HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DENG

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA DENGAN HASIL BELAJAR SEMESTER V AKADEMI KEBIDANAN GIRI SATRIA HUSADA WONOGIRI TAHUN 2014 SKRIPSI

  Diajukan Sebagai Syarat Untuk Pendaftaran S2 Kebidanan Universitas Brawijaya

OKTA KUSWANINGRUM

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

  Peningkatan kualitas sumber daya manusia sudah merupakan suatu keharusan bagi bangsa Indonesia apalagi pada era globalisasi yang menuntut kesiapan setiap bangsa untuk bersaing secara bebas. Pada era globalisasi hanya bangsa-bangsa yang berkualitas tinggi yang mampu bersaing atau berkompetisi di pasar bebas. Dalam hubungannya dengan budaya kompetisi tersebut, bidang pendidikan memegang peranan yang sangat penting dan strategis karena merupakan salah satu wahana untuk menciptakan kualitas sumber daya manusia, oleh karena itu sudah semestinya kalau pembangunan sektor pendidikan menjadi prioritas utama yang harus dilakukan pemerintah (Arifuddin, 2009).

  Strategi dan sistem belajar di perguruan tinggi jelas sangat berbeda dengan cara belajar di sekolah menengah umum. Sebagai seorang mahasiswa kita di wajibkan untuk mempunyai kemampuan dan daya belajar yang lebih dari seorang siswa biasa. Karena metode belajar di perguruan tinggi menuntut setiap mahasiswa untuk memilki kemandirian dan disiplin pribadi (Wisnuyogi, 2012).

  Menurut Slameo (2010) factor- factor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu factor intern dan

  Pentingnya peranan motivasi dalam proses pembelajaran perlu dipahami oleh pendidik agar dapat melakukan berbagai bentuk tindakan atau bantuan kepada siswa. Teori behaviorisme menjelaskan motivasi sebagai fungsi rangsangan dan respons, sedangkan apabila dikaji menggunakan teori kognitif, motivasi merupakan fungsi dinamika psikologis yang lebih rumit, melibatkan kerangka berpikir siswa terhadap berbagai aspek perilaku (Sofa, 2008).

  Motivasi berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya (Sardiman, 2007).

  Hasil belajar masih menjadi tolak ukur kompetensi mahasiswa di bidang ilmunya. Oleh karena itu, banyak institusi kerja yang menggunakan indeks prestasi belajar mahasiswa untuk penerimaan karyawan. Namun kenyataannya, banyak mahasiswa yang memiliki prestasi belajar rendah (Sumargi, 2008).

  Hasil belajar yang tinggi dapat dicapai dengan ketekunan belajar yang terbentuk dari adanya motivasi belajar yang akan mengarahkan perilaku mahasiswa pada pencapaian prestasi belajar yang maksimal (Hajar, 2010).

  Penelitian dari Kourosh , dkk (2011) menunjukkan bahwa Analisis data menunjukkan korelasi positif dan signifikan antara Motivasi Akademik dan Prestasi Akademik. Selanjutnya sub-skala tugas, usaha, kompetisi, kepedulian sosial dalam

  Hasil penelitian Wigunantiningsih (2005) menyatakan bahwa semakin tinggi motivasi belajar mahasiswa maka akan semakin tinggi pula prestasi belajarnya. Mahasiswa yang mempunyai motivasi kuat akan memiliki banyak energi untuk belajar. Mereka dapat belajar terus menerus dan tidak mudah lelah. Motivasi dapat memaksimalkan pencapaian hasil belajar mahasiswa.

  Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang Hubungan Antara Motivasi belajar Dengan Hasil Belajar pada Mahasiswa Semester V Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri.

B. Perumusan masalah

  Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah “Apakah terdapat Hubungan Antara Motivasi belajar Dengan Hasil Belajar pada Mahasiswa Semester V Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri ?”.

C. Tujuan

  1. Tujuan Umum

  Untuk mengetahui Hubungan Antara Motivasi belajar Dengan Hasil Belajar pada Mahasiswa Semester V Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri.

  2. Tujuan Khusus

  a. Untuk mengetahui motivasi belajar pada mahasiswa semester V prodi

  DIII Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wobogiri.

  b. Untuk mengetahui hubungan motivasi dengan hasil belajar pada

  mahasiswa semester V prodi DIII Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri.

D. Manfaat

  Memberikan masukan dalam penyusunan teori dan konsep-konsep baru untuk mengembangkan ilmu pendidikan serta membantu mahasiswa mencapai prestasi belajar yang optimal dengan menumbuhkan motivasi mahasiswa melalui tenaga pendidik, orang tua maupun sesama mahasiswa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan teori

  1. Belajar

  a. Pengertian Belajar

  Proses belajar adalah suatu proses dimana seseorang merenungkan, mengingat atau berusaha menjadi lebih baik atas kesadaran diri sendiri, sedangkan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan berbagai komponen yang saling berhubungan. Komponen-komponen tersebut antara lain guru, siswa, materi, media, suasana pembelajaran, dan sebagainya (Asrori, 2008).

