Pengembangan Sistem Latihan Ujian Nasion

Pengembangan Sistem Latihan Ujian Nasional (Try Out) Online Menggunakan
Metode Pengembangan Scrum di SMA Al Kamal
Nelza Oktarini1
Program Studi Magister Teknik Elektro, Fakultas Pasca Sarjana,
Universitas Mercu Buana, Menteng, Jakarta, Indonesia
Dosen : DR Ir Iwan Krisnadi MBA

(1)

Abstrak
Persiapan menghadapi Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) perlu dilakukan oleh sekolah agar siswa
membiasakan diri dalam ujian berbantuan/berbasis komputer. Salah satu cara yang dapat dilakukan sekolah
adalah dengan mengembangkan suatu sistem Latihan Ujian Nasional (Try Out) Online. Sebagai langkah
antisipasi menghadapi UN, try out adalah tahapan evaluasi yang dijadikan tolak ukur. Try out yang lazim
digunakan adalah tes tertulis menggunakan paper and pencil test, serta koreksi jawaban secara manual. Jenis
tes secara konevensional ini masih kurang efektif dan efisien. Penelitian ini bermaksud untuk mengembangkan
Sistem Latihan Ujian Nasional (try out) berbasis web yang dapat diakses melalui berbagai web browser,
sehingga dapat diakses dimana saja dengan menggunakan media komputer. Fokus penelitian ini adalah pada
pengembangan Sistem Latihan Ujian Nasional (Try Out) pada SMA Al Kamal. Menggunakan Metode Pendekatan
Pengembangan Scrum. Hasil Penelitian ini adalah Sistem Latihan Ujian Nasional (Try Out) berbasis web yang mampu
menampilkan soal-soal try out sesuai per mata pelajaran di jurusan IPA dan dapat melakukan penilaian hasil jawaban

secara langsung, dengan demikian diharapkan dapat membantu siswa dalam upaya menghadapi Ujian Nasional

Kata Kunci : Perangkat tes, Try Out, Ujian Nasional, Metode Scrum

I.

PENDAHULUAN
II. Penilaian merupakan proses penting
dalam pembelajaran, karena dengan penilaian
dapat diketahui tingkat pemahaman dan
kompetensi siswa pada materi dan dalam jangka
waktu tertentu. Penilaian di sekolah harus
mencakup tiga aspek, yaitu aspek kognitif,
psikomotorik, dan afektif. Aspek afektif dapat
dilakukan/dinilai melalui pengamatan guru
dalam perilaku siswa sehari-hari di setiap
pembelajaran. Sementara penilaian aspek
psikomotorik dapat menggunakan lembar
penilaian kompetensi, sedangkan penilaian
aspek kognitif biasa dilakukan dengan

melakukan tes hasil belajar.
III. Menurut peranan fungsionalnya dalam
pembelajaran, penilaian/tes hasil belajar dibagi
menjadi empat macam, yaitu: (1)Tes Formatif,
(2)Tes Sumatif, (3)Tes Diagnostik, dan (4)Tes
Penempatan (Purwanto, 2009). Tes formatif
digunakan untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan siswa setelah mengikuti proses

pembelajaran. Tes formatif diujikan setelah
siswa menyelesaikan materi-materi tertentu. Tes
formatif dalam praktek pembelajaran dikenal
sebagai ulangan harian, sedangkan tes sumatif
merupakan tes yang digunakan untuk
mengetahui penguasaan siswa atas sejumlah
materi yang disampaikan dalam satuan kurun
waktu tertentu seperti caturwulan atau semester.
Dalam praktik pembelajaran, tes sumatif dikenal
sebagai ujian akhir semester atau caturwulan
tergantung satuan waktu yang digunakan untuk

menyelesaikan materi tersebut.
IV. Salah satu bentuk pelaksanaan tes
sumatif adalah Ujian Akhir Semeter dan Ujian
Nasional (UN). Pelaksanaan ujian akhir
semester dilakukan melalui cara konvensional,
seperti menggunakan kertas sebagai media soal
dan
instrumen
penilaian,
perhitungan
menggunakan
manual
atau
berbantuan
kalkulator, dan pelaksanaan ujian yang harus
diawasi oleh pengawas. Sistem ujian
konvensional ini biasa disebut ujian berbasis

kertas (paper based test/ PBT) atau Paper and
Pencil Test (P&P Test). Tidak hanya sistem

