peran kejaksaan dalam pemberantasan tind f100bcb8
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
PERAN KEJAKSAAN
DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
DI INDONESIA PASCA UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2001
TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
(The role of prosecutor in corruption eradication in Indonesia after-the-law
number 20 in 2001 about eradication of corruption acts)
Yasmirah Mandasari Saragih
Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Panca Budi Medan
Jalan Jendral Gatot Subroto KM. 4,5 Sei Sikambing Medan
E-mail: [email protected]
Abstract
The criminal act of corruption in large numbers has the potential to harm the
state's finances so as to disrupt development resources and endanger the political
stability of a country. Currently corruption is transnational. The prosecutor's
office as the case controller or Dominus Litis has a central position in law
enforcement, since only the prosecutor's office can determine whether a case can
be brought to the Court or not based on valid evidence as per criminal law. To
carry out the task of eradicating corruption, the Attorney General can not work
alone by relying on the ability of the prosecutor apparatus without cooperation
with other agencies. According to the prevailing regulations, corruption
investigators are prosecutors and police, so cooperation between the two law
enforcers should be mutually supportive and mutually supportive for the
successful investigation of criminal acts of corruption.
Keywords: Prosecutor, Corruption, Eradication.
Abstrak
Tindak pidana korupsi dalam jumlah besar berpotensi merugikan keuangan negara
sehingga dapat mengganggu sumber daya pembangunan dan membahayakan
stabilitas politik suatu negara. Saat ini korupsi sudah bersifat transnasional.
Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara atau Dominus Litis mempunyai
kedudukan sentral dalam penegakan hukum, karena hanya institusi kejaksaan
yang dapat menentukan apakah suatu kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau
tidak berdasarkan alat bukti yang sah sebagaimana menurut hukum acara pidana.
Untuk melaksanakan tugas pemberantasan korupsi maka Kejaksaan tidak bisa
bekerja sendiri dengan mengandalkan kemampuan aparat kejaksaan tanpa kerja
sama dengan instansi lain. Menurut peraturan yang berlaku, penyidik tindak
pidana korupsi adalah Jaksa dan Polisi, sehingga dibutuhkan kerja sama antara
kedua penegak hukum ini yang harus saling mendukung dan saling membantu
untuk berhasilnya penyidikan tindak pidana korupsi.
49
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Kata Kunci: Kejaksaan, Korupsi, Pemberantasan.
PENDAHULUAN
penggantian
A. Latar Belakang
Perang Pusat tersebut ditetapkan
Hukum menetapkan apa yang
dengan
Peraturan
peraturan
Penguasa
perundang-
harus dilakukan dan atau apa yang
undangan yang berbentuk Peraturan
boleh dilakukan serta yang dilarang.
Pemerintah
Sasaran hukum yang hendak dituju
Undang, yaitu dengan Peraturan
bukan saja orang yang nyata-nyata
Pemerintah
berbuat melawan hukum, melainkan
Undang Nomor 24 Tahun 1960
perbuatan hukum yang mungkin
tentang Pengusutan, Penuntutan, dan
akan
alat
Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi,
perlengkapan negara untuk bertindak
yang kemudian atas dasar Undang-
menurut hukum. Sistem bekerjanya
Undang
hukum yang demikian itu merupakan
menjadi Undang-Undang Nomor 24
salah bentuk penegakan hukum
Prp
terjadi,
dan
kepada
Proses pembangunan dapat
menimbulkan
kemajuan
dalam
Pengganti
Pengganti
Nomor
1960
Undang-
1
Undang-
tahun
tentang
1960
Pengusutan,
Penuntutan, dan Pemeriksaan Tindak
Pidana Korupsi.1
kehidupan masyarakat, selain itu
Founding fathers republik ini
dapat juga mengakibatkan perubahan
telah
kondisi
yang
sebagai negara yang berdasarkan
memiliki dampak sosial negatif,
hukum (Rechtstaat) bukan kekuasaan
terutama
(Machtstaat),
sosial
peningkatan
masyarakat
menyangkut
tindak
masalah
pidana
mencita-citakan
Indonesia
konstitusi
kita,
yang
Undang-Undang Dasar 1945 pun
meresahkan masyarakat. Salah satu
telah menegaskan bahwa “Negara
tindak pidana yang dapat dikatakan
Indonesia adalah Negara Hukum”2.
cukup fenomenal adalah masalah
1
korupsi.
Dengan adanya keadaan yang
seperti itu dan perlunya diatur segera
tindak pidana korupsi, maka atas
dasar Pasal 96 ayat (1) UUDS 1950,
Wiyono, 2005, Pembahasan UndangUndang Pemberantasan Tindak Piadana
Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 3.
2
Vide Pasal 1 ayat (3) UUD 1945,
dimana sebelum dilakukan amandemen
terhadap UUD 1945, konstitusi kita
memiliki
Penjelasan
dimana
disana
disebutkan “Negara indonesia berdasar atas
hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan
50
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Sebagai konsekuensi dari negara
Untuk adanya tata hukum dalam
hukum
negara
masyarakat diperlukan 3 komponen
Indonesia harus menjunjung tinggi
kegiatan yaitu Pembuatan norma-
supremasi hukum dengan berasaskan
norma hukum, Pelaksana norma-
pada prinsip dasar dari negara hukum
norma
yaitu equality before the law yang
Penyelesaian sengketa yang timbul
artinya
dalam
tersebut,
adalah
maka
setiap
orang
mempunyai kedudukan yang sama di
hukum
tersebut
suasana
tersebut.
tertib
dan
hukum
4
Apabila melihat bahwa di
mata hukum.
Sebagai suatu negara hukum,
kehidupan masyarakat di Indonesia
maka sudah selayaknya juga segala
saat ini, maka dapat dilihat bahwa
sesuatu
telah
yang
dijalankan
dalam
banyak
peraturan-peraturan
dan
yang dikeluarkan untuk menjaga
bermasyarakat juga harus berada
kelangsungan hidup bernegara dan
dalam koridor hukum, artinya dalam
bermasyarakat.
masyarakat
peraturan-peraturan
kehidupan
bernegara
mutlak
diperlukan
Dikeluarkannya
tersebut
hukum untuk mengatur hubungan
menggambarkan
antara
dan
norma hukum yang diciptakan untuk
hubungan antara masyarakat dengan
mengatur hak dan kewajiban dari
negara.
negara dan masyarakat.
warga
masyarakat
adanya
norma-
hal
Pelaksanaan dari peraturan-
tersebut, Prof. Dr. Satjipto Raharjo3,
peraturan yang mengandung norma-
mengemukakan bahwa dalam setiap
norma hukum tersebut pada dasarnya
masyarakat harus ada hukum yang
merupakan bagian dari penegakan
mengatur perilaku-perilaku dan tata
hukum karena penegakan hukum
kehidupan
adalah suatu upaya untuk menjaga
Berkaitan
anggota
dengan
masyarakat.
agar
kekuasaan belaka (machtsstaat)”, namun
setelah amandemen dilakukan Penjelasan
tersebut ditiadakan dan bukan lagi menjadi
bagian dari konstitusi.
3
Satjipto Rahardjo, Hukum Dan
Perubahan Sosial, Alumni, Bandung, 1979,
hal. 102.
hukum
harus
ditaati.
Pelanggaran atau penyimpangan dari
hukum yang berlaku akan dikenakan
4
Lawrence M. Friedman, The Legal
System : A Social Science Perspective ,
Russel Sage Foundation, New York, 1975.
51
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
sanksi sesuai ketentuan yang diatur
tahun
dalam hukum. Dalam hal inilah
melaksanakan tugas dan fungsinya,
hukum pidana digunakan. Dengan
jaksa bertidak dan atas nama negara
demikian, penegakan hukum dengan
serta bertanggung jawab menurut
menggunakan
saluran hierarki.
perangkat
hukum
Bambang
memberantas kejahatan.
Indonesia
penegak
hukum,
satunya
mempunyai
9.
Dalam
Yudhoyono
memberantas
untuk
korupsi
sebagai
salah
therapy (shock theraphy). Presiden
Kejaksaan.
telah mengeluarkan Instruksi No. 5
sebagai
adalah
pasal
Pada era presiden Susilo
pidana juga merupakan upaya untuk
Di
2004
Pembentukan Jaksa ini didasari oleh
tahun
Undang-undang No. 16 tahun 2004
Pemberantasan
tentang
Kejaksaan
dalam
Korupsi. Kemudian dikeluarkannya
bagian
menimbang
menerangkan
pula Keppres No. 11 tahun 2005
yang
2004
tentang
Percepatan
Tindak
tujuan nasional Indonesia adalah
tentang
penegakan hukum dan keadilan serta
Pemberantasan
sebagai
yang
Korupsi yang anggotanya terdiri dari
fungsinya berkaitan dengan Susunan
Kejaksaan, Kepolisian, dan Badan
Kejaksaan menurut Undang-undang
Pengawas Keuangan Pembangunan
No.16 tahun 2004 tentang Kejaksaan
(BPKP),
Republik Indonesia adalah terdiri
diketuai oleh jaksa agung muda
dari Kejaksaan Agung, Kejaksaan
tindak pidana khusus.
Tinggi,
salah
dan
satu
badan
Kejaksaan
Negeri.
Tim
Pidana
dan
Fungsi
Koordinasi
Tindak
secara
Jaksa
Pidana
kebetulan
merupakan
Dimana kekuasaan tertinggi dalam
salah satu mata rantai dari proses
Kejaksaan
penegakkan
ada
pada
Kejaksaan
hukum
Agung yaitu Jaksa Agung sendiri,
penanggulangan
sedangkan seorang jaksa diangkat
tindak pidana yang terjadi dalam
dan diberhentikan oleh Jaksa Agung,
masyarakat, dimana fungsi tersebut
dimana syarat-syarat untuk dapat
tidak dapat terlepas dan dipisahkan
diangkat
dari proses penyelidikan, penyidikan,
menjadi
seorang
jaksa
diatur dalam Undang-undang No.16
penuntutan,
kejahatan
dalam
persidangan
atau
dan
52
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
eksekusi. Dalam KUHAP pasal 1
butir 6 menyatakan sebagai berikut:
5
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
maka
wewenang
undang-undang
ini
Kejaksaan
oleh
Sebagai
Salah
Satu Unsur Sistem Peradilan
untuk
Pidana?
umum serta melaksanakan
2. Bagaimana
pengadilan
akan
1. Bagaimana Fungsi Lembaga
bertindak sebagai penuntut
putusan
yang
dibahas adalah sebagai berikut:
1. Jaksa adalah pejabat yang
diberi
permasalahan
Dalam
yang
Peran
Tindak
Jaksa
Pidana
Korupsi?
telah memperoleh kekuatan
hukum tetap;
2. Penuntut umum adalah Jaksa
yang diberi wewenang oleh
undang-undangini
untuk
melakukan penuntutan dan
melaksanakan
penetapan
C. METODE PENELITIAN
1.