  Menurut Suprihatiningrum (2013), Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan. Dapat dikatakan juga bahwa belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dan menghasil kanperubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan serta nilai- nilai, dan sikap.

  mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan (Suparno, 2012).

  Menurut Sugiharto dkk (2007) belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Santrock dan Yussen (1994) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relative permanen karena adanya pengalaman.

  Menurut Hamalik (2003), pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Beliau juga mengemukakan bahwa ada tiga pengertian pembelajaran berdasarkan teori belajar, yaitu : (1) pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar para peserta didik; (2) pembelajaran adalah upaya mempersiapkan anak didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik; dan (3) pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.

  Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah menkonstruksikan pengetahuan yang didapat untuk lebih memahami dan menjadi lebih ahli, sedangkan pembelajaran merupakan proses atau cara Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah menkonstruksikan pengetahuan yang didapat untuk lebih memahami dan menjadi lebih ahli, sedangkan pembelajaran merupakan proses atau cara

  Menurut Slameto (2010) setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik antara lain seperti dikemukakan berikut ini.

  1) Perubahan terjadi secara sadar

  Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

  2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

  Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya. Misalnya jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis.

  3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

  Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan itu diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak

  Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Misalnya kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan terus berkembang kalau terus dilatih atau dipergunakan.

  5) Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah

  Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

  6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

  Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.

  b. Faktor- faktor yang mempengaruhi belajar

  Menurut Slameto (2010), ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu :

  1) Faktor intern : faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Terdiri dari tiga faktor yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

  Faktor psikologis meliputi: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kemandirian belajar, kematangan dan kesiapan.

  2) Faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor ekstern dapat dikelompokan menjadi tiga faktor yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Faktor keluarga meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah.

  3) Faktor masyarakat meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

  2. Motivasi

  a. Pengertian Motivasi

  Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Maka motivasi dapat diartikan sebagai daya

  Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 1992).

  b. Kebutuhan dan Teori tentang Motivasi

  Menurut Morgan dan ditulis kembali oleh S. Nasution, manusia hidup dengan memilikki berbagai kebutuhan (Sardiman, 2012):

  1) Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk sesuatu aktivitas

  Hal ini sangat penting bagi anak, karena perbuatan sendiri itu mengandung suatu kegembiraan baginya. Sesuai dengan konsep ini, bagi orangtua yang memaksa anak untuk diam di rumah saja adalah bertentangan dengan hakikat anak. Activities in it self is a pleasure. Hal ini dapat dihubungkan dengan suatu kegiatan belajar bahwa pekerjaan atau belajar itu akan berhasil kalau disertai dengan rasa gembira.

  2) Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain

  Banyak orang yang dalam kehidupannya memiliki motivasi untuk banyak berbuat sesuatu demi kesenangan oranglain. Harga diri seseorang dapat dinilai dari berhasil tidaknya usaha memberikan kesenangan pada oranglain. Hal ini sudah barang tentu merupakan kepuasan dan Banyak orang yang dalam kehidupannya memiliki motivasi untuk banyak berbuat sesuatu demi kesenangan oranglain. Harga diri seseorang dapat dinilai dari berhasil tidaknya usaha memberikan kesenangan pada oranglain. Hal ini sudah barang tentu merupakan kepuasan dan

  3) Kebutuhan untuk mencapai hasil

  Suatu pekerjaan atau kegiatan belajar itu akan berhasil baik, kalau disertai dengan “pujian”. Aspek “pujian” ini merupakan dorongan bagi seseorang untuk bekerja dan belajar dengan giat. Apabila hasil pekerjaan atau usaha belajar itu tidak dihiraukan oranglain guru atau orang tua misalnya, boleh jadi kegiatan anak menjadi berkurang. Anak-anak harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan sesuatu dengan hasil yang optimal, sehingga ada “sense of succes”. Pujian atau reinforcement ini harus selalu dikaitkan dengan prestasi yang baik.

  4) Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan

  Suatu kesulitan dan hambatan, mungkin cacat, mungkin menimbulkan rasa rendah diri, tetapi hal ini menjadi dorongan untuk mencari kompensasi dengan usaha yang tekun dan luar biasa, sehingga tercapai kelebihan keunggulan dalam bidang tertentu. Sikap anak terhadap kesulitan atau hambatan ini sebenarnya banyak bergantung pada keadaan dan sikap lingkungan. Sehubungan dengan ini maka peranan motivasi sangat penting dalam upaya menciptakan kondisi-kondisi tertentu yang lebih kondusif bagi mereka untuk berusaha agar

  Teori tentang motivasi yang selalu bergayut dengan soal kebutuhan (Sardiman, 2012), yaitu:

  a) Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat, dan sebagainya.

  b) Kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa aman, bebas dari

  rasa takut dan kecemasan.

  c) Kebutuhan akan cinta dan kasih: kasih, rasa diterima dalam suatu masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok).

  d) Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan

  bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, pembentukan pribadi.

