Tindakan Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Saluran Kemit Pada Pasien Yang Terpasang Kateter Di Ruang Rindu A4 RSUP H. Adam Malik Medan

(1)

TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN

INFEKSI SALURAN KEMIH PADA PASIEN YANG

TERPASANG KATETER di RUANG RINDU A4

RSUP H. ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

Oleh

Sri Wulandari 051101510

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Judul : Tindakan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Saluran Kemih pada Pasien yang Terpasang Kateter di Ruang Rindu A4 RSUP H. Adam Malik Medan.

Peneliti : Sri Wulandari S.

NIM : 051101510

Fakultas : Keperawatan USU

Tahun : 2009/2010

Pembimbing Penguji

………... ……… Penguji I

Erniyati, SKp., MNS. Erniyati, SKp., MNS.

NIP. 19671208 199903 2 001 NIP. 19671208 199903 2 001

………. . Penguji II Nur Afi Darti, Mkep

NIP. 19710312 200003 2 001

……… Penguji III Mula Tarigan, SKp

NIP. 19741002 200112 1 001

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui Skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan.

... Erniyati, SKp., MNS.

NIP. 19671208 199903 2 001 Pembantu Dekan I


(3)

Prakata

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya yang tidak terkira sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Tindakan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Saluran Kemih pada Pasien yang Terpasang Kateter di Ruang RA4 RSUP H. Adam Malik Medan”.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian Skripsi ini, sebagai berikut :

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes., selaku dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, SKp., MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Dosen Pembimbing skripsi dan Penguji I yang senantiasa telah banyak memberikan bimbingan, pengarahan serta saran-saran dalam menyelesaikan tugas ini.

3. Ibu Evi Karota SKp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Ikhsannudin A.Hrp, SKp, MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Nur Afidarti, M.Kep selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Bapak Mula Terigan, SKp. Selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan masukan bagi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.


(4)

7. Ibu Reni Asmara Ariga SKp, MARS selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

8. Bapak Dr. H. Djamaluddin Sambas, MARS selaku Direktur RSUP. H. Adam Malik Medan, beserta seluruh staf dan pasien yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

9. Sahabat terbaikku Kak Nova, Kak Ajeng, Budi, Izur, dan teman kerjaku yang senantiasa memberikan bantuan, dukungan, dan informasi sehingga skripsi ini dapat selesai.

10.Teristimewa ucapan terima kasih kepada suami tercinta Syahril Siregar, ST yang senantiasa memberikan semangat daan motivasi kepada penulis dan kepada orang tua tercinta Ayahanda (Soekardi Seno, Syarifuddin Siregar) dan Ibunda (Sudiaty, Farida Lubis) yang telah menjadi motivasi dalam hidupku, yang selalu berdoa, memberikan kasih sayang, semangat, memberikan dorongan baik moril dan materil serta abang dan Adikku tercinta (Bambang Yudhistira, Ardhi Yudhistira, dan Sri Wulan Sari).

Semoga Allah SWT memberikan rahmat, ridho dan karunia-Nya kepada kita semua dan terima kasih kepada semua pihak yang banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Desember 2009 Penulis,


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Skema………. viii

Abstrak………. ... xi

Bab I Latar Belakang 1. Latar Belakang ... 1

2. Pertanyaan Penelitian ... 4

3. Tujuan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian... 4

Bab 2 Tinjauan Pustaka 1. Sistem Perkemihan ... 6

1.1. Defenisi ... 6

1.2. Organ Sistem Perkemihan ... 6

2. Kateterisasi Perkemihan ... 8

2.1. Defenisi dan Klasifikasi ... 8

2.2. Indikasi dan Kontra Indikasi ... 9

2.3. Tujuan ... 10

2.4. Komplikasi ... 10

3. Infeksi Saluran Kemih Pasca Kateterisasi ... 11

3.1. Defenisi ... 11

3.2. Faktor Penyebab 11

3.3. Tanda dan Gejala ... 12

3.4. Dampak Terjadinya Infeksi ... 12

4. Tindakan Pencegahan Infeksi pada Klien Wanita yang Terpasang Kateter ... 12

4.1. Perawatan Kateter ... 13

4.2. Informasi Kesehatan ... 16

Bab 3 Kerangka Penelitian 1. Kerangka Konseptual ... 17

2. Defenisi Operasional ... 18

Bab 4 Metodologi Penelitian 1. Desain Penelitian ... 20

2. Populasi dan Sampel ... 20

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20


(6)

5. Instrumen Penelitian ... 22

6. Reliabilitas Instrumen ... 23

7. Pengumpulan Data ... 24

8. Analisa Data ... 25

Bab 5 Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Penelitian ... 26

1.1.Karakteristik Responden ... 26

1.2.Tindakan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Saluran Kemih pada Pasien yang Terpasaang Kateter ... 28

2. Pembahasan ... 34

Bab 6 Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan ... 37

2. Saran ... 37

Daftar Pustaka ... Lampiran-lampiran 1. Informed Consent ... 20

2. Jadwal Tentatif Penelitian... 20

3. Taksasi Dana Penelitian... 20

4. Instrument Penelitian ... 21


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden Tentang Tindakan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Saluran Kemih pada Pasien yang Terpasang Kateter Di Ruang RA4 RSUP. H. Adam Malik Medan... 26 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tentang Tindakan

Perawat dalam Pencegahan Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien yang Terpasang Kateter Di Ruang RA4 RSUP. H. Adam Malik Medan (n=35) ... 29 Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Tindakan

Perawat dalam Pencegahan Infeksi Saluran Kemih pada Pasien yang Terpasang Kateter Di Ruang RA4 RSUP. H. Adam Malik


(8)

DAFTAR SKEMA

Skema Halaman

3. Kerangka Konsep Penelitian Tindakan Perawat dalam Pencegahan


(9)

Judul : Tindakan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Saluran Kemih pada Pasien yang Terpasang Kateter di Ruangi Rindu A 4 RSUP. H. Adam Malik Medan.

Nama Mahasiswa : Sri Wulandari

NIM : 051101510

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2009/2010

Abstrak

Kateterisasi kandung kemih merupakan prosedur perawatan yang sering dilakukan di rumah sakit dimana lebih dari 12% pasien yang ada di rumah sakit terpasang kateter. Lebih dari sepertiga dari seluruh infeksi yang didapat dari rumah sakit adalah infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh beberapa prosedur invasif pada saluran kemih berupa kateterisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tindakan perawat dalam pencegahan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter dengan menggunakan desain deskriptif murni. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang dirawat di ruang RA4 RSUP H. Adam Malik Medan yang terpasang kateter selama lebih dari 7 hari yang berjumlah sebanyak 35 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah Total Sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden berada pada rentang usia 41-50 tahun sebanyak 15 orang (42.9 %), jenis kelamin perempuan sebanyak 25 orang (71.4 %), menikah sebanyak 27 orang (77.1 %), agama yang dianut islam sebanyak 21 orang (60 %), suku Batak sebanyak 19 orang (54.3 %), pendidikan SMA sebanyak 19 orang (54.3 %), pekerjaan wiraswasta sebanyak 21 orang (60.0 %) dan penghasilan responden >Rp 1.000.000 sebanyak 18 orang (51.4 %) dan tindakan perawat dalam pencegahan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter dalam kategorik cukup sebesar 20 orang (57.1 %). Untuk penelitian selanjutnya disarankan melakukan penelitian mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat dalam pelaksanaan protap pemasangan kateter.


