Upaya meningkatkan kemampuan membaca al-qur’an melalui program BTA di SMP Yanusa Jakarta

(1)

MEMBACA AL-

QUR’AN

MELALUI PROGRAM BTA

DI SMP YANUSA JAKARTA

Diajukan Pada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Pendidikan Agama Islam

Disusun oleh

ROHAYA

NIM: 18100110000050

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014 M / 1435 H


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Permasalahan pokok yang akan dipecahkan lewat penelitian tindakan kelas ini adalah : Usaha guru dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur'an. Tujuannya supaya siswa dapat membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar.

Penelitian ini merupakan tindakan untuk memperbaiki proses pengajaran pendidikan agama Islam terutama dalam membaca ayat Al-Qur'an di kelas VIII SMP Yanusa Jakarta. Penelitian dilakukan dalam 3 siklus dan meliputi 4 tahapan yaitu : observasi, perencanaan untuk siklus berikutnya.

Setiap siklus terdiri dari 3 tindakan yaitu : penanaman pentingnya membaca Al-Qur'an, pengembangan belajar kreatif dengan mengoptimalkan penggunaan metode BTA, dan pemberian motivasi (pujian). Untuk memantau status kemajuan siswa dalam membaca Al-Qur'an serta merekam tindakan peneliti dan reaksi siswa menggunakan alat bantu lembar pengamatan dan catatan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase siswa yang dapat membaca Al-Qur'an mengalami peningkatan pada setiap siklus. Pada siklus I

yang dapat membaca Al Qur’an 16,6 % dan yang dapat/faham membaca Al

Qur’an 14,2 %. Siklus II yang dapat membaca Al Qur’an 36,7 % dan yang

dapat/faham membaca Al Qur’an 27,5 %. Siklus III yang dapat membaca Al

Qur’an 50,8 % dan yang dapat/faham membaca Al Qur’an 35,8 %. Jadi secara keseluruhan siswa yang dapat membaca Al Qur’an mengalami peningkatan 45%. Dan dilihat dari nilai rata-rata raport PAI smester I dan II mengalami peningkatan, pada smester I rata-ratanya 69,6 dan pada smester II rata-ratanya meningkat menjadi 76,25, ini menunjukan adanya pengaruh kemampuan membaca Al-Quran terhadap prestasi belajar siswa SMP Yanusa Jakarta.

Dengan demikian jika peneliti melakukan upaya-upaya (menanamkan pentingnya membaca Al-Qur'an, pengembangan belajar kreatif dengan pengoptimalan metode BTA serta pemberian motivasi) untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur'an maka siswa akan dapat membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar dan dapat meningkatkan prestasi siswa. Perlu diadakan penelitian lanjutan tentang usaha guru dalam menjaga dan meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur'an.


(6)

iii

Segala puja dan puji hanya milik Allah SWT, tiada harapan dan mimpi yang dapat mencapai pada perwujudannya kecuali Allah telah memeluk dan merestui harapan tersebut. Maka hanya kepada-Nya lah segala ikhtiar disandarkan pada keagungan dan keindahan nama-namaNya. Shalawat serta salam semoga terlimpah kepada Nabi Muhammad SAW, sang junjungan yang senantiasa menjadi suri tauladan sepanjang masa serta sang kota ilmu yang kapasitas intelektualitas, spiritualitas dan akhlaknya menjadi inspirasi bagi umat manusia.

Skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Baca Tulis Al -Qur’an dan Pengaruhnya Terhadap Prestasi Belajar PAI di SMP Yanusa Jakarta” ini merupakan refleksi pemikiran yang penulis geluti selama menempuh studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan aktivitas-aktivitas di luar kuliah yang turut memberikan sumbangsih pengalaman yang amat berharga. Banyak ide dan dorongan semangat yang senantiasa datang dari berbagai pihak untuk mendukung penyelesaian tulisan atau penelitian ini, dengan sadar penulis menyatakan bahwa skripsi ini tidak akan pernah terwujud tanpa adanya peran serta dari orang-orang di sekitar penulis. Oleh karena itu, terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Ibu Nurlena Rifa’i, MA, Ph. D.

2. Dr H. Abdul Majid Khon. M.Ag sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan juga selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya, memberikan masukan, motivasi, perhatian serta do’a dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini, semoga senantiasa di berikan nikmat sehat walafiat serta selalu dalam lindungan Allah SWT, dan menjadi suri tauladan kami.

3. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu dan


(7)

iv

tentang perkuliahan dari putaran satu sampai putaran sepuluh dan informasi-informasi yang lain yang sangat penting bagi seluruh mahasiswa khususnya mahasiswa DMS tahun akademik 2011/2012. 5. Keluarga besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta . 6. Bapak Drs.H. Romdanih, MM selaku kepala sekolah SMP Yanusa Jakarta,

yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di sekolah, serta para pihak terkait guru dan TU yang telah membantu penulis dalam proses penelitian guna menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah memberikan kemudahan dalam menjalankan tugas sehari-hari dan meridhoi.

7. Suamiku tercinta Budi Soebiantoro dan putra putriku tersayang Rindi Shilviani, Ayu Soraya, S.Pd, Bunga Badriyah, dan Muhammad Shandy Farisi, serta cucu-cucuku yang cantik-cantik Nizhomi Azzahra Yusrin dan Syasya Razita Yusrin, yang dengan sabar menunggu dan membantu penulis dalam menyelesaikan pendidikan S1 dan selalu memberi motivasi sehingga penulis bersemangat untuk dapat menyelesaikan sekripsi ini dengan sebaik-baiknya.

8. Kepada teman-teman yang senantiasa memberikan motivasi dan dorongannya kepada penulis, yaitu: Abu bakar Syahbudin, Maryati, Umamah, Neneng Santi, Hanifah, dan semua teman mahasiswa Jurusan PAI tahun 2011 khususnya Kelas A.

9. Terakhir penulis haturkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan penelitian ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, dari lubuk hati yang paling dalam penulis selalu melekat salam hormat kepada mereka dan penulis panjatkan do’a dan rasa syukur kepada Allah SWT, semoga jasa yang telah mereka berikan menjadi amal ibadah dan mendapatkan balasan yang sebaik-baiknyadari Allah SWT. Amiin.


(8)

v

dan memberikan perbaikan- perbaikan pada dunia pendidikan, khususnya pada bidang studi Agama Islam.

Alhamdulillahirabbil’alamin

. Jakarta, 11 Desember 2014

Penulis


(9)

vi

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Peumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 5

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kemampuan Membaca dan Menulis Al-Qur'an ………. … 7

1. Pengertian Kemampuan Membaca dan Menulis Al-Qur'an ……… 7

2. Indikator Kemampuan Membaca dan menulis Al Qur'an ………... 11

3. Metode Pengajaran BTA ………... 14

4. Cakupan Materi BTA ……… 15

B. Prestasi Belajar ………. 16

1. Pengertian Prestasi Belajar ………. .. 16

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar ………... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 23


(10)

vii

1. Siklus I ... 27

2. Siklus II ... 27

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ……… ... 28

G. Data dan Sumber Data ……… .. 28

H. Instrument-Instrument Pengumpul Data yang Digunakan ………… .. 28

I. Teknik Pengumpulan Data ……… . 29

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ……… 30

K. Analisa Data dan Interpretasi Hasil Analisis ……… . 30

L. Tindak Lanjut atau Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 31

BAB IV DESKRIPSI, ANALISA DATA DAN INTERPRETASI HASIL ANALISIS PEMBAHASAN A. Gambaran Umum SMP Yanusa Jakarta ... 32

1. Sejarah Singkat SMP Yanusa ... 32

2. Struktur organisasi SMP Yanusa ... 32

3. Kurikulum SMP Yanusa Jakarta ... 32

4. Profil Sekolah Dan Kebutuhan Sarana Dan Prasarana ... 32

5. Visi dan Misi SMP Yanusa ……… ... 35

6. Dewan Guru dan Karyawan ……… .. 36

B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ………… ... 37

C. Penjelasan Pelaksanaan Pembelajaran Per Siklus ……… .... 42

1. Siklus I ……… ... 42

2. Siklus II ……… ... 42

3. Siklus III ……… ... 42

D. Analisis dan Interpretasi Data ……… ... 43


(11)

viii

A. Kesimpulan ……… 53

B. Saran ……… .. 54

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN –LAMPIRAN


(12)

ix

Gambar 4.2 Diagram Batang Persentase Siklus II.. ……….. 47 Gambar 4.3 Diagram Batang Persentase Siklus III ... ... 48 Gambar 4.4 Grafik Prestasi Belajar Siswa………... 51


(13)

x

2. Tabel 4.1 Tindakan Kelas ... 37

3. Tabel 4.2 Frekuensi Membaca Ayat Al-Qur’an siklus I ... 44

4. Tabel 4.3 Frekuensi Membaca Ayat Al-Qur’an siklus II ... 46

5. Tabel 4.4 Frekuensi Membaca Ayat Al-Qur’an siklus III ... 47

6. Tabel 4.5 Prosentase Rata-rata Membaca Al-Qur’an ... 49

7. Tabel 4.6 Hasil Prestasi Belajar Al-Qur’an ... 50


(14)

xi

Lampiran 2 RPP siklus II ... 61

Lampiran 3 Biodata Penulis ... 61

Lampiran 4 Bimbingan Skripsi dari Fakultas ... 62

Lampiran 5 Surat Permohonan Izin Penelitian dari Fakultas ... 63

Lampiran 6 Surat Permohonan Izin Observasi dari Vakultas ... 64

Lampiran 7 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Sekolah ... 65


(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu usaha pemerintah untuk mewujudkan peningkatan kualitas manusia Indonesia adalah meningkatkan pembangunan pada sektor pendidikan. Pendidikan merupakan faktor terpenting dalam kehidupan seseorang, karena pendidikan dapat membedakan kemampuan seseorang dalam berpikir.

