Implementasi manajemen kurikulum sistem full day school di smpit alhijrah 2 lau dendang kec. percut sei tuan kab. Deli Serdang 20162017 Repository UIN Sumatera Utara

(1)

IMPLEMENTASI MANAJEMEN KURIKULUM SISTEM FULL DAY SCHOOL DI SMPIT AL-HIJRAH 2 LAU DENDANG KEC. PERCUT SEI TUAN

KAB. DELI SERDANG 2016/2017

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Oleh: Silmi Khairiyah

37131045

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

MEDAN 2017


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN

Berdasarkan Surat Keputusan Bersama Mentri Agama RI dan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 158/1987 dan 0543b/1987, Tanggal 22 Januari 1988.

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Huruf Latin Huruf Arab Huruf Latin

ا

Tidak dilambangkan

ط

b

ظ

t „

ṡ g

ج

j

ف

f

ح

ḥ q

kh k

د

d l

ż m

r n

z w

س

s h

sy

ء

ص

ṣ y

ض

Bacaan Madd: Bacaan Diftong:

ā = a panjang ˚وﺁ = au

= i panjang ˚ي ﺁ= ai


(7)

MOTTO DAN

PERSEMBAHAN

“Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan, sungguh ia musuh

yang nyata bagimu”

(Q. S Al Baqarah: 208 )

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah

selesai (dari satu urusan) kerjakanlah dengan sungguh sungguh urusan yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”

(Q. S Al- Insyiroh: 5-8) Persembahan:

Saya persembahkan cinta dan sayang saya kepada kedua orang tua yakni ayah dan ibu, abang saya yang menjadi motivator sekaligus inspirator dan yang tiada henti memberikan dukungan do‟anya kepada saya.

Saya persembahkan juga cinta dan kasih saya kepada seorang ibu yang telah menjadi ibu untuk saya, beliau sudah seperti ibu kandung saya yang melahirkan dan membesarkan, beliau yang selalu ada di saat bahagia saya dan sedih saya. Saya begitu berterima kasih kepada beliau.

Terima kasih yang tak terhinga buat dosen -dosen saya, terutama pembimbing yang tiada henti bersabar dan tiada lelah memberika n bimbingan dan arahan kepada saya.

Terima kasih juga saya ucapkan kepad a sahabat-sahabat baik yang jauh maupun yang dekat, senantiasa mendoakan dan memberikan semangat setiap harinya.

Terutama untuk teman-teman seangkatan saya yang telah menjadi bagian dari kehidupan saya, berbagi keceriaan, berbagi pengalaman, berbagi senyuman, berbagi ilmu dan tetap menjadi teman hingga sampai sekarang ini.

Terima kasih kepada orang terkasih yang telah menjadi bagian dari terselesaikannya skripsi ini.


(8)

KATA PENGANTAR

س س

ء أ ف ش ا ع اسا اصا

ا ه

ا

جا ص ا ع ه س

Puji syukur senantiasa peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang berjudul “Implementasi manajemen Kurikulum system Full Day School di SMPIT Al-hijrah 2 Lau Dendang”. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam menyelesaikan jenjang pendidikan Strata 1 (S1) pada program studi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

Dalam penyelesaian skripsi ini, walaupun penulis banyak mengalami kesulitan terutama disebabkan kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bimbingan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa tersusunnya skripsi ini bukan hanya atas kemampuan dan usaha penyusun semata, namun juga berkat bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengharapkan dari pembaca apabila adakesalahan agar memberi saran dan kritik kepada penulis untuk karya ilmiah selanjutnya bisa lebih baik. Dan mudah-mudahan skripsi ini bermanfaat sebagai khazanah ilmu pengetahuan, Amiin.tiada yang sempurna selain kesempurnaan Allah swt. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk dijadikan referensi kepada pembaca dalam menyusun skripsi.

Medan, Juni 2017 Penyusun,


(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam penyusunan tugas akhir skripsi ini, peneliti menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran proses penyusunan tugas akhir skripsi. Ucapan terima kasih peneliti haturkan kepada:

1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Dr. H. Amiruddin Siahaan, M.Pd, Sekaligus Dosen Pembimbing I Peneliti. Terima kasih banyak telah membimbing peneliti hingga selesai.

2. Dr. Chandra Wijaya, M.Pd Selaku Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan Islam, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan.

3. Dr. Nurika Khalila Daulay, MA, Selaku Dosen Pembimbing II Peneliti. Terima kasih banyak telah membimbing peneliti hingga selesai.

4. Kepala Sekolah, Guru, Tenaga Administrasi dan Semua Pihak yang membantu di SMP IT Al-hijrah 2 Lau Dendang. Atas bantuan dan kesediaanya dalam memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian ini.

5. Ayah, Ibu dan Saudara/i peneliti, terima kasih atas do‟a, kasih sayang dan perhatiannya selama ini.

6. Sahabat Karib dan Teman-teman Mahasiswa di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan.

7. Semua Pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu yang berperan dalam penyelesaian skripsi ini, saya ucapkan banyak terima kasih.


(10)

Semoga Allah Swt membalas amal kebaikan mereka di dunia dan di akhirat, tidak ada balasan yang setimpal dari penyusun, selain memohon Rahmat Yang Maha Kuasa, semoga mereka selalu dalam taufiq dan hidayah-Nya. Amin


(11)

(12)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

PERSETUJUAN TIM PEMBIMBING...ii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH... vi

ABSTRAK ...vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR LAMPIRAN ...xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Fokus Penelitian ... 7

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Kegunaan Penelitian ... 9

BAB II KAJIAN TEORITIK DAN KERANGKA BERFIKIR A. Konsep Dasar Manajemen ... 10

B. Manajemen Pendidikan... 16

C. Filosofi Pendidikan Islam Terpadu ... 20

D. Devenisi Kurikulum ... 26

E. Konsep Kurikulum dalam Pendidikan ... 28

F. Konsep Dasar Sistem Full Day School ... 30

G. Penelitian yang Relevan ... 36


(13)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penenilitian ... 40

B. Tempat dan waktu Penelitian ... 42

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 42

D. Analisis Data ... 44

E. Pemeriksaan Keabsahan Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Temuan Umum 1) Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMP IT) Al-hijrah 2 Lau Dendang ... 48

2) Visi, Misi dan Tujuan Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMP IT) Al-hijrah 2 Lau Dendang ... 50

B. Temuan Khusus 1) Perencanaan Kurikulum Sistem Full Day School SMP IT Al-hijrah 2 Lau Dendang ... 52

2) Pengorganisasian Kurikulum Sistem Full Day School SMP IT Al-hijrah 2 Lau Dendang ... 55

3) Pelaksanaan Kurikulum Sistem Full Day School SMP IT Al-hijrah 2 Lau Dendang ... 59

4) Pengontrolan Kurikulum Sistem Full Day School SMP IT Al-hijrah 2 Lau Dendang ... 70

C. Pembahasan Hasil Penelitian 1) Perencanaan Kurikulum Sistem Full Day School SMP IT Al-hijrah 2 Lau Dendang ... 73

2) Pengorganisasian Kurikulum Sistem Full Day School SMP IT Al-hijrah 2 Lau Dendang ... 77

3) Pelaksanaan Kurikulum Sistem Full Day School SMP IT Al-hijrah 2 Lau Dendang ... 79

4) Pengontrolan Kurikulum Sistem Full Day School SMP IT Al-hijrah 2 Lau Dendang ... 81

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 84


(14)

DAFTAR PUSTAKA ... 87 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Alumni Pertama SMP IT Al-hijrah 2 Lau Dendang ... 49

Tabel 4.2 Visi SMP IT Al-hijrah 2 Lau Dendang ... 50

Tabel 4.3 Misi SMP IT Al-hijrah 2 Lau Dendang ... 51

Tabel 4.4 Tujuan SMP IT Al-hijrah 2 Lau Dendang ... 51


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman wawancara (kepala sekolah) ... 90

Lampiran 2. Pedoman wawancara (wakil kepala sekolah I) ... 92

Lampiran 3. Pedoman wawancara (wakil kepala sekolah II) ... 94

Lampiran 4. Pedoman wawancara (wakil kepala sekolah III) ... 96

Lampiran 5. Pedoman wawancara (guru) ... 98

Lampiran 6. Catatan dokumentasi blanko Checklist ... 100

Lampiran 7. Pedoman wawancara, observasi dan studi dokumentasi ... 101

Lampiran 8. Catatan lapangan 1 (Field Note 1) ... 103

Lampiran 9. Daftar Inventaris Kelas ... 104

Lampiran 10. Daftar Inventaris UKS ... 106

Lampiran 11. Daftar Inventaris Kantor ... 108

Lampiran 12. Daftar Kekhasan SIT ... 110

Lampiran 13. Kalender Pendidikan Semester Genap T.P. 2016/2017. ... 118

Lampiran 14. Waktu dan Kegiatan Rutin Siswa ... 121

Lampiran 15. Pembagian Tugas Guru ... 122

Lampiran 16. Pembagian Tugas Wali kelas ... 123


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya mewariskan nilai kepada anak yang akan menjadi penolong dan penentu umat manusia untuk menjalani kehidupan dan untuk memperbaiki nasib peradaban umat manusia. Tanpa pendidikan maka diyakini bahwa manusia sekarang tidak berbeda dengan generasi manusia masa lampau. Secara ekstrim bahkan dapat dikatakan bahwa maju mundurnya dan baik buruknya peradaban suatu masyarakat dan bangsa akan ditentukan oleh bagaimana pendidikan dijalani oleh masyarakat dan bangsa tersebut.

