Usulan Perbaikan Pencahayaan Untuk Mengurangi Produk Cacat Lolos Inspeksi Pada Stasiun Roll Slitter Di PT. Pusaka Prima Mandiri Chapter III VII

BAB III
LANDASAN TEORI

3.1.

Pencahayaan
Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk melihat

objek-objek secara jelas, cepat, dan tanpa menimbulkan kesalahan. Kebutuhan
akan pencahayaan yang baik akan semakin diperlukan apabila manusia
mengerjakan pekerjaan yang memerlukan ketelitian penglihatan. 1 Pencahayaan
yang terlalu suram mengakibatkan mata pekerja semakin cepat lelah karena mata
akan berusaha untuk bisa melihat. Lelahnya mata mengakibatkan kelelahan
mental, lebih jauh lagi keadaan tersebut bisa menimbulkan rusaknya mata karena
bisa menyilaukan. Kemampuan mata untuk dapat melihat objek dengan jelas
ditentukan oleh ukuran objek, derajat kontras antara objek dengan sekelilingnya,
luminansi, dan lamanya melihat.

3.2.

Faktor Pencahayaan terhadap Operator

Pencahayaan merupakan persyaratan penting dalam industri tekstil dan

juga industri lainnya. 2 Cahaya adalah energi dari panas tubuh yang menghasilkan
sensasi visual pada mata manusia. Hal ini diperlukan untuk tujuan praktis maupun
estetika. Iluminasi sangat berbeda dari cahaya, umumnya istilah-istilah ini
digunakan secara sinonim. Cahaya adalah penyebabnya dan iluminasi adalah hasil
1

2

Iftikar Z. Sutalaksana. 2006. Teknik Perancangan Sistem Kerja. Edisi Kedua. Bandung: Institut
Teknologi Bandung. Hal. 96
Uttam. 2015. Lighting in Textile Industry. International Journal of Advanced Research in
Engineering and Applied Sciences

Universitas Sumatera Utara

cahaya yang jatuh pada permukaan. Konsumsi daya oleh pencahayaan industri
bervariasi antara 2 sampai 10% dari total daya tergantung pada jenis industri.
Pencahayaan yang tepat dan memadai di industri tekstil meningkatkan visibilitas

objek, meningkatkan kinerja, meningkatkan kepuasan kerja dan mengurangi
kerugian dan pembayaran kompensasi karena kecelakaan di industri. Cahaya
hanyalah satu bagian dari berbagai gelombang elektromagnetik yang bergerak
melalui ruang angkasa. Gelombang ini memiliki panjang dan frekuensi, nilai-nilai
yang membedakan cahaya dari bentuk energi lainnya pada spektrum
elektromagnetik. Gelombang cahaya mampu menarik retina mata, yang
menghasilkan sensasi visual yang disebut penglihatan. Karena itu, penglihatan
membutuhkan fungsi mata dan cahaya tampak.
Di industri, pencahayaan yang buruk di tempat kerja bisa menyebabkan
ketegangan mata, kelelahan, stres, sakit kepala dan kecelakaan. Di sisi lain, terlalu
banyak cahaya silau juga bisa menyebabkan masalah kesehatan dan keselamatan
kerja. Keduanya dapat menyebabkan kesalahan pada pekerjaan, kualitas buruk
dan produktivitas rendah. Karakteristik pencahayaan yang baik adalah:
1.Cahaya harus memiliki intensitas yang cukup untuk pekerjaan tertentu,
2.Harus sama-sama terang sepanjang lantai.
3.Cahaya seharusnya tidak membiarkan bayangan yang ditandai.
4.Harus dibedakan dan tidak silau (luminansi yang berlebihan).
Pencahayaan yang baik di industri memiliki manfaat dalam menigkatkan
hasil produksi, meningkatkan kualitas produk, melindungi kesehatan, mata dan
sistem saraf pekerja, meningkatan keselamatan dan keamanan, mengurangi


Universitas Sumatera Utara

kelelahan pekerja, mengurangi kecelakaan, meningkatkan kepuasan dan moral
karyawan.

3.3.

Istilah-istilah dan Pengertian dalam Pencahayaan
Cahaya, (light) adalah gelombang elektromagnet yang mempunyai

panjang antara 380 hingga 700 nm (nanometer, 1nm = 10-9 m), dengan urutan
warna: (ungu-ultra), ungu, nila, biru, hijau, kuning, jingga, merah, (merah-infra).

3

Ungu-ultra dan merah-infra hanya dapat dilihat dengan bantuan alat optik khusus.
Spektrum radiasi Ungu-ultra (290-380 nm) berdaya kimia, sedangkan merah-infra
(700-2300 nm) berdaya panas. Kecepatan cahaya adalah 3x108 m/dtk. Sinar
adalah berkas cahaya yang mengarah ke satu tujuan.