Setiap penyelenggara pendidikan harus berdasarkan tujuan yang ingin dicapai masyarakat, sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1

Berdasarkan tujuan pendidikan nasional, tugas dunia pendidikan terutama pendidikan agama Islam adalah melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas, berakhlak mulia, mampu membaca dan memahami Al-Qur’an dan responsife terhadap pembelajaran. Kenyataannya peningkatan mutu pendidikan agama Islam sampai saat ini masih menjadi sorotan masyarakat. Rendahnya hasil belajar atau prestasi belajar siswa menjadi salah satu indikator rendahnya mutu pendidikan agama Islam. Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil prestasi belajar PAI siswa yaitu karena kemampuan baca tulis Al-quran yang rendah sehingga mengalami kesulitan

1

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009). h. 41


(16)

dalam belajar PAI.

Agama Islam adalah agama yang universal yang mengajarkan kepada umat manusia mengenai aspek kehidupan, baik duniawi maupun ukhrawi. Salah satu ajaran Islam adalah mengajarkan kepada umat manusia untuk melaksanakan pendidikan. Karena menurut ajaran Islam pendidikan merupakan kebutuhan hidup manusia mutlak yang harus dipenuhi demi tercapainya kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.

Salah satu aspek yang di perhatikan Islam adalah pendidikan. Oleh karena itu pendidikan adalah merupakan perubahan yang di inginkan dan di usahakan oleh proses pendidikan atau usaha pendidik, baik tingkah laku individual dalam kehidupan pribadinya maupun dalam kehidupan bermasyarakat serta alam sekitarnya agar tercapai perkembangan maksimal yang positif.2

Proses pembentukan tingkah laku atau kepribadian ini hendaknya di mulai dari masa kanak-kanak, yang di mulai dari selesainya masa menyusui hingga anak berumur enam atau tujuh tahun. Masa ini termasuk masa yang sangat sensitif bagi perkembangan kemampuan berbahasa, cara berpikir, dan sosaialisasi anak. Di dalamnya terjadilah proses pembentukan jiwa .

Dalam masyarakat tujuan pendidikan agama Islam sering di pertanyakan mereka menggap bahwa pendidikan agama yang di berikan di sekolah hanya ditekankan pada aspek ibadah. Bukan untuk membangun moral siswa. Sehingga banyak yang menyarankan pendidikan agama Islam di dekatkan pada masalah moralitas saja. Sedangkan masalah ibadah sebaiknya diserahkan kepada keluarga.

Pendidikan agama di sekolah sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan pertumbuhan kepribadian anak didik, karena pendidikan agama mempunyai dua aspek terpenting, yakni aspek pendidikan agama yang ditunjukan kepada jiwa atau pembentukan kepribadian, dalam hal ini anak didik di bimbing agar terbiasa kepada peraturan yang baik yang sesuai dengan

2H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: PT. Bumi Aksara,Cet.IV, 2009 ). h. 21


(17)

ajaran agama,aspek kedua ditunjukan kepada pikiran yaitu pengajaran agama itu sendiri, yakni kepercayaan kepada Tuhan.

Begitu pentingnya pendidikan agama dalam pembentukan kepribadian, maka apabila pendidikan agama di sekolah dilakukan dengan baik maka pembentukan pribadi anak terbentuk dengan baik pula, dan sebaliknya apabila pendidikan agama dilakukan dengan tidak baik maka, kepribadian anak akan sulit di bentuk.

Fakta menunjukkan bahwa mempelajari pendidikan agama Islam merupakan mata pelajaran yang di anggap tak penting bagi siswa, selain itu siswa merasa jenuh dan bosan dengan suasana pembelajaran yang cenderung monoton, karena hanya berpusat pada buku paket tanpa memperhatikan esensi materi yang diajarkan. Akibatnya siswa cenderung menghindari pelajaran PAI, bila hal ini terus berlangsung, maka pelajaran agama Islam yang diharapkan dapat membentuk manusia yang cerdas, beriman, berakhlakul karimah dan panadai membaca dan memahami al-quran tidak tercapai. Salah satu tandanya adalah siswa enggan untuk belajar pendidikan agama Islam sehingga memiliki hasil belajar yang rendah.

Al-Qur’an sebagai sumber utama ajaran Islam tidak bisa dilepaskan dari pendidikan agama Islam, karena Al-Qur’an merupakan sumber hokum Islam yang pertama, sehingga mempelajari dan memahaminya merupakan kewajiban bagi setiap muslim.

Untuk bisa membaca Al-Qur’an dengan tartil diperlukan belajar dan latihan yang serius. Berdasarkan pengalaman di lapangan, yang merupakan salah satu problem pelaksanaan pendidikan agama Islam di tingkat sekolah menengah adalah adanya peserta didik yang kurang bahkan belum bisa membaca dan menulis Al-Qur’an, hal itu menyebabkan adanya kesenjangan diantara peserta didik dan menyebabkan hasil belajar pendidikan agama Islam rendah.

Dari kondisi ini berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi problem ini yaitu dengan meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an, diharapkan dengan meningkatnya kemampuan peserta didik dalam membaca


(18)

dan menulis Al-Qur’an maka akan meningkatkan motivasi dan hasil prestasi pendidikan agama Islam peserta didik.

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan maka perlu adanya penelitian untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kemampuan membaca Al-Qur’an terhadap prestasi belajar Al-Qur’an dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Melalui Program BTA di SMP Yanusa Jakarta”.

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang dikemukakan di atas, maka timbul berbagai macam masalah, antara lain:

1. Masih banyak siswa yang belum bisa membaca dan menulis Al-qur’an dengan baik dan benar.

2. Ketidakmampuan membaca Al Qur’an dengan baik dan benar disebabkan karena kurang banyak latihan

3. Masih rendahnya prestasi belajar Al-Qur’an siswa.

4. Masih banyak siswa yang beranggapan bahwa pelajaran PAI tidak terlalu penting.

C. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah hanya pada :

1. Upaya guru dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an dengan metode BTA.

2. Kemampuan membaca Al-Qur’an sebagai dasar dalam mempelajari pelajaran PAI siswa pada kelas VIII semester genap SMP Yanusa Jakarta. 3. Peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an pengaruhnya terhadap


(19)

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dapat diambil suatu rumusan masalah yaitu:

1. Bagaimana upaya guru dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa SMP Yanusa Jakarta dengan metode BTA?

2. Bagaimana pengaruh kemampuan membaca Al-Qur’an sebagai dasar dalam mempelajari pelajaran PAI siswa pada kelas VIII semester genap SMP Yanusa Jakarta.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui bagaimana upaya guru dalam meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa SMP Yanusa Jakarta.

2. Mengetahui seberapa besar pengaruh peningkatan kemampuan membaca Al-Qur’an terhadap prestasi belajar PAI siswa SMP Yanusa Jakarta.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang bermanfaat untuk perkembangan selanjutnya, diantaranya:

1. Bagi SMP Yanusa Jakarta yang menjadi fokus penelitian hasil studi ini diharapkan bermanfaat sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil langkah-langkah guna meningkatkan kemampuan membaca Al-Qur’an siswa dan juga meningkatkan prestasi belajar PAI siswa.

2. Bagi pendidik dan calon pendidik dapat memberikan informasi tentang pentingnya kemampuan membaca Al-Qur’an untuk meningkatkan prestasi belajar PAI siswa.

3. Bagi siswa dapat memberikan wawasan atau pengetahuan tentang pentingnya kemampuan membaca Al-Qur’an.


(20)

4. Bagi mahasiswa dapat dijadikan acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya, dan diharapkan akan mendapatkan koreksian sehingga mendapatkan hasil yang sempurna.


(21)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Pembelajaran Membaca Al-Qur'an Melalui BTA 1. Kemampuan Membaca Al-Qur'an

Kemampuan adalah kesanggupan untuk melakukan sesuatu dengan baik dan benar. Menurut Mohammad Zain dalam Milman Yusdi mengartikan bahwa Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kakuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Sedangkan Anggiat M.Sinaga dan Sri Hadiati mendefenisikan kemampuan sebagai suatu dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil.1

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan (Ability) adalah kecakapan atau potensi seseorang individu untuk menguasai keahlian dalam melakukan atau mengerjakan beragam tugas dalam suatu pekerjaan atau suatu penilaian atas tindakan seseorang.

Sedangkan membaca menurut KBBI adalah melihat serta memahami isi dari apa yg tertulis (dengan melisankan atau hanya dalam hati), selain itu baca, membaca juga diartikan sebagai mengeja atau melafalkan apa yg ter-tulis, mengucapkan, meramalkan dan menduga.2

Menurut Ramlan A. Gani dan Mahmudah Fitiyah, Z.A, membaca adalah "kegiatan melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan melisankan atau dalam hati, mengeja atau dengan melafalkan apa yang tertulis".3

Tilāwaħ menurut kamus bahasa arab Al-Munawir kata ( ) sama ( ) yang artinya bacaan. Sedangkan menurut Yamin membaca adalah

1

MilmanYusdi,PengertianKemampuan,h.1.(http://milmanyusdi.blogspot.com/2011/07/p engertian-kemampuan.html).

2

Departemen pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Balai pustaka, Ed. kedua, 1991) h. 72

3

RamlanA. Gani dan Mahmudah FitriyahZ A, DisiplinBerbahasaIndonesia, (Jakarta: FITK Press,Cet.II, 2011), h. 149.


(22)

suatu cara untuk mendapatkan informasi yang disampaikan secara verbal dan merupakan hasil ramuan pendapat, gagasan, teori-teori, hasil penelitian para ahli untuk diketahui dan menjadi pengetahuan siswa.4 Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian tilāwaħ menurut bahasa adalah bacaan.

Tilāwaħ menurut istilah seperti yang diungkapkan Ziad Khaled Moh al-Daghameen dalam tulisannya “Al-Qur`an : Between The Horizons of Reading and Recititation", yang dikutip oleh Harun menyebutkan, tilāwaħ adalah mengikuti petunjuk dan aturan-aturan kitab suci. Jadi, dapat disimpulkan pengertian tilāwaħ secara istilah adalah membaca dan memahami isi kandungan Al-Qur’an serta memahaminya.

