Prevalensi Abortus di RSUP. Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2010

(1)

Oleh :

WONG SAI HO

080100272

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

PREVALENSI ABORTUS DI RSUP. HAJI ADAM MALIK

MEDAN PADA TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh :

WONG SAI HO

080100272

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

(4)

ABSTRAK

Tiga penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, sepsis dan unsafe abortion. Upaya pencegahan terjadinya unsafe abortion adalah sangat penting bila Indonesia ingin mencapai tujuan ke lima dari Millennium Development Goal (MDG) untuk memperbaiki kondisi kesehatan ibu dan menurunkan angka kematian ibu. Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi dan target yang diharapkan dapat dicapai tahun 2015 adalah angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi abortus di RSUP. Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain potong lintang (cross sectional) dan sampel dalam penelitian ini adalah berdasarkan total sampling. Semua data yang diperlukan akan diambil dari rekam medis ibu-ibu hamil yang mengalami abortus dari 01 Januari 2010 hingga 31 Desember 2010.

Sebanyak 451 ibu hamil yang berobat di Departemen Obstetri dan Ginekologi, RSUP. Haji Adam Malik, Medan dan sebanyak 32 orang dari 451 pasien tersebut mengalami abortus selama periode tersebut.

Dari hasil analisa data, prevalensi abortus di RSUP. Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2010 adalah sebanyak 7,1%. Distribusi abortus berdasarkan umur paling banyak pada kelompok 31 – 40 tahun. Distribusi abortus berdasarkan paritas paling banyak ditemukan pada wanita yang multipara yaitu sebanyak 19 orang. Berdasarkan status pernikahan, abortus hanya ditemukan pada wanita yang sudah bernikah. Berdasarkan klasifikasi, distribusi abortus adalah 100% abortus spontan. Distribusi abortus berdasarkan gambaran klinis paling banyak ditemukan adalah abortus inkompletus yaitu sebanyak 18 orang.


(5)

ABSTRACT

The three main causes of maternal deaths are haemorrhage, sepsis and unsafe abortion. The effort to prevent unsafe abortion is very important for Indonesia to achieve the fifth goal of the Millennium Development Goal (MDG) which is to improve maternal health and reduce the maternal mortality ratio. Indonesia’s maternal mortality ratio remains high and the target that is hoped to achieved by 2015 is 102 deaths per 100,000 live births.

The purpose of this research was to estimate the prevalence of abortion in RSUP. Haji Adam Malik, Medan Hospital in the year 2010. This research was conducted using the descriptive research methode and the approach used in this study design was cross sectional. Total sampling was used as the sampling methode in this research. All the data of the pregnant women who experienced an abortion from 01 January 2010 until 31 December 2010 were obtained from the medical record.

There were a total of 451 gynaecological patients who seek for medical attention and treatment from the Department of Obstetrics and Gynaecology in RSUP. Haji Adam Malik, Medan Hospital, and out of them, 32 cases were of abortion.

The prevalence of abortion in RSUP. Haji Adam Malik, Medan Hospital in the year 2010 was 7,3%. Most cases of abortion occurred in women between the age groups of 31 – 40 years. Based on parity, most abortion occurred in multiparous women, which was 19 women. All abortion cases were only found in married women. Based on classification of abortion, 100% of the abortion cases were spontaneous abortion. The most common clinical manifestation of abortion was incomplete abortion and there were 18 women.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sebagai sarjana kedokteran program studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul “Prevalensi Abortus di RSUP. Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2010”. Dalam penyelesaian penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis telah banyak menerima bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Dudy Aldiansyah, Sp.OG, selaku dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan bimbingan, saran-saran dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik dan sempurna.

2. Kedua orangtua tercinta, Wong Yee Ha dan Sam Kwai Yoong, yang telah membesarkan dengan penuh pengorbanan, serta selalu memberi doa, semangat, dan dukungan moril yang tiada terhingga.

3. Serta semua pihak, terutama seluruh teman-teman angkatan 2008, baik langsung maupun tidak langsung yang telah memberikan bantuan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat dan berguna bagi kita semua.

Medan, 15 Desember 2011 Penulis,

Wong Sai Ho (NIM: 080100272)


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

Abstrak ... .………... i

Kata Pengantar... iii

Daftar Isi………... iv

Daftar Singkatan... vi

Daftar Tabel......vii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Rumusan Masalah... 3

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 4

2.1. Pengertian Abortus ... 4

2.2. Klasifikasi Abortus... ... 4

2.3. Etiologi Abortus ... 5

2.3.1. Faktor Fetus ... 5

2.3.2. Faktor-faktor Ibu Sebagai Penyebab Abortus ... 5

2.3.3 Faktor Paternal ... 6

2.4. Patogenesis Abortus ... 7

2.5. Gambaran Klinis Abortus ... 8

2.5.1. Abortus Iminens ...………... 8

2.5.2. Abortus Insipiens ... 9

2.5.3. Abortus Inkompletus atau Abortus Kompletus... 9

2.5.4. Abortus Tertunda ... 10

2.5.5. Abortus Habitualis ... 10

2.5.6. Abortus Septik ... 10

2.6. Diagnosa Abortus ... 11

2.7. Penatalaksanaan Abortus ... 13

2.8. Abortus Provokatus ... 14

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL …….16

3.1. Kerangka Konsep Penelitian...16

3.2. Definisi Operasional...17

3.2.1. Abortus ... 17

3.2.2. Prevalensi ... 17

3.2.3. Umur ... 17

3.2.4. Status Pernikahan ... 18

3.2.5. Paritas ... 18

3.2.6. Klasifikasi ... 19


(8)

BAB 4 METODE PENELITIAN………20

4.1. Jenis Penelitian ... 20

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian... 20

4.4. Teknik Pengumpulan Data ... 21

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 21

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...……22

5.1. Hasil Penelitian ... 22

5.1. 1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 22

5.1.2. Karakteristik Individu... 22

5.1.3. Hasil Analisa Data... 23

5.2. Pembahasan ... 25

5.2.1. Distribusi Abortus Berdasarkan Umur ... 25

5.2. 2. Distribusi Abortus Berdasarkan Paritas... 26

5.2.3. Distribusi Abortus Berdasarkan Status Pernikahan ... 26

5.2.4. Distribusi Abortus Berdasarkan Klasifikasi ... 27

5.2.5. Distribusi Abortus Berdasarkan Gambaran Klinis... 27

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………..………...……28

6.1. Kesimpulan ... 28

6.2. Saran ... 28

DAFTAR PUSTAKA... 30


(9)

DAFTAR SINGKATAN

Hb : Haemoglobin

hCG : human chorionic gonadotropin

IU : International Unit

USG : Ultrasonography


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1 Distribusi Kasus Abortus 23

Tabel 5.2 Distribusi Abortus Berdasarkan Umur 23 Tabel 5.3 Distribusi Abortus Berdasarkan Paritas 24 Tabel 5.4 Distribusi Abortus Berdasarkan Status Pernikahan 24 Tabel 5.5 Distribusi Abortus Berdasarkan Klasifikasi 25 Tabel 5.6 Distribusi Abortus Berdasarkan Gambaran Klinis 25


(11)

ABSTRAK

Tiga penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, sepsis dan unsafe abortion. Upaya pencegahan terjadinya unsafe abortion adalah sangat penting bila Indonesia ingin mencapai tujuan ke lima dari Millennium Development Goal (MDG) untuk memperbaiki kondisi kesehatan ibu dan menurunkan angka kematian ibu. Angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi dan target yang diharapkan dapat dicapai tahun 2015 adalah angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi abortus di RSUP. Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain potong lintang (cross sectional) dan sampel dalam penelitian ini adalah berdasarkan total sampling. Semua data yang diperlukan akan diambil dari rekam medis ibu-ibu hamil yang mengalami abortus dari 01 Januari 2010 hingga 31 Desember 2010.

Sebanyak 451 ibu hamil yang berobat di Departemen Obstetri dan Ginekologi, RSUP. Haji Adam Malik, Medan dan sebanyak 32 orang dari 451 pasien tersebut mengalami abortus selama periode tersebut.

