Pertumbuhan Ekonomi Indonesia anlisis bab

Kelompok 8 Seminar Keuangan

Publik

  Ajar Redindra Islami (3)

  Ari Budiyono (5) Farisa Noviyanti (13)

  Kelas 8 D Program Diploma IV

  Akuntansi Kurikulum Khusus

BAB I TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI

A. Definisi Pertumbuhan Ekonomi

  Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi makro, dengan demikian makin tingginya pertumbuhan ekonomi biasanya makin tinggi pula kesejahteraan masyarakat, meskipun terdapat indikator yang lain yaitu distribusi pendapatan. Pertumbuhan ekonomi perlu diukur sebagai dasar pembuatan proyeksi atau perkiraan penerimaan negara untuk perencanaan pembangunan nasional atau sektoral dan regional dan sebagai dasar penentuan prioritas pemberian bantuan luar negeri oleh Bank Dunia atau lembaga internasional lainnya.

B. Sejarah Perhitungan Pendapatan Nasional

  Konsep pendapatan nasional pertama kali dicetuskan oleh Sir William Petty dari Inggris yang berusaha menaksir pendapatan nasional negaranya (Inggris) pada tahun 1665. Dalam perhitungannya, ia menggunakan anggapan bahwa pendapatan nasional merupakan penjumlahan biaya hidup (konsumsi) selama setahun. Namun, pendapat tersebut tidak disepakati oleh para ahli ekonomi modern, sebab menurut pandangan ilmu ekonomi modern, konsumsi bukanlah satu-satunya unsur dalam perhitungan pendapatan nasional. Menurut mereka, alat utama sebagai pengukur kegiatan perekonomian adalah Produk Nasional Bruto ( Gross National Product, GNP), yaitu seluruh jumlah barang dan jasa yang dihasilkan tiap tahun oleh negara yang bersangkutan diukur menurut harga pasar pada suatu negara.

  Dalam analisis makro-ekonomi selalu digunakan istilah “pendapatan nasional” atau “national income” dan biasanya istilah itu dimaksudkan untuk menyatakan nilai barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu Negara. Dengan demikian dalam penggunaan tersebut istilah pendapatan nasional adalah mewakili arti PDB dan PNB. Disamping itu pendapatan nasional dapat diartikan jumlah dari pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu.

C. Konsep-Konsep Pendapatan Nasional

  Pendapatan nasional memiliki beberapa istilah yang dianggap sama padahal tidaklah demikian. Beberapa istilah tersebut antara lain GDP, GNP, dan NI. Ketiga istilah itu memang menunjukan pendapatan nasional sebuah negara. Namun, instrumen atau alat ukur yang digunakan setiap negara berbeda sehingga setiap istilah mempunyai arti yang berbeda. Selain ketiga Pendapatan nasional memiliki beberapa istilah yang dianggap sama padahal tidaklah demikian. Beberapa istilah tersebut antara lain GDP, GNP, dan NI. Ketiga istilah itu memang menunjukan pendapatan nasional sebuah negara. Namun, instrumen atau alat ukur yang digunakan setiap negara berbeda sehingga setiap istilah mempunyai arti yang berbeda. Selain ketiga

1. Gross Domestic Product (GDP) atau Pendapatan Domestik Bruto (PDB)

  Produk domestik bruto ( Gross Domestic Product) merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaanorang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat brutokotor.

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

  PDRB lebih menggambarkan keadaan ekonomi yang sesungguhnya dari setiap regional atau daerah. Oleh karena itu, PDRB menjadi salah satu alat ukur yang relevan untuk mengetahui pencapaian sasaran pembangunan yag telah ditetapkan. Jadi, PDRB merupakan alat untuk menganalisis dan mengevaluasi hasil-hasil pembangunan. PDRB disajikan dalam dua bentuk, yaitu Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan.

  Harga pasar = Harga factor + Pajak tak langsung – Subsidi

  Perhitungan PDRB mampu menunjukan hasil-hasil pembangunan regional. Kegunaan PDRB lainnya ialah untuk mengetahui :

  a. Tingkat pertumbuhan ekonomi regional

  b. Tingkat kemakmuran daerah

  c. Tingkat inflasi dan deflasi pada tahun tertentu

  d. Gambaran struktur perekonomian daerah

  e. Potensi suatu daerah terhadap regional

3. Gross National Product (GNP) atau Produk Nasional Bruto (PNB)

  Produk Nasional Bruto ( Gross National Product) atau PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut.

  Perbedaan GDP dan GNP dapat di ilustrasikan pada formula berikut

  GDP = X + Y dan GNP =X + Z

  Ket : X = penanaman modal dalam negeri

  Y = penanaman modal asing Z = penanaman modal dalam negeri di luar negeri

4. Net National Product (NNP) atau Produk Nasional Bersih

  Produk Nasional Neto ( Net National Product) adalah GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan barang modal (sering pula disebut replacement).

  NNP = GNP – D

  Replacement penggantian barang modalpenyusutan bagi peralatan produski yang dipakai dalam proses produksi umumnya bersifat taksiran sehingga mungkin saja kurang tepat dan dapat menimbulkan kesalahan meskipun relatif kecil.

5. Net National Income (NNI)

  Pendapatan Nasional Neto ( Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. NI diperoleh dengan rumus NI = w + i + r + p. Namun jika kita memiliki data NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang pajak tidak langsung.

  NNI = NNP – pajak tidak langsung

  Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dan lain-lain.

6. Personal Income (PI) atau Pendapatan Perseorangan

  Pendapatan perseorangan ( Personal Income) adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer ( transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada Pendapatan perseorangan ( Personal Income) adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer ( transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya. Untuk mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada

  Secara matematis PI dapat dirumuskan sebagai berikut :

  PI = (NNI + Transfer Payment + Pembayaran bunga oleh pemerintahkonsumen + Deviden) – (keuntungan perusahaan +

  Sumbangan kesejahteraan sosial)

7. Disposable Income (DI)

  Pendapatan yang siap dibelanjakan ( Disposable Income) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak langsung

  DI = PI – Pajak Perorangan atau Tabungan (S) = DI - Konsumsi. Pajak langsung ( direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat

  dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.

