Perbedaan Ph, Laju Aliran Dan Kadar Ion Kalsium Saliva Pada Perokok Kretek Dan Bukan Perokok Di Kelurahan Padang Bulan Medan Chapter III VI

24

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian


Jenis Penelitian

: Analitik Observasional



Desain Penelitian

: Cross-sectional

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Oral Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan Laboratorium Terpadu Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara
(Medan).

3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan sejak bulan Desember 2015 s/d Januari 2016.
Dimulai dari pengumpulan sampel, kemudian dilakukan penelitian, analisis data dan
penulisan hasil, serta pembahasan penelitian ini.

3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi penelitian ini adalah laki-laki perokok dan bukan perokok di
Kelurahan Padang Bulan Medan.

3.3.2 Sampel
Sampel penelitian diperoleh menggunakan purposive sampling yaitu laki-laki
perokok kretek dan bukan perokok di Kelurahan Padang Bulan Medan yang dipilih
berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.

Universitas Sumatera Utara


25

3.3.2.1 Besar Sampel
Besar sampel pada penelitian ini adalah 50 orang yang terdiri dari 25 orang
perokok kretek dan 25 orang bukan perokok. Besar sampel dalam penelitian ini
dihitung menggunakan rumus, yaitu:
2 . σ2 . (Zα + Zβ )2
n=
(µ 0 - µ a)2

2 . 0,11 . (1,64 + 0,842)2
n=
(0,17)2
1,355
n=
0,0289
n = 46,88
n ≈ 50 orang
Keterangan :

n = jumlah sampel minimal
α = level of significant, penelitian ini menggunakan α = 10%, sehingga Zα =
1,64
β = power of test, penelitian ini menggunakan β = 20%, sehingga Zβ = 0,842
σ2 = varian rata-rata antar kelompok
µ 0 - µ a = selisih rerata penelitian sebelumnya dengan yang diinginkan peneliti,
pada penelitian ini µ 0 - µ a=17%

3.4 Kriteria Sampel
3.4.1 Kriteria inklusi
1. Laki-laki
2. Perokok dan bukan perokok usia 18-34 tahun

Universitas Sumatera Utara

26

3. Frekuensi merokok lebih dari 10 batang per hari
4. Lama merokok lebih dari 10 tahun
5. Subjek bersedia untuk berpartisipasi


3.4.2 Kriteria eksklusi
Perokok dan bukan perokok:
1. Menderita penyakit sistemik
2. Pernah menjalani perawatan ortodonti
3. Mengonsumsi obat yang dapat memengaruhi pH, laju aliran serta kadar ion
kalsium saliva

3.5 Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini, yaitu:
1. Perokok kretek
2. Bukan perokok

3.5.2 Variabel Tergantung
Variabel tergantung pada penelitian ini adalah saliva perokok, yaitu:
1. pH saliva
2. Laju aliran saliva
3. Kadar ion kalsium saliva


3.5.3 Variabel Terkendali
1. Perokok dan bukan perokok usia 18-34 tahun
2. Waktu pengumpulan saliva jam 09.00–12.00 WIB
3. Pengambilan saliva dengan metode Spitting dan Stimulated Saliva
4. Kemampuan operator

Universitas Sumatera Utara

27

3.5.4 Variabel Tidak Terkendali
1. Diet
2. Merek rokok kretek

Variabel Terkendali
1. Perokok dan bukan perokok usia 18-34 tahun
2. Waktu pengumpulan saliva jam 09.00–12.00 WIB
3. Pengambilan saliva dengan metode Spitting dan
Stimulated Saliva
4. Kemampuan operator


Variabel Tergantung
Variabel Bebas
1. pH saliva
Perokok kretek dan

2. Laju aliran saliva

bukan perokok

3. Kadar ion kalsium
saliva
Variabel Tidak Terkendali
1. Diet
2. Merek rokok kretek

3.6 Definisi Operasional
Perokok kretek adalah orang yang telah memiliki kebiasaan merokok lebih
dari 10 tahun dan merokok lebih dari 10 batang per hari dan masih merokok saat
penelitian dilakukan dengan menggunakan rokok yang komposisinya tembakau

dicampur dengan cengkeh rajangan.
Bukan perokok adalah orang yang tidak memiliki kebiasaan berkontak
secara langsung atau menghisap rokok.

