Problem Based Learning sebagai Implement

PROBLEM BASED LEARNING SEBAGAI IMPLEMENTASI TEORI BELAJAR
PROGRESIVISTIK DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SMP
MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Pendidikan
Yang Diampu Oleh Dr.Iis Prasetyo, S.Pd. MM.

Disusun Oleh:
Siti Nur Hasanah
(NIM: 12312241011)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu sarana pengembangan kemampuan dan potensi
diri, pengendalian diri, aktualisasi diri serta pembinaan kepribadian seseorang sebagai
proses menuju kedewasaan untuk menjadi manusia yang seutuhnya dengan landasan
kekuatan spiritual. Philips H. Combs (1970) menyatakan bahwa pendidikan dalam arti luas

yaitu pendidikan disamakan dengan belajar, tanpa memperhatikan dimana atau pada usia
berapa belajar terjadi. Pendidikan sebagai proses sepanjang hayat dari seseorang dilahirkan
hingga akhir hayatnya.
Belajar sudah menjadi suatu kebutuhan hidup bagi masyarakat. Bahkan dalam
agama Islam belajar (sering disebut menuntut ilmu) merupakan suatu kewajiban. Belajar
dalam konsepsi belajar sepanjang hayat merupakan suatu kebutuhan. Dengan alasan
kebutuhan, seorang individu akan mendorong dirinya untuk belajar (learning to learn)
sehingga dapat mempelajar dan merespon secara cerdas pengetahuan-pengetahuan yang
secara eksponensial terus meningkat dan berubah sesuai dengan perkembangan masyarakat
dan kehidupan (Mustofa Kamil, 2007: 308).
Sesuai dengan tujuan bangsa Indonesia pada pembukaan UUD 1945 alenia ke-4,
yankni mencerdaskan kehidupan bangsa, pemerintah mencanangkan program wajib belajar
9 tahun bagi seluruh anak Indonesia. Anak-anak Indonesia dituntut untuk mendapatkan
pedidikan formal di bangku sekolah serendah-rendahnya pada jenjang SMP/sederajat.
Bahkan sudah banyak Pemerintah Daerah yang mencanangkan program wajib belajar 12
tahun (SMA/sederajat).
Mengingat tuntutan kebutuhan hidup yang semakin meningkat, maka belajar harus
dikonsepkan secara lebih luas daripada konsep belajar keonvensional. Gaya belajar perlu
diciptaka secara efisien, cepat, cermat, produktif dan menyenangkan. Hal ini menjadi salah
satu aspek yang penting untuk diperhatikan oleh para guru. Sebab, kurikulum yang ada

semakin berkembang dan semakin menyulitkan siswa. Materi pelajaran menjadi tidak
bermakna dan siswa sulit mengimplementasikan ke masyarakat. Misalnya materi pelajaran
IPA di SMP selama ini lebih menekankan pada aspek kognitif yang menuntut siswa untuk
mempelajari tanpa memahami penerapannya dalam masyarakat atau sekedar untuk
mendapatkan nilai. Oleh sebab itu, Problem Based Learning dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran materi IPA di SMP sebagai upaya untuk meningkatan hasil belajar siswa
yang lebih bermakna dan dapat diimplementasikan ke masyarakat.
PEMBAHASAN

Yasmin Yulfika(2009), menyatakan bahwa Problem Based Learning (PBL) adalah
model pembelajaran yang didasarkan pada permasalahan yang ada pada dunia nyata,
kemudian siswa diminta mencari pemecahan melalui penyelidikan. PBL terdiri dari lima
tahapan yaitu, orientasi siswa kepada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar,
membimbing penyelidikan individual dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil
karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Menurut pendapat dari David Bound dan Grahame I Feletti (1997) “Problem Based
Learning is a conception of knowledge, understanding, and education profoundly different
from the more usual conception underlying subject-based learning”. Berdasarkan pendapat
tersebut problem based learning merupakan gambaran dari ilmu pengetahuan, pemahaman,
dan pembelajaran yang sangat berbeda dengan pembelajaran subject based learning.

