MATERI INTI 7 TEHNIK MELATIH

Diklat TOT Pendamping Akreditasi FKTP

MODUL MATERI INTI
7
TOT PENDAMPING

MATERI INTI 7
TEKNIK MELATIH
I.

Deskripsi Singkat
Tugas utama Fasilitator atau Pelatih adalah memfasilitasi/ melatih peserta pelatihan untuk
belajar dengan lebih baik secara bersama-sama.
Untuk itu Fasilitator/ pelatih harus menguasai teknik memfasilitasi peserta agar dapat
belajar bagaimana caranya belajar.
Oleh karena itu, fasilitator hendaknya tidak hanya mengembangkan minatnya dalam
substansi, tetapi juga adalah hal bagaimana proses peserta pelatihan belajar. Fasilitator harus
menguasai Prinsip Pembelajaran Orang Dewasa, Metode Pembelajaran, Perencanaan pelatihan,
Evaluasi pembelajaran, Rencana Pembelajaran melalui penyusunan SAP, penciptaan Iklim
Pembelajaran dan Teknik Presentasi interaktif.


II.

Tujuan Pembelajaran
a. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu melaksanakan Pelatihan Pendamping
Akreditasi FKTP.
b. Tujuan Pembelajaran Khusus
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu:
1. Menerapkan prinsip pembelajaran orang dewasa.
2. Mengembangkan keterampilan melalui berbagai metode pembelajaran.
3. Merencanakan pelatihan dengan memanfaatkan media dan alat bantu pembelajaran.
4. Melakukan evaluasi pembelajaran.
5. Membuat rencana pembelajaraan melalui penyususnan Satuan Acara Pembelajaran
(SAP).
6. Menciptakan suasana menyenangkan dalam suatu pelatihan (iklim pembelajaran).
7. Menerapkan Teknik Presentasi Interaktif.

III.

Pokok Bahasan dan/ atau Sub Pokok Bahasan

1. Prinsip Pembelajaran Orang Dewasa
2. Metode Pembelajaran:
a. Ceramah
b. Tanya jawab
c. Curah pendapat
d. Diskusi kelompok
e. Latihan
f. Studi kasus
g. Simulasi
h. Demonstrasi
i. Role-play
j. Praktik lapangan

1

Diklat TOT Pendamping Akreditasi FKTP

3.
4.
5.

6.
7.

MODUL MATERI INTI
7
TOT PENDAMPING

Perencanaan pelatihan dengan memanfaatkan media dan alat bantu pembelajaran.
Evaluasi pembelajaran.
Rencana pembelajaran melalui penyusunan SAP.
Iklim pembelajaran.
Teknik presentasi interaktif.

IV.

Bahan Belajar:
 Depkes RI, 2006, Teknik Melatih.Depkes RI, 2006,
 Modul Pelatihan Tenaga Pelatih Program Kesehatan (TPPK), Pusdiklat, Jakarta.

V.


Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran
Langkah 1. Pengkondisian peserta.
a. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri
dengan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan materi yang akan
disampaikan.
b. Sampaikan tujuan pembelajaran materi ini dan pokok bahasan yang akan
disampaikan, sebaiknya dengan menggunakan bahan tayang.
Langkah 2. Penyampaian materi.
Fasilitator menyampaikan paparan seluruh materi sesuai urutan pokok bahasan dan
sub pokok bahasan dengan menggunakan bahan tayang. Fasilitator menyampaikan
materi dengan metode ceramah tanya jawab dan Micro Teaching
Langkah 3. Rangkuman dan Kesimpulan.
a. Fasilitator melakukan evaluasi untuk mengetahui penyerapan peserta terhadap
materi yang disampaikan dan pencapaian tujuan pembelajaran.
b. Fasilitator merangkum poin-poin penting dari materi yang disampaikan.
c. Fasilitator membuat kesimpulan.

VI.


Uraian Singkat
A. PRINSIP PEMBELAJARAN ORANG DEWASA
Pendidikan Orang Dewasa (Andragogy) adalah suatu proses dimana orang (orang-orang)
yang sebagian besar peran sosialnya dapat digolongkan dalam status orang dewasa,
melakukan kegiatan-kegiatan belajar dengan sengaja dan dengan mengadakan perubahan
kemajuan ke arah pengetahuan, sikap dan nilai-nilai maupun keterampilan yang telah mereka
miliki.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar orang dewasa:
1. Faktor kebebasan
2. Faktor tanggung jawab
3. Faktor keputusan sendiri
4. Faktor pengarahan diri sendiri
5. Faktor psikologis
6. Faktor fisik dan
7. Faktor motivasi
Beberapa ciri gaya belajar orang dewasa, antara lain:

2


Diklat TOT Pendamping Akreditasi FKTP

MODUL MATERI INTI
7
TOT PENDAMPING

1. Memerlukan kondisi bebas.
2. Tidak menyukai hafalan.
3. Mengutamakan pemecahan masalah dan
4. Lebih menyukai hal-hal yang praktis, bukan teoritis.
Hal-hal tersebut di atas menimbulkan implikasi dalam menentukan metode pembelajaran,
dimana mereka lebih menyukai:
• Diskusi kelompok
• Latihan
• Pemecahan masalah
• Simulasi
• Studi kasus
• Observasi
• Penggunaan multi media
Urutan tahapan proses belajar orang dewasa pada umumnya adalah:

1. Kesadaran (awareness)
2. Pengetahuan dan Pemahaman
3. Keterampilan
4. Penerapan keterampilan
5. Sikap kerja terbentuk
Dikenal beberapa perbedaan antara Andragogy dan Paedagogy:
 Tingkat kemandirian: pada andragogy lebih independen dibanding dengan paedagogy
yang lebih tergantung pada orang lain.
 Pengalaman hidup: yang pada andragogy sangat penting sebagai sumber dan acuan
belajar.
 Kesiapan untuk belajar: pada andragogy tergantung pada kebutuhan riil pekerjaan dan
keseharian, sedang pada paedagogy tergantung kepada guru dan kurikulum.
 Orientasi belajar: pada andragogy berorientasi pada skill yang harus dikuasai sedang
pada paedagogy lebih berorientasi pada materi belajar.
 Pemanfaatan hasil belajar pada andragogy harus dapat segera dimanfaatkan dalam
pekerjaan, sedang pada paedagogy kelak kemudian hari mungkin berguna atau tidak
berguna.
 Motivasi belajar pada andragogy timbul dari dalam diri sendiri, bukan ditimbulkan dari
luar.
 Iklim belajar pada andragogy cenderung santai tapi membelajarkan. Pada paedogogy

cenderung kaku dan formal.
 Analisis kebutuhan belajar pada andragogy peserta diklat aktif menganalisis kebutuhan
belajarnya, pada paedagogy dilakukan oleh guru.
 Sifat materi pelajaran pada andragogy teoritis praktis dan disusun secara fleksibel sesuai
kebutuhan, pada paedagogy disusun secara teoritis, linier.
 Evaluasi belajar dilakukan oleh fasilitator dan peserta diklat, sedang pada paedagogy
evaluasi dilakukan oleh guru.

3

Diklat TOT Pendamping Akreditasi FKTP

MODUL MATERI INTI
7
TOT PENDAMPING

Asusmsi model pendekatan andragogy dan implikasinya dalam pembelajaran:
1. Kebutuhan untuk mengetahui:
 Ketengahkan alasan “mengapa” harus belajar materi yang sedang dibelajarkan itu.
 Tunjukkan manfaat materi dalam “pelaksanaan tupoksinya” dan sebagai upaya

peningkatan “performance pribadinya”.
 Tunjukkan “kerugiannya” jika tidak mengambil peluang itu.
 Beri kesempatan untuk menemukan kesenjangan antara kompetensi yang telah
dimiliki dan yang seharusnya dimiliki untuk pelaksanaan tupoksinya.
2. Konsep diri peserta latih:
 Dilibatkan sepenuhnya dalam proses pembelajaran.
 Ciptakan suasana kelas yang menyenangkan: situasi & kondisi.
 Meja dan kursi yang nyaman: sesuai dengan ukuran orang dewasa.
 Penempatan meja dan kursi tidak perlu diatur secara formal, mudah diubah.
 Ada kebebasan untuk mengemukakan pendapat tanpa rasa takut dicemooh.
 Sikap fasilitator yang demokratis.
3. Peranan pengalaman peserta latih:
 Dilibatkan dalam pokok bahasan dan proses pembelajaran yang akan berlangsung.
 Dapat memberikan kontribusi terhadap proses pembelajaran sebagai “narasumber”
bagi peserta lain.
 Dapat menghubungkan antara pengalaman pribadi dengan pengalaman yang baru
diperoleh.
 Pengalaman lama yang sudah menetap membentuk paradigma, sulit untuk diubah
perlu waktu.
 Penggalian pengalaman dalam proses pembelajaran memerlukan metode yang dapat

melibatkan peserta [interaktif].
4. Kesiapan untuk belajar:
 Materi diklat disusun berdasar tuntutan dalam tugas serta disesuaikan dengan
karakteristik pendidikan, usia, status sosial, pengalaman peserta.
 Metode pembelajaran dirancang dengan pendekatan “mengalami” mengacu pada
konsep belajar berdasar pengalaman  peserta dapat mengaplikasikan dalam
pekerjaannya.
5. Orientasi belajar:
 Berpusat pada pemecahan masalah tupoksinya dan kesulitan pribadi dalam
pelaksanaan tupoksinya/ performance.
 Proses pembelajaran materi dipilah dengan pembobotan: Harus – Perlu – Baik.
 Berusaha “mendaratkan” modul yang cenderung “teoritis”.
6. Motivasi diri:
 Munculkan dorongan internalnya melalui tantangan-tantangan baru yang
“didramatisir”.
 Berikan kesempatan untuk dapat “berkonfrontasi” dengan hal-hal/ pengalaman yang
baru.