Tilawah Al-Qur'an atau membaca Al-Qur'an merupakan kegiatan atau progam pelatihan baca Al-Qur'an dengan menekankan pada metode baca yang benar, dan kefasihan bacaan. Kefasihan dalam membaca ditentukan oleh penguasaan ilmu tajwid dan kemampuan lidah pembaca Al-Qur'an dalam melafalkan huruf dan kalimat-kalimat arab (Al-Qur'an) sesuai dengan ciri, sifat, karakter dan makhraj hurufnya masing-masing.

Dalam kamus Lengkap Bahasa Indonesia, membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan melisankan atau hanya dalam hati.5 Jadi membaca adalah suatu cara untuk mendapatkan informasi yang disampaikan secara verbal dan merupakan hasil ramuan pendapat, gagasan, teori-teori, hasil penelitian para ahli untuk diketahui dan manjadi pengetahuan siswa.

Sedangkan Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang

4

Dini Rinjani,” Berbagi Ilmu,”Konsep Tilawah dalamAl-Qur’an”. Makalah, 2012. h. 23. (http://kimdinirinjani.blogspot.com/2012/07).

5

Boediono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta : Bintang Indonesia, ) h. 29


(23)

grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Menulis juga merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Kegiatan menulis tidak bisa terlepas dari kegiatan membaca. Untuk menghasilkan tulisan yang menarik dan bermanfaat, dibutuhkan wawasan luas yang diperoleh melalui kegiatan membaca.

Sedangkan Al-Qur'an sendiri merupakan kitab suci umat Islam sekaligus pedoman dalam menjalani kehidupan agar nantinya mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat.

Al-Qur’an adalah kalamullah (firman Allah). 6 Secara bahasa, Al Qur’an berasal dari kata kerja yang berarti bacaan atau yang dibaca. Namun bacaan ini berbeda dengan bacaan-bacaan lain, karena bacaan yang satu ini berkaitan dengan wahyu Allah. Sedangkan menurut istilah ada beberapa pendapat, diantaranya: menurut az-Zurqani, Al-Qura’an adalah lapal yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw., dari permulaan surah al-Fatihah sampai dengan akhir surah an-Nas. Menurut Abdul Wahab Khalaf , Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada hati Rasulullah, melalui ar-Ruh al-Amin (Malaikat Jibril) dengan lafal-lafalarab (berbahasa Arab) dan dengan makna yang benar, agar dapat dijadikan hujjah bagi Rasul bahwa ia benar-benar Rasul Allah, menjadi undang-undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka dan menjadi sarana mendekatkan diri kepada-Nya dan mengandung nilai ibadah bagi yang membacanya.7

Menurut KBBI Al Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang berisi firman-firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. dengan perantaraan malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami, dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia.8 Al

6

Tafsir Al-Usyr Al-Akhir dari Al-Qur’an Al Karim,Juz:28,29,30. h. 81 7

Sunardi, Qur’an Hadis untuk MTs Kelas VII, (Semarang: Aneka Ilmu,Jilid I, 2009). h. 2

8


(24)

Qur’an adalah dasar dan pedoman hidup bagi umat Islam yang perlu dipelajari dan dimengerti serta diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, karena di dalamnya memuat berbagai aturan dan tatanan hidup manusia di dunia sampai di akherat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang berisi firman-firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantaraan malaikat Jibril untuk dibaca, difahami dan diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia (Depdikbud, 1993:28).

Dalam mengartikan kata Al-Qur’an sedikitnya ada dua golongan yang berbeda pendapat yaitu :

a. Golongan pertama yang diwakili antara lain oleh Al Lihyani ber-pendapat bahwa Al-Qur’an adalah bentuk masdar mahfudz mengikuti wazan Al-Ghufran dan ia merupakan mustaq dari kata Qaraa yang mempunyai arti sama dengan tala. Al-Qur’an bisa juga disebut Al -Muq’ru yang merupakan sebutan bagi obyek dalam bentuk masdarnya.

b. Golongan kedua yang diwakili antara lain oleh Az Zujaj berpendapat bahwa Al-Qur’an diidentikkan dengan wazan Fu’lan yang merupakan musytaq dari lafal Al-Qar’u yang mempunyai arti al jam’u. Ibnu Atsir juga berpendapat bahwa disebut Al-Qur’an karena di dalamnya memuat kumpulan kisah-kisah. Amar ma’ruf nahi munkar, perjanjian, ancaman, ayat-ayat dan surat-surat lafal Al-Qur’an adalah bentuk masdar seperti kata Ghufran dan Khufran (Atsir, IV, tt : 30). Dari beberapa pendapat tersebut mereka sepakat bahwa Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, bagi yang membaca-nya merupakan ibadah dan mendapat pahala (Fahd Bin Abdurrahman Ar Rumi, terjemahan 1996:41).

Menurut Endi Suhendi Zen, Al-Qur’anul karim adalah firman Allah yang tidak mengandung kebatilan sedikitpun. Al-Qur’an memberi petunjuk jalan yang lurus dan memberi bimbingan kepada umat manusia didalam menempuh perjalanan hidupnya, agar selamat


(25)

di dunia dan di akhirat, dan dimasukkan dalam golongan orang-orang yang mendapatkan rahmat dari Allah ta’ala.9

Ketika membaca Al-Qur’an, maka seorang muslim perlu memperhatikan adab-adab berikut ini untuk mendapatkan kesempurnaan pahala dalam membaca Al-Qur’an:

a. Membaca dalam keadaan suci, dengan duduk yang sopan dan tenang.

b. Membacanya dengan pelan dan tidak cepat, agar dapat menghayati ayat yang dibaca.

c. Membaca Al-Qur’an dengan khusyu, dengan menangis, karena sentuhan pengaruh ayat yang dibaca bisa menyentuh jiwa dan perasaan.

d. Membaguskan suara ketika membacanya. Membaca Al-Qur’an dimulai dengan istiadzah.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca dan menulis Al-Qur'an adalah kesanggupan seseorang untuk memahami isi bacaan dengan cara melesankan atau dalam hati, dan melukiskannya atau menggambarkannya ayat-ayat atau tulisan yang ada dalam Al-Qur'an dengan metode atau cara yang benar.

2. Indikator Kemampuan Membaca Al -Qur'an.

Indikator seseorang dikatakan mempunyai kemampuan membaca Al-Qur'an antara lain yaitu:

a. Ketartilan dalam membaca Al-Qur'an

Tartil berasal dari kata rattal, yang berarti "melagukan," "menyanyikan" yang pada awal Islam hanya bermakna pembacaan Al-Qur'an secara metodik, dengan cakupan pemahaman tata cara berhenti (waqf) dan meneruskan (washl). Membaca dengan tartil yaitu dengan bacaan yang pelan-pelan dan terang serta memberikan kepada setiap huruf akan haknya

9

Endi Suhendi Zen, dkk, Panduan Baca Tulis Al-Qur’an, untuk SMP/MTs Kelas VIII, (TangerangSelatan: CV Indradjaya, 2010). h. ix


(26)

seperti membaca panjang dan idgham. Namun dalam perkembangan yang sekarang ini, istilah tersebut bukan lagi untuk pembacaan Al-Qur'an tetapi merujuk kepada pembacaan secara cermat dan perlahan-lahan.10

Tartil membaca Al-Qur an adalah membaca Al-Qur'an pembacaan tenang dan tadabbur, dengan tingkat kecepatan standar, sehingga pembaca bisa maksimal memenuhi setiap hukum bacaan dan sifat-sifat huruf yang digariskan. Hal ini sesuai dengan firman Allah (QS. Al-Muzammil/73:04).

















Artinya: Atau lebih dari seperdua itu. dan Bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.

Tartil yang dimaksud pada ayat di atas adalah menghadirkan hati ketika membaca, tidak hanya sekedar mengeluarkan huruf-huruf dari tenggorokan dengan mengerutkan muka, mulut dan irama nyanyian, sebagaimana dilakukan oleh para Qori'. Memaca dengan tartil sesuai dengan sabda Nabi saw. yang artinya “Nanti akan diperintahkan kepada orang yang suka membaca Al-Qur’an : bacalah dengan baik dan tartil sebagaimana kamu membacanya dengan tartil di dunia. Karena sesungguhnya tempatmu (derajatmu) tergantung pada akhir ayat yang kamu baca”. (Riwayat Abu Daud dan at Turmudzy).11

Dengan demikian membaca Al-Qur'an dengan tartil adalah membaca dengan pelan-pelan, tidak terburu-buru, dengan harapan dapat memahami kandungan Al-Qur'an

b. Kefasihan dalam membaca Al-Qur'an

10

Mudzakir AS. Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Manna’ Khalil al-Qattan, (Jakarta : PT. Pustaka Utara Anatar Nusa,Cet.14, 2011). h. 270

11

Muslich Shabir, Terjemah Riyadhus Shalihin 2, (Jakarta :PT. Karya Toha Putra Semarang, Ed. kedua, 2004). h. 56


(27)

Kata fasih atau dalam bahasa Arab disebut / al-Fashahah artinya yaitu terang atau jelas. Kalimat itu dinamakan fasih apabila kalimat itu terang pengucapannya, jelas artinya dan bagus susunannya.12

Ibn Atsir berpendapat bahwa fashahah adalah secara khusus terkait dengan lafadz bukan makna. Ia berkata: kalam fasih adalah tampak dan jelas, maksudnya adalah bahwa lafadz-lafadznya dapat dipahami, yang tidak memerlukan pemahaman dari buku-buku linguistik. Hal ini dikarenakan lafadz-lafadz itu disusun berdasarkan aturan pada area perkataan mereka, dimana tersusun di area perkataan yang terkait dengan kebaikan lafadnya. dan kebaikan lafadz dapat ditemukan dalam pendengaran. Sesuatu yang dapat ditemukan dengan jalan mendengarkan adalah lafadz, sebab itu adalah suara yang tersusun dari makharijul khuruf.