Islam adalah agama yang tidak lepas dari pendidikan sebab sejarah Islam berhubungan langsung dengan sejarah pendidikannya. Di masa Rasulullah pendidikan dimuarakan kepada Rasulullah sebagai sumber belajar para sahabat dan berimbas pada perubahan individu para sahabat yang belakangan berimbas pada perubahan kehidupan di Mekah dan Madinah ketika itu. Pada masa khulafaurrasyidin, Islam mulai menata pendidikannya secara berjenjang dan melembaga yang diselenggarakan di kuttab dan mesjid. Pada masa Bani Umayyah, terobosan baru di bidang pendidikan mulai muncul dengan


(18)

penerjemahan-penerjemahan literatur asing ke dalam bahasa Arab ditambah pengenalan metode-metode baru seperti rihlah pada pembelajaran.1

Pengertian pendidikan yang dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.2

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Pengertian dan fungsi pendidikan nasional tersebut menunjukkan bahwa, untuk menyiapkan peserta didik di masa yang akan datang agar kemampuannya berkembang, mutu dan martabatnya meningkat serta sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, maka jalan yang dapat ditempuh salah satunya adalah melalui kegiatan pembelajaran. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta arah tujuan pendidikan nasional, pendidikan dewasa ini dituntut untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, baik dari segi intelektual maupun dari segi keterampilan. Apabila suatu sekolah mampu menghasilkan

1

Suwendi, Sejarah dan Pemikiran Pendidikan Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), h. 7-19

2

Republik Indonesia, “Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 tentang Sistem


(19)

lulusan yang berkualitas, maka sekolah tersebut dapat dikatakan memiliki mutu pendidikan yang baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Ace Suryadi dan Tilaar, bahwa mutu pendidikan merupakan kemampuan sistem pendidikan, baik dari segi pengelolaan maupun dari segi proses pendidikan itu sendiri, untuk meningkatkan nilai tambah dari faktor-faktor input secara efektif, guna menghasilkan output yang setinggi-tingginya.3

Pada kenyataannya, sistem pendidikan nasional yang sudah berjalan puluhan tahun, ternyata belum mampu melahirkan manusia-manusia Indonesia yang bertanggung jawab, jujur, dan memiliki integritas yang tinggi sehingga yang terjadi justru sebaliknya. Pendidikan di Indonesia selama ini belum banyak mengalami perubahan. Krisis moral yang terjadi pada bangsa Indonesia adalah sebagian permasalahan yang harus dicari solusinya. Hal ini dapat diketahui melalui media masa maupun media elektronik, bahkan dapat dilihat secara langsung perilaku penyimpangan yang dilakukan oleh pelajar. Anak yang berani kepada kedua orang tua, penggunaan obat-obatan terlarang, tawuran antar pelajar dan lain sebagainya.

Penanaman nilai, merupakan akar dalam penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu, pola-pola pendidikan hendaknya mengembangkan dan menyadarkan siswa terhadap nilai kebenaran, kejujuran, kebajikan, kearifan dan kasih sayang sebagai nilai-nilai universal yang dimiliki semua agama. Pendidikan juga berfungsi untuk memperkuat keimanan dan ketakwaan secara spesifik sesuai keyakinan agama. Maka, setiap pembelajaran yang dilakukan hendaknya selalu diintegrasikan dengan nilai tersebut, sehingga menghasilkan anak didik yang

3

Ace Suryadi dan Tilaar, Analisi Kebijakan Pendidikan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), h. 108


(20)

berkepribadian utuh yang bisa mengintegrasikan keilmuan yang dikuasai dengan nilai-nilai yang diyakini untuk mengatasi berbagai permasalahan hidup.

Di Indonesia, saat ini kita mengenal berbagai bentuk dan jenis pendidikan Islam seperti Pondok Pesantren, Madrasah, Sekolah Umum bercirikan Islam, Perguruan Tinggi Islam dan jenis-jenis Pendidikan Islam luar sekolah seperti Taman Pendidikan Alqur‟an (TPA), Taman kanak-kanak Alqur‟an (TKA) dan sebagainya. Keberaadaan lembaga-lembaga pendidikan tersebut adalah khazanah pendidikan dan diharapkan dapat membangun sekaligus membudayakan umat Islam di Indonesia secara optimal.

Namun demikian, pendidikan Islam yang bermakna usaha untuk mentransfer nilai-nilai budaya Islam kepada generasi mudanya masih diharapkan pada persoalan dikotomis dalam sistem pendidikannya. Pendidikan Islam bahkan diamati dan disimpulkan terkungkung dalam kemunduran, kekalahan, keterbelakangan, ketidak berdayaan, perpecahan dan kemiskinan, sebagaimana pula yang dialami oleh sebagian besar negara dan masyarakat Islam dibandingkan dengan mereka yang non Islam. Bahkan, pendidikan yang apabila diberikan embel-embel Islam juga berkonotasi kemunduran dan keterbelakangan, meskipun sekarang secara berangsur-angsur banyak diantara lebaga pendidikan Islam telah menunjukkan kemajuan.4

Terkait dengan kenyataan dan persoalan mutu pendidikan di atas, maka perlu dipikirkan penyempurnaan dan perbaikan pendidikan di Indonesia. Pemerintah, sekolah, dan masyarakat perlu mengadakan koreksi terhadap langkah pendidikan yang selama ini dilakukan. Sekolah sebagai tempat formal

4Suryo, “Perbagai Persoalan Pendidikan; Pendidikan Nasional dan Pendidikan Islam di

Indonesia” dalam jurnal Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah IAIN Jogyakarta: “Kajian Tentang Konsep Pendidikan Islam, Problem Dan Prospeknya”, Vol 1 Tahun 1991, h 77


(21)

pelaksanaan pendidikan memiliki tanggung jawab yang besar untuk peningkatan hasil pendidikan. Salah satu langkah perbaikan pendidikan tersebut adalah mencari bentuk pembelajaran yang dapat meningkatkan mutu pendidikan. Bentuk pembelajaran yang mengacu pada peningkatan kemampuan internal siswa dalam merangsang strategi pembelajaran ataupun melaksanakan pembelajaran sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran semaksimal mungkin. Dalam kegiatan pembelajaran perlu dipilih strategi yang tepat agar tujuan pembelajaran dapat dicapai. Pembaharuan pendidikan dalam proses belajar mengajar yang menawarkan sejumlah pembelajaran yang inovatif, perlu terus dilakukan sebagai koreksi terhadap pembelajaran konvensional yang selama ini digunakan.

Seiring dengan dinamika kehidupan yang kian menuntut kecepatan, ketepatan, kewaspadaan, perkembangan intelektual, emosional, spiritual dan kreatifitas siswa, metode konvensional dirasa belum dapat memenuhi kebutuhan pendidikan di masa sekarang dan mendatang. Pada pertengahan tahun 1990, di Indonesia mulai muncul istilah sekolah unggul (excellent schools). Gerakan keunggulan (excellent movement) ini, kemudian dikembangkan oleh pengelola pendidikan di tingkat satuan pendidikan (sekolah) dalam bentuk-bentuk sekolah yang mempunyai trade mark di masyarakat yang corak dan ragamnya kini sedang berkembang.

Salah satu contohnya adalah sekolah full day yang berbasis keislaman. Kondisi ini tak lepas dari semakin meningkatnya kesadaran beragama sekaligus memiliki rasa bangga terhadap sekolah-sekolah yang sebelumnya terpinggirkan. Apalagi output yang dihasilkan sekolah-sekolah Islam terpadu tidak kalah dengan


(22)

sekolah-sekolah unggulan yang selama ini terkesan hanya didominasi sekolah non muslim.

Pada bulan juli 2003 sejumlah praktisi dan pemerhati pendidikan Islam membentuk sebuah wadah bernama Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT). JSIT adalah sebuah lembaga yang berupaya untuk memberdayakan sekolah-sekolah Islam dengan misi utamanya: Islami, efektif dan bermutu.5

Salah satu sekolah Islam Terpadu yang terdapat di Kota Medan adalah Sekolah Menengah Pertama Islam Terpadu (SMP IT) Al-Hijrah 2 yang beralamat di Jl. Perhubungan Desa Lau Dendang Kec. Percut Sei Tuan. SMP IT Al-hijrah 2 didirikan atas dasar permintaan dan kekhawatiran orang tua siswa akan rusaknya moral para pelajar di masa sekarang ini. Dari permintaan orang tua alumni SD IT tahun 2008/2009 maka dilaksanakan rapat sekaligus meminta komitmen orangtua/wali murid agar dapat mendukung terlaksannya proses belajar mengajar di SMP IT Al Hijrah. Pada tahun 2009 resmi dibuka pendaftaran di SMP IT Al Hijrah.

SMP IT Al-hijrah 2 selain menambahkan kata “Islam” juga menambahkan kata “Terpadu” karena memadukan Kurikulum Pendidikan Nasional, yaitu KTSP dan Departemen Agama. Karena SMP IT ini adalah salah satu sekolah Islam yang termasuk dalam Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT), maka kurikulum yang digunakan juga kurukulum JSIT.

Dilihat pada latar belakang masalah tersebut dan berdasarkan kenyataan ini, penulis akan melakukan penelitian tentang:

5

Yahya Muhaimin, Reformasi Pendidikan Nasional dan Majalah Dwiwulan BPK Midyawarta No. 69/Thn.XII Thn. 2000, h. 1


(23)

IMPLEMENTASI MANAJEMEN KURIKULUM SISTEM FULL DAY SCHOOL DI SMP IT AL-HIJRAH 2 LAU DENDANG KEC. PERCUT

SEI TUAN KAB. DELI SERDANG 2016/2017

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas dapat diperoleh identifikasi masalah antara lain:

1. Konsep manajemen kepala sekolah yang harus berorientasi pada mutu kualitas bukan pada kuantitas.

2. Perlunya sistem pembelajaran yang mampu menanamkan kebiasaan hidup mandiri, terampil dan menjunjung tinggi nilai-nilai moralitas.

3. Manajemen Sumber Daya Manusia dalam menyelenggarakan pendidikan untuk dapat menyelaraskan majunya ilmu tekhnologi.

4. Perlu adanya koreksi terhadap dikotomis ilmu dalam sistem pendidikan di Indonesia.

5. Penyempurnaan dan perbaikan dalam penyelenggaraan pendidikan untuk dapat menyelaraskan majunya perkembangan zaman.

C. Fokus Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dikemukakan bahwa permasalahan tersebut sangat luas dan karena keterbatasan waktu, biaya dan kemampuan peneliti, maka permasalahan ini akan peneliti batasi mengenai “Implementasi Manajemen Kurikulum Sistem Full Day School di SMP IT Al-Hijrah 2 Lau Dendang”.


(24)

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Perencanaan Kurikulum Sistem Full Day School di SMP IT Al-hijrah 2 Lau Dendang?