Dari hasil analisa data, prevalensi abortus di RSUP. Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2010 adalah sebanyak 7,1%. Distribusi abortus berdasarkan umur paling banyak pada kelompok 31 – 40 tahun. Distribusi abortus berdasarkan paritas paling banyak ditemukan pada wanita yang multipara yaitu sebanyak 19 orang. Berdasarkan status pernikahan, abortus hanya ditemukan pada wanita yang sudah bernikah. Berdasarkan klasifikasi, distribusi abortus adalah 100% abortus spontan. Distribusi abortus berdasarkan gambaran klinis paling banyak ditemukan adalah abortus inkompletus yaitu sebanyak 18 orang.


(12)

ABSTRACT

The three main causes of maternal deaths are haemorrhage, sepsis and unsafe abortion. The effort to prevent unsafe abortion is very important for Indonesia to achieve the fifth goal of the Millennium Development Goal (MDG) which is to improve maternal health and reduce the maternal mortality ratio. Indonesia’s maternal mortality ratio remains high and the target that is hoped to achieved by 2015 is 102 deaths per 100,000 live births.

The purpose of this research was to estimate the prevalence of abortion in RSUP. Haji Adam Malik, Medan Hospital in the year 2010. This research was conducted using the descriptive research methode and the approach used in this study design was cross sectional. Total sampling was used as the sampling methode in this research. All the data of the pregnant women who experienced an abortion from 01 January 2010 until 31 December 2010 were obtained from the medical record.

There were a total of 451 gynaecological patients who seek for medical attention and treatment from the Department of Obstetrics and Gynaecology in RSUP. Haji Adam Malik, Medan Hospital, and out of them, 32 cases were of abortion.

The prevalence of abortion in RSUP. Haji Adam Malik, Medan Hospital in the year 2010 was 7,3%. Most cases of abortion occurred in women between the age groups of 31 – 40 years. Based on parity, most abortion occurred in multiparous women, which was 19 women. All abortion cases were only found in married women. Based on classification of abortion, 100% of the abortion cases were spontaneous abortion. The most common clinical manifestation of abortion was incomplete abortion and there were 18 women.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Di seluruh dunia, 46 juta kehamilan setiap tahun berakhir dengan aborsi, di mana 36 juta dari aborsi terjadi di negara-negara berkembang dan 10 juta di negara-negara maju (Henshaw et al., 1999). WHO memperkirakan bahwa, di seluruh dunia, kira-kira 21,6 juta unsafe abortions terjadi pada tahun 2008, dan hampir semua kasus aborsi ini terjadi di negara-negara berkembang.

Menggunakan tingkat aborsi (yaitu jumlah aborsi setiap tahun per 1.000 perempuan berusia 15 – 44 tahun) untuk membandingkan negara atau wilayah tanpa memperkirakan ukuran relatif populasi, didapati tingkat aborsi tahunan di seluruh dunia adalah sekitar 35 aborsi per 1.000 perempuan berusia 15 – 44 tahun (Henshaw et al., 1999).

Jika tingkat aborsi dievaluasi berdasarkan usia produktif wanita, didapati bahwa remaja (kurang dari 20 tahun) dan wanita usia 40 atau lebih tua adalah yang paling mungkin untuk melakukan aborsi jika mereka hamil. Dengan demikian, proporsi kehamilan berakhir dengan aborsi adalah terbesar di awal dan akhir masa reproduksi wanita (Henshaw et al. 1999).

Tingkat aborsi tahunan di Asia berkurang antara tahun 1995 dan 2003 dari 33 menjadi 29 aborsi per 1.000 wanita berusia 15 – 44 tahun. Di Asia Timur, tingkat aborsi diperkirakan pada tahun 2003 adalah 28 per 1.000 wanita usia subur. Di Selatan Asia Tengah, tingkat aborsinya adalah 27 per 1.000 wanita usia subur. Asia Tenggara merupakan daerah dengan tingkat aborsi tertinggi pada tahun 2003 yaitu 39 per 1.000 wanita usia subur. Tingkat aborsi paling rendah di Asia Barat yaitu 24 per 1.000 wanita usia subur (Guttmacher Institute, 2009).


(14)

Pada tahun 2000, diperkirakan bahwa sekitar 2 juta aborsi terjadi di Indonesia. Perkiraan ini adalah angka tahunan aborsi sebesar 37 aborsi per 1.000 perempuan usia reproduksi (15 – 49 tahun). Apabila dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia, dalam skala regional sekitar 29 aborsi per 1.000 perempuan usia reproduksi, ternyata perkiraan ini cukup tinggi. Kebanyakan aborsi di Indonesia dilakukan oleh tenaga yang tidak terlatih dan banyak juga (yang jumlahnya tidak diketahui) yang mengupayakan penguguran kandungan sendiri. Akibatnya, angka dari komplikasi medis dan kematian maternal dari aborsi yang tidak aman dapat diperkirakan cukup tinggi. Setiap tahunnya sekitar 2 juta aborsi yang diinduksi terjadi di Indonesia dan di Asia Tenggara, kematian yang disebabkan karena aborsi yang tidak aman adalah sebesar 14 – 16% dari semua kematian maternal (Guttmacher Institute, 2008).

Menurut WHO, tiga penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan, sepsis, dan unsafe abortion. Upaya pencegahan terjadinya unsafe abortion adalah sangat penting bila Indonesia ingin mencapai tujuan ke lima dari Millennium Development Goal untuk memperbaiki kondisi kesehatan ibu dan menurunkan angka kematian ibu (Guttmacher Institute, 2008).

Berdasarkan Indonesia Demographic and Health Survey (IDHS) 2007, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut Report on the Achievement of the Millennium Development Goals Indonesia 2010, angka kematian ibu ini masih tinggi dan target yang diharapkan dapat dicapai tahun 2015 adalah angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup.


(15)

1.2. Rumusan Masalah

Berapakah prevalensi abortus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada periode Januari 2010 hingga Desember 2010 ?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi abortus di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah seperti berikut:

1. Mengetahui rata-rata usia ibu hamil yang mengalami abortus. 2. Mengetahui status gravida, para dan abortus pada ibu hamil. 3. Mengetahui klasifikasi abortus pada ibu hamil

4. Mengetahui gambaran klinis abortus pada ibu hamil.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai bahan masukan bagi pihak rumah sakit mengenai kasus abortus pada ibu-ibu hamil di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Januari 2010 hingga Desember 2010.

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat dan sebagai sumber informasi kepada masyarakat dan peneliti untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Abortus

Abortus dapat dibagi atas dua golongan yaitu abortus spontan dan abortus provokatus. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis dan disebabkan oleh faktor-faktor alamiah. Abortus provokatus adalah abortus yang terjadi akibat tindakan atau disengaja, baik dengan memakai obat-obatan maupun alat-alat (Mochtar, 1998).

Abortus adalah berakhirnya kehamilan sebelum janin dapat hidup di dunia luar, tanpa mempersoalkan penyebabnya. Bayi baru mungkin hidup di dunia luar bila berat badannya telah mencapai lebih daripada 500 gram atau umur kehamilan lebih daripada 20 minggu (Sastrawinata et al., 2005). Abortus spontan merujuk kepada keguguran pada kehamilan kurang dari 20 minggu tanpa adanya tindakan medis atau tindakan bedah untuk mengakhiri kehamilan (Griebel et al., 2005).

Abortus spontan adalah merupakan mekanisme alamiah yang menyebabkan terhentinya proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu. Penyebabnya dapat oleh karena penyakit yang diderita si ibu ataupun sebab-sebab lain yang pada umumnya berhubungan dengan kelainan pada sistem reproduksi (Syafruddin, 2003).

2.2. Klasifikasi Abortus

Klasifikasi abortus menurut Sastrawinata dan kawan-kawan (2005) adalah seperti berikut :

i. Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis maupun mekanis.


(17)

a. Abortus buatan menurut kaidah ilmu (Abortus provocatus artificialis atau abortus therapeuticus). Indikasi abortus untuk kepentingan ibu, misalnya : penyakit jantung, hipertensi esential, dan karsinoma serviks. Keputusan ini ditentukan oleh tim ahli yang terdiri dari dokter ahli kebidanan, penyakit dalam dan psikiatri, atau psikolog.

b. Abortus buatan kriminal (Abortus provocatus criminalis) adalah pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang yang tidak berwenang dan dilarang oleh hukum.

