Keabsahan Perjanjian Kawin yang Dibuat Setelah Perkawinan Berdasarkan Penetapan Pengadilan Negeri Nomor : 143 PDT.P 2014 PN.JKT.PST - Ubaya Repository

ABSTRAK

Dalam suatu hubungan perkawinan, topik mengenai harta benda dalam
perkawinan sering kali menjadi permasalahan yang dapat merusak kerukunan
hidup rumah tangga. Untuk mengantisipasi hal tersebut, banyak pasangan yang
sebelum melangsungkan perkawinan sudah memikirkan tentang kemungkinan
terjadinya hal tersebut dan calon suami istri tersebut sepakat untuk membuat suatu
perjanjian pra perkawinan yang lazim disebut Perjanjian Kawin.
Pengaturan mengenai perjanjian kawin ini diatur dalam Pasal 29 UU
Perkawinan. Perjanjian Kawin adalah suatu perjanjian yang wajib dibuat secara
tertulis, atas permintaan dari sepasang calon suami dan isteri, di mana mereka
berdua telah setuju dan sepakat untuk membuat pemisahan harta mereka masingmasing, dan dengan ditandatanganinya perjanjian ini, maka semua harta, baik
yang mereka bawa ke dalam perkawinan dan juga yang diperoleh selama
perkawinan, akan tetap dalam penguasaan mereka masing-masing. Hal ini juga
berlaku terhadap hutang-hutang, di mana hutang itu merupakan tanggung jawab
pribadi dari pihak yang memiliki hutang itu.
Terkait dengan persoalan perjanjian kawin ini, ketentuan peraturan
perundang-undangannya menentukan harus dibuat sebelum atau pada saat
terjadinya perkawinan, namun terdapat suatu permasalahan di mana terdapat
sepasang suami-isteri yang telah melangsungkan perkawinan, tidak membuat
perjanjian


kawin

sebelum

dilangsungkannya

perkawinan,

dikarenakan

ketidaktahuan dan kealpaan mereka. Lalu pasangan suami-isteri ini mengajukan
permohonan penetapan perjanjian kawin ke Pengadilan Negeri, di mana
permohonan mereka ini dikabulkan dan keluarlah penetapan perjanjian kawin
untuk pasangan ini. Hal ini melanggar aturan pembuatan perjanjian kawin yang
diatur dalam Pasal 29 UU Perkawinan.
Penelitian ini dibatasi pada pertimbangan yang digunakan oleh hakim
dalam pemberian penetapan perjanjian kawin serta kekuatan hukum dan
implikasinya terhadap pihak ketiga mengenai penetapan perjanjian kawin yang


dibuat setelah perkawinan. Tipe penelitian hukum ini bersifat yuridis normatif
dengan pendekatan perundang-undangan.
Hasil penelitiannya yaitu, bahwa yang menjadi dasar pertimbangan hakim
dalam pemberian penetapan mengenai perjanjian kawin yang dibuat setelah
perkawinan adalah adanya kealpaan dan ketidaktahuan dari pasangan suami-isteri
tentang keberadaan perjanjian kawin, tidak adanya aturan hukum, agama dan
kesusilaan yang dilanggar serta adanya keinginan pihak isteri (yang merupakan
pasangan perkawinan campuran) untuk memiliki hak atas tanah, di mana dalam
hal ini tidak bisa dilakukan karena adanya pencampuran harta dengan suaminya
yang merupakan Warga Negara Asing. Selain itu, kekuatan hukum dan implikasi
perjanjian kawin yang dibuat setelah perkawinan dengan penetapan pengadilan
negeri adalah tidak mengikat bagi para pihak yang membuatnya dan pihak ketiga.
Perjanjian kawin yang dikeluarkan oleh pengadilan negeri berupa penetapan ini
adalah batal demi hukum.

Kata kunci : perjanjian kawin, penetapan pengadilan negeri, kekuatan hukum.