2. Bagaimana Pengorganisasian Kurikulum Sistem Full Day School di SMP IT Al-hijrah 2 Lau Dendang?

3. Bagaimana Pelaksanaan Kurikulum Sistem Full Day School di SMP IT Al-hijrah 2 Lau Dendang?

4. Bagaimana Pengawasan Kurikulum Sistem Full Day School di SMP IT Al-hijrah 2 Lau Dendang?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

1. Perencanaan Kurikulum Sistem Full Day School di SMP IT Al-hijrah 2 Lau Dendang.

2. Pengorganisasian Kurikulum Sistem Full Day School di SMP IT Al-hijrah 2 Lau Dendang.

3. Pelaksanaan Kurikulum Sistem Full Day School di SMP IT Al-hijrah 2 Lau Dendang.

4. Pengawasan Kurikulum Sistem Full Day School di SMP IT Al-hijrah 2 Lau Dendang.

F. Kegunaan Penelitian


(25)

1. Kegunaan Teoritis

a. Sebagai sumbangsih dalam pengembangan ilmu pengetahuan

khususnya ilmu manajemen yang berkaitan dengan Kurikulum Sistem Full Day School.

b. Sebagai bahan referensi bagi peneliti berikutnya dalam topik yang relevan.

2. Kegunaan Praktis

a. Dapat meningkatkan kualitas lembaga secara khusus SMPIT Al-hijrah 2 dalam kemampuan mengelola kepala sekolah berkaitan dengan memanajemen kurikulum sistem Full Day School di Sekolah. b. Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangsih pemikiran guna

memperbaiki kualitas pengelolaan di SMPIT Al-hijrah 2 Lau Dendang.


(26)

10

BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN KERANGKA BERFIKIR

A. Konsep Dasar Manajemen 1) Pengertian Manajemen

Secara etimologis manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu kata Manus yang berarti tangan dan egere yang berarti melakukan. Kata-kata tersebut digabung menjadi kata kerja managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan dalam bahasa Inggris menjadi to manage, dengan kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan kegitan manajemen. Akhirnya menjadi management diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen atau pengelolaan.6

Dalam sudut pandang Islam, manajemen di istilahkan dengan menggunakan kata at-Tadbir (pengaturan).7 Kata ini merupakan derivasi dari kata dabbara (mengatur) yang banyak terdapat dalam Al Qur‟an seperti firman Allah Swt:

إ ء

ا أ أأا ب

س فأ أ ا أ أ ف أ إ ج أ ث ضأ أأا

Artinya: “Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadanya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (As Sajdah : 05)”.

6

Husain Usman, Managemen Teori Praktik dan Riset Pendidikan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), h. 3

7


(27)

11

Dari isi kandungan ayat di atas dapat diketahui bahwa Allah swt adalah pengatur alam (Al Mudabbir/manager). Keteraturan alam raya ini merupakan bukti kebesaran Allah swt dalam mengelola alam ini. Namun, karena manusia yang diciptakan Allah SWT telah dijadikan sebagai khalifah di bumi, maka diaharus mengatur dan mengelola bumi dengan sebaik-baiknya sebagaimana Allah mengatur alam raya ini. Secara umum terdapat tiga fokus untuk mengartikan manajemen, yaitu:

a. Manjemen sebagai suatu kemampuan atau keahlian yang selanjutnya menjadi cikal bakal manajemen sebagai suatu profesi. Manajemen sebagai suatu ilmu menekankan perhatian pada kemampuan/keterampilan manajerial yang diklasifikasikan menjadi kemampuan/keterampilan teknilkal, manusiawi dan konseptual.

b. Manajemen sebagai proses yaitu dengan menentukan langkah yang sistematis dan terpadu sebagai aktivitas manajemen.

c. Manjemen sebagai seni tercemin perbedaan gaya (style) seseorang dalam menggunakan atau memberdayakan orang lain untuk mencapai tujuan.8

Beberapa ahli mengemukakan pendapat mereka tentang pengertian manajemen. Federick Taylor dalam Jawahir memberikan rumusan manajemen sebagai berikut: “Management, the art of management is defined as knowing exactly what you want to do and the seeing that they do it it the best and cheapest way”.9

Dalam pandangan Taylor manajemen dikategorikan sebagai suatu seni, berdasarkan pandangan bahwa dalam mencapai sesuatu tujuan diperlukan kerjasama dengan orang lain dan diperlukan cara, kiat dan seni sehingga orang lain tersebut mau bekerja sama dengan baik dan senang hati.

8

Yati Mulyati dan Aan Komariah, Manajemen sekolah, dalam manajemen pendidikan Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 86

9

Jawahir Tanthowi, Unsur-unsur Manajemen Menurut Ajaran Al Qur’an (Jakarta: Pustaka Al Husna, 1983), h. 10


(28)

Sedangkan Paul W. Thurston sebagaimana dikutip oleh Bafadal mendefinisikan manajemen, yaitu: “Process of working with and trough others to accomplish oragnizational goals efficiently”. Pengertian manajemen sebagaimana dikemukakan diatas dipahami sebagi proses bekerja dengan dan melalui (mendaya gunakan) orang lain untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.10

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dipahami bahwa manajemen merupakan proses kerjasama antara individu dalam organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. Orang yang menjalankan proses manajemen adalah manajer. Manajer adalah seseorang yang mendukung aktivitas dan bertanggung jawab bagi terwujudnya pekerjaan dengan orang lain.

2) Unsur-Unsur Manajemen

Dalam pencapaian tujuan manajemen, terdapat unusr-unsur yang merupakan komponen utama untuk mendukung tercapainya tujuan manajemen. Ada beberapa pandangan yang menjelaskan unsur-unsur manajemen.

Kast menyebutkan adanya dua unsur dasar manajemen, yaitu: (a) Men atau sumber daya manusia dan (b) Materialas atau alat-alat pendukung.

Terry mengemukakan bahwa unsur dasar (basic elements) yang merupakan sumber yang dapat digunakan (available resoutces) untuk mencapai tujuan dalam manajemen adalah: (1) Men atau manusia, (2) Money atau uang, (3) Machine atau mesin, (4) Methods atau metode/cara, (5) Materials atau barang-barang”.11

(6) Market atau pasar.

10

Ibrahim Bafadal, Manajemen peningkatan Mutu Sekolah Dasar (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), h. 41

11


(29)

13

Selain kelima unsur diatas terdapat yang keenam dari manajemen yaitu “Market”. Unsur-unsur manajemen tersebuat biasanya dikenal dengan istilah “6M didalam manajemen” (The Six M’s in Management ). Berikut adalah uraian singkat menganai enam unsur manajemen tersebut.12

1. Men (manusia), dalam kegiatan manajemen pada setiap organisasi, faktor manusia adalah yang paling menentukan. Titik pusat penentu dalam kegiatan manajemen adalah manusia, sebab manusia membuat tujuan dan dia pulalah yang melakukan proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2. Money (uang), dalam dunia modern yang merupakan faktor yang penting sebagai alat tukar pengukur nilai suatu usaha. Suatu perusahaan yang besar diukur juga dari jumlah uang berputar pada perusahaan itu. Tetapi yang menggunakan uang tidak hanya perusahaan saja, instansi pemerintah dan yayasan-yayasan juga menggunakannya. Jadi uang diperlukan pada setiap kegiatan manusia untuk mencapai tujuannya.

3. Machine (mesin), dalam setiap organisasi. Peranan mesin sebagai alat pembantu kerja sangat diperlukan. Mesin dapat meringankan dan memudahkan dalam melaksanakan pekerjaan. Hanya yang perlu diingat bahwa penggunaan mesin sangat tergantung pada manusia, bukan manusia yang tergantung atau bahkan diperbudak oleh mesin. Mesin itu sendiri tidak akan ada kalau tidak ada yang menemukannya, sedangkan yang menemukan adalah manusia. Mesin dibuat adalah untuk mempermudah atau membantu tercapainya tujuan hidup manusia.

4. Methods (metode/cara), metode diperlukan dalam setiap kegiatan manajemen yaitu dalam kegiatan, perencanaa, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan. Dengan cara kerja yang baik akan memperlancar dan mempermudah pelaksanaan pekerjaan.

5. Materials (barang-barang), manusia tanpa material atau bahan-bahan tidak akan dapat mencapai tujuan yang dikehendakinya, sehingga unsur material dalam manajemen tidak dapat diabaikan.

6. Market (pasar), bagi suatu organisasi perusahaan, setelah produk diselesaikan atau diproses maka pemasaran produk yang dihasilkan sudah barang tentu sangat penting bagi kelangsungan proses produksi dari perusahaan itu sendiri. Proses produksi suatu barang akan berhenti apabila barang-barang yang diproduksi tidak laku atau tidak diserap oleh konsumen. Dengan perkataan lain pasar sangat penting untuk dikuasai demi kelangsungan proses kegiatan perusahaan atau industri. Oleh karena itu penguasaan pasar untuk mendistribusikan hasil-hasil produksi agar sampai kepada konsumen merupakan hal yang menentukan dalam aktivitas manjemen.

12


(30)

3) Fungsi-Fungsi Manajemen

Fungsi-fungsi manajemen yaitu: Planning, Organizing, Actuating dan Controlling.13

1. Perencanaan

Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapai, berapa lama, berapa orang yang diperlukan dan berapa banyak biayanya.14Setiap rencana yang dihasilkan akan memberikan sumbangsih terhadap pencapaian tujuan organisasi.15

Dalam setiap perencanaan selalu terdapat tiga kegiatan yang meskipun dapat dibedakan, tetapi tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya dalam proses perencanaan. Ketiga kegiatan itu adalah:

1) Perumusan tujuan yang ingin dicapai

2) Pemilihan program untuk mencapai tujuan itu

3) Identifikasi dan pengarahan sumber yang jumlahnya selalu terbatas.16 Perencanaan yang baik dilakukan untuk mencapai: 1) “Protective

benefits” yaitu menjaga agar tujuan-tujuan, sumber dan teknik/metode memiliki relevansi yang tinggi dengan tuntutan masa depan sehingga dapat mengurangi resiko keputusan. 2) “Positive benefits” yaitu produktivitas dapat meningkat sejalan dengan dirumuskannya rencana yang komprehensif dan tepat.17

13

G. R. Terry & L.W. Rue, Asas-Asas Manajemen, Terj. Winardi, (Bandung: Alumni Press, (1986), h. 5

14

B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), Cet.2, h.16

15

Agus Subardi, Pengantar Manjemen, (Yogyakarta: UUP AMP YPKN, 1997), hlm. 50 16

Nanang Fatah. Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2008), h. 24

17

Prof. Dr. H. Engkoswara Dan Dr. Hj. Aan Komariah, M.Pd., Administrasi Pendidikan h. 133


(31)

15

Mengenai pentingnya suatu perencanaan, ada beberapa konsep yang tertuang dalam Al Qur‟an dan Al Hadist. Di antara ayat Al Quran yang terkait dengan fungsi perencanaan adalah Surah Al Hasyr: 59 ayat 18.

