Perbedaan Efektivitas Mengonsumsi Yoghurt yang Mengandung Probiotik Dua Strains Dengan Satu Strain Terhadap Ion Kalsium dan pH Saliva Pada Siswa SD Islam Namira Meda Chapter III VI
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental
laboratorium klinis, dengan rancangan pretest-posttest control group design.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Sekolah Islam Namira dan pengukuran ion kalsium dan
pH saliva dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi, Universitas
Sumatera Utara. Waktu penelitian ini bulan Oktober 2016 sampai Mei 2017.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas 5 SD Islam Namira
Medan.Perhitungan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan rumus penelitian yaitu:
dimana :
S2 = [(n1-1)S12+ (n2-1)S22]
(n1-1) +(n2-1)
S2 = [(29-1). 0,4192 + (29-1).0,2912]
(29-1) +(29-1)
= (28.0,176) + (28.0,085)
(28+28)
=
4,93+2,38
56
= 0,13
n = [Zα/2+Zβ]2*S2
(μ1-μ2)
n = [1,96+1,28]2. 0,13
18
Universitas Sumatera Utara
10%
n = 13,66 ≈ 15 orang
Dimana :
n
= Besar sampel
S2
= Variasi gabungan
n1
= Jumlah populasi pada kelompok 1 penelitian terdahulu
n2
= Jumlah populasi pada kelompok 2 penelitian terdahulu
S11
= Varians pada kelompok 1 penelitian terdahulu
S22
= Varians pada kelompok 2 penelitian terdahulu
μ1-μ2
= Derajat ketelitian peneliti
Z1-α/2 = Nilai Z pada derajat kemaknaan yang dikehendaki
Z1-β
= Nilai Z pada kekuatan uji yang dikehendaki
Dari hasil perhitungan, besar sampel minimal setiap kelompok perlakuan adalah
15 orang. Dalam penelitian ini sampel di ambil sebanyak 30 orang yang diambil
sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria Inklusi :
1. Subjek bersedia berpartisipasi dengan mengisi informed consent
2. DMFT maksimal 1
3. Subjek tidak makan dan minum yang memiliki rasa selama 1 jam sebelum
penelitian di mulai untuk menghindari perubahan pH saliva
Kriteria Eksklusi :
1. Tidak mempunyai penyakit sistemik
2. Sedang mengkonsumsi obat-obatan seperti antibiotik
19
Universitas Sumatera Utara
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.4.1 Variabel Penelitian
1.Variabel perlakuan:
a.iMengonsumsi yoghurt yang mengandung probiotik dua strains (Lactobacillus
spp dan S. Thermophilus) merk Cimory 100 ml selama tujuh hari.
b.iMengonsumsi yoghurt yang mengandung probiotik satu strain (Lactobacillus
spp) merk Yakult 100 ml yang setara dengan dua botol merk Yakult selama tujuh
hari.
2. Variabel efek:
Ion kalsium dan pH saliva.
3.4.2 Definisi Operasional
1. Mengonsumsi yoghurt
a.iMengonsumsi yoghurt yang mengandung probiotik dua strains adalah
meminum yoghurt yang mengandung probiotik dua strains selama tujuh hari.
b.iMengonsumsi yoghurt yang mengandung probiotik satu strain adalah
meminum yoghurt yang mengandung probiotik satu strain selama tujuh hari.
2. Ion kalsium saliva
Besar ion kalsium saliva diukur dengan metode Spektofotometer Serapan Atom
(SSA) sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt yang mengandung probiotik dua
strains atau satu strain selama tujuh hari.
3. pH saliva
Besar pH saliva diukur dengan menggunakan pH meter sebelum dan sesudah
mengonsumsi yoghurt yang mengandung probiotik dua strains atau satu strain
selama tujuh hari.
20
Universitas Sumatera Utara
3.5 Prosedur Penelitian
1. Pada hari penelitian, pukul 09.45 pagi peneliti menginstruksikan subjek
untuk tidak makan dan minum yang memiliki rasa selama satu jam sebelum
penelitian di mulai untuk menghindari perubahan pH saliva.
2. Subjek sebanyak 30 orang dikumpulkan di koridor sekolah pada pukul 11.00
pagi. Peneliti dibantu oleh tim yang terdiri dari empat orang pada saat penelitian ini
dilakukan.
3. Pengambilan sampel saliva awal dengan metode spitting, yaitu subjek
menundukkan kepala, tidak menggerakkan lidah dan menjaga bibirnya tetap tertutup,
serta tidak melakukan gerakan menelan selama 5 menit. Kemudian subjek diminta
meludah saliva yang telah terkumpul dengan posisi kepala menunduk dan ditampung
ke dalam pot yang telah diberi label dan disimpan di icebox yang berisi icepack.
