ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA KEADILAN NE (1)
ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA KEADILAN NEOLIBERALISME,
SOSIALISME DAN ISLAM
Disusun sebagai tugas UAS matakuliah filsafat ekonomi islam
Dosen Pengampu : Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag
Oleh
IIN SOFIYANI, S.Pd
12030160001
PROGRAM STUDI MAGISTER EKONOMI SYARIAH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA KEADILAN NEOLIBERALISME,
SOSIALISME DAN ISLAM
Oleh:
Iin Sofiyani1
1
Mahasiswa Sekolah Pascasarjana IAIN Salatiga, [email protected]
ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan 1) keadilan neoliberalisme, 2) keadilan
sosialisme, 3) keadilan islam,. Keadilan neoliberalisme hanya berpihak pada yang berkuasa
dan yang kuat, yang lemah akan ditindas. Sehingga keadilan yang ada hanya berpihak pada
mereka yang berkuasa dan memiliki modal banyak serta pemerintah tidak dapat ikut campur
mengenai permasalahan di dalam negeri tersebut.
Pada sosialisme menyatakan bahwa 1. Semua alat produksi merupakan milik
masyarakat, baik merupakan milik negara (publik) ataupun merupakan milik bersama secara
kolektif. 2. Tiap individu merupakan buruh yang akan membantu masyarakat menurut
kecakapannya, dan akan mendapatkan ganti jasanya dalam produksi sesuai dengan
sumbangan produksinya, seperti slogan kaum sosialis. 7 3. Negara berkewajiban memberi
pengayoman bagi seluruh masnyarakat
Islam memberikan solusi prinsip keadilan agar tidak terjadi kemiskinan yang terus
meningkat dengan cara 1) pemerataan sumber daya alam dan lingkungan dalam rangka
partisipatif, 2) redistribusi kekayaan dan pendapatan dalam rangka memastikan keamanan
social, dan meningkatkan kpasitas dan otoritas bagi mereka yang kurang/ tidak beruntung, 3)
peran Negara merupakan pelengkap bagi pasar yang etis dengan maksud untuk menjamin
rasa keadilan dan tercapainya kesejahteraan publik
Keyword: keadilan, neoliberalisme, sosialisme, islam
PENDAHULUAN
Bagi umat manusia, prinsip keadilan merupakan salah satu prinsip yang sangat
penting dalam pergaulannya dengan komunitas masyarakat atau negara. Bahkan boleh
dikatakan tidak ada prinsip dasar yang sedemikian didambakan sepanjang sejarah umat
manusia seperti prinsip keadilan. Prinsip keadilan dalam berbagai dimensinya merupakan
citacita tertinggi umat manusia yang terkadang tidak mudah untuk direalisasikan.
Konsep keadilan mempunyai cakupan yang sangat luas, meliputi keadilan dalam
berbagai hubungan, antara lain: hubungan individu dengan dirinya sendiri, individu dengan
manusia dan masyarakatnya sendiri, individu dengan hakim dan para pihak yang berperkara
serta hubungan-hubungan dengan berbagai pihak terkait lainnya. Menurut Nurcholish
Madjid, prinsip keadilan sebagai hukum kosmos atau bagian dari hukum alam, menjadi suatu
prinsip yang sangat penting. Orang yang melanggar prinsip-prinsip keadilan, selain
melanggar, merusak dan merugikan tatanan hukum seluruh jagad raya, juga berarti
menentang sunnah Allah SWT dalam meciptakan dan menegakkan keadilan1.
1 Nurcholis Madjid, Pintu-pintu Menuju Tuhan, Cet. IV, (Jakarta: Paramadina, 2002), 40-43.
Di sisi lain, sebagai mana kita ketahui bahwa ternyata masih terdapat praktek
ketidakadilan, baik ditataran pemerintahan, masyarakat dan disekitar kita. Ini terjadi baik
karena kesengajaan atau tidak sengaja, hal ini menunjukkan rendahnya kesadaran manusia
akan keadilan atau berbuat adil terhadap sesama manusia atau dengan sesama makhluk
Hidup.
Dari latar belakang tersebut makalah ini akan memaparkan mengenai analisi
perbandingan keadilan neoliberalisme, sosialisme, dan islam.
KEADILAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keadilan sosial didefinisikan sebagai sama
berat, tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak kepada yang benar, berpegang pada
kebenaran.2 Kata adil (al-'adl) berasal dari bahasa Arab, dan dijumpai dalam al-Qur'an,
sebanyak 28 tempat yang secara etimologi bermakna pertengahan.3. Pengertian adil, dalam
budaya Indonesia, berasal dari ajaran Islam. Kata ini adalah serapan dari kata Arab ‘adl4
Secara etimologis, dalam Kamus Al-Munawwir, al’adl berarti perkara yang tengahtengah5. Dengan demikian, adil berarti tidak berat sebelah, tidak memihak, atau menyamakan
yang satu dengan yang lain (al-musâwah). Istilah lain dari al-‘adl adalah al-qist, al-misl (sama
bagian atau semisal). Secara terminologis, adil berarti mempersamakan sesuatu dengan yang
lain, baik dari segi nilai maupun dari segi ukuran, sehingga sesuatu itu menjadi tidak berat
sebelah dan tidak berbeda satu sama lain. Adil juga berarti berpihak atau berpegang kepada
kebenaran6. Menurut Ahmad Azhar Basyir, keadilan adalah meletakkan sesuatu pada tempat
yang sebenarnya atau menempatkan sesuatu pada proporsinya yang tepat dan memberikan
kepada seseorang sesuatu yang menjadi haknya7
Jadi keadilan adalah mempersamakan sesuatu dengan yang lain baik dari segi nilai
atau ukuran sehingga sesuatu itu menjadi tidak berat sebelah dan memihak kepada keadilan.
KEADILAN NEOLIBERALISME
Neoliberalisme menolak campur tangan negara dalam urusan ekonomi, karena mereka
yang mengikuti paham ini menganggap campur tangan negara pada akhirnya akan
2 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, hlm. 8
3
Muhammad Fu'ad Abd al-Baqiy, Al-Mu'jam al-Mufahras li Alfaz Al-Qur'an alKarim, Dar al-Fikr, Beirut,
1981, hlm. 448 – 449
4
M.Dawam Rahardjo, Ensiklopedi Al-Qur’an: Tafsir Sosial Berdasarkan KonsepKonsep Kunci,
Paramadina, Jakarta, 2002, hlm. 369.
5
Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Pustaka Progressif,
Yogyakarta, 1997, hlm. 906.
6 Abdual Aziz Dahlan, et. all, (editor), Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 2, PT Ichtiar Baru Van Hoeve,
Jakarta, 1997, hlm. 25
7 Ahmad Azhar Basyir, Negara dan Pemerintahan dalam Islam, UII Pres, Yogyakarta, 2000, hlm. 30
mendistorsi atau memutarbalikkan fakta pasar dan membuatnya tidak efisien dan tidak sesuai
kenyataan. Karenanya, liberalisasi dan privatisasi menjadi ciri penting dalam kebijakan
neoliberalisme pada tingkat domestic. 8
Neoliberalisme bertujuan mengembalikan kepercayaan pada kekuasaan pasar, dengan
pembenaran mengacu pada kebebasan. Seperti pada contoh kasus upah pekerja, dalam
pemahaman neoliberalisme pemerintah tidak berhak ikut campur dalam penentuan gaji
pekerja atau dalam masalah-masalah tenaga kerja sepenuhnya ini urusan antara si pengusaha
pemilik modal dan si pekerja. Pendorong utama kembalinya kekuatan kekuasaan pasar adalah
privatisasi aktivitas-aktivitas ekonomi, terlebih pada usaha-usaha industri yang dimiliki atau
dikelola pemerintah.
9
Dari uraian diatasa dapat disimpulkan bahwa keadilan neoliberalisme hanya berpihak
pada yang berkuasa dan yang kuat, yang lemah akan ditindas. Sehingga keadilan yang ada
hanya berpihak pada mereka yang berkuasa dan memiliki modal banyak serta pemerintah
tidak dapat ikut campur mengenai permasalahan di dalam negeri tersebut.
KEADILAN SOSIALISME
Mazhab sosialis ini berpendapat bahwa terjadinya kezaliman akibat adanya (hak)
kepemilikan, sehingga hak kepemilikan harus dihapus, baik secara mutlak (sosialisme
komunis) atau hanya penghapusan kepemilikan terhadap kekayaan produktif, yang biasa
disebut kapital, seperti tanah, pabrik, lintasan kereta api, pertambangan, dan lainnya. Artinya,
seseorang dilarang memiliki secara individu setiap barang yang mengahasilkan sesuatu.