Cahaya matahari (sunlight, daylight) mempunyai panjang gelombang
antara 290 hingga 2300 nm dan mempunyai spektrum lengkap dari ungu-ultra
hingga merah-infra. Mata manusia paling peka terhadap cahaya kuning (550nm).
Cahaya langit (sky light) adalah cahaya bola langit. Cahaya inilah yang
dipakai untuk penerangan alami ruangan, bukan sinar matahari langsung. Sinar
matahari langsung akan sangat menyilaukan dan membawa panas, sehingga tidak
dipakai untuk menerangi ruangan. Catatan: hindari kekacauan antara sky light dan
skylight (disambung) yang berarti kaca atap atau jendela loteng.
Cahaya buatan (artificial light) adalah segala bentuk cahaya yang
bersumber dari alat yang diciptakan manusia, seperti lampu pijar, lilin, lampu
minyak tanah dan obor. Lawan dari cahaya buatan adalah cahaya alami, yaitu

3

Prasasto Satwiko. 2009. Fisika Bangunan. Yogyakarta: ANDI. Hal. 144-145

Universitas Sumatera Utara

cahaya yang bersumber dari alam, misalnya: matahari, lahar panas, fosfor di
pohon-pohon, kilat, dan kunang-kunang. Bulan adalah sumber cahaya alami

sekunder karena dia sebenarnya hanya memantulkan cahaya matahari.
Dalam pembicaraan kuantitatif cahaya, kita akan menemukan istilahistilah berikut:
1.

Arus cahaya (luminos flux, flow diukur dengan lumen) adalah banyaknya
cahaya yang dipancarkan ke segala arah oleh sebuah sumber cahaya
persatuan waktu.

2.

Intensitas sumber cahaya (light intensity, luminos intensity diukur dengan
cendela) adalah kuat cahaya yang dikeluarkan oleh sumber cahaya ke arah
tertentu. Sebuah sumber cahaya berintensitas 1 cendela (1 lilin) mengeluarkan
cahaya total ke segala arah sebanyak 12,57 lumen. (12,57 adalah luas kulit
bola berjari-jari 1 meter dengan sumber cahaya sebagai titik pusatnya.)
Dengan kata lain, 1 cendela = 1 lumen per 1 sudut bola (steradian).

3.

Iluminan (illuminance, diukur dengan lux, lumen/m2) adalah banyak arus

cahaya yang datang pada satu unit bidang. Illuminasi (illumination) adalah
datangnya cahaya ke suatu objek.

4.

Luminan (Luminance, diukur dengan candela/m2 adalah intensitas cahaya
yang dipancarkan, dipantulkan, atau diteruskan oleh satu unit bidang yang
diterangi. Tetapi kita mengukur terang yang dipantulkan oleh sebuah bidang
dengan cendela/m2, demikian juga kita mengukur terang bidang yang
meneruskan cahaya, seperti kaca lampu, dengan candela/m2. Pada buku
referensi lama sering digunakan satuan footLambert (fL), untuk membedakan

Universitas Sumatera Utara

satuan luminan dari iluminan. FootLambert = (Footcandle) x (Reflection
Factor). Luminasi (lumination) adalah perginya cahaya dari suatu objek.
Penggunaan terminologi dalam pencahayaan mengenai iluminasi dan
luminansi dapat di lihat pada Gambar 3.1.

Luminansi

(Cahaya yang
pergi)

Iluminansi
(Cahaya yang
datang)

Luminansi
(Cahaya yang
pergi)

Sumber : Fisika Bangunan, 2008
Gambar 3.1. Iluminasi dan Luminansi

3.4.

Standar Pencahayaan di Tempat Kerja
Pencahayaan di tempat kerja harus disesuaikan dengan kompleksitas

detail pekerjaannya. Standar pencahayaan di Indonesia diatur oleh Menteri

Kesehatan Republik Indonesia melalui Kepmenkes No 1405/Menkes/SK/XI/2002
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri.

4

Lampiran II mengenai Persyaratan dan Tata Cara Penyelenggaraan Kesehatan
Lingkungan Kerja Industri bagian V membahas mengenai pencahayaan.