Spesifikasi
Spesifikasi penelitian ini
merupakan jenis penelitian yuridis
normatif.
menggunakan
hukum.
Bahan penelitian ini
bahan
hukum
primer berupa dokumen-dokumen
antara lain sebagai berikut:
B. PERMASALAHAN
Masalah adalah kejadian atau
a. Undang-undang Nomor 8
keadaan
yang
menimbulkan
Tahun 1981 tentang ”Kitab
pertanyaan
dalam
hati
Undang-undang
tentang
kedudukannya, tidak puas hanya
dengan melihat saja, melainkan ingin
mengetahui
lebih
dalam.
Acara Pidana”;
b. Undang-undang Nomor 16
Tahun
2004
telah
“Kejaksaan
dikemukakan pada latar belakang,
Indonesia”;
Berdasarkan
hal-hal
yang
Hukum
tentang
Republik
c. Undang-undang Nomor 28
Tahun
5
Sudhono Iswahyudi, 2003, Makalah
Jaksa Agung Muda Tindak Pidana
Khusus,Keterkaiatan
Komisi
Pemberantasan Korupsi dengan Kejaksaan
dalam penanganan Tindak Pidana Korupsi,
hlm. 112.
1999
“Penyelenggaraan
tentang
Negara
Yang Bersih dan Bebas
53
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
dari Korupsi, Kolusi dan
D. HASIL PENELITIAN
Nepotisme”
1.
d. Undang-undang Nomor 31
Tahun
LEMBAGA
SEBAGAI
KEJAKSAAN
SALAH
SATU
1999
tentang
UNSUR
“Pemberantasan
Tindak
PERADILAN PIDANA
Pidana Korupsi”;
Negara
e. Undang-undang Nomor 20
Tahun
2001
SISTEM
Indonesia
adalah
Negara Hukum. Hal ini ditegaskan
tentang
dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-
“Perubahan atas Undang-
Undang Dasar tahun 1945. Norma ini
undang Nomor 31 Tahun
bermakna bahwa di dalam Negara
1999
tentang
Kesatuan Republik Indonesia, hukum
Pemberantasan
Tindak
merupakan
urat
kehidupan.
Hukum
Pidana Korupsi”;
f. Undang-undang Nomor 30
Tahun
“Komisi
2002
nadi
aspek
mempunyai
posisi strategis dan dominan dalam
tentang
kehidupan masyarakat berbangsa dan
Pemberantasan
bernegara. Hukum, sebagai suatu
Tindak Pidana Korupsi”;
sistem, dapat berperan dengan baik
Sedangkan bahan hukum
dan benar di tengah masyarakat jika
sekunder yang diperoleh dari studi
instrumen pelaksanaannya dilengkapi
literatur umumnya dipergunakan
dengan
sebagai
untuk
dalam bidang penegakan hukum.
merumuskan kerangka teoritis dan
Salah satu penegakan hukum itu
kerangka
konsep
adalah Lembaga Kejaksaan. Sistem
dipergunakan
dalam
terdahulu
data
dan
awal
yang
penelitian.
buku-buku
hukum
kewenangan-kewenangan
menurut
L.M.
Friedman
para
tersusun dari sub-sub sistem yang
pakar yang relevan dengan materi
berupa substansi hukum, struktur
penelitian.
hukum, dan budaya hukum. Ketiga
unsur sistem hukum ini sangat
menentukan apakah suatu sistem
54
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
hukum dapat berjalan dengan baik
6
atau tidak .
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
peranannya yang strategis di dalam
suatu negara hukum karena Lembaga
Penegakan
hukum
pada
Kejaksaan
menjadi
dasarnya melibatkan seluruh warga
proses
Negara Indonesia, dimana dalam
pemeriksaan
pelaksanaannya
sehingga
dilakukan
oleh
penyidikan
filter
antara
dan
proses
di
persidangan,
keberadaannya
dalam
penegak hukum. Penegakan hukum
kehidupan masyarakat harus mampu
tersebut dilakukan oleh aparat yang
mengemban tugas penegakan hukum.
berwenang.
Aparat
berwenang
dalam
negara
Pada
yang
pemeriksaan
Pasal
1
Angka
1
Undang-Undang Nomor. 16 Tahun
adalah
aparat
2004 tentang Kejaksaan Republik
Kejaksaan
dan
Indonesia ditentukan bahwa Jaksa
Pengadilan. Polisi, Jaksa dan Hakim
adalah pejabat fungsional yang diberi
merupakan
penegak
wewenang oleh undang-undang ini
masing-masing
untuk bertindak sebagai penyelidik,
mempunyai tugas, wewenang dan
penuntut umum dan pelaksanaan
kewajiban
putusan
perkara
pidana
Kepolisian,
hukum
tiga
unsur
yang
yang
sesuai
dengan
pengadilan
yang
telah
Peraturan Perundang-Undangan yang
memperoleh kekuatan hukum serta
berlaku.
wewenang lain berdasarkan.
penegakan
Undang-Undang Nomor 16
hukum merupakan sebagian faktor
Tahun 2004. Kejaksaan Republik
penegakan hukum yang tidak bisa
Indonesia
sebagai
diabaikan karena jika diabaikan akan
pemerintahan
yang melaksanakan
menyebabkan
tercapainya
kekuasaan
negara
di
penegakan hukum yang diharapkan.
penuntutan
harus
bebas
Oleh
pengaruh kekuasaan pihak manapun.
Hukum
dan
tidak
karena
itu,
keberadaan
lembaga
bidang
dari
Lembaga Kejaksaan salah satu unsur
Dalam
penuntutan
sistem peradilan pidana mempunyai
secara
merdeka
kedudukan
pengaruh kekuasaan pemerintah dan
6
yang
penting
dan
Effendy, Marwan, 2005, Kejaksaan RI,
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
dilaksanakan
terlepas
pengaruh
kekuasaan
Kejaksaan
sebagai
dari
lainnya.
salah
satu
55
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
lembaga penegak hukum dituntut
yang
lebih berperan dalam menegakkan
bersangkutan karena hukum suatu
supremasi
bangsa
hukum,
perlindungan
dicapai
oleh
sesungguhnya
bangsa
merupakan
kepentingan umum, penegakan hak
pencerminan
asasi manusia, serta pemberantasan
bangsa yang bersangkutan.
korupsi.7
kehidupan
Dalam
Substansi hukum merupakan
keseluruhan
asas-hukum,
norma
menjalankan
sosial
tugas
dan wewenangnya, Kejaksaan berada
pada posisi sentral dengan peran
hukum dan aturan hukum, baik yang
strategis
tertulis maupun yang tidak tertulis,
ketahanan bangsa. Karena Kejaksaan
termasuk putusan pengadilan, dalam
berada di poros dan menjadi filter
hal substansi hukum pidana di
antara proses penyidikan dan proses
Indonesia, maka induk perundang-
pemeriksaan di persidangan serta
undangan pidana materiil kita adalah
juga sebagai pelaksana penetapan
Kitab
Hukum
dan putusan pengadilan. Dengan
Pidana (KUHP), sedangkan induk
begitu Kejaksaan sebagai pengendali
perundang-undangan pidana formil
proses perkara (dominus litis), karena
(hukum
acaranya)
Undang
Undang
Undang
Undang
dalam
pemantapan
adalah
Kitab
hanya institusi Kejaksaan yang dapat
Hukum
Acara
menentukan
apakah
kasus/perkara dapat
Pidana (KUHAP).
suatu
diajukan ke
Unsur ketiga dalam sistem
Pengadilan atau tidak berdasarkan
hukum adalah Kultur hukum yakni
alat bukti yang sah menurut Hukum
kebiasaan atau budaya masyarakat
Acara Pidana.
Bahwa selain dari melakukan
yang menyertai dalam penegakan
tersebut
penuntutan, melaksanakan penetapan
berada pada masyarakat maupun
hakim dan putusan pengadilan yang
pada aparat penegak hukum. Pada
telah memperoleh kekuatan hukum
prinsipnya,
tetap
hukum.
Kultur
kultur
hukum
hukum
suatu
bangsa sebanding dengan kemajuan
(executive
ambtenaar ).
Kejaksaan juga memiliki tugas dan
wewenang dalam bidang pidana
7
Hartanti, Evi, 2005, Tindak Pidana
Korupsi, Sinar Grafika, hlm. 123.
lainnya
yakni
melakukan
56
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
pengawasan terhadap pelaksanaan
kejaksaan turut menyelenggarakan
putusan pidana bersyarat, putusan
kegiatan
pidana pengawasan, dan keputusan
hukum
lepas
kebijakan
bersyarat;
melakukan
peningkatan
masyarakat;
kesadaran
pengamanan
penegakan
hukum;
penyelidikan terhadap tindak pidana
pengawasan
tertentu berdasarkan undang-undang;
cetakan;
melengkapi berkas perkara tertentu
kepercayaan
dan untuk itu dapat melakukan
membahayakan
pemeriksaan
sebelum
negara; pencegahan penyalahgunaan
dilimpahkan ke pengadilan yang
dan/atau penodaan agama; penelitian
dalam
dan pengembangan hukum serta
tambahan
pelaksanaannya
dikoordinasikan dengan penyidik.8
Dalam bidang perdata dan
statistik
peredaran
barang
pengawasan
aliran
yang
masyarakat
kriminal.
Dalam
dapat
dan
UU
Kejaksaan tepatnya pada Pasal 1
tata usaha negara, kejaksaan dengan
butir 1 ditentukan bahwa :
kuasa khusus dapat bertindak baik di
antara lain melakukan penegakan
”Jaksa adalah pejabat fungsional
yang diberi wewenang oleh undangundang untuk bertindak sebagai
penuntut umum dan pelaksana
putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
serta wewenang lain berdasarkan
undang-undang.”
hukum; bantuan hukum sebagai jaksa
Sedangkan dalam Pasal 1
dalam maupun di luar pengadilan
untuk dan atas nama negara atau
pemerintah,
adapun
yang
dapat
dilakukan jaksa dalam bidang ini
pengacara
negara;
pelayanan
hukum
masyarakat;
pertimbangan
melakukan
kepada
memberikan
hukum
kepada
lembaga pemerintah; dan melakukan
tindakan hukum lain.
Sedang
dalam
“Penuntut Umum adalah jaksa yang
diberi wewenang oleh UndangUndang ini untuk melakukan
penuntutan
dan
melaksanakan
penetapan hakim.”
