Profil Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Anak Dengan Gangguan Saluran Pernapasan di Puskesmas Sukajaya Kota Sabang Tahun 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antibiotik digunakan dalam terapi penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri. Sebelum terapi dengan antibiotik dimulai sangat penting untuk dipastikan
apakah infeksi benar-benar ada. Bukti infeksi dapat berupa seperti demam,
leukositosis, inflamasi ditempat infeksi, produksi infiltrate dari tempat infeksi,
maupun hasil kultur (Depkes RI, 2005). Pemakaian antibiotik yang tidak tepat
dapat berakibat timbulnya resistensi antibiotik, meningkatkan toksisitas,
meningkatnya efek samping antibiotik tersebut, dan biaya pengobatan yang
meningkat (Kakkilaya, 2008).
Penggunaan obat yang tidak tepat, tidak efektif, tidak aman dan juga
tidak ekonomis saat ini telah menjadi masalah dalam pelayanan kesehatan
misalnya di Rumah Sakit, Puskesmas, praktek pribadi, maupun masyarakat
luas (Depkes RI, 2000).
Penggunaan antibiotik secara rasional dilakukan dengan cara monitoring
dan evaluasi penggunaan antibiotik di rumah sakit ataupun di pusat-pusat
kesehatan masyarakat secara sistemis dan teratur, dan melakukan intervensi untuk
mengoptimalkan penggunaan antibiotik (Wilianti, 2009).
Peresepan antibiotik banyak diresepkan untuk mengatasi infeksi saluran
pernapasan (Depkes RI, 2005). ISPA merupakan penyakit infeksi akut yang
menyerang saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah, dengan gejala
1
Universitas Sumatera Utara
ringan (batuk, pilek), gejala sedang (sesak, wheezing) bahkan sampai gejala yang
berat (sianosis, pernapasan cuping hidung) (Riskesdas, 2013).
Salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan adalah
ISPA. Kunjungan berobat yang disebabkan oleh ISPA sebanyak 40- 60 % di
Puskesmas dan kunjungan berobat dibagian rawat jalan dan rawat inap rumah
sakit 15- 30 % (Depkes RI, 2009).
Pasien ISPA sering kali mendapatkan pengobatan dengan antibiotik atas
dasar gejala klinis saja tanpa melakukan uji diagnostik sederhana seperti biakan
tenggorokan. Uji diagnostik diperlukan untuk menanggulangi suatu bakteri yang
secara keliru dinyatakan sebagai penyebab infeksi (Shulman and Stanford, 1994).
Maka dari itu perlu dilakukan strategi penggunaan antibiotik untuk
mencegah kejadian resitensi antibiotik akibat dari pola peresepan penggunaan
antibiotik yang tidak tepat (Janknegt, et al., 2000).
Berdasarkan tingginya prevalensi penderita gangguan saluran pernapasan
dan tingginya penggunaan antibiotik di pusat-pusat pelayanan kesehatan
terutama pada pasien anak-anak yang terdiagnosis gangguan saluran pernapasan
maka perlu dilakukan penelitian mengenai profil penggunaan antibiotik pada
anak dengan gangguan saluran pernapasan di Puskesmas Sukajaya Kota Sabang
tahun 2015.
Penelitian ini dipilih dikarenakan jumlah penderita gangguan saluran
pernapasan di daerah Sabang setiap tahun prevalensinya masih cukup tinggi,
berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Sabang kasus pasien
ISPA tahun 2009 mencapai 2424 kasus (Bagian P2P Puskemas Sukajaya Tahun
2010). Kasus ini menempati urutan pertama dari seluruh kasus pasien rawat jalan
2
Universitas Sumatera Utara
di Puskemas tersebut. Karena penyakit tersebut jumlahnya paling banyak pada
data rekam medis kasus ISPA di Puskesmas Sukajaya Kota Sabang tahun 2015,
maka perlu dipelajari profil penggunaan obat antibiotik dengan gangguan saluran
pernapasan di Puskesmas sehingga dapat meminimalisir dampak dari penggunaan
obat yang tidak tepat demi keselamatan pasien.
3
Universitas Sumatera Utara
1.2 Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil penggunaan antibiotik
pada pasien anak dengan gangguan saluran pernapasan di Puskesmas Sukajaya
Kota Sabang tahun 2015.
Kerangka pikir penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.1.
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Karakteristik Responden
1. Umur
2. Jenis Kelamin
Golongan Antibiotik
1.