Kefashihan membaca Al-Qur'an selain ditentukan oleh penguasaan terhadap ilmu tajwid, juga ditentukan oleh kemampuan lidah seseorang dalam melafalkan huruf dan kalimat-kalimat arab (Al-Qur'an) sesuai dengan ciri, sifat, dan karakter dan makhraj hurufnya masing-masing. Dengan demikian membaca Al-Qur'an dengan fashih yaitu harus menerapkan kaidah makhraj dan sifatnya.

c. Ketepatan tajwid

Untuk dapat membaca dengan baik, maka harus disertai dengan kaidah-kaidah membaca Al-Qur'an, yaitu tajwid.

Tajwid menurut KBBI adalah cara membaca Al-Qur’an dengan lafal atau ucapan yang tepat.13 Tajwid adalah sebagai memberikan kepada huruf akan hak-hak dan tertibnya, mengembalikan huruf kepada makhraj dan asalnya, serta menghaluskan pengucapannya dengan cara

12 Mardjoko Idris, “

Ilmu Balaghah Antara al-Bayan dan al-Badi’,” cet. I (Yogyakarta: Teras, 2007). h. 2.“Fasih Berbahasa Arab Menurut Ilmu Balaghah”

( http://muhammadbagusjazuli.blogspot.com/2013/09. diunduh tgl 24/09/2013. )))

13


(28)

yang sempurna tanpa berlebihan, kasar, tergesa-gesa dan dipaksa-paksakan.14

Membaca Al-Qur'an merupakan suatu ibadah, oleh karenanya harus dibaca sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Dengan demikian membaca Al-Qur'an yang bertajwid (memperbaiki bacaan dengan menata huruf sesuai dengan tempatnya) maka hal tersebut juga termasuk ibadah.

3. Metode Pengajaran Pada Program BTA

Dalam pembelajaran membaca Al-Qur'an, perlu adanya metode yang tepat agar tujuan pembelajaran membaca Al-Qur'an dapat tercapai dengan tepat dan lancar. Metode-metode yang digunakan adalah metode musyofahah antara lain:

a. Guru membaca terlebih dahulu kemudian disusul anak atau murid. Dengan metode ini guru dapat menerapkan cara membaca huruf dengan benar melalui lidahnya. Sedangkan anak akan dapat melihat dan menyaksikan langsung praktik keluarnya huruf dari lidah guru untuk ditirukannya, yang disebut dengan musyafahah 'adu lidah'. Metode ini diterapkan Rasul kepada kalangan sahabat.

b. Murid membaca di depan guru, sedangkan guru menyimaknya. Metode ini dikenal dengan metode sorogan atau 'ardul qira'ah 'setoran bacaan'. Metode ini dipraktikkan oleh Rasulallah SAW. bersama malaikat Jibril kala tes bacaan Al-Qur'an di bulan Ramadhan.

c. Guru mengulang-ulang bacaan, sedang anak atau murid menirukannya kata perkata dan kalimat perkalimat juga secara berulang-ulang hingga terampil dan benar.

Metode yang cocok untuk anak-anak pada masa ini ialah metode kedua, karena pada metode ini terdapat sisi positif yaitu

14


(29)

aktifnya murid (cara belajar siswa aktif). Untuk tahap awal proses pengenalan kepada anak-anak pemula, metode yang tepat ialah metode pertama, sehingga anak atau murid telah mampu mengekspresikan bacaan huruf-huruf hijaiyyah secara tepat dan benar. Sedangkan metode ketiga cocok untuk mengajar anak-anak untuk menghafal.

4. Cakupan Materi BTA

Mengenai cakupan materi, ini merupakan langkah yang harus diperhatikan dalam rangka menyampaikan materi yang akan diajarkan. Pada prinsipnya dalam pembelajaran diharuskan adanya cakupan materi sebagai bahan yang harus diajarkan kepada siswa. Hal ini juga digunakan dalam menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar sehingga dapat merumuskan indikator dalam pembelajaran yang akan dilakukan.

Pada prinsipnya pembelajaran BTA dibagi menjadi dua hal yang pokok yaitu pembelajaran keterampilan membaca dan pembelajaran keterampilan menulis Al-Qur'an.

Keterampilan yang diharapkan dalam materi membaca Al-Qur'an antara lain siswa mampu:

a. Melafalkan surat-surat tertentu dalam Juz 'Amma sebagai tahap awal membaca.

b. Membaca huruf-huruf hijaiyah sesuai makhrojnya.

c. Membaca Al-Qur'an dengan baik dan benar sesuai kaidah ilmu tajwid.

d. Pembelajaran Keterampilan Menulis.

Sedang keterampilan yang diharapkan dalam menulis Al-Qur'an adalah siswa mampu :

a. Menulis huruf-huruf hijaiyah secara terpisah dan tanda bacanya. b. Menulis huruf-huruf hijaiyah secara tersambung dan tanda


(30)

c. Menulis surat-surat Juz Amma sesuai tanda bacanya

Dari pemaparan di atas, dapat diketahui bahwa aktivitas pembelajaran BTA adalah kegiatan yang melibatkan jasmani dan rohani siswa untuk mengikuti Pembelajaran BTA. Kegiatan pembelajaran BTA ini dilaksanakan dengan menggunakan metode pengajaran dan cakupan materi yang akan diajarkan. Dengan penggunaan metode yang efektif akan meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran BTA. Karena dengan adanya keaktifan, siswa berinteraksi dengan lingkungan belajarnya, sehingga melalui dirinya sendiri, siswa akan mendapatkan pengalaman yang baru dalam dirinya.

B. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi Belajar

Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun. Skinner, seperti yang dikutif Barlow dalam bukunya Education Psychology: The teaching-learning process, berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif.15

Menurut Zuraida Zahara Belajar adalah “suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu. interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.16 Sedangkan jika dilihat dari sudut ilmu mendidik menurut M. Ngalim Purwanto, belajar berarti perbaikan dalam tingkah laku dan

15

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,Cet. II,2003. ),h. 64

16

Nuraida Zahara, Psikologi Pendidikan Untuk Guru PAI, (Lembaga Penelitian UIN Syarif HidayatullahJakarta,Cet.I, 2011), h. 85.


(31)

kecakapan (manusia), atau memperoleh kecakapan-kecakapan dan tingkah laku yang baru”.17

Purwanto, M.Pd, menyatakan bahwa belajar adalah proses untuk membuat perubahan dalam diri siswa dengan cara berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada teori belajar perilaku, proses belajar cukup dilakukan dengan mengikatkan antara stimulus dengan respon secara berulang, sedang pada teori kognitif, proses belajar membutuhkan pengertian dan pemahaman.18

Belajar menurut Hintzman dalam bukunya The Psychology of Learning and Memory yang dikutip oleh Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Belajar bependapat bahwa “Belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.” Jadi, dalam pandangan Hintzman, perubahan yang ditimbulkan oleh pengalaman tersebut baru dapat dikatakan belajar apabila mempengaruhi organisme.19

Berdasarkan uraian tentang beberapa definisi belajar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku pembelajar yang relatif permanen yang merupakan hasil dari praktek atau pengalaman pembelajar.

Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil usaha”.20

Prestasi menurut Kamus Lengkap Bahsa Indonesia adalah hasil

17

M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: PT. Remaja Rosda Karya, Cet.23, 2007).h.89

18

Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: pustaka Pelajar,Cet.II, 2010). h. 43

19

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, op.cit. h. 65

20

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,Cet. V, 2013), h. 12


(32)

yang telah dicapai, dilakukan, dan dikerjakan.21 Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu maupun secara kelompok.

Prestasi itu tidak mungkin dicapai atau dihasilkan oleh seseorang selama ia tidak melakukan kegiatan dengan sungguh-sungguh atau dengan perjuangan yang gigih. Dalam kenyataannya untuk mendapatkan prestasi tidak semudah membalikkan telapak tangan, tetapi harus penuh perjuangan dan berbagai rintangan dan hambatan yang harus dihadapi untuk mencapainya. Hanya dengan keuletan, kegigihan dan optimisme prestasi itu dapat tercapai.

Setelah menelusuri definisi dari prestasi dan belajar, maka dapat diambil kesimpulan bahwa prestasi pada dasarnya adalah hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan belajar adalah suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan dalan diri individu, yaitu perubahan tingkah laku. Dengan demikian, prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar.

Dari pengertian yang dikemukakan tersebut di atas, jelas terlihat perbedaan pada kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yaitu hasil yang dicapai dari suatu kegiatan. Untuk itu, dapat dipahami bahwa prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati, yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja, baik secara individual maupun secara kelompok dalam bidang kegiatan tertentu.

Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya, sikap dan tingkah lakunya, keterampilannya, kecakapan dan kemampuannya, daya reaksinya, daya penerimaannya, dan lain-lain aspek yang ada pada individu. Dari pendapat yang telah dikemukakan sebelumnya, maka secara singkat dapat dikatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil atau

21


(33)

taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

Dalam belajar, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :

a. Faktor internal

Faktor ini berasal dari dalam diri siswa sendiri yang meliputi dua aspek, yaitu: aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah), dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah). 22

1) Aspek Fisiologi

Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing-pusing kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta kognitif sehingga materi pelajaran yang di pelajari tidak akan bisa maksimal diserap.

