Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Penyitaan Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri

Sebagai Negara yang berkembang Negara Republik Indonesia tengah menggalakkan pembangunan di segala bidang, yaitu pembangunan bidang ekonomi, sosial budaya, hukum dan lain-lain. Pembangunan tersebut bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk mensejahterakan rakyat Indonesia secara adil dan makmur.

Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materil maupun spiritual Waluyo,(2002:1). Untuk merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa yaitu dengan menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri berupa pajak sehingga jumlah penerimaan pajak selalu diupayakan untuk meningkat setiap tahun sejalan dengan peningkatan volume dan dinamika pembangunan itu sendiri. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama.

Pajak dipungut dari warga negara Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya karena menurut pasal 23A Amandemen keempat Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa “Pajak


(2)

dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan Undang-undang”. sehingga kepada pihak-pihak yang tidak mau membayar pajaknya tersebut dapat dilakukan penagihan pajak dengan upaya hukum yang bersifat mengikat dan memaksa sesuai dengan ketentuan dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Dalam melaksanakan pemungut pajak, negara Indonesia menganut Self Assessment System, dimana wajib pajak diberi kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajaknya yang terutang, sehingga melalui system ini administrasi perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan dengan lebih rapi, terkendali, sederhana dan mudah dipahami oleh anggota masyarakat sebagai wajib pajak (Cyrus,2003:11).

Ditengah gencarnya pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak untuk meningkatkan penerimaan pajak, Yang dalam praktiknya sering kali dijumpai adanya pihak-pihak yang tidak mempunyai kesadaran untuk membayar pajaknya, sehingga untuk melakukan penagihan pajak ditempuh dengan upaya hukum yang bersifat mengikat dan memaksa yaitu dengan melakukan tindakan penagihan aktif berupa penyampaian Surat teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP), Pengumuman lelang dan pelaksanaan lelang yang akan dilaksanakan menurut ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.


(3)

Dengan adanya penagihan pajak dengan surat paksa, wajib pajak yang tidak mau membayar pajaknya dapat dipaksa untuk memenuhi kewajibannya. Jika setelah dilakukan penagihan menggunakan surat paksa, wajib pajak tersebut masih tetap tidak mau membayar pajaknya, maka kepadanya dapat dikenakan penyitaan atas hartanya.

Penyitaan merupakan upaya paksa terakhir yang dapat dilakukan dalam rangka menagih pajak, adanya penyitaan barang memiliki wajib pajak ini mengakibatkan harta orang tersebut tidak dapat dipergunakan lagi seperti semula sebab hak kepemilikannya sudah diambil alih oleh negara sebagai barang sitaan atas utang pajak yang belum dilunasi Soemitro, (1998:93).

Dilihat dari akibat-akibat penagihan pajak dengan surat paksa dan dengan proses penyitaan yang sangat tidak menyenangkan itu, maka penagihan pajak dengan penyitaan tidak dapat dilakukan dengan sewenang-wenang. Dibutuhkan landasan yuridis khusus yang dapat menjadi landasan hukum bagi penagihan pajak dengan surat paksa dan penyitaan. Adapun landasan yuridis penagihan pajak dengan surat paksa dan penyitaan adalah Pasal 23A Amandemen keempat Undang-undang Dasar 1945, Undang-undang Nomor 16 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang No 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, dan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Walaupun sudah ada landasan yuridisnya, masih banyak wajib pajak yang


(4)

tidak membayar pajak tepat pada waktunya. Oleh karena itu dibutuhkan peranan para aparat penagih pajak (Jurusita Pajak) untuk melaksanakan penagihan pajak dengan surat paksa dan dengan penyitaan.

Maka dari uraian diatas jelaslah bahwa kontribusi pajak bagi pembangunan nasional sangat besar. Yang menjadi persoalannya adalah apakah masyarakat Indonesia sudah sepenuhnya menyadari akan besarnya kontribusi pajak yang dipungut oleh pemerintah terhadap pembangunan nasional, sehingga mereka dapat menjadi wajib pajak yang baik dan yang patuh serta setia membayar Pajak secara tepat waktu.

Oleh sebab itu, untuk menunjang sepenuhnya pelaksanaan penagihan pajak serta mengingat perlu adanya peraturan perundang yang dapat mengatasi permasalahan mengenai tunggakan pajak, maka ditetapkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.