4


Diklat TOT Pendamping Akreditasi FKTP



MODUL MATERI INTI
7
TOT PENDAMPING

Berikan kesempatan untuk mendapatkan sendiri apa-apa yang paling sesuai dan
paling dibutuhkannya [self discovery].

Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa keadaan psikologis belajar bagi orang dewasa:
 Belajar adalah suatu pengalaman yang diinginkan, bukan diajar tetapi dimotivasi untuk
belajar.
 Belajar adalah menemukan sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhannya.
 Belajar kadang merupakan proses yang menyakitkan, karena harus melakukan
perubahan pada dirinya.
 Belajar sangat bersifat khas dan individual.
Oleh karena itu, ada bebarapa hal yang harus dihindari pada pembelajaran orang dewasa:
 Hindari menggurui
 Hindari memaksakan kehendak
 Jangan memaksakan hanya saya yang tahu
 Hindari menyalahkan pembelajar secara langsung
 Hindari menyalahkan pelatih lain di depan pembelajar
 Jangan langsung menjawab pertanyaan, beri kesempatan pada pembelajar yang lain
 Hindari menguraikan sesuatu secara berbelit
 Hindari memberi contoh dengan menguraikan pengalaman pribadi secara panjang lebar
B. METODE PEMBELAJARAN
1. CERAMAH – TANYA JAWAB
DESKRIPSI:
Adalah cara pembelajaran dengan sasaran utama terjadinya perubahan domain
pengetahuan yang lebih banyak mengandalkan pada kekuatan pelatih dalam
menggunakan bahasa verbal dan bahasa tubuh, sedangkan pembelajar hanya pasif
menerimanya dengan mengandalkan indera penglihatan dan pendengaran.
KEGUNAAN:
 Menyajikan pengetahuan dan pandangan
 Lebih banyak menyentuh domain kognitif
 Sebagai pelengkap pada metode pembelajaran lain, yang berfungsi sebagai
penjelasan awal dan rangkuman akhir
KEUNTUNGAN:
 Mengcover jumlah yang besar dan sekwen dapat dikendalikan
 Tidak memerlukan sumber daya yang besar [waktu, biaya, tenaga, peralatan, dan
lain-lain]
 Jika gaya pelatih type “orator” suasana menjadi “hidup”
KELEMAHAN:
 Partsipasi aktif pembelajar lemah

5

Diklat TOT Pendamping Akreditasi FKTP




MODUL MATERI INTI
7
TOT PENDAMPING

Daya serap dan daya lekat cenderung rendah, karena hanya mendengar dan melihat
Sulit mendapatkan umpan balik [kontrol hasil]

2. DEMONSTRASI
DESKRIPSI:
Cara pembelajaran dengan sasaran utama terjadinya perubahan pada domain psikomotor
atau afektif dengan cara memperagakan suatu proses kegiatan [opersionalisasi] kepada
pembelajar secara senyatanya dengan menggunakan alat/ benda sesungguhnya dalam
situasi yang sesungguhnya atau tiruan.
KEGUNAAN:
Jika dilanjutkan dengan praktikum akan dapat menstimulir domain psikomotor dan
afektif secara mendalam, tetapi jika tidak dilanjutkan, hanya akan menstimulir sebatas
domain pengetahuan yang mendalam sedangkan domain afektif relatif dangkal.
KEUNTUNGAN:
 Jika dilanjutkan dengan praktikum akan menghasilkan keterampilan dan sikap
positif dalam waktu yang relatif singkat.
 Dapat menumbuhkan motivasi pembelajar.
 Menghasilkan daya serap dan daya lekat yang relatif lebih baik.
 Dapat memperkecil tingkat distorsi penerimaan
KELEMAHAN:
 Jika tidak dilanjutkan dengan praktikum, terbentuknya keterampilan relatif
dangkal, karena hanya menstimulir domain
kognitif.
 Perlu persiapan teknis yang betul-betul matang dan detail.
 Perlu sumber daya yang memadai [waktu, biaya, alat, tenaga dan ruangan/
lingkungan].
PERSIAPAN:
 Menyusun SAP sesuai skenario dan menyiapkan alat bantu.
 Mencoba mengoperasionalkannya dan mencatat durasi waktu.
 Melakukan analisis persoalan potensial [APP] dan menyiapkan taktik pencegahan
dan penanggulangannya jika persoalan benar-benar muncul.
PELAKSANAAN:
 Sebelum kegiatan dimulai beri penjelasan secara runtut dan detail cara kerja/
prosedur, termasuk APP dan pencegahan serta penanggulangannya jika terjadi
persoalan dengan cara “simulasi”.
 Sediakan ruang tanya jawab secukupnya, sebelum kegiatan benar-benar dimulai.