4.iSampel saliva awal (saliva pre-test) dibawa ke laboratorium penelitian
Fakultas Farmasi USU untuk dilakukan pengukuran ion kalsium dan pH saliva dalam
kurun waktu kurang dari satu jam setelah saliva diambil. Hal ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya kerusakan pada saliva.18
5.iPengukuran ion kalsium saliva dilakukan dengan mengambil sampel saliva
dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml, diencerkan dengan
akuades sampai garis tanda dan larutan dihomogenkan. Larutan sampel kemudian
disaring dengan kertas saring ke dalam pot. Kemudian dilakukan pengukuran ion
kalsium saliva dengan metode SSA (saliva baseline). Dilakukan kalibrasi pada alat
oleh laboran dengan cara: larutan baku kalsium (1000 μg/ml) dipipet sebanyak 1 ml
dan dimasukkan ke dalam tabu takar 100 ml lalu diencerkan dengan akuades hingga
garis tanda. Larutan tersebut (10μg/ml) dipipet sebanyak 2,5; 5; 7,5; 10; dan 12,5 ml,
kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam labu takar 25ml dan diencerkan
dengan akuades sampai tanda dan diperoleh larutan berkonsentrasi 1,2,3,4,5 μg/ml.
Larutan tersebut diukur dengan SSA pada panjang gelombang absorbansi maksimum
422,7 nm dan dibuat kurva kalibrasi untuk larutan standar kalsium.
21
Universitas Sumatera Utara
6. Pengukuran pH saliva diukur dengan cara memasukkan alat pH meter digital
ke dalam pot saliva hingga sensor elektroda terendam dalam saliva, lalu dibiarkan
beberapa detik hingga menunjukkan derajat pH saliva tersebut. pH meter digital harus
dibersihkan dan dikalibrasi dalam larutan bufer setiap kali setelah digunakan
mengukur saliva.
7. Subjek dibagi menjadi dua kelompok perlakuan, yaitu mengonsumsi yoghurt
yang mengandung probiotik dua strains (Lactobacillus spp dan S. Thermophilus)
100 ml dengan yoghurt satu strain (Lactobacillus spp) 100 ml selama tujuh hari.
8. Masing-masing kelompok diinstruksikan untuk mengonsumsi yoghurt
selama tujuh hari setiap pukul 11.00 WIB. Yoghurt di konsumsi satu jam sebelum
makan siang. Setelah mengonsumsi yoghurt selama tujuh hari subjek diminta
meludah saliva dengan metode spitting kedalam pot saliva yang telah terkumpul
dengan posisi kepala menunduk dan ditampung ke dalam pot yang telah diberi label
kemudian disimpan di dalam icebox yang berisi icepack. (saliva post-test)
9.iSampel saliva dibawa kelaboratorium penelitian Fakultas Farmasi USU
untuk dilakukan pengukuran ion kalsium dan pH saliva.
10.iPengukuran ion kalsium saliva dilakukan dengan mengambil sampel saliva
dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml, diencerkan dengan
akuades sampai garis tanda dan larutan dihomogenkan. Larutan sampel kemudian
disaring dengan kertas saring ke dalam pot. Kemudian dilakukan pengukuran ion
kalsium saliva dengan metode SSA. Dilakukan kalibrasi pada alat oleh laboran
dengan cara: larutan baku kalsium (1000 μg/ml) dipipet sebanyak 1 ml dan
dimasukkan ke dalam tabu takar 100 ml lalu diencerkan dengan akuades hingga garis
tanda. Larutan tersebut (10μg/ml) dipipet sebanyak 2,5; 5; 7,5; 10; dan 12,5 ml,
kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam labu takar 25ml dan diencerkan
dengan akuades sampai tanda dan diperoleh larutan berkonsentrasi 1,2,3,4,5 μg/ml.
Larutan tersebut diukur dengan SSA pada panjang gelombang absorbansi maksimum
422,7 nm dan dibuat kurva kalibrasi untuk larutan standar kalsium.
11. Pengukuran pH saliva diukur dengan cara memasukkan alat pH meter
digital ke dalam pot saliva hingga sensor elektroda terendam dalam saliva, lalu
22
Universitas Sumatera Utara
dibiarkan beberapa detik hingga menunjukkan derajat pH saliva tersebut. pH meter
digital harus dibersihkan dan dikalibrasi dalam larutan bufer setiap kali setelah
digunakan mengukur saliva.