Masih seringnya dijumpai adanya tunggakan pajak sebagai akibat tidak dilunasinya utang pajak sehingga memerlukan tindakan penagihan yang mempunyai kekuatan hukum yang memaksa, merupakan pertimbangan khusus tentang keluarnya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang penagihan pajak dengan Surat Paksa. Dengan harapan agar dapat mengatasi semua permasalahan yang ada dalam hal penagihan pajak, khususnya masalah penunggakan utang pajak oleh wajib pajak.


(5)

Penagihan pajak dengan penyitaan yang dilakukan oleh Jurusita Pajak dengan menggunakan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) dilaksanakan apabila wajib pajak atau penanggung pajak lalai melaksanakan kewajiban membayar pajak dalam waktu sebagaimana telah ditentukan dalam pemberitahuan sebelumnya (Surat Paksa), Jadi, Pelaksanaan Penyitaan dalam proses penagihan tunggakan atas utang pajak mempunyai peranan yang sangat penting yang bisa menentukan berhasil atau tidaknya proses penagihan tunggakan pajak tersebut dalam meningkatkan penerimaan pajak serta dalam meningkatkan kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) dengan judul “Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Penyitaan dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan PajakPratama Binjai”.

B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) 1. Adapun Tujuan dari Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri adalah:

1.1Untuk mengetahui mekanisme dan teknis pelaksanaan penagihan pajak dengan penyitaan dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak.


(6)

1.2Untuk mengetahui pelaksanaan administrasi perpajakan dan memahami berbagai aspek yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dalam kaitannya dengan teknologi dan informasi yang berkembang saat ini.

2 Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini tentunya diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terlibat di dalamnya, diantaranya adalah :

2.1Bagi Mahasiswa

a. Menambah wawasan dan pengetahuan di bidang perpajakan

khususnya pelaksanaan penagihan pajak dengan penyitaan.

b. Mengaplikasikan teori dan disiplin ilmu yang telah dipelajari terhadap masalah-masalah yang nyata dalam kehidupan dunia kerja dalam upaya peningkatan kepatuhan wajib pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

c. Mendapatkan pengalaman nyata di lapangan sehingga dapat

menambah wawasan serta meningkatkan prestasi dan keahlian kerja. d. Meningkatkan kemampuan dan kepekaan terhadap kehidupan sosial,


(7)

e. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan mendapatkan pengalaman penagihan pajak dengan penyitaan.

f. Memberikan pengalaman secara langsung kepada mahasiswa

terhadap situasi kerja yang sebenarnya.

g. Mengembangkan cara berfikir dan bertindak serta meningkatkan daya Penalaran mahasiswa dalam penyajian laporan secara terpadu dan ilmiah.

h. Dengan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini diharapkan mahasiswa mendapat pengetahun dan pengalaman pola kerja yang sesuai dengan yang dibutuhkan dalam dunia kerja setelah menamatkan studi.

2.2Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara(USU)

a. Memberikan uji nyata atas disiplin ilmu yang telah disampaikan semasa perkuliahan.

b. Mendapatkan masukan yang dapat digunakan sebagai umpan balik dalam upaya penyempurnaan kurikulum yang sesuai dengan tuntutan dunia kerja serta pengaplikasikannya dalam kehidupan masyarakat. c. Mempererat hubungan dan membina kerjasama yang baik antara


(8)

d. Mempromosikan Universitas Sumatera Utara sebagai penghasil sumber daya manusia yang berkualitas dan layak saing di dunia kerja.

e. Mengusahakan umpan balik untuk evaluasi dan penyempurnaan

kurikulum sehingga mampu mencapai standar mutu pendidikan. f. Membuka interaksi antara Program Studi Diploma Tiga Administrasi

Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara dengan instansi pemerintah.

g. Membina hubungan dan kerjasama yang baik antara Pihak Kantor Pelayanan Pajak dengan Universitas Sumatera Utara khususnya Program Studi Diploma Tiga Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2.3Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

a. Memberi masukan kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai atas pelaksanaan penagihan pajak dengan penyitaan dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

b. Promosikan hubungan baik dan peningkatan kerjasama yang lebih baik dengan Universitas Sumatera Utara.

c. Membantu pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dalam hal penyuluhan dan sosialisasi perpajakan kepada masyarakat sebagai wajib pajak melalui mahasiswa peserta Praktik Kerja Lapangan


(9)

Mandiri yang nantinya diharapkan akan mengabdikan ilmu perpajakan yang dimilikinya kepada masyarakat.