D. Pendekatan Perhitungan Pendapatan Nasional

  Pendapatan negara dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu:

1. Pendekatan pendapatan Income Approach

  Pendekatan pendapatan memandang nilai output perekonomian sebagai nilai total balas jasa atas faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi. Kemampuan entrepreneur ialah kemampuan dan keberanian mengombinasikan tenaga kerja, barang modal, dan uang untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan masyarakat. Balas jasa untuk tenaga kerja adalah upah atau gaji. Untuk barang modal adalah pendapatan sewa. Untuk pemilik uangaset finansial adalah pendapatan bunga. Sedangkan untuk pengusaha adalah keuntungan. Total balas jasa atas seluruh faktor produksi disebut Pendapatan Nasional.

  Y=w+i+r+p

  Dimana: Y = pendapatan nasional Dimana: Y = pendapatan nasional

  i = interest = bunga modal r = rent = sewa

  p = profit = laba

2. Pendekatan produksi Production Approach

  Menurut pendekatan ini, pendapatan nasional adalah total output (nilai jasa dan barang jadi, bukan bahan mentah atau barang setengah jadi) yang dihasilkan oleh suatu perekonomian. Cara penghitungan dalam praktik adalah dengan membagi-bagi perekonomian menjadi beberapa sektor produksi ( industrial origin). Jumlah output masing-masing sektor merupakan jumlah output seluruh perekonomian. Hanya saja, ada kemungkinan bahwa output yang dihasilkan suatu sektor perekonomian berasal dari output sektor lain. Atau bisa juga merupakan input bagi sektor ekonomi yang lain lagi. Dengan kata lain, jika tidak berhati-hati akan terjadi penghitungan ganda ( double counting) atau bahkan multiple counting. Akibatnya angka pendapatan nasional bisa menggelembung beberapa kali lipat dari angka yang sebenarnya. Untuk menghindari hal tersebut, maka dalam perhitungan pendapatan nasional dengan metode produksi, yang dijumlahkan adalah nilai tambah ( value added) masing- masing sektor.

  Y = (P1XQ1) + (P2XQ2) + (P3XQ3) + (P4XQ4) + ….

  Dimana: P = price dan Q = quantity

  Adapun 11 Lapangan usaha yang dihitung dalam production approach adalah :

  a. Pertanian, peternakan, kehutanan, perikanan

  b. Pertambangan dan pengggalian

  c. Industri pengolahan

  d. Listrik, gas dan air minum

  e. Bangunan

  f. Perdangangan, hotel dan restoran

  g. Pengangkutan dan komunikasi

  h. Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank

  i. Sewa rumah j. Pemerintahan dan pertahanan k. Jasa-jasa

3. Pendekatan pengeluaran Expenditure Approach

  Menurut pendekatan pengeluaran, nilai pendapatan nasional merupakan nilai total dalam perekonomian selama periode tertentu.

  Menurut pendekatan ini ada beberapa jenis agregat dalam suatu perekonomian:

a. Konsumsi Rumah Tangga ( Household Consumption)

  Pengeluaran sektor rumah tangga dipakai untuk konsumsi akhir, baik barang dan jasa yang habis dalam tempo setahun atau kurang ( durable goods) maupun barang yang dapat dipakai lebih dari setahunbarang tahan lama ( non-durable goods).

b. Konsumsi Pemerintah ( Government Consumption)

  Yang masuk dalam perhitungan konsumsi pemerintah adalah pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk membeli barang dan jasa akhir ( government expenditure). Sedangkan pengeluaran-pengeluaran untuk tunjangan-tunjangan sosial tidak masuk dalam perhitungan konsumsi pemerintah.

c. Pengeluaran Investasi ( Investment Expenditure)

  Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) merupakan pengeluaran sektor dunia usaha. Yang termasuk dalam PMTDB adalah perubahan stok, baik berupa barang jadi maupun barang setengah jadi.

d. Ekspor Neto ( Net Export)

  Yang dimaksud dengan ekspor bersih adalah selisih antara nilai ekspor dengan impor. Ekspor neto yang positif menunjukkan bahwa ekspor lebih besar daipada impor. Perhitungan ekspor neto dilakukan bila perekonomian melakukan transaksi dengan perekonomian lain (dunia).

  Y = C + I + G + (X - M)

  Dimana: Y = Pendapatan Nasional

  C = konsumsi masyarakat

  I = investasi

  G = pengeluaran pemerintah

  X = ekspor M = impor

E. Implementasi Perhitungan Pendapatan Nasional

  Perhitungan pendapatan nasional mempunyai tujuan dan manfaat sebagai berikut:

1. Tujuan

  a. Mengetahui kemampuan dan pemerataan perekonomian masyarakat

  dan negara

  b. Memperoleh taksiran yang akurat tentang nilai barang dan jasa

  dalam satu tahun dalam satu tahun

  program pembangunan

  d. Mengkaji dan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi

  perekonomian negara

2. Manfaat

  a. Mengetahui struktur perekonomian negara (agraris, industri, jasa)

  b. Mengetahui pertumbuhan perekonomian negara, dengan cara

  membandingkan pendapatan nasional dari waktu ke waktu

  c. Dapat membandingkan perekonomian antar daerah

  d. Dapat dijadikan dasar perbandingan dengan perekonomian negara

  lain

  e. Dapat membantu kebijakan pemerintah di bidang ekonomi

3. Perbedaan Penerapan Konsep Pendapatan Nasional

  Untuk negara yang sedang berkembang umumnya menggunakan Produk Domestik Bruto atau PDB sebagai indikatornya yang merupakan nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi di dalam wilayah tersebut dalam jangka waktu tertentu (biasanya per tahun), PDB hanya menghitung total produksi dari suatu negara tanpa memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak, dengan demikian maka termasuk produksi barang dan jasa dari perusahaan luar negeri yang berada di negara tersebut.