4

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1405/MENKES/SK/XI/2002

Universitas Sumatera Utara

Rekomendasi persyaratan dan tata cara penyelenggaraan kesehatan
lingkungan kerja industri menurut Kepmenkes No 1405/Menkes/SK/XI/2002
dapat dilihat pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1. Intensitas Cahaya yang Direkomendasikan
No
1


Jenis Kegiatan
Pekerjaan kasar dan tidak
terus menerus

Tingkat Pencahayaan
Minimal (Lux)
100

Keterangan

Ruang penyimpanan &
ruang peralatan/instansi
yang memerlukan
pekerjaan yang kontinu
2
Pekerjaan kasar dan terus
200
Pekerjaan dengan mesin
menerus

dan perakitan kasar
3
Pekerjaan rutin
300
R. administrasi, ruang
kontrol, pekerjaan mesin
dan perakitan/penyusun
4
Pekerjaan agak halus
500
Pembuatan gambar atau
bekerja dengan mesin
kantor Pekerja
pemeriksaan atau
pekerjaan dengan mesin
5
Pekerjaan halus
1000
Pemilihan warna,
pemrosesan tekstil,

pekerjaan mesin halus
dan perakitan halus
6
Pekerjaan amat halus
1500 Tidak
Mengukir dengan tangan,
menimbulkan bayangan pemeriksaan pekerjaan
mesin dan perakitan yang
sangat halus
7
Pekerjaan terinci
3000 Tidak
Pemeriksaan pekerjaan
menimbulkan bayangan dan perakitan sangat
halus
Sumber:1405/MENKES/SK/XI/2002

Universitas Sumatera Utara

3.5.

Pengukuran Pencahayaan
Pengukuran tingkat iluminasi untuk bidang kerja dengan menggunakan

luxmeter diukur secara horizontal sejauh 75 cm di atas permukaan lantai,
sedangkan untuk luasan tertentu tingkat iluminasi diperoleh dengan mengambil
nilai rata-rata dari beberapa titik pengukuran (SNI 03-6575-2001). 5
Penentuan titik pengukuran tingkat iluminasi diatur dalam SNI 16-70622004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja. Metode
penentuan titik pengukuran tingkat penerangan dibagi berdasarkan kegunaannya
menjadi penerangan setempat dan penerangan umum. Pengukuran tingkat
penerangan setempat dilakukan pada objek kerja yang akan diukur, misalnya meja
kerja ataupun peralatan. Sedangkan pada penerangan umum, metode penentuan
titik pengukuran dibagi berdasarkan luas ruangan dengan menentukan grid-grid
dengan ukuran tertentu. Titik pertemuan grid-grid tersebut akan menjadi titik-titik
pengukuran tingkat penerangan.
Tata cara pengukuran yang direkomendasikan oleh Badan Standarisasi
Nasional adalah sebagai berikut:
1.

Hidupkan luxmeter yang telah dikalibrasi dengan membuka penutup sensor.

2.

Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik pengukuran
untuk intensitas penerangan setempat atau umum.

3.

Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu beberapa saat
sehingga didapat nilai angka yang stabil.

5

Standar Nasional Indonesia. Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja. SNI 167062-2004

Universitas Sumatera Utara

4.

Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk intensitas
penerangan setempat.

5.

Matikan luxmeter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas penerangan.

3.6.

Uji Kenormalan Data dengan Kolmogorov – Smirnov
Uji kolmogorov-smirnov adalah uji yang digunakan untuk mengganti uji

kuadrat chi untuk dua sampel yang independen. 6 Data yang diperlukan dapat
berupa kontinu atau diskrit, data ordinal atau bukan, dan dapat digunakan untuk
sampel besar atau kecil. Uji kolmogorov-smirnov bertujuan untuk menguji
hipotesis bahwa tidak ada beda antara dua buah distribusi, atau untuk mengetahui
apakah data hasil pengukuran berdistribusi normal atau tidak.

3.7.

Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan data bertujuan untuk mengetahui apakah data hasil

pengukuran dengan tingkat kepercayaan dan tingkat ketelitian tertentu jumlahnya
telah memenuhi atau tidak. 7 Untuk menetapkan berapa jumlah observasi yang
seharusnya dibuat (N’), maka terlebih dahulu harus ditetapkan tingkat
kepercayaan (convidence level) dan derajat ketelitian (degree of accuracy) untuk
pengukuran rancangan.
Uji kecukupan data dilakukan jika ukuran populasi cukup besar dan
terdistribusi secara normal. Pengujian ini juga untuk memastikan data yang

6
7

Moh. Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal. 417-418
Sritomo Wignjosoebroto. 2003. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu. Edisi Pertama. Cetakan
Kedua. Surabaya: Guna Widya. Hal. 172

Universitas Sumatera Utara

dikumpulkan adalah cukup secara objektif. Rumus yang digunakan untuk menguji
kecukupan data dengan tingkat ketelitian 5 % adalah:

 k / s N . X 2 − ( X )2


N'= 

∑X







2

Dimana,
k = tingkat keyakinan
s = tingkat ketelitian
N’ = jumlah observasi yang seharusnya dilakukan
x = data yang diperoleh dari pengamatan

3.8.