خ َ إ َ ا ا غ أ

سأ أ

أ َ ا ا ا آ ا أ

ب

أ

٨١

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.18

Perencanaan yang baik akan dicapai dengan mempertimbangkan kondisi di waktu yang akan datang dalam mana perencanaan dan kegiatan yang akan di putuskan akan dilaksanakan, serta periode sekarang pada saat rencana dibuat.

Perencanaan merupakan aspek penting dari pada manajemen. Keperluan merencanakan ini terletak pada kenyataan bahwa manusia dapat mengubah masa depan menurut kehendaknya. Manusia tidak boleh menyerah pada keadaan dan masa depan yang menentu tetapi menciptakan masa depan itu. Masa depan adalah akibat dari keadaan masa lampau. Keadaan sekarang dan disertai dengan usaha– usaha yang akan dilaksanakan.

2. Pengorganisasian

Pengorganisasian dapat dipahami sebagai keseluruhan aktifitas manajemen dalam pengelompokan orang-orang serta penetapan tugas, fungsi, wewenang serta

18

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’anul Karim (Bandung: Sygma, 2005), h. 545


(32)

tanggung jawab masing-masing dengan tujuan terciptanya aktifitas yang berdaya guna dan berhasil dalam mencapai tujuan yang ditetapkan.19

3. Penggerakkan

Tindakan yang mengupayakan supaya seseorang atau suatu kelompok mau bekerja dengan senang hati untuk melakukan tugas pekerjaannya, sesuai dengan tugas dan wewenang, untuk mencapai tujuan yang dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini, penggerakkan tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan dengan menggunakan berbagai sumberdaya organisasi, melalui kemampuan memimpin, memberi motivasi, berkomunikasi, menciptakan iklim dan budaya organisasi yang kondusif menjadi kunci pergerakan.

4. Pengawasan

Pengawasan merupakan tindakan terakhir yang dilakukan para manajer pada suatu organisasi. Dengan pengawasan diharapkan penyimpangan dalam berbagai hal dapat dihindari sehingga tujuan dapat tercapai. Apa yang direncanakan dijalankan dengan benar sesuai hasil musyawarah dan pendaya gunaan sumberdaya material yang akan mendukung terwujudnya organisasi.

B. Manjemen Pendidikan

1. Manajemen Pendidikan

Menurut Prof. M. J. Langeveld pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap

19

M. Manulang, Dasar-Dasar Manajemen, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2002), h. 10


(33)

17

melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.20

Istilah manajemen dipahami juga sebagai proses pengelolaan. Dalam dunia pendidikan, proses pengelolaan juga diaplikasikan secara akrab dalam menjalankan tugas operasional dan strategis sekolah. Manajemen pendidikan adalah manajemen yang diterapkan dalam pelaksanaan dan pengembangan pendidikan. Dalam hal ini manajemen pendidikan merupakan seni dan ilmu dalam mengelola sumberdaya pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan.21

Dalam konteks ini dapat dikemukakan bahwa manajemen pendidikan artinya pengelolaan terhadap semua kebutuhan institusional dalam pendidikan dengan cara yang efektif dan efisien. Manajemen pendidikan di sekolah sebagai salah satu komponen dari sistem sekolah yang mencakup guru, siswa, pegawai, kurikulum, sarana-prasarana, lingkungan, iklim dan budaya sekolah, semua berfungsi dan berinteraksi sehingga berkontribusi dalam mencapai tujuan pendidikan. Tegasnya manajemen pendidikan adalah aktivitas-aktivitas untuk mencapai suatu tujuan atau proses penyelenggaraan kerja untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan dalam pendidikan.22

Manajemen pendidikan pada dasarnya adalah usaha-usaha yang yang berhubungan dengan aktivitas pendidikan yang di dalamnya terjadi proses mempengaruhi, memotivasi kreativitas anak didik dengan menggunakan alat-alat pendidikan, metode, media, sarana dan prasarana yang diperlukan dalam

20

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 2

21

Muhaimin, Suti‟ah, Dan Sugeng Listyo Prabowo, Manajemen Pendidikan: Aplikasinya Dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah, (Jakarrta: Prenada, 2009), h. 5

22


(34)

melaksanakan pendidikan. Salah satunya berkaitan langsung dengan para pendidik, yaitu orang-orang yang berprofesi sebagai penyimpan materi pendidikan pada anak-anak.

Aktivitas manajerial pendidikan secara khusus berkenaan dengan pemeliharaan dan pengembangan sumber daya, yaitu: Pertama, manusia (seleksi, rancangan pekerjaan, manajemen kinerja, perencanaan karir, pelatihan, proyek dan pembinaan). Kedua, material (perkiraan, pengawasan stok, manajemen aset), dan Ketiga, pembiayaan (pembuatan anggaran, pengawasan biaya, sumber biaya, analisis keuntungan/biaya).23

Dalam konteks ini manajemen atau pengelolaan pendidikan adalah proses pengintegrasian sumber daya melalui pelaksanaan proses dan fungsi manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengendalian untuk tercapai tujuan pendidikan. Pencapaian tujuan adalah tujuan formal pendidikan dan tujuan individu dalam memikul tanggung jawab menggerakkan dan memajukan lembaga pendidikan.

Pentingnya pengelolaan atau manajemen efektif dalam organisasi pendidikan semakin banyak mendapat pengakuan dari berbagai pihak. Ternyata penelitian tentang efektivitas sekolah dan perbaikan sekolah menunjukkan bahwa mutu kepemimpinan dan manjemen merupakan salah satu variabel terpenting ntuk membedakan antara sekolah yang berhasil dengan yang tidak berhasil.

Dalam hal ini manajemen pendidikan di sekolah memang harus difokuskan kepada pelayanan atas stakeholders pendidikan itu sendiri. Stakeholders sekolah/madrasah paling tidak terdiri atas siswa dan orang tua siswa,

23

K. B Everard, Geofrey Morris dan Ian Wilson, Effective School Management, (London: Paul Chapman Publishing, 2004), h. 7


(35)

19

tokoh masyarakat, pemerintah, pendiri dan pemilik madrasah, para alumni, guru dan para pegawai.24

Secara mikro, manajemen pendidikan memfokuskan wilayah garapannya pada manajemen sekolah secara mikro. Adapun manajemen sekolah adalah pusat pelaksanaan berbagai rencana pengajaran dan tempat mewujudkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan oleh manajemen pendidikan. Jadi fungsi manajemen sekolah memainkan peran besar dalam mendorong proses pengajaran menuju jenjang lebih tinggi yang sekaligus memajukan masyarakat. Manajemen pendidikan di sekolah mempersiapkan input bagi pendidikan tinggi yang lebih

kompetitif untuk dibina dan dikembangkan melalui peran stategis

akademik/politeknik, sekolah tinggi, insitut dan universitas.

Tujuan manajemen pendidikan adalah untuk memfasilitasi pembelajaran siswa sebagai sebuah bentuk proses pembelajaran. Dalam konteks ini, manajemen pendidikan berfungsi dalam spektum yang menghasilkan perencanaan, pengorganisasian, komunikasi, koordinasi, kepemimpinan, penggerakan dan pengawasan proses pendidikan. Semua fungsi tersebut dijalankan oleh para manajer, perencana, pimpinan, pelaksana dan pengawas pendidikan pada berbagai lembaga, kantor-kantor dan unit-unit birokrasi pelaksana dan pengembang lembaga pendidikan nasional sebagaimana di atur dalam peraturan dan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah.25

Dengan begitu manajemen pendidikan menyediakan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sekolah, sedangkan kepemimpinan memudahkan personil

24

Muhaimin, Suti‟ah, Dan Sugeng Listyo Prabowo, Manajemen Pendidikan: Aplikasinya Dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah, (Jakarrta: Prenada, 2009), h. 25

25

Bush dan Coleman, Manajemen Mutu Kepemimpinan Pendidikan, terjemahan, (Yogyakarta: IRCISoD, 2012), h. 20


(36)

sekolah untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan strategi sehingga tugas pokok dan fungsi terlaksana secara maksimal, efektif, efisien, dan berkualitas.

C. Filosofi Pendidikan Islam Terpadu 1. Hakikat Pendidikan

Ajaran agama Islam sangat luas dan komprehensif serta saling terkait satu dengan yang lain. Perspektif Islam tentang pendidikan tidak dapat dilepaskan dari hakikat dan tujuan penciptaan manusia. Islam menegaskan bahwa misi penciptaan manusia dalah untuk dan dalam rangka menunaikan misinya yang suci (risalatul insan), yakni menunaikan amanah ke-khalifah-an di atas muka bumi. Menunaikan ke-khalifah-an berarti memimpin, mengelola dan memelihara hidup serta kehidupan untuk mendapat tujuan kedamaian, keharmonisan dan kesejahteraan yang merupakan wujud dari kasih sayang Allah SWT (rahmatan lil’alamin).26 Allah SWT dengan tegas menyatakan misi kerisalahan manusia dalam Al Qur‟an, surah (Al Baqarah: 1, 30).

خ ضأ أا ف ع ج إ ئا أ ب أ إ

٠٣

Artinya:

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: sesungguhnya aku

hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”.27

Dengan demikian, pendidikan dalam pandangan Islam adalah segala upaya yang dilakukan untuk mempersiapkan manusia agar memiliki kesadaran,

26

Hidayat Nur wahid, Standar Mutu Kekhasan Sekolah Islam Terpadu, h. 1 27

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’anul Karim(Bandung: Sygma, 2005), h. 6


(37)

21

kemampuan dan tanggung jawab untuk menjalankan misi ke-khalifah-an tersebut. Hakikat pendidikan dalam pandangan Islam bertujuan mengembangkan seluruh potensi baik (fitrah) anak manusia agar mereka mampu memakmurkan kehidupan dalam tatanan hidup bersama dengan aman, damai dan sejahtera. dalam kongres pendidikan Islam sedunia yang ke-2 tentang pendidikan Islam yang diselenggarakan pada 1980 di Islamabad, telah disepakati rumusan tentang tujuan pendidikan Islam yaitu:

Tujuan pendidikan Islam adalah untuk mencapai keseimbangan pertumbuhan kepribadian manusia secara menyeluruh dan seimbang yang dilakukakn melalui latihan jiwa, akal pikiran (intelektual), diri manusia yang rasional dan perasaan indera. Oleh karena itu pendidikan hendaknya mencakup pengembangan seluruh aspek fitrah peserta didik: aspek spiritual, intelektual dan imajinasi, fisik, ilmiah, bahasa, baik secara individual maupun kolektif dan mendorong semua aspek tersebut berkembang kearah kebaikan dan kesempurnaan. Tujuan terakhir pendidikan muslim terletak perwujudan kedudukan yang sempurna kepada Allah, baik secara pribadi, komunitas maupun seluruh umat manusia.28

Rasulullah Saw.diutus oleh Allah SWT dengan deklarasi awal yang sangat fenomenal yaitu perintah membaca melalui turunnya permulaan ajaran Islam yang ditandai dengan turunnya wahyu pertama, dalam Alqur‟an Surah (Al‟alaq: 96, 1 -5)

خ ا ب أس ب أأ أ ا

٨

ع أ

أْا خ

٢

أ أأا ب أأ أ ا

٠

أ ب ع ا

أ أ أ

أْا ع

28


(38)

Artinya:

“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah

menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, yang mengajarkan (manusia) dengan perantaran kolam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.29 Pesan yang sangat jelas, tegas, lugas dan cerdas dalam upaya membangunkan masyarakat yang bodoh menjadi ummat yang mulia (minal zulumatil jahiliyah ila nuril islam).