Hal tersebut juga di atur
dalam UU Nomor 8 Tahun 1981
bidang
ketertiban dan ketenteraman umum,
8
butir 2 disebutkan :
Pasal 30 ayat (1) UU Kejaksaan
Republik Indonesia.
tentang Hukum Acara Pidana yang
kerap di sebut dengan KUHAP yakni
dalam Pasal 1 butir 6 huruf a dan b
57
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Jo. Pasal 13 dengan begitu telah jelas
mungkin tinggi, sedang-sedang saja
bahwa penuntut umum sudah pasti
atau rendah. Kedudukan tersebut
adalah seorang jaksa, sedangkan
sebenarnya mempunyai wadah, yang
jaksa belum tentu seorang penuntut
isinya
umum. Bila melihat uraian di atas,
kewajiban-kewajiban tertentu. Hak-
dapat dikatakan bahwa peran jaksa
hak dan kewajiban-kewajiban tadi
selaku
penuntut
penegakan
hukum
adalah
hak-hak
dan
umum
dalam
merupakan peranan. Suatu peranan
tentu
berada
tertentu, dapat dijabarkan ke dalam
dalam koridor tindakan penuntutan.
unsur-unsur sebagai berikut:
a. Peranan yang ideal;
2. PERAN
JAKSA
DALAM
b. Peranan yang seharusnya;
TINDAK PIDANA KORUPSI
Pada
Kejaksaan
penegak
dasarnya
adalah
hukum,
c. Peranan yang dianggap oleh
lembaga
alat
diri sendiri;
negara
pelindung
d. Peranan
dan
Lembaga
Kejaksaan
dengan
demikian berperan sebagai penegak
hukum. Seseorang yang mempunyai
kedudukan
tertentu,
lazimnya
dinamakan pemegang peranan. Suatu
hak
sebenarnya
merupakan
wewenang untuk berbuat atau tidak
berbuat, sedangkan kewajiban adalah
beban atau tugas. Setiap penegak
hukum secara sosiologis mempunyai
kedudukan
dan
peranan
penegak
hukum.
sebagai
Kejaksaan
satunya
lembaga
adalah
satu-
negara
yang
merupakan aparat pemerintah yang
berwenang
pidana,
pidana
melimpahkan
menuntut
di
perkara
pelaku
tindak
pengadilan
dan
melaksanakan penetapan dan putusan
hakim
pidana,
kekuasaan
ini
merupakan ciri khas dari kejaksaan
yang membedakan lembaga-lembaga
atau badan-badan penegak hukum
lain. Selain itu dalam tindak pidana
umum Jaksa hanya sebagai penuntut
Kedudukan
merupakan posisi tertentu di dalam
struktur
sebenarnya
dilakukan9;
pengayom masyarakat berkewajiban
untuk memelihara tegaknya hukum.
yang
kemasyarakatan,
yang
9
Soerjono Soekanto, 2002, FaktorFaktor yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum, PT. Raja Grafindo Persada,
Indonesia, hlm. 23.
58
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
umum, tetapi dalam tindak pidana
tindak pidana khusus dalam arti
khusus dalam hal ini korupsi Jaksa
bahwa
berperan
dan
mempunyai ketentuan khusus acara
penuntut umum. Sebagai penyidik
pidana. Dengan demikian, Lembaga
maka diperlukan suatu keahlian dan
Kejaksaan
keterampilan yang khusus untuk
penyidikan. Tindak pidana yang
mencari dan mengumpulkan bukti
memuat ketentuan terhadap tindak
sehingga
diketemukan
pidana
tertentu
dasarnya
pidana
khusus”.
sebagai
penyidik
dapat
tersangkanya.
Pada
tindak
pidana
berwenang
korupsi
melakukan
disebut
“tindak
Tindak
pidana
penyelidikan dan penyidikan setiap
korupsi berdasarkan Undang-Undang
tindak pidana merupakan awal dalam
Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
penanganan setiap tindak pidana
Perubahan Atas Undang- Undang No
terutama tindak pidana korupsi.
31
Penyidik
Pidana
dalam
Korupsi
Tindak
pertama
kali
Tahun
1999
Pemberantasan
Tentang
Tindak
Pidana
Korupsi memuat “ketentuan khusus
ditangani oleh penyidik Kejaksaan
acara pidana” antara lain:
maupun oleh Penyidik Polri. Dalam
1)
Tersangka
wajib
memberi
tindak pidana khusus jaksa berperan
keterangan tentang seluruh harta
sebagai penyidik.Dasar hukum yang
benda
memberikan kewenangan penyidikan
diketahuinya (Pasal 28).
tindak
pidana
korupsi
kepada
membuktikan
huruf d Undang-Undang nomor 16
2004
Tentang
yang
2) Terdakwa mempunyai hak untuk
Kejaksaan adalah Pasal 30 ayat (1)
Tahun
korporasi
bahwa
ia
tidak
terdakwa
telah
bersalah (Pasal 37).
Kejaksaan
Republik Indonesia yang berbunyi
3)
Dalam
hal
sebagai berikut : “Di bidang pidana,
dipanggil secara sah dan tidak
kejaksaan mempunyai tugas dan
hadir di siding pengadilan tanpa
wewenang melakukan penyidikan
alasan yang sah maka perkara
terhadap tindak pidana tertentu”
dapat diperiksa dan diputus tanpa
Berdasarkan pasal tersebut
kehadirannya (Pasal 38).
maka tindak pidana korupsi adalah
59
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
Dalam menjalankan tugasnya
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
suatu negara hukum karena Lembaga
unsur aparat penegak hukum tersebut
Kejaksaan
merupakan sub sistem dari sistem
proses
peradilan
pemeriksaan
pidana.
penegakan
masing
dan
proses
di
persidangan,
ini,
masing-
sehingga
tersebut
kehidupan masyarakat harus mampu
sistem
beda sesuai dengan bidangnya serta
tetapi
keberadaannya
mengemban
hukum.
sesuai dengan ketentuan Perundangakan
antara
rangka
mempunyai peranan yang berbeda-
Undangan,
penyidikan
filter
Dalam
hukum
sub
menjadi
tugas
dalam
penegakan
10
Pada
Pasal
1
Angka
1
secara
Undang-Undang Nomor 16 Tahun
bersama-sama mempunyai kesamaan
2004 tentang Kejaksaan Republik
dalam
tujuan
pokoknya
yaitu
Indonesia ditentukan bahwa Jaksa
menanggulangi
kejahatan
dan
adalah pejabat fungsional yang diberi
pemasyarakatan kembali para nara
wewenang oleh undang-undang ini
pidana. Bekerjanya masing-masing
untuk bertindak sebagai penyelidik,
sub sistem tersebut harus sesuai
penuntut umum dan pelaksanaan
dengan
putusan
ketentuan
Perundang-
pengadilan
yang
telah
Undangan yang mengaturnya. Salah
memperoleh kekuatan hukum serta
satu sub sistem penegak hukum dari
wewenang lain berdasarkan Undang-
peradilan pidana adalah Lembaga
Undang Nomor 16 Tahun 2004.
Kejaksaan. Hukum dan penegakan
Kejaksaan
hukum merupakan sebagian faktor
sebagai lembaga pemerintahan yang
penegakan hukum yang tidak bisa
melaksanakan kekuasaan negara di
diabaikan karena jika diabaikan akan
bidang penuntutan harus bebas dari
menyebabkan
pengaruh kekuasaan pihak manapun.
tidak
tercapainya
penegakan hukum yang diharapkan.
Oleh
karena
Indonesia
penuntutan
keberadaan
dilaksanakan secara merdeka terlepas
Lembaga Kejaksaan salah satu unsur
dari pengaruh kekuasaan pemerintah
sistem peradilan pidana mempunyai
dan pengaruh kekuasaan lainnya.
kedudukan
itu,
Dalam
Republik
yang
penting
dan
peranannya yang strategis di dalam
10
Marwan Effendy, 2005, Kejaksaan
Republik Indonesia, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, hlm. 2.
60
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
Kejaksaan
sebagai
salah
satu
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
tersangkanya.
Pada
dasarnya
lembaga penegak hukum dituntut
penyelidikan dan penyidikan setiap
lebih berperan dalam menegakkan
tindak pidana merupakan awal dalam
supremasi
penanganan setiap tindak pidana
hukum,
perlindungan
kepentingan umum, penegakan hak
terutama tindak pidana korupsi.
Sebagai
asasi manusia, serta pemberantasan
korupsi.11
tindak
Kejaksaan
satunya
lembaga
pidana
adalah
satu-
kejaksaan
negara
yang
mengadakan
penyidik
dalam
korupsi
maka
berwenang
untuk
penyelidikan
dan
merupakan aparat pemerintah yang
penyidikan.
berwenang
perkara
dirasa oleh penyidik sudah selesai
pelaku
tindak
maka berkas perkaranya diserahkan
pengadilan
dan
kepada kejaksaan selaku penuntut
melaksanakan penetapan dan putusan
umum. Jaksa yang ditunjuk sebagai
hakim
ini
penuntut umum setelah menerima
merupakan ciri khas dari kejaksaan
berkas perkara segera memeriksa,
yang membedakan lembaga-lembaga
apabila berkas oleh penuntut umum
atau badan-badan penegak hukum
dianggap
lain.
dalam
pidana,
melimpahkan
menuntut
pidana
di
pidana,
Selain
itu
kekuasaan
dalam
Setelah
kurang
waktu
penyidikan
lengkap
tujuh
maka
hari
atau
tindak
sebelumnya, penuntut umum harus
pidana umum Jaksa hanya sebagai
sudah mengembalikan berkas pada
penuntut umum, tetapi dalam tindak
penyidik disertai dengan petunjuk
pidana khusus dalam hal ini korupsi
untuk kelengkapan berkas tersebut.
Jaksa berperan sebagai penyidik dan
Apabila dalam waktu tujuh
penuntut umum. Sebagai penyidik
hari setelah menerima berkas perkara
maka diperlukan suatu keahlian dan
dari penyidik penuntut umum tidak
keterampilan yang khusus untuk
mengembalikan berkas, maka berkas
mencari dan mengumpulkan bukti
tersebut
sehingga
dikembalikannya berkas perkara oleh
11
dapat
diketemukan
Suryono Sutarto, 2004, Hukum Acara
Pidana Jilid I, Universitas Diponegoro,
Semarang, hlm. 76.
penuntut
disertai
sudah
umum
dengan
lengkap.
pada
Dengan
penyidik
petunjuk
untuk
61
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
kelengkapan berkas maka penyidik
merupakan dasar dan menentukan
harus
batas-batas
mengadakan
penyidikan
lanjutan guna melengkapi berkas
selambat-lambatnya
dalam
waktu
bagi
pemeriksaan
terdakwa dalam
Pada
Pasal
1
Angka
1
empat belas hari selesai dan dikirim
Undang-Undang Nomor 16 Tahun
lagi pada penuntut umum.12
2004 tentang Kejaksaan Republik
Berdasarkan Pasal 110 ayat
Indonesia ditentukan bahwa Jaksa
(1) KUHAP, menyebutkan bahwa
adalah pejabat fungsional yang diberi
yang “dalam hal penyidik telah
wewenang oleh undang-undang ini
selesai
penyidikan,
untuk bertindak sebagai penyelidik,
penyidik wajib segera menyerahkan
penuntut umum dan pelaksanaan
berkas perkara itu kepada penuntut
putusan
umum”. Hal ini untuk memenuhi
memperoleh kekuatan hukum serta
asas peradilan cepat, sederhana dan
wewenang lain berdasarkan Undang-
biaya ringan.