6

Diklat TOT Pendamping Akreditasi FKTP



MODUL MATERI INTI
7
TOT PENDAMPING

Beri penjelasan secara detail pada setiap tahapan.

3. SIMULASI
DESKRIPSI:
Cara pembelajaran dengan sasaran utama terjadinya perubahan pada domain psikomotor
dan afektif dengan melibat-aktifkan aspek “emosi” pada diri pembelajar melalui
perangsangan hampir semua indera penerima. Pengalaman belajar yang didapat dengan
cara melakukan kegiatan “tiruan” dengan menggunakan alat/ benda sesungguhnya/
tiruan dalam situasi dan lingkungan yang tidak sesungguhnya [tiruan].
KEGUNAAN:
 Melatih keterampilan dan membentuk sikap positif pada diri pembelajar dengan
situasi dan kondisi tiruan agar terbebas dari bahaya dan kerugian jika pembelajar
gagal dalam melakukan kegiatan.
 Sebagai prasyarat sebelum melakukan peragaan dan praktikum.
KEUNTUNGAN:
 Jika dilanjutkan dengan praktikum akan menghasilkan keterampilan dan sikap
positif dalam waktu yang relatif singkat.
 Dapat menumbuhkan motivasi pembelajar.
 Menghasilkan daya serap dan daya lekat yang relatif lebih baik.
 Dapat memperkecil tingkat distorsi penerimaan.
 Terbebas dari risiko bahaya dan kerugian.
 Melatih pembelajar agar mampu menilai situasi dan membuat berbagai
pertimbangan berdasarkan berbagai kemungkinan yang muncul saat kegiatan sedang
berlangsung.
 Memberi kesempatan berlatih untuk mengambil keputusan yang mungkin tak dapat
dilakukan di alam nyata.
 Jika gagal dapat diulang-ulang tanpa risiko kerugian.
KELEMAHAN:
 Jika pelatih gagal merebut atensi pembelajar, kegiatan ini seolah-olah hanya mainmain saja, penuh gelak – tawa.
 Media berlatih dan situasi yang dialami adalah “tiruan/ buatan”, maka tidak akan
sama dengan situasi dan kondisi di alam nyata.
 Membutuhkan waktu lama untuk persiapan dan pelaksanaan.
 Jika observer [diantara pembelajar] kurang dapat menangkap “critical pointers”
maka umpan balik yang diberikan hanya sebatas perilaku normatif.
LANGKAH-LANGKAH SIMULASI:
1. Pelatih menyajikan situasi.
2. Tanya jawab.

7

Diklat TOT Pendamping Akreditasi FKTP

MODUL MATERI INTI
7
TOT PENDAMPING

3. Pelatih membagi tugas dan menyampaikan protap.
4. Peserta menyiapkan diri.
5. Peserta bersimulasi, fasilitator mengawasi.
PERSIAPAN:
 Menyusun SAP sesuai skenario dan menyiapkan alat bantu.
 Menyiapkan lembar kerja dan lembar pengamatan.
 Mendisain ruangan.
PELAKSANAAN:
 Menjelaskan topik dan skenario kegiatan.
 Membagi tugas pada masing-masing pembelajar.
 Kegiatan diawali dengan sajian situasi nyata dalam bentuk cerita dan dilakukan
dengan tanya jawab sehingga pembelajar tahu persis apa dan bagaimana
melakukannya.
 Setelah berakhir, sesegera mungkin para observer memberikan laporan hasil
pengamatannya dan segera lakukan pembahasan yang mendalam terutama pada
“critical pointers” untuk “reinforcement”.
4. ROLE-PLAY
DESKRIPSI:
Cara pembelajaran dengan sasaran utama terjadinya perubahan pada domain afektif
dengan mengandalkan aspek “emosi” pada diri pembelajar melalui perangsangan hampir
semua indera penerima. Pengalaman belajar yang didapat dengan cara melakukan
kegiatan “memerankan/ menjadi” figur/ sosok orang lain dalam situasi dan lingkungan
tiruan.
KEGUNAAN:
 Melatih pembelajar untuk dapat merasakan/ menghayati berbagai masalah yang
mungkin dihadapi oleh peran yang dimainkannya.
 Melatih kesadaran dan kepekaan sosial yang sangat dibutuhkan dalam dunia kerja
nyata, sehingga dapat memunculkan sikap positif tentang fenomena sosial yang
memang ada di sekitarnya.
KEUNTUNGAN:
 Dapat terbentuk sikap positif dalam waktu yang relatif singkat.
 Menghasilkan daya serap dan daya lekat yang relatif lebih baik.
 Melatih pembelajar agar mampu menyelami perasaan orang lain, ketika dihadapkan
pada situasi yang sama dengan yang ia perankan.
 Tidak memerlukan alat bantu sumber daya lain secara khusus.
KELEMAHAN:

8

Diklat TOT Pendamping Akreditasi FKTP





MODUL MATERI INTI
7
TOT PENDAMPING

Jika pelatih gagal merebut atensi pembelajar, kegiatan ini seolah olah hanya mainmain saja, penuh gelak – tawa.
Membutuhkan waktu lama untuk persiapan dan pelaksanaan.
Tidak semua orang dapat menerima dan mudah melupakan pada “pengalaman
negatif” yang diterimanya saat bermain peran.

Role Playing Terstruktur
 Dilakukan dengan alur cerita/ skenario yang telah dipersiapkan.
 Pembagian seluruh tugas peran dilakukan dengan jelas dan terbuka [semua pemeran
saling mengetahui peran karakter yang harus dibawakan oleh setiap pemeran].
 Pemeran tidak boleh “keluar” dari skenario [baik jalan cerita ataupun karakter yang
harus dibawakannya].
Role Playing Spontanitas
 Dilakukan tanpa skenario yang detail, hanya garis besar.
 Masing-masing pemeran tidak mengetahui karakter setiap pemeran [bahkan ada
pemeran yang tanpa arahan].
 Pemeran yang telah “diprogram” tidak boleh keluar dari arahan dan yang lainnya
boleh keluar dari arahan.
Langkah-langkah Role Playing
1) Pelatih menyajikan situasi dilanjutkan dengan pembahasan
2) Penyiapan Permaianan:
a. Pemilihan Peran
b. Pengaturan Tempat
c. Penyiapan Pengamat
3) Permainan:
a. Mencoba beberapa saat
b. Pembahasan sesaat
c. Mulai Permaianan
4) Pengukapan Pengalaman:
a. Laporan Pengamat
b. Diskusi
c. Evaluasi
5. DISKUSI KELOMPOK
DESKRIPSI:
Cara pembelajaran dengan sasaran utama terjadinya perubahan pada domain kognitif
atau afektif dengan mengandalkan partisipasi para anggotanya. Pengalaman belajar yang
didapat melalui tukar pikiran/ pengalaman diantara peserta untuk kemudian disatukan
dengan proses “take and give”.
KEGUNAAN:

9

Diklat TOT Pendamping Akreditasi FKTP






MODUL MATERI INTI
7
TOT PENDAMPING

Latihan mengemukakan pendapat yang bertanggung jawab.
Latihan untuk mau menerima dan memberi.
Mengembangkan ide-ide baru.
Membantu peserta dalam memahami diri sendiri dan orang lain.

KEUNTUNGAN:
 Memungkinkan pembelajar dapat berperanserta secara aktif
 Dapat digunakan sebagai sarana pengukuran apakah ide-ide dan pengalamannya
dapat diakui kebenarannya.
 Memungkinkan pembelajar mendapat informasi yang beragam.
 Hasil diskusi biasanya “aplicable”.
 Pembelajar dapat dengan segera meng “update” konsep/ ide yang mungkin sudah
kurang sesuai lagi.
KELEMAHAN:
 Membutuhkan waktu yang lebih lama, jika ingin mendapatkan hasil pembelajaran
yang baik.
 Jika terjadi kemacetan akan menimbulkan kejenuhan.
 Memerlukan pemimpin diskusi yang “demokratis” dan mahir dalam menggali dan
mendorong peserta untuk aktif serta menahan peserta yang dominan.
 Jika waktu dibatasi sering menghasilkan keputusan yang kurang optimal karena
peserta “dipaksa” untuk “setuju”.
Tahapan proses diskusi kelompok:
1. Klarifikasi dan interpretasi.
2. Diferensiasi dan motivasi.
3. Polarisasi.
4. Kontradiksi/ konflik.
5. Konklusi/ kesepakatan bersama.
6. STUDI KASUS
DESKRIPSI:
Cara pembelajaran dengan sasaran utama terjadinya perubahan pada domain kognitif
atau afektif atau keterampilan berpikir dengan mengandalkan daya nalar para
pembelajar. Pengalaman belajar yang didapat oleh pembelajar adalah “mengalami”
karena dihadapkan pada situasi dengan berbagai pilihan.
KEGUNAAN:
 Membantu mengembangkan kemampuan analisis, pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan.
 Menunjukkan kepada pembelajar akan adanya peranan/ pengaruh nilai-nilai dan
persepsi terhadap pengambilan keputusan kelompok.