23
Universitas Sumatera Utara
3.6 Alur Penelitian
Pada pukul 09.45 pagi peneliti menginstruksikan subjek untuk
tidak makan dan minum yang memiliki rasa selama satu jam
sebelum penelitian di mulai untuk menghindari perubahan pH
saliva
Subjek penelitian dikumpulkan di koridor sekolah pada pukul
11.00 WIB.
Sampel saliva baseline ditampung dengan metode spitting ke
dalam pot kemudian disimpan didalam icebox yang berisi
icepack
Pemeriksaan ion kalsium dan pH saliva sebelum perlakuan di
Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU
Subjek diinstruksikan
mengonsumsi yoghurt dua
strains selama tujuh hari
Subjek diinstruksikan
mengonsumsi yoghurt satu
strain selama tujuh hari
Sampel saliva ditampung dengan metode spitting ke dalam pot dan disimpan
didalam icebox
Pemeriksaan ion kalsium dan pH saliva di lakukan di Laboratorium Penelitian
Fakultas Farmasi USU
24
Universitas Sumatera Utara
3.7 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi yaitu data dimasukkan
kedalam program komputer untuk dianalisis dengan uji statistik.
a. Univariat: untuk menghitung rerata ion kalsium dan pH saliva sebelum dan
sesudah mengonsumsi yoghurt yang mengandung probiotik dua strains dengan satu
strain.
b. Bivariat: uji t berpasangan untuk menghitung perbedaan rerata ion kalsium
dan pH saliva sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt yang mengandung
probiotik dua strains dengan satu strain. Uji t tidak berpasangan untuk menghitung
perbedaaan selisih ion kalsium dan pH saliva antara kedua kelompok perlakuan.
25
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Ion Kalsium dan pH Saliva Awal Perlakuan (Baseline)
Pada kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains, rerata ion kalsium saliva
sebelum mengonsumsi adalah 2,89±0,20 mmol/L sedangkan rerata ion kalsium saliva
kelompok sebelum mengonsumsi yoghurt satu strain adalah 2,93±0,18 mmol/L. Hasil
uji t tidak berpasangan menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara ion
kalsium awal saliva (baseline) kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains dengan
kelompok mengonsumsi yoghurt satu strain (p=0,526) (Tabel 5).
Pada kelompok mengonsumsi yoghurt duastrains, rerata pH saliva sebelum
mengonsumsi adalah 6,56±0,26 sedangkan rerata pH saliva kelompok sebelum
mengonsumsi yoghurt satu strain adalah 6,58±0,20. Hasil uji t tidak berpasangan
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara pH saliva awal (baseline)
kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains dengan kelompok mengonsumsi yoghurt
satu strain (p=0,759) (Tabel 5).
Tabel 5. Rerata ion kalsium dan pH saliva sebelum mengonsumsi yoghurt dua
iistrains dan kelompok mengonsumsi yoghurt satu strain.
Kelompok
n
Mengonsumsi
yoghurt dua
strains
Mengonsumsi
yoghurt satu
strain
15
Rerata Ion
Kalsium
(Baseline)
(mmol/L)
2,89±0,20
Hasil Uji
Statistik
Rerata pH
Saliva
(Baseline)
6,56±0,26
p=0,526
15
Hasil Uji
Statistik
2,93±0,18
p=0,759
6,58±0,20
26
Universitas Sumatera Utara
4.2 Ion Kalsium Saliva Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Pada kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains, rerata ion kalsium saliva
sebelum mengonsumsi adalah 2,89±0,20 mmol/L dan sesudah mengonsumsi selama
tujuh hari meningkat menjadi 3,28±0,22 mmol/L. Pada kelompok mengonsumsi
yoghurt satu strain, rerata ion kalsium saliva sebelum mengonsumsi adalah 2,93±0,18
mmol/L dan sesudah mengonsumsi selama tujuh hari meningkat menjadi 3,05±0,19
mmol/L. Hasil uji t berpasangan menunjukkan terjadi peningkatan ion kalsium saliva
yang signifikan pada kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains (p=0,000). Hasil
uji t berpasangan menunjukkan terjadi peningkatan ion kalsium saliva yang signifikan
pada kelompok mengonsumsi yoghurt satu strain (p=0,000) (Tabel 6).
Tabel 6. Rerata ion kalsium saliva sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt dua
istrains dengan yoghurt satu strain selama tujuh hari.