2.3. Etiologi Abortus

Secara umum, terdapat tiga faktor yang boleh menyebabkan abortus spontan yaitu faktor fetus, faktor ibu sebagai penyebab abortus dan faktor paternal. Lebih dari 80 persen abortus terjadi pada 12 minggu pertama kehamilan, dan kira-kira setengah dari kasus abortus ini diakibatkan oleh anomali kromosom. Setelah melewati trimester pertama, tingkat aborsi dan peluang terjadinya anomali kromosom berkurang (Cunningham et al., 2005).

2.3.1. Faktor Fetus

Berdasarkan hasil studi sitogenetika yang dilakukan di seluruh dunia, sekitar 50 hingga 60 persen dari abortus spontan yang terjadi pada trimester pertama mempunyai kelainan kariotipe. Kelainan pada kromosom ini adalah seperti autosomal trisomy, monosomy X dan polyploidy (Lebedev et al., 2004).

Abnormalitas kromosom adalah hal yang utama pada embrio dan janin yang mengalami abortus spontan, serta merupakan sebagian besar dari kegagalan kehamilan dini. Kelainan dalam jumlah kromosom lebih sering dijumpai daripada kelainan struktur kromosom. Abnormalitas kromosom secara struktural dapat diturunkan oleh salah satu dari kedua orang tuanya yang menjadi pembawa abnormalitas tersebut (Cunningham et al., 2005).


(18)

2.3.2. Faktor-faktor Ibu Sebagai Penyebab Abortus

Menurut Sotiriadis dan kawan-kawan (2004), ibu hamil yang mempunyai riwayat keguguran memiliki risiko yang tinggi untuk terjadi keguguran pada kehamilan seterusnya terutama pada ibu yang berusia lebih tua.

Pada wanita hamil yang mempunyai riwayat keguguran tiga kali berturut-turut, risiko untuk terjadinya abortus pada kehamilan seterusnya adalah sebesar 50 persen (Kleinhaus et al., 2006; Berek, 2007).

Berbagai penyakit infeksi, penyakit kronis, kelainan endokrin, kekurangan nutrisi, alkohol, tembakau, deformitas uterus ataupun serviks, kesamaan dan ketidaksamaan immunologik kedua orang tua dan trauma emosional maupun fisik dapat menyebabkan abortus, meskipun bukti korelasi tersebut tidak selalu meyakinkan. Isolasi Mycoplasma hominis dan Ureaplasma urelyticum dari traktus genitalis beberapa wanita yang mengalami abortus, mengarahkan pada hipotesis bahwa infeksi mycoplasma yang mengenai traktus genitalis, merupakan abortifasient. Pada kehamilan lanjut, persalinan prematur dapat ditimbulkan oleh penyakit sistemik yang berat pada ibu. Hipertensi jarang menyebabkan abortus, tetapi dapat mengakibatkan kematian janin dan persalinan prematur. Abortus sering disebabkan, mungkin tanpa alasan yang adekuat, kekurangan sekresi progesteron yang pertama oleh korpus luteum dan kemudian oleh trofoblast. Karena progesteron mempertahankan desidua, defisiensi relatif secara teoritis mengganggu nutrisi konseptus dan dengan demikian mengakibatkan kematian. Pada saat ini, tampak bahwa hanya malnutrisi umum yang berat merupakan predisposisi meningkatnya kemungkinan abortus. Wanita yang merokok diketahui lebih sering mengalami abortus spontan daripada wanita yang tidak merokok. Alkohol dinyatakan meningkatkan resiko abortus spontan, meskipun hanya digunakan dalam jumlah sedang (Cunningham et al., 2005).

Kira-kira 10 persen hingga 15 persen wanita hamil yang mengalami keguguran berulang mempunyai kelainan pada rahim seperti septum parsial atau lengkap. Anomali ini dapat menyebabkan keguguran melalui implantasi yang tidak sempurna karena vaskularisasi abnormal, distensi uterus, perkembangan


(19)

2.3.3. Faktor Paternal

Translokasi kromosom dalam sperma dapat menyebabkan zigote mempunyai terlalu sedikit atau terlalu banyak bahan kromosom, sehingga mengakibatkan abortus (Cunningham et al., 2005).

2.4. Patogenesis Abortus

Menurut Sastrawinata dan kawan-kawan (2005), kebanyakan abortus spontan terjadi segera setelah kematian janin yang kemudian diikuti dengan perdarahan ke dalam desidua basalis, lalu terjadi perubahan-perubahan nekrotik pada daerah implantasi, infiltrasi sel-sel peradangan akut, dan akhirnya perdarahan per vaginam. Buah kehamilan terlepas seluruhnya atau sebagian yang diinterpretasikan sebagai benda asing dalam rongga rahim. Hal ini menyebabkan kontraksi uterus dimulai, dan segera setelah itu terjadi pendorongan benda asing itu keluar rongga rahim (ekspulsi). Perlu ditekankan bahwa pada abortus spontan, kematian embrio biasanya terjadi paling lama dua minggu sebelum perdarahan. Oleh karena itu, pengobatan untuk mempertahankan janin tidak layak dilakukan jika telah terjadi perdarahan banyak karena abortus tidak dapat dihindari. Sebelum minggu ke-10, hasil konsepsi biasanya dikeluarkan dengan lengkap. Hal ini disebabkan sebelum minggu ke-10 vili korialis belum menanamkan diri dengan erat ke dalam desidua hingga telur mudah terlepas keseluruhannya. Antara minggu ke-10 hingga minggu ke-12 korion tumbuh dengan cepat dan hubungan vili korialis dengan desidua makin erat hingga mulai saat tersebut sering sisa-sisa korion (plasenta) tertinggal kalau terjadi abortus. Pengeluaran hasil konsepsi didasarkan 4 cara:

i. Keluarnya kantong korion pada kehamilan yang sangat dini, meninggalkan sisa desidua.

ii. Kantong amnion dan isinya (fetus) didorong keluar, meninggalkan korion dan desidua.


(20)

iii. Pecahnya amnion terjadi dengan putusnya tali pusat dan pendorongan janin ke luar, tetapi mempertahankan sisa amnion dan korion (hanya janin yang dikeluarkan).

iv. Seluruh janin dan desidua yang melekat didorong keluar secara utuh. Kuretasi diperlukan untuk membersihkan uterus dan mencegah perdarahan atau infeksi lebih lanjut.

2.5. Gambaran Klinis Abortus

Aspek klinis abortus spontan dibagi menjadi abortus iminens (threatened abortion), abortus insipiens (inevitable abortion), abortus inkompletus (incomplete abortion) atau abortus kompletus (complete abortion), abortus tertunda (missed abortion), abortus habitualis (recurrent abortion), dan abortus septik (septic abortion) (Cunningham et al., 2005; Griebel et al., 2005).

2.5.1. Abortus Iminens (Threatened abortion)

Vagina bercak atau perdarahan yang lebih berat umumnya terjadi selama kehamilan awal dan dapat berlangsung selama beberapa hari atau minggu serta dapat mempengaruhi satu dari empat atau lima wanita hamil. Secara keseluruhan, sekitar setengah dari kehamilan ini akan berakhir dengan abortus (Cunningham et al., 2005).

Abortus iminens didiagnosa bila seseorang wanita hamil kurang daripada 20 minggu mengeluarkan darah sedikit pada vagina. Perdarahan dapat berlanjut beberapa hari atau dapat berulang, dapat pula disertai sedikit nyeri perut bawah atau nyeri punggung bawah seperti saat menstruasi. Polip serviks, ulserasi vagina, karsinoma serviks, kehamilan ektopik, dan kelainan trofoblast harus dibedakan dari abortus iminens karena dapat memberikan perdarahan pada vagina. Pemeriksaan spekulum dapat membedakan polip, ulserasi vagina atau karsinoma serviks, sedangkan kelainan lain membutuhkan pemeriksaan ultrasonografi (Sastrawinata et al., 2005).