Regresi Linear
Persamaan matematik yang memungkinkan kita meramalkan nilai-nilai

suatu peubah tak bebas dari nilai-nilai satu atau lebih peubah bebas disebut
persamaan regresi.Istilah ini berasal dari telaah kebakaan yang dilakukan oleh Sir
Francis Galton (1882-1911) yang membandingkan tinggi badan anak laki-laki
dengan tinggi badan ayahnya. 8 Galton menunjukkan bahwa tinggi badan anak
laki-laki dari ayah yang tinggi setelah beberapa generasi cenderung mundur
(regressed) mendekati nilai tengah populasi. Persamaan regresi dinyatakan
dengan:
y� =a+bx

8

Ronald E, Walpole. 1992. Pengantar Statistika. Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama. Hal. 340-343

Universitas Sumatera Utara

3.9.

Uji Korelasi Pearson Product Moment
Korelasi Pearson Product Moment (r) digunakan untuk menguji hipotesis

hubungan antara satu variabel independen dangan suatu variabel dependen. 9
Koefisien korelasi ukuran hubungan linear antara dua peubah X dan Y dihitung
dengan rumus:
r=
Dimana,

nΣxy-(Σx)(Σy)
�{nΣx2 - (Σx)2 }{nΣy2 - (Σy)2 }

n

= banyaknya data

x

= variabel dependen

y

= variabel independen
Uji Korelasi Pearson Product Moment dilambangkan (r) dengan

ketentuan nilai r tidak lebih dari harga (-1< r < + 1). Apabilah nilai r = -1 artinya
korelasinya negatif sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi dan r = 1 berarti
korelasinya sangat kuat. Sedangkan arti harga r akan dikonsultasikan dengan tabel
interpretasi nilai r yang ditunjukkan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai R
Tingkat
Hubungan
0,00 – 0,199
Sangat Rendah
0,20 – 0,399
Rendah
0,40 – 0,599
Cukup Kuat
0,60 – 0,799
Kuat
0,80 – 1,000
Sangat Kuat
Sumber: Metode Penelitian Kuantitatf Kualitatif dan R&D, 2010
Interval Koefisien

9

Ibid., Hal.370

Universitas Sumatera Utara

3.10

Six Sigma
Six Sigma adalah filosofi dan metodologi untuk meningkatkan kualitas

dengan menganalisis data statistik untuk menemukan akar permasalahan kualitas
dan menerapkan kontrol. 10 Secara statistik, six sigma mengacu pada pengukuran
kualitas proses dan batas spesifikasi terdekat setidaknya enam kali lipat deviasi
standar dari proses. Kerja six sigma untuk mengurangi cacat yang terjadi pada
produk akhir (aksesoris mobil) yang diproduksi dengan proses die casting.
DMIAC diadopsi di perusahaan manufaktur.Bagi perusahaan di industri tekstil
untuk bersaing dengan orang lain dan tetap berada di pasar, harus memperbaiki
kualitas dan meminimalkan cacat pada produk mereka. Oleh karena itu,
diterapkan berbagai inisiatif berkualitas seperti six sigma berdasarkan alat define,
measure, analyze, improve, control (DMAIC). Metodologi DMAIC six sigma
adalah metode pemecahan masalah dimana enam alat sigma digunakan untuk
menganalisis data proses dan akhirnya akar penyebab dibalik cacat yang
dihasilkan pada produk diidentifikasi.

10

Rajat Ajmera, Valase K.G. 2017. Applying Six Sigma Methodology Based on DMAIC Tools to
Reduce Defects in Textile Industry. International Journal of Informative & Futuristic Research

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1.

Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di PT. Pusaka Prima Mandiri yang berlokasi Jalan

Brigjen Zein Hamid Km 6,9 Titi Kuning, Sumatera Utara. Waktu penelitian
dilakukan pada bulan Februari 2017 sampai bulan April 2017.

4.2.

Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif korelasi yang

menjelaskan fakta lapangan dari objek yang diteliti hubungan antar variabel dalam
penelitian berdasarkan koefisien korelasi yaitu tingkat iluminasi terhadap hasil
kerja stasiun roll slitter.

4.3.

Objek Penelitian
Objek penelitian yang diamati adalah produk cacat yang lolos inspeksi

dan tingkat pencahayaanpada PT. Pusaka Prima Mandiri pada stasiun roll slitter.

4.4.

Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah:

1.

Variabel Dependen
Variabel yang termasuk ke dalam variabel ini adalah jumlah produk cacat
yang lolos inspeksi pada stasiun roll slitter.

Universitas Sumatera Utara

2.

Variabel Independen
Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi nilai variabel
dependen. Variabel yang termasuk ke dalam variabel ini adalah daya lampu,
jarak lampu terhadap bidang, iluminasi, luminansi dan luas ruangan.
.

4.5.

Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan suatu bentuk kerangka berpikir yang

dapat digunakan sebagai pendekatan dalam pemecahan masalah. Kerangka
penelitian ini menggunakan pendekatan ilmiah dan memperlihatkan hubungan
antar

variabel

dalam

proses

analisisnya.