Universitas Sumatera Utara

28

Perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung menghisap asap
tembakau dari rokok yang dihisapnya.
Rokok kretek adalah rokok dengan atau tanpa filter yang komposisinya
adalah tembakau dicampur dengan cengkeh rajangan kurang lebih 30 persen dari
komposisi setiap batang rokok kretek.
Waktu pengumpulan saliva adalah waktu pengumpulan sampel dilakukan,
yaitu pada jam 09.00–12.00 WIB.
Metode Spitting adalah metode pengambilan saliva dimana subjek
membiarkan saliva tergenang dalam mulut tanpa ditelan kemudian meludahkannya ke
dalam wadah penampungan.
Stimulated


Saliva

adalah

mengumpulkan

saliva

yang

distimulasi

menggunakan paraffin wax.
pH saliva adalah nilai derajat keasaman saliva yang diukur menggunakan pH
meter digital.
Laju aliran saliva adalah jumlah saliva yang dikeluarkan dalam satuan
volume (ml) dalam setiap satuan waktu (menit) yaitu ml/menit.
Kadar ion kalsium saliva adalah jumlah kadar ion kalsium yang terdapat
pada saliva dan didapatkan menggunakan alat Spektrofotometri Serapan Atom
dengan panjang gelombang 422,7 nm dalam satuan mmol/l.

Diet adalah faktor yang berhubungan dengan makanan dan minuman yang
dikonsumsi sehari-hari.

3.7 Alat dan Bahan Penelitian
3.7.1 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
2. pH meter digital
3. Timbangan digital
4. Cooler box
5. Pot/wadah sampel

Universitas Sumatera Utara

29

6. Label pot/wadah sampel
7. Labu ukur
8. Corong
9. Kertas saring

10. Spuit 5cc
11. Beaker glass 250ml dan 500ml
12. Pipet tetes
13. Handscoon
14. Masker

3.7.2 Bahan Penelitian:
1. Saliva sebagai bahan pemeriksaan
2. Paraffin wax
3. Dry ice
4. Larutan aquabidest
5. Larutan baku kalsium

Gambar 1.Spektrofotometri Serapan
Atom47

Gambar 2. pH meter Hanna47

Universitas Sumatera Utara


30

Gambar 3. Timbangan digital47
3.8 Prosedur Penelitian
3.8.1 Pengisian Kuesioner
Penelitian dilakukan terhadap perokok dan bukan perokok. Pemilihan subjek
penelitian dilakukan melalui wawancara langsung mengenai identitas subjek dengan
bantuan kuesioner terhadap para perokok. Subjek yang terpilih diberi penjelasan
terlebih dahulu mengenai tujuan, manfaat dan prosedur penelitian yang akan
dilakukan dan apabila subjek bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian maka
subjek diminta menandatangani lembar informed consent.

3.8.2 Pengumpulan Saliva
Pengumpulan saliva dilakukan menggunakan metode Spitting dengan
Stimulated Saliva pada jam 09.00–12.00 WIB. Satu jam sebelum penelitian dilakukan
subjek tidak diperkenankan untuk makan, minum dan merokok. Sebelum
menampung saliva, subjek diminta untuk berkumur dengan air putih untuk
menghilangkan debris. Setelah itu, subjek diinstruksikan duduk tenang dengan posisi
tegak dan sedikit menundukkan kepala saat menampung saliva dan mengunyah
paraffin wax total selama 5 menit, kemudian meludahkan semua saliva ke dalam pot
saliva.

Universitas Sumatera Utara

31

3.8.3 Persiapan Sampel Saliva
Pot yang berisi sampel saliva dan telah diberi label harus ditutup rapat
kemudian disusun ke dalam cooler box yang berisi dry ice dan dibawa ke
Laboratorium Terpadu Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
USU untuk melakukan pengukuran kadar ion kalsium saliva.

3.8.4 Pengukuran pH Saliva
Pengukuran pH saliva dilakukan dengan cara mencelupkan pH meter digital.
Sebelum digunakan, pH meter dibersihkan dengan mencuci sensor elektroda di
bawah air mengalir lalu dikeringkan. Kemudian pH meter dikalibrasi dengan
mencelupkan elektroda ke dalam larutan buffer. pH meter dicelupkan ke dalam pot
saliva kemudian catat hasil pH saliva yang tertera pada alat. Pengukuran pH
dilakukan segera setelah sampel saliva ditampung.

3.8.5 Pengukuran Laju Aliran Saliva
Pengukuran laju aliran saliva dimulai dengan pengukuran volume saliva.
Pengukuran volume dilakukan dengan cara menyalakan timbangan digital dan
timbangan menunjukkan angka nol. Berat pot saliva ditimbang terlebih dahulu. Saliva
yang telah dikumpulkan kemudian ditimbang dan dikurangkan dengan hasil
timbangan pot saliva kemudian hasil yang diperoleh dinyatakan dalam ml karena
berat jenis untuk saliva adalah 1 maka 1 gr saliva sama dengan 1 ml saliva. Kemudian
nilai volume saliva dibagi dengan lama waktu stimulasi untuk mendapatkan nilai laju
aliran saliva. Nilai laju aliran saliva dinyatakan dalam ml/menit.