(21)

2.5.2. Abortus Insipiens (Inevitable abortion)

Abortus insipiens didiagnosis apabila pada wanita hamil ditemukan perdarahan banyak, kadang-kadang keluar gumpalan darah yang disertai nyeri karena kontraksi rahim kuat dan ditemukan adanya dilatasi serviks sehingga jari pemeriksa dapat masuk dan ketuban dapat teraba. Kadang-kadang perdarahan dapat menyebabkan kematian bagi ibu dan jaringan yang tertinggal dapat menyebabkan infeksi sehingga evakuasi harus segera dilakukan. Janin biasanya sudah mati dan mempertahankan kehamilan pada keadaan ini merupakan kontraindikasi (Sastrawinata et al., 2005).

2.5.3. Abortus Inkompletus atau Abortus Kompletus

Abortus inkompletus didiagnosis apabila sebagian dari hasil konsepsi telah lahir atau teraba pada vagina, tetapi sebagian tertinggal (biasanya jaringan plasenta). Perdarahan biasanya terus berlangsung, banyak, dan membahayakan ibu. Sering serviks tetap terbuka karena masih ada benda di dalam rahim yang dianggap sebagai benda asing (corpus alienum). Oleh karena itu, uterus akan berusaha mengeluarkannya dengan mengadakan kontraksi sehingga ibu merasakan nyeri, namun tidak sehebat pada abortus insipiens. Jika hasil konsepsi lahir dengan lengkap, maka disebut abortus komplet. Pada keadaan ini kuretasi tidak perlu dilakukan. Pada abortus kompletus, perdarahan segera berkurang setelah isi rahim dikeluarkan dan selambat-lambatnya dalam 10 hari perdarahan berhenti sama sekali karena dalam masa ini luka rahim telah sembuh dan epitelisasi telah selesai. Serviks juga dengan segera menutup kembali. Kalau 10 hari setelah abortus masih ada perdarahan juga, abortus inkompletus atau endometritis pasca abortus harus dipikirkan (Sastrawinata et al., 2005).


(22)

2.5.4. Abortus Tertunda (Missed abortion)

Abortus tertunda adalah keadaan dimana janin sudah mati, tetapi tetap berada dalam rahim dan tidak dikeluarkan selama 2 bulan atau lebih. Pada abortus tertunda akan dijimpai amenorea, yaitu perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya, serta selama observasi fundus tidak bertambah tinggi, malahan tambah rendah. Pada pemeriksaan dalam, serviks tertutup dan ada darah sedikit (Mochtar, 1998).

2.5.5. Abortus Habitualis (Recurrent abortion)

Anomali kromosom parental, gangguan trombofilik pada ibu hamil, dan kelainan struktural uterus merupakan penyebab langsung pada abortus habitualis (Jauniaux et al., 2006). Menurut Mochtar (1998), abortus habitualis merupakan abortus yang terjadi tiga kali berturut-turut atau lebih. Etiologi abortus ini adalah kelainan dari ovum atau spermatozoa, dimana sekiranya terjadi pembuahan, hasilnya adalah patologis. Selain itu, disfungsi tiroid, kesalahan korpus luteum dan kesalahan plasenta yaitu tidak sanggupnya plasenta menghasilkan progesterone sesudah korpus luteum atrofis juga merupakan etiologi dari abortus habitualis.

2.5.6. Abortus Septik (Septic abortion)

Abortus septik adalah keguguran disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman atau toksinnya ke dalam peredaran darah atau peritoneum. Hal ini sering ditemukan pada abortus inkompletus atau abortus buatan, terutama yang kriminalis tanpa memperhatikan syarat-syarat asepsis dan antisepsis. Antara bakteri yang dapat menyebabkan abortus septik adalah seperti Escherichia coli, Enterobacter aerogenes, Proteus vulgaris, Hemolytic streptococci dan Staphylococci (Mochtar, 1998; Dulay, 2010).


(23)

2.6. Diagnosa Abortus

Menurut WHO (1994), setiap wanita pada usia reproduktif yang mengalami dua daripada tiga gejala seperti di bawah harus dipikirkan kemungkinan terjadinya abortus:

i. Perdarahan pada vagina. ii. Nyeri pada abdomen bawah. iii. Riwayat amenorea.

Ultrasonografi penting dalam mengidentifikasi status kehamilan dan memastikan bahwa suatu kehamilan adalah intrauterin. Apabila ultrasonografi transvaginal menunjukkan sebuah rahim kosong dan tingkat serum hCG kuantitatif lebih besar dari 1.800 mIU per mL (1.800 IU per L), kehamilan ektopik harus dipikirkan. Ketika ultrasonografi transabdominal dilakukan, sebuah rahim kosong harus menimbulkan kecurigaan kehamilan ektopik jika kadar hCG kuantitatif lebih besar dari 3.500 mIU per mL (3.500 IU per L). Rahim yang ditemukan kosong pada pemeriksaan USG dapat mengindikasikan suatu abortus kompletus, tetapi diagnosis tidak definitif sehingga kehamilan ektopik disingkirkan (Griebel et al., 2005; Puscheck, 2010).

Menurut Sastrawinata dan kawan-kawan (2005), diagnosa abortus menurut gambaran klinis adalah seperti berikut:

i. Abortus Iminens (Threatened abortion)

a. Anamnesis – perdarahan sedikit dari jalan lahir dan nyeri perut tidak ada atau ringan.

b. Pemeriksaan dalam – fluksus ada (sedikit), ostium uteri tertutup, dan besar uterus sesuai dengan umur kehamilan.


(24)

ii. Abortus Insipiens (Inevitable abortion)

a. Anamnesis – perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri / kontraksi rahim.

b. Pemeriksaan dalam – ostium terbuka, buah kehamilan masih dalam rahim, dan ketuban utuh (mungkin menonjol).

iii. Abortus Inkompletus atau abortus kompletus

a. Anamnesis – perdarahan dari jalan lahir (biasanya banyak), nyeri / kontraksi rahim ada, dan bila perdarahan banyak dapat terjadi syok. b. Pemeriksaan dalam – ostium uteri terbuka, teraba sisa jaringan buah

kehamilan.

iv. Abortus Tertunda (Missed abortion)

a. Anamnesis - perdarahan bisa ada atau tidak.

b. Pemeriksaan obstetri – fundus uteri lebih kecil dari umur kehamilan dan bunyi jantung janin tidak ada.

c. Pemeriksaan penunjang – USG, laboratorium (Hb, trombosit, fibrinogen, waktu perdarahan, waktu pembekuan dan waktu protrombin).

Diagnosa abortus habitualis (recurrent abortion) dan abortus septik (septic abortion) menurut Mochtar (1998) adalah seperti berikut:

i. Abortus Habitualis (Recurrent abortion)

a. Histerosalfingografi – untuk mengetahui ada tidaknya mioma uterus submukosa dan anomali kongenital.

b. BMR dan kadar yodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak gangguan glandula thyroidea.


(25)

ii. Abortus Septik (Septic abortion)

a. Adanya abortus : amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong di luar rumah sakit.

b. Pemeriksaan : kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan dan sebagainya.

c. Tanda-tanda infeksi alat genital : demam, nadi cepat, perdarahan, nyeri tekan dan leukositosis.

d. Pada abortus septik : kelihatan sakit berat, panas tinggi, menggigil, nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun sampai syok.

2.7. Penatalaksanaan Abortus

Pada abortus insipiens dan abortus inkompletus, bila ada tanda-tanda syok maka diatasi dulu dengan pemberian cairan dan transfuse darah. Kemudian, jaringan dikeluarkan secepat mungkin dengan metode digital dan kuretase. Setelah itu, beri obat-obat uterotonika dan antibiotika. Pada keadaan abortus kompletus dimana seluruh hasil konsepsi dikeluarkan (desidua dan fetus), sehingga rongga rahim kosong, terapi yang diberikan hanya uterotonika. Untuk abortus tertunda, obat diberi dengan maksud agar terjadi his sehingga fetus dan desidua dapat dikeluarkan, kalau tidak berhasil, dilatasi dan kuretase dilakukan. Histerotomia anterior juga dapat dilakukan dan pada penderita, diberikan tonika dan antibiotika. Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih besar hasilnya jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya. Merokok dan minum alkohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan. Pada serviks inkompeten, terapinya adalah operatif yaitu operasi Shirodkar atau McDonald (Mochtar, 1998).