C. Uraian Teoritis 1. Pengertian Pajak

Menurut Adriani dalam Waluyo, (2002:4), pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah.

Menurut Soemitro, dalamMardiasmo, (2014:1), pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapatkan jasa timbal (kontra prestasi) yang langsung dapat ditujukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Definisi tersebut kemudian dikoreksinya yang berbunyi sebagai berikut : Pajak adalah peralihan kekayaan dari rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.


(10)

2. Penagihan Pajak

Menurut Soemitro (1998:76), Penagihan pajak adalah perbuatan yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, karena wajib pajak tidak mematuhi ketentuan Undang-Undang Pajak, khususnya mengenai pembayaran pajak.

Sedangkan menurut Hadi (1992:2), bahwa Penagihan adalah serangkaian tindakan dari aparatur Direktorat Jenderal Pajak , berhubungan wajib pajak tidak melunasi baik sebagian/seluruh kewajiban perpajakan yang berlaku.

3. Penyitaan

Mekanisme dan prosedur pelaksanaan penyitaan barang-barang milik wajib pajak/penanggung pajak sesuai dengan Undang-Undang Nomor 19 tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan Dalam Rangka Penagihan Dengan Surat Paksa adalah sebagai berikut :

3.1Penyitaan terhadap barang milik penanggung pajak dilaksanakan oleh Jurusita Pajak berdasarkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan (SPMP) yang diterbitkan oleh pejabat, dalam hal utang pajak tidak dilunasi dalam jangka waktu 2 x 24 jam terhitung sejak tanggal surat paksa diberitahukan kepada penanggung pajak.

3.2Sebelum melaksanakan penyitaan terhadap kekayaan Wajib

pajak/Penaggung pajak atau aktiva milik perusahaan, maka Jurusita hendaknya mengumpulkan dan mempelajari data mengenai harta kekayaan/aktiva yang akan disita tersebut.


(11)

Data ini dapat diperoleh, antara lain dari : − Surat Pemberitahuan (SPT) wajib pajak

− Laporan keuangan wajib pajak ( Neraca dan Daftar R/L) − Laporan Pemeriksaan pajak

− Laporan pelaksanaan surat paksa.

D. Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini, yang menjadi ruang lingkup penulisan adalah :

1. Untuk mengetahui teknis dan prosedur kerja kegiatan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh seksi penagihan pada KantorPelayanan Pajak Pratma Binjai dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak

2. Untuk mengetahui mekanisme dan prosedur pelaksanaan penagihan

pajak dengan penyitaan yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai terhadap wajib pajak yang kurang patuh dalammelaksanakan kewajiban perpajakannya.

3. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi oleh JurusitaPajak dalam melaksanakan penagihan pajak dengan penyitaan.


(12)

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri, maka penulis menggunakan metode sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini Penulis melakukan penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, melakukan persetujuan dan pengesahan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri baik dari pihak Program Diploma Tiga Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara dan dari pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai sebagai lokasi Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri, serta melakukan konsultasi dengan dosen.

2. Studi Literatur

Pada tahap ini, penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka seperti Undang-Undang Perpajakan, buku-buku perpajakan, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Direktur Jenderal Pajak , struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dan bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan objek pembahasan dalam Praktik Kerja Lapamgan Mandiri.

3. Observasi Lapangan

Penulis melaksanakan pengamatan secara langsung pada subyek Praktik Kerja Lapangan Mandiri pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai yaitu di Jalan Jambi No. 1 Rambung Barat Binjai Selatan untuk mengetahui


(13)

pelaksanaan penagihan pajak penyitaan dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

4. Pengumpulan Data

Dalam hal ini penulis mengumpulkan data yang berhubungan dengan apa yang di kerjakan pada Praktik Kerja Lapangan Mandiri dan yang diperlukan dalam penyusunan laporan akhir dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang meliputi data sekunder yaitu data yang bersumber dari buku-buku perpajakan, diktat perpajakan, modul ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Serta data primer yaitu data yang bersumber dari orang yang berkompeten dan sebagai pengambil kebijakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

5. Analisis Data dan Evaluasi

Disini penulis akan menganalisa data dan mengevaluasi kembali secara deskriptif kwalitatif, sehingga memberikan gambaran secara umum maupun khusus dari obyek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

6. Metode Pengumpulan Data

Hal ini berkaitan dengan pengumpulan data dan informasi serta keterangan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Penulis menggunakan beberapa metode yaitu :

6.1 Wawancara (Interview)


(14)

langsung dengan pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai mengenai hal-hal yang menjadi obyek pembahasan dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

6.2 Pengamatan (Observasi)

Dengan melakukan pengamatan langsung dan melakukan pencatatan data yang diperlukan untuk pembahasan masalah.