Menurut Nurhadi (2004) “pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning)
adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu
konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi
pelajaran”. Pengertian pembelajaran berbasis masalah adalah proses kegiatan pembelajaran
dengan cara menggunakan atau memunculkan masalah dunia nyata sebagai bahan pemikiran
bagi siswa dalam memecahkan masalah untuk memperoleh pengetahuan dari suatu materi
pelajaran.
Berdasarkan beberapa makna tentang Problem Based Learning (PBL) tersebut, dapat
disimpulkan bahwa Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) merupakan
salah satu metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran materi IPA di SMP, sehingga
pengetahuan ke-IPA-an yang didapat oleh siswa bukan hanya menjadi sebuah pengetahuan
tanpa makna melainkan dapat diimplementasikan ke masyarakat. Siswa SMP sebagian besar
sedang dalam masa remaja/pubertas awal yang merupakan masa peralihan dari masa kanakkanak ke masa dewasa. Sifat-sifat remaja sebagian sudah tidak menunjukkan sifat-sifat masa
kanak-kanaknya, tetapi juga belum menunjukkan sifat-sifat sebagai orang dewasa (Rita Eka
Izzaty, dkk., 2008: 124).
Hurlock (1991: 208), masa remaja sebagai masa mencari identitas, pada masa ini
mereka mulai mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi menjadi sama dengan temanteman dalam segala hal, seperti pada masa sebelumnya. Namun adanya sifat yang mendua,
dalam beberapa kasus menimbulkan suatu dilema yang menyebabkan krisis identitas. Pada
saat ini remaja berusaha untuk menunjukkan siapa diri dan peranannya dalam kehidupan


masyarakat. Usia remaja juga merupakan usia bermasalah, sebab setelah remaja, masalah
yang dihadapi akan diselesaikan secara mandiri, mereka menolak bantuan dari orang tua dan
guru lagi.
Dengan keadaan-keadaan tersebut, maka masa SMP merupakan masa yang tepat untuk
mengajak siswa secara aktif menunjukkan kepekaannya pada masalah-masalah sekitar.
Dengan demikian siswa mampu mengeluarkan ide-ide kreatif dan inovatif untuk
memecahkan masalah-masalah yang didapat. Siswa dapat menentukan sendiri masalah apa
yang akan dijadikan sebagai objek pembelajaran di sekolah, namun masih dalam konteks keIPA-an. Sedangkan guru hanya menjadi tutor atau fasilitator dalam kelas yang akan
mengarahkan siswa tentang bagaimana cara memecahkan masalah dengan metode yang
benar dan sesuai dengan bidang keilmuan yang dipelajari. Guru menentukan tema yang
dapat dipilih oleh siswa sehingga ranah kerja siswa tidak melewati batas-batas kompetensi
yang harus dicapai. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,
melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
model dan berbagi tugas dengan teman. Kegiatan selanjutnya mengevaluasi hasil belajar
tentang materi yang telah dipelajari /meminta kelompok presentasi hasil kerja agar ilmu
yang didapat dapat diterima secara rata oleh semua siswa. Sehingga materi IPA yang
didapatkan dapat langsung diterapkan untuk mencari solusi dari akar permasalahan tersebut.
Pemecahan masalah dapat dilakukan dengan melakukan penelitian sederhana secara

kelompok sesuai dengan metode ilmiah yang baik dan benar. Dengan melakukan penelitan
sederhana, maka siswa secara tidak langsung akan berfikir lebih kritis, kreatif, inovatif, dan
aktif. Selain itu, penelitian juga dapat menjadikan siswa merasakan suasana belajar yang
berbeda dan menyenangkan, serta menjadi lebih terbuka. Orang yang terbuka adalah orang
yang secara intelektual selalu ingin tahu, memiliki apresiasi terhadap seni, serta sensitif.
Dibandingkan dengan orang yang tertutup, mereka cenderung lebih menyadari perasaan
mereka. Sehingga cenderung memegang keyakinan individualistik dan tidak konvensional,
meskipun tindakan mereka disesuaikan (Sugihartono, dkk., 2012: 49). Penelitian sederhana
dengan kelompoknya secara tidak langsung mampu meningkatkan interaksi sosial siswa.
Pada usia ini, pergaulan dan interaksi sosial dengan teman sebaya bertambah luas dan
kompleks dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya termasuk pergaulan dengan lawan
jenis (Rika Eka Izzati, dkk., 2007: 137). Pemuasan intelektual juga didapatkan oleh remaja
dalam kelompoknya dengan berdiskusi, berdebat untuk memecahakan masalah.