Islam mengarahkan kepada ummatnya, bahwa tujuan dan hakikat pendidikan seharusnya membentuk anak-anak (generasi) menjadi pemimpin bagi orang-orang yang bertaqwa. Karakter kepemimpinan adalah muara dari segala kemampuan, kepribadian, keterampilan dan segala sifat-sifatnya yang produktif yang difungsikan bagi kemaslahatan orang-orang bertaqwa.30

Oleh karena itu, pendidikan Islam menempati posisi yang sangat sentral dan strategis yang memerlukan upaya yang sungguh-sungguhh (effort) dan pengerahan sumber daya yang cukup. Pendidikan dalam Islam tidak dapat dilepaskan dari doktrin ajaran Islam yang mencari karunia ilmu yang terbentang dijagad raya ini.

Tujuan pendidikan Islam bertumpu pada dua pilar, yaitu pilar pendekatan diri kepada Allah: mengantarkan manusia menuju pengenalan dan kemudian pendekatan diri kepada tuhan pencipta alam. Pilar yang kedua adalah pengembangan kemampuan sesuai dengan bakat dan kecendrungannya. Tujuan pendidikan Islam menjadikan setiap individu menjadi warga negara dan warga

29

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’anul Karim(Bandung: Sygma, 2005), h. 597

30


(39)

23

dunia yang memahami segala hak dan kewajiban mereka dalam kerangka hidup bersama dan berperadaban.

Mutu proses belajar (learning process) sangat bergantung kepada proses mengajar (teaching process). Mengajar mampu menumbuhkan inspirasi belajar di dalam kelas dan membangkitkan motivasi peserta didik untuk mengerjakan tugas-tugas rumah (homework). Proses belajar hendaknya melibatkan penggunaan pikiran, bukan sekedar ingatan. Belajar adalah menemukan sesuatu dimana siswa adalah subjek utama pembelajar, bukan guru. Discovery learning adalah proses mental dimana siswa siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Proses mental maliputi aktivitas: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dalam pengembangan proses pembelajaran, perlu memperhatikan masalah individual differences.31

2. Sekolah Islam Terpadu

Sekolah Islam Terpadu (SIT) pada hakikatnya adalah sekolah yang mengimplementasikan konsep pendidikan Islam berlandaskan Al Qur’an dan As Sunnah. Konsep operasional SIT merupakan akumulasi dari proses pembudayaan, pewarisan dan pengembangan ajaran agama Islam, budaya dan peradaban Islam dari generasi ke generasi. Istilah terpadu dalam SIT dimaksudkan sebagai penguat (taukid) dari Islam itu sendiri. Maksudnya adalah Islam yang utuh, menyeluruh, integral bukan parsial, syumuliah bukan juz’iyah.

Hal ini menjadi semangat utama dalam gerak dakwah di bidang pendidikan ini sebagai “perlawanan” terhadap pemahaman sekuler, dikotomi dan

31


(40)

juz’iyah. Dalam aplikasinya SIT diartikan sebagai sekolah yang menerapkan pendekatan penyelenggaraan dengan memadukan pendidikan umum dan pendidikan agama menjadi satu jalinan kurikulum. Dengan pendekatan ini semua mata pelajaran dan semua kegiatan sekolah tidak lepas dari bingkai ajaran dan pesan nilai Islam. Tidak ada dikotomi, tidak ada keterpisahan, tidak ada “sekularisasi” dimana pelajaran dan semua bahasan lepas dari nilai dan ajaran Islam, ataupun “sakralisasi” dimana Islam diajarkan terlepas dari konteks kemaslahatan kehidupan masa kini dan masa depan. Palajaran umum seperti: Matematika, IPA, IPS, bahasa, jasmani/kesehatan, keterampilan dibingkai dengan pijakan, panduan dan panduan Islam. Sementara dipelajaran agama kurikulum diperkaya dengan pendekatan konteks kekinian dan kemaslahatan.32

Di dalam SIT juga ditekankan keterpaduan dalam metode pembelajaran sehingga dapat mengoptimalkan ranah kognitif, afektif dan konatif. Implikasi dari keterpaduan ini menuntut pengembangan pendekatan proses pembelajaran yang kaya, fariatif dan menggunakan media serta sumber belajar yang luas dan luwes. Metode pembelajaran menekankan penggunaan dan pendekatan yang memicu dan memacu optimalisasi pemberdayaan otak kiri dan otak kanan. Dengan pengertian ini, seharusnya pembelajaran di SIT dilaksanakan dengan pendekatan berbasis (a) problem solving yang melatih peserta didik berfikir kritis, sistematis, logis dan solitif, (b) berbasis kreatifitas yang melatih peserta didik untuk berfikir orisinal, luwes (fleksibel), lancar dan imajinatif. Keterampilan melakukan berbagai kegiatan yang bermanfaat dan penuh maslahat bagi diri dan lingkungannya.

32


(41)

25

Sekolah Islam Terpadu juga memadukan pendidikan aqliyah, ruhiyah dan jasadiyah. Artinya SIT berupaya mendidik peserta didik menjadi anak yang berkembang kemampuan akal dan intelektualnya, meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT. Terbina akhlak mulia dan memiliki kesehatan, kebugaran dan keterampilan dan partisipasi aktif lingkungan belajar yaitu: sekolah, rumah dan masyarakat. SIT berupaya mengoptimalkan dan singkronisasi peran guru, orang tua dan masyarakat dalam proses pengelolaan sekolah dan pembelajaran sehingga terjadi sinergi yang konstruktif dalam pembangunan kompetensi dan karakter peserta didik. Orang tua dilibatkan secara aktif untuk memperkaya dan memberikan perhatian yang memadai dalam proses pendidikan putra-putri mereka. Selain itu kegiatan kunjungan atau interaksi ke luar sekolah merupakan upaya untuk mendekatkan peserta didik terhadap dunia nyata yang ada di masyarakat.33

Dengan sejumlah pengertian diatas, dapatlah ditarik suatu pengertian umum yang komprehensif bahwa SIT adalah sekolah Islam yang diselenggarakan dengan memasukan secara integrative nilai dan ajaran Islam dalam bangunan kurikulum dengan pendekatan pembelajaran yang efektif dan perlibatan yang optimal dan koperatif antara guru dan orang tua, serta masyarakat untuk membina karakter dan kompetensi peserta didik.

D. Defenisi Kurikulum

33


(42)

Secara etimologi atau asal kata, istilah kurikulum merupakan serapan dari bahasa Yunani. Yang awalnya digunakan dalam dunia olah raga, berasal dari kata “curir” artinya pelari. Sementara “curere” artinya ditempuh atau berpacu. Yaitu jalan yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Kurikulum menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 kurikulum ialah: “Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.”34

Konsep kurikulum sudah ada sejak zaman Yunani kuno, yakni kumpulan beberapa mata pelajaran yang harus disampaikan oleh guru dan dipelajari oleh siswa. Mendasarkan pada makna yang terkandung dari beberapa uraian diatas, kurikulum sebagai program pendidikan harus mencakup: (1) sejumlah mata pelajaran atau organisasi pengetahuan; (2) pengalaman belajar atau kegiatan belajar; (3) program belajar untuk siswa (plan for learning) untuk siswa; (4) Hasil belajar yang diharapkan. Dari rumusan tersebut kurikulum diartikan sebagai program dan pengalaman belajar serta hasil-hasil belajar yang diharapkan. Rumusan ini juga mengandaikan bahwa kurikulum diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan yang tersusun secara sistematis yang diberikan kepada siswa dibawah tanggung jawab sekolah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan pribadi dan kompetensi sosial siswa.35

Seiring dengan perubahan zaman, pengertian kurikulum berubah. Pandangan lama, atau sering juga disebut pandangan tradisional, merumuskan

34

Lias Hasibuan, Kurikulum dan Pemikiran Pendiidkan (Jakarta: Gaung Persada, 2010), h. 2

35

I Made Kartikasari, Pengertian, Peranan dan Fungsi Kurikulum, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), hal. 1


(43)

27

bahwa kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh murid untuk memperoleh ijazah. Pengertian tadi mempunyai implikasi sebagai berikut: (1) Kurikulum terdiri atas sejumlah mata pelajaran; (2) Mata pelajaran adalah sejumlah informasi atau pengetahuan, sehingga penyampaian mata pelajaran pada siswa akan membentuk mereka menjadi manusia yang mempunyai kecerdasan berfikir; (3) Mata pelajaran yang menggambarkan kebudayaan masa lampau; (4) Tujuan mempelajari mata pelajaran adalah untuk memperoleh ijazah; (5) Adanya aspek keharusan bagi setiap siswa untuk mempelajari mata pelajaran yang sama; (6) Sistem penyampaian yang digunakan oleh guru adalah sistem penuangan (imposisi).36

Definisi Kurikulum Menurut Hilda Taba, “A curriculum usually contains a statement of aims and of specific objectives; it indicates some selection and organization of content; it either implies or manifests certain patterns of learning and teaching, whether because the objectives demand them or because the content organization requires them. Finally, it includes a program of evaluation of the

outcomes”.37

Pengertian kurikulum menurut Hilda Taba menekankan pada tujuan suatu statemen, tujuan-tujuan khusus, memilih dan mengorganisir suatu isi, implikasi dalam pola pembelajaran dan adanya evaluasi.