10

Diklat TOT Pendamping Akreditasi FKTP

MODUL MATERI INTI
7
TOT PENDAMPING

KEUNTUNGAN:
 Dapat mempermudah pembelajaran dengan konsep analitik.
 Memungkinkan pembelajar menemukan beberapa alternative tindakan dalam
pemecahan masalah.
 Lebih efektif jika digunakan untuk membelajarkan dimensi kepemimpinan,
motivasi, komunikasi.
 Memungkinkan pembelajar secara leluasa dalam bertukar pendapat dan mengadakan
evaluasi bersama-sama.
KELEMAHAN:
 Sulitnya menyusun kasus yang memunculkan berbagai aspek seperti yang
dikehendaki, terutama aspek emosional.
 Membutuhkan waktu penulisan/ persiapan dan pelaksanaan yang cukup lama.
 Dapat menimbulkan frustasi jika tidak sampai menghasilkan alternatif pemecahan.
 Jika kurang penjelasan, kemungkinan pembelajar keliru dalam menangkap
permasalahan akan lebih mudah terjadi.
 Jika fasilitator kurang menguasai akan terseret dalam polemik yang berkepanjangan.
LANGKAH:
 Mengidentifikasi dan menyusun kasus yang akan dibahas dalam bentuk tulisan
 Menghantar pembelajar agar masuk/ larut dalam kasus tersebut
 Diskusi kelompok
 Presentasi hasil
 Ruang tanya jawab
 Fasilitator berperan menjaga agar pembahasan kasus tetap pada jalur yang
dikehendaki
 Membuat kesimpulan tentang proses dan hasil studi yang dihubungkan dengan
TPU/K.
C. PERENCANAAN PELATIHAN DENGAN MEMANFAATKAN MEDIA DAN ALAT
BANTU PEMBELAJARAN
Media pembelajaran adalah media yang dipakai pada proses pembelajaran. Media
bukan juga peralatan. Media Pembelajaran adalah media teknologis yang digunakan oleh
fasilitator dalam menyampaikan materi pembelajaran. Media pembelajaran merupakan suatu
cara/ sarana mengkomunikasikan sesuatu antara fasilitator/ pelatih dan peserta. Digunakan
untuk membantu pelatih dalam menyampaikan materi pembelajaran.
Media dapat digunakan dalam pembelajaran untuk meningkatkan interaksi peserta
dengan sumber belajar/ fasilitator.
Menurut bentuk penyampaian pesannya, dapat melalui tulisan, gambar, suara (audio)
atau visual:

11

Diklat TOT Pendamping Akreditasi FKTP

1.
2.
3.
4.
5.
6.

MODUL MATERI INTI
7
TOT PENDAMPING

Media cetak. Contoh: buku teks, majalah, booklet.
Media grafis. Contoh: sketsa, grafik, bagan, kartun, foto.
Media berbantuan komputer.
Media Audio.
Media Visual: menampilkan pesan dalam gambar yang bergerak maupun tidak bergerak.
Media Audiovisual: dapat menampilkan gambar dan suara pada waktu bersamaan.
Contoh: Film, CD,TV, Video.

D. EVALUASI PEMBELAJARAN
Adalah kegiatan pengukuran daya serap peserta atas pembelajarannya. Tujuan
Pembelajaran yang hendak dicapai dalam kegiatan pelatihan mempunyai kaitan erat dengan
materi pembelajaran, metode pembelajaran dan alat bantu pembelajaran yang digunakan
dalam proses pembelajaran.
Evaluasi yang baik haruslah didasarkan pada tujuan pembelajaran seperti tertuang
dalam TPU dan TPK yang merupakan penjabaran dari tujuan kurikulum atau tujuan
pelatihan.
Jenis Evaluasi Pembelajaran dan Kegunaannya.
1. Pre Test
Bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal peserta, menentukan strategi
pembelajaran. Dapat juga untuk mengukur peningkatan yang diperoleh peserta
(dibandingkan dengan Post Test).
2. Evaluasi terhadap tingkat kompetensi peserta, dapat dilakukan pada akhir setiap sesi
pembelajaran atau pada akhir pelatihan. Antara lain menggunakan:
 Portofolio: berupa catatan, kumpulan hasil karya peserta yang didokumentasikan
dengan baik dan teratur.
 Tes/ Ujian:
Diberikan dalam bentuk soal atau kasus untuk dijawab. Jawaban dinilai oleh
fasilitator.
Sebagai evaluasi sumatif, tes atau ujian dilakukan untuk kepentingan penentuan
kelulusan, peringkat, pemberian sertifikat atau penelitian terhadap efektifitas
kurikulum dan perencanaan pelatihan.
3. Evaluasi pada tahap uji coba:
 Merupakan evaluasi formatif
 Dirancang untuk proses sistematik memberikan informasi tentang ketepatan materi
pembelajaran atau program pelatihan.
 Biasa dilaksanakan sebelum kelas berakhir sehingga masih ada kesempatan untuk
memperbaiki.
E. RENCANA PEMBELAJARAN MELALUI PENYUSUNAN SAP
Apabila Garis-garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) telah tersedia, kegiatan
fasilitator/ pelatih dilanjutkan dengan menyusun Satuan Acara Pembelajaran (SAP).