Dengan Problem Based Learning, secara tidak langsung siswa akan lebih banyak
membaca buku-buku yang relevan untuk hasil penelitian yang baik. Sehingga pengetahuan
ke-IPA-an siswa akan semakin bertambah dan tidak hanya dipelajari semata-mata untuk
mendapatkan nilai. Namun, dipelajari dengan pemahaman tentang penerapan ilmu
pengetahuan yang didapatkan. Ranah penelitian yang dapat dipilih oleh siswa yan sesuai
dengan bidang kajian ilmu alam (IPA) sangat beragam. Sains (IPA) dapat dibagi menjadi

empat cabang keilmuan, yaitu ilmu Biologi yang mempelajari tentang makhluk hidup, ilmu
Fisika yang mempelajari gaya dan energi, ilmu Kimia yang mempelajari zat-zat kimia, serta
keilmuan bumi dan antariksa (Supriyadi, 2009: 1). Sains khusus didalamnya IPA adalah
suatu keilmuan yang mempelajari tentang benda dan gejala kebendaan. Benda dan gejala
kebendaan merupakan suatu fakta dan berupa satu kesatuan yang sukar untuk dapat
dipisahkan dari suatu peristiwa yang ada di alam ini. Wujud dari benda dan gejala
kebendaan ini adalah fenomena alam di sekitar siswa. Terdapat banyak sekali fenomena
alam yang ada di lingkungan sekitar siswa. Fenomena alam dapat diamati secara langsung,
sebagai contoh jatuhnya buah mangga ke tanah dapat dipelajari melalui penelitian sederhana
menggunakan pendekatan ilmu IPA khususnya Fisika.
Problem Based Learning juga dapat menjawab tantangan para pendidik IPA sekarang
ini, yakni tantangan tentang bagaimana guru dapat menghadirkan suatu fenomena alam.
Dengan menjadi tutor/fasilitator bagi siswa, guru akan lebih banyak memahami dan
menguasai konsep-konsep IPA secara lengkap dan menguasai sedikit banyak teknologi dan
bahan-bahan yang ada di lingkungan. Sebab metode pembelajaran ini merupakan salah satu
metode belajar yang menjadikan siswa sebagai pusat dari kegiatan belajar. Tujuan utama
dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa adalah penciptaan strategi pemecahan
masalah yang efektif. Strategi ini mendorong kemampuan siswa untuk mengenali pola
dalam struktur masalah yang berkaitan dan yang akan datang dengan pendekatan universal
untuk solusi masalah ini. Dengan demikian Problem Based Learning sedikit banyak

mengubah model belajar siswa SMP tentang mata pelajaran IPA menjadi lebih bermakna,
bermanfaat, dan menyenangkan.

PENUTUP
Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
berbasis masalah atau Problem Based Learning (PBL) merupakan metode pembelajaran
materi IPA SMP yang sesuai dengan kondisi dan kepribadian siswa SMP yang sedang dalam
masa remaja awal, dengan menjadikan siswa sebagai pusat kegiatan belajar sehingga
mempelajari keilmuan IPA menjadi lebih bermakna, bermanfaat, dan menyenangkan.
Saran
Menerapkan Problem Based Learning (PBL) dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran materi IPA di SMP, memahami kebutuhan anak didik (memahami
perkembangan peserta didik), dan terus menggali ide tentang metode-metode pembelajaran
baru.

DAFTAR PUSTAKA
Abdul Rahman H. A. (2005). Wacana Falsafah Ilmu: Analisis Konsep-konsep Asas Falsafah
Pendidikan Negara. Kuala Lumpur: Utusan Publications & Distributions Sdn Bhd.

Dwi Siswoyo, dkk. (2007). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Hurlock, E.B. (1991). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Alih bahasa Istiwidayanti. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Mohamad Ali. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT Imperial Bhakti Utama.
Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.
Singgih D. Gunarsa. (2007). Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Gunung Mulia.
Sugihartono. (2012). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Supriyadi. (2009). IPA Dasar: Duniaku Adalah IPA. Yogyakartta: FMIPA UNY.
Tatang M. Arimin, dkk. (2010). Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.
Yasmin Yulfika. (2009). “Penerapan problem based learning untuk meningkatkan motivasi
dan hasil belajar dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas V SDN Tegalweru
Kecamatan Dau Kabupaten Malang”. Abstrak Skripsi. Tersedia:
http://www.library.um.ac.id/ptk. Diakses pada tanggal 04 April 2013.