Tidak boleh memiliki rumah untuk disewakan, begitu juga dengan pabrik, tanah dan
sebagainya. Namun mereka memberikan kepemilikan kepada individu terkait dengan barangbarang konsumsi (consumer goods) seperti mobil untuk dipakai sendiri, tidak boleh
disewakan. Tanah boleh dimiliki jika hasil pertanian tersebut untuk dikonsumsi sendiri. Ini
adalah doktrin sosialis kapitalis. Doktrin ini diterapkan di Rusia menurut konsep Karl Marx
(1818-1883) dalam bukunya ‘Das Capital’ tahun 1848, yang diterapkan kemudian oleh
Nikolai Lenin dan Joseph Stalin lalu Nikita Khrushchev. Mengenai kapitalis dan sosialisme
ini, Nabhani mengatkan : “Sosialisme ini semuanya rusak, dan telah ditinggalkan Negaranegara penganutnya, Rusia telah runtuh, Jerman 6 Timur (sekarang Jerman) akan kembali
menerapkan sistem kapitalis, meninggalkan sistem sosialis. Sistem ekonomi sosialis,
termasuk di antarnya komunisme, mempunyai pandangan yang bertolak belakang dengan
sistem ekonomi kapitalis”
8
Apridar, Ekonomi Internasional (Sejarah, Teori, Konsep dan Permasalahan dalam Aplikasinya),
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.20
9 Ibid. h21
Sosialisme sebagai falsafah hidup yang mendahulukan kepentingan umum dari pada
kepentingan individu, sama tuanya dengan aliran klasik bahkan lebih tua lagi. Tetapi kalau
yang dimaksudkan sosialisme yang mendasarkan suatu doktrin ekonomi serta politik tertentu
maka tidak lain yang dimaksudkan ialah sistem ekonomi sosialis. Seperti dikemukakan oleh
Jakob Oser bahwa aliran ini adalah aliran yang menentang prinsip-prinsip ekonomi klasik
yaitu: menolak ide laissef dan menolak adanya pernyataan bahwa akan terjadi kepentingan
yang harmonis di antara kelas-kelas yang berbeda. Di samping itu aliran ini menjadi pembela
dan pelopor tindakan-tindakan yang mengarah pada kepemilikan perusahaan yang bersifat
publik untuk memperbaiki kondisi masnyarakat, pemilikan ini bisa diselenggarakan oleh
pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah atau perusahaan yang bersifat koperativ.
Ujud tantangan yang ditunjukan pada kaum klasik, ternyata banyak sekali variasinya.
Namun prinsip-prinsipnya hampir sama, yaitu : 1. Semua alat produksi merupakan milik
masyarakat, baik merupakan milik negara (publik) ataupun merupakan milik bersama secara
kolektif. 2. Tiap individu merupakan buruh yang akan membantu masyarakat menurut
kecakapannya, dan akan mendapatkan ganti jasanya dalam produksi sesuai dengan
sumbangan produksinya, seperti slogan kaum sosialis. 7 3. Negara berkewajiban memberi
pengayoman bagi seluruh masnyarakat
KEADILAN DALAM ISLAM
Menurut Juhaya S.Praja, dalam Islam perintah berlaku adil ditujukan kepada setiap
orang tanpa pandang bulu. Perkataan yang benar harus disampaikan apa adanya walaupun
perkataan itu akan merugikan kerabat sendiri. Keharusan berlaku adil pun harus dtegakkan
dalam keluarga dan masyarakat muslim itu sendiri, bahkan kepada orang kafir pun umat
islam diperintahkan berlaku adil. Untuk keadilan sosial harus ditegakkan tanpa membedakan
karena kaya miskin, pejabat atau rakyat jelata, wanita atau pria, mereka harus diperlakukan
sama dan mendapat kesempatan yang sama.14 Senada dengan itu, Sayyid Qutb menegaskan
bahwa Islam tidak mengakui adanya perbedaan-perbedaan yang digantungkan kepada
tingkatan dan kedudukan.10
Aspek keadilan dalam islam meliputi keadilan hukum, ekonomi, dan politik. Keadilan
hukum dalam Islam tidak menyamakan hukuman di antara orang kuat dan orang lemah, tetapi
memiliki persepsi lain yang belum pernah ada sebelumnya, dan tidak dapat disamakan
dengan sistem hukum manapun sekarang ini, bahwa hukuman bisa menjadi lebih berat bila
pelakunya orang besar, dan hukuman sesuai dengan tindakan pidana, maka haruslah hukuman
10
Sayyid Qutb, “Keadilan Sosial dalam Islam”, dalam John J. Donohue dan John L. Esposito, Islam dan
Pembaharuan, Terj. Machnun Husein, CV Rajawali, Jakarta, 1984, hlm. 224.
itu menjadi lebih berat sesuai dengan kelas pelaku tindak pidana tersebut. Keadilan dalam
hukum Islam membawa suatu prinsip yang belum pernah dikenal sebelumnya. Sebagian
negaranegara di dunia sekarang tidak memberikan hukuman terhadap tindakan pidana yang
dilakukan seorang kepala negara, karena hukum itu tidak mengandaikan terjadinya tindakan
pidana dari seorang kepala negara. Para pembuat undang-undang menganggap pribadi kepala
negara sebagai orang yang dilindungi dan tidak dapat disentuh oleh hukum. 11
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keadilan sosial dalam aspek hukum
ditandai dengan adanya persamaan semua orang dihadapan hukum, selain itu hukum ada di
atas segalanya dan setiap orang dilindungi hak-haknya.