ujian, kendala muncul saat proses pemeriksaan
jawaban siswa, guru terkadang mengalami
kendala seperti kesulitan tulisan siswa yang
tidak terbaca sempurna, kualitas kertas yang
kadang tidak baik, dan faktor human error dari
guru sendiri.
V. Tidak berbeda dengan ujian akhir
semester, pelaksanaan Ujian Nasional juga
masih menggunakan cara konvensional. Ujian
Nasional yang telah dilaksanakan sejak tahun
pelajaran 2004/2005 dilakukan untuk menilai
pencapaian standar kompetensi lulusan secara
nasional. Hasil UN digunakan sebagai salah satu
pertimbangan untuk pemetaan mutu program
dan/atau satuan pendidikan, dasar seleksi masuk
ke jenjang pendidikan berikutnya, penentuan
kelulusan siswa dari program dan/atau satuan
pendidikan, pembinaan dan pemberian bantuan
kepada satuan pendidikan dalam upaya untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Ujian Nasional

berbasis kertas (Paper Based Test/PBT)
mempunyai beberapa kelemahan, di antaranya:
bentuk soal yang digunakan pada suatu ujian
sulit untuk dibuat bervariasi; tampilan soal
terbatas, hanya dua dimensi; diperlukan banyak
kertas dan biaya penggandaan yang cukup besar;
pengamanan kerahasian soal relatif sulit dan
memerlukan biaya cukup besar; pengolahan
hasil memerlukan waktu yang relatif lama. Oleh
karena itu, diperlukan upaya untuk mengatasi
kelemahan Ujian Nasional agar tujuan
pelaksanaan ujian dapat tercapai dengan baik.
VI. Penyelenggaraan
tes
berbantuan/
berbasis komputer didukung oleh Menteri
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang
menyatakan bahwa pelaksanaan ujian nasional
dengan sistem komputer atau computer based
test (CBT) lebih fleksibel atau dinamis karena

tidak harus terjadwal secara nasional pada waktu
yang sama (Albasyariah, 2015). Berkaitan
dengan pernyataan tersebut, Pusat Penilaian
Pendidikan
telah
mengembangkan
penyelenggaraan
Ujian
Nasional
berbantuan/berbasis komputer dan telah
diujicobakan di dua sekolah Indonesia di luar

negeri, yaitu Singapura dan Kuala Lumpur.
Hasil ujicoba tersebut menunjukkan bahwa ujian
dengan
menggunakan
komputer
(CBT)
memungkinkan untuk digunakan pada siswa di
Indonesia (PUSPENDIK, 2015). Ujian Nasional

berbasis komputer akan mulai dirintis tahun
2015. Sebanyak 724 sekolah yang tersebar di
129 kabupaten/kota pada 27 propinsi di
Indonesia sedang diverifikasi (Anbarini, 2015).
Kegiatan verifikasi meliputi pengecekan
infrastruktur
dan
kesediaan
sekolah
melaksanakan CBT. Sekolah yang menjadi
perintis pelaksanaan CBT adalah sekolah yang
bersedia dan memiliki infrastruktur memadai.
VII. Persiapan menghadapi Ujian
Nasional berbantuan/berbasis komputer
perlu dilakukan sekolah agar siswa
membiasakan diri melakukan Try Out.
Salah satu cara yang dapat dilakukan
sekolah
dalam
mengantisipasi

kelemahan-kelemahan yang ada saat di
dalam sistem try out secara konvensional
saat ini maka dibentuklah suatu
perangkat tes berbasis komputer yang
dapat berungsi sebagai alat bantu try out
bagi siswa, membantu siswa agar
mampu belajar mandiri, mengoptimalkan
waktu belajar di luar jam sekolah,
memberi pengujian yang efektif dan
efisien
serta
mampu
melakukan
pengujian secara cepat, tepat dan
memudahkan
dalam
melakukan
pengujian serta penilaian.
VIII. Maka pada penelitian ini akan
dilakukan pengembangan sistem latihan