36

Juliper Simanjuntak, Pengertian Peranan dan Fungsi Kurikulum, (Bandung: Angkasa Bandung, 1993), h. 4

37


(44)

Definisi Kurikulum Menurut Inlow “Kurikulum adalah usaha menyeluruh yang dirancang oleh pihak sekolah untuk membimbing murid memperoleh hasil pembelajaran yang sudah ditentukan.”38

E. Konsep Kurikulum Dalam Pendidikan

Pengertian dan konsep kurikulum dalam pandangan John Dewey, kurikulum merupakan rekonstruksi yang berkelanjutan. Dimulai dari pengalaman yang dimiliki murid kemudian direpresentasikan dalam pelajaran. Berdasar wawasan Dewey, bisa ditarik kesimpulan bahwa rujukan utama penyusunan kurikulum adalah berakar dari pengalaman masing-masing siswa. Pendapat John Dewey ini juga diamini oleh beberapa pakar hingga tahun 1957. Hampir semua pakar kurikulum sepakat bahwa sumber kurikulum adalah pada pengalaman siswa.

Pandangan baru mengenai kurikulum terlihat dari pendapat Ronald C. Doll yang menyatakan bahwa ruang lingkup kurikulum semakin luas. Termasuk dalam hal isi dan proses kurikulum yang semakin melebar, pemaknaan tentang pengalaman siswa juga ikut melebar, yaitu mencakup pengalaman di sekolah, di rumah, atau pun di masyarakat.39

Berbeda dan lebih jauh dari ahl di atas, Zais memberikan pandanganya tentang ruang lingkup kurikulum. Bahwa kurikulum mencakup dua hal. Yaitu materi pembelajaran dan prosedur dalam proses pembelajaran. Sehingga

38

http://rinosusilodewantara.blogspot.co.id/2010/02/pengertian-dan-definisi-kurikulum-dalam.html. Diakses pada 28 Desember 2016.

39

Sukadinata, Pengembangan dan Inovasi Kurikulum, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1993), h.4


(45)

29

kurikulum sudah dianggap memiliki kedudukan sentral dalam proses pembelajaran.

Konsep kurikulum dalam arti luas atau modern tidak hanya mencakup tentang rencana pembelajaran saja. Akan tetapi juga mencakup tentang segala sesuatu yang nyata yang terjadi dalam proses pendidikan di sekolah, baik di dalam ataupun di luar kelas. Maka kurikulum bisa diartikan juga sebagai entitas pendidikan yang mengatur tentang kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler.40

Pengertian-pengertian dan gagasan-gagasan baru tentang kurikulum akan selalu muncul seiring perkembangan zaman. Teori-teori baru akan muncul karena manusia pemikir pendidikan memang tidak akan pernah merasa puas pada satu hakikat saja. Para ahli-ahli baru dalam bidang pendidikan akan muncul dan membawa serta teor-teori baru pendidikan.

Secara konseptual kurikulum secara garis besar mempunyai tiga ranah, yaitu: kurikulum sebagai substansi, kurikulum sebagai sistem, dan kurikulum sebagai bidang studi.41

Pertama, kurikulum sebagai substansi, yaitu kurikulum dipandang sebagai rencana pendidikan di sekolah atau sebagai suatu perangkat tujuan yang ingin dicapai. Suatu kurikulum digambarkan sebagai dokumen tertulis yang berisi rumusan tentang tujuan, bahan ajar, kegiatan belajar-mengajar, jadwal, dan evaluasi yang telah disepakati dan di setujui bersama oleh para penyusun kurikulum dan pemangku kebijaksanaan dengan masyarakat.

40

Choirul Anam, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Sidoarjo: Qisthoh Digital Press, 2009), h. 2

41

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP – UPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Bagian I (Jakarta: PT Imperial Bhakti Utama, 2007), hal. 94


(46)

Kedua, kurikulum sebagai sistem, yaitu sistem kurikulum merupakan bagian dari sistem sekolah, sistem pendidikan, dan sistem masyarakat. Hasil dari sistem kurikulum adalah tersusunnya suatu kurikulum.

Ketiga, kurikulum sebagai suatu bidang studi, kurikulum disini berfungsi sebagai suatu disiplin yang dikaji di lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi. Tujuan kurikulum sebagai suatu bidang studi adalah untuk mengembangkan ilmu kurikulum dan sistem kurikulum. Mereka yang mendalami bidang kurikulum mempelajari tentang konsep dasar kurikulum, mereka juga melakukan kegiatan penelitian dan percobaan guna menemukan hal-hal baru yang dapat memperkuat dan memperkaya bidang studi kurikulum.

F. Konsep Dasar Sistem Full Day School

a. Pengertian dan tujuan full day school dan pendidikan terpadu

Menurut etimologi, kata full day school berasal dari Bahasa Inggris. Terdiri dari kata full mengandung arti penuh, dan day artinya hari. Maka full day mengandung arti sehari penuh. Full day juga berarti hari sibuk. Sedangkan school artinya sekolah42 Jadi, arti dari full day school jika dilihat dari segi etimologinya berarti sekolah atau kegiatan belajar yang dilakukan sehari penuh.

Sedangkan menurut terminologi atau arti secara luas, Full day school mengandung arti sistem pendidikan yang menerapkan pembelajaran atau kegiatan belajar mengajar sehari penuh dengan memadukan sistem pengajaran yang intensif yakni dengan menambah jam pelajaran untuk pendalaman materi pelajaran serta pengembangan diri dan kreatifitas. pelaksanaan pembelajaran

42

Jhon M Echols & Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: Gramedia, t. th), h. 260


(47)

31

yang dilaksanakan di sekolah mulai pagi hingga sore hari, secara rutin sesuai dengan program pada tiap jenjang pendidikannya. Dalam full day school, lembaga bebas mengatur jadwal mata pelajaran sendiri dengan tetap mengacu pada standar nasional alokasi waktu sebagai standar minimal dan sesuai bobot mata pelajaran, ditambah dengan model-model pendalamannya. Jadi yang terpenting dalam full day school adalah pengaturan jadwal mata pelajaran. Program ini banyak ditemukan pada sekolah tingkat dasar SD/MI swasta yang berstatus unggulan. Biasanya, sekolah tersebut tarifnya mahal dan FDS bagian dari program favorit yang “dijual” pihak sekolah.

Ditilik dari kurikulumnya, Sistem pendidikan full day school memiliki relevansi dengan pendidikan terpadu. Pendidikan terpadu ini banyak diterapkan dalam lembaga pendidikan umum yang berlabel Islam. Dalam konteks pendidikan Islam, pendidikan terpadu artinya memadukan ilmu umum dengan ilmu agama secara seimbang dan terpadu.43 Model pendidikan terpadu ini menjadi alternativ penghapusan bentuk dikotomi pendidikan ke dalam pendidikan umum dan pendidikan agama.

Model pembelajaran Pendidikan Agama (pengajaran tentang agama) terpadu yang banyak diterapkan adalah yang dikemukakan oleh Brenda Watson, yaitu Essentialist religious education model. Model ini berupaya membentuk kepribadian secara padu, meliputi akal, hati dan jiwa, serta mendukung upaya memadukan kurikulum atau mata pelajaran agama dengan mata pelajaran umum dengan menjadikan mata pelajaran agama sebagai dasar bagi mata pelajaran lain

43

Imron Rossidy, Pendidikan Berparadigma Inklusif, (Malang: UINMalang Press, 2009), h. 71


(48)

dalam kurikulum, serta memadukan sesuatu yang dipelajari siswa dengan pengalamannya melalui refleksi diri yang dilakukan siswa.44

Model tersebut banyak digunakan dalam sistem pendidikan full day schooll di lembaga-lembaga pendidikan yang menggunakan identitas Islam. Di sekolah berlabel Islam, FDS dilengkapi dengan muatan spiritual seperti: paket mengaji al-Quran, kursus bahasa Arab/Inggris, dan sebagainya. Secara utuh dapat dilihat bahwa pelaksanaan sistem pendidikan full day school dan terpadu mengarah pada beberapa tujuan antara lain45

1. Untuk memberikan pengayaan dan pendalaman materi pelajaran yang telah ditetapkan oleh diknas sesuai jenjang pendidikan.

2. Memberikan pengayaan pengalaman melalui pembiasaan-pembiasaan

hidup yang baik untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Melakukan pembinaan kejiwaan, mental dan moral peserta didik

disamping mengasah otak agar terjadi keseimbangan antara kebutuhan jasmani dan rohani sehingga terbentuk kepribadian yang utuh.

4. Pembinaan spiritual intelegence peserta didik melalui penambahan materi-materi agama dan kegiatan keagamaan sebagai dasar dalam bersikap dan berperilaku

b. Karakteristik Sistem Pembelajaran FDS dan Terpadu

44

Ibid, h. 88

45


(49)

33

Full Day School (FDS) menerapkan suatu konsep dasar “Integrated -Activity” dan “Integrated-Curriculum”. Hal inilah yang membedakan dengan sekolah pada umumnya. Dalam FDS semua program dan kegiatan siswa di sekolah, baik belajar, bermain, beribadah dikemas dalam sebuah sistem pendidikan. Titik tekan pada FDS adalah siswa selalu berprestasi belajar dalam proses pembelajaran yang berkualitas yakni diharapkan akan terjadi perubahan positif dari setiap individu siswa sebagai hasil dari proses dan aktivitas dalam belajar. Adapun prestasi belajar yang dimaksud terletak pada tiga ranah, yaitu46

1. Prestasi yang bersifat kognitif

Adapun prestasi yang bersifat kognitif seperti kemampuan siswa dalam mengingat, memahami, menerapkan, mengamati, menganalisa, membuat analisa dan lain sebagianya. Konkritnya, siswa dapat menyebutkan dan menguraikan pelajaran minggu lalu, berarti siswa tersebut sudah dapat dianggap memiliki prestasi yang bersifat kognitif.

2. Prestasi yang bersifat afektif

Siswa dapat dianggap memiliki prestasi yang bersifat afektif, jika ia sudah bisa bersikap untuk menghargai, serta dapat menerima dan menolak terhadap suatu pernyataan dan permasalahan yang sedang mereka hadapi.

3. Prestasi yang bersifat psikomotorik

Yang termasuk prestasi yang bersifat psikomotorik yaitu kecakapan eksperimen verbal dan nonverbal, keterampilan bertindak dan gerak. Misalnya seorang siswa menerima pelajaran tentang adab sopan santun kepada orang lain,

46

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Terpadu. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 154-156


(50)

khususnya kepada orang tuanya, maka si anak sudah dianggap mampu mengaplikasikannya dalam kehidupannya.