Konsep keadilan ekonomi ini mendapat perhatian penting bersama pelurusan akidah
(tauhid), oleh Fazlur Rahman disebut sebagai elan dasar al-Quran. Hal itu dapat dilihat dari
beberapa ayat al-Qur'an yang diturunkan dalam periode Mekah (Makkiyah) yang mencela
sikap masyarakat jahiliah yang berlaku zalim dalam bidang ekonomi dengan berbagai bentuk
dan manifestasi. 12 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsepsi keadilan
ekonomi yang Islami mempunyai ciri khas dari konsep ekonomi yang lain, di antaranya:
pertama, keadilan sosial Islami dilandasi prinsip keimanan yaitu, bahwa semua yang ada di
alam semesta adalah milik Allah. (Q.S. 10/Yunus:55). Kedua, keadilan sosial dalam Islam
pada moral, ketiga, secara filosofis, konsep keadilan sosial berlandaskan pada pandangannya
mengenai sesuatu yang memaksimumkan kebahagiaan manusia. Dengan kata lain,
kebahagiaan adalah wujud apa saja yang membahagiakan manusia.
Akhir-akhir ini kemiskinan meningkat hal ini terjadi karena kekurang adilan dalam
segala aspek. Islam memberikan solusi prinsip keadilan agar tidak terjadi kemiskinan yang
terus meningkat dengan cara 1) pemerataan sumber daya alam dan lingkungan dalam rangka
partisipatif, 2) redistribusi kekayaan dan pendapatan dalam rangka memastikan keamanan
social, dan meningkatkan kpasitas dan otoritas bagi mereka yang kurang/ tidak beruntung, 3)
peran Negara merupakan pelengkap bagi pasar yang etis dengan maksud untuk menjamin
rasa keadilan dan tercapainya kesejahteraan publik13
PENUTUP
Keadilan neoliberalisme hanya berpihak pada yang berkuasa dan yang kuat, yang
lemah akan ditindas. Sehingga keadilan yang ada hanya berpihak pada mereka yang berkuasa
11 Abdurrachman Qadir, Zakat Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial, hlm. 131 - 133
12
Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas tentang Transformasi Intelektual, Terj. Ahsin Mohammad,
Pustaka, Bandung, 2000, hlm. 21
13 Zakiyudin Baidhawy.”Dsitributive principles of economic justice:an Islamic prespective.IJIMS VO.2
Desmber 2012
dan memiliki modal banyak serta pemerintah tidak dapat ikut campur mengenai
permasalahan di dalam negeri tersebut.
Pada sosialisme menyatakan bahwa 1. Semua alat produksi merupakan milik
masyarakat, baik merupakan milik negara (publik) ataupun merupakan milik bersama secara
kolektif. 2. Tiap individu merupakan buruh yang akan membantu masyarakat menurut
kecakapannya, dan akan mendapatkan ganti jasanya dalam produksi sesuai dengan
sumbangan produksinya, seperti slogan kaum sosialis. 7 3. Negara berkewajiban memberi
pengayoman bagi seluruh masnyarakat
Islam memberikan solusi prinsip keadilan agar tidak terjadi kemiskinan yang terus
meningkat dengan cara 1) pemerataan sumber daya alam dan lingkungan dalam rangka
partisipatif, 2) redistribusi kekayaan dan pendapatan dalam rangka memastikan keamanan
social, dan meningkatkan kpasitas dan otoritas bagi mereka yang kurang/ tidak beruntung, 3)
peran Negara merupakan pelengkap bagi pasar yang etis dengan maksud untuk menjamin
rasa keadilan dan tercapainya kesejahteraan public
DAFTAR PUSTAKA
al-Baqiy, Fu'ad Abd Al-Mu'jam al-Mufahras li Alfaz Al-Qur'an alKarim, Dar al-Fikr, Beirut
Al-Munawwir, Ahmad Warson .1997. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Yogyakarta: Pustaka
Progressif,
Aziz Dahlan, Abdual et. all, (editor).1997.Ensiklopedi Hukum Islam,.jilid 2,.Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Hoeve, J
Basyir, Ahmad Azhar. 2000. Negara dan Pemerintahan dalam Islam. Yogyakarta:UII
Apridar.2009. Ekonomi Internasional (Sejarah, Teori, Konsep dan Permasalahan dalam Aplikasinya),
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Depdiknas.2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka
Madjid, Nurcholis.2002. Pintu-pintu Menuju Tuhan, Cet. IV.Jakarta: Paramadina
Rahman.Fazlur. 200. Islam dan Modernitas tentang Transformasi Intelektual, Terj. Ahsin
Mohammad,.Bandung:Pustaka
Rahardjo, M.Dawam.2002.Ensiklopedi Al-Qur’an: Tafsir Sosial Berdasarkan KonsepKonsep Kunci,
Paramadina, Jakarta.
Qadir, Abdurrachman .Zakat Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial
Qutb, Sayyid “Keadilan Sosial dalam Islam”, dalam John J. Donohue dan John L. Esposito, Islam dan
Pembaharuan, Terj. Machnun Husein, Jakarta : CV Rajawali
Baidhawy,Zakiyudin.2012. .”Dsitributive principles of economic justice:an Islamic prespective”IJIMS VOL 2.