(26)

2.8. Abortus Provokatus

Abortus provokatus yang dikenal di Indonesia dengan istilah aborsi berasal dari bahasa latin yang berarti pengguguran kandungan karena kesengajaan. Abortus provocatus merupakan salah satu dari berbagai macam jenis abortus (Nainggolan, 2006).

Menurut Nainggolan (2006) dalam Kusmariyanto (2002), pengertian aborsi atau abortus provokatus adalah penghentian atau pengeluaran hasil kehamilan dari rahim sebelum waktunya. Dengan kata lain “pengeluaran” itu dimaksudkan bahwa keluarnya janin disengaja dengan campur tangan manusia, baik melalui cara mekanik atau obat.

Abortus elektif atau sukarela adalah pengakhiran kehamilan sebelum janin mampu hidup atas dasar permintaan wanita, dan tidak karena kesehatan ibu yang terganggu atau penyakit pada janin (Pritchard et al., 1991).

Abortus terapeutik adalah pengakhiran kehamilan sebelum saatnya janin mampu hidup dengan maksud melindungi kesehatan ibu. Antara indikasi untuk melakukan abortus therapeutik adalah apabila kelangsungan kehamilan dapat membahayakan nyawa wanita tersebut seperti pada penyakit vaskular hipertensif tahap lanjut dan invasive karsinoma pada serviks. Selain itu, abortus terapeutik juga boleh dilakukan pada kehamilan akibat perkosaan atau akibat hubungan saudara (incest) dan sebagai pencegahan untuk kelahiran fetus dengan deformitas fisik yang berat atau retardasi mental (Cunningham et al., 2005).

Kontraindikasi untuk melakukan abortus terapeutik adalah seperti kehamilan ektopik, insufiensi adrenal, anemia, gangguan pembekuan darah dan penyakit kardiovaskular (Trupin, 2002).


(27)

Menurut Sastrawinata dan kawan-kawan (2005), abortus terapeutik dapat dilakukan dengan cara:

i. Kimiawi – pemberian secara ekstrauterin atau intrauterin obat abortus, seperti: prostaglandin, antiprogesteron, atau oksitosin.

ii. Mekanis:

a. Pemasangan batang laminaria atau dilapan akan membuka serviks secara perlahan dan tidak traumatis sebelum kemudian dilakukan evakuasi dengan kuret tajam atau vakum.

b. Dilatasi serviks dilanjutkan dengan evakuasi, dipakai dilator Hegar dilanjutkan dengan kuretasi.


(28)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan dan tinjauan pustaka di atas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah seperti berikut:

Kerangka konsep prevalensi abortus pada ibu-ibu hamil di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan periode Januari 2010 – Desember 2010

Paritas Status Pernikahan Klasifikasi Gambaran Klinis

Umur

Abortus


(29)

3.2. Definisi Operasional 3.2.1. Abortus

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan, dengan cara apapun sebelum janin cukup pertumbuhannya untuk hidup. Pada penelitian ini, abortus adalah ibu-ibu hamil di RSUP. Haji Adam Malik, Medan yang mengalami pengakhiran pada kehamilan.

3.2.2. Prevalensi

Prevalensi didefenisikan sebagai jumlah keseluruhan kasus penyakit yang terjadi pada suatu waktu tertentu di suatu wilayah. Pada penelitian ini, penyakit yang dimaksudkan ialah abortus pada ibu-ibu hamil. Maka, defenisi operasional prevalensi bagi penelitian ini adalah jumlah keseluruhan kasus abortus pada ibu-ibu hamil di RSUP. Haji Adam Malik, Medan periode Januari 2010 hingga Desember 2010.

3.2.3. Umur

Umur adalah usia ibu hamil pada saat abortus terjadi dan dinyatakan dalam tahun. Cara untuk mengukur umur adalah dengan melakukan observasi pada rekam medis. Alat ukur adalah rekam medis. Hasil ukur adalah seperti berikut:

i. ≤ 20 tahun ii. 21 – 30 tahun iii. 31 – 40 tahun iv. 41 – 50 tahun Skala pengukuran: ordinal


(30)

3.2.4. Paritas

Paritas adalah frekuensi proses persalinan pada ibu-ibu hamil. Pada penelitian ini, paritas ialah frekuensi proses persalinan pada ibu-ibu hamil yang mengalami abortus. Menurut Mochtar (1998), paritas dibedakan menjadi empat:

1. Nullipara adalah seorang wanita yang belum pernah melahirkan bayi viable.

2. Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk pertama kali.

3. Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi viable beberapa kali (sampai lima kali).

4. Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi enam kali atau lebih hidup atau mati.

Cara pengukuran paritas adalah melalui observasi pada rekam medis dan alat ukurnya adalah dengan menggunakan rekam medis. Hasil ukur adalah seperti berikut:

i. P0 (Nullipara) ii. P1 (Primipara) iii. P2-5 (Multipara) iv. P>5 (Grandemultipara) Skala pengukuran: ordinal

3.2.5. Status Pernikahan

Status pernikahan adalah status ibu hamil berdasarkan riwayat pernikahan. Cara pengukuran adalah dengan melakukan observasi pada rekam medis. Alat ukur yang digunakan adalah rekam medis. Hasil ukur adalah seperti berikut:

i. Belum bernikah ii. Sudah bernikah


(31)

3.2.6. Klasifikasi

Klasifikasi adalah tipe abortus di mana pasien tergolong dalam pada saat penelitian dilakukan. Cara mengukurnya adalah dengan melakukan observasi pada rekam medis. Alat ukur adalah rekam medis. Hasil ukur adalah seperti berikut:

i. Abortus spontan ii. Abortus provokatus Skala pengukuran: nominal

3.2.7. Gambaran Klinis

Gambaran klinis adalah jenis-jenis abortus spontan di mana pasien tergolong dalam pada saat penelitian dilakukan. Cara pengukuran adalah dengan observasi pada rekam medis. Alat ukur adalah rekam medis. Hasil ukur adalah seperti berikut:

i. Abortus Iminens ii. Abortus Insipiens iii. Abortus Inkompletus iv. Abortus Kompletus

v. Abortus Tertunda vi. Abortus Habitualis vii. Abortus Septik Skala pengukuran: nominal


(32)

BAB 4

METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain potong lintang (cross sectional) yaitu penelitian yang mengamati subjek sekali sahaja pada saat penelitian dilakukan dan kemudian mendeskripsikan prevalensi abortus pada ibu-ibu hamil di RSUP. Haji Adam Malik, Medan.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan September 2011 hingga Oktober 2011.

4.2.2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP. Haji Adam Malik, Medan. Rumah sakit ini dipilih karena merupakan rumah sakit rujukan di propinsi Sumatera Utara.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah data-data rekam medis ibu hamil yang mendapat rawat inap atau rawat jalan di RSUP. Haji Adam Malik, Medan dari bulan Januari 2010 hingga Desember 2010.

4.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah berdasarkan total sampling, dimana seluruh populasi akan diambil sebagai sampel dan harus memenuhi kriteria inklusi untuk dilanjutkan ke penelitian.


(33)

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah semua kasus abortus yang terjadi pada ibu-ibu hamil dengan usia kehamilan kurang daripada 20 minggu yang terjadi dari 01 Januari 2010 hingga 31 Desember 2010 dengan data-data seperti nama, umur, paritas, klasifikasi dan gambaran klinis abortus tercatat dengan lengkap pada rekam medis.

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah kasus-kasus abortus yang terjadi bukan dalam periode penelitian dan data-data yang tidak lengkap pada rekam medis.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, data yang diambil merupakan data sekunder. Semua data yang diperlukan akan diambil dari rekam medis ibu-ibu hamil yang mengalami abortus dari 01 Januari 2010 hingga 31 Desember 2010.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Setelah mendapatkan data yang diperlukan dari rekam medis, data akan diolah dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) for Windows. Dalam penelitian ini, data akan dianalisis dengan cara deskriptif. Setelah dianalisis, data akan disajikan dalam bentuk table-tabel distribusi frekuensi dan grafik.