Undang Nomor 16 Tahun 2004.
melakukan
Bila
penuntut
umum
pengadilan
Kejaksaan
Republik
yang
telah
Indonesia
berpendapat bahwa hasil penyidikan
sebagai lembaga pemerintahan yang
dari penyidik sudah lengkap maka
melaksanakan kekuasaan negara di
penyidik selanjutnya menyerahkan
bidang penuntutan harus bebas dari
tanggung jawab atas barang bukti
pengaruh kekuasaan pihak manapun.
dan tersangkanya. Penuntut umum
Dalam
penuntutan
hasil
dilaksanakan secara merdeka terlepas
penyidikan dari penyidik apakah
dari pengaruh kekuasaan pemerintah
dapat dilakukan penuntutan atau
dan pengaruh kekuasaan lainnya.
tidak, bila dapat maka ia dalam
Kejaksaan
waktu secepatnya membuat surat
lembaga penegak hukum dituntut
dakwaan. Surat dakwaan ini sangat
lebih berperan dalam menegakkan
penting dalam pemeriksaan perkara
supremasi
pidana.
kepentingan umum, penegakan hak
selanjutnya
12
memeriksa
Sebab
surat
dakwaan
Emmy Hafild, 2004, Transparancy
International Annual Report, Transparancy
International, Jakarta, hlm. 4.
sebagai
hukum,
salah
satu
perlindungan
asasi manusia, serta pemberantasan
korupsi.
62
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
Kejaksaan
satunya
lembaga
adalah
satu-
negara
yang
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Sebagai
tindak
penyidik
dalam
korupsi
maka
pidana
merupakan aparat pemerintah yang
kejaksaan
berwenang
perkara
mengadakan
pelaku
tindak
penyidikan.
pengadilan
dan
dirasa oleh penyidik sudah selesai
melaksanakan penetapan dan putusan
maka berkas perkaranya diserahkan
hakim
ini
kepada kejaksaan selaku penuntut
merupakan ciri khas dari kejaksaan
umum. Jaksa yang ditunjuk sebagai
yang membedakan lembaga-lembaga
penuntut umum setelah menerima
atau badan-badan penegak hukum
berkas perkara segera memeriksa,
lain.
apabila berkas oleh penuntut umum
pidana,
melimpahkan
menuntut
pidana
di
pidana,
Selain
kekuasaan
itu
dalam
tindak
dianggap
berwenang
untuk
penyelidikan
Setelah
kurang
penyidikan
lengkap
dalam
penuntut umum, tetapi dalam tindak
sebelumnya, penuntut umum harus
pidana khusus dalam hal ini korupsi
sudah mengembalikan berkas pada
Jaksa berperan sebagai penyidik dan
penyidik disertai dengan petunjuk
penuntut umum. Sebagai penyidik
untuk kelengkapan berkas tersebut.
maka diperlukan suatu keahlian dan
Apabila dalam waktu tujuh hari
keterampilan yang khusus untuk
setelah menerima berkas perkara dari
mencari dan mengumpulkan bukti
penyidik
sehingga
mengembalikan berkas, maka berkas
tersangkanya.
Pada
diketemukan
dasarnya
tersebut
tujuh
maka
pidana umum Jaksa hanya sebagai
dapat
waktu
dan
penuntut
sudah
hari
umum
lengkap.
atau
tidak
Dengan
penyelidikan dan penyidikan setiap
dikembalikannya berkas perkara oleh
tindak pidana merupakan awal dalam
penuntut
penanganan setiap tindak pidana
disertai
terutama tindak pidana korupsi.13
kelengkapan berkas maka penyidik
harus
umum
dengan
pada
penyidik
petunjuk
mengadakan
untuk
penyidikan
lanjutan guna melengkapi berkas
13
Robert Kligaard, 2005, Penuntun
Pemberantasan
Korupsi
dalam
Pemerintahan Daerah , Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta, hlm. 3.
selambat-lambatnya
dalam
waktu
63
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
empat belas hari selesai dan dikirim
lagi pada penuntut umum.
14
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
batas-batas
bagi
pemeriksaan
terdakwa.
Berdasarkan Pasal 110 ayat
Di dalam Pasal 13 KUHAP
(1) KUHAP, menyebutkan bahwa
merumuskan bahwa penuntut umum
yang “dalam hal penyidik telah
adalah Jaksa yang diberi wewenang
selesai
untuk
melakukan
penyidikan,
melakukan
penuntutan.
penyidik wajib segera menyerahkan
Adapun wewenang Penuntut Umum
berkas perkara itu kepada penuntut
menurut Pasal 14 KUHAP adalah:
umum”. Hal ini untuk memenuhi
a. Menerima
asas peradilan cepat, sederhana dan
berkas
biaya ringan.
dari penyidik atau pembantu
Bila
penuntut
umum15
berpendapat bahwa hasil penyidikan
dan
memeriksa
perkara
penyidikan
penyidik.
b. Mengadakan
prapenuntutan
dari penyidik sudah lengkap maka
apabila ada kekurangan pada
penyidik selanjutnya menyerahkan
penyidikan
tanggung jawab atas barang bukti
memperhatikan
dan tersangkanya. Penuntut umum
Ayat (3) dan (4), dengan
selanjutnya
member
petunjuk
penyidikan dari penyidik apakah
rangka
menyempurnakan
dapat dilakukan penuntutan atau
penyidikan dari penyidik.
memeriksa
hasil
tidak, bila dapat maka ia dalam
dengan
c. Memberikan
Pasal
110
dalam
perpanjangan
waktu secepatnya membuat surat
penahanan,
dakwaan. Surat dakwaan ini sangat
penahanan atau penahanan
penting dalam pemeriksaan perkara
lanjutan dan atau mengubah
pidana.
status
Sebab
surat
dakwaan
merupakan dasar dan menentukan
melakukan
tahanan
setelah
perkaranya dilimpahkan oleh
penyidik.
14
Andi Hamzah, 1991, Korupsi di
Indonesia, Masalah dan Pemecahannya ,
Gramedia, Jakarta, hlm. 36.
15
Robert Kligaard, 2005, Penuntun
Pemberantasan
Korupsi
dalam
Pemerintahan Daerah , Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta, hlm. 3.
d. Membuat surat dakwaan.
e. Melimpahkan
perkara
ke
pengadilan.
64
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
kewajibannya tersebut Jaksa harus
f. Menyampaikan
kepada
bekerja sama dengan pihak lain yang
terdakwa tentang ketentuan
terkait. Kerja sama dengan pihak lain
dan
perkara
ini disebut dengan hubungan hukum,
disertai
karena dalam melakukan kerja sama
surat panggilan, baik kepada
dalam suatu aturan atau hukum yang
terdakwa
kepada
sifatnya pasti. Hubungan hukum
pada
dengan pihak lain itu dapat berupa
pemberitahuan
waktu
disidangkan
saksi
yang
maupun
untuk
datang
sidang yang telah ditentukan.
perseorangan, badan hukum dan
instansi pemerintahan yang lain.
PENUTUP
Tindak pidana korupsi di
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia terus meningkat dari tahun
A. Buku
ke
Wiyono, 2005, Pembahasan UndangUndang
Pemberantasan
Tindak Piadana Korupsi,
Sinar Grafika, Jakarta.
tahun.
Meningkatnya
tindak
pidana korupsi yang tidak terkendali
akan membawa bencana terhadap
kehidupan perekonomian nasional.
Pemberantasan
korupsi
dengan
adalah
mengandalkan
diperlakukannya
secara
Undang-Undang
konsisten
tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi
No.
20
Tahun
Perubahan
Atas
2001
tentang
Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan
Tindak
Pidana
Korupsi.
Jaksa
sebagai
penyidik
merangkap sebagai penuntut umum
dalam penanganan tindak pidana
Andi Hamzah, 1991, Korupsi di
Indonesia, Masalah dan
Pemecahannya ,
Gramedia,
Jakarta.
Effendy, Marwan, 2005, Kejaksaan
RI, Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Emmy Hafild, 2004, Transparancy
International Annual Report,
Transparancy International,
Jakarta.
Hartanti, Evi, 2005, Tindak Pidana
Korupsi, Sinar Grafika.
Lawrence M. Friedman, The Legal
System : A Social Science
Perspective, Russel Sage
Foundation, New York, 1975.
Marwan Effendy, 2005, Kejaksaan
Republik
Indonesia,
korupsi. Maka untuk menyelesaikan
65
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
Gramedia
Jakarta.
Pustaka
Utama,
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Pidana Korupsi (LNRI 2002137, TLNRI 4250).
Robert Kligaard, 2005, Penuntun
Pemberantasan
Korupsi
dalam Pemerintahan Daerah,
Yayasan Obor Indonesia,
Jakarta.
Satjipto Rahardjo, Hukum Dan
Perubahan Sosial, Alumni,
Bandung, 1979.
Soerjono Soekanto, 2002, FaktorFaktor yang Mempengaruhi
Penegakan Hukum, PT. Raja
Grafindo Persada, Indonesia.
Sudhono Iswahyudi, 2003, Makalah
Jaksa Agung Muda Tindak
Pidana Khusus,Keterkaiatan
Komisi
Pemberantasan
Korupsi dengan Kejaksaan
dalam penanganan Tindak
Pidana Korupsi.
Suryono Sutarto, 2004, Hukum
Acara
Pidana
Jilid
I,
Universitas
Diponegoro,
Semarang.
B. Peraturan
Perundang-
undangan
Undang-Undang No. 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana
(KUHAP).
Undang-Undang No. 20 Tahun 2001
tentang
Perubahan
Atas
Undang-Undang No. 31
Tahun
1999
tentang
Pemberantasan
Tindak
Pidana Korupsi (LNRI 2001134, TLNRI 4150).