Kelompok
n
Mengonsumsi
yoghurt dua strains
15
Rerata Ion Kalsium Saliva
( x ±SD)(mmol/L)
Sebelum
Sesudah tujuh
hari
2,89±0,20
3,28±0,22
Mengonsumsi
yoghurt satu strain
15
2,93±0,18
3,05±0,19
Hasil Uji
Statistik
p=0,000
p=0,000
Selisih rerata ion kalsium saliva sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt dua
strains selama tujuh hari adalah 0,39±0,02 sedangkan selisih rerata ion kalsium saliva
sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt satu strain selama tujuh hari adalah
0,12±0,01. Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan terdapat perbedaan selisih
rerata ion kalsium saliva yang signifikan antara kelompok mengonsumsi yoghurt dua
strains dengan yoghurt satu strain (p=0,005) (Tabel 7).
27
Universitas Sumatera Utara
Tabeli7.
Selisih ion kalsium saliva sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurtidua
istrains dengan yoghurt satu strain selama tujuh hari.
Kelompok
n
Mengonsumsi yoghurt
dua strains
15
Selisih Rerata Ion Kalsium Saliva
Sebelum dan Sesudah
0,39±0,02
Mengonsumsi yoghurt
satu strain
15
0,12±0,01
Hasil Uji
Statistik
p=0,005
4.3 pH Saliva Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Tabel 8 menunjukkan kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains, rerata pH
saliva sebelum mengonsumsi adalah 6,56±0,26 dan sesudah mengonsumsi selama
tujuh hari menurun menjadi 6,28±0,18. Pada kelompok mengonsumsi yoghurt satu
strain, rerata pH saliva sebelum mengonsumsi adalah 6,58±0,20 dan sesudah
mengonsumsi selama tujuh hari menurun menjadi 6,33±0,15. Hasil uji t berpasangan
menunjukkan terjadi penurunan pH saliva yang signifikan pada kelompok
mengonsumsi yoghurt dua strains (p=0,000). Hasil uji t berpasangan menunjukkan
terjadi penurunan pH saliva yang signifikan pada kelompok mengonsumsi yoghurt
satu strain (p=0,000).
Tabeli8.iiRerata pH saliva sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt dua
iiiiiiiiiiiiiiistrainsidengan yoghurt satu strain selama tujuh hari.
Kelompok
n
Mengonsumsi
yoghurt dua strains
15
Rerata pH Saliva
( x ±SD)
Sebelum
Sesudah tujuh
hari
6,56±0,26
6,28±0,18
Mengonsumsi
yoghurt satu strain
15
6,58±0,20
28
6,33±0,15
Hasil Uji
Statistik
p=0,000
p=0,000
Universitas Sumatera Utara
Pada Tabel 9 diperoleh selisih rerata pH saliva antara sebelum dan sesudah
mengonsumsi yoghurt dua strains selama tujuh hari adalah 0,28±0,08 sedangkan
selisih rerata pH saliva antara sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt satu strain
selama tujuh hari adalah 0,25±0,05. Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan tidak
terdapat perbedaan selisih rerata pH saliva yang signifikan antara kelompok
mengonsumsi yoghurt dua strains dengan yoghurt satu strain (p=0,464).
Tabel 9. Selisih pH saliva sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt dua
iiiistrainsidengan yoghurt satu strain selama tujuh hari.
