ada di tengah-tengah masyarakat untuk menolong persalinan. Penelitian yang dilakukan oleh Rina Anggorodi (2009) ditemukan bahwa pasien dukun bayi menilai kehadiran dukun bayi sangat penting karena pasien beranggapan bahwa ketika melahirkan yang ditunggui oleh dukun, maka persalinan akan berjalan lancar.

Dari penelitian ini serta penelitian pendukung lainnya, dapat dipahami bahwa keberadaan dukun bayi ini memang sangat dibutuhkan bagi sebagian masyarakat, terutama pada masyarakat pedasaan yang secara budaya masih sangat kuat, dan masih percaya terhadap dukun bayi. Kata “sangat dibutuhkan” ini dapat dilihat dari berbagai penilaian-penilaian positif terhadap dukun bayi, kelebihan yang yang diberikan dukun bayi, serta perasaan nyaman yang dirasakan pasien pada saat ditolong oleh dukun bayi, ini artinya bahwa dukun bayi dan ibu-ibu hamil yang percaya kepada dukun bayi mempunyai ikatan batin yang kuat.

4.5 Keterbatasan penelitian

Proses penelitian dalam penelitian ini dapat berjalan dengan baik, walaupun terdapat sedikit masalah yang


(38)

memperlambat peneliti untuk mendapatkan data-data yang menunjang dalam penelitian, seperti data untuk kondisi geografis Desa yang harus menunggu lama karena Kepala Desa pada saat itu tidak berada ditempat, sehingga peneliti harus menunggu kurang lebih tiga minggu lamanya untuk bisa mendapatkan data tersebut.

Keterbatasan lain dalam penelitian yaitu peneliti mengalami kesulitan dalam memperoleh referensi mengenai dukun bayi terkhususnya referensi yang bersumber dari buku-buku, sehingga pada penelitian ini peneliti mengakui akan minimnya tentang teori-teori terkait dukun bayi, hal ini yang membuat peneliti cenderung lebih banyak mengadopsi dari berbagai hasil-hasil penelitian terkait yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.


(1)

pertolongan persalinan sehingga pada saat bersalin ibu merasa lebih aman dan nyaman.

Peran yang ketiga dari dukun bayi yaitu pada saat setelah persalinan, dukun bayi memberikan obat tradisional dari kayu-kayuan yang bertujuan untuk mengembalikan kondisi ibu menjadi lebih baik pasca persalinan, dan diyakini dapat menguatkan kondisi fisik ibu. Obat tradisional yang diberikan dukun bayi dapat berupa ramuan yang dapat diminum, atau berupa akar kayu-kayuan yang dijadikan bahan untuk nginang bagi ibu. Menurut informan efek dari obat tradisional ini juga baik bagi ibu, walaupun reaksinya tidak secepat reaksi obat dari medis, namun masyarakat lebih suka menggunakan obat tradisional karena menilai bahwa obat tradisional lebih aman karena dari bahan yang alami dan juga khasiatnya sudah dipercayai sejak dulu. Hal ini sesuai dengan teori Harmanto dan Subroto (2007) bahwa obat tradisional yang berbahan baku alami lebih aman dan kecil sekali efek sampingnya karena sifat herbal yang konstruktif terhadap tubuh. Jadi dapat disimpulkan bahwa sebagian masyarakat lebih suka memilih obat tradisional yang berbahan alami dari alam karena dianggap mempunyai efek samping yang lebih aman walaupun


(2)

mungkin reaksi positif (reaksi yang menyembuhkan) dari obat tradisional cenderung lambat dari reaksi obat medis. Namun, walaupun demikian tidak mempengaruhi minat para penggunana obat tradisonal.

4.4.3 Dukun Bayi Sebagai Bagian Dari Tradisi

Berdasarkan hasil penelitian, informan berpendapat bahwa memilih dukun bayi dalam menolong persalinan merupakan kebiasaan atau tradisi masyarakat yang sudah melekat dan tentunya tradisi ini adalah hal yang sulit dihilangkan, mengingat peran dukun bayi dalam menolong persalinan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini juga didukung dengan teori Soehono (2002) yang menyatakan bahwa kehidupan di tengah-tengah masyarakat yang majemuk masing-masing mempunyai tradisi kehidupan tersendiri, bahkan tradisi dan adat itu sangat sulit untuk dihilangkan. Peneliti berasumsi bahwa pengunaan jasa dukun bayi sudah terjadi sejak dulu, dan dukun bayi pada jaman dulu adalah orang yang sangat diandalkan dalam menolong persalinan karena kemampuan dan keahlian-keahlian yang dimilikinya mampu membuat nama dukun bayi ini dikenal hingga saat ini. Keberadaan bidan tidak mempengaruhi kepercayaan


(3)

masyarakat terhadap dukun bayi, bahkan tidak jarang sebagian ibu hamil lebih suka bersalin dengan menggunakan jasa dukun bayi dibandingkan bidan. Menurut peneliti hal ini dipengaruhi oleh kepercayaan masyarakat tentang keahlian atau kelebihan yang dimiliki dukun bayi dalam menolong proses persalinan, keahlian yang dimiliki dukun bayi tersebut seringkali dinilai lebih bagus dari bidan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kristiani (2006) dengan judul “pemanfaatan pelayanan bidan di desa kabupaten Muaro Jambi” ditemukan informan yang tidak memanfaatkan pelayanan bidan menyatakan bahwa dukun bayi lebih terampil dari bidan, dan menganggap bidan masih belum berpengalaman.