6.3 Data Sekunder

Yaitu data atau informasi yang diperoleh melalui studi literatur seperti sumber-sumber pustaka, Undang-Undang Perpajakan, dokumentasi maupun literatur lain yang ada hubungannya dengan obyek dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data yang dilakukan, penulis masih berada dalam ruang lingkup prosedur yang telah ditetapkan yaitu dengan cara memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan materi yang dibawakan. Dalam metode pengumpulan data ini yang akan dilakukan penulis yaitu :

1. Metode Observasi

Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung ataupun tidak langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati, mendengar, dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan pihak


(15)

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dengan diberikan petunjuk dan arahan terlebih dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada kantor dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko tinggi.

2. Wawancara

Pengumpulan Data dengan melakukan wawancara secara langsung yang melibatkan pegawai pada kantor yang bersangkutan baik secara lisan maupun tulisan yang berhubungan dengan objek studi.

3. Daftar Dokumentasi

Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi, misalnya dengan mengumpulkan daftar dokumentasi yang diperlukan seperti peraturan pemerintah yang berlaku, Undang-Undang Perpajakan, Data mengenai kepegawaian dan data-data lain yang berhubungan dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang penulis lakukan.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam penulisan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini penulis menguraikan penulisan tersusun secara sistematika. Adapun sistematika yang akan dilakukan dalam penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah sebagai berikut :


(16)

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang, Praktik Kerja Lapangan Mandiri , Tujuan dan Manfaat, Uraian Teoritis, ruang lingkupPraktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan Data, dan sistematika penulisan.

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIKKERJA LAPANGAN MANDIRI

Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang gambaran umum obyek Praktik Kerja Lapangan Mandiri, sejarah singkatvisi danmisi, struktur organisasi serta uraian tugas pokok dan fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai. BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK

Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai gambaran pajak secara umum beserta fungsi, jenis, dan Subyek dan obyek pajak, serta membahas mengenai gambaran umum penagihan pajak, dasar hukum penagihan pajak, serta tujuan umum penagihan pajak.

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini berisi analisa penulis dan pembahasan-pembahasan mengenai pelaksanaan penagihan pajak


(17)

dengan penyitaan dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini terdiri dari dua hal yaitu kesimpulan dan saran.Kesimpulan merupakan intisari yang mencakup seluruh obyek pembahasan yang dibahas dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Sedangkan saran merupakan hal-hal, ide-ide, atau gagasan yang harus dilakukan dalam melaksanakan solusi atas masalah yang dibahas dari pembahasan yang terdapat dalam laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(1)

E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

Dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri, maka penulis menggunakan metode sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini Penulis melakukan penentuan tempat Praktik Kerja Lapangan Mandiri, melakukan persetujuan dan pengesahan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri baik dari pihak Program Diploma Tiga Administrasi Perpajakan Universitas Sumatera Utara dan dari pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai sebagai lokasi Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri, serta melakukan konsultasi dengan dosen.

2. Studi Literatur

Pada tahap ini, penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber pustaka seperti Undang-Undang Perpajakan, buku-buku perpajakan, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Direktur Jenderal Pajak , struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dan bahan-bahan lainnya yang berhubungan dengan objek pembahasan dalam Praktik Kerja Lapamgan Mandiri.

3. Observasi Lapangan

Penulis melaksanakan pengamatan secara langsung pada subyek Praktik Kerja Lapangan Mandiri pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai yaitu di Jalan Jambi No. 1 Rambung Barat Binjai Selatan untuk mengetahui


(2)

pelaksanaan penagihan pajak penyitaan dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

4. Pengumpulan Data

Dalam hal ini penulis mengumpulkan data yang berhubungan dengan apa yang di kerjakan pada Praktik Kerja Lapangan Mandiri dan yang diperlukan dalam penyusunan laporan akhir dari kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang meliputi data sekunder yaitu data yang bersumber dari buku-buku perpajakan, diktat perpajakan, modul ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Serta data primer yaitu data yang bersumber dari orang yang berkompeten dan sebagai pengambil kebijakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.

