Analisis Saluran Tataniaga Sawi Putih (Kasus : Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi perekonomian nasional.
Hal tersebut dikarenakan sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari
kehidupan setiap masyarakat di Indonesia. Potensi dari sektor pertanian di
Indonesia didukung oleh ketersediaan sumber daya alam serta kondisi iklim yang
sangat baik untuk bertani. Sehingga, sektor pertanian layak untuk dikembangkan
secara berkelanjutan demi kelangsungan hidup suatu bangsa.
Indonesia sangat penting bagi masyarakatnya untuk mengkonsumsi sayur-sayuran
yang memiliki banyak manfaat yaitu dalam pertumbuhan dan perkembangan bagi
manusia. Aspek klimatologis di negara ini sangat mendukung dan tepat untuk
mengembangkan bisnis sayuran. Sayuran yang mungkin bisa dikembangkan
adalah sayuran sawi (Rukmana, 2002).
Indonesia yang berada pada garis khatulistiwa sangat baik untuk budidaya
sayuran. Salah satu sayuran yang banyak di budidayakan di Indonesia adalah
sawi. Tanaman ini banyak jenisnya, hampir semua jenis tanaman ini dapat di
budidayakan di Indonesia. Seperti sawi hijau, kailan, sawi putih dan lain-lain.

Tanaman sawi memiliki banyak sebutan di Indonesia, seperti orang Sunda
menyebutnya dengan sasawi. Pemupukan pada sawi dilakukan dengan berbagai
teknik menurut umur tanaman. Pemupukan sangat membantu pertumbuhan dan
perkembangan tanaman sawi, karena dapat meningkatkan hasil panen tanaman
sawi (Sastrosupadi, 2000).

1
Universitas Sumatera Utara

2

Sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting bagi
perekonomian nasional. Sektor pertanian juga mampu memperoleh keuntungan
yang menghasilkan devisa negara. Selain itu, pertanian juga merupakan salah satu
sektor yang dipersiapkan untuk menghasilkan produk yang memiliki kualitas dan
nilai ekonomis sehingga dapat bersaing pada era pasar bebas. Hortikultura
merupakan salah satu komoditi pertanian yang berpotensi untuk berkembang.
Produk hortikultura di Sumatera Utara tumbuh subur. Komoditas hortikultura,
seperti sayur-sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan obat-obatan banyak
diusahakan yang hasilnya selain memenuhi kebutuhan lokal juga diekspor ke luar

negeri (Badan Pusat Statistika, 2011).
Produk hortikultura yang sering dijadikan sumber pendapatan petani adalah
produk sayuran. Keunggulan sayuran dibandingkan dengan tanaman lainnya
adalah mempunyai produktivitas yang tinggi, pemasaran mudah, dan mempunyai
harga yang relatif stabil, sehingga dari ekonomi menguntungkan. Namun, dari
segi pengelolaan terhadap sayuran, pengetahuan dan kemampuan petani dalam
pengelolaan sayuran yang ramah lingkungan dan lebih efisien sangat rendah
sehingga dampak yang ditimbulkan adalah kualitas sayuran rendah/ kurang sehat,
biaya produksi tinggi, dan resiko gagal panen cukup tinggi (Badan Pusat
Statistika, 2011).
Pada Tabel 1, dapat dilihat luas panen, produksi, dan rata-rata produksi sayuran
menurut jenis tanaman di Provinsi Sumatera Utara tahun 2014. Tanaman sawi
nomor dua terbesar luas panen di Sumatera utara dengan luas 5932 Ha dengan
produksi sebesar 69.820 Ton.

Universitas Sumatera Utara

3

Tabel 1.


Luas Panen, Produksi, dan Rata-Rata Produksi Sayuran Menurut
Jenis Tanaman 2014
Luas Panen
Produksi
Rata-Rata Produksi
Jenis Tanaman
(Ha)
(Ton)
(Kw/Ha)
1.Kentang
5633
100.736
2.Kubis
6958
165.589
3.Sawi
5932
69.820
4.Wortel

1958
37.275
5.Tomat
4674
114.168
6.Terung
4084
67.259
7.Buncis
2790
36.482
Sumber : Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2015

178,83
237,98
117,70
190,37
224,26
164,69
130,76


Pada Tabel 1, menurut Badan Pusat Statistik Sumatera Utara pada tahun 2014,
dapat dilihat bahwa tanaman sayuran sawi mempunyai luas panen terbesar kedua
dengan luas panen 5932 Ha, dan termasuk urutan empat terbesar

produksi

sayuran pada tahun 2014 dengan produksi 69.820 Ton. Sayuran sawi ini sangat
disukai masyarakat sebagai olahan sayur.
Tabel 2.