Kelompok
n
Selisih Rerata pH Saliva
Mengonsumsi
yoghurt dua strains
15
0,28±0,08
Mengonsumsi
yoghurt satu strain
15
0,25±0,05
29
Hasil Uji
Statistik
p=0,464
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
PEMBAHASAN
Hasil uji statistik ion kalsium dan pH saliva sebelum perlakuan menunjukkan
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok mengonsumsi yoghurt dua
strains dengan satu strain (p>0,05). Ion kalsium saliva sebelum perlakuan pada
kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains 2,89±0,20 mmol/L dan pada kelompok
mengonsumsi yoghurt satu strain adalah 2,93±0,18 mmol/L (Tabel 5). pH saliva
sebelum perlakuan pada kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains 6,56±0,26 dan
pada kelompok mengonsumsi yoghurt satu strain 6,58±0,20 (Tabel 1). Hal ini
disebabkan karena pemilihan subjek dilakukan dengan teknik purposive sampling
yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu subjek bersedia mengisi informed consent,
DMFT ≤ 1, subjek tidak makan dan minum yang memiliki rasa selama satu jam
sebelum penelitian di mulai.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan ion kalsium saliva yang
signifikan pada kelompok sebelum mengonsumsi yoghurt dua strains 2,89±0,20
mmol/L dan sesudah tujuh hari mengonsumsi meningkat menjadi 3,28±0,22 mmol/L
(p
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental
laboratorium klinis, dengan rancangan pretest-posttest control group design.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Sekolah Islam Namira dan pengukuran ion kalsium dan
pH saliva dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi, Universitas
Sumatera Utara. Waktu penelitian ini bulan Oktober 2016 sampai Mei 2017.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas 5 SD Islam Namira
Medan.Perhitungan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan rumus penelitian yaitu:
dimana :
S2 = [(n1-1)S12+ (n2-1)S22]
(n1-1) +(n2-1)
S2 = [(29-1). 0,4192 + (29-1).0,2912]
(29-1) +(29-1)
= (28.0,176) + (28.0,085)
(28+28)
=
4,93+2,38
56
= 0,13
n = [Zα/2+Zβ]2*S2
(μ1-μ2)
n = [1,96+1,28]2. 0,13
18
Universitas Sumatera Utara
10%
n = 13,66 ≈ 15 orang
Dimana :
n
= Besar sampel
S2
= Variasi gabungan
n1
= Jumlah populasi pada kelompok 1 penelitian terdahulu
n2
= Jumlah populasi pada kelompok 2 penelitian terdahulu
S11
= Varians pada kelompok 1 penelitian terdahulu
S22
= Varians pada kelompok 2 penelitian terdahulu
μ1-μ2
= Derajat ketelitian peneliti
Z1-α/2 = Nilai Z pada derajat kemaknaan yang dikehendaki
Z1-β
= Nilai Z pada kekuatan uji yang dikehendaki
Dari hasil perhitungan, besar sampel minimal setiap kelompok perlakuan adalah
15 orang. Dalam penelitian ini sampel di ambil sebanyak 30 orang yang diambil
sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.
Kriteria Inklusi :
1. Subjek bersedia berpartisipasi dengan mengisi informed consent
2. DMFT maksimal 1
3. Subjek tidak makan dan minum yang memiliki rasa selama 1 jam sebelum
penelitian di mulai untuk menghindari perubahan pH saliva
Kriteria Eksklusi :
1. Tidak mempunyai penyakit sistemik
2. Sedang mengkonsumsi obat-obatan seperti antibiotik
19
Universitas Sumatera Utara
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
3.4.1 Variabel Penelitian
1.Variabel perlakuan:
a.iMengonsumsi yoghurt yang mengandung probiotik dua strains (Lactobacillus
spp dan S. Thermophilus) merk Cimory 100 ml selama tujuh hari.
b.iMengonsumsi yoghurt yang mengandung probiotik satu strain (Lactobacillus
spp) merk Yakult 100 ml yang setara dengan dua botol merk Yakult selama tujuh
hari.
2. Variabel efek:
Ion kalsium dan pH saliva.
3.4.2 Definisi Operasional
1. Mengonsumsi yoghurt
a.iMengonsumsi yoghurt yang mengandung probiotik dua strains adalah
meminum yoghurt yang mengandung probiotik dua strains selama tujuh hari.
b.iMengonsumsi yoghurt yang mengandung probiotik satu strain adalah
meminum yoghurt yang mengandung probiotik satu strain selama tujuh hari.
2. Ion kalsium saliva
Besar ion kalsium saliva diukur dengan metode Spektofotometer Serapan Atom
(SSA) sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt yang mengandung probiotik dua
strains atau satu strain selama tujuh hari.
3. pH saliva
Besar pH saliva diukur dengan menggunakan pH meter sebelum dan sesudah
mengonsumsi yoghurt yang mengandung probiotik dua strains atau satu strain
selama tujuh hari.
20
Universitas Sumatera Utara
3.5 Prosedur Penelitian
1. Pada hari penelitian, pukul 09.45 pagi peneliti menginstruksikan subjek
untuk tidak makan dan minum yang memiliki rasa selama satu jam sebelum
penelitian di mulai untuk menghindari perubahan pH saliva.
2. Subjek sebanyak 30 orang dikumpulkan di koridor sekolah pada pukul 11.00
pagi. Peneliti dibantu oleh tim yang terdiri dari empat orang pada saat penelitian ini
dilakukan.
3. Pengambilan sampel saliva awal dengan metode spitting, yaitu subjek
menundukkan kepala, tidak menggerakkan lidah dan menjaga bibirnya tetap tertutup,
serta tidak melakukan gerakan menelan selama 5 menit. Kemudian subjek diminta
meludah saliva yang telah terkumpul dengan posisi kepala menunduk dan ditampung
ke dalam pot yang telah diberi label dan disimpan di icebox yang berisi icepack.