  Teori-teori tentang motivasi (Sardiman, 2012):

  1) Teori insting

  Menurut teori ini tindakan setiap diri manusia diasumsikan seperti tingkah jenis binatang. Tindakan manusia itu dikatakan selalu berkait dengan insting atau pembawaan. Dalam memberikan respons terhadap adanya kebutuhan seolah-olah tanpa dipelajari. Tokoh dari teori ini adalah Mc. Dougall.

  2) Teori fisiologis

  Teori ini juga disebutnya “Behaviour theories”. Menurut teori ini Teori ini juga disebutnya “Behaviour theories”. Menurut teori ini

  3) Teori psikoanalitik

  Teori ini mirip denga teori insting, tetapi lebih ditekankan pada unsur-unsur kejiwaa yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap tindakan manusia karena adanya unsur pribadi manusia yakni id dan ego. Tokoh dari teori ini adalah Freud.

  c. Macam-macam Motivasi

  Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi (Sardiman, 2012), yaitu:

  1) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya

  a) Motif-motif bawaan

  Motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya: dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk beristirahat. Motif ini seringkali disebut motif yang diisyaratkan secara biologis. Arden N. Frandsen memberi istilah jenis motif Physiological drives.

  b) Motif-motif yang dipelajari b) Motif-motif yang dipelajari

  Disamping itu, Frandsen masih menambahkan jenis-jenis motif berikut ini:

  a) Cognitive motives

  Motif ini menunjuk pada gejala intrinsic, yakni menyangkut kepuasan individual. Kepuasan individual yang berada di dalam diri manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental. Jenis motif ini adalah sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan intelektual.

  b) Self-expression

  Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia, yang penting kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Untuk ini memang diperlukan kreativitas, penuh imajinasi. Jadi dalam hal ini seseorang memilikki keinginan untuk aktualisasi diri.

  c) Self-enhancement

  Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan kamjuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan kamjuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri

  2) Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodmarth dan Marquis

  a) Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk minum, makan, bernafas,seksual berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat. Sesuai dengan jenis Physiological drives dari Frandsen.

  b) Motif-motif darurat.Jenis motif darurat ini, antaralain: dorongan untuk

  menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar.

  c) Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.

  3) Motivasi jasmaniah dan rohaniah

  Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua, yakni: motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Motivasi jasmani seperti misalnya: refleks, insting otomatis, nafsu. Sedangkan motivasi rohaniah adalah kemauan.

  4) Motivasi intrinsik dan ekstrinsik

  a) Motivasi intrinsik a) Motivasi intrinsik

  Perilaku yang disebabkan atau muncul tanpa perlu adanya ganjaran atas perbuatan, dan tidak perlu hukuman untuk tidak melakukannya. Motif yang demikian biasanya disebut motif intrinsik. (Uno B Hamzah, 2012)

  b) Motivasi ekstrinsik

  Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh adalah seorang itu belajar,karena tahu besok pagi akan ujian dengan harapan mendapatlan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya atau temannya.

  Perilaku individu yang hanya muncul karena adanya hukuman atau tidak muncul karena ada hukuman. Motif yang menyebabkan perilaku itu, seakan-akan dari luar (ganjaran atau hukuman). Motif semacam itu disebut motif ekstrinsik. (Uno B Hamzah, 2012)

  d. Fungsi Motivasi

  Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pihak itu sebenarnya dilatarbelakangi pleh sesuatu atau yang secara umum dinamakan Serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing pihak itu sebenarnya dilatarbelakangi pleh sesuatu atau yang secara umum dinamakan

  1) Mendorong manusia untuk berbuat. Motivasi dalam hal ini merupakan

  motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan.

  2) Menentukan arah perbuatan. Motivasi dapat memberikan arah dan

  kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya yang hendak dicapai.

  Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut.

  Menurut Sardiman (2001) indikator motivasi belajar adalah sebagai berikut:

  a. Tekun menghadapi tugas.

  b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)

  c. Menunjukkan minat.

  d. Lebih senang bekerja mandiri.

  e. Cepat bosan pada tugas – tugas rutin

  f. Dapat mempertahankan pendapatnya.