Undang-Undang No. 30 Tahun 2002
tentang
Komisi
Pemberantasan
Tindak
66
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
PERAN KEJAKSAAN
DALAM PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
DI INDONESIA PASCA UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2001
TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
(The role of prosecutor in corruption eradication in Indonesia after-the-law
number 20 in 2001 about eradication of corruption acts)
Yasmirah Mandasari Saragih
Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Panca Budi Medan
Jalan Jendral Gatot Subroto KM. 4,5 Sei Sikambing Medan
E-mail: [email protected]
Abstract
The criminal act of corruption in large numbers has the potential to harm the
state's finances so as to disrupt development resources and endanger the political
stability of a country. Currently corruption is transnational. The prosecutor's
office as the case controller or Dominus Litis has a central position in law
enforcement, since only the prosecutor's office can determine whether a case can
be brought to the Court or not based on valid evidence as per criminal law. To
carry out the task of eradicating corruption, the Attorney General can not work
alone by relying on the ability of the prosecutor apparatus without cooperation
with other agencies. According to the prevailing regulations, corruption
investigators are prosecutors and police, so cooperation between the two law
enforcers should be mutually supportive and mutually supportive for the
successful investigation of criminal acts of corruption.
Keywords: Prosecutor, Corruption, Eradication.
Abstrak
Tindak pidana korupsi dalam jumlah besar berpotensi merugikan keuangan negara
sehingga dapat mengganggu sumber daya pembangunan dan membahayakan
stabilitas politik suatu negara. Saat ini korupsi sudah bersifat transnasional.
Kejaksaan sebagai pengendali proses perkara atau Dominus Litis mempunyai
kedudukan sentral dalam penegakan hukum, karena hanya institusi kejaksaan
yang dapat menentukan apakah suatu kasus dapat diajukan ke Pengadilan atau
tidak berdasarkan alat bukti yang sah sebagaimana menurut hukum acara pidana.
Untuk melaksanakan tugas pemberantasan korupsi maka Kejaksaan tidak bisa
bekerja sendiri dengan mengandalkan kemampuan aparat kejaksaan tanpa kerja
sama dengan instansi lain. Menurut peraturan yang berlaku, penyidik tindak
pidana korupsi adalah Jaksa dan Polisi, sehingga dibutuhkan kerja sama antara
kedua penegak hukum ini yang harus saling mendukung dan saling membantu
untuk berhasilnya penyidikan tindak pidana korupsi.
49
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Kata Kunci: Kejaksaan, Korupsi, Pemberantasan.
PENDAHULUAN
penggantian
A. Latar Belakang
Perang Pusat tersebut ditetapkan
Hukum menetapkan apa yang
dengan
Peraturan
peraturan
Penguasa
perundang-
harus dilakukan dan atau apa yang
undangan yang berbentuk Peraturan
boleh dilakukan serta yang dilarang.
Pemerintah
Sasaran hukum yang hendak dituju
Undang, yaitu dengan Peraturan
bukan saja orang yang nyata-nyata
Pemerintah
berbuat melawan hukum, melainkan
Undang Nomor 24 Tahun 1960
perbuatan hukum yang mungkin
tentang Pengusutan, Penuntutan, dan
akan
alat
Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi,
perlengkapan negara untuk bertindak
yang kemudian atas dasar Undang-
menurut hukum. Sistem bekerjanya
Undang
hukum yang demikian itu merupakan
menjadi Undang-Undang Nomor 24
salah bentuk penegakan hukum
Prp
terjadi,
dan
kepada
Proses pembangunan dapat
menimbulkan
kemajuan
dalam
Pengganti
Pengganti
Nomor
1960
Undang-
1
Undang-
tahun
tentang
1960
Pengusutan,
Penuntutan, dan Pemeriksaan Tindak
Pidana Korupsi.1
kehidupan masyarakat, selain itu
Founding fathers republik ini
dapat juga mengakibatkan perubahan
telah
kondisi
yang
sebagai negara yang berdasarkan
memiliki dampak sosial negatif,
hukum (Rechtstaat) bukan kekuasaan
terutama
(Machtstaat),
sosial
peningkatan
masyarakat
menyangkut
tindak
masalah
pidana
mencita-citakan
Indonesia
konstitusi
kita,
yang
Undang-Undang Dasar 1945 pun
meresahkan masyarakat. Salah satu
telah menegaskan bahwa “Negara
tindak pidana yang dapat dikatakan
Indonesia adalah Negara Hukum”2.
cukup fenomenal adalah masalah
1
korupsi.
Dengan adanya keadaan yang
seperti itu dan perlunya diatur segera
tindak pidana korupsi, maka atas
dasar Pasal 96 ayat (1) UUDS 1950,
Wiyono, 2005, Pembahasan UndangUndang Pemberantasan Tindak Piadana
Korupsi, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 3.
2
Vide Pasal 1 ayat (3) UUD 1945,
dimana sebelum dilakukan amandemen
terhadap UUD 1945, konstitusi kita
memiliki
Penjelasan
dimana
disana
disebutkan “Negara indonesia berdasar atas
hukum (rechtsstaat), tidak berdasarkan
50
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Sebagai konsekuensi dari negara
Untuk adanya tata hukum dalam
hukum
negara
masyarakat diperlukan 3 komponen
Indonesia harus menjunjung tinggi
kegiatan yaitu Pembuatan norma-
supremasi hukum dengan berasaskan
norma hukum, Pelaksana norma-
pada prinsip dasar dari negara hukum
norma
yaitu equality before the law yang
Penyelesaian sengketa yang timbul
artinya
dalam
tersebut,
adalah
maka
setiap
orang
mempunyai kedudukan yang sama di
hukum
tersebut
suasana
tersebut.
tertib
dan
hukum
4
Apabila melihat bahwa di
mata hukum.
Sebagai suatu negara hukum,
kehidupan masyarakat di Indonesia
maka sudah selayaknya juga segala
saat ini, maka dapat dilihat bahwa
sesuatu
telah
yang
dijalankan
dalam
banyak
peraturan-peraturan
dan
yang dikeluarkan untuk menjaga
bermasyarakat juga harus berada
kelangsungan hidup bernegara dan
dalam koridor hukum, artinya dalam
bermasyarakat.
masyarakat
peraturan-peraturan
kehidupan
bernegara
mutlak
diperlukan
Dikeluarkannya
tersebut
hukum untuk mengatur hubungan
menggambarkan
antara
dan
norma hukum yang diciptakan untuk
hubungan antara masyarakat dengan
mengatur hak dan kewajiban dari
negara.
negara dan masyarakat.
warga
masyarakat
adanya
norma-
hal
Pelaksanaan dari peraturan-
tersebut, Prof. Dr. Satjipto Raharjo3,
peraturan yang mengandung norma-
mengemukakan bahwa dalam setiap
norma hukum tersebut pada dasarnya
masyarakat harus ada hukum yang
merupakan bagian dari penegakan
mengatur perilaku-perilaku dan tata
hukum karena penegakan hukum
kehidupan
adalah suatu upaya untuk menjaga
Berkaitan
anggota
dengan
masyarakat.
agar
kekuasaan belaka (machtsstaat)”, namun
setelah amandemen dilakukan Penjelasan
tersebut ditiadakan dan bukan lagi menjadi
bagian dari konstitusi.
3
Satjipto Rahardjo, Hukum Dan
Perubahan Sosial, Alumni, Bandung, 1979,
hal. 102.
hukum
harus
ditaati.
Pelanggaran atau penyimpangan dari
hukum yang berlaku akan dikenakan
4
Lawrence M. Friedman, The Legal
System : A Social Science Perspective ,
Russel Sage Foundation, New York, 1975.
51
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
sanksi sesuai ketentuan yang diatur
tahun
dalam hukum. Dalam hal inilah
melaksanakan tugas dan fungsinya,
hukum pidana digunakan. Dengan
jaksa bertidak dan atas nama negara
demikian, penegakan hukum dengan
serta bertanggung jawab menurut
menggunakan
saluran hierarki.
perangkat
hukum
Bambang
memberantas kejahatan.
Indonesia
penegak
hukum,
satunya
mempunyai
9.
Dalam
Yudhoyono
memberantas
untuk
korupsi
sebagai
salah
therapy (shock theraphy). Presiden
Kejaksaan.
telah mengeluarkan Instruksi No. 5
sebagai
adalah
pasal
Pada era presiden Susilo
pidana juga merupakan upaya untuk
Di
2004
Pembentukan Jaksa ini didasari oleh
tahun
Undang-undang No. 16 tahun 2004
Pemberantasan
tentang
Kejaksaan
dalam
Korupsi. Kemudian dikeluarkannya
bagian
menimbang
menerangkan
pula Keppres No. 11 tahun 2005
yang
2004
tentang
Percepatan
Tindak
tujuan nasional Indonesia adalah
tentang
penegakan hukum dan keadilan serta
Pemberantasan
sebagai
yang
Korupsi yang anggotanya terdiri dari
fungsinya berkaitan dengan Susunan
Kejaksaan, Kepolisian, dan Badan
Kejaksaan menurut Undang-undang
Pengawas Keuangan Pembangunan
No.16 tahun 2004 tentang Kejaksaan
(BPKP),
Republik Indonesia adalah terdiri
diketuai oleh jaksa agung muda
dari Kejaksaan Agung, Kejaksaan
tindak pidana khusus.
Tinggi,
salah
dan
satu
badan
Kejaksaan
Negeri.
Tim
Pidana
dan
Fungsi
Koordinasi
Tindak
secara
Jaksa
Pidana
kebetulan
merupakan
Dimana kekuasaan tertinggi dalam
salah satu mata rantai dari proses
Kejaksaan
penegakkan
ada
pada
Kejaksaan
hukum
Agung yaitu Jaksa Agung sendiri,
penanggulangan
sedangkan seorang jaksa diangkat
tindak pidana yang terjadi dalam
dan diberhentikan oleh Jaksa Agung,
masyarakat, dimana fungsi tersebut
dimana syarat-syarat untuk dapat
tidak dapat terlepas dan dipisahkan
diangkat
dari proses penyelidikan, penyidikan,
menjadi
seorang
jaksa
diatur dalam Undang-undang No.16
penuntutan,
kejahatan
dalam
persidangan
atau
dan
52
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
eksekusi. Dalam KUHAP pasal 1
butir 6 menyatakan sebagai berikut:
5
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
maka
wewenang
undang-undang
ini
Kejaksaan
oleh
Sebagai
Salah
Satu Unsur Sistem Peradilan
untuk
Pidana?
umum serta melaksanakan
2. Bagaimana
pengadilan
akan
1. Bagaimana Fungsi Lembaga
bertindak sebagai penuntut
putusan
yang
dibahas adalah sebagai berikut:
1. Jaksa adalah pejabat yang
diberi
permasalahan
Dalam
yang
Peran
Tindak
Jaksa
Pidana
Korupsi?
telah memperoleh kekuatan
hukum tetap;
2. Penuntut umum adalah Jaksa
yang diberi wewenang oleh
undang-undangini
untuk
melakukan penuntutan dan
melaksanakan
penetapan
C. METODE PENELITIAN
1.