12

Diklat TOT Pendamping Akreditasi FKTP










MODUL MATERI INTI
7
TOT PENDAMPING

SAP adalah dokumen yang berisi skenario proses pembelajaran suatu materi atau topik
tertentu dalam pelatihan.
Disusun untuk setiap sesi pertemuan.
Format SAP disusun secara naratif agar mudah dioperasionalkan dengan mudah.
SAP dikembangkan berdasar semua komponen yang terdapat dalam GBPP.
SAP menguraikan secara rinci langkah demi langkah kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dengan disertai estimasi waktunya untuk masing-masing tahapan kegiatan.
Uraian meliputi tiap tahap pembelajaran, melaui dari pembukaan sampai penutup.
SAP diperlukan sebagai pegangan bagi fasilitator dalam memfasilitasi, agar tidak
menyimpang dari alur dan lingkup materi sajian pembelajaran.
SAP mengacu pada GBPP.
Format SAP:
1. Mata Diklat (Materi Pembelajaran).
2. Pokok Bahasan/ Sub Pokok Bahasan.
3. Waktu (Hari, Tanggal, Jam, Durasi).
4. Tujuan Pembelajaran Umum.
5. Tujuan Pembelajaran Khusus.
6. Kegiatan Pembelajaran:
a. Materi Pembelajaran.
b. Metode Pembelajaran.
c. Langkah Kegiatan dan Estimasi Waktu.
d. Media dan Alat Bantu Pembelajaran.
7. Evaluasi.
8. Referensi.

F. IKLIM PEMBELAJARAN YANG KONDUSIF
Berikan kesempatan kepada peserta untuk memperoleh pemahaman dan keterampilan
secara alamiah.
Tiga Karakteristik berikut diperlukan untuk membanguan suasana pembelajaran yang
efektif di kelas (Combs, 1976):
a. Atmosfir belajar harus diciptakan agar dapat memfasilitasi pencarian pengetahuan dan
pemahaman baru. Peserta harus merasa aman dan diterima.
b. Peserta harus diberi kesempatan untuk secara berkala menghadapi informasi dan
pengalaman baru. Kesempatan harus diatur sedemikian rupa agar peserta lebih banyak
melakukan sesuatu daripada sekedar menerima informasi.
c. Pengetahuan dan pemahaman baru harus diperoleh melalui proses pencarian yang
dilakukan secara mandiri.
Tujuan pengelolaan kelas adalah agar tujuan pelatihan dapat tercapai secara efektif dan
efisien. Untuk mencegah terjadinya masalah-masalah di kelas, perlu dilakukan pengelolaan
kelas antara lain sebagai berikut:
a. Ciptakan iklim kelas yang baik (tindakan positif atau preventif).
Fasilitator menyampaikan bahasan dengan baik dan lancar seta melibatkan peserta dalam
kegiatan pembelajaran.
b. Memberikan motivasi.