  3. Hasil Belajar

  Menurut Sudjana (2011) dilihat dari fungsinya, jenis penilaian ada

  Penilaian yang dilaksanankan pada akhir program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar itu sendiri. Dengan demikian, penilaian formatif berorientasi kepada proses belajar mengajar. Dengan penialaian formatif diharapkan guru dapat memperbaiki program pengajaran dan strategi pelaksanaannya.

  b. Penilaian Sumatif Penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, yaitu akhir catur wulan, UAS, dan akhir tahun. Tujuannya adalah untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa, yakni seberapa jauh tujuan- tujuan kurikuler dikuasai para siswa. Penilaian ini berorientasi kepada produk, bukan kepada proses.

  c. Penilaian Diagnostik Penilaian yang bertujuan untuk melihat kelemahan- kelemahan siswa serta faktor penyebabnya. Penilaian ini dilaksanakan untuk keperluan bimbingan belajar, pengajaran remedial (remedial teaching), menemukan kasus- kasus, dll. Soal- soal tentunya disusun agar dapat ditemukan jenis kesulitan belajar yang dihadapi oleh para siswa.

  d. Penilaian Selektif Penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, misalnya ujian saringan masuk ke lembaga pendidikan tertentu.

  e. Penilaian Penempatan e. Penilaian Penempatan

  Menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:

  a. Faktor internal

  1) Faktor jasmaniah (fisiologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh).

  2) Faktor psikologi, terdiri atas :

  a) Faktor intelektif : Faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat. Faktor kecakapan nyata, yaitu prestasi yang telah dimiliki.

  b) Faktor non-intelektif yaitu unsur kepribadian tertentu seperti

  sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan lain- lain.

  3) Faktor kematangan fisik maupun psikis.

  b. Yang tergolong faktor eksternal adalah :

  1) Faktor sosial yang terdiri atas : Lingkungan keluarga, Lingkungan sekolahkampus, masyarakat, dan kelompok.

  2) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi

  3) Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim.

  4) Faktor lingkungan spiritual atau keagamaan

  Penilaian hasil belajar di perguruan tinggi dilakukan secara berkala yang dapat berbentuk ujian, pelaksanaan tugas, dan pengamatan oleh dosen. Ujian dapat diselenggarakan melalui ujian tengah semester, ujian akhir semester, ujian akhir program studi, ujian skripsi, ujian tesis, dan ujian disertasi. Penilaian hasil belajar dinyatakan dengan huruf A, B, C, D, dan E yang masing- masing bernilai 4, 3, 2, 1, dan 0 (Kepmen, 2000).

  Penilaian pencapaian kompetensi dasar siswa dilakukan berdasar indikator, adapun hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian adalah : 1) penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi, 2) penilaian menggunakan acuan kriteria, berdasarkan apa yang bisa dilakukan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran, 3) hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran, program remidi atau pengayaan (BSNP, 2007).

  Hasil belajar menurut Gagne Briggs adalah kemampuan- kemampuan yang dimilikki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan siswa (learner’s performance). Dalam dunia pendidikan, terdapat bermacam-macam tipe hasil belajar yang telah

  Reigeluth (1983) berpendapat bahwa hasil belajar atau pembelajaran dapat juga dipakai sebagai pengaruh yang memberikan suatu ukuran nilai dari metode (strategi) alternatif dalam kondisi yang berbeda. Secara spesifik bahwa hasil belajar adalah suatu kinerja (performance) yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas (kemampuan) yang telah diperoleh. Hasil belajar selalu dinyatakan dalam bentuk tujuan (khusus) perilaku (unjuk kerja) (Suprihatiningrum, 2013). Ada beberapa aspek dalam hasil belajar, yaitu :

  Menurut Uno (2006), tujuan pembelajaran biasanya diarahkan pada salah satu kawasan dari taksonomi pembelajaran. Krathwohl, Bloom, Masia (1973) memilah taksonomi pembelajaran dalam tiga kawasan, yakni kawasan kognitif, kawasan afektif dan kawasan psikomotorik.

  Sesuai dengan taksonomi tujuan pembelajaran, hasil belajar dibedakan dalam tiga aspek, yaitu (Suprihatiningrum, 2013):

  a. Aspek Kognitif

  Dimensi kognitif adalah kemampuan yang berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah, seperti pengetahuan komperehensif, aplikatif, sintesis, analisis, dan pengetahuan evaluatif. Kawasan kognitif adalah kawasan yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan sampai tingkat yang lebih tinggi, yakni evaluasi (Suprihatiningrum,

  Anderson Krathwohl (1973)membedakan aspek kognitif dalam dua dimensi, yaitu the knowledge (dimensi pengetahuan) dan the cognitive process dimension (dimensi proses kognitif).