  PDB sendiri dapat dikategorikan ke dalam dua macam, yakni PDB nominal, yang dihitung dengan menggunakan harga barang dan jasa yang berlaku pada periode tersebut, atau disebut juga PDB harga berlaku. Kategori kedua adalah PDB riil yang dihitung berdasarkan harga tahun dasar, atau disebut juga PDB harga konstan. Perhitungan PDB riil penting karena kesejahteraan diukur dari peningkatan jumlah barang dan jasa yang diproduksi, peningkatan PDB nominal tidak menggambarkan peningkatan jumlah barang yang diproduksi, dan PDB riil dihitung dengan harga konstan, sehingga perubahan angkanya menggambarkan perubahan jumlah output perekonomian.

  Sedangkan untuk negara yang telah maju umumnya menggunakan Produk Nasional Bruto atau PNB yang berarti nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi oleh negara tersebut dalam jangka waktu tertentu dengan memperhitungkan apakah produksi itu dilakukan dengan memakai faktor produksi dalam negeri atau tidak, dengan demikian PNB adalah PDB yang ditambahkan pembayaran atas faktor produksi dari luar negeri lalu dikurangi pembayaran jasa faktor produksi ke luar negeri.

  Sementara untuk menghitung pendapatan di suatu wilayah tertentu saja misalnya provinsi atau kabupaten maka yang digunakan adalah

  Produk Domestik Regional Bruto atau PDRB yang merupakan nilai output bersih perekonomian yang ditimbulkan oleh seluruh kegiatan ekonomi di suatu wilayah tertentu (provinsi dan kabupaten kota), dan dalam satu kurun waktu tertentu (satu tahun kelender).

  Selain dapat bertumbuh, kondisi perekonomian suatu negara dapat juga mengalami resesi yakni suatu kondisi ketika aktifitas ekonomi negara secara keseluruhan mengalami penurunan. Resesi dapat mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan. Resesi sering diasosiasikan dengan turunnya harga-harga (deflasi), atau, kebalikannya, meningkatnya harga-harga secara tajam (inflasi) dalam proses yang dikenal sebagai stagflasi. Resesi ekonomi yang berlangsung lama disebut depresi ekonomi. Pemerintah biasanya merespon resesi dengan kebijakan ekonomi makro seperti menambah jumlah uang beredar, mengurangi tarif pajak, atau menambah pengeluaran pemerintah.

  Selain itu ada pula kondisi kontraksi ekonomi yakni satu fase kenaikan ekonomi pada titik tertinggi yang kemudian diikuti penurun secara drastis, lantas pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal atau lebih dalam satu tahun. Dengan demikian kontraksi ekonomi akan otomatis diikuti oleh resesi. resesi dan kontraksi (meskipun kontraksi adalah kenaikan) sama-sama membahayakan perekonomian nasional dan sebaiknya diwaspadai oleh pemerintah.

BAB II PERTUMBUHAN EKONOMI DUNIA

A. Konsep Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Bank Dunia

  Pada awalnya, Bank Dunia didirikan besama dengan IMF tahun 1944. Tujuannya adalah untuk menghindari terulangnya The Great Depression akibat terjadinya perang dunia kedua. Artinya, tujuan awalnya adalah untuk menciptakan stabilitas ekonomi global, terutama akibat peperangan atau bencana alam. Namun, dewasa ini tujuannya sering bergeser ke aktivitas yang salah satunya yaitu menyalurkan uang dari negara-negara ekonomi tinggi ke negara-negara yang kemampuan ekonominya rendah.

  Sejak tahun 1960-an, pemberian pinjaman difokuskan kepada negara- negara non-Eropa untuk membiayai proyek-proyek yang bisa menghasilkan uang, supaya negara yang bersangkutan bisa membayar kembali hutangnya, misalnya proyek pembangunan pelabuhan, jalan tol, atau pembangkit listrik. Era 1968-1980, pinjaman Bank Dunia banyak dikucurkan kepada negara- negara Dunia Ketiga, dengan tujuan ideal untuk mengentaskan kemiskinan di negara-negara tersebut. Pada era itu, pinjaman negara-negara Dunia Ketiga kepada Bank Dunia meningkat 20 setiap tahunnya.

  Rittberger dan Zangl (2006: 172) menulis, sejak tahun 1970-an Bank Dunia mengubah konsentrasinya karena situasi semakin meningkatnya jurang perekonomian antara negara berkembang dan negara maju. Pada era itu, seiring dengan merdekanya negara-negara yang semula terjajah, jumlah negara berkembang semakin meningkat. Negara-negara berkembang menuntut distribusi kemakmuran ( distribution of welfare) yang lebih merata dan negara-negara maju memenuhi tuntutan ini dengan cara menyuplai dana pembangunan di negara-negara berkembang.

  Berdasarkan Bank Dunia ( World Bank) tingkat pendapatan per kapita suatu negara dibedakan menjadi empat kelompok

  1. Negara berpendapatan rendah ( Low Income Economics) yaitu negara yang memiliki PNB per kapita 675 atau kurang negara yang berpendapatan menengah ke bawah (Lower Middle Economics)

  2. Negara yang berpendapatan menengah ke bawah, yaitu negara-negara yang mempunyai PNB per kapita antara 675 – 2.695 negara yang berpendapatan menengah tinggi ( Upper Middle Economics)

  3. Negara yang berpendapatan menengah tinggi, yaitu negara yang mempunyai PNB per kapita antara 2.695 – 8.355

  4. Negara yang berpendapatan tinggi ( High Income Economics) yaitu negara yang mempunyai PNB per kapita diatas 8.355

B. Kelompok Negara-negara Berdasarkan Pertumbuhan Ekonomi

1. Negara Adidaya (G-8)

  G8 (singkatan dari Group of Eight) adalah koalisi delapan negara termaju di dunia: Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Britania Raya, Amerika

  Serikat (G6, 1975), Kanada (G7, 1976) dan Rusia (tidak ikut dalam seluruh acara), serta Uni Eropa. Peristiwa terpenting dalam G8 adalah pertemuan ekonomi dan politik tahunan yang dihadiri para kepala negara dan pejabat-pejabat internasional, meski selain itu masih ada pertemuan- pertemuan dan penelitian-penelitian kebijakan lainnya yang lebih kecil.