SOSIALISME DAN ISLAM
Disusun sebagai tugas UAS matakuliah filsafat ekonomi islam
Dosen Pengampu : Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag
Oleh
IIN SOFIYANI, S.Pd
12030160001
PROGRAM STUDI MAGISTER EKONOMI SYARIAH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2017
ANALISIS PERBANDINGAN ANTARA KEADILAN NEOLIBERALISME,
SOSIALISME DAN ISLAM
Oleh:
Iin Sofiyani1
1
Mahasiswa Sekolah Pascasarjana IAIN Salatiga, [email protected]
ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan 1) keadilan neoliberalisme, 2) keadilan
sosialisme, 3) keadilan islam,. Keadilan neoliberalisme hanya berpihak pada yang berkuasa
dan yang kuat, yang lemah akan ditindas. Sehingga keadilan yang ada hanya berpihak pada
mereka yang berkuasa dan memiliki modal banyak serta pemerintah tidak dapat ikut campur
mengenai permasalahan di dalam negeri tersebut.
Pada sosialisme menyatakan bahwa 1. Semua alat produksi merupakan milik
masyarakat, baik merupakan milik negara (publik) ataupun merupakan milik bersama secara
kolektif. 2. Tiap individu merupakan buruh yang akan membantu masyarakat menurut
kecakapannya, dan akan mendapatkan ganti jasanya dalam produksi sesuai dengan
sumbangan produksinya, seperti slogan kaum sosialis. 7 3. Negara berkewajiban memberi
pengayoman bagi seluruh masnyarakat
Islam memberikan solusi prinsip keadilan agar tidak terjadi kemiskinan yang terus
meningkat dengan cara 1) pemerataan sumber daya alam dan lingkungan dalam rangka
partisipatif, 2) redistribusi kekayaan dan pendapatan dalam rangka memastikan keamanan
social, dan meningkatkan kpasitas dan otoritas bagi mereka yang kurang/ tidak beruntung, 3)
peran Negara merupakan pelengkap bagi pasar yang etis dengan maksud untuk menjamin
rasa keadilan dan tercapainya kesejahteraan publik
Keyword: keadilan, neoliberalisme, sosialisme, islam
PENDAHULUAN
Bagi umat manusia, prinsip keadilan merupakan salah satu prinsip yang sangat
penting dalam pergaulannya dengan komunitas masyarakat atau negara. Bahkan boleh
dikatakan tidak ada prinsip dasar yang sedemikian didambakan sepanjang sejarah umat
manusia seperti prinsip keadilan. Prinsip keadilan dalam berbagai dimensinya merupakan
citacita tertinggi umat manusia yang terkadang tidak mudah untuk direalisasikan.
Konsep keadilan mempunyai cakupan yang sangat luas, meliputi keadilan dalam
berbagai hubungan, antara lain: hubungan individu dengan dirinya sendiri, individu dengan
manusia dan masyarakatnya sendiri, individu dengan hakim dan para pihak yang berperkara
serta hubungan-hubungan dengan berbagai pihak terkait lainnya. Menurut Nurcholish
Madjid, prinsip keadilan sebagai hukum kosmos atau bagian dari hukum alam, menjadi suatu
prinsip yang sangat penting. Orang yang melanggar prinsip-prinsip keadilan, selain
melanggar, merusak dan merugikan tatanan hukum seluruh jagad raya, juga berarti
menentang sunnah Allah SWT dalam meciptakan dan menegakkan keadilan1.
1 Nurcholis Madjid, Pintu-pintu Menuju Tuhan, Cet. IV, (Jakarta: Paramadina, 2002), 40-43.
Di sisi lain, sebagai mana kita ketahui bahwa ternyata masih terdapat praktek
ketidakadilan, baik ditataran pemerintahan, masyarakat dan disekitar kita. Ini terjadi baik
karena kesengajaan atau tidak sengaja, hal ini menunjukkan rendahnya kesadaran manusia
akan keadilan atau berbuat adil terhadap sesama manusia atau dengan sesama makhluk
Hidup.
Dari latar belakang tersebut makalah ini akan memaparkan mengenai analisi
perbandingan keadilan neoliberalisme, sosialisme, dan islam.
KEADILAN
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, keadilan sosial didefinisikan sebagai sama
berat, tidak berat sebelah, tidak memihak, berpihak kepada yang benar, berpegang pada
kebenaran.2 Kata adil (al-'adl) berasal dari bahasa Arab, dan dijumpai dalam al-Qur'an,
sebanyak 28 tempat yang secara etimologi bermakna pertengahan.3. Pengertian adil, dalam
budaya Indonesia, berasal dari ajaran Islam. Kata ini adalah serapan dari kata Arab ‘adl4
Secara etimologis, dalam Kamus Al-Munawwir, al’adl berarti perkara yang tengahtengah5. Dengan demikian, adil berarti tidak berat sebelah, tidak memihak, atau menyamakan
yang satu dengan yang lain (al-musâwah). Istilah lain dari al-‘adl adalah al-qist, al-misl (sama
bagian atau semisal). Secara terminologis, adil berarti mempersamakan sesuatu dengan yang
lain, baik dari segi nilai maupun dari segi ukuran, sehingga sesuatu itu menjadi tidak berat
sebelah dan tidak berbeda satu sama lain. Adil juga berarti berpihak atau berpegang kepada
kebenaran6. Menurut Ahmad Azhar Basyir, keadilan adalah meletakkan sesuatu pada tempat
yang sebenarnya atau menempatkan sesuatu pada proporsinya yang tepat dan memberikan
kepada seseorang sesuatu yang menjadi haknya7
Jadi keadilan adalah mempersamakan sesuatu dengan yang lain baik dari segi nilai
atau ukuran sehingga sesuatu itu menjadi tidak berat sebelah dan memihak kepada keadilan.