2.
Profil
Antibiotik
Sefalosporin
3. Makrolida
4. Sulfonamida
Bentuk Sediaan Antibiotik
1. Sirup
2. Tablet
3. Kapsul
Gambar 1.1 Skema Parameter Pengamat
4
Universitas Sumatera Utara
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
a. Bagaimana profil penggunaan antibiotik pada pasien anak dengan gangguan
saluran pernapasan di Puskesmas Sukajaya Kota Sabang tahun 2015?
b. Golongan antibiotik apakah yang paling sering diresepkan pada pasien anak
dengan gangguan saluran pernapasan di Puskesmas Sukajaya Kota Sabang
tahun 2015?
c. Bentuk sediaan apakah yang paling banyak diresepkan?
1.4 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesis penelitian ini
adalah:
a. Profil penggunaan antibiotik pada pasien anak dengan gangguan saluran
pernapasan di Puskesmas Sukajaya Kota Sabang tahun 2015 yaitu cukup
tinggi.
b. Golongan antibiotik yang paling sering diresepkan pada pasien anak dengan
gangguan saluran pernapasan di Puskesmas Sukajaya Kota Sabang tahun 2015
yaitu amoksisilin.
c. Bentuk sediaan yang paling banyak diresepkan adalah bentuk sediaan sirup.
5
Universitas Sumatera Utara
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan penjelasan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui profil penggunaan antibiotik pada pasien anak dengan
gangguan saluran pernapasan di Puskesmas Sukajaya Kota Sabang tahun
2015.
b. Untuk mengetahui gambaran golongan antibiotik yang sering diresepkan pada
pasien anak dengan gangguan saluran pernapasan di Puskesmas Sukajaya
Kota Sabang tahun 2015.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini:
a. Memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam upaya mengoptimalkan
penggunaan antibiotik pada pasien anak dengan gangguan saluran pernapasan
di Puskesmas Sukajaya Kota Sabang tahun 2015.
b. Dapat
dijadikan
pertimbangan
dalam
program
monitoring,
evaluasi
penggunaan, perencanaan dan pengadaan antibiotik di Puskesmas Sukajaya
Kota Sabang tahun 2015.
6
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Antibiotik digunakan dalam terapi penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri. Sebelum terapi dengan antibiotik dimulai sangat penting untuk dipastikan
apakah infeksi benar-benar ada. Bukti infeksi dapat berupa seperti demam,
leukositosis, inflamasi ditempat infeksi, produksi infiltrate dari tempat infeksi,
maupun hasil kultur (Depkes RI, 2005). Pemakaian antibiotik yang tidak tepat
dapat berakibat timbulnya resistensi antibiotik, meningkatkan toksisitas,
meningkatnya efek samping antibiotik tersebut, dan biaya pengobatan yang
meningkat (Kakkilaya, 2008).
Penggunaan obat yang tidak tepat, tidak efektif, tidak aman dan juga
tidak ekonomis saat ini telah menjadi masalah dalam pelayanan kesehatan
misalnya di Rumah Sakit, Puskesmas, praktek pribadi, maupun masyarakat
luas (Depkes RI, 2000).
Penggunaan antibiotik secara rasional dilakukan dengan cara monitoring
dan evaluasi penggunaan antibiotik di rumah sakit ataupun di pusat-pusat
kesehatan masyarakat secara sistemis dan teratur, dan melakukan intervensi untuk
mengoptimalkan penggunaan antibiotik (Wilianti, 2009).
Peresepan antibiotik banyak diresepkan untuk mengatasi infeksi saluran
pernapasan (Depkes RI, 2005). ISPA merupakan penyakit infeksi akut yang
menyerang saluran pernapasan bagian atas dan bagian bawah, dengan gejala
1
Universitas Sumatera Utara
ringan (batuk, pilek), gejala sedang (sesak, wheezing) bahkan sampai gejala yang
berat (sianosis, pernapasan cuping hidung) (Riskesdas, 2013).
Salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan adalah
ISPA. Kunjungan berobat yang disebabkan oleh ISPA sebanyak 40- 60 % di
Puskesmas dan kunjungan berobat dibagian rawat jalan dan rawat inap rumah
sakit 15- 30 % (Depkes RI, 2009).