(10)

Judul : Tindakan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Saluran Kemih pada Pasien yang Terpasang Kateter di Ruangi Rindu A 4 RSUP. H. Adam Malik Medan.

Nama Mahasiswa : Sri Wulandari

NIM : 051101510

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2009/2010

Abstrak

Kateterisasi kandung kemih merupakan prosedur perawatan yang sering dilakukan di rumah sakit dimana lebih dari 12% pasien yang ada di rumah sakit terpasang kateter. Lebih dari sepertiga dari seluruh infeksi yang didapat dari rumah sakit adalah infeksi saluran kemih yang disebabkan oleh beberapa prosedur invasif pada saluran kemih berupa kateterisasi. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tindakan perawat dalam pencegahan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter dengan menggunakan desain deskriptif murni. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang dirawat di ruang RA4 RSUP H. Adam Malik Medan yang terpasang kateter selama lebih dari 7 hari yang berjumlah sebanyak 35 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah Total Sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas responden berada pada rentang usia 41-50 tahun sebanyak 15 orang (42.9 %), jenis kelamin perempuan sebanyak 25 orang (71.4 %), menikah sebanyak 27 orang (77.1 %), agama yang dianut islam sebanyak 21 orang (60 %), suku Batak sebanyak 19 orang (54.3 %), pendidikan SMA sebanyak 19 orang (54.3 %), pekerjaan wiraswasta sebanyak 21 orang (60.0 %) dan penghasilan responden >Rp 1.000.000 sebanyak 18 orang (51.4 %) dan tindakan perawat dalam pencegahan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter dalam kategorik cukup sebesar 20 orang (57.1 %). Untuk penelitian selanjutnya disarankan melakukan penelitian mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat dalam pelaksanaan protap pemasangan kateter.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kateterisasi perkemihan adalah tindakan memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan air kemih yang terdapat di dalamnya (Perry & Potter, 2000). Kateterisasi kandung kemih merupakan prosedur perawatan yang sering dilakukan di rumah sakit dimana lebih dari 12% pasien yang ada di rumah sakit akan terpasang kateter (Rahmawati, 2008). Kateterisasi dilakukan pada seorang pasien jika diperlukan mengingat tindakan ini sering menimbulkan infeksi pada saluran kemih (Brunner & Suddarth, 2000).

Dari hasil observasi dijumpai sekitar 50% pasien yang dirawat di rumah sakit Haji Adam Malik terpasang kateter urin. Menurut Brunner & Suddarth (2001) lebih dari sepertiga dari seluruh infeksi yang didapat dari rumah sakit adalah infeksi saluran kemih, sebagian besar infeksi ini disebabkan oleh beberapa prosedur invasif pada saluran kemih berupa kateterisasi. Reeves (2001) menegaskan bahwa kateterisasi perkemihan adalah penyebab utama infeksi saluran kemih.

Pemasangan kateter akan menurunkan sebagian besar daya tahan pada saluran kemih bagian bawah dengan menyumbat saluran di sekeliling uretra, mengiritasi mukosa kandung kemih dan menimbulkan jalur masuknya kuman ke dalam kandung kemih. Pada pasien yang menggunakan kateter, mikroorganisme


(12)

dapat menjangkau saluran kemih melalui tiga lintasan utama: (1) dari uretra ke dalam kandung kemih pada saat kateterisasi; (2) melalui jalur dalam lapisan tipis cairan uretra yang berada di luar kateter ketika kateter dan membran mukosa bersentuhan; dan (3) cara yang paling sering melalui migrasi ke dalam kandung kemih di sepanjang lumen internal kateter setelah kateter terkontaminasi (Brunner & Suddarth, 2000).

Kolonisasi bakteri akan terjadi dalam waktu 2 minggu pada separuh dari pasien-pasien yang menggunakan kateter urin, dan dalam waktu 4 hingga 6 minggu sesudah pemasangan kateter pada hampir semua pasien (Brunner & Suddarth, 2000). Infeksi saluran kemih terjadi karena adanya gangguan keseimbangan antara mikroorganisme penyebab infeksi sebagai agent dengan epitel saluran kemih sebagai host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh karena pertahanan tubuh dari host yang menurun ataupun karena virulensi agent meningkat ( Furqan, 2003).

Infeksi saluran kemih pasca kateterisasi ini merupakan salah satu bentuk infeksi nosokomial. Infeksi saluran kemih pasca kateterisasi merupakan porsi terbesar dari infeksi nosokomial (Furqan, 2003). Sekitar 40% dari infeksi nosokomial, 80% infeksinya dihubungkan dengan penggunaan kateter urin (Utama, 2006). Tingginya infeksi setelah pemasangan kateter juga sebagai akibat sulitnya pengontrolan dan perawatan serta penggantian kateter pada penderita yang memerlukan pemasangan kateter yang lama (Furqan, 2003).

Rasyid (2000) menguraikan bahwa penderita yang mengalami infeksi nosokomial yang salah satunya adalah akibat pemasangan kateter akan


(13)

mendapatkan perawatan yang lebih lama sehingga penderitaan klien mejadi bertambah biaya, selain itu pihak rumah sakit juga akan menanggung kerugian karena kondisi tersebut yaitu: lama hari perawatan bertambah panjang dan biaya menjadi meningkat. Furqan (2003) menegaskan bahwa infeksi saluran kemih pasca kateterisasi ini dapat membahayakan hidup karena dapat berlanjut pada septikemia dan berakhir pada kematian.

Berdasarkan uraian diatas bahwa selain pihak rumah sakit, infeksi saluran kemih akibat pemasangan kateter juga dapat membahayakan keselamatan pasien. Karena itu sejumlah tindakan harus dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi saluran kemih akibat kateterisasi kandung kemih (Hidayat & Uliyah, 1996).

Sejauh ini tindakan kateterisasi sering dianggap sebagai prosedur yang sederhana, yang bila dilakukan secara hati-hati infeksi dapat dicegah. Praktisi kesehatan (medis dan paramedis) harus menyadari sepenuhnya akan resiko infeksi dari tindakan invasif ini yang tidak terlepas dari teknik dan peralatan medis yang digunakan serta perawatan setelah pemasangan (Glynn, 2000). Karena tindakan ini merupakan salah satu otonomi perawat yang lazim dilakukan oleh perawat di rumah sakit, maka perawat mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya pencegahan infeksi saluran kemih akibat pemasangan kateter urin (Bouwhuizen, 1996).

Berdasarkan hal tersebut di atas penting dilakukan penelitian tentang bagaimana tindakan perawat dalam pencegahan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter.


(14)

2. Pertanyaan Penelitian

Bagaimana tindakan perawat dalam pencegahan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter di Ruang RA4 Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan?

3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan tindakan perawat dalam pencegahan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter.

4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi: 4.1 Praktek Keperawatan

Sebagai bahan masukan khususnya bagi perawat dalam mengevaluasi tindakan pencegahan terhadap infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter.

4.2 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pembendaharaan ilmu pengetahuan dalam keperawatan terutama dalam tindakan perawatan setelah pemasangan kateter pada pasien


(15)

4.3 Penelitian Keperawatan

Sebagai bahan masukan yang dapat memberikan gambaran dan informasi bagi pengembangan penelitian selanjutnya dengan ruang lingkup yang sama.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Sistem Perkemihan

1.1. Defenisi

Sistem perkemihan merupakan suatu sistem organ tempat terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (Brunner & Suddarth, 2000).