(34)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP. Haji Adam Malik yang terletak di Kecamatan Medan Sunggal di Jalan Bunga Lau Nomor 17, Medan. Rumah Sakit ini adalah Rumah Sakit Kelas A dan merupakan pusat rujukan kesehatan untuk propinsi Sumatera Utara.

Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan dari tanggal 14 September 2011 hingga 14 Oktober 2011 di departemen rekam medis RSUP. Haji Adam Malik, Medan setelah mendapat izin dari bagian Litbang.

5.1.2. Karakteristik Individu

Sampel penelitian ini adalah semua data ibu hamil yang berobat di Departemen Obstetri dan Ginekologi, RSUP. Haji Adam Malik, Medan dari tanggal 01 Januari 2010 hingga 31 Desember 2010.

Semua data sampel diambil dari rekam medis pasien. Sebanyak 451 ibu hamil yang berobat di Departemen Obstetri dan Ginekologi, RSUP. Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2010 dan sebanyak 32 orang dari 451 pasien tersebut mengalami abortus.


(35)

5.1.3. Hasil Analisa Data

5.1.3.1. Jumlah Kasus Abortus di RSUP. Haji Adam Malik, Medan pada Tahun 2010

Distribusi pasien yang mengalami abortus ditampilkan pada tabel berikut :

Tabel 5.1 Distribusi Kasus Abortus

Abortus Jumlah (orang) (%)

Ya 32 7,1

Tidak 419 92,9

Jumlah 451 100

Berdasarkan Tabel 5.1 di atas, dapat dilihat bahwa jumlah pasien yang mengalami abortus adalah 32 orang (7,1%) dan jumlah pasien yang tidak mengalami abortus adalah sebanyak 419 orang (92,9%).

5.1.3.2. Distribusi Abortus Berdasarkan Umur

Pada penelitian ini, perhitungan terhadap umur pasien yang mengalami abortus telah dilakukan dan hasil yang didapatkan ditampilkan pada tabel berikut :

Tabel 5.2 Distribusi Abortus Berdasarkan Umur

Umur (Tahun) Jumlah (orang) (%)

≤ 20 2 6,3

21 – 30 7 21,9

31 – 40 18 56,3

41 – 50 5 15,6

Jumlah 32 100

Berdasarkan Tabel 5.2, kelompok umur yang paling banyak mengalami abortus adalah kelompok 31 – 40 tahun yaitu sebanyak 18 orang (56,3%). Sementara kelompok umur yang paling rendah jumlah pasien yang mengalami abortus adalah kelompok kurang dari atau sama dengan 20 tahun yaitu sebanyak 2 orang (6,3%).


(36)

5.1.3.3. Distribusi Abortus Berdasarkan Paritas

Pada penelitian ini, salah satu komponen yang diteliti adalah distribusi abortus berdasarkan paritas (jumlah melahirkan) yang dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 5.3 Distribusi Abortus Berdasarkan Paritas

Paritas Jumlah (orang) (%)

P0 (Nullipara) 7 21,9

P1 (Primipara) 5 15,6

P2-5 (Multipara) 19 59,4

P>5 (Grandemultipara) 1 3,1

Jumlah 32 100

Berdasarkan Tabel 5.3 di atas, ternyata abortus paling banyak dialami oleh pasien yang multipara yaitu sebanyak 19 orang (59,4%) dan paling rendah pada pasien yang grandemultipara yaitu hanya seorang (3.1%).

5.1.3.4. Distribusi Abortus Berdasarkan Status Pernikahan

Diperoleh jumlah kasus abortus berdasarkan status pernikahan yang dapat dilihat pada tabel berikut yaitu 100% sudah bernikah.

Tabel 5.4 Distribusi Abortus Berdasarkan Status Pernikahan

Status Pernikahan Jumlah (orang) (%)

Belum bernikah 0 0

Sudah bernikah 32 100

Jumlah 32 100

5.1.3.5. Distribusi Abortus Berdasarkan Klasifikasi

Jumlah kasus abortus berdasarkan klasifikasi seperti yang dapat dilihat pada tabel berikut adalah 100% abortus spontan. Tidak ada kasus abortus provokatus ditemukan.

Tabel 5.5 Distribusi Abortus Berdasarkan Klasifikasi

Klasifikasi Jumlah (orang) (%)

Abortus spontan 32 100


(37)

5.1.3.6.Distribusi Abortus Berdasarkan Gambaran Klinis

Dalam penelitian ini juga dilakukan pengamatan terhadap gambaran klinis pasien yang mengalami abortus dan hasil yang didapatkan adalah seperti berikut :

Tabel 5.6 Distribusi Abortus Berdasarkan Gambaran Klinis

Gambaran Klinis Jumlah (orang) (%)

Abortus Iminens 3 9,4

Abortus Insipiens 1 3,1

Abortus Inkompletus 18 56,3

Abortus Kompletus 3 9,4

Abortus Tertunda 7 21,9

Abortus Habitualis 0 0,0

Abortus Septik 0 0,0

Jumlah 32 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran klinis yang paling banyak dialami oleh pasien yang mengalami abortus adalah abortus inkompletus yaitu sebanyak 18 orang (56,3%). Tidak ada ditemukan kasus abortus habitualis dan abortus septik.

5.2. Pembahasan

5.2.1. Distribusi Abortus Berdasarkan Umur

Dari hasil penelitian ini, kelompok umur pada ibu hamil yang paling banyak mengalami abortus adalah kelompok 31 – 40 tahun yaitu sebanyak 18 orang (56,3%), diikuti dengan kelompok umur 21 – 30 tahun (21,9%), 41 – 50 tahun (15,6%) dan yang mempunyai kasus abortus paling rendah, kelompok umur kurang dari atau sama dengan 20 tahun (6,3%). Dalam teori dan penelitian sebelumnya, juga dinyatakan usia ibu hamil lebih dari 30 tahun mempunyai resiko yang tinggi untuk terjadinya abortus spontan dan ini mungkin disebabkan oleh kelainan kromosom pada janin ataupun kelainan uterus serta kelainan fungsi hormonal pada ibu (Andersen, 2000). Di sini, hasil penelitian adalah sama seperti teori dan penelitian yang ada sebelumnya. Tidak ada efek yang signifikan pada usia ibu hamil dari 20 tahun hingga 29 tahun terhadap kejadian abortus spontan (Andersen, 2000 ; Osborn, 2000). Di RSUP. Haji Adam Malik, rata-rata kejadian abortus paling banyak terjadi pada wanita yang berusia 40 tahun. Ini mungkin


(38)

disebabkan oosit pada wanita hamil yang usianya lebih tua mempunyai kecenderungan yang tinggi untuk mengalami kelainan kromosom dan endometrium yang kurang reseptif.

5.2.2. Distribusi Abortus Berdasarkan Paritas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa abortus paling banyak dialami oleh pasien yang multipara yaitu sebanyak 19 orang (59,4%), diikuti dengan nullipara (21,9%), primipara (15,6%) dan paling rendah pada pasien yang grandemultipara (3,1%). Hasil ini sama dengan suatu penelitian demografik yang dilakukan Hansen dan kawan-kawan di Denmark yaitu resiko untuk mengalami abortus meningkat dengan jumlah paritas yang tinggi (Hansen, 2009). Pada penelitian lain yang dilakukan Osborn, Cattaaruzza dan Spinelli di Italy, resiko untuk kejadian abortus spontan meningkat dengan jumlah kehamilan. Walaupun begitu, peningkatan resiko untuk kejadian abortus spontan juga tergantung pada usia wanita tersebut (Osborn, 2000). Di RSUP. Haji Adam Malik, dapat dilihat bahwa usia pada wanita multipara adalah lebih tua dibanding wanita nullipara dan primipara. Usia wanita hamil yang lebih tua mempunyai resiko yang tinggi untuk terjadinya abortus spontan (Andersen, 2000). Maka, kejadian abortus spontan lebih banyak ditemukan pada wanita multipara di RSUP. Haji Adam Malik.