2) Aspek Psikologis

Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa pada umumnya dapat dirangkum sebagai berikut:23

a). Intelegensi siswa

IntelegensiI ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir,yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang

22

Muhibin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet; IV, 1999), h. 145

23


(34)

tertentu.24 Menurut Desmita, Inetegensi adalah salahsatu kemampuan mental, pikiran atau intelektual dan merupakan bagian dari proses proses kognitif pada tingkatan yang lebih tinggi.25

Dengan demikian Intelegensi siswa pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Tingkat kecerdasan atau itelegensi (IQ) siswa tak dapat diragukan lagi, sangat menentukan tingkat keberhasilan siswa. Ini bermakna, semakin tinggi itelegensi siswa maka tingkat keberhasilanya semakin tinggi dan begitu juga sebaliknya semakin rendah tingkat intelegensi seseorang maka semakin kecil peluang kesuksesannya.

b). Sikap Siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.

Sikap (attitude) siswa positif dapat menjadi pertanda awal yang baik dalam kelangsungan proses belajar dan mengajar tetapi sebaliknya sikap siswa yang negatif dapat menjadi penghambat dalam kegiatan belajar. Untuk mengantisipasi kemungkinan munculnya sikap negatif siswa, guru dituntut untuk terlebih dahulu menunjukan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan terhadap mata pelajarannya yang menjadi bidangnya.

c). Bakat siswa

Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti

24

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, Op.Cit,h.52

25

Desmita,PsikologiPerkembanganPesertaDidik,(Bandung,PT.RosdaKarya, Cet. III, 2011).h.53


(35)

memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ketingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan intelegensi.

d). Minat siswa

Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginanyang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber, minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor iternal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan.

e). Motivasi siswa

Pengertian dasar motivasi adalah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah. Dalam perkembanganya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu motivasi intrinsik, dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari luar individu siswa yang mendorongnya untuk melakukan tindakan belajar.

b. Faktor Eksternal

Faktor ini berasal dari luar diri siswa. Secara garis besar faktor eksternal dapat dibagi menjadi dua, yaitu:26

1) Lingkungan Sosial

Lingkungan sosial siswa dimulai dari dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan seluruh perangkatanya serta lingkungan sosial masyarakat memiliki pengaruh bagi yang sangat signifikan dalam semangat belajar siswa. Terlebih lagi lingkungan keluarga

26


(36)

memiliki pengaruh yang cukup penting dalam mempengaruhi semangat belajar. Perhatian, kasih sayang dan dorongan kedua orang tua adalah sugesti yang paling utama yang dapat dijadikan siswa sebagai motivasi semangat belajar, disamping lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat yang juga cukup berpengaruh.

2) Lingkungan Non Sosial

Faktor yang termasuk lingkungan non sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

c. Faktor Pendekatan Belajar

Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai cara atau strategi yang digunakan siswa untuk menunjang keefektifan dan efesiensi dalam proses pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. Disamping faktor internal dan eksternal, pendekatan belajar juga berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses belajar siswa.

Diantara pendekatan belajar yang harus diperhatikan adalah pengorganisasian siswa, diantaranya adalah:27

1) Pembelajaran secara individual, yaitu kegiatan mengajar guru yang menitikberatkan pada bantuan dan bimbingan belajar kepada masing-masing individu.

2) Pembelajaran secara kelompok, yaitu pembelajaran dengan cara membentuk kelompok kecil.

3) Pembelajaran secara klasikal, yaitu pembelajaran yang merupakan kemampuan guru yang utama, karen pengajaran klasikal merupakan kegiatan mengajar yang tergolong efisien.

27

Dimyati, Belajar dan Pembelajaran, ( Jakarta: PT Rineka Cipta,Cet.III, 2006), h. 159


(37)

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Yanusa Jakarta, pada kelas VIII semester genap tahun ajaran 2013/2014. Waktu pengambilan data penelitian diperkirakan pada bulan April - Mei 2014.

B. Metode dan desain intervensi tindakan/ rancangan siklus penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas (classroom action research). Action research adalah kegiatan penelitian untuk mendapatkan kebenaran dan manfaat praktis dengan cara melakukan tindakan secara kolaboratif dan partisifatif.1 Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas

secara berkesinambungan. Tujuan ini ‘melekat’ pada diri guru dalam penunaian

misi professional kependidikannya.2

Penelitian ini diawali dengan penelitian pendahuluan atau pra penelitian dan akan dilanjutkan dengan beberapa siklus, dalam hal ini yang dimaksud siklus adalah suatu putaran kegiatan beruntun yang kembali ke langkah semula3, dimana setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu:

Tahap 1 : Menyusun perencanaan tindakan/ planning.

Dalam tahap ini penulis menentukan titik fokus peristiwa yang diamati, kemudian bekerjasama dengan kolaborator (guru kelas) membuat Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran di kelas. Pada tahap ini penulis juga membuat instrument penelitian yang terdiri dari lembar observasi, catatan lapangan, lembar wawancara, angket, dan dokumentasi.

1

E. Mulyasa, M.Pd, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,Cet.V, 2007), h. 152

2

Ekawarna, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : GaungPersada press. 2011), h. 12 3

Iskandar, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta : GaungPersada Press,Cet.I, 2009), h.62


(38)

Tahap 2 : Pelaksanaan tindakan /acting

Tahap ini penulis melaksanakan apa yang sudah direncanakan sebelumnya yaitu pembelajaran PAI di kelas.

Tahap 3 : Pengamatan /observing

Tahap ini penulis melakukan pengamatan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan untuk memperoleh data yang akurat untuk perbaikan pada siklus berikutnya. Observasi dimaksudkan terhadap dampak tindakan yang dilakukan secara kontinue dan dengan berbagai cara. Berarti dilakukan terus menerus, baik dalam proses pembelajaran maupun terhadap hasil belajar. Proses pengamatan terutama ditujukan pada peningkatan kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an.

Tahap 4 : Refleksi atau evaluasi

Tahap ini merupakan evaluasi dari dampak peningkatan kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an selama proses belajar maupun terhadap hasil belajar. Hasil yang telah diperoleh dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis apakah kegiatan yang dilakukan telah efektif dan sesuai dengan yang diharapkan atau masih perlu adanya perbaikan.

Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, penelitian akan dilanjutkan pada siklus II. Apabila hasil dari siklus II sudah menunjukan bahwa indikator keberhasilan telah tercapai, maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya, begitu pula selanjutnya.

Kegiatan Pendahuluan

1. Observasi proses pembelajaran di kelas

2. Observasi kemampuan baca tulis Qur’an siswa 3. Wawancara dengan guru kelas


(39)

Bagan 1

Desain Penelitian Tindakan Kelas

Siklus I

1. Tahap Perencanaan

a. Membuat RPP

b. Membuat pedoman observasi c. Membuat pedoman wawancara

2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar PAI dengan meningkatkan kemampuan

baca tulis Qur’an,

3. Tahap Observasi

a. Kolaborator mengobservasi proses pembelajaran.

a. Kolaborator mengamati aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran.

b. Mendokumentasikan kegiatan pembelajaran dan aktivitas siswa

4. Tahap Refleksi

Peneliti bersama kolaborator mengevaluasi proses pembelajaran Siklus I. hasil penelitian siklus I dibandingkan dengan indikator keberhasilan. Apabila indikator keberhasilan belum tercapai, maka penelitian dilanjutkan ke siklus II dengan hasil evaluasi siklus I digunakan sebagai acuan


(40)

Pelaksanaan tindakan pada siklus kedua pada dasarnya sama dengan pelaksanaan tindakan pada siklus pertama. Hasil pengamatan dianalisis sebagai bahan refleksi untuk rencana tindakan dalam melaksanakan penelitian tindakan kembali. Jika hasil refleksi masih belum mencapai indikator keberhasilan, maka siklus dilanjutkan ke siklus ketiga, dst. Hingga indikator keberhasilan tercapai.

C. Subyek yang Terlibat Dalam Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII dan guru PAI kelas VIII sebagai kolaborator dan observer.

D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian

Peran penulis dalam penelitian ini adalah sebagai pelaku peneltian. Peneliti bekerja sama dengan guru kelas sebagai kolaborator dan observer. Sebagai kolaborator yaitu bekerja dalam hal membuat rancangan pembelajaran, melakukan refleksi dan menentukan tindakan-tindakan pada siklus selanjutnya. Sebagai observer yaitu memberi penilaian pada penulis dalam mengajar dan mengamati kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an siswa.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Tahapan penelitian tindakan ini diawali dengan dilakukannya penelitian pendahuluan dan akan dilanjutkan dengan tindakan pertama pada siklus I. siklus ini terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, penelitian akan dilanjutkan pada siklus II.

Apabila hasil dari siklus II sudah menunjukan bahwa indikator keberhasilan telah tercapai maka penelitian dihentikan. Tetapi apabila indikator keberhasilan belum tercapai maka dilanjutkan ke siklus III, dengan hasil refleksi siklus II sebagai acuannya.


(41)

Adapun uraiannya sebagai berikut :

1. Siklus I

a. Tahap perencanaan

Pada tahap ini peneliti mempersiapkan RPP dan instrument-instrument penelitian lembar observasi guru pada KBM, lembar observasi kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an siswa, pedoman wawancara guru dan siswa, lembar angket kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an siswa.

b. Tahap pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti akan meningkatkan kemampuan baca tulis

Al-Qur’an .

c. Tahap Observasi

Pada tahap ini guru kelas melakukan pengamatan tentang pembelajaran dan mengamati kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an siswa.

d. Tahap Analisis

Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil dari kegiatan pada siklus I. jika pada siklus I siswa belum memenuhi indikator maka dilanjutkan pada siklus selanjutnya.

2. Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti merefleksi kekurangan-kekurangan pada siklus I sehingga belum mencapai indikator keberhasilan kemudian mempersiapkan RPP dan instrument-instrument penelitian lembar observasi guru pada KBM, lembar observasi kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an siswa, pedoman wawancara guru dan siswa, lembar angket kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an siswa.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti masih meningkatkan kemampuan baca tulis


(42)

c. Tahap Observasi

Pada tahap ini guru melakukan pengamatan tentang pembelajaran dan mengamati kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an siswa.

d. Tahap Analisis

Pada tahap ini peneliti dan observer melakukan analisis terhadap hasil dari kegiatan pada siklus II. Apabila indikator keberhasilan belum tercapai maka dilanjutkan pada siklus III dan seterusnya.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Dengan melakukan tindakan kelas dalam meningkatkan kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an, hasil penelitian yang diharapkan penulis adalah dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa.