  Sejarah

  G8 berawal dari krisis minyak 1973 dan resesi dunia yang terjadi selanjutnya. Masalah-masalah ini membuat Amerika Serikat mendirikan kelompok bernama Library Group, sebuah perkumpulan para pejabat keuangan senior dari Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang, untuk mendiskusikan masalah-masalah ekonomi. Pada 1975, Presiden Perancis Valéry Giscard d'Estaing mengundang para kepala negara enam negara demokratis besar yang maju ke pertemuan G6 yang pertama di Rambouillet dan menawarkan ide untuk adanya pertemuan tetap. Para peserta setuju terhadap rencana pertemuan tahunan dengan jabatan kepresidenan kelompok tersebut yang bergilir, dan mendirikan apa yang dinamakan G6 yang terdiri dari Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Amerika Serikat, dan Britania Raya. Pada pertemuan kedua di Puerto Riko, G6 menjadi G7 dengan masuknya Kanada.

  Setelah berakhirnya Perang Dingin, pada 1991 Rusia (saat itu masih Uni Soviet) mulai bertemu dengan G7 setelah pertemuan utama. Sejak pertemuan tahun 1998 di Birmingham, Rusia diizinkan untuk turut serta lebih banyak, menandai terciptanya G8. Meskipun begitu, Rusia tidak mengikuti pertemuan untuk para menteri keuangan karena negara tersebut masih bukan merupakan kekuatan ekonomi yang besar. G8 tidak didukung oleh pemerintahan transnegara, berbeda dari organisasi- organisasi seperti PBB atau Bank Dunia. Jabatan presiden G8 digilirkan antar negara-negara anggota setiap tahun, dengan masa bakti yang dimulai pada 1 Januari.

  Pertemuan para menteri yang berasal dari bidang-bidang seperti kesehatan, penegakan hukum, dan tenaga kerja mendiskusikan masalah- masalah yang menjadi kekhawatiran antara negara anggota atau dunia. Dari seluruh pertemuan para menteri tersebut, yang paling terkenal adalah G7, yang membicarakan masalah keuangan.

  Kriteria

  Negara yang tergabung di G-8 ini harus memenuhi kriteria berikut:

  a. Sebagian besar penduduknya bekerja pada sektor industri dan jasa.

  Hasil industrinya tidak saja untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, akan tetapi juga untuk pemenuhan komoditas ekspor.

  b. Sektor pertanian tetap diusahakan walaupun sedikit namun

  pengolahannya telah menggunakan alat-alat modern.

  c. Sumber daya manusianya berkualitas tinggi, sehingga dapat

  menguasai iptek, karena didukung oleh faktor kesehatan dan pendidikan.

  d. pertumbuhan penduduknya rendah, antara 0,1 - 1 pertahun

  e. Konsentrasi penduduknya banyak di daerah perkotaan.

  f. Angka kelahiran dan angka kematian relatif rendah sedangkan angka harapan hidup mencapai rata-rata diatas 67,5 pertahun.

  g. Tingkat pendidikan penduduknya tinggi sehingga tidak ada penduduk

  yang buta huruf.

  h. Rata-rata penduduknya telah memperoleh penghasilan yang layak

  setiap bulannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik pangan, sandang, dan papan. Sedikit dijumpai penduduk yang miskin.

2. Negara Dunia Ketiga (G-20)

  G-20 atau Kelompok 20 ekonomi utama adalah kelompok 19 negara dengan perekonomian besar di dunia ditambah dengan Uni Eropa. Secara resmi G-20 dinamakan The Group of Twenty (G-20) Finance Ministers and Central Bank Governors atau Kelompok Duapuluh Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral. Kelompok ini dibentuk tahun 1999 sebagai forum yang secara sistematis menghimpun kekuatan-kekuatan ekonomi maju dan berkembang untuk membahas isu-isu penting perekonomian dunia. Pertemuan perdana G-20 berlangsung di Berlin, 15-16 Desember 1999 dengan tuan rumah menteri keuangan Jerman dan Kanada.

Sejarah

  Latar belakang pembentukan forum ini berawal dari terjadinya Krisis Keuangan 1998 dan pendapat yang muncul pada forum G-7 mengenai kurang efektifnya pertemuan itu bila tidak melibatkan kekuatan-kekuatan ekonomi lain agar keputusan-keputusan yang mereka buat memiliki pengaruh yang lebih besar dan mendengarkan kepentingan-kepentingan yang barangkali tidak tercakup dalam kelompok kecil itu. Kelompok ini

  menghimpun hampir 90 GNP dunia, 80 total perdagangan dunia dan

  dua per tiga penduduk dunia.

  G20 awalnya digagas sebagai forum bersama guna membahas isu- isu ekonomi dunia sekaligus sebuah sarana akomodasi kepentingan negara-negara berkembang yang selama ini kurang mendapat perhatian dan tempat dalam forum konsultasi negara-negara industri G8 yang beranggotakan Kanada, Inggris, Amerika Serikat, Italia, Prancis, Jerman, Jepang dan Rusia. Misi awal forum ini untuk merespon krisis ekonomi yang menerpa Asia tahun 1997, juga menjalin kerjasama dan dialog konstruktif terkait stabilitas ekonomi global diantara para menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara anggota.

Peran

  Sebagai forum ekonomi, G-20 lebih banyak menjadi ajang konsultasi dan kerja sama hal-hal yang berkaitan dengan sistem moneter internasional. Terdapat pertemuan yang teratur untuk mengkaji, meninjau, dan mendorong diskusi di antara negara industri maju dan sedang berkembang terkemuka mengenai kebijakan-kebijakan yang mengarah pada stabilitas keuangan internasional dan mencari upaya- upaya pemecahan masalah yang tidak dapat diatasi oleh satu negara tertentu saja.