Spesifikasi
Spesifikasi penelitian ini
merupakan jenis penelitian yuridis
normatif.
menggunakan
hukum.
Bahan penelitian ini
bahan
hukum
primer berupa dokumen-dokumen
antara lain sebagai berikut:
B. PERMASALAHAN
Masalah adalah kejadian atau
a. Undang-undang Nomor 8
keadaan
yang
menimbulkan
Tahun 1981 tentang ”Kitab
pertanyaan
dalam
hati
Undang-undang
tentang
kedudukannya, tidak puas hanya
dengan melihat saja, melainkan ingin
mengetahui
lebih
dalam.
Acara Pidana”;
b. Undang-undang Nomor 16
Tahun
2004
telah
“Kejaksaan
dikemukakan pada latar belakang,
Indonesia”;
Berdasarkan
hal-hal
yang
Hukum
tentang
Republik
c. Undang-undang Nomor 28
Tahun
5
Sudhono Iswahyudi, 2003, Makalah
Jaksa Agung Muda Tindak Pidana
Khusus,Keterkaiatan
Komisi
Pemberantasan Korupsi dengan Kejaksaan
dalam penanganan Tindak Pidana Korupsi,
hlm. 112.
1999
“Penyelenggaraan
tentang
Negara
Yang Bersih dan Bebas
53
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
dari Korupsi, Kolusi dan
D. HASIL PENELITIAN
Nepotisme”
1.
d. Undang-undang Nomor 31
Tahun
LEMBAGA
SEBAGAI
KEJAKSAAN
SALAH
SATU
1999
tentang
UNSUR
“Pemberantasan
Tindak
PERADILAN PIDANA
Pidana Korupsi”;
Negara
e. Undang-undang Nomor 20
Tahun
2001
SISTEM
Indonesia
adalah
Negara Hukum. Hal ini ditegaskan
tentang
dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-
“Perubahan atas Undang-
Undang Dasar tahun 1945. Norma ini
undang Nomor 31 Tahun
bermakna bahwa di dalam Negara
1999
tentang
Kesatuan Republik Indonesia, hukum
Pemberantasan
Tindak
merupakan
urat
kehidupan.
Hukum
Pidana Korupsi”;
f. Undang-undang Nomor 30
Tahun
“Komisi
2002
nadi
aspek
mempunyai
posisi strategis dan dominan dalam
tentang
kehidupan masyarakat berbangsa dan
Pemberantasan
bernegara. Hukum, sebagai suatu
Tindak Pidana Korupsi”;
sistem, dapat berperan dengan baik
Sedangkan bahan hukum
dan benar di tengah masyarakat jika
sekunder yang diperoleh dari studi
instrumen pelaksanaannya dilengkapi
literatur umumnya dipergunakan
dengan
sebagai
untuk
dalam bidang penegakan hukum.
merumuskan kerangka teoritis dan
Salah satu penegakan hukum itu
kerangka
konsep
adalah Lembaga Kejaksaan. Sistem
dipergunakan
dalam
terdahulu
data
dan
awal
yang
penelitian.
buku-buku
hukum
kewenangan-kewenangan
menurut
L.M.
Friedman
para
tersusun dari sub-sub sistem yang
pakar yang relevan dengan materi
berupa substansi hukum, struktur
penelitian.
hukum, dan budaya hukum. Ketiga
unsur sistem hukum ini sangat
menentukan apakah suatu sistem
54
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
hukum dapat berjalan dengan baik
6
atau tidak .
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
peranannya yang strategis di dalam
suatu negara hukum karena Lembaga
Penegakan
hukum
pada
Kejaksaan
menjadi
dasarnya melibatkan seluruh warga
proses
Negara Indonesia, dimana dalam
pemeriksaan
pelaksanaannya
sehingga
dilakukan
oleh
penyidikan
filter
antara
dan
proses
di
persidangan,
keberadaannya
dalam
penegak hukum. Penegakan hukum
kehidupan masyarakat harus mampu
tersebut dilakukan oleh aparat yang
mengemban tugas penegakan hukum.
berwenang.
Aparat
berwenang
dalam
negara
Pada
yang
pemeriksaan
Pasal
1
Angka
1
Undang-Undang Nomor. 16 Tahun
adalah
aparat
2004 tentang Kejaksaan Republik
Kejaksaan
dan
Indonesia ditentukan bahwa Jaksa
Pengadilan. Polisi, Jaksa dan Hakim
adalah pejabat fungsional yang diberi
merupakan
penegak
wewenang oleh undang-undang ini
masing-masing
untuk bertindak sebagai penyelidik,
mempunyai tugas, wewenang dan
penuntut umum dan pelaksanaan
kewajiban
putusan
perkara
pidana
Kepolisian,
hukum
tiga
unsur
yang
yang
sesuai
dengan
pengadilan
yang
telah
Peraturan Perundang-Undangan yang
memperoleh kekuatan hukum serta
berlaku.
wewenang lain berdasarkan.
penegakan
Undang-Undang Nomor 16
hukum merupakan sebagian faktor
Tahun 2004. Kejaksaan Republik
penegakan hukum yang tidak bisa
Indonesia
sebagai
diabaikan karena jika diabaikan akan
pemerintahan
yang melaksanakan
menyebabkan
tercapainya
kekuasaan
negara
di
penegakan hukum yang diharapkan.
penuntutan
harus
bebas
Oleh
pengaruh kekuasaan pihak manapun.
Hukum
dan
tidak
karena
itu,
keberadaan
lembaga
bidang
dari
Lembaga Kejaksaan salah satu unsur
Dalam
penuntutan
sistem peradilan pidana mempunyai
secara
merdeka
kedudukan
pengaruh kekuasaan pemerintah dan
6
yang
penting
dan
Effendy, Marwan, 2005, Kejaksaan RI,
PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
dilaksanakan
terlepas
pengaruh
kekuasaan
Kejaksaan
sebagai
dari
lainnya.
salah
satu
55
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
lembaga penegak hukum dituntut
yang
lebih berperan dalam menegakkan
bersangkutan karena hukum suatu
supremasi
bangsa
hukum,
perlindungan
dicapai
oleh
sesungguhnya
bangsa
merupakan
kepentingan umum, penegakan hak
pencerminan
asasi manusia, serta pemberantasan
bangsa yang bersangkutan.
korupsi.7
kehidupan
Dalam
Substansi hukum merupakan
keseluruhan
asas-hukum,
norma
menjalankan
sosial
tugas
dan wewenangnya, Kejaksaan berada
pada posisi sentral dengan peran
hukum dan aturan hukum, baik yang
strategis
tertulis maupun yang tidak tertulis,
ketahanan bangsa. Karena Kejaksaan
termasuk putusan pengadilan, dalam
berada di poros dan menjadi filter
hal substansi hukum pidana di
antara proses penyidikan dan proses
Indonesia, maka induk perundang-
pemeriksaan di persidangan serta
undangan pidana materiil kita adalah
juga sebagai pelaksana penetapan
Kitab
Hukum
dan putusan pengadilan. Dengan
Pidana (KUHP), sedangkan induk
begitu Kejaksaan sebagai pengendali
perundang-undangan pidana formil
proses perkara (dominus litis), karena
(hukum
acaranya)
Undang
Undang
Undang
Undang
dalam
pemantapan
adalah
Kitab
hanya institusi Kejaksaan yang dapat
Hukum
Acara
menentukan
apakah
kasus/perkara dapat
Pidana (KUHAP).
suatu
diajukan ke
Unsur ketiga dalam sistem
Pengadilan atau tidak berdasarkan
hukum adalah Kultur hukum yakni
alat bukti yang sah menurut Hukum
kebiasaan atau budaya masyarakat
Acara Pidana.
Bahwa selain dari melakukan
yang menyertai dalam penegakan
tersebut
penuntutan, melaksanakan penetapan
berada pada masyarakat maupun
hakim dan putusan pengadilan yang
pada aparat penegak hukum. Pada
telah memperoleh kekuatan hukum
prinsipnya,
tetap
hukum.
Kultur
kultur
hukum
hukum
suatu
bangsa sebanding dengan kemajuan
(executive
ambtenaar ).
Kejaksaan juga memiliki tugas dan
wewenang dalam bidang pidana
7
Hartanti, Evi, 2005, Tindak Pidana
Korupsi, Sinar Grafika, hlm. 123.
lainnya
yakni
melakukan
56
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
pengawasan terhadap pelaksanaan
kejaksaan turut menyelenggarakan
putusan pidana bersyarat, putusan
kegiatan
pidana pengawasan, dan keputusan
hukum
lepas
kebijakan
bersyarat;
melakukan
peningkatan
masyarakat;
kesadaran
pengamanan
penegakan
hukum;
penyelidikan terhadap tindak pidana
pengawasan
tertentu berdasarkan undang-undang;
cetakan;
melengkapi berkas perkara tertentu
kepercayaan
dan untuk itu dapat melakukan
membahayakan
pemeriksaan
sebelum
negara; pencegahan penyalahgunaan
dilimpahkan ke pengadilan yang
dan/atau penodaan agama; penelitian
dalam
dan pengembangan hukum serta
tambahan
pelaksanaannya
dikoordinasikan dengan penyidik.8
Dalam bidang perdata dan
statistik
peredaran
barang
pengawasan
aliran
yang
masyarakat
kriminal.
Dalam
dapat
dan
UU
Kejaksaan tepatnya pada Pasal 1
tata usaha negara, kejaksaan dengan
butir 1 ditentukan bahwa :
kuasa khusus dapat bertindak baik di
antara lain melakukan penegakan
”Jaksa adalah pejabat fungsional
yang diberi wewenang oleh undangundang untuk bertindak sebagai
penuntut umum dan pelaksana
putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap
serta wewenang lain berdasarkan
undang-undang.”
hukum; bantuan hukum sebagai jaksa
Sedangkan dalam Pasal 1
dalam maupun di luar pengadilan
untuk dan atas nama negara atau
pemerintah,
adapun
yang
dapat
dilakukan jaksa dalam bidang ini
pengacara
negara;
pelayanan
hukum
masyarakat;
pertimbangan
melakukan
kepada
memberikan
hukum
kepada
lembaga pemerintah; dan melakukan
tindakan hukum lain.
Sedang
dalam
“Penuntut Umum adalah jaksa yang
diberi wewenang oleh UndangUndang ini untuk melakukan
penuntutan
dan
melaksanakan
penetapan hakim.”