Penelitian

dilakukan

dengan

mengumpulkan data dan melakukan wawancara tentang proses produksi dan
pengolahan terhadap pihak perusahaan

4.6.

Pelaksanaan Penelitian
PT. Pusaka Prima Mandiri terdiri dari 3 bagian, yaitu stock preparation,

paper making dan converting. Bagian paper making terdiri dari stasiun paper
machine, sample check dan roll slitter. Stasiun paper machine terdiri 2 operator
yang mengontrol mesin, stasiun sample check terdiri dari 2 operator yang melihat
secara kasat mata lima tarikan kertas bentuk jumbo roll, stasiun paper machine
terdiri dari 4 operator yang mengatur kecepatan mesin, mengamati kesesuaian
kriteria gulungan kertas.

Universitas Sumatera Utara

BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1.

Pengumpulan Data
Data yang diperlukan pada penelitian ini adalah tingkat iluminasi, tingkat

luminansi pada material objek di stasiun roll slitter dan jumlah produk cacat lolos
inspeksi pada stasiun kerja tersebut.

5.1.1.

Tingkat Iluminasi pada Lantai Produksi
Tingkat iluminasi di area pengukuran stasiun roll slitter pada 18 titik.

Besar lux untuktingkat iluminasi dan tingkat luminansi dilakukan pengukuran
pada semua objek yang berada di stasiun kerja, yaitu meliputi lantai, dinding,
meja sample check, mesin slitter, dan gulungan jumbo roll.

5.1.2.

Tingkat Iluminasi dan Tingkat Luminansi Material Objek Stasiun
Roll Slitter
Hasil pengukuran untuk masing-masing material objek pada stasiun roll

slitterbagian dinding, lantai langit-langit, gulungan jumbo roll, meja slitter dan
meja sample check.

5.1.3.

Pengamatan Hasil Kerja Stasiun Roll Slitter
Pengamatan hasil kerja stasiun roll slitter dilakukan selama empat hari

kerja. Pengamatan ini bertujuan untuk mendapatkan data produk cacat yang lolos

Universitas Sumatera Utara

inspeksi di stasiun roll slitter. Tugas operator di stasiun roll slitter yaitu untuk
mengatur kecepatan mesin, mengamati gulungan kertas sudah sesuai kriteria,
tidak berlubang, tidak kusut, tidak retak, daya tembus kertas dan kebersihan kertas
serta memperbaiki gulungan cacat yang telah diberi tanda. Kategori jenis
kecacatan pada stasiun roll slitter adalah berlubang, kusut, retak, susunan kertas,
daya tembus dan kebersihan.

5.2.

Pengolahan Data
Pengolahan data yang dilakukan adalah meliputi uji kenormalan data, uji

kecukupan data, perhitungan tingkat iluminasi rata-rata, menguji hubungan
tingkat iluminasi dan luminansi terhadap hasil kerja stasiun roll slitter yaitu
produk cacat lolos inspeksi dengan perhitungan persamaan regresi, perhitungan
koefisien korelasi, menghitung angka reflektansi material objek dan menghitung
jumlah dan pemilihan jenis lampu.

5.2.1.

Uji Kenormalan Data
Uji kenormalan data pada data tingkat iluminasi dan jumlah produk cacat

lolos inspeksi pada stasiun roll slitter dilakukan dengan menggunakan
menggunakan UjiKolmogorov-Smirnov. Uji ini digunakan untuk mengetahui
distribusi dari data sampel, apakah sebaran data tersebut menyebar normal atau
tidak. Tahapan pengujian kenormalan data menggunakan Uji KolmogorovSmirnov adalah sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1. Diurutkan data pengamatan mulai dari pengamatan dengan nilai terkecil
sampai nilai terbesar.
2. Dihitung nilai Fa(X) dengan menggunakan rumus:
Fa(X)=

Nomor data
Total data

3. Dihitung nilai Z dengan menggunakan rumus:
Z=

X-��
σ

Diketahui:



��
�� = �=1


σ=�

���2
∑��−1 (X-�)
�−1

4. Dihitung nilai distribusi frekuensi kumulatif teoritis (berdasarkan kurva
normal) dan notasikan dengan Fe(X).
5. Dihitung selisih absolut nilai Fa(X) dengan Fe(X) sebagai nilai D
D = | Fa(X) – Fe(X) |
6. Setelah didapatkan semua nilai D, maka cari nilai D maks dan bandingkan
dengan nilai Dα yang didapatkan dari tabel nilai D untuk Uji KolmogorovSmirnov dengan besar nilai α = 0,05.
Kriteria pengambilan keputusannya adalah:
H 0 diterima apabila D ≤ Dα ; H 0 ditolak apabila D ≥ Dα

Universitas Sumatera Utara

5.2.1.1. Uji Kenormalan Data Tingkat Iluminasi di Stasiun Roll Slitter
Hasil perhitungan kenormalan data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov
untuk data tingkat iluminasi di stasiun roll slitter.Berdasarkan perhitungan didapat
D maks ≤ Dα, menunjukkan H 0 diterima. Artinya sebaran data tingkat iluminasi di
stasiun roll slitter menyebar secara normal.