Ujian Nasional atau yang biasa disebut
try out dengan memanfaatkan soal
pilihan ganda. Dalam pembuatan soal
pilihan ganda dalam penilaian hasil
kegiatan belajar dinilai sebagai metode
yang
tepat,
karena
melibatkan
kemampuan siswa untuk mengingat
tentang apa yang telah dipelajari
sebelumnya. Dan diharapkan setelah
siswa mengikuti latihan ujian nasional
(try out) ini akan lebih siap dalam
mengahadapi ujian nasional yang
2

sesungguhnya. Dalam pelaksanaannya,
sebagian sarana belajar dalam rangka
pengembangan sistem latihan ujian

menghadapi ujian nasional dengan
nasional (try out) ini akan dikembangkan
menggunakan pendekatan metode scrum.
berbasis web dengan menggunakan
XII.
XIII. METODOLOGI PENELITIAN
pendekatan metodologi scrum.
XIV. Metodologi yang digunakan
IX. Dalam pengembangan sistem
dalam pengembangan sistem ini adalah
informasi metode pengembangan sistem
Scrum. Scrum adalah sebuah proses
yang
dapat
digunakan
kerangka kerja yang telah digunakan
bermacammacam seperti Sekuensial
semenjak tahun 1990 untuk mengelola
Linier (Waterfall) Model, Incremental
pengembangan produk yang kompleks.

XV.
Model, RAD Model, JAD Model,
XVI.
Scrum bukanlah sebuah proses atau
Prototyping Model, Component Based
tehnik untuk membuat produk melainkan
Model dan Agile Model. Dari model
sebuah kerangka kerja yang di dalamnya
tersebut Agile merupakan salah satu
dapat dimasuki berbagai proses dan
model yang terbaru dan memiliki
tehnik. Scrum menawarkan kerangka
langkah yang berbeda dengan metode
kerja yang menjaga semua proses dapat
pengembangan perangkat lunak lainnya.
terlihat dengan jelas. Praktisi Scrum
Perbedaan tesebut meliputi cara kerja dan
dimungkinkan untuk mengetahui secara
langkah–langkah yang ada pada Agile
persis apa yang sedang terjadi, sehingga
model
dapat membuat penyesuaian untuk
X.
Nur Salahudin
Fajri
menjaga proyek berjalan sesuai tujuan
dalam
penelitian
“Rancang
yang
diinginkan
(Schwaber
&
BangunSistem Informasi Pusat
Sutherland, 2011).
Bahasa, Budaya, dan Agama di UIN
XVII.
Scrum memiliki tiga kelompok fase,
Sunan Kali Jaga Menggunakan Metode
berikut merupakan kelompok dari fase
Scrum”. Menulis, dalam pengembangan
Scrum :
suatu sistem, sulit di prediksi hal-hal apa
1.
Pregame
saja
yang
akan
terjadi
saat
a. Perencanaan (Planning)
pengembangan berlangsung, keinginan
XVIII.
Tahapan perencanaan atau menganalisis
pemilik produk (Product Owner) dapat
sistem ujian nasional (try out) pada SMA Al
berubah
sewaktu-waktu.
Gagal
Kamal merupakan gagasan-gagasan yang
beradaptasi dengan perubahan menjadi
dimiliki oleh product owner untuk
salah satu penyebab kegagalan suatu
mengembangkan sebuah sistem yang
proyek. Maka dari itu, diperlukan
diinginkannya. Gagasan-gagasan tersebut
metode pengembangan sistem yang
biasanya berupa gambaran cara kerja sistem
tanggap terhadap perubahan. Scrum
dan seluruh hal yang merupakan kebutuhan
merupakan metodologi yang termasuk
dari sistem yang akan dikembangkan
dalam agile software development. Salah
(Schwaber & Sutherland, 2011)
satu mainfesto pengembangan software
2. Game
agile adalah tanggap terhadap perubahan
XIX. Pada fase ini terdapat Development
lebih dari mengikuti perencanaan. Oleh
Sprints,
yaitu
pengembangan
dari
karena itu Scrum digunakan dalam
fungsionalitas
yang
baru,
dengan
pengembangan sistem informasi PBBA.
memperhatikan variabel waktu, permintaan,
XI.
Berdasarkan permasalah
kualitas, harga, dan kompetisi. Interaksi dari
tersebut, akan dibuat suatu sistem latihan
variabel tersebut akan mendefinisikan akhir
ujian nasional (try out) berbasis web
dari fase ini. Terdapat banyak Sprint yang
sehingga dapat dimanfaatkan siswa
dilakukan pada fase ini.
3

XX.