  Secara kumulatif, negara-negara yang tergabung dalam G20 diperkirakan menguasai sekitar 90 persen produk domestik bruto (PDB) ekonomi dunia, 80 persen volume perdagangan dunia, dan merepresentasikan dua pertiga populasi penduduk dunia. Singkatnya, kekuatan ekonomi negara G20 mencerminkan kekuatan pasar dan arus lalu lintas perdagangan barang dan jasa terbesar di dunia.

  Namun demikian, secara de jure, G20 bukan sebuah organisasi internasional yang memiliki legitimasi formal dan sistem administrasi yang baku seperti Bank Dunia, IMF, ADB, AfDB atau WTO. Sepanjang perjalanan aktifitas G20 tidak ada satu pun pembahasan yang memberikan dampak positif terhadap negara-negara berkembang khususnya dalam sektor ekonomi ( economic sector). Sejak didirikannya G20 di Berlin, Jerman, forum ini belum bisa menjadi forum yang dapat memberikan kontribusi penting dalam pemecahan persoalan perekonomian dunia. Masih banyaknya negara-negara berkembang yang tidak lepas dari krisis ekonomi mencerminkan bahwa forum ini mengalami stagnasi.

  Sebagian besar anggota adalah negara - negara dengan Keseimbangan Kemampuan Berbelanja (PPP) terbesar dengan sedikit modifikasi. Belanda,Polandia, dan Spanyol, yang termasuk big 20, diwakili

  oleh Uni

  Eropa.

  Iran dan Taiwan tidak

  diikutsertakan. Thailand juga tidak diikutsertakan, walaupun posisinya di atas Afrika Selatan.

Anggota

  Negara-negara anggota G20 adalah sebagai berikut: Afrika Selatan, Amerika Serikat, Arab Saudi Argentina, Australia, Brasil, Britania Raya, RRC, India, Indonesia, Itaia, Jepang, Jerman, Kanada, Korea Selatan, Meksiko, Perancis, Rusia, Turki, dan Uni Eropa.

  Perbandingan pertumbuhan ekonomi 2013 dan proyeksi 2014

  Sumber: World Economic Outlook 2013, by IMF

  Perbandingan GDP Growth Quarterly 2013

  GDP GROWTH FORECAST Negara G-8

  Negara G-20

  Kekuatan ekonomi sebuah negara ditentukan oleh GDP (Gross Domestic Product). GDP mengukur seluruh volume produksi dari suatu negara (wilayah negara) secara geografis. GDP mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara dalam satu tahun. Negara-negara yang termasuk dalam G-20 ternyata mampu masuk ke dalam 10 besar negara dengan kekuatan ekonomi terbaik dunia. Cina dan India mempunyai kekuatan ekonomi yang sangat baik dalam beberapa tahun belakangan.

India

  Pada 2003, India membuat rekor pertumbuhan tercepat yaitu 8. Dulunya, India menggantungkan ekonomi pada sektor pertanian. Sekarang India sangat kuat di bidang industri perfilman, pertambangan dan perminyakan, pengasahan berlian, tekstil, informasi, dan kerajinan tangan. India menganut paham liberal yang memungkinkan sumber daya memungkinkan kreatifitas dan inisiatif warganya muncul. Sehingga hal tersebut memunculkan persaingan tinggi, mutu barang semakin baik, serta efektifitas dan efisiensi dapat dicapai secara maksimal.

Cina

  Pertumbuhan ekonomi tahunan China kemungkinan akan mencapai 8,2 persen pada tahun 2014 dibandingkan tahun ini yang sebesar 7,7 persen. Dari riset yang dilakukan Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), menemukan kenaikan ekonomi ini didorong oleh tingginya permintaan domestik. Pertumbuhan ekonomi China terus berjalan dan inflasi tetap rendah, permintaan domestik telah menyebabkan kenaikan tersebut dan sebelumnya, pemerintah China sendiri memprediksi angka pertumbuhan ekonomi hanya sekitar 7,5 persen pada tahun 2013.

  Meskipun diprediksi meningkat lebih tinggi, OECD mengatakan China masih harus mempercepat reformasi struktural ekonomi untuk mendukung penguatan konsumsi domestik seperti dengan cara ekspansi ekonomi yang saat ini masih sangat bergantung pada investasi luar negeri. Dengan pulihnya ekonomi di China, sekarang mereka hanya perlu mendorong konsumsi domestik dengan cara reformasi struktural, liberalisasi keuangan, dan mendorong mobilitas tenaga kerja dan reformasi pajak.

C. Posisi Indonesia pada Perekonomian Dunia

  Indonesia adalah sebuah negara yang memiliki potensi ekonomi tinggi; potensi yang mulai diperhatikan dunia internasional. Indonesia - negara dengan ekonomi paling besar di Asia Tenggara - sering disebut sebagai calon layak untuk menjadi salah satu anggota negara-negara BRIC (Brasilia, Rusia, India dan Cina) karena ekonominya dengan cepat menunjukkan tanda-tanda perkembangan yang sama dengan anggota lain tersebut. Belakangan ini sebuah kelompok baru sempat menuntut perhatian. Kelompok ini terdiri dari negara-negara berkembang yang ditandai dengan ekonomi menjanjikan yang beragam, sistem keuangan yang cukup canggih dan jumlah penduduk yang tumbuh dengan cepat. Kelompok ini dikenal dengan akronim CIVETS (Kolombia, Indonesia, Vietnam, Mesir, Turki dan Afrika Selatan) dan - kalau ditambah - angka total Produk Domestik Bruto (PDB) anggota-anggota CIVETS ini diperkirakan senilai separuh PDB global pada tahun 2020.