5.2.1.2. Uji Kenormalan Data Produk Cacat Lolos Inspeksi di Stasiun Roll
Slitter
Hasil perhitungan kenormalan data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov
untuk data ptoduk cacat lolos inspeksi di stasiun roll slitter. Berdasarkan
perhitungan didapat D maks ≤ Dα, menunjukkan H 0 diterima. Artinya sebaran data
produk cacat lolos inspeksi di stasiun roll slitter menyebar secara normal.

5.2.2.

Uji Kecukupan Data
Uji kecukupan data dilakukan untuk memastikan data yang dikumpulkan

adalah cukup secara objektif. Rumus yang digunakan untuk menguji kecukupan
data dengan tingkat ketelitian 5 % adalah:

 k / s N . X 2 − ( X )2


N'= 

∑X







2

5.2.2.1. Uji Kecukupan Data Tingkat Iluminasi di Stasiun Roll Slitter
Hasil peritungan didapatkan N’< N=16, maka data telah cukup.

Universitas Sumatera Utara

5.2.2.2. Uji Kecukupan Data Produk Cacat Lolos Inspeksi di Stasiun Roll
Slitter
Hasil peritungan didapatkan N’< N=8, maka data telah cukup.

5.2.3.

Perhitungan Tingkat Iluminasi Rata-rata
Berdasarkan data hasil tingkat iluminasi lantai produksi yang diperoleh

dari pengukuran, maka dapat dihitung tingkat iluminasi rata-rata stasiun roll
slitteryang berada jauh di bawah standar yang ditetapkan oleh Kepmenkes untuk
jenis pekerjaan kasar dan kontinu, yaitu 200 lux.

5.2.4.

Perhitungan Persamaan Regresi dan Koefisien Korelasi
Berdasarkan data yang diperoleh, maka dapat dibuat suatu persamaan

regresi. Persamaan yang digunakan dalam perhitungan persamaan regresi adalah:
y� =a+bx

Persamaan garis regresi diatas dapat diperoleh dari rumus:
b=

n ∑ni=1 xi yi – (∑n

n
i=1 xi )�∑i=1 yi �

n ∑ni=1 xi 2 - ( ∑ni=1 xi )

a= y� -bx�

2

Perhitungan koefisien korelasi dilakukan untuk melihat apakah ada

hubungan antara variabel tingkat iluminasi dengan hasil kerja stasiun roll slitter.
Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai koefisien korelasi ini adalah
rumus koefisien korelasi pearson.

Universitas Sumatera Utara

r=

n

 n
 n
n∑ XiYi −  ∑ Xi  ∑ Yi 
i =1
 i =1 
 i =1
2
2
 n
 
 n
  n
 n
n∑ Xi 2 −  ∑ Xi   n∑ Yi 2 −  ∑ Yi  
 i =1  
   i =1
 i =1
 i =1

5.2.4.1. Perhitungan Persamaan Regresi dan Koefisien Korelasi Tingkat
Iluminasi dengan Produk Cacat Lolos Inspeksi di Stasiun Roll Slitter
Rekapitulasi data tingkat iluminasi stasiun roll slitter selama empat hari
kerja.
Hasil perhitungan koefisien korelasi tingkat iluminasi stasiun roll slitter
terhadap produk cacat lolos inspeksi menyatakan bahwa untuk tingkat iluminasi
stasiun roll slittermemiliki hubungan berbanding terbalik dan sangat kuat terhadap
produk cacat lolos inspeksi.Artinya, semakin besar tingkat iluminasi stasiun roll
slitteryang digunakan maka semakin sedikit produk cacat yang lolos inspeksi.

5.2.5.

Perhitungan Angka Reflektansi Material Objek
Setiap objek memantulkan sestasiun dari cahaya yang mengenainya.

Perbandingan dari cahaya yang dipantulkan dengan cahaya yang diterima oleh
objek tersebut dikali dengan 100% disebut dengan angka reflektansi material.
Reflektansi

yang

direkomendasikan

untuk

pencahayaan

material

objek

ditunjukkan pada Tabel 5.13.
Berdasarkan data reflektansi diperoleh bahwa terdapat tiga objek material
yang angka reflektansi materialnya melebihi nilai yang direkomendasikan, yaitu
angka reflektansi dinding, lantai dan langit-langit. Dinding pada stasiun kerja roll
slitter di PT. Pusaka Prima Mandiri memiliki warna yang cerah, sehingga

Universitas Sumatera Utara

meningkatkan angka reflektansinya. Lantai pada bagian paper machine tidak ada
yang rusak sehingga mempengaruhi meningkatnya angka reflektansi lantai.
Langit-langit pada stasiun ini masih menggunakan seng sehingga mengurangi
tingkat pantulan ruangan.
Angka reflektansi objek material gulungan jumbo roll berada dalam
ambang batas nilai yang direkomendasikan. Sedangkan objek material mesin roll
slitter dan meja sample check memiliki angka reflektansi sesuai rekomendasi.