Batasan indikator keberhasilan

1. Nilai prestasi belajar siswa yaitu rata-rata 70 dan tidak ada siswa yang dibawah nilai tersebut

2. Semua siswa mampu melakukan Baca Tulis Al-Qur’an dengan baik dan benar dalam pembelajaran PAI, hal ini dapat dilihat pada hasil rata-rata persentase seluruh siswa dapat melakukan Baca Tulis Al-Qur’an mencapai 90%.

G. Data dan Sumber Data

Data penelitian ini ada 2 macam yaitu kualitatif dan kuantitatif.

1. Data kualitatif : hasil observasi kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an siswa, hasil wawancara guru dan siswa,dan hasil dokumentasi.

2. Data kuantitatif : nilai prestasi belajar PAI siswa yang diambil dari raport semester 1 dan 2 kelas VIII.

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru dan peneliti.

H. Instrument-Instrument Pengumpul Data Yang Digunakan

Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, yaitu :


(43)

Lembar observasi guru pada KBM digunakan untuk mengetahui apakah proses pembelajaran berlangsung dengan baik, bagaimana interaksi Baca Tulis Al-Qur’an yang terjadi dan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan proses pembelajaran.

2. Lembar aktivitas kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an siswa

Lembar aktivitas kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an siswa digunakan untuk mengetahui tingkat kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an PAI siswa dan juga digunakan untuk menganalisa dan merefleksi setiap siklus untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus berikutnya.

3. Lembar wawancara

Peneliti mewawancarai guru dan siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung kondisi siswa serta untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran dan masalah-masalah yang dihadapi di kelas.

4. Lembar Dokumentasi

Di dalam melaksanakan dokumentasi, peneliti menyelidiki terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku yang berkaitan dengan masalah penelitian ini. Adapun yang penulis maksud dalam dokumen ini adalah daftar siswa dan hasil prestasi belajar siswa berupa nilai raport.

I. Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Lembar observasi guru pembelajaran yang diisi oleh observer pada setiap pertemuan.

2. Lembar aktivitas kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an siswa, data diperoleh dari lembar aktivitas kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an siswa yang diisi oleh observer.

3. Lembar wawancara, peneliti melakukan wawancara pada pra penelitian dan setiap akhir sikus.

4. Lembar dokumentasi yang diambil berupa dokumen nilai raport smester 1 dan 2.


(44)

Setelah data terkumpul, peneliti bersama kolaborator melakukan analisis dan evaluasi data untuk mengambil kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.

J. Tehnik Pemeriksaan Keterpercayaan

Sebelum suatu instrument digunakan untuk mengumpulkan data instrument tersebut harus valid agar diperoleh data yang valid. Sebuah tes disebut valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Untuk dapat menentukan apakah tes hasil belajar sudah memiliki validitas rasional atau belum, dilakukan penelusuran dari segi isinya atau disebut validitas isi.

Sedangkan untuk data kualitatif , tehnik pemeriksaan keterpercayaan yang penulis gunakan untuk memeriksa keabsahan data adalah tehnik triangulasi. Tehnik ini menggali data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara yang berbeda.

K. Analisa Datadan Interpretasi Hasil Analisis

Data hasil observasi dianalisa ditampilkan dalam bentuk tabel dan tampilan grafik. Hasil akan dijelaskan secara analisis deskriftif yang membatasi generalisasi hanya pada kelompok individu tertentu. Peningkatan kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an siswa ditandai oleh peningkatan jumlah siswa yang mampu melakukan Baca Tulis Al-Qur’an.

Untuk menganalisis setiap indikator aktivitas Baca Tulis Al-Qur’an digunakan analisis secara deskriftif dengan rumus sebagai berikut :

P

Ket : P = persentase kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an PAI

f = frekuensi siswa yang melakukan indikator kemampuan Baca Tulis

Al-Qur’an PAI

s = jumlah siswa yang hadir

Tahap analisis data dimulai dengan menyajikan keseluruhan data yang diperoleh dari berbagai sumber kemudian disimpulkan berupa kalimat-kalimat.


(45)

L. Tindak Lanjut Atau Pengembangan Perencanaan Tindakan

Tahapan penelitian tindakan ini diawali dengan dilakukannya penelitian pendahuluan dan akan dilanjutkan dengan tindakan pertama pada siklus I. siklus ini terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. Setelah melakukan analisis dan refleksi pada siklus I, penelitian akan dilanjutkan pada siklus II. Jika pada siklus II belum mencapai indikator keberhasilan maka dilanjutkan pada siklus III.

Penelitian ini berakhir apabila peneliti menyadari bahwa penelitian ini telah berhasil menggunakan peningkatkan kemampuan Baca Tulis Al-Qur’an siswa dapat meningkatkan prestasi belajar PAI siswa SMP Yanusa Jakarta.


(46)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum SMP Yanusa Jakarta 1. Sejarah Singkat SMP Yanusa

Sekolah Menengah Pertama Yayasan Nurussa’adatain (SMP Yanusa) berdiri pada tahun 1993. Pendirinya adalah Bapak Drs. H. Romdanih, MM. lulusan dari Universitas Muhammadiyah Jakarta. SMP Yanusa berdiri dibawah naungan yayasan Nurussa'adatain pimpinan Bapak H. Idris Saikin, BA. Kepemilikan tanah secara pribadi, status tanah Hak pakai, Luas tanah 300 M2 Status bangunan milik yayasan dan luas seluruh bangunan 280 M2.

2. Struktur Organisasi SMP Yanusa

Struktur organisasi SMP Yanusa Jakarta bersifat fungsional dan pemerataan . Setiap personil berkewajiban melaksanakan tugas menurut fungsinya dan bertanggung jawab kepada pimpinan sekolah. Pembagian tugas yang jelas dimaksudkan agar tidak terjadi Over Laping tugas antara yang satu dengan yang lainnya.

3. Kurikulum SMP Yanusa Jakarta

Dalam menerapkan sistem pembelajaran, SMP Yanusa sudah menggunakan kurikulum Diknas tahun 2006 yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan di setiap jenjangnya, ditambah dengan kurikulum Yanusa, yaitu Pendidikan Agama Islam(3 jam mata pelajaran), BTA (2 jam pelajaran), bahasa Arab (2 jam Pelajaran).

4. Profil Sekolah dan Kebutuhan Sarana dan Prasarana

SMP Yanusa Jakarta merupakan salah satu sekolah swasta bercirikan Islam yang berada di bawah naungan Yayasan Nurussa’adatain ( YANUSA ).

Di bawah ini kami paparkan profil singkat SMP Yanusa sebagai berikut:

a. Nama Sekolah : SMP Yanusa

b. NIS/ NSS/ NPSN : 200310/ 202016305339 / 20107026

c. Izin Prinsip/ Oprasional/ Tanggal : Kep. 994P/101.A1/I/96 Tanggal, 25


(47)

Januari 1996

d. Alamat : Jl. H. Saikin No. 15 Pondok Pinang

e. Desa/ Kecamatan : Kebayoran Lama

f. Kab./Kota : Jakarta Selatan

g. No. Telepon : 021-7696766

h. Nama Kepala Sekolah : Drs. H. Romdanih, MM

i. Tempat Tgl, Lahir : jakarta, 13 januari 1963

j. Alamat : Jl. Gunung Raya No. 70 RT.01/11

Cireundeu Ciputat 15419 Tlp. 021-7496152

Di bawah ini kami paparkan profil singkat Yayasan Nurussa’adatain (YANUSA) sebagai berikut:

a. Nama Yayasan : Yayasan Nurussa’adatain

(YANUSA )

b. Alamat yayasan : Jl. H. Saikin No. 15 pondok Pinang

Jakarta Selatan

c. Tahun Didirikan : 1993

d. Tahun Beroprasi : 1993

e. Kepemilikan Tanah : Pribadi

f. Status tanah : Hak Pakai

g. Luas Tanah : 300 m2

h. Status Bangunan : Milik Yayasan

i. Data Siswa :

No. Data Kelas Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

1 Kelas VII 17 24 41

2 Kelas VIII 22 18 40

3 Kelas IX 18 25 43


(48)

j. Jumlah Kelas :3 Kelas

k. Jumlah Rombel :3 Rombel

l. Rata-rata Beban Mengajar :24 Jam Pelajaran m. Kepemilikan Laboratorium :

No. Jenis Ruang Jml

Ukuran Kondisi

P X L B CB K B TB

1 Lab. Komputer 1 9 x 8

2 Lab. Audio Visual - 9 X 8 -

3 Ruang Kelas 3 8 X 6

4 Ruang Perpustakaan 1 8 X 6

5 Ruang Kepala Sekolah 1 6 X 8

6 Ruang Guru 1 9 X 8

7 Ruang Tata Usaha 1 5 X 4

8 Kamar Kecil Siswa 2 2 X 2

9 Kamar Kecil Guru 1 3 X 2

10 Kamar Kecil Kepala

Sekolah - 1,5 X 2 -

Keterangan :

B : Baik

CB : Cukup Baik

KB : Kurang Baik


(49)

5. Visi dan Misi SMP Yanusa a. Visi

Kuat akidah, luhur perilaku dan unggul prestasi.

b. Misi

1) Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap siswa dapat berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki.

2) Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah.

3) Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara optimal.

4) Menumbuhkan penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama Islam dan budaya bangsa, sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.

5) Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan komite sekolah.

6) Mendorong dan menumbuhkan semangat berprestasi, belajar dan bekerja keras dalam perilaku yang berprestasi dalam olahraga.

7) Menumbuhkembangkan kepercayaan pada diri siswa agar berlaku disiplin dan memiliki budi pekerti yang luhur sesuai dengan ajaran agama Islam dan budaya bangsa.