Sebelum kita membahas tentang sistem pembelajaran FDS, tentunya kita perlu mengetahui tentang makna sistem pembelajaran itu sendiri. Sistem adalah seperangkat elemen yang saling berhubungan satu sama lain. Adapun sistem pembelajaran adalah suatu sistem karena merupakan perpaduan berbagai elemen yang berhubungan satu sama lain.

Tujuannya agar siswa belajar dan berhasil, yaitu bertambah pengetahuan dan keterampilan serta memiliki sikap benar. Dari sistem pembelajaran inilah akan menghasilkan sejumlah siswa dan lulusan yang telah meningkat pengetahuan dan keterampilannya dan berubah sikapnya menjadi lebih baik. Adapun proses inti sistem pembelajaran FDS antara lain: 1) Proses pembelajaran yang berlangsung secara aktif, kreatif, tranformatif sekaligus intensif. Sistem persekolahan dan pola full day school mengindikasikan proses pembelajaran yang aktif dalam artian mengoptimalisasikan seluruh potensi untuk mencapai tujuan pembelajaran secara optimal baik dalam pemanfaatan sarana dan prasarana di lembaga dan mewujudkan proses pembelajaran yang kondusif demi pengembangan potensi siswa yang seimbang. 2) Proses pembelajaran yang dilakukan selama aktif sehari penuh tidak memforsir siswa pada pengkajian, penelaahan yang terlalu menjenuhkan. Akan tetapi, yang difokuskan adalah sistem relaksasinya yang santai dan lepas dari jadwal yang membosankan.47

c. Sistem pembelajaran pendidikan terpadu

47


(51)

35

Kurikulum terpadu merupakan suatu produk dari usaha pengintregasian bahan pelajaran dan berbagai macam pelajaran. Integrasi diciptakan dengan memusatkan pelajaran pada masalah tertentu yang memerlukan solusinya dengan materi atau bahan dari berbagai disiplin ilmu. Menurut Soetopo dan Soemanto, sebagaimana dikutip oleh Abullah Idi, kurikulum terpadu dikelompokkan menjadi lima macam, yaitu48

1. The Child Centered Curriculum (kurikulum yang berpusat pada anak) 2. The Social Function Curriculum (Kurikulum Fungsi Sosial)

3. TheExperience Curriculum (Kurikulum Pengalaman)

4. Development Activity Curriculum (Kurikulum Pengembangan Kegiatan) 5. Core Curriculum.

Pada prinsipnya, sekolah Islam terpadu merupakan perubahan atas kegagalan yang dilakukan sekolah umum dan lembaga pendidikan Islam, untuk memadukan ilmu umum dan agama. Sehingga, dalam praktiknya, sekolah Islam terpadu melakukan pengembangan kurikulum dengan cara memadukan kurikulum pendidikan umum yang ada di Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas), seperti pelajaran matematika, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, IPA, IPS, dan lain-lain, serta kurikulum pendidikan agama Islam yang ada di Kementrian Agama (Kemenag), ditambah dengan kurikulum hasil kajian Jaringan Sekolah Islam Terpadu (JSIT).

Model pendidikan terpadu berbeda dengan sekolah-sekolah yang menggunakan label Islam yang selama ini berkembang di Indonesia.

48

Choirul, Anam, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Agama Islam (Sidoarjo: Qisthoh Digital Press, 2009), h. 21


(52)

lembaga pendidikan yang menggunakan identitas Islam tersebut, jika ditilik dari aims and objectives-nya masih terkesan pragmatis dan utilitarian, serta secara epistimologis pada umumnya masih tetap mengacu kepada dualisme yakni adanya dikotomi antara ilmu Islam dengan umum. Sedangkan model pendidikan Islam terpadu mengembangkan kedua ranah tersebut secara seimbang dan terpadu.

Bangunan keilmuan yang dikembagkan oleh model ini tidak dilihat secara dikotomis melainkan dilihat secara padu dan utuh (integral). Paradigma yang dibangun adalah bahwa kebenaran di jagad ini tidak akan lengkap hanya didekati oleh kerja nalar dan observasi yang disebut dengan kebenaran ilmiah. Selain itu ada kebenaran intuitif dan juga kebenaran wahyu. Pendidikan Islam Terpadu menginginkan penggalian kebenaran melalui sumber-sumber yang lebih komprehensif. Hal itu dapat ditemukan dengan cara memadukan berbagai sumber, baik yang bersifat ilmiah maupun yang dapat digali dari sumber kitab suci (al-Qur‟an dan Hadits). Antara ilmu dan agama dilihat dan fungsikan secara padu, selain sama-sama untuk menggali kebenaran juga masaing-masing bersifat komplementer. Al-qur‟an akan dapat dipahami secara lebih luas dan mendalam jika menyertakan ilmu dan sebaliknya ilmu akan berkembang jika mendapat inspirasi dari penuturan al-qur‟an, yaitu bangunan keilmuan yang diharapkan mencerminkan universitas Islam.49

G. Penelitian yang Relevan

1) Penelitian tentang pembelajaran ini pernah dilakukan oleh M. Arabi (2016) dalam skripsinya dengan judul “Manajemen Kepala Sekolah dalam

49


(53)

37

Sistem Full Day School di MI Sultan Agung Jogyakarta”, yang didalamnya juga membahas pengelolaan kepala sekolah mengenai sistem FDS serta faktor pendukung dan penghambat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen kepala sekolah yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan monitoring pengelolaan, kesulitan-kesulitan yang dihadapi serta upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasinya. Hasil penelitian ini menunjukkan perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh, kepala sekolah meliputi: Penggerakkan kepala sekolah, bidang kurikulum, sarpras, tenaga pendidik, siswa dan pembiayaan. Penggerakan kepala sekolah meliputi, motivasi, kepemimpinan kepala sekolah serta pengambilan keputusan yang selalu mengedepankan musyawarah kepada anggotanya dalam suasana rapat sebelum memutuskan suatu perkara. Pengawasan dilakukan melalui rapat evaluasi, laporan bulanan, absensi, dalam pembelajaran tolak ukur pengawasannya melalui KBM, supervise setiap semester kepada guru-guru di sekolah. Faktor pendukungnya adalah kerjasama para dewan guru, pihak sekolah selalu membina murid dalam bimbingan belajar serta budaya sekolah yang kondusif. sedangkan faktor prnghambat adalah kurangnya sarpras, kurang optimalnya kedisiplinan siswa dalam lingkungan sekolah, inovasi dalam mengelola bahan ajar dalam kelas serta kekakuan pihak sekolah bersosialisasi di lingkungan sekitar.

2) Penelitian yang dilakukan oleh Ragella Septiana (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Pengelolaan Pembelajaran Program Full Day School di SD Budi Mulia Dua Yogyakarta”, yang didalamnya membahas perencanaan


(54)

pembelajaran program full day school di dalam dan di luar kelas dan pelaksanaan pembelajaran program full day school di dalam dan di luar kelas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (a) Perencanaan pembelajaran program full day school di SD Budi Mulia Dua Yogyakarta dilakukan melalui rapat kerja setiap semester yang mencakup perencanaan pembelajaran di dalam kelas dan pembelajaran di luar kelas. Untuk perencanaan pembelajaran di dalam kelas program full day school, termasuk dalam kategori baik sebab sebagian besar guru melaksanakan perencanaan sesuai dengan komponen perencanaan yang ada dalam RPP. (b) Pelaksanaan pembelajaran program full day school di SD Budi Mulia Dua yang dilakukan oleh guru di dalam kelas termasuk dalam kategori cukup baik sebab antara guru yang melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan ketentuan secara penuh dengan guru yang belum melaksanakan pembelajaran sesuai dengan ketantuan secara penuh hampir seimbang.

H. Kerangka Berfikir

Pengelolaan Pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevalusi suatu mata pelajaran kepada peserta didik dalam suatu proses kegiatan belajar mengajar. Dalam pengelolaan pendidikan tersebut termuat berbagai aspek yang akan disajikan guru kepada peserta didik. Untuk itu, peran guru dalam pembelajaran sangat komplek, guru dituntut untuk dapat mengelola pembelajaran dengan tepat dan terencana.


(55)

39

Materi yang diajarkan di full day school selain menggunakan materi berdasarkan kurikulum dari pemerintah juga menambahkan materi lain terutama pelajaran agama Islam. Selain itu juga diberikan kegiatan pilihan sesuai dengan minat misalnya minat seni: melukis, tari, paduan suara, karawitan, kaligrafi, band dan teater. Minat olahraga misalnya tapak suci, renang, sepak bola, bola, basket, sepak takraw dan bulu tangkis. Sedangkan minat iptek misalnya klub bahasa Indonesia, english club, math club sienceclub dan computer club.

Pengefektifan waktu belajar di full day school yang lebih panjang dibandingkan dengan sekolah reguler terkadang masih menyebabkan siswa menjadi cepat lelah, meskipun sumberdaya yang disediakan sudah cukup memenuhi seperti guru-guru yang profesional dan berkualitas, sarana prasarana pembelajaran yang memenuhi standar. Sumberdaya yang lebih banyak dibandingkan sekolah reguler membutuhkan pengeluaran yang juga lebih besar. Adanya fasilitas yang lebih lengkap membutuhkan pengelolaanyang lebih atau khusus. Dari permasalahan di atas, jika tidak ditangani secara tepat akan memberikan dampak yang negatif terhadap proses pembelajaran dalam sistem full day School. Di samping itu, dampak tersebut juga dapat mengakibatkan menurunnya kualitas siswa dan kualitas kegiatan belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Dengan melihat berbagai masalah tersebut terkait dengan kegiatan pembelajaran sistem full day School.


(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Jenis penelitian kualitatif sering disebut dengan penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposivme dan snowbaal, pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.50

Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang sesungguhnya yang terjadi pada objek yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal tetapi jamak dan tergantung pada kemampuan peneliti mengkonstruksi fenomena yang diamati, serta dibentuk dalam diri seseorang sebagai hasil proses mental tiap indvidu dengan berbagai latar belakangnya. Oleh karena itu bila terdapat 10 peneliti dengan latar belakang yang berbeda meneliti pada obyek yang sama, akan mendapatkan 10 temuan, dan semuanya dinyatakan valid, kalau apa yang ditemukan itu tidak berbeda dengan kenyataan sebenarnya.51

50

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 14-15

51

Ibid h. 365


(57)

41

Penelitian kualitatif ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi berhubungan dengan pemahaman tentang bagaimana keseharian, dunia intersubjective (dunia kehidupan). Fenomenologi bertujuan untuk menginterpretasikan tindakan sosial kita dan orang lain sebagai sebuah yang bermakna (dimaknai) serta dapat merekonstruksi kembali turunan makna (makna yang digunakan saat berikutnya) dari tindakan yang bermakna pada komunikasi intersubjective individu dalam dunia kehidupan sosial. Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu.