1.2. Organ Sistem Perkemihan

Ginjal adalah organ yang berbentuk dua buncis yang terletak di bagian posterior abdomen, satu buah pada setiap sisi kolumna vertebralis, di belakang peritonium. Ginjal berada pada ketinggian vertebra torakal ke-12 sampai vertebra lumbal ketiga. Ginjal kanan biasanya lebih rendah dari ginjal kiri karena adanya hati. Setiap ginjal memiliki panjang sekitar 11 cm, lebar enam cm, dan tebal tiga cm dan terbenam dalam dasar lemak, yang disebut lemak perirenal (Purnomo, 2000).

Fungsi ginjal menurut Brunner & Suddarth (2000) adalah pemegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, mempertahankan suasana keseimbangan cairan, mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh, mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh, mengeluarkan sisa-sisa metabolisme hasil akhir dari


(17)

protein, ureum, kreatinin dan amoniak, sekresi hormon: renin; erithropoetin; 1,25 dihidroksikolekalsiferol.

Ureter merupakan dua saluran yang berfungsi membawa urine dari ginjal ke kandung kemih. Setiap ureter memiliki panjang sekitar 25-30 cm, memiliki dinding yang tebal dan saluran yang sempit, yang berlanjut dengan pelvis ginjal dan terbuka ke dasar kandung kemih. Sebagian dari ureter ini terletak dalam rongga abdomen dan sebagian lagi terletak dalam rongga panggul (Watson, 1997).

Kandung kemih adalah reservoir urin. Kandung kemih terletak di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul dan dapat menahan lebih dari 500 ml urin, tetapi akan timbul nyeri. Terisinya kandung kemih ini oleh urin dengan jumlah ± 250 ml akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada kandung kemih sehingga akan menimbulkan keinginan untuk berkemih (Purnomo, 2000).

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal dari kandung kemih yang berfungsi menyalurkan urin keluar. Uretra membentang dari orifisium uretra internal dalam kandung kemih sampai ke orifisium uretra eksternal. Terdapat sfingter internal dan eksternal pada uretra. Sfingter internal bersifat involunter dan sfingter eksternal berada dibawah kontrol volunter. Pada pria, panjang uretranya 18-20 cm dan berfungsi sebagai saluran untuk sistem reproduksi dan sistem perkemihan. Panjang uretra pada wanita ± 3-4 cm dan ia hanya berfungsi sebagai sistem perkemihan. Uretra pada wanita berpangkal dari orifisium uretra internal kandung kemih dan membentang ke arah bawah di


(18)

belakang simfisis pubis, tertanam di dalam dinding anterior vagina. Muara uretra terletak di sebelah atas vagina yaitu antara klitoris dan vagina. Kondisi ini menyebabkan wanita lebih sering terkena infeksi saluran kemih, bakteri akan lebih mudah masuk ke kandung kemih karena urethra lebih dekat ke sumber bakteri seperti daerah anus ataupun vagina (Perry & Potter, 2000).

2. Kateterisasi Perkemihan

2.1. Defenisi dan Klasifikasi Kateterisasi

Kateter adalah sebuah alat berbentuk pipa yang dimasukkan ke dalam kandung kemih dengan tujuan untuk mengeluarkan urine yang terdapat di dalamnya. Kateterisasi perkemihan adalah tindakan memasukkan selang karet atau plastik melalui uretra ke dalam kandung kemih untuk mengeluarkan urine (Perry & Potter, 2000).

Ada tiga macam kateter kandung kemih, yaitu kateter dengan selang pembuangan satu buah, dengan dua buah dan dengan tiga buah saluran pembuangan. Saluran pembuangan ini dinamakan lumen. Kateter yang dipakai tergantung pada tujuan memakai kateter tersebut: kateter dengan satu saluran dipakai untuk tujuan satu kali, kateter dengan dua saluran adalah kateter yang ditinggal tetap disitu; satu dipakai sebagai saluran pembuangan urine; saluran yang lain dipakai untuk mengisi dan mengosongkan balon yang dipasang pada ujungnya, kateter dengan tiga saluran terutama dipakai untuk tujuan membilas kandung kemih (Stevens, 1999).


(19)

Menurut (Brockop & Marrie, 1999) jenis – jenis pemasangan kateter urine terdiri dari :

1. Indewelling catheteter yang biasa disebut juga dengan retensi

kateter/folley cateter–indewelling catheter dibuat sedemikian rupa sehingga tidak mudah lepas dari kandung kemih.

2. Intermitten catheter yang digunakan untuk jangka waktu yang pendek

(5-10 menit) dan klien dapat diajarkan untuk memasang dan melepas sendiri. 3. Suprapubik catheter kadang-kadang digunakan untuk pemakaian secara

permanent. Cara memasukan kateter dengan jenis ini dengan membuat sayatan kecil diatas suprapubik.

2.2. Indikasi dan Kontra Indikasi

Kateterisasi dapat menjadi tindakan yang menyelamatkan jiwa, khususnya bila saluran kemih tersumbat atau pasien tidak mampu melakukan urinasi karena adanya gangguan pada otot sfingter (Brunner & Suddarth, 2000). Kateterisasi juga dapat digunakan dengan indikasi lain yaitu: penderita kehilangan kesadaran; persiapan operasi atau pasca operasi besar; pada kondisi terjadinya retensi atau inkontinensia urine; penatalaksanaan pasien yang dirawat karena trauma medula spinalis, gangguan neuromuskular, atau inkompeten kandung kemih; atau jika dilakukan pencucian kandung kemih (Stevens, 1999).

Kateterisasi kandung kemih khususnya kateterisasi uretra tidak boleh dilakukan pada penderita yang mengalami cedera uretra dan/atau pasien yang mampu untuk berkemih spontan (Brunner & Suddarth, 2000).


(20)

2.3. Tujuan Kateterisasi Perkemihan

Kateter urine bertujuan untuk menghilangkan ketidaknyamanan karena distensi kandung kemih; mendapatkan urine steril untuk pemeriksaan, pengkajian residu urine; menghasilkan drainase pascaoperatif pada kandung kemih, daerah vagina atau prostat; mengatasi obstruksi aliran urine; mengatasi retensi atau inkontinensia urine; atau menyediakan cara-cara untuk memantau pengeluaran urine setiap jam pada pasien yang sakit berat (Brunner & Suddarth, 2000).

2.4 Komplikasi

Adanya kateter dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi. Kolonisasi bakteri (bakteriuria) akan terjadi dalam waktu dua minggu pada separuh dari pasien-pasien yang menggunakan kateter urine, dan dalam waktu empat hingga enam minggu sesudah pemasangan kateter pada hampir semua pasien. Pemasangan kateter akan menurunkan sebagian besar daya tahan alami pada saluran kemih bagian bawah dengan menyumbat saluran di sekeliling uretra, mengiritasi mukosa kandung kemih dan menimbulkan jalur masuknya kuman ke dalam kandung kemih.

Penanganan kateter yang salah paling sering menjadi penyebab kerusakan mukosa kandung kemih pada pasien yang mendapat kateterisasi. Infeksi akan terjadi tanpa terelakkan ketika urine mengenai mukosa yang rusak tersebut (Brunner & Suddarth, 2000). Walaupun tidak terlalu berbahaya, tetapi dapat menyebabkan terjadinya bakteremia dan mengakibatkan kematian (Utama, 2006).


(21)

3. Infeksi Saluran Kemih Paska Kateterisasi

3.1. Defenisi

Kateterisasi kandung kemih adalah yang paling bertanggung jawab atas terjadinya bakteriuria. Risiko infeksi berhubungan dengan lamanya kateterisasi kandung kemih dan sistem drainase urin yang tidak tertutup.

