A. Kesimpulan Pengembangan Model Direct Instruction Berbasis Alat Bantu Media Tangan Dalam Pembelajaran Membaca Al-Qur’an Pada Siswa Tunanetra (di seluruh SMA inklusi wilayah X karisidenan Surakarta).
BAB V
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah penulis lakukan
pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa melalui Penelitian dan
pengembangan produk pembelajaran yang mencakup 3 tahap kegiatan yaitu
tahap studi pendahuluan, tahap pengembangan model dan tahap validasi
model, dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Model pembelajaran membaca Al-Qur’an yang diterapkan di seluruh SMA
inklusi di wilayah X karisidenan Surakarta masih terdapat banyak
kekurangan, baik itu dalam perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajran, evaluasi pembelajaran, pengetahuan dan antusiasme siswa,
layanan dan fasilitas yang diberikan, dan sdm guru. Dari beberapa poin
tersebut, maka peneliti perlu mengadakan perbaikan, diantaranya
pembuatan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), indikator
kinerja, materi pembelajaran, metode pembelajaran , media pembelajaran,
sumber pembelajaran, standar ketuntasan konpetensi minimum (KKM),
dan peningkatan sumber daya manusia (SDM) guru serta layanan dan
fasilitas untuk pembelajaran.
2. Melalui pengembangan model pembelajaran direct instruction berbasis
alat bantu media tangan yang dilaksanakan di seluruh SMA inklusi di
wilayah x karisidenan Surakarta telah diperoleh hasil bahwa kegiatan
pembelajaran membaca Al-Qur’an pada siswa tunanetra menjadi lebih
231
232
komunikatif, menarik, efektif dan evisien. Hal itu ditunjukkan dengan
adanya peningkatan antusiasme siswa yang ditandai dengan perubahan
sikap, keaktifan dan partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
3. Melalui pengembangan model pembelajaran direct instruction berbasis
alat bantu media tangan yang dilaksanakan di seluruh SMA inklusi di
wilayah x karisidenan Surakarta telah diperoleh hasil bahwa Kemampuan
membaca Al-Qur’an dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan
secara siknifikan. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya hasil uji
validitas data melalui uji T-tes bahwa nilai sig sebesar 0,000 < 0,005,
maka Ho di tolak dan Ha diterima. Perbandingan hasil belajar
menunjukkan bahwa siswa yang mengalami ketuntasan hasil belajar di
kelompok treatment berjumlah 6 siswa (100%). Sedangkan untuk
kelompok control, siswa yang mengalami ketuntasan hasil belajar
berjumlah 4 siswa (50%) dan 4 siswa lainnya tidak mengalami ketuntasan
(50%) dengan standar ketuntasan konpetensi minimum (KKM) 70.
Ketidak tuntasan hasil belajar siswa disebabkan karena siswa mengalami
kesulitan dalam mendiskripsikan posisi lidah, minimnya pengetahuan dan
kemampuan siswa, minimnya kopetensi guru, metode pembelajaran yang
monoton, tidak adanya media pembelajaran, tidak adanya fasilitas yang
mendukung, kurangnya komunikasi, minimnya teknik pernafasan dan
teknik membaca Al-Qur’an braille.
233
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, menunjukkan bahwa upaya untuk
mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran di lembaga
pendidikan, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah
a. Meningkatkan kwalitas pendidikan di sekolah inklusi
b. Meningkatkan manajemen dan pengawasan untuk sekolah inklusi
c. Meningkatkan pelayanan dan fasilitas untuk sekolah inklusi
2. Bagi sekolah
a. Dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan dalam
memberikan
pengajaran
kepada
siswa
tunanetra
mengenai
pembelajaran membaca Al-Qur’an
b. Dapat menerapkan model pembelajaran tersebut kepada siswa
tunanetra
di
sekolah
dan
melakukan
pengembangan
model
pembelajaran dibidang Al-Qur’an
c. Meningkatkan pelayanan dan fasilitas bagi siswa tunanetra dalam
segala aspek, khususnya dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an
3. Bagi guru
a. Meningkatkan
perhatian,
pelayanan
dan
fasilitas
yang
dapat
menunjang siswa tunanetra dalam mempelajari bacaan Al-Qur’an
b. Meningkatkan wawasan, pengetahuan dan kopetensi diri dalam
mempelajari Al-Qur’an Braille dan metode pengajarannya
234
c. Meningkatkan kreatifitas dan inovasi dalam pembelajaran membaca
Al-Qur’an pada siswa tunanetra
d. Mengaplikasikan model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh
peneliti
e. Membuat tim pengajar jika jumlah siswa tunanetra yang ditangani
sangat banyak
f. Solusi tepat bagi seorang pengajar yang menangani siswa tunanetra
yang tidak memiliki kedua tangan adalah menunjukkan makharijul
huruf dengan cara menyentuh langsung tempat keluarnya huruf, baik
di tenggorokan maupun di lidah dan bagian mulut
4. Bagi siswa
a. Meluruskan niat sebelum mempelajari bacaan Al-Qur’an
b. Meningkatkan minat dan motifasi dalam mempelajari bacaan AlQur’an
c. Meningkatkan kesabaran dan ketekunan dalam mempelajari bacaan
Al-Qur’an
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan yang telah penulis lakukan
pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa melalui Penelitian dan
pengembangan produk pembelajaran yang mencakup 3 tahap kegiatan yaitu
tahap studi pendahuluan, tahap pengembangan model dan tahap validasi
model, dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Model pembelajaran membaca Al-Qur’an yang diterapkan di seluruh SMA
inklusi di wilayah X karisidenan Surakarta masih terdapat banyak
kekurangan, baik itu dalam perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajran, evaluasi pembelajaran, pengetahuan dan antusiasme siswa,
layanan dan fasilitas yang diberikan, dan sdm guru. Dari beberapa poin
tersebut, maka peneliti perlu mengadakan perbaikan, diantaranya
pembuatan silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), indikator
kinerja, materi pembelajaran, metode pembelajaran , media pembelajaran,
sumber pembelajaran, standar ketuntasan konpetensi minimum (KKM),
dan peningkatan sumber daya manusia (SDM) guru serta layanan dan
fasilitas untuk pembelajaran.