5.2.3. Distribusi Abortus Berdasarkan Status Pernikahan

Dari hasil penelitian ini yang dilakukan di RSUP. Haji Adam Malik, diperoleh semua kasus abortus hanya terjadi pada wanita yang sudah bernikah (100%) dan tidak ditemukan kasus abortus pada wanita yang belum bernikah. Hasil ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Osborn dan kawan-kawan di Italy, di mana 9,6% yaitu 5,661 orang dari 58,966 wanita hamil yang mengalami abortus spontan adalah wanita yang belum menikah. 89,7% wanita yang mengalami abortus spontan sudah menikah dan 0,7% wanita tersebut status perkahwinannya tidak diketahui (Osborn, 2000). Perbedaan ini mungkin disebabkan perbedaan budaya antara negara timur dengan budaya negara-negara


(39)

Indonesia karena abortus dilakukan secara sembunyi dan sekiranya timbul komplikasi, hanya dilaporkan komplikasinya saja, tidak abortusnya (Azhari, 2002).

5.2.4. Distribusi Abortus Berdasarkan Klasifikasi

Dari hasil penelitian ini, diperoleh jumlah kasus abortus berdasarkan klasifikasi adalah 100% abortus spontan dan tidak ditemukan kasus abortus provokatus. Kasus abortus provokatus ini tidak ditemukan mungkin karena dalam peraturan perundang-undangan pidana di Indonesia memang melarang melakukan suatu tindak pidana abortus provokatus. Tetapi ada pengecualian pada hal-hal tertentu dapat dibenarkan oleh UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan itu jelas indikasinya menurut medis yang benar-benar harus dilakukan oleh ahli kandungan karena dalam keadaan bahaya maut terhadap ibu hamil dan atau janinnya. Ini adalah dasar hukum yang jelas harus dilakukan yang menurut indikasi medis atas persetujuan tim ahli medis yang maksudnya tenaga medis kesehatan adalah tenaga yang memiliki keahlian dan kewenangan. Yang memlakukan adalah dokter ahli kandungan dan penyakit kandungan. Itu atas persetujuan ibu hamil dan keluarganya (Nainggolan, 2006).

5.2.5. Distribusi Abortus Berdasarkan Gambaran Klinis

Dari hasil penelitian ini, gambaran klinis yang paling banyak dialami oleh pasien yang mengalami abortus adalah abortus inkompletus yaitu sebanyak 18 orang (56,3%), diikuti dengan abortus tertunda (21,9%), abortus iminens (9,4%), abortus kompletus (9,4%) serta gambaran klinis abortus yang paling rendah adalah abortus insipiens (3,1%). Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan Khaskheli di Department of Obstetrics & Gynaecology Liaquat Medical College Hospital Hyderabad, Pakistan yaitu abortus inkompletus merupakan jenis abortus yang paling sering ditemukan yaitu 73 kasus (30,4%) dari 240 wanita hamil yang mengalami abortus (Khaskheli, 2002). Di RSUP. Haji Adam Malik, abortus inkompletus merupakan gambaran klinis abortus yang paling banyak ditemukan dengan keluhan utama pasien perdarahan pada vagina dan nyeri abdomen.


(40)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang prevalensi abortus di RSUP. Haji Adam Malik, Medan, dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut:

1. Prevalensi abortus di RSUP. Haji Adam Malik, Medan pada tahun 2010 adalah sebanyak 7,1%.

2. Distribusi abortus berdasarkan umur paling banyak pada kelompok 31 – 40 tahun yaitu sebanyak 56,3% (18 orang).

3. Distribusi abortus berdasarkan paritas paling banyak ditemukan pada wanita yang multipara yaitu sebanyak 59,4% (19 orang). 4. Berdasarkan status pernikahan, abortus hanya ditemukan pada

wanita yang sudah bernikah.

5. Berdasarkan klasifikasi, distribusi abortus adalah 100% abortus spontan.

6. Distribusi abortus berdasarkan gambaran klinis paling banyak ditemukan adalah abortus inkompletus yaitu sebanyak 56,3% (18 orang).

6.2. Saran

1. Wanita yang mempunyai faktor resiko untuk terjadinya abortus terutama wanita berusia di atas 30 tahun dan wanita yang multipara (sering melahirkan) harus waspada dan melakukan pemeriksaan kehamilan ke dokter secara teratur.


(41)

2. Pihak Rumah Sakit diharapkan dapat meningkatkan sumber tenaga, dana serta dapat melaksanakan pelbagai progam penyuluhan mengenai abortus dan komplikasi kehamilan yang lain kepada ibu-ibu hamil agar mereka mengetahui manfaat dan kepentingan antenatal care.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

Andersen, A.N., Wohlfahrt, J., Christens, P., Oslen, J., and Melbye, M., 2000. Maternal Age and Fetal Loss: Population Based Register Linkage Study. British Medical Journal 320: 1708-1712.

Azhari, 2002. Masalah Abortus dan Kesehatan Reproduksi Perempuan. Available from:

http://digilib.unsri.ac.id/download/MASALAH%20ABORTUS%20DAN%20 KESEHATAN.pdf. [Accessed December 2011].

Berek, J.S., 2007. Early Pregnancy Loss and Ectopic Pregnancy. In Rinehart, R.D., ed. Berek & Novak's Gynecology. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 601-04.

Cunningham, F.G., Leveno, K.J., Bloom, S.L., Hauth, J.C., Gilstrap III, L., and Wenstrom, K.D., 2005. Williams Obstetrics. 22nd ed. United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc.

Dulay, A.T., 2010. Spontaneous Abortion (Miscarriage), The Merck Manuals Online Medical Library. Available from: http://www.merckmanuals.com/professional/sec18/ch263/ch263m.html. [Accessed March 2011].

Griebel, C.P., Halvorsen, J., Golemon, T.B., and Day, A.A., 2005. Management of Spontaneous Abortion. American Family Physician 72 (7): 1243-1250. Guttmacher Institute, 2008. Aborsi di Indonesia Dalam Kesimpulan.

Guttmacher Institute, 2009. Facts on Abortion and Unintended Pregnancy in Asia.


(43)

Hansen, M.H., Molgaard-Nielsen, D., Knudsen, L.B., and Keiding, N., 2009. Rates of Induced Abortion in Denmark According to Age, Previous Births, and Previous Abortion. Demographic Research 21 (22): 647-680.

Henshaw, S.K., Susheela, S., and Haas, T., 1999. The Incidence of Abortion Worldwide. International Family Planning Perspectives 25 (Supplement): S30-S38.

Jauniaux, E., Farquharson, R.G., Christiansen, O.B., and Exalto, N., 2006. Evidence-based Guidelines for the Investigation and Medical Treatment of Recurrent Miscarriage. Human Reproduction 21 (9): 2216-2222.

Khaskheli, M., 2002. Evaluation of Early Pregnancy Loss. Pakistan J. Med. Research 41 (2): 70-72.

Kiwi, R., 2006. Recurrent Pregnancy Loss: Evaluation and Discussion of the Causes and Their Management. Cleveland Clinic Journal of Medicine 73 (10): 913-921.

Kleinhaus, K., Perrin, M., Friedlander, Y., Paltiel, O., Malaspina, D., and Harlap, S., 2006. Paternal Age and Spontaneous Abortion. American College of Obstetricians and Gynecologist 108 (2): 369-377.

Lebedev, I.N., Ostroverkhova, N.V., Nikitina, T.V., Sukhanova, N.N., and Nazarenko, S.A., 2004. Features of Chromosomal Abnormalities In Spontaneous Abortion Cell Culture Failures Detected by Interphase FISH Analysis. European Journal of Human Genetics 12: 513-520.

Mochtar, R., 1998. Abortus dan Kelainan dalam Tua Kehamilan. In Lutan, D., ed. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, 209-15.


(44)

Mukhtar, Z., Haryuna, S.H., Effendy, E., Rambe, A.Y.M., Betty., and Zahara, D., 2011. Desain Penelitian Klinis dan Statistika Kedokteran. 1st ed. Medan: USU Press Art Design, Publishing & Printing.