KEADILAN NEOLIBERALISME
Neoliberalisme menolak campur tangan negara dalam urusan ekonomi, karena mereka
yang mengikuti paham ini menganggap campur tangan negara pada akhirnya akan
2 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002, hlm. 8
3
Muhammad Fu'ad Abd al-Baqiy, Al-Mu'jam al-Mufahras li Alfaz Al-Qur'an alKarim, Dar al-Fikr, Beirut,
1981, hlm. 448 – 449
4
M.Dawam Rahardjo, Ensiklopedi Al-Qur’an: Tafsir Sosial Berdasarkan KonsepKonsep Kunci,
Paramadina, Jakarta, 2002, hlm. 369.
5
Ahmad Warson Al-Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Pustaka Progressif,
Yogyakarta, 1997, hlm. 906.
6 Abdual Aziz Dahlan, et. all, (editor), Ensiklopedi Hukum Islam, jilid 2, PT Ichtiar Baru Van Hoeve,
Jakarta, 1997, hlm. 25
7 Ahmad Azhar Basyir, Negara dan Pemerintahan dalam Islam, UII Pres, Yogyakarta, 2000, hlm. 30
mendistorsi atau memutarbalikkan fakta pasar dan membuatnya tidak efisien dan tidak sesuai
kenyataan. Karenanya, liberalisasi dan privatisasi menjadi ciri penting dalam kebijakan
neoliberalisme pada tingkat domestic. 8
Neoliberalisme bertujuan mengembalikan kepercayaan pada kekuasaan pasar, dengan
pembenaran mengacu pada kebebasan. Seperti pada contoh kasus upah pekerja, dalam
pemahaman neoliberalisme pemerintah tidak berhak ikut campur dalam penentuan gaji
pekerja atau dalam masalah-masalah tenaga kerja sepenuhnya ini urusan antara si pengusaha
pemilik modal dan si pekerja. Pendorong utama kembalinya kekuatan kekuasaan pasar adalah
privatisasi aktivitas-aktivitas ekonomi, terlebih pada usaha-usaha industri yang dimiliki atau
dikelola pemerintah.
9
Dari uraian diatasa dapat disimpulkan bahwa keadilan neoliberalisme hanya berpihak
pada yang berkuasa dan yang kuat, yang lemah akan ditindas. Sehingga keadilan yang ada
hanya berpihak pada mereka yang berkuasa dan memiliki modal banyak serta pemerintah
tidak dapat ikut campur mengenai permasalahan di dalam negeri tersebut.
KEADILAN SOSIALISME
Mazhab sosialis ini berpendapat bahwa terjadinya kezaliman akibat adanya (hak)
kepemilikan, sehingga hak kepemilikan harus dihapus, baik secara mutlak (sosialisme
komunis) atau hanya penghapusan kepemilikan terhadap kekayaan produktif, yang biasa
disebut kapital, seperti tanah, pabrik, lintasan kereta api, pertambangan, dan lainnya. Artinya,
seseorang dilarang memiliki secara individu setiap barang yang mengahasilkan sesuatu.
Tidak boleh memiliki rumah untuk disewakan, begitu juga dengan pabrik, tanah dan
sebagainya. Namun mereka memberikan kepemilikan kepada individu terkait dengan barangbarang konsumsi (consumer goods) seperti mobil untuk dipakai sendiri, tidak boleh
disewakan. Tanah boleh dimiliki jika hasil pertanian tersebut untuk dikonsumsi sendiri. Ini
adalah doktrin sosialis kapitalis. Doktrin ini diterapkan di Rusia menurut konsep Karl Marx
(1818-1883) dalam bukunya ‘Das Capital’ tahun 1848, yang diterapkan kemudian oleh
Nikolai Lenin dan Joseph Stalin lalu Nikita Khrushchev. Mengenai kapitalis dan sosialisme
ini, Nabhani mengatkan : “Sosialisme ini semuanya rusak, dan telah ditinggalkan Negaranegara penganutnya, Rusia telah runtuh, Jerman 6 Timur (sekarang Jerman) akan kembali
menerapkan sistem kapitalis, meninggalkan sistem sosialis. Sistem ekonomi sosialis,
termasuk di antarnya komunisme, mempunyai pandangan yang bertolak belakang dengan
sistem ekonomi kapitalis”
8
Apridar, Ekonomi Internasional (Sejarah, Teori, Konsep dan Permasalahan dalam Aplikasinya),
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), h.20
9 Ibid. h21
Sosialisme sebagai falsafah hidup yang mendahulukan kepentingan umum dari pada
kepentingan individu, sama tuanya dengan aliran klasik bahkan lebih tua lagi. Tetapi kalau
yang dimaksudkan sosialisme yang mendasarkan suatu doktrin ekonomi serta politik tertentu
maka tidak lain yang dimaksudkan ialah sistem ekonomi sosialis. Seperti dikemukakan oleh
Jakob Oser bahwa aliran ini adalah aliran yang menentang prinsip-prinsip ekonomi klasik
yaitu: menolak ide laissef dan menolak adanya pernyataan bahwa akan terjadi kepentingan
yang harmonis di antara kelas-kelas yang berbeda. Di samping itu aliran ini menjadi pembela
dan pelopor tindakan-tindakan yang mengarah pada kepemilikan perusahaan yang bersifat
publik untuk memperbaiki kondisi masnyarakat, pemilikan ini bisa diselenggarakan oleh
pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah atau perusahaan yang bersifat koperativ.
Ujud tantangan yang ditunjukan pada kaum klasik, ternyata banyak sekali variasinya.
Namun prinsip-prinsipnya hampir sama, yaitu : 1. Semua alat produksi merupakan milik
masyarakat, baik merupakan milik negara (publik) ataupun merupakan milik bersama secara
kolektif. 2. Tiap individu merupakan buruh yang akan membantu masyarakat menurut
kecakapannya, dan akan mendapatkan ganti jasanya dalam produksi sesuai dengan
sumbangan produksinya, seperti slogan kaum sosialis. 7 3. Negara berkewajiban memberi
pengayoman bagi seluruh masnyarakat
KEADILAN DALAM ISLAM
Menurut Juhaya S.Praja, dalam Islam perintah berlaku adil ditujukan kepada setiap
orang tanpa pandang bulu. Perkataan yang benar harus disampaikan apa adanya walaupun
perkataan itu akan merugikan kerabat sendiri. Keharusan berlaku adil pun harus dtegakkan
dalam keluarga dan masyarakat muslim itu sendiri, bahkan kepada orang kafir pun umat
islam diperintahkan berlaku adil. Untuk keadilan sosial harus ditegakkan tanpa membedakan
karena kaya miskin, pejabat atau rakyat jelata, wanita atau pria, mereka harus diperlakukan
sama dan mendapat kesempatan yang sama.14 Senada dengan itu, Sayyid Qutb menegaskan
bahwa Islam tidak mengakui adanya perbedaan-perbedaan yang digantungkan kepada
tingkatan dan kedudukan.10
Aspek keadilan dalam islam meliputi keadilan hukum, ekonomi, dan politik. Keadilan
hukum dalam Islam tidak menyamakan hukuman di antara orang kuat dan orang lemah, tetapi
memiliki persepsi lain yang belum pernah ada sebelumnya, dan tidak dapat disamakan
dengan sistem hukum manapun sekarang ini, bahwa hukuman bisa menjadi lebih berat bila
pelakunya orang besar, dan hukuman sesuai dengan tindakan pidana, maka haruslah hukuman
10
Sayyid Qutb, “Keadilan Sosial dalam Islam”, dalam John J. Donohue dan John L. Esposito, Islam dan
Pembaharuan, Terj. Machnun Husein, CV Rajawali, Jakarta, 1984, hlm. 224.
itu menjadi lebih berat sesuai dengan kelas pelaku tindak pidana tersebut. Keadilan dalam
hukum Islam membawa suatu prinsip yang belum pernah dikenal sebelumnya. Sebagian
negaranegara di dunia sekarang tidak memberikan hukuman terhadap tindakan pidana yang
dilakukan seorang kepala negara, karena hukum itu tidak mengandaikan terjadinya tindakan
pidana dari seorang kepala negara. Para pembuat undang-undang menganggap pribadi kepala
negara sebagai orang yang dilindungi dan tidak dapat disentuh oleh hukum. 11
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa keadilan sosial dalam aspek hukum
ditandai dengan adanya persamaan semua orang dihadapan hukum, selain itu hukum ada di
atas segalanya dan setiap orang dilindungi hak-haknya.