Aktivitas –aktivitas yang dilakukan XXIV. Setelah Sprint berakhir, pengembang
(penulis) melakukan sprint review Sistem
dalam metode Sprint diantaranya :
Latihan Ujian (try out) pada SMA Al Kamal.
a. Product Backlog
Pada saat sprint review melibatkan
XXI. Product backlog merupakan daftar
Pengembang,
Product
Owner
dan
keseluruhan hal yang dibutuhkan di dalam
stakeholder
yang
akan
melakukan
review
suatu produk dan merupakan sumber utama
potongan produk (product increment) yang
daftar untuk semua perubahan yang perlu
telah dikembangkan dalam satu Sprint. Pada
dilakukan terhadap produk. Product Owner
saat Sprint Review, seluruh pihak juga
bertanggung jawab terhadap product
membahas perencanaan dan strategi untuk
backlog, baik dari isinya, keberadaannya
Sprint berikutnya. Pertemuan Sprint Review
dan urutannya. Sprint backlog, product
ini dihadiri oleh Product Owner (Dani, S.E.,
backlog menjabarkan keseluruhan fitur,
M.Pd selaku kepala sekolah), Pengembang
fungsi, kebutuhan, penyempurnaan dan
(penulis), dan customer (perwakilan siswa
perbaikan yang akan dilakukan terhadap
SMA Al Kamal), stakeholders (Silmy
produk pada rilis berikutnya. Daftar product
Kaavah P., S.Psi selaku wakasek bagian
backlog memiliki atribut deskripsi, urutan dan
kurikulum), ahli, dan beberapa orang yang
estimasi.
Product
backlog
diurutkan
berdasarkan nilai, resiko, prioritas dan
tertarik untuk bergabung bisa juga guru dan
keterdesakan dan urutan teratas dari product
pamong SMA Al Kamal.
backlog adalah hal yang paling utama untuk
3. Sprint Backlog
diperhatikan dalam aktivitas pengembangan.
XXV. Pada fase ini terdapat Closure, Closure
(Schwaber & Sutherland, 2011)
merupakan satu fase yang menyatakan
b. Sprint
bahwa manajemen dari tim merasa bahwa
XXII. Perulangan atau iterasi pada Scrum
variabel dari waktu, kompetisi, permintaan,
memiliki batas waktu (time-box) selama 30
harga, dan kualitas telah sesuai untuk versi
hari atau kurang. Dalam Scrum, putaran ini
terbaru yang akan dirilis, dengan demikian
disebut Sprint. Sprint selalu sama dan
proyek dinyatakan "closed" dan memasuki
konsisten sepanjang pengembangan produk.
fase ini. Fase ini mempersiapkan produk
Apabila Tim Scrum memilih durasi Sprint
yang telah dikembangkan untuk beberapa
selama 2 minggu, maka sepanjang
kelengkapan
umum
lainnya
seperti
pengembangan produk, panjang sebuah
integrasi, pengujian sistem, dokumentasi,
Sprint selalu konstan 2 minggu. Di akhir
persiapan materi pelatihan penggunaan
Sprint,
Tim
Pengembang
harus
sistem, dan persiapan materi pemasaran.
menyelesaikan sebuah potongan produk XXVI.
(product increment) yang dapat digunakan
III. IMPLEMENTASI
oleh pengguna dan berpotensi untuk dirilis XXVII.
Implementasi yang dibahas pada bagian
ke lingkungan produksi.
ini adalah implementasi proses sprint,
c. Sprint Planing
yaitu
proses
pengerjaan
fiturXXIII. Adalah kegiatan untuk merencanakan
fitur/kebutuhan sistem yang telah
pekerjaan sistem latihan ujian nasional (try
direncanakan dalam bentuk sprint
out) SMA Al Kamal yang akan dilakukan
backlog. Implementasi yang akan
oleh penulis selama satu Sprint. Pada saat
dibahas adalah implementasi basis data
Sprint Planning dilakukan, Product Owner
dan implementasi desain user interface
dalam hal ini bapak Dani S.E., M.Pd datang
tiap sprint. Terdapat dua kali sprint pada
dengan product backlog yang sudah disusun
penelitian ini. Adapun penjelasan kedua
berurutan
kemudian
diserahkan
ke
sprint tersebut adalah sebagai berikut
pengembang (penulis).
Sprint I:
d. Sprint Review and Retrospective
4

 Implementasi Basis Data
XXVIII.
XXIX.
Table 1 Tabel User
XXX.