  Contoh lain yang menggambarkan pengakuan internasional akan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat adalah kenaikan peringkat Contoh lain yang menggambarkan pengakuan internasional akan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat adalah kenaikan peringkat

  Baru-baru ini, Indonesia berhasil mencatat pertumbuhan ekonomi dalam jumlah yang cukup signifikan dan merupakan yang terbaik di Asia Tenggara. Hal ini tentu sangat istimewa karena peningkatan itu dialami Indonesia justru di tengah krisis perekonomian dunia saat ini. Potensi pertumbuhan ekonomi di Indonesia tersebut diperkirakan akan semakin besar dalam beberapa tahun mendatang. Hasil riset Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund - IMF) menyebutkan, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tahun 2012 sampai 2017 diyakini sebagai pertumbuhan tertinggi di dunia, yakni sebesar 15,5 persen.

  Sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, Indonesia membuktikan mampu mengatasi ancaman krisis global serta mencatat pertumbuhan ekonomi yang luar biasa. Apabila angka-angka di atas menjadi nyata bukan tidak mungkin pada tahun 2013, kita bertambah yakin pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali naik. India, dengan proyeksi pertumbuhan sebesar 10,2 persen dan China di posisi ketiga sebesar 9,9 persen. Jadi, benar jika ada yang memprediksi pada tahun 2050, Indonesia diprediksi menjadi negara ekonomi terbesar keempat dunia. Jika selama ini publik hanya memperbincangkan kekuatan ekonomi China dan India, kini Indonesia mulai disebut-sebut sebagai raksasa baru di Asia. Dan, ini juga telah diakui dunia internasional.

  Berdasarkan laporan prediksi growth Asian Developmen Bank (ADB), Asia akan tetap mengalami trend pertumbuhan positif. Di tengah pertumbuhan tinggi di Asia dan ketidakpastian ekonomi global itu, Indonesia berada dalam posisi yang baik untuk tetap tumbuh dan kuat. Laporan ADB itu meramalkan ekonomi Indonesia akan tumbuh 6,4 persen pada 2012 di tengah melemahnya permintaan eksternal. Namun, situasi itu akan kembali meningkat seiring dengan pulihnya perdagangan dan membaiknya iklim investasi. Berdasarkan Proyeksi dari Bank Dunia maupun Bank Indonesia tampak bahwa tahun 2014 diproyeksikan akan lebih baik dibandingkan tahun 2013, dengan asumsi pemulihan perokonomian dunia akan berjalan lebih baik di tahun 2014. Konsumsi agregat pada tahun 2014 diprediksikan akan meningkat dari 4,9 ditahun 2013 menjadi 5,6 ditahun 2014.

  Ekonom Universitas New York Nouriel Roubini juga memberikan opini positif terhadap ekonomi Indonesia dalam memasuki 2014, Roubini memaparkan bahwa ada 10 kekuatan fundamental ekonomi Indonesia yang membuat harapan besar bagi Indonesia akan mengalami ekonomi yang lebih Ekonom Universitas New York Nouriel Roubini juga memberikan opini positif terhadap ekonomi Indonesia dalam memasuki 2014, Roubini memaparkan bahwa ada 10 kekuatan fundamental ekonomi Indonesia yang membuat harapan besar bagi Indonesia akan mengalami ekonomi yang lebih

  1. Kekuatan pertama adalah bahwa ekonomi Indonesia telah mencapai

  pertumbuhan rata-rata sebesar 6 untuk beberapa tahun terakhir ini.

  2. Kekuatan yang kedua menurut Roubini bahwa ekonomi Indonesia

  memiliki diversifikasi dalam perekonomian, Indonesia memiliki industri jenis manufaktur, jasa, pertanian, dan pertambangan.

  3. Populasi penduduk berusia muda yang terus bertumbuh dengan

  pertumbuhan yang tinggi merupakan kekuatan yang menopang Indonesia

  4. Kebijakan ekonomi Indonesia yang berorientasi pasar dan juga kebijakan

  makro ekonomi yang prudent baik di fiskal maupun moneter terbukti membuat Indonesia bertahan.

  5. Pertumbuhan ekonomi yang ditopang dengan penataan kebijakan yang

  bisa meningkatkan peringkat investasi akan bisa mendekat ke angka 7

  6. Besarnya hutang Indonesia yang kecil bahkan hutang dalam negri

  dibawah 30 dari GDP

  7. Hutang luar negeri Indonesia dibawah 25 GDP yang tergolong kecil jika

  dibandingkan hutang negara maju seperti Amerika yang bisa diatas 100 GDP

  8. Indonesia memiliki kebijakan keterbukaan untuk perdagangan dan

  foreign direct investment yang memperbolehkan investor luar untuk masuk ke dalam negri dengan jaminan kemanan.

  9. Indonesia memiliki permintaan dalam negeri yang besar dibandingkan

  ekspor karena jumlah penduduk yang besar merupakan sumber pertumbuhan ekonomi jangka panjang, hal ini berbeda dengan ekonomi Cina yang bertumpu pada kekuatan ekspor.

  10. Indonesia berhasil mengurangi tingkat kemiskinan dari 48 persen

  menjadi 12 persen.

BAB III PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

A. Formulasi Perhitungan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

  Pertumbuhan ekonomi menunjukkan pertumbuhan produksi barang dan jasa di suatu wilayah perekonomian dan dalam selang waktu tertentu. Produksi tersebut diukur dalam nilai tambah ( value added) yang diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi di wilayah bersangkutan yang secara total dikenal sebagai Produk Domestik Bruto (PDB). Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi adalah sama dengan pertumbuhan PDB. Apabila “diibaratkan” kue, PDB adalah besarnya kue tersebut. Pertumbuhan ekonomi sama dengan membesarnya “kue” tersebut yang pengukurannya merupakan persentase pertambahan PDB pada tahun tertentu terhadap PDB tahun sebelumnya.

  PDB disajikan dalam dua konsep harga, yaitu harga berlaku dan harga konstan; dan penghitungan pertumbuhan ekonomi menggunakan konsep harga konstan ( constant prices) dengan tahun dasar tertentu untuk mengeliminasi faktor kenaikan harga. Saat ini Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan tahun dasar 2000.