  1) The Knowledge Dimension (Dimensi Pengetahuan)

  a) Factual knowledge (pengetahuan fakta)

  b) Knowledge of terminology (pengetahuan tentang istilah)

  c) Knowledge of specific details and elements (pengetahuan tentang

  unsur-unsur khusus dan detail)

  2) Conceptual knowledge (pengetahuan tentang konsep)

  a. Knowledge of classifications and categories (pengetahuan tentang penggolongan dan kategori)

  b. Knowledge of principles and generalizations (pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi)

  c. Knowledge of theories, model, and structure (pengetahuan tentag teori, model, dan struktur)

  3) Procedural knowledge (pengetahuan tentang prosedur)

  a) Knowledge of subject-specific skills and algorithms (pengetahuan tentang subjek keterampilan khusus dan algoritma)

  b) Knowledge of subject-specific techniques and methods (pengetahuan tentang subjek teknik dan metode khusus)

  c) Knowledge of criteria for determining when to use appropriate

  4) Metacognitive knowledge (pengetahuan metakognitif)

  a) Strategic knowledge (pengetahuan tentang strategi)

  b) Knowledge about cognitive tasks, including appropriate contextual and conditional knowledge (pengetahuan tentang tugas kognitif termasuk pengetahuan kontekstual dan kondisional yang sesuai)

  c) Self-knowledge (pengetahuan pribadi)

  5) The Cognitive Process Dimension (Dimensi Proses Kognitif)

  a) Remember (mengingat)

  b) Understand (memahami)

  c) Apply (menerapkan)

  d) Analyze (menganalisis)

  e) Evaluate (mengevaluasi)

  f) Create (menciptakan)

  b. Aspek Afektif

  Menurut Uno (2006), ada lima tingkat afeksi dari yang paling sederhana ke yang kompleks, yaitu kemauan menerima, kemauan menanggapi, berkeyakinan, penerapan karya, serta ketekunan dan ketelitian. Kemauan menerima merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu. Kemauan menanggapi merupakan kegiatan yang merujuk pada partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu. Berkeyakinan berkenaan dengan kemauan Menurut Uno (2006), ada lima tingkat afeksi dari yang paling sederhana ke yang kompleks, yaitu kemauan menerima, kemauan menanggapi, berkeyakinan, penerapan karya, serta ketekunan dan ketelitian. Kemauan menerima merupakan keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu. Kemauan menanggapi merupakan kegiatan yang merujuk pada partisipasi aktif dalam kegiatan tertentu. Berkeyakinan berkenaan dengan kemauan

  Menurut Depdiknas (2007), aspek afektif yang bisa dinilai di sekolah, yaitu sikap, minat, nilai, dan konsep diri, yang akan dijabarkan sebagai berikut:

  1) Sikap

  Sikap adalah perasaan positif atau negatif terhadap suatu objek, bisa berupa kegiatan atau mata pelajaran.

  2) Minat

  Minat bertujuan umtuk memperoleh informasi tentang minat siswa terhadap suatu mata pelajaran yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan minat siswa terhadap suatu mata pelajarn.

  3) Nilai

  Nilai adalah keyakinan tentang keadaan suatu objek atau kegiatan. Nilai menjadi pengatur penting dari minat, sikap, dan kepuasan.

  4) Konsep Diri

  Konsep diri digunakan untuk menentukan jenjang karier siswa, yaitu dengan mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, maka bisa dipilih alternatif karier yang tepat bagi diri siswa.

  alam perasaan, entah objek tersebut berupa orang, benda atau kejadian peristiwa, ciri yang lain terletak dalam belajar mengungkapkan perasaan dalam bentuk ekspresi yang wajar.

  Menurut Krathwohl, Bloom, Masia (1973), tingkat afektif ini ada lima, dari yang paling sederhana ke yang kompleks, yaitu:

  1) Receiving (penerimaan)

  Penerimaan mencakup kepekaan adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memerhatikan rangsangan tersebut. Namun perhatian itu amsih pasif.

  2) Responding (partisipasi)

  Partisipasi mencakup kerelaan untuk memerhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Kesediaan tersebut dinyatakan dalam memberikan suatu refleksi terhadap rangsangan yang disajikan.

  3) Valuing (penilaian penentuan sikap)

  Penilaian penentuan sikap mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian tersebut. Mulai dibentuk suatu sikap: menerima, menolak, atau mengabaikan. Sikap itu dinyatakan dalam tingkahlaku yang sesuai dan konsisten dengan sikap dan batin. Kemampuan tersebut dinyatakan dalam suatu perkataan atau Penilaian penentuan sikap mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan membawa diri sesuai dengan penilaian tersebut. Mulai dibentuk suatu sikap: menerima, menolak, atau mengabaikan. Sikap itu dinyatakan dalam tingkahlaku yang sesuai dan konsisten dengan sikap dan batin. Kemampuan tersebut dinyatakan dalam suatu perkataan atau

  

  4) Organization (organisasi)

  Organisasi mencakup kerelaan untuk memerhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Kesediaan itu dinyatakan dalam memberikan suatu refleksi terhadap rangsangan yang disajikan.