Hal tersebut juga di atur
dalam UU Nomor 8 Tahun 1981
bidang
ketertiban dan ketenteraman umum,
8
butir 2 disebutkan :
Pasal 30 ayat (1) UU Kejaksaan
Republik Indonesia.
tentang Hukum Acara Pidana yang
kerap di sebut dengan KUHAP yakni
dalam Pasal 1 butir 6 huruf a dan b
57
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Jo. Pasal 13 dengan begitu telah jelas
mungkin tinggi, sedang-sedang saja
bahwa penuntut umum sudah pasti
atau rendah. Kedudukan tersebut
adalah seorang jaksa, sedangkan
sebenarnya mempunyai wadah, yang
jaksa belum tentu seorang penuntut
isinya
umum. Bila melihat uraian di atas,
kewajiban-kewajiban tertentu. Hak-
dapat dikatakan bahwa peran jaksa
hak dan kewajiban-kewajiban tadi
selaku
penuntut
penegakan
hukum
adalah
hak-hak
dan
umum
dalam
merupakan peranan. Suatu peranan
tentu
berada
tertentu, dapat dijabarkan ke dalam
dalam koridor tindakan penuntutan.
unsur-unsur sebagai berikut:
a. Peranan yang ideal;
2. PERAN
JAKSA
DALAM
b. Peranan yang seharusnya;
TINDAK PIDANA KORUPSI
Pada
Kejaksaan
penegak
dasarnya
adalah
hukum,
c. Peranan yang dianggap oleh
lembaga
alat
diri sendiri;
negara
pelindung
d. Peranan
dan
Lembaga
Kejaksaan
dengan
demikian berperan sebagai penegak
hukum. Seseorang yang mempunyai
kedudukan
tertentu,
lazimnya
dinamakan pemegang peranan. Suatu
hak
sebenarnya
merupakan
wewenang untuk berbuat atau tidak
berbuat, sedangkan kewajiban adalah
beban atau tugas. Setiap penegak
hukum secara sosiologis mempunyai
kedudukan
dan
peranan
penegak
hukum.
sebagai
Kejaksaan
satunya
lembaga
adalah
satu-
negara
yang
merupakan aparat pemerintah yang
berwenang
pidana,
pidana
melimpahkan
menuntut
di
perkara
pelaku
tindak
pengadilan
dan
melaksanakan penetapan dan putusan
hakim
pidana,
kekuasaan
ini
merupakan ciri khas dari kejaksaan
yang membedakan lembaga-lembaga
atau badan-badan penegak hukum
lain. Selain itu dalam tindak pidana
umum Jaksa hanya sebagai penuntut
Kedudukan
merupakan posisi tertentu di dalam
struktur
sebenarnya
dilakukan9;
pengayom masyarakat berkewajiban
untuk memelihara tegaknya hukum.
yang
kemasyarakatan,
yang
9
Soerjono Soekanto, 2002, FaktorFaktor yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum, PT. Raja Grafindo Persada,
Indonesia, hlm. 23.
58
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
umum, tetapi dalam tindak pidana
tindak pidana khusus dalam arti
khusus dalam hal ini korupsi Jaksa
bahwa
berperan
dan
mempunyai ketentuan khusus acara
penuntut umum. Sebagai penyidik
pidana. Dengan demikian, Lembaga
maka diperlukan suatu keahlian dan
Kejaksaan
keterampilan yang khusus untuk
penyidikan. Tindak pidana yang
mencari dan mengumpulkan bukti
memuat ketentuan terhadap tindak
sehingga
diketemukan
pidana
tertentu
dasarnya
pidana
khusus”.
sebagai
penyidik
dapat
tersangkanya.
Pada
tindak
pidana
berwenang
korupsi
melakukan
disebut
“tindak
Tindak
pidana
penyelidikan dan penyidikan setiap
korupsi berdasarkan Undang-Undang
tindak pidana merupakan awal dalam
Nomor 20 Tahun 2001 Tentang
penanganan setiap tindak pidana
Perubahan Atas Undang- Undang No
terutama tindak pidana korupsi.
31
Penyidik
Pidana
dalam
Korupsi
Tindak
pertama
kali
Tahun
1999
Pemberantasan
Tentang
Tindak
Pidana
Korupsi memuat “ketentuan khusus
ditangani oleh penyidik Kejaksaan
acara pidana” antara lain:
maupun oleh Penyidik Polri. Dalam
1)
Tersangka
wajib
memberi
tindak pidana khusus jaksa berperan
keterangan tentang seluruh harta
sebagai penyidik.Dasar hukum yang
benda
memberikan kewenangan penyidikan
diketahuinya (Pasal 28).
tindak
pidana
korupsi
kepada
membuktikan
huruf d Undang-Undang nomor 16
2004
Tentang
yang
2) Terdakwa mempunyai hak untuk
Kejaksaan adalah Pasal 30 ayat (1)
Tahun
korporasi
bahwa
ia
tidak
terdakwa
telah
bersalah (Pasal 37).
Kejaksaan
Republik Indonesia yang berbunyi
3)
Dalam
hal
sebagai berikut : “Di bidang pidana,
dipanggil secara sah dan tidak
kejaksaan mempunyai tugas dan
hadir di siding pengadilan tanpa
wewenang melakukan penyidikan
alasan yang sah maka perkara
terhadap tindak pidana tertentu”
dapat diperiksa dan diputus tanpa
Berdasarkan pasal tersebut
kehadirannya (Pasal 38).
maka tindak pidana korupsi adalah
59
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
Dalam menjalankan tugasnya
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
suatu negara hukum karena Lembaga
unsur aparat penegak hukum tersebut
Kejaksaan
merupakan sub sistem dari sistem
proses
peradilan
pemeriksaan
pidana.
penegakan
masing
dan
proses
di
persidangan,
ini,
masing-
sehingga
tersebut
kehidupan masyarakat harus mampu
sistem
beda sesuai dengan bidangnya serta
tetapi
keberadaannya
mengemban
hukum.
sesuai dengan ketentuan Perundangakan
antara
rangka
mempunyai peranan yang berbeda-
Undangan,
penyidikan
filter
Dalam
hukum
sub
menjadi
tugas
dalam
penegakan
10
Pada
Pasal
1
Angka
1
secara
Undang-Undang Nomor 16 Tahun
bersama-sama mempunyai kesamaan
2004 tentang Kejaksaan Republik
dalam
tujuan
pokoknya
yaitu
Indonesia ditentukan bahwa Jaksa
menanggulangi
kejahatan
dan
adalah pejabat fungsional yang diberi
pemasyarakatan kembali para nara
wewenang oleh undang-undang ini
pidana. Bekerjanya masing-masing
untuk bertindak sebagai penyelidik,
sub sistem tersebut harus sesuai
penuntut umum dan pelaksanaan
dengan
putusan
ketentuan
Perundang-
pengadilan
yang
telah
Undangan yang mengaturnya. Salah
memperoleh kekuatan hukum serta
satu sub sistem penegak hukum dari
wewenang lain berdasarkan Undang-
peradilan pidana adalah Lembaga
Undang Nomor 16 Tahun 2004.
Kejaksaan. Hukum dan penegakan
Kejaksaan
hukum merupakan sebagian faktor
sebagai lembaga pemerintahan yang
penegakan hukum yang tidak bisa
melaksanakan kekuasaan negara di
diabaikan karena jika diabaikan akan
bidang penuntutan harus bebas dari
menyebabkan
pengaruh kekuasaan pihak manapun.
tidak
tercapainya
penegakan hukum yang diharapkan.
Oleh
karena
Indonesia
penuntutan
keberadaan
dilaksanakan secara merdeka terlepas
Lembaga Kejaksaan salah satu unsur
dari pengaruh kekuasaan pemerintah
sistem peradilan pidana mempunyai
dan pengaruh kekuasaan lainnya.
kedudukan
itu,
Dalam
Republik
yang
penting
dan
peranannya yang strategis di dalam
10
Marwan Effendy, 2005, Kejaksaan
Republik Indonesia, Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta, hlm. 2.
60
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
Kejaksaan
sebagai
salah
satu
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
tersangkanya.
Pada
dasarnya
lembaga penegak hukum dituntut
penyelidikan dan penyidikan setiap
lebih berperan dalam menegakkan
tindak pidana merupakan awal dalam
supremasi
penanganan setiap tindak pidana
hukum,
perlindungan
kepentingan umum, penegakan hak
terutama tindak pidana korupsi.
Sebagai
asasi manusia, serta pemberantasan
korupsi.11
tindak
Kejaksaan
satunya
lembaga
pidana
adalah
satu-
kejaksaan
negara
yang
mengadakan
penyidik
dalam
korupsi
maka
berwenang
untuk
penyelidikan
dan
merupakan aparat pemerintah yang
penyidikan.
berwenang
perkara
dirasa oleh penyidik sudah selesai
pelaku
tindak
maka berkas perkaranya diserahkan
pengadilan
dan
kepada kejaksaan selaku penuntut
melaksanakan penetapan dan putusan
umum. Jaksa yang ditunjuk sebagai
hakim
ini
penuntut umum setelah menerima
merupakan ciri khas dari kejaksaan
berkas perkara segera memeriksa,
yang membedakan lembaga-lembaga
apabila berkas oleh penuntut umum
atau badan-badan penegak hukum
dianggap
lain.
dalam
pidana,
melimpahkan
menuntut
pidana
di
pidana,
Selain
itu
kekuasaan
dalam
Setelah
kurang
waktu
penyidikan
lengkap
tujuh
maka
hari
atau
tindak
sebelumnya, penuntut umum harus
pidana umum Jaksa hanya sebagai
sudah mengembalikan berkas pada
penuntut umum, tetapi dalam tindak
penyidik disertai dengan petunjuk
pidana khusus dalam hal ini korupsi
untuk kelengkapan berkas tersebut.
Jaksa berperan sebagai penyidik dan
Apabila dalam waktu tujuh
penuntut umum. Sebagai penyidik
hari setelah menerima berkas perkara
maka diperlukan suatu keahlian dan
dari penyidik penuntut umum tidak
keterampilan yang khusus untuk
mengembalikan berkas, maka berkas
mencari dan mengumpulkan bukti
tersebut
sehingga
dikembalikannya berkas perkara oleh
11
dapat
diketemukan
Suryono Sutarto, 2004, Hukum Acara
Pidana Jilid I, Universitas Diponegoro,
Semarang, hlm. 76.
penuntut
disertai
sudah
umum
dengan
lengkap.
pada
Dengan
penyidik
petunjuk
untuk
61
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
kelengkapan berkas maka penyidik
merupakan dasar dan menentukan
harus
batas-batas
mengadakan
penyidikan
lanjutan guna melengkapi berkas
selambat-lambatnya
dalam
waktu
bagi
pemeriksaan
terdakwa dalam
Pada
Pasal
1
Angka
1
empat belas hari selesai dan dikirim
Undang-Undang Nomor 16 Tahun
lagi pada penuntut umum.12
2004 tentang Kejaksaan Republik
Berdasarkan Pasal 110 ayat
Indonesia ditentukan bahwa Jaksa
(1) KUHAP, menyebutkan bahwa
adalah pejabat fungsional yang diberi
yang “dalam hal penyidik telah
wewenang oleh undang-undang ini
selesai
penyidikan,
untuk bertindak sebagai penyelidik,
penyidik wajib segera menyerahkan
penuntut umum dan pelaksanaan
berkas perkara itu kepada penuntut
putusan
umum”. Hal ini untuk memenuhi
memperoleh kekuatan hukum serta
asas peradilan cepat, sederhana dan
wewenang lain berdasarkan Undang-
biaya ringan.