ABSTRACTS

In a marriage relationship, the topic of property in marriage is often a

problem that can ruin household harmony. To anticipate this, many couples before
marriage hold 've thought about the possibility that the prospective husband and
wife agreed to make a pre- marital agreement, commonly called the Prenuptial
Agreement.
This Prenuptial Agreement regarding agreements stipulated in Article 29
of the Marriage Law. Prenuptial Agreement is an agreement that must be made in
writing, at the request of a prospective husband and wife, where they both agreed
and agreed to make the separation of their possessions, and with the signing of
this agreement, all assets, whether they bring to a marriage and also acquired
during the marriage, will remain in their respective mastery. This also applies to
the debt, where the debt was the personal responsibility of those who have the
debt.
Related to the issue of the prenuptial agreement, the provisions of its
legislation determines to be made before or at the time of marriage, but there is a
problem where there is a husband and wife who already married, did not make
prenuptial agreement before the holding of marriage, due to ignorance and
negligence them. Then the couple applied for a determination of prenuptial
agreement to the District Court, where their petition was granted and exit
determination prenuptial agreement for this pair. This violates the rule -making
prenuptial agreement stipulated in Article 29 of the Marriage Law.

This research is limited to the consideration that is used by the judge in the
determination of the prenuptial agreement marries well as the force of law and its
implications for third parties regarding the determination of prenuptial agreement
made after marriage. This type of legal research with a normative juridical
approach to legislation.

The results are, that is the basis for consideration of the judge in granting
the determination of the prenuptial agreement made after marriage is the
negligence and ignorance of the couple on the existence of a prenuptial
agreement, the absence of rule of law, religion and morality are violated as well as
the willingness of the wives (which is a mixed marriage couples) to have land
rights, which in this case could not be done because of the mixing property with
her husband who is a foreign citizen. In addition, the force of law and the
implications of prenuptial agreement made after the marriage with the
determination of the district court is not binding for the parties who made it and a
third party. Prenuptial agreement issued by the district court in the form of this
designation is null and void.

Keywords : prenuptial agreement, the determination of the district court ,
the force of law .


Dokumen yang terkait

Perjanjian Perkawinan Yang Dibuat Setelah Perkawinan Dan Akibat Hukumnya Ditinjau Dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

9 108 156

KEABSAHAN PERJANJIAN KAWIN YANG DIBUAT OLEH MEREKA YANG BELUM DEWASA

0 24 15

Penetapan Isbat Nikah Perkawinan Campuran (Analisis Penetapan Pengadilan Agama Tigaraksa Nomor: 0044/Pdt.P/2014/PA.Tgrs.)

0 31 108

STUDI KASUS MENGENAI PENETAPAN PENGADILAN NEGERI JAKARTA TIMUR NOMOR 459/PDT/P/2007 MENGENAI PENDAFTARAN PERJANJIAN PERKAWINAN SETELAH PERKAWINAN.

0 0 1

KEABSAHAN PERJANJIAN KAWIN DI BAWAH TANGAN BERDASARKAN PASAL 29 AYAT (1) UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN.

0 0 13

PEMISAHAN HARTA PERKAWINAN MELALUI PERMOHONAN PENETAPAN HAKIM PENGADILAN AGAMA SURAKARTA YANG DILAKUKAN SETELAH PERKAWINAN (Studi Kasus : Penetapan Pengadilan Agama Surakarta Nomor. 0012/Pdt.P/2015/PA.Ska).

1 6 14

Analisis Ketentuan Hukum Perjanjian Kawin Dibuat untuk Menyimpangi Harta Benda dalam Perkawinan Menurut Pasal 35 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 - Ubaya Repository

0 0 1

Pengakuan Dan Pengesahan Anak Luar Kawin Dari Pasangan Suami Istri Yang Berbeda Kewarganegaraan (Studi Penetapan Pengadilan Negeri Batam NO. 79 PDT.P 2014 PN.BTM)

0 0 15

BAB II PENGATURAN PERJANJIAN PERKAWINAN YANG DIBUAT SETELAH PERKAWINAN DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian Perkawinan 1. Pengertian dan Hukum Perjanjian a. Pengertian Perjanjian - Perjanjian Perkawinan Yang

0 0 67

Perjanjian Perkawinan Yang Dibuat Setelah Perkawinan Dan Akibat Hukumnya Ditinjau Dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

0 0 17