8) Perangkat kurikulum yang lengkap, mutakhir, dan berwawasan ke depan.

9) Sistem penilaian yang otentik.

10) Penyelenggaraan pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

11) Pendidik dan tenaga kependidikan yang jujur dan profesional. 12) Pendidik dan tenaga kependidikan yang berbudi pekerti luhur dan


(50)

6. Dewan Guru dan Karyawan

Guru adalah pendidik di sekolah yang menjalankan tugasnya karena suatu jabatan profesional. Profesi guru adalah pekerjaan yang berat, namun mulia. Guru sebagai pengajar dituntut memiliki profil kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan, kemampuan sikap dan taat nilai serta sifat-sifat pribadi, agar proses belajar mengajar dapat berlangsung efektif dan efesien. Guru yang baik tidak hanya mengajar dalam arti menyampaikan pengetahuan saja kepada murid melainkan senantiasa membentuk pribadi murid ke arah yang lebih positif.

Karyawan atau personil nonedukatif atau ketatausahaan adalah petugas tata usaha dan penjaga atau pesuruh sekolah, yang dipimpin oleh kepala tata usaha. Semua personil tersebut mempunyai peranan penting dalam kelancaran jalannya pendidikan dan pengajaran di sekolah. Tugasnya disesuaikan Jumlah guru dan staf SMP

Guru-guru SMP Yanusa terdiri dari sarjana S-2 lulusan Universitas dan IAIN yang berkualitas dalam bidang studi masing-masing. Jumlah guru dan staf SMP Yanusa sampai saat ini (tahun pelajaran 2013-2014) berjumlah 16 orang, yaitu:

DAFTAR GURU DAN KARYAWAN SMP YANUSA

NO NAMA L/P PENDIDIKAN JABATAN

1 Drs. H.Romdanih, MM L S2 Kepala Sekolah/

GuruBhs.Inggris

2 Zakaria Abdullah, S.Ag L S1 Wakil Kepala

Sekolah 3 Drs. H. Ahmad

Shafiyuddin

L S1 Kabid. Pendidikan/

PAI

4 Dra. Fahriah Rahmida P S1 Guru Bahasa

Indonesia

5 Siti Maysaroh, BA P D2 Guru Matematika


(51)

7 Siti Rohayati, S.Pd.I P S1 Guru BK

8 Hasan Basri, S.Pd L S1 Guru PKN

9 Ade Miftahuddin, S.Pd L S1 Guru TIKOM

10 Ratna Agustin, S.Pd P S1 Guru Seni Budaya

11 Apipuddin, MA L S2 Guru BTQ

12 Endang Rumyati, S.Pd P S1 Guru Matematika

13 Wijiyati, S.Pd P S1 Guru IPA

14 Edmond Abdul Hamid L SMA Ka. TU

15 Sofyan L SMA Stap TU

16 Marfuah P SMA Stap Umum

B. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan mulai tanggal 26 April 2014 dengan diawali kegiatan observasi untuk memperoleh informasi dan gambaran terhadap permasalahan serta tindakan yang telah dilakukan oleh peneliti kemudian dilanjutkan dengan membahas hasil-hasil observasi, merencanakan dan menetapkan tindakan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas. Proses penelitian putaran I atau siklus I dilaksanakan pada tanggal 28, 29 April dan 5 Mei 2014, kompetensi dasar pada siklus I adalah mampu membaca surat Ad-Duha dan materi yang diajarkan adalah surat Ad-duha ayat 1 s.d 6. Siklus II dilaksanakan pada tanggal 6, 12 dan 13 Mei 2014, kompetensi dasar pada siklus II ini adalah mampu membaca surat Ad-duha, dan materi yang diajarkan surat Ad-Duha ayat 7 s.d 11. dan siklus III dilaksanakan pada tanggal 19, 20 dan 26 Mei 2014, kompetensi dasar pada siklus III adalah mampu membaca surat At-Tin ayat 1 s.d 8, dan materi yang diajarkan adalah surat At-Tin ayat 1 s.d 8.

Adapun tindakan peneliti, siswa dan peneliti dalam setiap siklus sebagai berikut :


(52)

Tabel 4.1 TINDAKAN KELAS

Tindakan Peneliti Tindakan Siswa Tindakan Penelitian

Siklus I

1. Melaksanakan tindakan

a. Menanamkan pengetahuan tentang pentingnya mempelajari

Al Qur’an.

Menerapkan pembelajaran

dengan mengoptimalkan

penggunaan metode BTA dan menerapkan belajar kreatif dan aktif.

c. Memberi motivasi dan tugas

membaca/menulis Al Qur’an.

2. Memantau proses belajar mengajar. Sambil mengajar mengamati tindakannya dan mencatat peristiwa yang di-anggap penting untuk me-ngetahui tingkat perubahan terhadap tindakan yang dilakukan.

Memahami dan mulai merespon tentang pentingnya membaca

Al Qur’an dan

makna-nya.

Berlatih membaca dan memahami Al

Qur’an.

Termotivasi untuk membaca/menulis Al

Qur’an.

Mengamati dengan menggunakan lembar pengamatan tentang pentingnya

mempe-lajari Al Qur’an.

Mengamati dan

men-catat kemampuan

siswa membaca Al

Qur’an.

Mengamati dan men-catat tindakan/reaksi siswa.

Memantau perilaku peneliti dan murid untuk mengetahui

tingkat

ke-tercapaiannya tujuan,

dampaknya dan

efekti-fitas perbaikan pembe-lajaran.

3. Mengevaluasi hasil peman-tauan. Mengolah data yang dapat direkam dan

memakai-Mengolah data dan memaknainya serta menentukan tingkat


(53)

nya serta menentukan keber-hasilan dan pencapaian tujuan tindakan ataupun hasil sampingan dari pelaksanaan tindakan.

4. Mengadakan refleksi I. Meneliti kembali tindakan yang telah dilakukan.

keberhasilan tindakan.

Membantu peneliti untuk merefleksikan

diri me-ngenai

tindakan kelas yang telah dilakukan. Siklus II

1. Merumuskan tindakan baru. Berdasarkan temuan pada tahap evaluasi tentang bentuk

perubahan yang perlu

ditindaklanjuti, menyusun rancangan tindakan.

2. Melaksanakan tindakan. Mengulang tindakan pada siklus I dan memberi penekanan pada pengoptimalan penggunaan metode BTA serta penerapan belajar kreatif dan aktif.

Lebih baik bacaannya dan tulisannya serta

mencoba untuk

mengembangkan imajinasinya.

Bersama-sama meran-cang tindakan baru berdasar hasil evaluasi tentang perubahan

yang perlu

ditindaklanjuti. Mengamati dan men-catat tindakan peneliti dan tanggapan murid.

3. Mengawasi hasil pemantauan a. Mengolah data sebelum dan

setelah tindakan.

b. Membandingkan perubahan setelah dan sebelum tindakan. c. Menemukan bentuk-bentuk

perubahan yang perlu

Mengolah data dan me-maknainya,

menentu-kan tingkat perubahan tindakan.


(54)

ditindaklanjuti.

d. Mengadakan refleksi II. Meninjau kembali tentang apa yang telah dilakukan.

Membantu peneliti untuk merefleksikan diri.

Siklus III

1. Merumuskan tindakan baru.

Merencanakan mengulang

tindakan pada siklus II dan mempertajam penerapan belajar kreatif.

2. Melaksanakan tindakan. 3. Mengevaluasi hasil tindakan. 4. Mengadakan refleksi.

Baik bacaan, tulisan dan pemahamannya

tentang Al Qur’an.

Memberikan pertim-bangan tindakan yang perlu dipertajam dan kemungkinan tindakan baru.

Mengamati dan men-catat hal-hal yang terjadi.

Mengolah dan

memak-nai data. Membantu peneliti untuk merefleksi dan

memacu peneliti

untuk selalu

merefleksi diri setiap melakukan proses belajar dan mengajar.

Adapun kegiatan dan pengamatan yang dilakukan peneliti dalam setiap siklus adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan Peneliti : Peneliti sebagai guru dalam penelitian tindakan kelas ini melakukan serangkaian tindakan yaitu menanamkan pentingnya membaca Al

Qur’an dan memahami maknanya dengan meminta siswa untuk belajar

membaca Al Qur’an di rumah.

Peneliti memberikan stimulus bahwa orang yang membaca Al Qur’an akan mendapat pahala dari Allah SWT dan masuk surga. Disamping itu peneliti


(55)

menyiapkan rencana pembelajaran yang memungkinkan siswa mampu membaca ayat Al Qur’an dengan metode BTA dan belajar kreatif .

Pada waktu melakukan tindakan, peneliti juga merekam apa yang telah dilakukan dan reaksi siswa dengan menggunakan lembar pengamatan dan catatan-catatan kecil tentang peristiwa yang terjadi. Pada waktu refleksi peneliti melihat kembali apa yang telah dilakukan dengan bantuan kolabolator dan hasil rekaman tindakan yang telah dilakukan baik dengan catatan ataupun lembar pengamatan dan bersama-sama dengan kolabolator berdiskusi dan menyusun rencana tindakan untuk siklus berikutnya.

2. Kegiatan siswa : Siswa sebagai subyek yang dikenai tindakan diharapkan

tumbuh dan mampu membaca ayat Al Qur’an, mengikuti dan mengadakan

reaksi terhadap setiap tindakan peneliti. Siswa mempelajari Al Qur’an di rumah kemudian menceritakan pengalamannya. Serta kesulitan yang dialami yang nantinya dapat dicari jalan pemecahannya dan akhirnya mampu

membaca Al Qur’an dengan baik dan benar.