4.4.4 Harapan Untuk Dukun Bayi

Pada penelitian ini juga ditemukan juga harapan informan untuk dukun bayi. Harapan informan untuk dukun bayi juga positif, seperti menginginkan dukun bayi bisa mendapatkan pelatihan dari pemerintah agar kemampuan-kemampuan yang sudah dimiliki dukun bayi dapat dikembangkan dan dimantapkan lagi. Selama ini dukun bayi hanya bermodalkan pengalaman saja, dukun bayi


(4)

juga harus bisa mendapatkan ilmu-ilmu pengetahuan yang berlandaskan teori, seperti misalkan pengetahuan tentang tindakan aseptik ketika memberikan pertolongan peralinan.

Selain itu juga harapan positif lainnya yaitu dukun bayi dapat menerima peralatan medis yang menunjang dukun bayi dalam memberikan pelayanannya. Karena selama ini dukun bayi hanya menggunakan peralatan yang seadanya saja, contohnya seperti gunting yang digunakan untuk pemotongan tali pusat hanya menggunakan gunting yang biasa digunakan sehari-hari. Menurut Daniur (1994) pelatihan diperlukan bagi dukun bayi, dimana pelatihan yang diberikan menitik beratkan untuk meningkatkan pengetahuan dukun yang bersangkutan, terutama dalam hal hygiene sanitasi, yaitu mengenai kebersihan alat-alat persalinan yang akan digunakan dalam memberikan pertolongan persalinan.

Berbagai harapan yang disampaikan oleh infoman ini berdasarkan penilaian mereka terhadap pelayanan yang diberikan dukun bayi sangat membantu masyarakat, terkhususnya bagi masyarakat pedesaan yang masih kental dengan adat kebudayaan yang percaya kepada dukun bayi, sehigga informan merasa penting dukun bayi


(5)

tetap ada di tengah-tengah masyarakat untuk menolong persalinan. Penelitian yang dilakukan oleh Rina Anggorodi (2009) ditemukan bahwa pasien dukun bayi menilai kehadiran dukun bayi sangat penting karena pasien beranggapan bahwa ketika melahirkan yang ditunggui oleh dukun, maka persalinan akan berjalan lancar.

Dari penelitian ini serta penelitian pendukung lainnya, dapat dipahami bahwa keberadaan dukun bayi ini memang sangat dibutuhkan bagi sebagian masyarakat, terutama pada masyarakat pedasaan yang secara budaya masih sangat kuat, dan masih percaya terhadap dukun bayi. Kata “sangat dibutuhkan” ini dapat dilihat dari berbagai penilaian-penilaian positif terhadap dukun bayi, kelebihan yang yang diberikan dukun bayi, serta perasaan nyaman yang dirasakan pasien pada saat ditolong oleh dukun bayi, ini artinya bahwa dukun bayi dan ibu-ibu hamil yang percaya kepada dukun bayi mempunyai ikatan batin yang kuat.

4.5 Keterbatasan penelitian

Proses penelitian dalam penelitian ini dapat berjalan dengan baik, walaupun terdapat sedikit masalah yang


(6)

memperlambat peneliti untuk mendapatkan data-data yang menunjang dalam penelitian, seperti data untuk kondisi geografis Desa yang harus menunggu lama karena Kepala Desa pada saat itu tidak berada ditempat, sehingga peneliti harus menunggu kurang lebih tiga minggu lamanya untuk bisa mendapatkan data tersebut.

Keterbatasan lain dalam penelitian yaitu peneliti mengalami kesulitan dalam memperoleh referensi mengenai dukun bayi terkhususnya referensi yang bersumber dari buku-buku, sehingga pada penelitian ini peneliti mengakui akan minimnya tentang teori-teori terkait dukun bayi, hal ini yang membuat peneliti cenderung lebih banyak mengadopsi dari berbagai hasil-hasil penelitian terkait yang dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya.


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Masyarakat Desa Tumbang Baringei Kalimantan Tengah tentang Pemilihan Dukun Bayi dalam Proses Persalinan T1 462012072 BAB I

0 0 14

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Masyarakat Desa Tumbang Baringei Kalimantan Tengah tentang Pemilihan Dukun Bayi dalam Proses Persalinan T1 462012072 BAB II

0 0 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Masyarakat Desa Tumbang Baringei Kalimantan Tengah tentang Pemilihan Dukun Bayi dalam Proses Persalinan T1 462012072 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Masyarakat Desa Tumbang Baringei Kalimantan Tengah tentang Pemilihan Dukun Bayi dalam Proses Persalinan

0 1 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Masyarakat Desa Tumbang Baringei Kalimantan Tengah tentang Pemilihan Dukun Bayi dalam Proses Persalinan

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Dukun Bayi tentang Pijat Bayi di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang T1 462010060 BAB II

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Dukun Bayi tentang Pijat Bayi di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang T1 462010060 BAB IV

0 11 27

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Persepsi Dukun Bayi tentang Pijat Bayi di Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang T1 462010060 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Determinan Ibu Memilih Dukun Bayi Tidak Terlatih sebagai Penolong Persalinan di Wilayah Puskesmas Kebar Kabupaten Manokwari T1 462008060 BAB IV

0 0 90

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upacara Tewah dan Maknanya dalam Membina Rasa Solidaritas Masyarakat di Desa Cuhai Kabupaten ndau Kalimantan Tengah T1 152009601 BAB IV

0 0 12