5.2.6.

Pengendalian Kualitas dengan Menggunakan Metode Six Sigma
Metode Six Sigma merupakan suata cara untuk dapat meningkatkan

kualitas produksi dalam suatu proses produksi. Six sigma memiliki langkahlangkah yang sesuai untuk meningkatkan kualitas. Tahapan-tahapan tersebut
adalah dengan define, measure, analyze, improve, dan control. Langkah-langkah
ini membantu perusahaan untuk mencari akar permasalahan dari produk cacat
tersebut.

5.2.6.1. Define
PT. Pusaka Prima Mandiri merupakan salah satu perusahaan yang
memproduksi kertas rokok. Tujuan perusahaan adalah menghasilkan produk
dengan kualitas yang sangat baik dan harga yang bersaing di masyarakat. Namun
dalam prosesnya, ditemukan produk cacat lolos inspeksi yang menyebabkan tidak
tercapainya target. Untuk itu diperlukan sebuah cara agar produk cacat ini dapat

Universitas Sumatera Utara

diminimalisir. Fokus penelitian pada bagian roll slitter yang melakukan
pemotongan jumbo roll.

No
1
2
3

Tabel 5.15 CTQ Potensial Kertas Rokok
CTQ
Keterangan
Berlubang
Udara pada pori-pori kertas, susunan
serat kertas
Kasar
Tekstur kusut, berlipat, retak
Kotor
Warna kertas putih dan bersih

5.2.6.2. Measure
Perhitungan defect per million opportuities (DPMO) merupakan ukuran
yang baik bagi kualitas produk ataupun proses, sebab berkorelasi langsung dengan
cacat, biaya dan waktu yang terbuang. Perhitungan besarnya nilai sigma produk
dilakukan dengan menggunakan rumus-rumus perhitungan sigma yang sudah
baku, sebelum dilakukan perhitungan nilai sigma, perlu diketahui dahulu
oppurtinity yang mempengaruhi nilai sigma tersebut.Oppurtinity adalah
kesempatan yang memungkinkan terjadinya cacat.
Dilakukan perhitungan untuk mencari nilai sigma (σ), yang merupakan
ukuran dari kinerja perusahaan yang menggambarkan kemampuan dalam
menghasilkan produk bebas cacat.Berdasarkan perhitungan terhadap data
kecacatan produksi diperoleh bahwa kemampuan perusahaan dalam memenuhi
batas spesifikasi proses produksi yang ditentukan untuk menghasilkan kertas
rokoksudah cukup baik karena sudah sesuai dengan implementasi nilai sigma
yaitu sebesar 3,4 untuk standar perusahaan di Indonesia.

5.2.6.3.

Analyze

Universitas Sumatera Utara

Dilakukan pengumpulan data untuk mengetahui penyebab-penyebab
apa saja yang menjadi faktor terjadinya cacat tersebut. Sebelum dilakukan
langkah-langkah perbaikan, maka terlebih dahulu harus dianalisa penyebab
kecacatan produk kertas rokok berlubang, kasar dan kotor dengan menggunakan
diagram sebab akibat.

5.2.6.4.

Improve
Pada tahapan ini dilakukan penetapan rencana tindakan atau usulan

perbaikan untuk melakukan peningkatan kualitas. Pada dasarnya rencana-rencana
tindakan akan mendeskripsikan tentang alokasi sumber-sumber daya serta
prioritas dan alternatif yang dilakukan dalam implementasi dari rencana tersebut.
Perbaikan dilakukan terhadap semua sumber yang berpotensi untuk menciptakan
produk cacat berdasarkan hasil analisis diagram sebab akibat.

5.2.6.4.1.

Faktor Lingkungan Kerja
Faktor lingkungan kerja memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

produk cacat

lolos inspeksi, sebab lingkungan secara tidak

langsung

mempengaruhi kondisi fisik pekerja. Untuk menyelesaikan masalah ini maka
dilakukan perancangan jumlah lampu untuk bagian paper making.Usulan dalam
perhitungan jumlah dan pemilihan jenis lampu adalah dengan menggunakan jenis
lampu yang berbeda, jenis lampu yang digunakan adalah lampu Philips.
5.2.6.4.2.

Faktor Mesin

Universitas Sumatera Utara

Faktor mesin merupakan salah satu penyebab terjadinya kecacatan
kertas rokok. Oleh karena itu diperlukan beberapa perbaikan terhadap mesin agar
bekerja optimal, sehingga potensi yang menyebabkan kecacatan dapat dicegah.