Undang Nomor 16 Tahun 2004.
melakukan
Bila
penuntut
umum
pengadilan
Kejaksaan
Republik
yang
telah
Indonesia
berpendapat bahwa hasil penyidikan
sebagai lembaga pemerintahan yang
dari penyidik sudah lengkap maka
melaksanakan kekuasaan negara di
penyidik selanjutnya menyerahkan
bidang penuntutan harus bebas dari
tanggung jawab atas barang bukti
pengaruh kekuasaan pihak manapun.
dan tersangkanya. Penuntut umum
Dalam
penuntutan
hasil
dilaksanakan secara merdeka terlepas
penyidikan dari penyidik apakah
dari pengaruh kekuasaan pemerintah
dapat dilakukan penuntutan atau
dan pengaruh kekuasaan lainnya.
tidak, bila dapat maka ia dalam
Kejaksaan
waktu secepatnya membuat surat
lembaga penegak hukum dituntut
dakwaan. Surat dakwaan ini sangat
lebih berperan dalam menegakkan
penting dalam pemeriksaan perkara
supremasi
pidana.
kepentingan umum, penegakan hak
selanjutnya
12
memeriksa
Sebab
surat
dakwaan
Emmy Hafild, 2004, Transparancy
International Annual Report, Transparancy
International, Jakarta, hlm. 4.
sebagai
hukum,
salah
satu
perlindungan
asasi manusia, serta pemberantasan
korupsi.
62
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
Kejaksaan
satunya
lembaga
adalah
satu-
negara
yang
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Sebagai
tindak
penyidik
dalam
korupsi
maka
pidana
merupakan aparat pemerintah yang
kejaksaan
berwenang
perkara
mengadakan
pelaku
tindak
penyidikan.
pengadilan
dan
dirasa oleh penyidik sudah selesai
melaksanakan penetapan dan putusan
maka berkas perkaranya diserahkan
hakim
ini
kepada kejaksaan selaku penuntut
merupakan ciri khas dari kejaksaan
umum. Jaksa yang ditunjuk sebagai
yang membedakan lembaga-lembaga
penuntut umum setelah menerima
atau badan-badan penegak hukum
berkas perkara segera memeriksa,
lain.
apabila berkas oleh penuntut umum
pidana,
melimpahkan
menuntut
pidana
di
pidana,
Selain
kekuasaan
itu
dalam
tindak
dianggap
berwenang
untuk
penyelidikan
Setelah
kurang
penyidikan
lengkap
dalam
penuntut umum, tetapi dalam tindak
sebelumnya, penuntut umum harus
pidana khusus dalam hal ini korupsi
sudah mengembalikan berkas pada
Jaksa berperan sebagai penyidik dan
penyidik disertai dengan petunjuk
penuntut umum. Sebagai penyidik
untuk kelengkapan berkas tersebut.
maka diperlukan suatu keahlian dan
Apabila dalam waktu tujuh hari
keterampilan yang khusus untuk
setelah menerima berkas perkara dari
mencari dan mengumpulkan bukti
penyidik
sehingga
mengembalikan berkas, maka berkas
tersangkanya.
Pada
diketemukan
dasarnya
tersebut
tujuh
maka
pidana umum Jaksa hanya sebagai
dapat
waktu
dan
penuntut
sudah
hari
umum
lengkap.
atau
tidak
Dengan
penyelidikan dan penyidikan setiap
dikembalikannya berkas perkara oleh
tindak pidana merupakan awal dalam
penuntut
penanganan setiap tindak pidana
disertai
terutama tindak pidana korupsi.13
kelengkapan berkas maka penyidik
harus
umum
dengan
pada
penyidik
petunjuk
mengadakan
untuk
penyidikan
lanjutan guna melengkapi berkas
13
Robert Kligaard, 2005, Penuntun
Pemberantasan
Korupsi
dalam
Pemerintahan Daerah , Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta, hlm. 3.
selambat-lambatnya
dalam
waktu
63
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
empat belas hari selesai dan dikirim
lagi pada penuntut umum.
14
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
batas-batas
bagi
pemeriksaan
terdakwa.
Berdasarkan Pasal 110 ayat
Di dalam Pasal 13 KUHAP
(1) KUHAP, menyebutkan bahwa
merumuskan bahwa penuntut umum
yang “dalam hal penyidik telah
adalah Jaksa yang diberi wewenang
selesai
untuk
melakukan
penyidikan,
melakukan
penuntutan.
penyidik wajib segera menyerahkan
Adapun wewenang Penuntut Umum
berkas perkara itu kepada penuntut
menurut Pasal 14 KUHAP adalah:
umum”. Hal ini untuk memenuhi
a. Menerima
asas peradilan cepat, sederhana dan
berkas
biaya ringan.
dari penyidik atau pembantu
Bila
penuntut
umum15
berpendapat bahwa hasil penyidikan
dan
memeriksa
perkara
penyidikan
penyidik.
b. Mengadakan
prapenuntutan
dari penyidik sudah lengkap maka
apabila ada kekurangan pada
penyidik selanjutnya menyerahkan
penyidikan
tanggung jawab atas barang bukti
memperhatikan
dan tersangkanya. Penuntut umum
Ayat (3) dan (4), dengan
selanjutnya
member
petunjuk
penyidikan dari penyidik apakah
rangka
menyempurnakan
dapat dilakukan penuntutan atau
penyidikan dari penyidik.
memeriksa
hasil
tidak, bila dapat maka ia dalam
dengan
c. Memberikan
Pasal
110
dalam
perpanjangan
waktu secepatnya membuat surat
penahanan,
dakwaan. Surat dakwaan ini sangat
penahanan atau penahanan
penting dalam pemeriksaan perkara
lanjutan dan atau mengubah
pidana.
status
Sebab
surat
dakwaan
merupakan dasar dan menentukan
melakukan
tahanan
setelah
perkaranya dilimpahkan oleh
penyidik.
14
Andi Hamzah, 1991, Korupsi di
Indonesia, Masalah dan Pemecahannya ,
Gramedia, Jakarta, hlm. 36.
15
Robert Kligaard, 2005, Penuntun
Pemberantasan
Korupsi
dalam
Pemerintahan Daerah , Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta, hlm. 3.
d. Membuat surat dakwaan.
e. Melimpahkan
perkara
ke
pengadilan.
64
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
kewajibannya tersebut Jaksa harus
f. Menyampaikan
kepada
bekerja sama dengan pihak lain yang
terdakwa tentang ketentuan
terkait. Kerja sama dengan pihak lain
dan
perkara
ini disebut dengan hubungan hukum,
disertai
karena dalam melakukan kerja sama
surat panggilan, baik kepada
dalam suatu aturan atau hukum yang
terdakwa
kepada
sifatnya pasti. Hubungan hukum
pada
dengan pihak lain itu dapat berupa
pemberitahuan
waktu
disidangkan
saksi
yang
maupun
untuk
datang
sidang yang telah ditentukan.
perseorangan, badan hukum dan
instansi pemerintahan yang lain.
PENUTUP
Tindak pidana korupsi di
DAFTAR PUSTAKA
Indonesia terus meningkat dari tahun
A. Buku
ke
Wiyono, 2005, Pembahasan UndangUndang
Pemberantasan
Tindak Piadana Korupsi,
Sinar Grafika, Jakarta.
tahun.
Meningkatnya
tindak
pidana korupsi yang tidak terkendali
akan membawa bencana terhadap
kehidupan perekonomian nasional.
Pemberantasan
korupsi
dengan
adalah
mengandalkan
diperlakukannya
secara
Undang-Undang
konsisten
tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi
No.
20
Tahun
Perubahan
Atas
2001
tentang
Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan
Tindak
Pidana
Korupsi.
Jaksa
sebagai
penyidik
merangkap sebagai penuntut umum
dalam penanganan tindak pidana
Andi Hamzah, 1991, Korupsi di
Indonesia, Masalah dan
Pemecahannya ,
Gramedia,
Jakarta.
Effendy, Marwan, 2005, Kejaksaan
RI, Jakarta : PT. Gramedia
Pustaka Utama.
Emmy Hafild, 2004, Transparancy
International Annual Report,
Transparancy International,
Jakarta.
Hartanti, Evi, 2005, Tindak Pidana
Korupsi, Sinar Grafika.
Lawrence M. Friedman, The Legal
System : A Social Science
Perspective, Russel Sage
Foundation, New York, 1975.
Marwan Effendy, 2005, Kejaksaan
Republik
Indonesia,
korupsi. Maka untuk menyelesaikan
65
Al’Adl, Volume IX Nomor 1, Januari-April 2017
Gramedia
Jakarta.
Pustaka
Utama,
ISSN 1979-4940/ISSN-E 2477-0124
Pidana Korupsi (LNRI 2002137, TLNRI 4250).
Robert Kligaard, 2005, Penuntun
Pemberantasan
Korupsi
dalam Pemerintahan Daerah,
Yayasan Obor Indonesia,
Jakarta.
Satjipto Rahardjo, Hukum Dan
Perubahan Sosial, Alumni,
Bandung, 1979.
Soerjono Soekanto, 2002, FaktorFaktor yang Mempengaruhi
Penegakan Hukum, PT. Raja
Grafindo Persada, Indonesia.
Sudhono Iswahyudi, 2003, Makalah
Jaksa Agung Muda Tindak
Pidana Khusus,Keterkaiatan
Komisi
Pemberantasan
Korupsi dengan Kejaksaan
dalam penanganan Tindak
Pidana Korupsi.
Suryono Sutarto, 2004, Hukum
Acara
Pidana
Jilid
I,
Universitas
Diponegoro,
Semarang.
B. Peraturan
Perundang-
undangan
Undang-Undang No. 8 Tahun 1981
tentang Hukum Acara Pidana
(KUHAP).
Undang-Undang No. 20 Tahun 2001
tentang
Perubahan
Atas
Undang-Undang No. 31
Tahun
1999
tentang
Pemberantasan
Tindak
Pidana Korupsi (LNRI 2001134, TLNRI 4150).
Undang-Undang No. 30 Tahun 2002
tentang
Komisi
Pemberantasan
Tindak
66