LVIII.
LIX.
LX.
LXI.
LXII.
LXIII.
LXIV.
LXV.
LXVI.

XXXI.
XXXII.
XXXIII.

XXXIV.
XXXV.

Gambar 1 Halaman Dashboard

Sprint II
Implementasi Basis Data

LXVII.
LXVIII.
LXIX.

XXXVI.
Table 2 Tabel Admin
LXX.
XXXVII.
XXXVIII.
XXXIX.
LXXI.
XL.
 Implementasi User Interface
A. Pengguna
XLI.
LXXII.
Table 4 Hasil Pengujian Functionality Sistem Sisi
XLII.
Pengguna
XLIII.
LXXIII.
XLIV.
LXXIV.
XLV.
LXXV.
XLVI.
LXXVI.
XLVII.
LXXVII.
XLVIII.
LXXVIII.
XLIX.
LXXIX.
L.
LXXX.
LI.
Gambar 2 Halaman User Interface Home (admin) LXXXI.
LII.
LXXXII.
IV. HASIL DAN PENGUJIAN
LXXXIII.
LIII.
Hasil Pengujian Fungsionalitas LXXXIV.
V. dan Usability Sistem :
LXXXV.
LIV.
Table 3 Daftar Jumlah Responden
LXXXVI.
LV.
LXXXVII.
LXXXVIII.
LVI.
LXXXIX.
XC.
LVII.
5

XCI.
XCII.
XCIII.
XCIV.
XCV.
XCVI.

CXXIV.
CXXV.
CXXVI.
Table 5 Hasil Pengujian Usability Sistem Sisi
Pengguna

CXXVII.
CXXVIII.

XCVII.
XCVIII.
XCIX.
C.
CI.
CII.
CIII.
CIV.
CV.
CVI.
CVII.
CVIII.
CIX.
CX.
CXI.

Table 7 Hasil Pengujian Usability Sistem Sisi
Admin

CXXIX.

CXXX.
CXXXI.
B. Admin
CXXXII.
CXII.
Table 6 Hasil Pengujian Functionality Sistem Sisi CXXXIII.
Admin
CXXXIV.
V. KESIMPULAN
CXIII.
CXXXV.
Penelitian pengembangan Sistem Latihan
Ujian Nasional (Try Out) Online yang dilakukan
CXIV.
di SMA Al Kamal dengan menggunakan metode
pendekatan pengembangan Scrum yang dapat
CXV.
mengubah sistem try out secara konvensional
yang terdapat di SMA Al Kamal sudah berhasil
CXVI.
dilakukan. Aplikasi tersebut merupakan aplikasi
yang dirancang guna mempersiapkan siswa
CXVII.
SMA untuk menghadapi Ujian Nasional
CXVIII.
menggunakan komputer. System offline service
yang dikembangkan untuk memudahkan dalam
CXIX.
perawatan dan pengoperasian aplikasi, sehingga
guru/tim tryout Ujian Nasional di sekolahCXX.
sekolah dapat menggunakan sistem ini dengan
mudah.
CXXI.
CXXXVI.
VI. DAFTAR PUSTAKA
CXXII.
[1] Albasyariah. (2015, Februari 24). UJIAN
NASIONAL 2015 Berbasis “computer based
CXXIII.
6

[4] Nur Salahudin Fajri. (2013). “Rancang Bangun
Sistem Informasi Pusat Bahasa, Budaya dan Agama
di UIN Sunan Kali Jaga Menggunakan Metode
Scrum”. Vol. hal 1-5

test”(CBT). Retrieved from albasyariah:
http://albasyariah.sch.id/?p=417

CXXXVII.
[2] Ambler, Scott W. (2001). An Introducation to Agile
Modeling. Terjemahan: Proboyekti, Umi. (2008).
Yogyakarta: Universitas Kristen Duta Wacana

CXXXVIII.
[3] Anbarini, R. (2015, Maret 04). CBT Hanya untuk
Sekolah yang Bersedia dan Miliki Infrastruktur
Memadai. Retrieved from kemdikbud.go.id:
http://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2015/03/cbthanya-untuksekolah-yang-bersedia-dan-milikiinfrastruktur-memadai-3883-38833883

CXXXIX.

CXL.
[5] Purwanto. (2009). Evaluasi
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hasil

Belajar.

CXLI.
[6] PUSPENDIK. (2015, Januari 5). Retrieved from
litbang.kemdikbud.go.id:
http://litbang.kemdikbud.go.id/pengumuman/Menge
nal%20Puspendik %205%20Jan%202015-2.pdf

CXLII.
[7] Suparman, A. M. (2010). Desain Instruksional.
Universitas Terbuka.

7

CXLIII.