Infeksi saluran kemih paska kateterisasi adalah suatu peradangan seperti suatu infeksi kandung kemih yang berhubungan dengan penggunaan kateter (Gilbert, 2004).

3.2. Faktor Penyebab

Mikroorganisme patogen yang menyebabkan infeksi saluran kemih yang berkaitan dengan kateter mencakup: Escherichia coli, Klebsiella, Pseudomonas, Proteus, Enterobacter, Serratia dan Candida (Brunner & Suddarth, 2000).

Dari berbagai sumber dapat disimpulkan bahwa yang menjadi penyebab terjadinya infeksi saluran kemih pada wanita yang terpasang kateter adalah: uretra wanita lebih pendek dibanding pria sehingga bakteri lebih mudah masuk ke dalam kandung kemih karena uretra lebih dekat ke sumber bakteri seperti daerah anus (Perry & Potter, 2000). Pasien memiliki daya tahan tubuh yang rendah sehubungan dengan penyakit yang diderita, sehingga mudah terinfeksi (Bina Sehat, 1999). Prosedur pelaksanaan yang tidak menjaga dan mempertahankan teknik aseptik dan pengabaian terhadap perawatan perineal dan kateter serta pengawasan terhadap drainase urin dalam selang setelah pemasangan yang dapat menimbulkan jalur masuk dan


(22)

berkembangnya kuman ke dalam kandung kemih (Purnomo, 2000). Semua tersebut menyebabkan tingginya kejadian infeksi saluran kemih pasca kateterisasi.

3.3. Tanda dan Gejala

Jika terjadi infeksi saluran kemih meskipun sudah dilakukan berbagai tindakan higiene, maka keluhan yang akan terdengar dan terlihat oleh perawat adalah keluhan nyeri yang sangat sakit pada perut bagian bawah, urin yang keluar terlihat agak keruh dan baunya agak menyengat, dan terjadi peningkatan suhu tubuh/demam (Stevens, 1999).

3.4. Dampak Terjadinya Infeksi

Klien yang mengalami infeksi saluran kemih akibat pemasangan kateter akan mendapatkan perawatan yang lebih lama dari yang seharusnya sehingga biaya perawatan akan menjadi bertambah dan masalah ini juga dapat memperburuk kondisi kesehatan klien, bahkan dapat mengancam keselamatan jiwanya (Rasyid, 2000; Utama, 2006).

4. Tindakan Pencegahan Infeksi Saluran Kemih Pada Pasien yang Terpasang Kateter

Infeksi saluran kemih merupakan kejadian yang sangat sering terjadi paska kateterisasi. Klien yang dikateterisasi dapat mengalami infeksi melalui berbagai cara. Perawatan kateter urin sangat penting dilakukan pada pasien dengan tujuan untuk mengurangi dampak negatif dari pemasangan kateterisasi urin seperti infeksi dan radang pada saluran kemih (Marilyn,


(23)

2000). Mempertahankan sistem drainase urin tertutup merupakan tindakan yang penting untuk mengontrol infeksi. Perawatan kateter secara tertutup dapat mengurangi infeksi sampai lebih dari 50%, hal ini banyak membantu menurunkan angka infeksi saluran kemih setelah pemasangan keteter (Furqan, 2003).

4.1. Perawatan Kateter

Brunner & Suddarth (2000) menyatakan bahwa tindakan perawatan yang khusus sangat penting untuk mencegah infeksi pada pasien yang terpasang kateter. Adapun tindakan perawatan yang harus dilakukan yaitu sebagai berikut:

a. Tindakan mencuci tangan mutlak harus dilakukan ketika beralih dari pasien yang satu ke pasien lainnya saat memberikan perawatan dan saat sebelum serta sesudah menangani setiap bagian dari kateter atau sistem drainase untuk mengurangi penularan infeksi. Teknik mencuci tangan harus dilakukan dengan benar. Saanin (2000), menegaskan bahwa teknik aseptik harus dipertahankan terutama saat perawatan kateter untuk mencegah kontaminasi dengan mikroorganisme.

b. Perawatan perineum harus sering diberikan yaitu mencuci daerah perineum dengan sabun dan air dua kali sehari atau sesuai kebutuhan klien dan setelah defekasi. Sabun dan air efektif mengurangi jumlah mikroorganisme sehingga dapat mencegah kontamisasi terhadap uretra.


(24)

c. Kateter urin harus dicuci dengan sabun dan air paling sedikit dua kali sehari; gerakan yang membuat kateter bergeser maju-mundur harus dihindari untuk mencegah iritasi pada kandung kemih ataupun orifisium internal uretra yang dapat menimbulkan jalur masuknya kuman ke dalam kandung kemih. Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung kemih ke saluran perkemihan.

d. Cegah pengumpulan urine dalam selang dengan menghindari berlipat atau tertekuknya selang, terbentang di atas tempat tidur. Hindari memposisikan klien di atas selang. Monitor adanya bekuan darah atau sedimen yang dapat menyumbat selang penampung. Urin di dalam kantung drainase merupakan tempat yang sangat baik untuk pertumbuhan bakteri. Bakteri dapat berjalan menaiki selang drainase untuk berkembang di tempat berkumpulnya urin. Apabila urin ini kembali mengalir ke dalam kandung kemih klien, kemungkinan akan terjadi infeksi.

e. Cegah refluks urin ke dalam kandung kemih dengan mempertahankan kantung drainase lebih rendah dari ketinggian kandung kemih klien. Untuk itu kantung digantungkan pada kerangka tempat tidur tanpa menyentuh lantai. Jangan pernah menggantung kantung drainase di pengaman tempat tidur karena kantung tersebut dapat dinaikkan tanpa sengaja sampai ketinggiannya melebihi kandung kemih. Apabila perlu meninggikan kantung selama memindahkan klien ke tempat tidur atau ke sebuah kursi roda, mula-mula klem selang atau kosongkan isi selang ke dalam kantung drainase. Jika klien hendak berjalan, perawat atau klien harus membawa


(25)

kantung urine di bawah pinggang klien. Sebelum melakukan latihan atau ambulasi, keluarkan semua urine dalam selang ke dalam kantung drainase. f. Kantung penampung tidak boleh menyentuh lantai. Kantong dan selang

drainase harus segera diganti jika terjadi kontaminasi, aliran urin tersumbat atau tempat persambungan selang dengan kateter mulai bocor, hal ini untuk mencegah berkembangnya bakteri.

g. Kantong urin harus dikosongkan sekurang-kurangnya setiap delapan jam melalui katup (klep) drainase. Klep terletak di bagian dasar kantung yang merupakan alat untuk mengosongkan mengosongkan kantung urine. Apabila tercatat bahwa haluaran urine banyak, kosongkan kantung dengan lebih sering untuk mengurangi risiko proliferasi bakteri. Pengosongan kandung kemih secara periodik akan membersihkan urin residu (media kultur yang sangat baik untuk perkembangan bakteri) dan dapat melancarkan suplai darah ke dinding kandung kemih sehingga tingkat infeksi dapat berkurang.

h. Mengosongkan kantung penampung ke dalam takaran urin untuk klien tersebut, takaran harus dibersihkan dengan teratur agar tidak terjadi kontaminasi pada sistem drainase. Pastikan bahwa setiap klien memiliki wadah terpisah untuk mengukur urin guna mencegah kontaminasi silang. i. Jangan melepaskan sambungan kateter, kecuali bila akan dibilas untuk

mencegah masuknya bakteri. Perhatian harus diberikan untuk memastikan bahwa selang drainase tidak terkontaminasi. Apabila sambungan selang drainase terputus, jangan menyentuh bagian ujung kateter atau selang.