  5) Characterization by value or value value complex (pembentukan

  pola hidup)

  Pembentukan pola hidup mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedimikian rupa agar menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri. Orang telah memilikki suatu perangkat nilai yang jelas hubungannya satu sama lain, yang menjadi pedoman dalam bertindak dan konsisten dalam kurun waktu cukup lama. Kemampuan itu dinyatakan dalam pengaturan hidup diberbagai bidang.

  c. Aspek Psikomotorik

  Kawasan psikomotorik mencakup tujuan yang berkaitan dengan ketrampilan (skill) yang bersifat manual atau motorik dan mempunyai berbagai tingkatan (Suprihatiningrum, 2013).Urutan paling sederhana

  Persepsi berkenaan dengan dengan penggunaan indra dalam melakukan kegiatan. Kesiapan berkenaan dengan melakukan sesuatu kegiatan, termasuk di dalamnya mental set (kesiapan mental), physical set (kesiapan fisik), atau emitional set (kesiapan emosi perasaan) untuk melakukan suatu tindakan. Mekanisme berkenaan dengan penampilan respons yang sudah dipelajari dan menjadi kebiasaan sehingga gerakan yang ditampilkan menunjukkan pada suatu kemahiran. Respon terbimbing seperti meniru (imitasi) atau mengikuti, mengulangi perbuatan yang diperintahkan atau ditunjukkan oleh oranglain, dan melakukan kegiatan coba-coba (trial and error). Kemahiran adalah penampilan gerakan motorik dengan ketrampilan penuh, yang dipertunjukkan cepat dengan hasil yang baik tetapi menggunakan sedikit tenaga. Adaptasi berkenaan dengan ketrampilan yang sudah berkembang pada diri individu sehingga yang bersangkutan mampu memodifikasi (membuat perubahan) pada pola gerakan sesuai situasi dan kondisi tertentu. Organisasi menunjukkan kepada penciptaan pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi atau masalah tertentu. Hal ini dapat dilakukan oleh orang yang sudah mempunyai ketrampilan tinggi (Suprihatiningrum, 2013).

  Menurut klasifikasi Simpon (Winkel, 2007), ranah psikomotor mencakup tujuan yang berkaitan dengan ketrampilan (skil) yang

  Urutan tingkat yang paling sederhana sampai ke yang paling kompleks, sebagai berikut:

  1) Perception (persepsi)

  Persepsi mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing- masing rangsangan. Adanya kemampuan untuk dinyatakan dalam suatu rekasi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulasi) dan perbedaan antara seluruh rangsangan yang ada.

  2) Set (kesiapan)

  Kesiapan mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangkaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan mental.

  3) Guided response (gerakan terbimbing)

  Gerakan terbimbing mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh yang diberikan (imitasi). Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakan anggota tubuh, menurut contoh yang diperlihatkan atau diperdengarkan.

  Gerakan yang terbiasa mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memerhatikan lagi contoh yang diberikan. Kemampuan ini dinyatakan dalam menggerakan anggota tubuh bagian tubuh, sesuai dengan prosedur yang tepat.

  5) Complex response (gerakan yang kompleks)

  Gerakan yang kompleks mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat, dan efisien. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutan dan menggabungkan beberapa subketerampilan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik yang teratur.

  6) Adjustment (penyesuaian pada gerakan)

  Penyesuaian pada gerakan mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan pola gerak-gerik dengan kondisi detempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang telah mencapai kemahiran.

  7) Creativity (kreativitas)

  Kreativitas mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri. Hanya sosok orang yang berketerampilan tinggi

  Klasifikasi ini mengandung suatu urutan dalam taraf keterampilan dan pada umumnya cenderung mengikuti urutan dari fase dalam proses belajar motorik.

B. Kerangka Teori

  Hasil

  Motivasi

  Belajar

  (IPK)

  Bagan 2.1 Kerangka Teori

C. Kerangka Konsep Penelitian

  Variabel Bebas

  Variabel Terikat

  1. Motivasi Belajar

  Hasil Belajar

  Bagan 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

D. Hipotesis

  Ada hubungan antara motivasi belajar dengan hasil belajar pada mahasiswa semester V prodi DIII Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri.

  BAB II TINJAUAN PUSTAKA

E. Landasan teori

  4. Belajar

  a. Pengertian Belajar

  Proses belajar adalah suatu proses dimana seseorang merenungkan, mengingat atau berusaha menjadi lebih baik atas kesadaran diri sendiri, sedangkan pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan berbagai komponen yang saling berhubungan. Komponen-komponen tersebut antara lain guru, siswa, materi, media, suasana pembelajaran, dan sebagainya (Asrori, 2008).

  Menurut Suprihatiningrum (2013), Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan tingkah laku tertentu, baik yang dapat diamati secara langsung maupun yang tidak dapat diamati secara langsung sebagai pengalaman (latihan) dalam interaksinya dengan lingkungan. Dapat dikatakan juga bahwa belajar sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan dan menghasil kanperubahan dalam pengetahuan dan pemahaman, keterampilan serta nilai- nilai, dan sikap.

  mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seseorang sehingga pengertiannya dikembangkan (Suparno, 2012).