3.8.6 Pengukuran Kadar Ion Kalsium Saliva
3.8.6.1 Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalsium
Larutan baku kalsium (1000 µg/ml) diambil menggunakan pipet sebanyak 1
ml dan dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml lalu diencerkan dengan larutan
aquabidest hingga garis tanda. Dari larutan tersebut (100 µg/ml) dipipet masingmasing 0,25 ml, 0,5 ml, 0,75 ml, 1,0 ml, 1,25 ml dan dimasukkan ke dalam labu takar

Universitas Sumatera Utara

32

25 ml kemudian dilakukan pengenceran dengan larutan aquabidest sampai garis tanda
sehingga diperoleh larutan berkonsentrasi 1; 2; 3; 4; 5 µg/ml. Lakukan pengukuran
larutan tersebut dengan SSA pada panjang gelombang 422,7 nm dan dibuat kurva
kalibrasi untuk larutan standar kalsium.

3.8.6.2 Pengukuran Kadar Ion Kalsium Sampel
Sampel saliva sebanyak 1 ml dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml dengan
menggunakan spuit kemudian diencerkan dengan larutan aquabidest sampai garis
tanda dan dihomogenkan. Larutan sampel disaring dengan kertas saring ke dalam
labu takar 10 ml dan dihomogenkan kembali. Lakukan pengukuran kadar ion kalsium
pada larutan sampel dengan menggunaan SSA pada panjang gelombang absorbansi
maksimum 422,7 nm.
Perhitungan kadar ion kalsium saliva pada penelitian ini menggunakan rumus
molaritas agar hasil yang didapatkan dalam satuan mmol/l, yaitu:
c . ʋ
M =

ml
x

Ar

x

1000

1000

Dengan keterangan, sebagai berikut:
M =

nilai molaritas dengan satuan mmol/l

c

=

konsentrasi kalsium dengan satuan ppm

ʋ

=

volume pengenceran dengan satuan ml

ml =

volume saliva yang dipipetkan dengan satuan ml

Ar =

massa atom relatif kalsium

3.9 Pengolahan dan Analisis Data
Data yang telah diperoleh diolah dengan menggunakan sistem komputerisasi.
Gambaran statistik meliputi pH saliva, laju aliran saliva dan kadar ion kalsium saliva
pada perokok dan bukan perokok. Uji normalitas terlebih dahulu dilakukan terhadap

Universitas Sumatera Utara

33

data-data yang diperoleh kemudian dilakukan uji Mann-Whitney karena data yang
diperoleh tidak terdistribusi normal (tidak homogen).

Universitas Sumatera Utara

34

3.10 Alur Penelitian
Penentuan subjek sesuai kriteria inklusi dan pengisian kuesioner

Subjek mengisi lembaran informed consent

Pengumpulan saliva dilakukan antara jam 09.00 sampai 12.00 WIB

Saliva dikumpulkan dengan metode Spitting dan Stimulated whole
saliva. Subjek diinstruksikan untuk duduk tenang dikursi dengan
meludahkan saliva ke dalam dalam pot saliva.

Pengukuran pH dan laju aliran saliva

Analisis ion kalsium saliva dengan Spektrofotometri Serapan Atom
(SSA)

Pengumpulan data

Analisis data

Kesimpulan

Universitas Sumatera Utara

35

BAB 4
HASIL PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian mengenai perbedaan pH, laju aliran dan
kadar ion kalsium saliva yang dilakukan pada laki-laki perokok kretek dan bukan
perokok. Tempat dilakukan penelitian yaitu di Kelurahan Padang Bulan Medan
dengan jumlah sampel 50 orang yang dipilih sesuai dengan kriteria inklusi dan
eksklusi, terdiri dari 25 orang perokok dan 25 orang bukan perokok dan telah
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember
2015 sampai Januari 2016.

4.1 Karakteristik Umum Subjek Yang Diteliti
Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh data karakteristik umum
perokok kretek (tabel 1) menunjukkan subjek perokok yang diteliti telah merokok
lebih dari 10 tahun dengan rata-rata lama merokok 13 tahun. Frekuensi jumlah rokok
yang dikonsumsi terbesar adalah 10-20 batang rokok per hari yaitu sebanyak 23
orang (92%) sedangkan frekuensi terkecil adalah >20 batang rokok per hari yaitu
sebanyak 2 orang (8%).

Tabel 1. Gambaran Karakteristik Umum Subjek Yang Diteliti
Karakteristik
Frekuensi merokok
< 10 batang/hari
10-20 batang per hari
>20 batang per hari

N

%

0
23
2

0
92
8

4.2 Nilai Keasaman (pH) Saliva Pada Perokok dan Bukan Perokok
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka diperoleh pengukuran pH saliva
perokok dan bukan perokok (tabel 2) menunjukkan rerata pH saliva pada kelompok
perokok memiliki pH saliva (stimulasi) yaitu rata-rata 5,93 ± 0,28 dibandingkan

Universitas Sumatera Utara

36

kelompok bukan perokok yaitu rata-rata 6,86±0,33. pH saliva bukan perokok lebih
tinggi secara signifikan dibandingkan dengan pH saliva perokok (p