2. Melalui pengembangan model pembelajaran direct instruction berbasis
alat bantu media tangan yang dilaksanakan di seluruh SMA inklusi di
wilayah x karisidenan Surakarta telah diperoleh hasil bahwa kegiatan
pembelajaran membaca Al-Qur’an pada siswa tunanetra menjadi lebih
231
232
komunikatif, menarik, efektif dan evisien. Hal itu ditunjukkan dengan
adanya peningkatan antusiasme siswa yang ditandai dengan perubahan
sikap, keaktifan dan partisipasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
3. Melalui pengembangan model pembelajaran direct instruction berbasis
alat bantu media tangan yang dilaksanakan di seluruh SMA inklusi di
wilayah x karisidenan Surakarta telah diperoleh hasil bahwa Kemampuan
membaca Al-Qur’an dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan
secara siknifikan. Hal tersebut ditunjukkan dengan adanya hasil uji
validitas data melalui uji T-tes bahwa nilai sig sebesar 0,000 < 0,005,
maka Ho di tolak dan Ha diterima. Perbandingan hasil belajar
menunjukkan bahwa siswa yang mengalami ketuntasan hasil belajar di
kelompok treatment berjumlah 6 siswa (100%). Sedangkan untuk
kelompok control, siswa yang mengalami ketuntasan hasil belajar
berjumlah 4 siswa (50%) dan 4 siswa lainnya tidak mengalami ketuntasan
(50%) dengan standar ketuntasan konpetensi minimum (KKM) 70.
Ketidak tuntasan hasil belajar siswa disebabkan karena siswa mengalami
kesulitan dalam mendiskripsikan posisi lidah, minimnya pengetahuan dan
kemampuan siswa, minimnya kopetensi guru, metode pembelajaran yang
monoton, tidak adanya media pembelajaran, tidak adanya fasilitas yang
mendukung, kurangnya komunikasi, minimnya teknik pernafasan dan
teknik membaca Al-Qur’an braille.
233
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, menunjukkan bahwa upaya untuk
mengembangkan dan meningkatkan kualitas pembelajaran di lembaga
pendidikan, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah
a. Meningkatkan kwalitas pendidikan di sekolah inklusi
b. Meningkatkan manajemen dan pengawasan untuk sekolah inklusi
c. Meningkatkan pelayanan dan fasilitas untuk sekolah inklusi
2. Bagi sekolah
a. Dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan dalam
memberikan
pengajaran
kepada
siswa
tunanetra
mengenai
pembelajaran membaca Al-Qur’an
b. Dapat menerapkan model pembelajaran tersebut kepada siswa
tunanetra
di
sekolah
dan
melakukan
pengembangan
model
pembelajaran dibidang Al-Qur’an
c. Meningkatkan pelayanan dan fasilitas bagi siswa tunanetra dalam
segala aspek, khususnya dalam pembelajaran membaca Al-Qur’an
3. Bagi guru
a. Meningkatkan
perhatian,
pelayanan
dan
fasilitas
yang
dapat
menunjang siswa tunanetra dalam mempelajari bacaan Al-Qur’an
b. Meningkatkan wawasan, pengetahuan dan kopetensi diri dalam
mempelajari Al-Qur’an Braille dan metode pengajarannya
234
c. Meningkatkan kreatifitas dan inovasi dalam pembelajaran membaca
Al-Qur’an pada siswa tunanetra
d. Mengaplikasikan model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh
peneliti
e. Membuat tim pengajar jika jumlah siswa tunanetra yang ditangani
sangat banyak
f. Solusi tepat bagi seorang pengajar yang menangani siswa tunanetra
yang tidak memiliki kedua tangan adalah menunjukkan makharijul
huruf dengan cara menyentuh langsung tempat keluarnya huruf, baik
di tenggorokan maupun di lidah dan bagian mulut
4. Bagi siswa
a. Meluruskan niat sebelum mempelajari bacaan Al-Qur’an
b. Meningkatkan minat dan motifasi dalam mempelajari bacaan AlQur’an
c. Meningkatkan kesabaran dan ketekunan dalam mempelajari bacaan
Al-Qur’an