  Menurut Sugiharto dkk (2007) belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Santrock dan Yussen (1994) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relative permanen karena adanya pengalaman.

  Menurut Hamalik (2003), pembelajaran merupakan suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi dalam mencapai tujuan pembelajaran. Beliau juga mengemukakan bahwa ada tiga pengertian pembelajaran berdasarkan teori belajar, yaitu : (1) pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar para peserta didik; (2) pembelajaran adalah upaya mempersiapkan anak didik untuk menjadi warga masyarakat yang baik; dan (3) pembelajaran adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.

  Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah menkonstruksikan pengetahuan yang didapat untuk lebih memahami dan menjadi lebih ahli, sedangkan pembelajaran merupakan proses atau cara Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah menkonstruksikan pengetahuan yang didapat untuk lebih memahami dan menjadi lebih ahli, sedangkan pembelajaran merupakan proses atau cara

  Menurut Slameto (2010) setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik antara lain seperti dikemukakan berikut ini.

  7) Perubahan terjadi secara sadar

  Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

  8) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

  Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya. Misalnya jika seorang anak belajar menulis, maka ia akan mengalami perubahan dari tidak dapat menulis menjadi dapat menulis.

  9) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

  Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan itu diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak

  Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Misalnya kecakapan seorang anak dalam memainkan piano setelah belajar, tidak akan hilang begitu saja melainkan akan terus dimiliki bahkan akan terus berkembang kalau terus dilatih atau dipergunakan.

  11) Perubahan dalam belajar bertujuan dan terarah

  Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perubahan belajar terarah kepada perubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

  12) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

  Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.

  b. Faktor- faktor yang mempengaruhi belajar

  Menurut Slameto (2010), ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu :

  4) Faktor intern : faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Terdiri dari tiga faktor yaitu: faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

  Faktor psikologis meliputi: intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kemandirian belajar, kematangan dan kesiapan.

  5) Faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar individu. Faktor ekstern dapat dikelompokan menjadi tiga faktor yaitu : faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Faktor keluarga meliputi: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan. Faktor sekolah meliputi: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran diatas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah.

  6) Faktor masyarakat meliputi: kegiatan siswa dalam masyarakat, media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

  5. Motivasi

  e. Pengertian Motivasi

  Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Maka motivasi dapat diartikan sebagai daya

  Menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 1992).

  f. Kebutuhan dan Teori tentang Motivasi

  Menurut Morgan dan ditulis kembali oleh S. Nasution, manusia hidup dengan memilikki berbagai kebutuhan (Sardiman, 2012):

  5) Kebutuhan untuk berbuat sesuatu untuk sesuatu aktivitas

  Hal ini sangat penting bagi anak, karena perbuatan sendiri itu mengandung suatu kegembiraan baginya. Sesuai dengan konsep ini, bagi orangtua yang memaksa anak untuk diam di rumah saja adalah bertentangan dengan hakikat anak. Activities in it self is a pleasure. Hal ini dapat dihubungkan dengan suatu kegiatan belajar bahwa pekerjaan atau belajar itu akan berhasil kalau disertai dengan rasa gembira.

  6) Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain

  Banyak orang yang dalam kehidupannya memiliki motivasi untuk banyak berbuat sesuatu demi kesenangan oranglain. Harga diri seseorang dapat dinilai dari berhasil tidaknya usaha memberikan kesenangan pada oranglain. Hal ini sudah barang tentu merupakan kepuasan dan Banyak orang yang dalam kehidupannya memiliki motivasi untuk banyak berbuat sesuatu demi kesenangan oranglain. Harga diri seseorang dapat dinilai dari berhasil tidaknya usaha memberikan kesenangan pada oranglain. Hal ini sudah barang tentu merupakan kepuasan dan

  7) Kebutuhan untuk mencapai hasil

  Suatu pekerjaan atau kegiatan belajar itu akan berhasil baik, kalau disertai dengan “pujian”. Aspek “pujian” ini merupakan dorongan bagi seseorang untuk bekerja dan belajar dengan giat. Apabila hasil pekerjaan atau usaha belajar itu tidak dihiraukan oranglain guru atau orang tua misalnya, boleh jadi kegiatan anak menjadi berkurang. Anak-anak harus diberi kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan sesuatu dengan hasil yang optimal, sehingga ada “sense of succes”. Pujian atau reinforcement ini harus selalu dikaitkan dengan prestasi yang baik.