4.iSampel saliva awal (saliva pre-test) dibawa ke laboratorium penelitian
Fakultas Farmasi USU untuk dilakukan pengukuran ion kalsium dan pH saliva dalam
kurun waktu kurang dari satu jam setelah saliva diambil. Hal ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya kerusakan pada saliva.18
5.iPengukuran ion kalsium saliva dilakukan dengan mengambil sampel saliva
dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml, diencerkan dengan
akuades sampai garis tanda dan larutan dihomogenkan. Larutan sampel kemudian
disaring dengan kertas saring ke dalam pot. Kemudian dilakukan pengukuran ion
kalsium saliva dengan metode SSA (saliva baseline). Dilakukan kalibrasi pada alat
oleh laboran dengan cara: larutan baku kalsium (1000 μg/ml) dipipet sebanyak 1 ml
dan dimasukkan ke dalam tabu takar 100 ml lalu diencerkan dengan akuades hingga
garis tanda. Larutan tersebut (10μg/ml) dipipet sebanyak 2,5; 5; 7,5; 10; dan 12,5 ml,
kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam labu takar 25ml dan diencerkan
dengan akuades sampai tanda dan diperoleh larutan berkonsentrasi 1,2,3,4,5 μg/ml.
Larutan tersebut diukur dengan SSA pada panjang gelombang absorbansi maksimum
422,7 nm dan dibuat kurva kalibrasi untuk larutan standar kalsium.
21
Universitas Sumatera Utara
6. Pengukuran pH saliva diukur dengan cara memasukkan alat pH meter digital
ke dalam pot saliva hingga sensor elektroda terendam dalam saliva, lalu dibiarkan
beberapa detik hingga menunjukkan derajat pH saliva tersebut. pH meter digital harus
dibersihkan dan dikalibrasi dalam larutan bufer setiap kali setelah digunakan
mengukur saliva.
7. Subjek dibagi menjadi dua kelompok perlakuan, yaitu mengonsumsi yoghurt
yang mengandung probiotik dua strains (Lactobacillus spp dan S. Thermophilus)
100 ml dengan yoghurt satu strain (Lactobacillus spp) 100 ml selama tujuh hari.
8. Masing-masing kelompok diinstruksikan untuk mengonsumsi yoghurt
selama tujuh hari setiap pukul 11.00 WIB. Yoghurt di konsumsi satu jam sebelum
makan siang. Setelah mengonsumsi yoghurt selama tujuh hari subjek diminta
meludah saliva dengan metode spitting kedalam pot saliva yang telah terkumpul
dengan posisi kepala menunduk dan ditampung ke dalam pot yang telah diberi label
kemudian disimpan di dalam icebox yang berisi icepack. (saliva post-test)
9.iSampel saliva dibawa kelaboratorium penelitian Fakultas Farmasi USU
untuk dilakukan pengukuran ion kalsium dan pH saliva.
10.iPengukuran ion kalsium saliva dilakukan dengan mengambil sampel saliva
dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml, diencerkan dengan
akuades sampai garis tanda dan larutan dihomogenkan. Larutan sampel kemudian
disaring dengan kertas saring ke dalam pot. Kemudian dilakukan pengukuran ion
kalsium saliva dengan metode SSA. Dilakukan kalibrasi pada alat oleh laboran
dengan cara: larutan baku kalsium (1000 μg/ml) dipipet sebanyak 1 ml dan
dimasukkan ke dalam tabu takar 100 ml lalu diencerkan dengan akuades hingga garis
tanda. Larutan tersebut (10μg/ml) dipipet sebanyak 2,5; 5; 7,5; 10; dan 12,5 ml,
kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam labu takar 25ml dan diencerkan
dengan akuades sampai tanda dan diperoleh larutan berkonsentrasi 1,2,3,4,5 μg/ml.
Larutan tersebut diukur dengan SSA pada panjang gelombang absorbansi maksimum
422,7 nm dan dibuat kurva kalibrasi untuk larutan standar kalsium.
11. Pengukuran pH saliva diukur dengan cara memasukkan alat pH meter
digital ke dalam pot saliva hingga sensor elektroda terendam dalam saliva, lalu
22
Universitas Sumatera Utara
dibiarkan beberapa detik hingga menunjukkan derajat pH saliva tersebut. pH meter
digital harus dibersihkan dan dikalibrasi dalam larutan bufer setiap kali setelah
digunakan mengukur saliva.
23
Universitas Sumatera Utara
3.6 Alur Penelitian
Pada pukul 09.45 pagi peneliti menginstruksikan subjek untuk
tidak makan dan minum yang memiliki rasa selama satu jam
sebelum penelitian di mulai untuk menghindari perubahan pH
saliva
Subjek penelitian dikumpulkan di koridor sekolah pada pukul
11.00 WIB.
Sampel saliva baseline ditampung dengan metode spitting ke
dalam pot kemudian disimpan didalam icebox yang berisi
icepack
Pemeriksaan ion kalsium dan pH saliva sebelum perlakuan di
Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU
Subjek diinstruksikan
mengonsumsi yoghurt dua
strains selama tujuh hari
Subjek diinstruksikan
mengonsumsi yoghurt satu
strain selama tujuh hari
Sampel saliva ditampung dengan metode spitting ke dalam pot dan disimpan
didalam icebox
Pemeriksaan ion kalsium dan pH saliva di lakukan di Laboratorium Penelitian
Fakultas Farmasi USU
24
Universitas Sumatera Utara
3.7 Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi yaitu data dimasukkan
kedalam program komputer untuk dianalisis dengan uji statistik.
a. Univariat: untuk menghitung rerata ion kalsium dan pH saliva sebelum dan
sesudah mengonsumsi yoghurt yang mengandung probiotik dua strains dengan satu
strain.
b. Bivariat: uji t berpasangan untuk menghitung perbedaan rerata ion kalsium
dan pH saliva sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt yang mengandung
probiotik dua strains dengan satu strain. Uji t tidak berpasangan untuk menghitung
perbedaaan selisih ion kalsium dan pH saliva antara kedua kelompok perlakuan.
25
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Ion Kalsium dan pH Saliva Awal Perlakuan (Baseline)
Pada kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains, rerata ion kalsium saliva
sebelum mengonsumsi adalah 2,89±0,20 mmol/L sedangkan rerata ion kalsium saliva
kelompok sebelum mengonsumsi yoghurt satu strain adalah 2,93±0,18 mmol/L. Hasil
uji t tidak berpasangan menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara ion
kalsium awal saliva (baseline) kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains dengan
kelompok mengonsumsi yoghurt satu strain (p=0,526) (Tabel 5).
Pada kelompok mengonsumsi yoghurt duastrains, rerata pH saliva sebelum
mengonsumsi adalah 6,56±0,26 sedangkan rerata pH saliva kelompok sebelum
mengonsumsi yoghurt satu strain adalah 6,58±0,20. Hasil uji t tidak berpasangan
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara pH saliva awal (baseline)
kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains dengan kelompok mengonsumsi yoghurt
satu strain (p=0,759) (Tabel 5).
Tabel 5. Rerata ion kalsium dan pH saliva sebelum mengonsumsi yoghurt dua
iistrains dan kelompok mengonsumsi yoghurt satu strain.
Kelompok
n
Mengonsumsi
yoghurt dua
strains
Mengonsumsi
yoghurt satu
strain
15
Rerata Ion
Kalsium
(Baseline)
(mmol/L)
2,89±0,20
Hasil Uji
Statistik
Rerata pH
Saliva
(Baseline)
6,56±0,26
p=0,526
15
Hasil Uji
Statistik
2,93±0,18
p=0,759
6,58±0,20
26
Universitas Sumatera Utara
4.2 Ion Kalsium Saliva Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Pada kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains, rerata ion kalsium saliva
sebelum mengonsumsi adalah 2,89±0,20 mmol/L dan sesudah mengonsumsi selama
tujuh hari meningkat menjadi 3,28±0,22 mmol/L. Pada kelompok mengonsumsi
yoghurt satu strain, rerata ion kalsium saliva sebelum mengonsumsi adalah 2,93±0,18
mmol/L dan sesudah mengonsumsi selama tujuh hari meningkat menjadi 3,05±0,19
mmol/L. Hasil uji t berpasangan menunjukkan terjadi peningkatan ion kalsium saliva
yang signifikan pada kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains (p=0,000). Hasil
uji t berpasangan menunjukkan terjadi peningkatan ion kalsium saliva yang signifikan
pada kelompok mengonsumsi yoghurt satu strain (p=0,000) (Tabel 6).
Tabel 6. Rerata ion kalsium saliva sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt dua
istrains dengan yoghurt satu strain selama tujuh hari.