  Nilai tambah juga merupakan balas jasa faktor produksi —tenaga kerja, tanah, modal, dan entrepreneurship—yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Pertumbuhan ekonomi yang dihitung dari PDB hanya mempertimbangkan domestik, yang tidak mempedulikan kepemilikan faktor produksi.Konsep dan definisi secara lebih lengkap disajikan dalam penjelasan teknis statistik. Berikut ini diuraikan data PDB dengan berbagai turunannya.

1. Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009– Semester I-2013

  Ekonomi Indonesia selama tahun 2009–2012 mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 4,63 persen (2009), 6,22 persen (2010), 6,49 persen (2011), dan 6,23 persen (2012) dibanding tahun sebelumnya. Sementara pada semester I-2013 bila dibandingkan dengan semester II-2012 tumbuh sebesar 1,99 persen dan bila dibandingkan dengan semester I-2012 (y-on-y) tumbuh sebesar 5,92 persen. Angka-angka tersebut diperoleh dari penerapan rumus di atas ke dalam besaran PDB tahun 2009–2012 serta semester I-2013 atas dasar harga konstan 2000.

  Sektor Pengangkutan dan Komunikasi selama tahun 2009–2012 selalu mengalami pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 15,85 persen (2009), 13,41 persen (2010), 10,70 persen (2011), dan 9,98 persen (2012). Kontribusi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi terhadap total pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai tingkat tertinggi pada tahun 2009 sebesar 1,26 persen. Setelah itu giliran Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran yang memberikan konstribusi tertinggi pada tahun 2010 dan 2011 diikuti Sektor Industri Pengolahan tahun 2012.

  Pada semester I-2013, sumber pertumbuhan terbesar berasal dari Sektor Industri Pengolahan sebesar 1,49 persen terhadap total pertumbuhan sebesar 5,92 persen dengan laju pertumbuhan sebesar

  5,86 persen (y-on-y). Sementara Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran, dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi memberikan

  kontribusi pertumbuhan masing-masing sebesar 1,16 persen dan 1,08 persen dengan laju pertumbuhan masing-masing 6,50 persen dan sebesar 10,73 persen. Pada semester I-2013, pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi masih yang tertinggi dibanding sektor lain.

  PDB tahun 2009 atas dasar harga konstan tahun 2000 mencapai Rp2.178,9 triliun rupiah dan tahun 2012 meningkat menjadi sebesar Rp2.618,1 triliun rupiah. Sementara pada semester I-2013 sebesar Rp1.360,3 triliun rupiah. PDB berdasarkan harga berlaku tahun 2009 sebesar Rp5.606,2 triliun rupiah dan terus meningkat pada tahun- tahun berikutnya hingga mencapai Rp8.241,9 triliun rupiah pada tahun 2012. Sementara pada semester I-2013 nilainya sebesar Rp4.355,0 triliun rupiah.

2. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009 –Semester I-

  Distribusi PDB menurut sektor atau lapangan usaha atas dasar harga berlaku menunjukkan peran sektor-sektor ekonomi pada tahun tersebut. Tiga sektor utama: Sektor Pertanian, Sektor Industri Pengolahan, dan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran mempunyai peran lebih dari separuh dari total perekonomian yaitu sebesar 54,93 persen (2009), 53,78 persen (2010), 52,83 persen (2011) dan 52,28 persen (2012) serta 52,98 persen pada semester I-2013. Pada tahun 2012 Sektor Industri Pengolahan memberi kontribusi terhadap total

  perekonomian sebesar 23,94 persen, Sektor Pertanian 14,44 persen, dan

  Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 13,90 persen; sama halnya pada semester I-2013 komposisi ini tidak berubah yaitu Sektor Industri Pengolahan sebesar 23,71 persen, Sektor Pertanian 15,01 persen, dan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran 14,26 persen.

3. Pertumbuhan PDB Menurut Penggunaan Tahun 2009–Semester I- 2013

  Pertumbuhan ekonomi Indonesia, dari sisi pengeluaran, pada tahun 2009 hingga semester I-2013 selalu menunjukkan pertumbuhan positif kecuali ekspor dan impor barang dan jasa yang mengalami pertumbuhan yang negatif pada tahun 2009. Pada tahun 2012, konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,3 persen, konsumsi pemerintah sebesar 1,2 persen, pembentukan modal tetap bruto sebesar 9,8 persen, ekspor barang dan jasa sebesar 2,0 persen dan impor barang dan jasa sebesar 6,6 persen.

  Pertumbuhan ekonomi sampai dengan semester I-2013 juga menunjukkan peningkatan. Pertumbuhan ekonomi semester I-2013 terhadap semester I-2012 (c-to-c) meningkat sebesar 6,3 persen. Peningkatan tertinggi terjadi pada komponen pembentukan modal, pengeluaran konsumsi pemerintah, serta pengeluaran konsumsi rumah tangga masing-masing sebesar 11,2 persen, 6,5 persen, dan 5,0 persen. Sumber pertumbuhan terbesar semester I-2013 dibandingkan dengan semester I-2012 berasal komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 2,8 persen.

  Komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga atas dasar harga berlaku terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2009 sebesar Rp 3.291,0 triliun meningkat menjadi Rp 4.496,4 triliun (2012). Demikian pula atas dasar harga konstan, pengeluaran konsumsi rumah tangga meningkat dari Rp 1.249,1 triliun (2009) menjadi sebesar Rp 1.442,2 triliun (2012). Sementara besaran nilai pengeluaran konsumsi rumah tangga pada semester I-2013 atas dasar harga berlaku sebesar Rp2.419,5 triliun dan atas dasar harga konstan sebesar Rp744,1 triliun.

4. Struktur PDB Menurut Penggunaan Tahun 2009–Semester I-2013

  Dilihat dari distribusi PDB penggunaan, konsumsi rumah tangga masih merupakan penyumbang terbesar dalam penggunaan PDB Indonesia; yaitu sebesar 58,7 persen (2009), 56,5 persen (2010), 54,6 persen (2011) dan 54,6 persen (2012) serta 55,6 persen pada semester I- 2013. Komponen penggunaan lainnya yang cukup berperan yaitu pembentukan modal tetap bruto. Pada tahun 2009 peranan pembentukan modal tetap bruto sebesar 31,1 persen danmeningkat lebih tinggi menjadi 33,2 persen pada tahun 2012 dan 32,3 persen pada semester I- 2013.