5.2.6.4.3.

Faktor Manusia / Operator
Faktor manusia merupakan salah satu penyebab terjadinya kecacatan

kertas rokok. Oleh karena itu diperlukan beberapa perbaikan terhadap kinerja dari
manusia/operator, sehingga potensi yang menyebabkan kecacatan dapat dicegah.

5.2.6.4.4.

Faktor Metode Kerja
Faktor metode kerja merupakan salah satu penyebab terjadinya

kecacatan kertas rokok.
5.2.6.4.5.

Faktor Material
Faktor material merupakan salah satu penyebab terjadinya kecacatan

kertas rokok. Dilakukan perbaikan berupa pemeriksaan setiap kadar bahan baku
sesuai standar sebelum dilakukan proses pencampuran antar bahan maupun
sebelum masuk proses produksi.

5.2.6.5.

Control
Pada

tahap

control,

hasil-hasil

peningkatan

kualitas

didokumentasikan dan disebarluaskan, praktek-praktek terbaik yang sukses dalam
meningkatkan proses distandarisasikan dan disebarluaskan, prosedur-prosedur
didokumentasikan dan dijadikan pedoman kerja standar, serta kepemilikan atau

Universitas Sumatera Utara

tanggung jawab ditransfer dari tim kualitaskepada pemilik atau penanggung jawab
proses.

Universitas Sumatera Utara

BAB VI
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

6.1.

Analisis Kondisi Aktual
Uji kenormalan data dilakukan untuk mengetahui jenis sebaran data

apakah sebaran data berdistribusi normal atau tidak. Sebaran data tingkat
iluminasi dan produk cacat lolos inspeksi di stasiun roll slitter menyebar secara
normal. Maka data pengukuran dianggap sudah mewakili populasi.
Uji kecukupan data dilakukan untuk memastikan data yang dikumpulkan
adalah cukup secara objektif. Pengujian kecukupan data berpedoman pada tingkat
keyakinan dan tingkat ketelitian untuk mendapatkan jumlah minimum data yang
harus dikumpulkan selama pengukuran. Hasilnya data pengukuran telah cukup
secara objektif.
Tingkat iluminasi rata-rata stasiun roll slitter diukur untuk mengetahui
jumlah cahaya yang jatuh pada permukaan dan membandingkan dengan standar
Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002. Iluminasi rata-rata ini berada jauh di bawah
standar yang ditetapkan oleh Kepmenkes untuk jenis pekerjaan kasar dan kontinu,
yaitu 200 lux.Indikasi bahwa tingkat iluminasi yang rendah berakibat pada
turunnya ketelitian kerja pada operator. Dilakukan pengujian koefisien korelasi
untuk mengetahui derajat hubungan tingkat iluminasi dengan produk cacat yang
lolos inspeksi. Sehingga perlu dilakukan perbaikan pencahayaan pada stasiun roll
slitter agar dapat meminimalisir produk cacat yang lolos inspeksi.

Universitas Sumatera Utara

Material objek yang diukur reflektansinya adalah dinding, lantai, langitlangit, gulungan jumbo roll, mesin slitter dan meja sample check. Penyebab
terjadinya produk cacat pada stasiun ini adalah operator yang kurang teliti,
kurangnya tingkat iluminasi terhadap luas ruangan dan kurangnya kebersihan
terhadap mesin.

6.2.

Rancangan Perbaikan Pencahayaan
Dari analisis diketahui bahwa tingkat iluminasi yang rendah pada stasiun

roll slitter diakibatkan oleh tidak terpenuhinya kebutuhan lumen standar sehingga
menyebabkan produk cacat lolos inspeksi.

Universitas Sumatera Utara

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1.

Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil pengolahan data dan analisa pemecahan adalah:

1.

Intensitas cahaya rata-rata pada stasiun roll slitter belum memenuhi standar
yang direkomendasikan oleh Kepmenkes No. 1405 Tahun 2002 sebesar 200
lux.

2.

Perhitungan persamaan regresi dan koefisien korelasi antara faktor iluminasi
di stasiun roll slitter terhadap produk cacat lolos inspeksi terdapat hubungan
berbanding terbalik yang sangat tinggi antara tingkat iluminasi di stasiun roll
slitter dengan produk cacat lolos inspeksi

7.2.

Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu:

1.

PT. Pusaka Prima Mandiri sebaiknya lebih memperhatikan lingkungan kerja
terutama pencahayaan di lantai produksi sehingga dapat meminimalisir
jumlah produk cacat.

2.

PT. Pusaka Prima Mandiri sebaiknya melakukan pembersihan secara rutin
terhadap lampu terutama saat tidak sedang digunakan.

Universitas Sumatera Utara