(26)

Bersihkan ujung selang dengan larutan desinfektan sebelum menyambungnya kembali.

j. Kateter urin tidak boleh dilepas dari selang untuk mengambil sampel urin; mengirigasi kateter; memindahkan atau mengubah posisi pasien untuk mencegah kontaminasi bakteri dari luar.

k. Mengambil urin untuk pemeriksaan harus menggunakan teknik aseptik yaitu ditusuk dengan jarum suntik, bagian yang akan ditusuk harus dibersihkan dulu dengan alkohol atau providone-iodine.

l. Kateter tidak boleh terpasang lebih lama dari yang diperlukan. Jika kateter harus dibiarkan selama beberapa hari atau beberapa minggu maka kateter tersebut harus diganti secara periodik sekitar semingu sekali. Semakin jarang kateter diganti, risiko infeksi semakin tinggi.

4.2. Informasi Kesehatan Untuk Klien

Pemberian informasi kesehatan kepada klien penting untuk mendukung upaya perawat dalam pencegahan infeksi akibat pemasangan kateter. Informasi kesehatan yang dapat diberikan kepada klien wanita yang terpasang kateter adalah:

a. Menganjurkan klien untuk minum 2500ml/hari atau lebih kurang 8-12 gelas perhari untuk membantu kelancaran drainase. Minum cukup air adalah untuk mengencerkan konsentrasi bakteri didalam kandung kemih dan tidak terjadi kotoran yang bisa mengendap dalam kateter. Radith (2001), menyatakan bahwa peningkatan hidrasi akan membilas bakteri.


(27)

b. Menginformasikan dan mengajarkan keluarga cara membersihkan kemaluan adalah mulai dari depan ke arah belakang, ini untuk mengurangi masuknya bakteri dari daerah anus ke area saluran kencing.

c. Menginformasikan kepada klien dan/atau keluarga agar tidak menarik-narik selang drainase karena dapat menimbulkan aliran balik urine ke dalam kandung kemih yang akan mencetuskan terjadinya infeksi, dan d. Menginformasikan pada klien tentang cara berbaring di tempat tidur:

jika miring menghadap sistem drainase; kateter dan selang pada tempat tidur tidak terlipat, terlentang; kateter dan selang diplester di atas paha, miring menjauh dari sistem; kateter dan selang berada di antara kaki.


(28)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konsep pada penelitian ini menggambarkan tindakan perawat dalam pencegahan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter. Kateterisasi kandung kemih merupakan salah satu tindakan invasif yang dapat menimbulkan infeksi pada saluran kemih jika tidak ditangani dengan tepat dan benar (Glynn, 2000).

Brunner & Suddarth (2000) menyatakan bahwa tindakan yang dapat dilakukan perawat untuk mencegah terjadinya infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter adalah dengan melakukan hygiene perineum, perawatan kateter, pemantauan drainase urin dan memberikan informasi kesehatan kepada pasien tentang hal-hal yang dapat mendukung kelancaran drainase urin yang sekaligus akan mencegah terjadinya infeksi pada saluran kemih.

Dalam penelitian ini, tindakan perawat yang akan diteliti adalah tindakan hygiene perineum, perawatan kateter, pemantauan drainase urin dan tindakan pemberian informasi kesehatan kepada pasien dan keluarga tentang hal-hal yang dapat mendukung upaya pencegahan infeksi saluran kemih.


(29)

Keterangan:

: Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

2. Defenisi Operasional

Tindakan perawat dalam pencegahan infeksi: adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh seorang pemberi asuhan keperawatan di rumah sakit dalam pencegahan infeksi pada pasien yang terpasang kateter yang mencakup hygiene perineum, perawatan kateter, pemantauan drainase urin dan informasi kesehatan tentang hal-hal yang mendukung kelancaran drainase dan kesehatan pasien.

Pencegahan infeksi saluran

kemih - Hygiene perineum

- Perawatan kateter - Pemantauan

drainase urin - Informasi

kesehatan yang mendukung pencegahan ISK Tindakan perawat dalam pencegahan ISK:

- Persiapan alat - Persiapan klien - Prosedur tindakan


(30)

Hygiene perineum: adalah tindakan membersihkan daerah perineum dengan menggunakan sabun dan air, dimulai dari depan (atas) ke arah belakang (bawah).

Perawatan kateter: adalah tindakan pemeliharaan kebersihan yang dilakukan oleh perawat di rumah sakit terhadap kateter dan sistem drainase yang ditujukan untuk mencegah infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang selang perkemihan.

Pemantauan drainase urin: adalah pengawasan yang dilakukan terhadap kelancaran aliran, jumlah dan karakteristik air kemih pada selang kateter.

Informasi kesehatan tentang hal-hal yang mendukung upaya pencegahan infeksi: pemberian masukan atau anjuran kepada pasien dan keluarga tentang hal-hal yang harus diketahui atau tindakan-tindakan yang dapat dilakukan oleh pasien dan keluarga untuk mendukung upaya pencegahan infeksi dan peningkatan kesehatan pasien.


(31)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif murni yang bertujuan untuk menggambarkan tindakan-tindakan yang dilakukan perawat untuk mencegah terjadinya infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang dirawat di ruang RA4 RSUP H. Adam Malik Medan yang terpasang kateter selama lebih dari 7 hari yang berjumlah sebanyak 35 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah Total Sampling. Jika popolasi kurang dari 100, peneliti mengambil populasi sebagai sampel penelitian yaitu mengambil semua populasi yang ada sehingga penelitian ini disebut juga penelitian populasi (Arikunto, 2002).

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian merupakan komponen yang sangat penting dalam mendukung terlaksananya penelitian dan harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian itu sendiri. Lokasi penelitian yang digunakan adalah Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Alasan pemilihan lokasi tersebut dikarenakan rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit Tipe A yang merupakan rumah sakit pendidikan dimana penelitian ini belum pernah dilakukan


(32)

sebelumnya sehingga dengan kondisi ini peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian di RSUP H. Adam Malik Medan dan dengan jumlah pasien memadai sehingga memungkinkan peneliti untuk memperoleh sampel sesuai dengan jumlah dan waktu yang ditentukan.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14-21 September 2009.

4. Pertimbangan Etik Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti memberikan penjelasan kepada responden tentang maksud, tujuan serta prosedur penelitian yang dilakukan. Lembar persetujuan menjadi responden sebagai bukti kesediaannya sebagai sampel dalam penelitian. Dalam hal ini responden berhak untuk menolak terlibat dalam penelitian ini. Peneliti akan merahasiakan identitas responden yang sudah dilampirkan di lembar persetujuan responden. Jika responden bersedia diteliti maka harus terlebih dahulu menandatangani lembar persetujuan. Jika responden menolak diteliti maka peneliti tidak dapat memaksa dan tetap menghormati hak-hak responden. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden (anonymity) pada lembar pengumpulan data yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu. Kerahasiaan (confidentiality) informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh penelitin dan hanya kelompok data tertentu saja yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian (Nursalam, 2003).


(33)

5. Instrumen Penelitian

Data penelitian diperoleh dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesione. Instrumen ini terdiri dari 2 bagian yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner tindakan perawat dalam pencegahan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter.