13

Diklat TOT Pendamping Akreditasi FKTP

MODUL MATERI INTI
7
TOT PENDAMPING

Motivasi timbul karena adanya kebutuhan dasar, kebutuhan akan rasa aman dan
kebutuhan untuk diakui. Dalam proses pembelajaran, motivasi peserta dapat
ditumbuhkan dengan memenuhi kebutuhan untuk dihormati dan dihargai dengan ikut
berpartisipasi. Jangan ada ancaman. Lakukan motivasi dengan cara yang wajar, alamiah
namun tetap dijaga agar tidak berlebihan.
c. Memberikan umpan balik positip kepada peserta.
Fasilitator harus mempunyai kumpulan kata-kata positif pilihan. Fasilitator yang
menerima umpan balik positif akan menebarkan semangat positif kepada peserta yang
lain. Learning is most effective when it’s fun.
Teknik Presentasi Interaktif
Adalah teknik penyajian timbal balik/ bergantian antara penyaji dan peserta saling
merespons. Peserta dapat merespons ditengah paparan penyaji dan penyaji dapat
mengembangkan respon masih dalam koridor pokok bahasan timbal-balik.
Tujuannya adalah:
a. Memunculkan perhatian dan minat peserta terhadap materi yang disajikan serta
menghargai pengalaman peserta.
b. Mengurangi kejenuhan atau kebosanan.
c. Menggali lebih banyak pendapat, sehingga pokok bahasan lebih komprehensif.
Langkah awal presentasi interaktif, antara lain:
a. Mereview tujuan bahasan.
b. Mengajukan pertanyaan yang terkait dengan pokok bahasan.
c. Menghubungkan pokok bahasan dengan materi/ topik sebelumnya, pengalaman penyaji,
pengalaman peserta dan berbagai pengalaman.
d. Menggunakan alat bantu yang sesuai/ tepat.
e. Membuka presentasi dengan menjembatani apa yang baru berlalu dan yang akan terjadi.
f. Paparkan tujuan dan sasaran presentasi.
g. Libatkan peserta dalam topik sesegera mungkin.
h. Bangun kepercayaan peserta dengan menjelaskan manfaat materi yang disampaikan.
i. Pastikan peserta memahami bahwa fasilitator tetap pemegang kendali proses
pembelajaran.
j. Kalau diperlukan, terbukalah mengenai diri anda.
k. Pastikan peserta mengetahui bahwa anda sebagai presentan senang berada di kelas.
l. Upayakan menangkap minat seluruh peseta.
m. Siapakan informasi yang cukup agar peserta dapat mengikutinya.
n. Membuat peseta menyadari harapan pelatih tentang pentingnya pencapaian tujuan
pembelajaran.
o. Membantu peserta untuk mewujudkan suasana pembelajaran yang positif dan kondusif.
Menutup presentasi secara mengesankan, dengan cara:
1. Membuat ringkasan.
2. Himbauan dan pernyataan memotivasi.
3. Mengulangi manfaat.
4. Meminta peserta meringkas dengan bahasa mereka sendiri.

14

Diklat TOT Pendamping Akreditasi FKTP

MODUL MATERI INTI
7
TOT PENDAMPING

Beberapa hal yang perlu dipelajari dan ditingkatakan agar mampu berbicara secara
efektif:
1. Percaya diri.
2. Ucapkan kata-kata dengan jelas dan perlahan-lahan.
3. Bicara dengan wajar, jangan seperti penyair atau deklamasi.
4. Atur irama dan tekanan suara, tidak monoton, gunakan irama dan tekanan tertentu
untuk menyampaikan poin-poin tertentu.
5. Atur nafas secara normal, tidak terkesan seperti orang dikejar-kejar. Bila perlu
hentikan pembicaraan sejenak, selain untuk mengambil nafas juga untuk menarik
perhatian.
6. Hindari sindroma “aaaa”, “eee”, “anu”, “apa”, “ehm” dan sebagainya.
7. Membaca paragraf yang dianggap penting dari teks tulisan.
8. Siapkan air minum, membantu presentan berhenti sejenak untuk membasahi
kerongkongan.
VII. Referensi
1. Depkes RI, 2006, Teknik Melatih.
2. Depkes RI, 2006, Modul Pelatihan Tenaga Pelatih Program Kesehatan (TPPK), Pusdiklat,
Jakarta.
VIII. Lampiran :

15

Dokumen yang terkait

PENYUSUNAN NORMA TES KREATIVITAS PERFORMANCE DENGAN MEDIA ORIGAMI(Untuk Anak Usia 7 8Tahun)

0 51 2

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS XI-IIS DI SMA NEGERI 7 BANDA ACEH

0 47 1

PENGAJARAN MATERI FISIKA DASAR UNTUK MAHASISWA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

9 106 43

Prosedur Pelaporan Surat Pemberitahuan Pajak Pengahsilan (SPT PPn) Dengan Menggunakan Elektronik Surat Pemberitahuan (E-SPT PPn 1111) Pada PT. INTI (Persero) Bandung

7 57 61

Mari Belajar Seni Rupa Kelas 7 Tri Edy Margono dan Abdul Aziz 2010

17 329 204

RANGKUMAN MATERI PEMBELAJARAN INEZ

2 50 4

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK MANUSIA (Studi Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Bukit Kemuning Semester Ganjil T

47 275 59

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA MATERI LUAS BANGUN DATAR MENGGUNAKAN METODE DISCOVERY DI KELAS VB SD NEGERI 5 SUMBEREJO KECAMATAN KEMILING BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

7 63 30

EFEKTIVITAS MODEL LEARNING CYCLE 6E PADA MATERI KOLOID DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGELOMPOKKAN DAN MENGKOMUNIKASIKAN

2 37 45

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF EXAMPLE NON EXAMPLE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA PADA MATERI POKOK PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Waway Karya Lampung Timur Tahun Pela

7 98 60