Fenomenologi dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji dan peneliti bebas untuk menganalisi data yang diperoleh. Menurut Creswell Pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden.52

Pendekatan fenomenologi, menurut Polkinghorne Studi fenomenologi menggambarkan arti sebuah pengalaman hidup untuk beberapa orang tentang sebuah konsep atau fenomena. Orang-orang yang terlibat dalam menangani sebuah fenomena melakukan eksplorasi terhadap struktur kesadaran pengalaman

52

Creswell, Research Desig (Qualitative and Quantitative Approaches), (Thousand Oaks: Sage Publication, 1998), h. 54


(58)

hidup manusia. Sedangkan peneliti menurut Husserl fenomenologis berusaha mencari tentang hal-hal yang perlu (esensial), struktur invariant (esensi) atau arti pengalaman yang mendasar dan menekankan pada intensitas kesadaran dimana pengalaman terdiri hal-hal yang tampak dari luar dan hal-hal yang berada dalam kesadaran masing-masing berdasarkan memori, image dan arti.53

B. Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMPIT Al-hijrah 2 yang terletak di Jl. Perhubungan Desa Lau Dendang Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang, Sumatera Utara, Kode Pos 20371. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 13 Maret 2017 sampai dengan tanggal 13 April 2017.

C. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang akan diuraikan dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, teknik wawancara dan teknik dokumentasi.

a. Teknik Observasi

Teknik observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan terhadap subjek (Parter Penelitian) baik secara langsung maupun tidak langsung. Observasi merupakan aktifitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara sistematis. Dalam hal ini, observasi yang digunakan peneliti

53


(59)

43

adalah observasi partisipatif, yakni peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data penelitian.54

Teknik observasi digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data-data primer dan juga data-data sekunder. Dalam hal ini peneliti mengadakan observasi langsung pada SMP IT Al-hijrah 2 Jl. Perhubungan Desa. Lau Dendang untuk mengamati pelaksanaan manajemen yang termasuk (Planning, Organizing, Actuating and Controling) kurikulum sistem Full Day School.

Dalam melakukan observasi peneliti akan menggunakan 1) Alat Tulis, 2) Kamera, 3) Handy cam 4) Flas Disk, dan 5) Lembar filednotes. Dalam rangka mengumpulkan data tentang gambaran lokasi penelitian dan keadaan sekolah untuk melengkapi sebagai data pokok yang diperlukan.

b. Teknik Wawancara

Teknik wawancara ini peneliti gunakan sebagai metode pengumpulan data dengan cara tanya jawab, baik dengan kepala sekolah, guru-guru (diantaranya guru yang mendapatkan tugas tambahan secara struktural yaitu wakil kepala sekolah I bagian kurikulum, wakil kepala sekolah II bagian sarana prasarana, dan wakil kepala sekolah III bagian kesiswaan) maupun bagian staf ketatausahaan di SMP IT Al-hijrah Lau Dendang. Untuk memperoleh jawaban serta respon mereka atas manajemen yang telah dilaksanakan di sekolah, mengenai perencanaan program full day school yang dilakukan, mengenai pengorganisasian program full day school yang dilakukan, mengenai penggerakan program full day school yang dilakukan, mengenai pengontrolan program full day school yang dilakukan, mengenai faktor pendukung dan penghambat dalam menjalankan program

54

Sugiono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Method), (Bandung: Alfabeta, 2011), h. 312


(60)

tersebut dan apa solusi dari masalah yang ada yang bisa diberikan kepala sekolah sebagai pemimpin lembaga tersebut. Instrumen pengumpulan data untuk teknik wawancara yaitu:

1) Lembar pedoman wawancara untuk kepala sekolah, guru, operator sekolah dan siswa, 2) Alat tulis, 3) Kamera dan 4) Handy cam.

c. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan teknik observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Dalam hal ini peneliti menggunakan kamera, handy cam dan flash disk ketika melakukan dokumentasi. Dokumen yang diperlukan adalah: Data gambaran umum SMPIT Al-hijrah 2 Lau Dendang, Sarana-prasarana SMP IT Al-hijrah 2 Lau Dendang, Hasil wawancara dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah I bagian kurikulum, wakil kepala sekolah II bagian sarana-prasarana, wakil kepala sekolah III bagian kesiswaan, guru-guru di sekolah dan Tata usaha SMP IT Al-hijrah 2. Peneliti juga melakukan dokumentasi ketika kegiatan belajar-mengajar sedang berlangsung di dalam kelas.

d. Teknik Trianggulasi

Peneliti menggunakan observasi partisipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.

C. Analisis Data

Dalam menganalisi data diperoleh, peneliti menggunkan analisis data deskriptif kualitataif. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara


(61)

45

sistematis data diperoleh dari hasil penelitian dengan cara megorganisasikan data kedalam ketegori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan akan dipelajari dan membuat kesimpulan.

Miles dan Huberman, mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data yaitu Reduction, data display, conclusion drawing/verivcation.55

1. Reduksi Data

Setelah melakukan pengumpulan seluruh data dan informasi, peneliti merangkum hasil data yang diperoleh. Misalnya hasil wawancara yang sudah diperoleh dari informan, peneliti segera merangkum hasil wawancara tersebut, karena wawancara dilakukan secara terbuka dan tidak berstruktur, maka peneliti perlu membuat rangkuman yang lebih sistematis terhadap hasil wawancara.

Dari berbagai sumber data, peneliti mencatat mana data yang di anggap penting, yang tidak penting, dan data yang sama dikelompokkan.

2. Penyajian Data

Setelah melakukan reduksi data, peneliti membuat uaraian singkat, teks yang bersifat naratif, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

3. Mengambil Kesimpulan dan Verifikasi

Peneliti membuat kesimpulan dari hasil seluruh data yang diperoleh dengan di dukung oleh bukti-bukti yang kuat dan konsisten saat peneliti kembali

55


(1)

Haya Taqiyah Roihanah Rohmah

Husna Nafilah Jauharia Al-Islam Inayatullah

Indira Larasati Siti Rizka Arfalia Harianja

Kamilia Muthmainnah Nasywa Azizah Harahap

Naila Royani Asfia Nur Afifah

Syifa Aulia Ulinnuha Rohadita Aisyah

Marwah Fatimah

Kelas VIII

KELOMPOK MENTORING KELAS VIII

NAJMUDDIN DEDI SYAPUTRA

Adam Davino Muzammil Ihsan

Ilham Nur Hidayat Rawhul Ihsan Abdul Rasyid

Aldi Aulia Syahputra Umar Hilmi

Dzaki Ihsaan Tamba Ahmad Syah Lubis

Eko Wibi Sono Fahmi Akbar Hasibuan

Emil Salim Parinduri Mhd. Fadlur Rahman Al Mubarok M. Farhan Ashiddiqi Fathur Rahman Siregar

M. Azri Fajar Jisi M. Fahru Rozi

M. Ardi Al-Hakim Lbs M. Emir Alfaiz Ibra Ovaldo Harahap

MILA THIARMA

Aliyah Zata Yumni Mentari Afifah Fawwaz

Dea Livia Nida Adilah

Dhiya Nisrina Hanum Nisda Nurhidayah


(2)

Elvirahmawany Putri Nurul Izzah Hannaniyah

Fadya Rahma Siregar Olivia Aldisyah

Faqihah Yasmin Salma Putri Aulia Rahmadani

Hanifah Rahmi Putri Imaida

Jihan Nur Fadhillah Salwa Nabila Ramadhani Mahima Shifa Azzahra Salzabilla Maharani

Kelas VII

KELOMPOK MENTORING KELAS VII

DEDE PRAYOGI IBNU KHAIDIR

Ahmad Fawwaz D M. Aqil Witjaksana

Ahmad Glenn Al Zarawi M. Rafly Zahran

Bukhari Abdurrahman Akbar Dwi Purnama

Edzya Amarta. W Bayu Adi Nugroho

Fajar Akbar Ahmad Wafa Fathiul Haq

Farhan Dhuha Al Haris Fajar Ahmad Kurniadi

Fauzan Musyary Fathan Mubina Aziz

Hafidz Aliy Oemar Ibnu Thariq Siddiq

Hidayat Nuzulul Furqan Indra

Jovi Angga Prayoga M. Zulfahmi Khairullah

Kennedy Prabowo Eko Muhammad Abdillah

M. Aidil Putra Ramadhan Nabil Zauhair Ikhwal

M. Rifky Zahran Riyan Hidayat

M. Syarif Hidayatullah D Saipul Jamil

Marzuki Al Faiz Yoga Aidil Prowo


(3)

Al UKHTY Agnes Imelya Putri

Alya Saskia

Aqillah Hannah Tsabitah Ardila Salisa Adristi Aurora Dwi Nur'aini Dewi Chairunnisa Srg Fairuza Mufida

Khaira Tsabita Hanum Najwa Hawazi

Najwa Salsabila Nurlaila Rachman Nurul Aulya Nisya Nurul Hasanah Rahmi Arifah Raihana Aulia Salwa Anastasia

Shafa Yasmina Assajidah Siti Zahra Azizah Srg Syarah Nurul Mufida


(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

1. Nama Lengkap : Silmi Khairiyah Caniago 2. Tempat/Tanggal/Lahir : Olora, 16 Juni 1995

3. Agama : Islam

4. Suku/Kebangsaan : Padang/Indonesia

5. Alamat : Jl. H.M Yamin Gg. Ruslan kec. Medan Perjuangan

6. Hp/email : 082369544460/Silmisilmican@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan

1. Sekolah Dasar Negeri 070982 Desa Olora, Kec. G. Sitoli Utara Kab. Nias Utara. Tahun 2001 s/d 2007.

2. Madrasah Tsanawiyah (MTs) PP Putri Ummi Kalsum Kota G. Sitoli Nias Tahun 2007 s/d 2010.

3. Madrasah Aliyah (MA) PP Modern ar-Raudhatul Hasanah Medan. Tahun 2010 s/d 2013. 4. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan Tahun 2013 s/d 2017.