Kuesioner tentang data demografi meliputi umur, jenis kelamin, status, agama, suku, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Data yang didapat melalui kuesioner ini tidak dianalisis, hanya untuk mendeskripsikan distribusi dan persentase dalam bentuk tabel.

Untuk kuesioner tindakan perawat dalam pencegahan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter disusun sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada tinjauan pustaka. Kuesioner yang digunakan berupa pernyataan tertutup yaitu angket yang telah disediakan jawabannya dan responden hanya diminta memilih jawaban yang telah disediakan. Kuesioner tindakan perawat terdiri dari 23 pernyataan dalam bentuk pernyataan positif dengan pilihan jawaban Ya dan Tidak (dichotomy). Untuk jawaban Ya diberi nilai 2 dan untuk jawaban Tidak diberi nilai 1 sehingga didapat nilai tertinggi adalah 46 dan nilai terendah adalah 23. Semakin tinggi nilai berarti semakin baik tindakan perawat dalam pencegahan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter dan sebaliknya semakin rendah nilai yang didapat menunjukkan kurangnya tindakan perawatan yang diberikan pada pasien yang terpasang kateter dalam upaya pencegahan infeksi saluran kemih.


(34)

Dalam penelitian ini tingkat baik tidaknya tindakan perawat digunakan rumus Sudjana (2001):

P= Rentang Banyak Kelas

Dimana P merupakan panjang kelas, dengan rentang adalah selisih nilai tertinggi dengan nilai terendah yaitu 23 (46-23) dan banyak kelas adalah 3 kategori yaitu baik, cukup, dan kurang, maka didapatkan panjang kelas atau P = 8 (23/3) sehingga tindakan perawat dapat dikategorikan sebagai berikut:

Baik : 39-46 Cukup : 31-38 Kurang : 23-30

6. Reliabilitas Instrumen

Sebelum dilakukan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu melakukan uji reliabilitas pada instrumen penelitian. Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk dapat digunakan sebagai alat pengumpulan data. Instrumen yang sudah dapat dipercaya (reliabel) akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Dalam penelitian ini digunakan uji reliabilitas konsistensi internal karena memiliki kelebihan yaitu pemberian instrumen hanya satu kali dengan satu bentuk instrumen kepada satu subjek studi (Dempsey & Dempsey, 2002).

Uji reliabilitas ini dilakukan sebelum pengumpulan data, responden untuk uji realibilitas berbeda dengan responden untuk peneliti. Untuk uji reliabilitas dilakukan kepada 10 orang responden yang memenuhi kriteria sampel penelitian.


(35)

Uji reliabilitas ini menggunakan analisa cronchbach alpha (Arikunto, 2002). Peneliti menggunakan bantuan komputer untuk menguji reliabilitas instrumen tindakan perawat dalam pencegahan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter.

Untuk instrumen baru akan realibel jika memiliki reliabilitas lebih dari 0.70 (polit & Hungler, 1999). Berdasarkan uji reliabilitas yang telah dilakukan untuk kuesioner tindakan perawat dalam pencegahan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter diperoleh hasil 0.807 sehingga instrumen tersebut realibel untuk digunakan.

7. Pengumpulan Data

Peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian kepada Dekan Fakultas Keperawatan USU dan mengirimkan surat izin ke RSUP H. Adam Malik Medan sebagai tempat penelitian. Setelah mendapat persetujuan dari RSUP H. Adam Malik Medan, peneliti melakukan pengumpulan data.

Peneliti menjelaskan kepada calon responden tentang tujuan, manfaat dan proses pengisian kuesioner sebelum menanyakan kesediannya untuk terlibat sebagai responden. Peneliti menjelaskan bahwa instrumen penelitian yang digunakan ada 2, yang pertama kuesioner data demografi yang berisi identitas pasien meliputi umur, jenis kelamin, status, agama, suku, pendidikan, pekerjaan dan penghasi. Kedua kuesioner mengenai tindakan perawat pada pasien yang terpasang kateter. Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Responden diminta untuk mengisi


(36)

kuesioner yang diberikan oleh peneliti dan diberikan kesempatan untuk bertanya bila ada yang tidak dimengerti. Selanjutnya seluruh data dikumpul untuk dianalisa.

8. Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahap dimulai dengan editing yaitu memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua pernyataan telah diisi sesuai petunjuk, kemudian coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada lembar observasi untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Selanjutnya processing yaitu memasukkan data dari lembar observasi kedalam program komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik komputerisasi yaitu program komput erisiasi.

Selanjutnya data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase untuk mendeskripsikan data demografi dan tindakan perawat dalam pencegahan infeksi pada pasien yang terpasang kateter.


(37)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh dari hasil pengumpulan data terhadap 35 pasien yang terpasang kateter di ruang Rindu A4 RSUP HAM. Penyajian data penelitian ini meliputi karakteristik responden dan tindakan perawat dalam pencegahan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter yang telah dilaksanakan pada tanggal 14 sampai 21 September 2009 di Ruang RA4 RSUP. H. Adam Malik Medan.

1. Hasil Penelitian

1.1. Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini adalah pasien yang terpasang kateter di Ruang RA4 RSUP. H. Adam Malik Medan selama lebih dari tujuh hari dengan jumlah responden sebanyak 35 orang. Adapun karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia diantara 41-50 tahun sebanyak 15 orang (42.9 %), mayoritas responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 25 orang (71.4 %), mayoritas menikah sebanyak 27 orang (77.1 %), agama yang dianut responden mayoritas islam sebanyak 21 orang (60 %), suku responden mayoritas Batak sebanyak 19 orang (54.3 %), pendidikan responden mayoritas SMA sebanyak 19 orang (54.3 %), pekerjaan responden mayoritas wiraswasta sebanyak 21 orang (60.0 %) dan mayoritas penghasilan


(38)

responden >Rp 1.000.000 sebanyak 18 orang (51.4 %). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.1

Tabel 5.1 : Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden Tentang Tindakan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Saluran Kemih pada Pasien yang Terpasang Kateter Di Ruang RA4 RSUP. H. Adam Malik Medan (n=35)

Karakteristik Responden Frekuensi (n) Persentase (%) Usia 5 14.3

30-40Tahun 12 34.3

41-50Tahun 15 42.9

51-60 Tahun 2 5.7

>60 Tahun 1 2.9

Jenis Kelamin

Laki-laki 10 28.6

Perempuan 25 71.4

Status

Belum Menikah 5 14.3

Menikah 27 77.1

Janda/duda 3 8.6

Agama

Islam 21 60.0

Kristen 14 40.0

Suku

Batak 19 54.3

Melayu 18 22.9

Jawa 6 17.1

Minang 2 5.7

Karakteristik Responden Frekuensi (n) Persentase (%) Pendidikan

SD 6 17.1

SMP 10 28.6

SMA 19 54.3

Pekerjaan

Pegawai Swasta 3 8.6

Wiraswasta 21 60.0


(39)

Penghasilan

< Rp. 500.000 5 14.3

Rp 500.000-1.000.000 12 34.3

>Rp 1.000.000 18 51.4

1.2. Tindakan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Saluran Kemih pada Pasien yang Terpasang kateter

Berdasarkan hasil distribusi frekuensi tentang tindakan perawat dalam pencegahan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter didapatkan bahwa perawat yang tidak mencuci tangan ketika beralih dari pasien yang satu ke pasien lainnya saat memberikan perawatan sebanyak 30 orang (85.7 %), perawat yang mencuci tangan sebelum dan sesudah memberikan perawatan keteter sebanyak 27 orang (77.1 %), perawat yang tidak membersihkan daerah sekitar lubang uretra saat membersihkan selang kateter sebanyak 27 orang (77.1 %), pada saat membersihkan perawat melakukan gerakan yang membuat kateter bergerak maju mundur sebanyak 21 orang (60.0 %), perawat yang tidak membersihkan kateter urine 2 kali sehari sebanyak 30 orang (85.7 %), perawat tidak melepaskan kateter dari selangnya saat mengambil sampel urine sebanyak 21 orang (60.0 %).