Nainggolan, L.H., 2006. Aspek Hukum Terhadap Abortus Provocatus Dalam Perundang-undangan Di Indonesia. Jurnal Equality 11 (2): 94-102.

Osborn, J.F., Cattaruzza, M.S., and Spinalli, A., 2000. Risk of Spontaneous Abortion in Italy, 1978-1995, and the Effect of Maternal Age, Gravidity, Marital Status, and Education. American Journal of Epidemiology 151 (1): 98-105.

Pritchard, J.A., MacDonald, P.C., and Gant, N.F., 1991. Abortus. In Hariadi, R., ed. Obstetri Williams. Surabaya: Airlangga University Press, 539-564.

Puscheck, E.E., 2010. Early Pregnancy Loss Workup, Medscape Reference. Available from: http://emedicine.medscape.com/article/266317-workup#a0720. [Accessed April 2011].

Sastrawinata, S., Martaadisoebrata, D., and Wirakusumah, F.F., 2005. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reproduksi. 2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sastroasmoro, S., and Ismael, S., 2008. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis. 3rd ed. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Sotiriadis, A., Papatheodorou, S., and Makrydimas, G., 2004. Threatened Miscarriage: Evaluation and Management. British Medical Journal 329: 152-155.

Syafruddin, SH, MH, 2003. Abortus Provocatus dan Hukum. Available from: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1552/1/pid-syafruddin6.pdf.


(45)

Trupin, S.R., and Moreno, C., 2002. Medical Abortion: Overview and

Management, Medscape General Medicine. Available from:

http://www.medscape.com/viewarticle/429755_5. [Accessed April 2011]. World Health Organization, 2011. Unsafe Abortion: Global and Regional

Estimates of The Incidence of Unsafe Abortion and Associated Mortality in 2008. WHO Library Cataloguing-in-Publication Data.

World Health Organization, GENEVA, 1994. Clinical Management of Abortion Complications: A Practical Guide. Maternal Health and Safe Motherhood Programme, Division of Family Health.


(46)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Wong Sai Ho

Tempat/Tgl. Lahir : Malaysia, 26 Juli 1988

Agama : Kristen

Alamat : Jalan Labu II No. 3M Medan Baru Jumlah Bersaudara : 3 orang

Riwayat Pendidikan :

1. Sekolah Kebangsaan Seri Mega (Malaysia) 1995 – 2000

2. Sekolah Menengah Kebangsaan Taman Yarl (Malaysia) 2001 – 2005

3. Sekolah Menengah Kebangsaan Taman Desa (Malaysia) 2006 – 2007

Riwayat Pelatihan :

1. Advanced Cardiopulmonary Resuscitation TBM PEMA FK USU 2010

Pas Photo

3x4 cm


(47)

No. Umur Paritas Status Pernikahan Klasifikasi Abortus Gambaran Klinis Abortus

1 33 0 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Kompletus

2 39 4 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

3 15 0 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

4 25 1 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

5 40 5 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Tertunda

6 35 4 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

7 32 0 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Iminens

8 38 3 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Tertunda

9 33 0 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

10 44 10 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

11 43 2 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

12 27 1 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

13 17 0 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

14 40 2 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

15 35 5 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

16 21 0 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Tertunda

17 42 5 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Tertunda

18 23 1 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

19 37 4 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Tertunda

20 22 2 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Kompletus

21 40 4 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Tertunda

22 28 1 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Tertunda

23 40 2 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

24 36 3 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Kompletus

25 32 1 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

26 34 2 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

27 42 2 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

28 42 3 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Iminens

29 37 3 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Insipiens

30 39 2 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Iminens

31 40 2 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus


(48)

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid kurang daripada atau sama

dengan 20 tahun

2 6.3 6.3 6.3

21 - 30 tahun 7 21.9 21.9 28.1

31 - 40 tahun 18 56.3 56.3 84.4

41 - 50 tahun 5 15.6 15.6 100.0

Total 32 100.0 100.0

Paritas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid P0 (Nullipara) 7 21.9 21.9 21.9

P1 (Primipara) 5 15.6 15.6 37.5

P2-5 (Multipara) 19 59.4 59.4 96.9

P>5 (Grandemultipara) 1 3.1 3.1 100.0

Total 32 100.0 100.0

Status Pernikahan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sudah bernikah 32 100.0 100.0 100.0

Klasifikasi Abortus


(49)

Valid Abortus Iminens 3 9.4 9.4 9.4

Abortus Insipiens 1 3.1 3.1 12.5

Abortus Inkompletus 18 56.3 56.3 68.8

Abortus Kompletus 3 9.4 9.4 78.1

Abortus Tertunda 7 21.9 21.9 100.0


(50)

(1)

Trupin, S.R., and Moreno, C., 2002.

Medical Abortion: Overview and

Management,

Medscape

General

Medicine.

Available

from:

http://www.medscape.com/viewarticle/429755_5

. [Accessed April 2011].

World Health Organization, 2011.

Unsafe Abortion: Global and Regional

Estimates of The Incidence of Unsafe Abortion and Associated Mortality in

2008.

WHO Library Cataloguing-in-Publication Data.

World Health Organization, GENEVA, 1994.

Clinical Management of Abortion

Complications: A Practical Guide.

Maternal Health and Safe Motherhood

Programme, Division of Family Health.


(2)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Wong Sai Ho

Tempat/Tgl. Lahir : Malaysia, 26 Juli 1988

Agama

: Kristen

Alamat : Jalan Labu II No. 3M Medan Baru

Jumlah Bersaudara : 3 orang

Riwayat Pendidikan :

1.

Sekolah Kebangsaan Seri Mega (Malaysia)

1995 – 2000

2.

Sekolah Menengah Kebangsaan Taman Yarl (Malaysia) 2001 – 2005

3.

Sekolah Menengah Kebangsaan Taman Desa (Malaysia) 2006 – 2007

Riwayat Pelatihan :

1.

Advanced Cardiopulmonary Resuscitation TBM PEMA FK USU 2010

Pas Photo


(3)

DATA PASIEN

No. Umur Paritas Status Pernikahan Klasifikasi Abortus Gambaran Klinis Abortus

1 33 0 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Kompletus

2 39 4 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

3 15 0 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

4 25 1 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

5 40 5 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Tertunda

6 35 4 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

7 32 0 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Iminens

8 38 3 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Tertunda

9 33 0 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

10 44 10 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

11 43 2 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

12 27 1 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

13 17 0 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

14 40 2 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

15 35 5 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

16 21 0 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Tertunda

17 42 5 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Tertunda

18 23 1 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

19 37 4 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Tertunda

20 22 2 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Kompletus

21 40 4 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Tertunda

22 28 1 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Tertunda

23 40 2 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

24 36 3 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Kompletus

25 32 1 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

26 34 2 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

27 42 2 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus

28 42 3 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Iminens

29 37 3 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Insipiens

30 39 2 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Iminens

31 40 2 sudah bernikah Abortus Spontan Abortus Inkompletus


(4)

LAMPIRAN

3

Frequency Table

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid kurang daripada atau sama

dengan 20 tahun

2 6.3 6.3 6.3

21 - 30 tahun 7 21.9 21.9 28.1

31 - 40 tahun 18 56.3 56.3 84.4

41 - 50 tahun 5 15.6 15.6 100.0

Total 32 100.0 100.0

Paritas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid P0 (Nullipara) 7 21.9 21.9 21.9

P1 (Primipara) 5 15.6 15.6 37.5

P2-5 (Multipara) 19 59.4 59.4 96.9

P>5 (Grandemultipara) 1 3.1 3.1 100.0

Total 32 100.0 100.0

Status Pernikahan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid sudah bernikah 32 100.0 100.0 100.0

Klasifikasi Abortus

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(5)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Abortus Iminens 3 9.4 9.4 9.4

Abortus Insipiens 1 3.1 3.1 12.5

Abortus Inkompletus 18 56.3 56.3 68.8

Abortus Kompletus 3 9.4 9.4 78.1

Abortus Tertunda 7 21.9 21.9 100.0


(6)