5. Analisis Data dan Evaluasi

Disini penulis akan menganalisa data dan mengevaluasi kembali secara deskriptif kwalitatif, sehingga memberikan gambaran secara umum maupun khusus dari obyek Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

6. Metode Pengumpulan Data

Hal ini berkaitan dengan pengumpulan data dan informasi serta keterangan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Penulis menggunakan beberapa metode yaitu :

6.1 Wawancara (Interview)


(3)

langsung dengan pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai mengenai hal-hal yang menjadi obyek pembahasan dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

6.2 Pengamatan (Observasi)

Dengan melakukan pengamatan langsung dan melakukan pencatatan data yang diperlukan untuk pembahasan masalah.

6.3 Data Sekunder

Yaitu data atau informasi yang diperoleh melalui studi literatur seperti sumber-sumber pustaka, Undang-Undang Perpajakan, dokumentasi maupun literatur lain yang ada hubungannya dengan obyek dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

F. Metode Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data yang dilakukan, penulis masih berada dalam ruang lingkup prosedur yang telah ditetapkan yaitu dengan cara memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan materi yang dibawakan. Dalam metode pengumpulan data ini yang akan dilakukan penulis yaitu :

1. Metode Observasi

Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung ataupun tidak langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamati, mendengar, dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan pihak


(4)

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dengan diberikan petunjuk dan arahan terlebih dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada kantor dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki resiko tinggi.

2. Wawancara

Pengumpulan Data dengan melakukan wawancara secara langsung yang melibatkan pegawai pada kantor yang bersangkutan baik secara lisan maupun tulisan yang berhubungan dengan objek studi.

3. Daftar Dokumentasi

Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi, misalnya dengan mengumpulkan daftar dokumentasi yang diperlukan seperti peraturan pemerintah yang berlaku, Undang-Undang Perpajakan, Data mengenai kepegawaian dan data-data lain yang berhubungan dengan Praktik Kerja Lapangan Mandiri yang penulis lakukan.

G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Dalam penulisan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini penulis menguraikan penulisan tersusun secara sistematika. Adapun sistematika yang akan dilakukan dalam penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ini adalah sebagai berikut :


(5)

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini menguraikan tentang latar belakang,

Praktik Kerja Lapangan Mandiri , Tujuan dan Manfaat, Uraian Teoritis, ruang lingkupPraktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan Data, dan sistematika penulisan.

BAB II : GAMBARAN UMUM LOKASI PRAKTIKKERJA LAPANGAN MANDIRI

Pada bab ini penulis akan menjelaskan tentang gambaran umum obyek Praktik Kerja Lapangan Mandiri, sejarah singkatvisi danmisi, struktur organisasi serta uraian tugas pokok dan fungsi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai. BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK

Pada bab ini penulis menjelaskan mengenai gambaran pajak secara umum beserta fungsi, jenis, dan Subyek dan obyek pajak, serta membahas mengenai gambaran umum penagihan pajak, dasar hukum penagihan pajak, serta tujuan umum penagihan pajak.

BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI

Pada bab ini berisi analisa penulis dan pembahasan-pembahasan mengenai pelaksanaan penagihan pajak


(6)

dengan penyitaan dalam meningkatkan kepatuhan wajib pajak.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini terdiri dari dua hal yaitu kesimpulan dan saran.Kesimpulan merupakan intisari yang mencakup seluruh obyek pembahasan yang dibahas dalam Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Sedangkan saran merupakan hal-hal, ide-ide, atau gagasan yang harus dilakukan dalam melaksanakan solusi atas masalah yang dibahas dari pembahasan yang terdapat dalam laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


Dokumen yang terkait

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT) Melalui E-Filing di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

2 104 66

Pelaksanaan Penyuluhan Dalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Untuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

1 70 56

Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dalam Menerapkan Sistem Self Assessment pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

3 109 60

Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Penyitaan Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

2 98 80

Analisis Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dilihat Dari Penerimaan Tunggakan Pajak Oleh Seksi Penagihan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Lubuk Pakam Tahun 2011-2014

0 29 58

Dampak Penggunaan Drop Box Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dan Peranannya Dalam Upaya Peningkatan Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

1 37 70

Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Penyitaan Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

2 11 85

Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Penyitaan Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

0 0 9

Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Penyitaan Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

0 1 16

Pelaksanaan Penagihan Pajak Dengan Penyitaan Dalam Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai

0 0 1