Perawat tidak melepaskan kateter dari selangnya saat memindahkan atau mengubah posisi klien sebanyak 35 orang (100 %), perawat yang tidak mengosongkan kantung urin setiap 8 jam sekali atau lebih sering jika volume urin besar sebanyak 18 orang (51.4 %), perawat yang tidak melakukan desinfeksi pada klep atau katup drainase sebelum dan sesudah mengosongkan kantung penampung urine sebanyak 28 orang (80.0 %), perawat yang menyambungkan langsung selang drainase yang terlepas dari sistem sebanyak 19 orang (54.3 %),


(40)

perawat menyambung selang drainase yang terlepas dengan tidak memegangnya langsung pada bagian ujung kateter atau selang sebanyak 28 orang (80.0 %), perawat mengganti kateter seminggu sekali sebanyak 22 orang (62.9 %), perawat tidak mengganti selang drainase jika aliran urine tersumbat sebanyak 22 orang (62.9 %), perawat mengganti selang drainase jika terdapat kebocoran pada persambungan antara selang dengan kateter sebanyak 31 orang (88.6 %).

Perawat meletakkan kantung penampung urin pada tempat yang lebih rendah dari posisi kandung kemih sebanyak 33 orang (94.3 %), perawat tidak membiarkan selang urin dalam posisi tertekuk atau terjepit sebanyak 24 orang (68.6 %), perawat tidak mengukur dan mencatat haluaran urin setiap 8 jam atau ekstra jika perlu sebanyak 22 orang (62.9 %), perawat memantau dan mencatat karakter urin yang tertampung pada kantung urin sebanyak 25 orang (71.4 %), perawat tidak mengajarkan pada klien tentang cara berbaring yang tepat di tempat tidur dengan terpasangnya kateter sebanyak 28 orang (80.0 %), perawat tidak mengajarkan kepada keluarga tentang cara membersihkan daerah kemaluan yang dimulai dari depan lalu ke arah belakang sebanyak 22 orang (62.9 %).

Perawat menginformasikan pada klien untuk tidak menarik kateternya atau melakukan gerakan yang mengakibatkan kateter tertarik sebanyak 33 orang (94.3 %), perawat menginformasikan pada klien untuk tidak berbaring diatas selang sebanyak 27 orang (77.1 %), perawat menganjurkan klien untuk minum sekurang-kurangnya 8-12 gelas perhari kecuali ada kontra indikasi sebanyak 33 orang (94.3%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.2.


(41)

Tabel 5.2 : Distribusi Frekuensi dan Persentase Tentang Tindakan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Saluran Kemih pada Pasien yang Terpasang Kateter Di Ruang RA4 RSUP. H. Adam Malik Medan (n=35)

No Pernyataan Dilakukan Tidak Dilakukan

Frekuensi (n) Persentase (%) Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Perawat mencuci

tangan ketika beralih dari pasien yang satu ke pasien lainnya saat memberikan

perawatan

5 14.3 30 85.7

2 Perawat mencuci

tangan sebelum dan sesudah memberikan perawatan keteter

27 77.1 8 22.9

3 Perawat

membersihkan daerah sekitar lubang uretra saat membersihkan selang kateter

8 22.9 27 77.1

4 Saat membersihkan Perawat tidak melakukan gerakan

yang membuat kateter bergerak maju mundur

14 40.0 21 60.0

5 Perawat

membersihkan kateter urine 2 kali sehari

5 14.3 30 85.7

6 Perawat tidak

melepaskan kateter dari selangnya saat mengambil sampel urine

21 60.0 14 40.0

7 Perawat tidak

melepaskan kateter dari selangnya saat memindahkan atau mengubah posisi klien

35 100 0 0

8 Perawat

mengosongkan

kantung urin setiap 8 jam sekali atau lebih sering jika volume urin besar


(42)

9 Perawat melakukan desinfeksi pada klep (katup drainase) sebelum dan sesudah mengosongkan

kantung penampung urine

7 20.0 28 80.0

10 Perawat tidak

menyambungkan

langsung selang drainase yang terlepas dari sistem

16 45.7 19 54.3

11 Perawat menyambung selang drainase yang terlepas dengan tidak memegangnya

langsung pada bagian ujung kateter atau selang

28 80.0 7 20.0

12 Perawat mengganti kateter seminggu sekali

22 62.9 13 37.1

13 Perawat mengganti selang drainase jika aliran urine tersumbat

13 37.1 22 62.9

14 Perawat mengganti selang drainase jika terdapat kebocoran pada persambungan antara selang dengan kateter

31 88.6 4 11.4

15 Perawat meletakkan kantung penampung urin pada tempat yang lebih rendah dari posisi kandung kemih

33 94.3 2s 5.7

16 Perawat tidak

membiarkan selang urin dalam posisi tertekuk atau terjepit

24 68.6 11 31.4

17 Perawat mengukur dan mencatat haluaran urin setiap 8 jam atau ekstra jika perlu


(43)

18 Perawat memantau dan mencatat karakter urin yang tertampung pada kantung urin

25 71.4 10 28.6

19 Perawat mengajarkan pada klien tentang cara berbaring yang tepat di tempat tidur dengan terpasangnya kateter

7 20.0 28 80.0

20 Perawat mengajarkan keluarga tentang cara membersihkan daerah kemaluan yang dimulai dari depan lalu ke arah belakang (anus)

13 37.1 22 62.9

21 Perawat

menginformasikan pada klien untuk tidak menarik kateternya atau melakukan gerakan yang mengakibatkan kateter

tertarik

33 94.3 2 5.7

22 Perawat

menginformasikan pada klien untuk tidak berbaring diatas selang

27 77.1 8 22.9

23 Perawat

menganjurkan klien untuk minum sekurang-kurangnya

8-12 gelas perhari (kecuali ada kontra indikasi)

33 94.3 2 5.7

Berdasarkan analisa distribusi frekuensi mengenai tindakan perawat dalam pencegahan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter didapatkan bahwa tindakan perawat mayoritas dalam kategori cukup sebesar 20 orang (57.1 %). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 5.3.


(44)

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Kategori Tindakan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Saluran Kemih pada Pasien yang Terpasang Kateter Di Ruang RA4 RSUP. H. Adam Malik Medan (n=35)

Tindakan Perawat Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 12 34.3

Cukup 20 57,1

Kurang 3 8.6

2. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa tindakan perawat dalam pencegahan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter mayoritas dalam kategori cukup dalam rentang (31-38) sebanyak 20 orang (57.1 %). Hal ini menunjukkan bahwa RSUP. H. Adam Malik Medan harus meningkatkan upaya dalam pencegahan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter dengan meningkatkan pelayanan keperawatan sesuai dengan prosedur tetap yang berlaku di instansi tempat kerja.

Dari hasil wawancara terhadap perawat yang bekerja di ruang RA4 RSUP. H. Adam Malik Medan didapatkan data bahwa sekitar 80 % telah mengikuti pelatihan pencegahan infeksi nosokomial. Adapun tujuan pelatihan ini adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan dari rumah sakit dan terutama mengurangi insiden infeksi nosokomial.