Produksi Tanaman Sayuran Menurut Kecamatan Dan Jenis
Sayuran di Kabupaten Simalungun (Ton) 2014
Produksi Sayuran dan Jenis Sayuran
(Ton)
Kecamatan
Kentang Kubis Wortel Terong Tomat Sawi Buncis
Silimakuta
12776 25910
334

213
1168 1651
422
Pematang
2925
3145
213
876
196
1658
Silimakuta
20935 32969
149
5373 9589
2939
Purba
Haranggaol
15
Horison
Dolok Pardamean

222
256
128
672
249
196
Pematang
154
206
555
Sidamanik
Girsang Bolon
137
58
Panei
43
221

Universitas Sumatera Utara


4

Panombeian Panei
28
Raya
373
156
Dolok Silau
633
1864
46
248
Jumlah
37782
6451
539
1972
Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Simalungun, 2015

102

423
496
9753

734
13022

347
75
598

Pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa produksi sayuran perkecamatan dari jenis
sayuran di Kabupaten Simalungun, Kecamatan Purba memiliki produksi sayuran
terbesar diantara kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Simalungun, dengan
produksi sawi sebesar 9589 ton dibandingkan dengan daerah dikecamatan lainnya
pada tahun 2014. Jenis sawi yang paling banyak diproduksi petani di Kecamatan
Purba adalah jenis sawi putih.
Lembaga tataniaga sawi putih di Kecamatan Purba, yaitu petani, pedagang
pengumpul, pedagang pengecer desa, pedagang pengecer siantar, agen, dan
pedagang luar daerah. Pedagang pengumpul sawi putih di daerah Kecamatan

Purba adalah pedagang yang telah mempunyai gudang tempat pengepakan sawi
putih yang siap dipasarkan ke luar daerah.
Untuk hasil-hasil produk pertanian di butuhkan peran dari tataniaga hasil
pertanian, dimana tataniaga merupakan suatu aktivitas bisnis yang didalamnya
terdapat

aliran

barang

dan jasa

dari

titik

produksi

sampai


ke

titik konsumen. Tataniaga pertanian juga merupakan salah satu faktor pertanian
untuk memperlancar proses produksi, distribusi dan pemasaran hasil produk
pertanian (Annindita, 2004).
Sebagai proses produksi yang komersial, maka pemasaran pertanian merupakan
syarat mutlak yang diperlukan dalam pembangunan pertanian. Pemasaran

Universitas Sumatera Utara

5

pertanian dapat menciptakan nilai tambah melalui nilai guna tempat, guna bentuk,
dan guna waktu. Dengan demikian pemasaran pertanian di anggap memberikan
nilai tambah yang dapat dianggap sebagai kegiatan produktif. Pemasaran
pertanian merupakan bagian dari ilmu pemasaran pada umumnya, tetapi dapat
dianggap sebagai disiplin ilmu yang berdiri sendiri. Anggapan ini didasarkan pada
karakteristik produk pertanian serta subjek dan objek pemasaran pertanian itu
sendiri (Kotler, 2009).
Pemasaran produksi barang pertanian, membutuhkan lembaga pemasaran dan
proses yang lebih panjang (pengolahan, penyimpanan, pengangkutan) bila
dibandingkan dengan pemasaran produk non pertanian. Hal tersebut terjadi karena
komoditas pertanian memiliki karakteristik khusus yang dimiliki oleh barangbarang non pertanian, karakteristik tersebut meliput : sifat produk pertanian yang
mudah busuk, rusak dan bersifat bulky serta sangat tergantung oleh faktor
lingkungan (khususnya musiman). Karakteristik hasil pertanian tersebut menuntut
lembaga-lembaga pemasaran untuk lebih mengefisienkan biaya dalam proses
produksi pertanian, karena pada dasaranya kegiatan pemasaran produk pertanian
membutuhkan rantai pemasaran yang panjang, sehingga dengan adanya efisiensi
tersebut diharapkan dapat memberikan pemasaran yang efisien, dimana
pendapatan untuk petani dapat meningkat, namun harga yang dibebankan pada
konsumen juga tidak terlampau tinggi. Untuk itu penulis tertarik untuk
menganalisis permasalahan yang ada. Adapun identifikasi masalah dari penelitian
ini yaitu:

Universitas Sumatera Utara

6

1.2

Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi
beberapa permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :
1. Bagaimana saluran tataniaga sawi putih yang terjadi di Kecamatan Purba,
Kabupaten Simalungun?
2. Bagaimana fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan pada setiap saluran
tataniaga sawi putih di Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun?
3. Bagaimana biaya tataniaga, price spread dan share margin yang diterima
oleh masing-masing tataniaga sawi putih di Kecamatan Purba, Kabupaten
Simalungun?
4. Bagaimana tingkat efisiensi tataniaga sawi putih di Kecamatan Purba,
Kabupaten Simalungun?
1.3

Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka tujuan penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui saluran tataniaga sawi putih yang terjadi di Kecamatan
Purba, Kabupaten Simalungun.
2. Untuk mengetahui fungsi-fungsi tataniaga yang dilakukan pada setiap
saluran tataniaga sawi putih di Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun.
3. Untuk mengetahui margin tataniaga, price spread dan share margin yang
diterima oleh masing-masing saluran tataniaga sawi putih di Kecamatan
Purba, Kabupaten Simalungun.

Universitas Sumatera Utara

7

4. Untuk mengetahui tingkat efisiensi tataniaga sawi putih di Kecamatan
Purba, Kabupaten Simalungun.
1.4

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1. Sebagai masukan dan informasi bagi pemerintah dan instansi-instansi
terkait dalam pelaksanaan penelitian yang berkelanjutan.
2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak lain yang berhubungan
dengan penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara