Gambaran Karakteristik dan Angka Kejadian Bell’s Palsy di RSUP. H. Adam Malik Medan Periode 2012-2014

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah
Bell’s Palsy biasanya digunakan untuk kelumpuhan nervus VII jenis
perifer yang timbul secara akut, yang penyebabnya belum diketahui, tanpa adanya
kelainanneurologislain.

Pada

sebagian

besar

penderita

Bell’s

Palsy,


kelumpuhannya akan menyembuh, namun meninggalkan gejala sisa. Gejala sisa
ini dapat berupa kontraktur, sinkinesia atau spasme spontan (Lumbantobing,
2006).
Prevalensi Bell’s Palsy di Indonesia, sulit ditentukan. Data yang
dikumpulkan dari empat rumah sakit di Indonesia didapatkan frekuensi Bell’s
Palsysebesar 19.55% dari seluruh kasus neuropati dan terbanyak pada usia 21-50

tahun, peluang untuk terjadinya pada pria dan wanita sama. Tidak ditemukan
perbedaan insiden antara iklim panas maupun dingin, tetapi pada beberapa
penderita ditemukan adanya riwayat terkena udara dingin atau angin berlebihan.
Biasanya mengenai salah satu sisi saja (unilateral), jarang bilateral dan dapat
berulang (Silva, 2010).

Di dunia insiden tertinggi ditemukan di Seokori, Jepang tahun 1986 dan
insiden terendah ditemukan di Swedia tahun 1997. Di Amerika Serikat insiden
Bell’s Palsy setiap tahunnya terjadi sekitar 23 kasus per 100.000 orang. Enam
puluh tiga persen mengenai wajah sisi kanan. Insiden Bell’s Palsy rata-rata 15-30
kasus per 100.000 populasi. Bell’s Palsy mengenai laki-laki dan wanita dengan
perbandingan yang sama. Akan tetapi, wanita muda yang berumur 10-19 tahun

lebih rentan terkena Bell’s Palsy dari pada laki-laki dengan kelompok umur yang
sama. Penyakit ini dapat mengenai semua umur, namun yang lebih sering terjadi
pada umur 20-50 tahun (Harsono, 1996).

2

Tidak ada perbedaan pada sisi kanan dan kiri wajah. Kadang-kadang
paralisis saraf fasialis bilateral dapat terjadi dengan prevalensi 0.3- 2% (Finsterer,
2008). Resiko terjadinya rekurensi dilaporkan sekitar 8-12% kasus, dengan 36%
pada sisi yang sama dan 64% pada sisi yang berlawanan (Tiemstra dkk, 2007;
Kanerva 2008). Adanya riwayat keluarga positif diperkirakan pada 4-14% kasus
Bell’s palsy (Kubik dkk, 2012).
Keadaan ini tidak memiliki penyebab yang jelas, akan tetapi ada yang
menyebutkan bahwa penyebab Bell’s Palsy adalah angin yang masuk ke dalam
tengkorak, ini membuat saraf di sekitar wajah sembab lalu membesar.
Pembengkakan saraf nomor tujuh atau nervus fascialis ini mengakibatkan pasokan
darah ke saraf tersebut terhenti. Hal itu menyebabkan kematian sel sehingga
fungsi menghantar impuls atau rangsangnya terganggu. Akibatnya, perintah otak
untuk menggerakkan otot-otot wajah tidak dapat diteruskan. Namun, ada beberapa
teori yang secara umum diajukan sebagai penyebab Bell’s Palsy, yaitu teori

iskemia vaskuler, teori infeksi virus, dan teori herediter. (Sutis, 2010).
Tanda dan gejala yang dijumpai pada pasien Bell’s Palsy biasanya bila
dahi di kerutkan lipatan dahi hanya tampak pada sisi yang sehat saja, kelopak
mata tidak dapat menutupi bola mata dan berputarnya bola mata keatas dapat di
saksikan. Dalam mengembungkan pipi terlihat bahwa pada sisi yang lumpuh tidak
mengembung. Dalam menjungurkan bibir, gerakan bibir tersebut menyimpang ke
sisi yang tidak sehat serta air mata yang keluar secara berlebihan di sisi
kelumpuhan dan pengecapan pada dua per tiga lidah sisi kelumpuhan kurang
tajam (Sidharta, 2008).

Dengan demikian penulis tertarik untuk membuat penelitian tentang
gambaran karakteristik dan angka kejadian Bell’s Palsy dalam 3 tahun terakhir,
yaitu tahun 2012, 2013 dan 2014.

3

1.2.Rumusan Masalah
Bagaimana menggambarkan karakteristik dari Bell’s Palsy dan meninjau
angka kejadiannya pada periode 2012-2014?


1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1

Tujuan Umum
Mengetahui gambarankarakteristik penyakit pada pasien Bell’s Palsy di

Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik dan angka kejadiannya pada periode
2012-2014.

1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui perbandingan angka kejadian penyakit Bell’s Palsy di
RSUP Haji Adam Malik pada periode 2012-2014.
2. Mengetahui gambaran demografi dari penderita Bell’s Palsy di RSUP
Haji Adam Malik pada periode 2012-2014.
3. Mengetahuikeluhan utama dan keluhan tambahan dari masing-masing
pasien penderita Bell’s Palsy di RSUP Haji Adam Malik pada periode
2012-2014.
4. Mengetahui lokasi wajah yang paling sering terpapar pada pasien
penderita Bell’s Palsy di RSUP Haji Adam Malik pada periode 20122014.

5. Mengetahui faktor resiko penyakit Bell’s Palsy di RSUP Haji Adam
Malik pada periode 2012-2014.

1.4.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu untuk :
1.

Diharapkan dengan adanya penyusunan karya tulis ilmiah ini dapat
menambah pengetahuan peneliti terkait dengan kasus Bell’s Palsy
serta upaya dalam pencegahannya.

4

2.

Diharapkan dengan adanya karya tulis ini dapat bermanfaat bagi
dunia pendidikan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan serta
diharapkan dapat menyebarluaskan mengenai kasus Bell’s Palsy.


3.

Diharapkan dengan adanya karya tulis ini dapat memberikan
pengetahuan dan informasi bagi masyarakat tentang kondisi Bell’s
Palsy sehingga masyarakat dapat melakukan upaya dalam

pencegahan dan penanganannya secara optimal dan tepat.