Pasien ISPA sering kali mendapatkan pengobatan dengan antibiotik atas
dasar gejala klinis saja tanpa melakukan uji diagnostik sederhana seperti biakan
tenggorokan. Uji diagnostik diperlukan untuk menanggulangi suatu bakteri yang
secara keliru dinyatakan sebagai penyebab infeksi (Shulman and Stanford, 1994).
Maka dari itu perlu dilakukan strategi penggunaan antibiotik untuk
mencegah kejadian resitensi antibiotik akibat dari pola peresepan penggunaan
antibiotik yang tidak tepat (Janknegt, et al., 2000).
Berdasarkan tingginya prevalensi penderita gangguan saluran pernapasan
dan tingginya penggunaan antibiotik di pusat-pusat pelayanan kesehatan
terutama pada pasien anak-anak yang terdiagnosis gangguan saluran pernapasan
maka perlu dilakukan penelitian mengenai profil penggunaan antibiotik pada
anak dengan gangguan saluran pernapasan di Puskesmas Sukajaya Kota Sabang
tahun 2015.
Penelitian ini dipilih dikarenakan jumlah penderita gangguan saluran
pernapasan di daerah Sabang setiap tahun prevalensinya masih cukup tinggi,
berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Sabang kasus pasien
ISPA tahun 2009 mencapai 2424 kasus (Bagian P2P Puskemas Sukajaya Tahun
2010). Kasus ini menempati urutan pertama dari seluruh kasus pasien rawat jalan
2
Universitas Sumatera Utara
di Puskemas tersebut. Karena penyakit tersebut jumlahnya paling banyak pada
data rekam medis kasus ISPA di Puskesmas Sukajaya Kota Sabang tahun 2015,
maka perlu dipelajari profil penggunaan obat antibiotik dengan gangguan saluran
pernapasan di Puskesmas sehingga dapat meminimalisir dampak dari penggunaan
obat yang tidak tepat demi keselamatan pasien.
3
Universitas Sumatera Utara
1.2 Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil penggunaan antibiotik
pada pasien anak dengan gangguan saluran pernapasan di Puskesmas Sukajaya
Kota Sabang tahun 2015.
Kerangka pikir penelitian ditunjukkan pada Gambar 1.1.
Variabel Bebas
Variabel Terikat
Karakteristik Responden
1. Umur
2. Jenis Kelamin
Golongan Antibiotik
1.
2.
Profil
Antibiotik
Sefalosporin
3. Makrolida
4. Sulfonamida
Bentuk Sediaan Antibiotik
1. Sirup
2. Tablet
3. Kapsul
Gambar 1.1 Skema Parameter Pengamat
4
Universitas Sumatera Utara
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah:
a. Bagaimana profil penggunaan antibiotik pada pasien anak dengan gangguan
saluran pernapasan di Puskesmas Sukajaya Kota Sabang tahun 2015?
b. Golongan antibiotik apakah yang paling sering diresepkan pada pasien anak
dengan gangguan saluran pernapasan di Puskesmas Sukajaya Kota Sabang
tahun 2015?
c. Bentuk sediaan apakah yang paling banyak diresepkan?
1.4 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka hipotesis penelitian ini
adalah:
a. Profil penggunaan antibiotik pada pasien anak dengan gangguan saluran
pernapasan di Puskesmas Sukajaya Kota Sabang tahun 2015 yaitu cukup
tinggi.
b. Golongan antibiotik yang paling sering diresepkan pada pasien anak dengan
gangguan saluran pernapasan di Puskesmas Sukajaya Kota Sabang tahun 2015
yaitu amoksisilin.
c. Bentuk sediaan yang paling banyak diresepkan adalah bentuk sediaan sirup.
5
Universitas Sumatera Utara
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan penjelasan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui profil penggunaan antibiotik pada pasien anak dengan
gangguan saluran pernapasan di Puskesmas Sukajaya Kota Sabang tahun
2015.
b. Untuk mengetahui gambaran golongan antibiotik yang sering diresepkan pada
pasien anak dengan gangguan saluran pernapasan di Puskesmas Sukajaya
Kota Sabang tahun 2015.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini:
a. Memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam upaya mengoptimalkan
penggunaan antibiotik pada pasien anak dengan gangguan saluran pernapasan
di Puskesmas Sukajaya Kota Sabang tahun 2015.
b. Dapat
dijadikan
pertimbangan
dalam
program
monitoring,
evaluasi
penggunaan, perencanaan dan pengadaan antibiotik di Puskesmas Sukajaya
Kota Sabang tahun 2015.
6
Universitas Sumatera Utara