Konsep keadilan ekonomi ini mendapat perhatian penting bersama pelurusan akidah
(tauhid), oleh Fazlur Rahman disebut sebagai elan dasar al-Quran. Hal itu dapat dilihat dari
beberapa ayat al-Qur'an yang diturunkan dalam periode Mekah (Makkiyah) yang mencela
sikap masyarakat jahiliah yang berlaku zalim dalam bidang ekonomi dengan berbagai bentuk
dan manifestasi. 12 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsepsi keadilan
ekonomi yang Islami mempunyai ciri khas dari konsep ekonomi yang lain, di antaranya:
pertama, keadilan sosial Islami dilandasi prinsip keimanan yaitu, bahwa semua yang ada di
alam semesta adalah milik Allah. (Q.S. 10/Yunus:55). Kedua, keadilan sosial dalam Islam
pada moral, ketiga, secara filosofis, konsep keadilan sosial berlandaskan pada pandangannya
mengenai sesuatu yang memaksimumkan kebahagiaan manusia. Dengan kata lain,
kebahagiaan adalah wujud apa saja yang membahagiakan manusia.
Akhir-akhir ini kemiskinan meningkat hal ini terjadi karena kekurang adilan dalam
segala aspek. Islam memberikan solusi prinsip keadilan agar tidak terjadi kemiskinan yang
terus meningkat dengan cara 1) pemerataan sumber daya alam dan lingkungan dalam rangka
partisipatif, 2) redistribusi kekayaan dan pendapatan dalam rangka memastikan keamanan
social, dan meningkatkan kpasitas dan otoritas bagi mereka yang kurang/ tidak beruntung, 3)
peran Negara merupakan pelengkap bagi pasar yang etis dengan maksud untuk menjamin
rasa keadilan dan tercapainya kesejahteraan publik13
PENUTUP
Keadilan neoliberalisme hanya berpihak pada yang berkuasa dan yang kuat, yang
lemah akan ditindas. Sehingga keadilan yang ada hanya berpihak pada mereka yang berkuasa
11 Abdurrachman Qadir, Zakat Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial, hlm. 131 - 133
12
Fazlur Rahman, Islam dan Modernitas tentang Transformasi Intelektual, Terj. Ahsin Mohammad,
Pustaka, Bandung, 2000, hlm. 21
13 Zakiyudin Baidhawy.”Dsitributive principles of economic justice:an Islamic prespective.IJIMS VO.2
Desmber 2012
dan memiliki modal banyak serta pemerintah tidak dapat ikut campur mengenai
permasalahan di dalam negeri tersebut.
Pada sosialisme menyatakan bahwa 1. Semua alat produksi merupakan milik
masyarakat, baik merupakan milik negara (publik) ataupun merupakan milik bersama secara
kolektif. 2. Tiap individu merupakan buruh yang akan membantu masyarakat menurut
kecakapannya, dan akan mendapatkan ganti jasanya dalam produksi sesuai dengan
sumbangan produksinya, seperti slogan kaum sosialis. 7 3. Negara berkewajiban memberi
pengayoman bagi seluruh masnyarakat
Islam memberikan solusi prinsip keadilan agar tidak terjadi kemiskinan yang terus
meningkat dengan cara 1) pemerataan sumber daya alam dan lingkungan dalam rangka
partisipatif, 2) redistribusi kekayaan dan pendapatan dalam rangka memastikan keamanan
social, dan meningkatkan kpasitas dan otoritas bagi mereka yang kurang/ tidak beruntung, 3)
peran Negara merupakan pelengkap bagi pasar yang etis dengan maksud untuk menjamin
rasa keadilan dan tercapainya kesejahteraan public
DAFTAR PUSTAKA
al-Baqiy, Fu'ad Abd Al-Mu'jam al-Mufahras li Alfaz Al-Qur'an alKarim, Dar al-Fikr, Beirut
Al-Munawwir, Ahmad Warson .1997. Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Yogyakarta: Pustaka
Progressif,
Aziz Dahlan, Abdual et. all, (editor).1997.Ensiklopedi Hukum Islam,.jilid 2,.Jakarta: PT Ichtiar Baru Van
Hoeve, J
Basyir, Ahmad Azhar. 2000. Negara dan Pemerintahan dalam Islam. Yogyakarta:UII
Apridar.2009. Ekonomi Internasional (Sejarah, Teori, Konsep dan Permasalahan dalam Aplikasinya),
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Depdiknas.2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka
Madjid, Nurcholis.2002. Pintu-pintu Menuju Tuhan, Cet. IV.Jakarta: Paramadina
Rahman.Fazlur. 200. Islam dan Modernitas tentang Transformasi Intelektual, Terj. Ahsin
Mohammad,.Bandung:Pustaka
Rahardjo, M.Dawam.2002.Ensiklopedi Al-Qur’an: Tafsir Sosial Berdasarkan KonsepKonsep Kunci,
Paramadina, Jakarta.
Qadir, Abdurrachman .Zakat Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial
Qutb, Sayyid “Keadilan Sosial dalam Islam”, dalam John J. Donohue dan John L. Esposito, Islam dan
Pembaharuan, Terj. Machnun Husein, Jakarta : CV Rajawali
Baidhawy,Zakiyudin.2012. .”Dsitributive principles of economic justice:an Islamic prespective”IJIMS VOL 2.