5. PDB dan Produk Nasional Bruto (PNB) Per Kapita Tahun 2009–2012

  PDBPNB per kapita adalah PDBPNB (atas dasar harga berlaku) dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. Selama tahun 2009–2012 PDB per kapita terus mengalami peningkatan yaitu pada tahun 2009 sebesar Rp23,9 juta (US2.346,6), tahun 2010 sebesar Rp27,0 juta (US3.003,9), tahun 2011 sebesar Rp30,8 juta (US3.540,8), dan tahun 2012 sebesar Rp33,7 juta (US3.606,4). Demikian juga, PNB per kapita juga terus meningkat selama tahun 2009–2012. PNB per kapita pada tahun 2009 sebesar Rp23,0 juta (US2.264,4) meningkat menjadi Rp32,8 juta (US3.501,7) pada tahun 2012.

B. Perkembangan Ekonomi dan Fiskal Terkini Indonesia

1. Melihat ke tahun 2014, Indonesia menghadapi perlambatan

  pertumbuhan dan risiko-risiko ekonomi yang signifikan

  Kuartal akhir tahun 2013 telah mencatat penyesuaian ekonomi Indonesia yang masih berlangsung terhadap terus melemahnya harga- harga komoditas dan kondisi pembiayaan eksternal yang lebih ketat, dan tekanan neraca pembayaran. Sejumlah kebijakan telah menanggapinya, terutama melalui kebijakan moneter yang lebih ketat, depresiasi riil Rupiah yang cukup besar dan belanja investasi dan pertumbuhan produksi (output) telah melemah.

  Perkembangan-perkembangan ini umumnya mendukung keberlangsungan stabilitas ekonomi makro, termasuk membantu menurunkan defisit neraca transaksi berjalan, walaupun dampaknya terus berlangsung, menambah ketidakpastian terhadap perekonomian domestik. Pada saat bersamaan, lingkungan internasional juga bergeser, dengan pertumbuhan global diperkirakan meningkat, membawa potensi perubahan kebijakan, terutama kebijakan moneter Amerika Serikat, yang dapat meningkatkan tekanan pada posisi pembiayaan eksternal Indonesia.

2. Perlambatan ini membutuhkan fokus kebijakan tidak hanya pada

  penyesuaian makro tetapi juga pada implementasi yang kredibel dari reformasi-reformasi investasi jangka panjang dan peningkatan ekspor

  Sejalan dengan melambatnya laju pertumbuhan, dan risiko-risiko yang dihadapi oleh ekonomi, ada kebutuhan yang kuat bagi Indonesia untuk semakin meningkatkan kemajuan dari kebijakan yang berfokus pada makro seperti kebijakan moneter yang lebih ketat, penyesuaian kurs tukar dan tekanan impor, dengan reformasi yang lebih dalam untuk mendorong kinerja ekspor dan mendukung aliran masuk modal investasi, terutama penanaman modal langsungFDI. Kemajuan dalam implementasi yang kredibel dari upaya-upaya tersebut dapat membantu membatasi kerentanan neraca pembayaran Indonesia terhadap kondisi pembiayaan global yang lebih ketat, atau lebih bergejolak, dan dapat membantu mendukung siklus investasi yang kuat, termasuk investasi luar negeri, dan pertumbuhan produksi dalam jangka menengah.

  Dinamika politik tahun pemilu dapat memainkan peran penting dalam pemilihan kebijakan tahun 2014 namun hal ini juga menambah pentingnya komunikasi dan koordinasi yang jelas terhadap reformasi yang dalam, baik dalam tahap perumusan dan pelaksanaan, dan pencegahan kesalahan pengambilan kebijakan. Hal ini akan mendukung kepercayaaninvestor dalam dan luar negeri terhadap prospek pertumbuhan Indonesia, dan aliran masuk pembiayaan luar negeri.

3. Kinerja ekonomi dunia diperkirakan akan semakin membaik pada tahun 2014

  Kondisi ekonomi terbesar dunia, dan para mitra perdagangan utama Indonesia, tetap tidak merata. Zona Eropa akhirnya keluar dari resesi pada triwulan kedua tahun 2013, setelah mencatat kontraksi selama enam triwulan berturut-turut, namun pertumbuhan kembali melemah pada triwulan ketiga (ke 0,4 persen triwulan-ke-triwulan ( quarter-to- quarter, qoq) pada tingkat disetahunkan dengan penyesuaian musiman ( seasonally-adjusted annualized rate, saar), menunjukkan jalur pemulihan tidaklah mulus. Pertumbuhan juga melemah di Jepang pada triwulan ketiga, menjadi 1,1 persen qoq saar, sementara, sebaliknya, pertumbuhan AS menguat ke 3,6 persen qoq saar, yang mencerminkan bahwa ekonomi AS terus meningkat dengan cukup stabil selama tahun 2013. Di antara ekonomi-ekonomi berkembang utama, pertumbuhan di Cina meningkat ke 9,3 qoq saar, namun output di Brasil berkontraksi pada triwulan ketiga dibanding triwulan kedua, sebesar 0,5 persen (dengan penyesuaian musiman) dan pertumbuhan relatif lemah di India (4,8 persen tahun-ke-tahun ( year-on-year, yoy), pada triwulan ketiga) walau belakangan ini tampaknya pertumbuhan akan kembali menguat.

  Melihat ke depan ke tahun 2014, pertumbuhan di negara-negara berpenghasilan tinggi diperkirakan akan tetap atau meningkat dari laju Melihat ke depan ke tahun 2014, pertumbuhan di negara-negara berpenghasilan tinggi diperkirakan akan tetap atau meningkat dari laju

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Analisis Pertumbuhan Antar Sektor di Wilayah Kabupaten Magetan dan Sekitarnya Tahun 1996-2005

3 59 17

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157