3. Kegiatan Kolabolator: teman sejawat yang bertindak sebagai kolabolator, pada waktu peneliti memberikan tindakan, kolabolator melakukan pengamatan dengan menggunakan lembar pengamatan dan mencatat reaksi siswa terhadap tindakan peneliti. kolabolator pada waktu kegiatan refleksi membantu peneliti untuk merefleksi dengan memberi masukan atau cermin terhadap tindakan yang telah dilakukan. Peneliti juga bersama dengan kolabolator berdasarkan hasil refleksi menyusun rencana tindakan untuk siklus berikutnya.

Lembar pengamatan digunakan untuk mencatat frekuensi siswa dalam

membaca ayat Al Qur’an, sedangkan catatan dipergunakan untuk mencatat reaksi siswa dan kesulitan yang muncul. Setiap siklus diakhiri dengan tahapan refleksi. Peneliti terlibat dalam kegiatan pemaknaan dan pengem-bangan serta membantu peneliti dalam kegiatan refleksi.

Data yang diperoleh dianalisis deskriptif prosentase dan untuk mengetahui

perubahan peningkatan siswa dalam membaca Al Qur’an dilakukan dengan

membandingkan tindakan sebelumnya. Kemudian dibahas bersama dengan harapan masing-masing akan dapat mengungkap tindakan yang dapat


(56)

meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari Al Qur’an. Dari hasil

tersebut ditindaklanjuti dengan upaya pengembangan pada tindakan-tindakan yang mungkin dapat ditindaklanjuti dan dikembangkan.

Jika tindakan berdasarkan pemaknaan dan pengembangan tidak menghasilkan perubahan yang dapat menumbuhkan kemampuan siswa untuk

membaca Al Qur’an, maka rencana tindakan untuk siklus berikutnya perlu direvisi

dengan tindakan baru yang dapat menghasilkan perubahan yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca dan mempelajari Al Qur’an dengan baik dan benar.

C. Penjelasan Pelaksanaan Pembelajaran Per Siklus

1. Siklus I

Siklus I dilaksanakan selama 3 kali tatap muka, setiap kali tatap muka melaksanakan satu tindakan.

Tindakan I. Tanggal 28 April 2014. Peneliti sebagai guru menanamkan

pentingnya dapat membaca Al Qur’an akan mendapat pahala dari Allah SWT

dan dapat masuk surga.

Pada tindakan ini peneliti menuliskan QS. Ad-Dhuha ayat 1 s.d. 11 di papan tulis, kemudian membacakannya serta murid mendengarkan dengan seksama. Tindakan II. Tanggal 29 April 2014. Menyusun rencana pembelajaran dan melaksanakannya dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menirukan ucapan peneliti tentang bacaan QS Ad-Dhuha ayat 1 s.d. 11 secara bersama-sama dan satu persatu.

Tindakan III. Tanggal 5 Mei 2014. Memotivasi siswa baik secara verbal maupun nonverbal (senyuman, anggukan dan kata bagus atau benar).

2. Siklus II

Siklus II dilaksanakan selama 3 kali tatap muka, setiap kali tindakan satu kali pertemuan.

Tindakan I. Tanggal 6 Mei 2014. Menanamkan pentingnya membaca Al


(57)

dan menugaskan siswa untuk mempelajari dan mempersiapkan materi untuk pertemuan berikutnya.

Tindakan II. Tanggal 12 Mei 2014. Merencanakan pembelajaran dan melaksanakan dengan metode BTA serta memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca QS. At Tiin ayat 1 s.d. 8 satu persatu.

Tindakan III. Tanggal 13 Mei 2014. Memberi motivasi dengan memberi nilai kepada siswa yang telah selesai membaca QS. At Tiin ayat 1 s.d. 8

3. Siklus III

Siklus III dilaksanakan selama 3 kali tatap muka.

Tindakan I. Tanggal 19 Mei 2014. Mengingatkan pentingnya membaca Al

Qur’an dengan baik dan benar, menugaskan kepada siswa untuk membaca dan mengartikan QS.Ash-Shof ayat 1 s.d. 10 serta menerangkan bacaan yang mengandung tajwid.

Tindakan II. Tanggal 20 Mei 2014. Merancang dan melaksanakan pembelajaran membaca QS. Ash-Shof ayat 1 s.d. 10 dengan mengoptimalkan penggunaan metode BTA. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mendemons-trasikan bacaan Al Qur’an serta belajar kreatif.

Tindakan III. Tanggal 26 Mei 2014. Pemberian motivasi dengan memberi pujian dan nilai kepada siswa yang telah selesai membaca dan mengetahui artinya.

D. Analisis dan Interpretasi Data

1. Analisis Data Kemampuan Membaca Al-Quran Siswa

Setelah melaksanaakan dan menyelesaikan tindakan pada setiap siklus, peneliti melakukan diskusi dan mengadakan refleksi. Peneliti dapat memberikan laporan hasil pantauannya sehingga dapat direfleksi pembelajaran yang telah dilakukan. Dari hasil pantauan tersebut dapat dilihat frekuensi siswa dalam


(58)

Tabel 4.2

Frekuensi Membaca Ayat Al Qur’an Siswa Kelas VIII SMP Yanusa Jakarta Siklus I

Siklus Tindakan

Membaca Tidak

mampu Mampu Faham Tajwid

I

1 33 4 3

2 28 6 6

3 22 10 8

Rata-rata - 27.7 6.7 5.7

Dari tabel 2 dapat dilihat hasil tindakan pada siklus I dari 40 siswa ada 33 siswa yang tidak mampu membaca ayat Al Qur’an, berarti ada 82,5%. Yang mampu membaca ayat Al Qur’an ada 4 siswa berarti ada 10% dan yang sudah mampu membaca dan faham ayat Al Qur’an ada 3 siswa berarti ada 7,5%.

Setelah diadakan diskusi dan peneliti mengadakan refleksi terhadap

tindakannya ditemukan bahwa siswa kurang latihan membaca Al Qur’an di rumah. Materi membaca Al Qur’an yang diberikan di sekolah sangat kurang,

sehingga materi yang diterima siswa juga kurang sekali disamping minat baca Al

Qur’an siswa yang rendah. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi tersebut disusun

rencana pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk

membaca dan memahami ayat Al Qur’an.

Pada siklus I tindakan ke 2, dari 40 siswa yang tidak mampu membaca ayat Al Qur’an menurun menjadi 28 siswa berarti 70 % atau turun 12,5 %. Yang mampu membaca Al-Qur’an ada 6 orang berarti 15 %, dan yanag mampu dan

faham membaca ayat Al Qur’an ada 6 siswa berarti 15 % atau naik7,5 %.

Penguasaan membaca siswa nampak ada kelebihan, karena peneliti telah membacakan terlebih dahulu dan siswa menirukannya, kemudian peneliti memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca bersama dan sendiri-sendiri. Berdasarkan hasil analisis dan refleksi tersebut, dirancang untuk tindakan berikutnya, tetap pada rancangan tindakan 1 dan 2 ditambah dengan pemberian


(59)

motivasi (senyum, anggukan, dan kata bagus/benar) pada setiap siswa yang telah

selesai membaca ayat Al Qur’an. Untuk tindakan ke 3 dari siklus I yang tidak

mampu membaca ayat Al Qur’an menurun lagi menjadi 22 siswa 55 % atau turun 15 %. Yang mampu membaca Al Qur’an ada 10 siswa (25 %) atau naik 10%, yang mampu dan faham membaca ayat Al Qur’an ada 8 siswa (20 %) berarti naik 5 %.

Rata-rata siswa dalam membaca Al Qur’an pada siklus I, yang tidak mampu membaca Al Qur’an adalah 27,7 siswa (69,2 %), yang mampu membaca

ayat Al Qur’an ada 6,7 siswa (16,6 %) dan yang mampu/faham membaca ayat Al

Qur’an ada 5,7 siswa (14,2 %). Meski demikian, pada siklus I ini sudah mulai

nampak adanya kemajuan/peningkatan siswa dalam membaca Al Qur’an.

Dari penjelasan tersebut di atas dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut :

Gambar 4.1. Diagram Batang Persentase Siklus I.

Setelah siklus I berakhir, dilaksanakan diskusi dan refleksi untuk menyusun tindakan pada siklus II. Dalam refleksi tersebut dapat diungkapkan bahwa peneliti mersa masih belum memberikan kesempatan kepada siswa untuk

membaca ayat Al Qur’an yang lebih banyak lagi. Oleh karena itu pada siklus II, dengan lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar membaca dan

memahami Al Qur’an dengan pengoptimalan metede BTA.

0 10 20 30 40 50 60 70 80

Tidak Dapat Membaca Al-Qur'an

Dapat Membaca Al-Qur'an

Dapat /Faham Membaca Al-Qur'an


(60)

Tabel 4.3

Frekuensi Membaca Ayat Al Qur’an Siswa Kelas VIII SMP Yanusa Jakarta Siklus II

Siklus Tindakan

Membaca Tidak

mampu Mampu Faham Tajwid

II

1 18 12 10

2 14 15 11

3 11 17 12

Rata-rata - 14.3 14.7 11.0

Dari tabel 2 dapat dilihat untuk siklus II tindakan I, bahwa yang tidak mampu membaca ayat Al Qur’an 18 siswa (45%), yang mampu membaca 12 siswa (30 %) dan yang mampu dan faham membaca ayat Al Qur’an 10 siswa (25 %). Untuk tindakan 2, yang tidak mampu membaca 14 siswa (35 %), yang mampu membaca 15 siswa (37,5 %), yang mampu/faham membaca ayat Al Qur’an ada 11 siswa (27,5 %). Tindakan 3, yang tidak mampu membaca 11 siswa (27,5 %), yang mampu membaca 17 siswa (42,5 %), yang mampu/faham membaca ayat Al

Qur’an 12 siswa (30 %).

Dari penjelasan hasil siklus II tersebut di atas dapat digambarkan dalam bentuk diagram batang sebagai berikut :

Gambar 4.2. Diagram Batang Persentase Siklus II.

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Tidak Dapat Membaca Al-Qur'an

Dapat Membaca Al-Qur'an

Dapat /Faham Membaca Al-Qur'an


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)