Kelompok
n
Mengonsumsi
yoghurt dua strains
15
Rerata Ion Kalsium Saliva
( x ±SD)(mmol/L)
Sebelum
Sesudah tujuh
hari
2,89±0,20
3,28±0,22
Mengonsumsi
yoghurt satu strain
15
2,93±0,18
3,05±0,19
Hasil Uji
Statistik
p=0,000
p=0,000
Selisih rerata ion kalsium saliva sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt dua
strains selama tujuh hari adalah 0,39±0,02 sedangkan selisih rerata ion kalsium saliva
sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt satu strain selama tujuh hari adalah
0,12±0,01. Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan terdapat perbedaan selisih
rerata ion kalsium saliva yang signifikan antara kelompok mengonsumsi yoghurt dua
strains dengan yoghurt satu strain (p=0,005) (Tabel 7).
27
Universitas Sumatera Utara
Tabeli7.
Selisih ion kalsium saliva sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurtidua
istrains dengan yoghurt satu strain selama tujuh hari.
Kelompok
n
Mengonsumsi yoghurt
dua strains
15
Selisih Rerata Ion Kalsium Saliva
Sebelum dan Sesudah
0,39±0,02
Mengonsumsi yoghurt
satu strain
15
0,12±0,01
Hasil Uji
Statistik
p=0,005
4.3 pH Saliva Sebelum dan Sesudah Perlakuan
Tabel 8 menunjukkan kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains, rerata pH
saliva sebelum mengonsumsi adalah 6,56±0,26 dan sesudah mengonsumsi selama
tujuh hari menurun menjadi 6,28±0,18. Pada kelompok mengonsumsi yoghurt satu
strain, rerata pH saliva sebelum mengonsumsi adalah 6,58±0,20 dan sesudah
mengonsumsi selama tujuh hari menurun menjadi 6,33±0,15. Hasil uji t berpasangan
menunjukkan terjadi penurunan pH saliva yang signifikan pada kelompok
mengonsumsi yoghurt dua strains (p=0,000). Hasil uji t berpasangan menunjukkan
terjadi penurunan pH saliva yang signifikan pada kelompok mengonsumsi yoghurt
satu strain (p=0,000).
Tabeli8.iiRerata pH saliva sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt dua
iiiiiiiiiiiiiiistrainsidengan yoghurt satu strain selama tujuh hari.
Kelompok
n
Mengonsumsi
yoghurt dua strains
15
Rerata pH Saliva
( x ±SD)
Sebelum
Sesudah tujuh
hari
6,56±0,26
6,28±0,18
Mengonsumsi
yoghurt satu strain
15
6,58±0,20
28
6,33±0,15
Hasil Uji
Statistik
p=0,000
p=0,000
Universitas Sumatera Utara
Pada Tabel 9 diperoleh selisih rerata pH saliva antara sebelum dan sesudah
mengonsumsi yoghurt dua strains selama tujuh hari adalah 0,28±0,08 sedangkan
selisih rerata pH saliva antara sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt satu strain
selama tujuh hari adalah 0,25±0,05. Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan tidak
terdapat perbedaan selisih rerata pH saliva yang signifikan antara kelompok
mengonsumsi yoghurt dua strains dengan yoghurt satu strain (p=0,464).
Tabel 9. Selisih pH saliva sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt dua
iiiistrainsidengan yoghurt satu strain selama tujuh hari.
Kelompok
n
Selisih Rerata pH Saliva
Mengonsumsi
yoghurt dua strains
15
0,28±0,08
Mengonsumsi
yoghurt satu strain
15
0,25±0,05
29
Hasil Uji
Statistik
p=0,464
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
PEMBAHASAN
Hasil uji statistik ion kalsium dan pH saliva sebelum perlakuan menunjukkan
tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok mengonsumsi yoghurt dua
strains dengan satu strain (p>0,05). Ion kalsium saliva sebelum perlakuan pada
kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains 2,89±0,20 mmol/L dan pada kelompok
mengonsumsi yoghurt satu strain adalah 2,93±0,18 mmol/L (Tabel 5). pH saliva
sebelum perlakuan pada kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains 6,56±0,26 dan
pada kelompok mengonsumsi yoghurt satu strain 6,58±0,20 (Tabel 1). Hal ini
disebabkan karena pemilihan subjek dilakukan dengan teknik purposive sampling
yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu subjek bersedia mengisi informed consent,
DMFT ≤ 1, subjek tidak makan dan minum yang memiliki rasa selama satu jam
sebelum penelitian di mulai.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan ion kalsium saliva yang
signifikan pada kelompok sebelum mengonsumsi yoghurt dua strains 2,89±0,20
mmol/L dan sesudah tujuh hari mengonsumsi meningkat menjadi 3,28±0,22 mmol/L
(p