  8) Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan

  Suatu kesulitan dan hambatan, mungkin cacat, mungkin menimbulkan rasa rendah diri, tetapi hal ini menjadi dorongan untuk mencari kompensasi dengan usaha yang tekun dan luar biasa, sehingga tercapai kelebihan keunggulan dalam bidang tertentu. Sikap anak terhadap kesulitan atau hambatan ini sebenarnya banyak bergantung pada keadaan dan sikap lingkungan. Sehubungan dengan ini maka peranan motivasi sangat penting dalam upaya menciptakan kondisi-kondisi tertentu yang lebih kondusif bagi mereka untuk berusaha agar

  Teori tentang motivasi yang selalu bergayut dengan soal kebutuhan (Sardiman, 2012), yaitu:

  e) Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk istirahat, dan sebagainya.

  f) Kebutuhan akan keamanan (security), yakni rasa aman, bebas dari rasa takut dan kecemasan.

  g) Kebutuhan akan cinta dan kasih: kasih, rasa diterima dalam suatu

  masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok).

  h) Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan

  bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, pembentukan pribadi.

  Teori-teori tentang motivasi (Sardiman, 2012):

  4) Teori insting

  Menurut teori ini tindakan setiap diri manusia diasumsikan seperti tingkah jenis binatang. Tindakan manusia itu dikatakan selalu berkait dengan insting atau pembawaan. Dalam memberikan respons terhadap adanya kebutuhan seolah-olah tanpa dipelajari. Tokoh dari teori ini adalah Mc. Dougall.

  5) Teori fisiologis

  Teori ini juga disebutnya “Behaviour theories”. Menurut teori ini Teori ini juga disebutnya “Behaviour theories”. Menurut teori ini

  6) Teori psikoanalitik

  Teori ini mirip denga teori insting, tetapi lebih ditekankan pada unsur-unsur kejiwaa yang ada pada diri manusia. Bahwa setiap tindakan manusia karena adanya unsur pribadi manusia yakni id dan ego. Tokoh dari teori ini adalah Freud.

  g. Macam-macam Motivasi

  Berbicara tentang macam atau jenis motivasi ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian, motivasi atau motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi (Sardiman, 2012), yaitu:

  5) Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya

  c) Motif-motif bawaan

  Motif bawaan adalah motif yang dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari. Sebagai contoh misalnya: dorongan untuk makan, dorongan untuk minum, dorongan untuk beristirahat. Motif ini seringkali disebut motif yang diisyaratkan secara biologis. Arden N. Frandsen memberi istilah jenis motif Physiological drives.

  d) Motif-motif yang dipelajari d) Motif-motif yang dipelajari

  Disamping itu, Frandsen masih menambahkan jenis-jenis motif berikut ini:

  d) Cognitive motives

  Motif ini menunjuk pada gejala intrinsic, yakni menyangkut kepuasan individual. Kepuasan individual yang berada di dalam diri manusia dan biasanya berwujud proses dan produk mental. Jenis motif ini adalah sangat primer dalam kegiatan belajar di sekolah, terutama yang berkaitan dengan pengembangan intelektual.

  e) Self-expression

  Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku manusia, yang penting kebutuhan individu itu tidak sekedar tahu mengapa dan bagaimana sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu membuat suatu kejadian. Untuk ini memang diperlukan kreativitas, penuh imajinasi. Jadi dalam hal ini seseorang memilikki keinginan untuk aktualisasi diri.

  f) Self-enhancement

  Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan kamjuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri Melalui aktualisasi diri dan pengembangan kompetensi akan meningkatkan kamjuan diri seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri

  6) Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodmarth dan Marquis

  d) Motif atau kebutuhan organis, meliputi misalnya: kebutuhan untuk

  minum, makan, bernafas,seksual berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat. Sesuai dengan jenis Physiological drives dari Frandsen.

  e) Motif-motif darurat.Jenis motif darurat ini, antaralain: dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Motivasi jenis ini timbul karena rangsangan dari luar.

  f) Motif-motif objektif. Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat. Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat menghadapi dunia luar secara efektif.

  7) Motivasi jasmaniah dan rohaniah

  Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu menjadi dua, yakni: motivasi jasmaniah dan motivasi rohaniah. Motivasi jasmani seperti misalnya: refleks, insting otomatis, nafsu. Sedangkan motivasi rohaniah adalah kemauan.

  8) Motivasi intrinsik dan ekstrinsik

  c) Motivasi intrinsik c) Motivasi intrinsik

  Perilaku yang disebabkan atau muncul tanpa perlu adanya ganjaran atas perbuatan, dan tidak perlu hukuman untuk tidak melakukannya. Motif yang demikian biasanya disebut motif intrinsik. (Uno B Hamzah, 2012)

  d) Motivasi ekstrinsik

  Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi adanya perangsang dari luar. Sebagai contoh adalah seorang itu belajar,karena tahu besok pagi akan ujian dengan harapan mendapatlan nilai baik, sehingga akan dipuji oleh pacarnya atau temannya.

  Perilaku individu yang hanya muncul karena adanya hukuman atau tidak muncul karena ada hukuman. Motif yang menyebabkan perilaku itu, seakan-akan dari luar (ganjaran atau hukuman). Motif semacam itu disebut motif ekstrinsik. (Uno B Hamzah, 2012)

  h. Fungsi Motivasi