Ini dapat dilihat dari hasil jawaban responden yang menyatakan bahwa pada saat perawat melakukan intervensi kepada pasien yang terpasang kateter perawat mencuci tangan sebelum dan sesudah memberikan perawatan kateter sebanyak 27 orang (77.1 %), tidak melepaskan kateter dari selangnya saat memindahkan atau mengubah posisi klien sebanyak 35 orang (100 %). Hal ini


(45)

sesuai dengan pendapat Brunner & Suddarth (2000) yang menyatakan bahwa tindakan perawatan yang harus dilakukan pada pasien yang terpasang kateter untuk mencegah infeksi saluran kemih yaitu: perawat harus mencuci tangan ketika beralih dari pasien yang satu ke pasien lainnya serta sebelum dan sesudah memberikan perawatan dengan mempertahankan teknik aseptik yang tujuannnya untuk mengurangi penularan infeksi. Teknik mencuci tangan juga harus dilakukan dengan tepat agar tujuan tujuan dapat dicapai.

Jawaban responden terhadap tindakan perawat diatas juga sejalan dengan pernyataan: Rasyid (2000) bahwa tata cara yang aseptik pada saat melakukan intervensi merupakan syarat mutlak untuk mencegah terjadinya infeksi, Purnomo (2000) bahwa prosedur pelaksanaan yang tidak menjaga dan mempertahankan teknik aseptik setelah pemasangan dan perawatan kateter dapat menimbulkan jalur masuk dan berkembangnya kuman ke dalam kandung kemih, dan Bina Sehat (1999) yang menyatakan bahwa pasien memiliki daya tahan tubuh yang rendah sehubungan dengan penyakit yang diderita mudah terinfeksi, sehingga teknik aseptic harus dipertahankan dalam setiap pemberian asuhan keperawatan pada pasien yang mendapat tindakan invasif.

Perawat menyambung selang drainase yang terlepas dengan tidak memegangnya langsung pada bagian ujung kateter atau selang sebanyak 20 orang (80 %) dan perawat mengganti selang drainase jika terdapat kebocoran pada persambungan antara selang dengan kateter sebanyak 31 orang (88.6 %). Ini merupakan salah satu dari tindakan pencegahan infeksi saluran kemih. Infeksi saluran kemih merupakan kejadian yang sangat sering terjadi paska kateterisasi.


(46)

Klien yang dikateterisasi dapat mengalami infeksi melalui berbagai cara. Mempertahankan sistem drainase urin tertutup merupakan tindakan yang penting untuk mengontrol infeksi. Perawatan kateter secara tertutup dapat mengurangi infeksi sampai lebih dari 50%, hal ini banyak membantu menurunkan angka infeksi saluran kemih setelah pemasangan keteter (Furqan, 2003).

Meskipun hasil penelitian terhadap tindakan perawat dalam kategori cukup dengan rentang nilai 31-38, ada beberapa tindakan perawat terhadap pencegahan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter yang terabaikan atau sangat jarang dilakukan seperti: perawat yang mencuci tangan ketika beralih dari pasien yang satu ke pasien lainnya saat memberikan perawatan hanya sebanyak 5 orang (14.3%) sedangkan jawaban responden terhadap tindakan perawat yang mencuci tangan sebelum dan sesudah memberikan perawatan kateter memiki frekuensi yang cukup besar yaitu sebanyak 27 orang. Begitu juga dengan tindakan perawat yang mencuci tangan sebelum dan sesudah membersihkan daerah sekitar lubang uretra saat membersihkan selang kateter hanya sebanyak 8 orang (22.9%), perawat yang membersihkan kateter urin dua kali sehari hanya 5 orang (14.3%), perawat yang melakukan desinfeksi pada daerah klep (katup drainase) sebelum dan sesudah mengosongkan kantung penampung urin hanya 7 orang (20%), dan perawat yang mengajarkan tentang tata cara berbaring yang tepat di tempat tidur dengan terpasangnya kateter juga hanya 7 orang (20%).

Hal ini tidak sejalan dengan pendapat: Saanin (2000), bahwa teknik aseptik harus dipertahankan terutama saat perawatan kateter untuk mencegah kontaminasi dengan mikroorganisme; Brunner & Suddarth (2000), bahwa


(47)

perawatan perineum harus sering diberikan dua kali sehari atau sesuai kebutuhan klien dan setelah defekasi dengan meggunakan sabun dan air yang efektif mengurangi jumlah mikroorganisme sehingga dapat mencegah kontamisasi terhadap uretra, kateter urin harus dicuci dengan sabun dan air paling sedikit dua kali sehari dengan tidak membuat gerakan yang membuat kateter bergeser maju-mundur untuk mencegah iritasi pada kandung kemih ataupun orifisium internal uretra yang dapat menimbulkan jalur masuknya kuman ke dalam kandung kemih, dan perawat harus melakukan desinfeksi pada klep (katup drainase) sebelum dan sesudah mengosongkan kantung penampung urin.

Menurut asumsi peneliti: masih ada perawat yang lebih mengutamakan tindakan proteksi terhadap diri pribadi dan kurang menyadari dampak yang dapat timbul dari tindakannya yang tidak memegang prinsip aseptik terhadap kesehatan pasien yang tentunya dapat membahayakan jiwa pasien. Ini sejalan dengan Glynn (2000), menyatakan bahwa kateterisasi kandung kemih merupakan salah satu tindakan invasif yang dapat menimbulkan infeksi pada saluran kemih jika tidak ditangani dengan tepat dan benar. Perry & Potter (2005) menyatakan bahwa salah satu indikator infeksi nosokomial adalah adanya infeksi akibat kesalahan pemasangan maupun perawatan pada pasien yang terpasang kateter urin yang akan berdampak pada terhambatnya proses penyembuhan dan pemulihan pasien.

Brunner & Suddath (2000) menyatakan bahwa infeksi saluran kemih menempati tempat ke-3 dari infeksi nosokomial di rumah sakit. 80% dari infeksi saluran kemih disebabkan oleh kateter uretra. Infeksi saluran kemih setelah pemasangan kateter terjadi karena kuman dapat masuk ke dalam kandung kemih dengan jalan berenang melalui lumen kateter, rongga yang terjadi antara dinding


(48)

kateter dengan mukosa uretra, sebab lain adalah bentuk uretra yang sulit dicapai oleh antiseptik. Sehingga pasien yang mengalami infeksi saluran kemih akibat pemasangan kateter akan mendapatkan perawatan yang lebih lama dari yang seharusnya sehingga biaya perawatan akan menjadi bertambah dan masalah ini juga dapat memperburuk kondisi kesehatan klien, bahkan dapat mengancam keselamatan jiwanya (Rasyid, 2000; Utama, 2006).


(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Penelitian yang dilakukan mengenai tindakan perawat dalam pencegahan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter di ruang RA4 RSUP. H. Adam Malik Medan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Kesimpulan

Pada distribusi frekuensi karakteristik responden sebagian besar berada pada rentang usia 41-50 tahun sebanyak 15 orang (42.9 %), jenis kelamin perempuan sebanyak 25 orang (71.4 %), menikah sebanyak 27 orang (77.1 %), agama yang dianut islam sebanyak 21 orang (60 %), suku Batak sebanyak 19 orang (54.3 %), pendidikan SMA sebanyak 19 orang (54.3 %), pekerjaan wiraswasta sebanyak 21 orang (60.0 %) dan penghasilan responden >Rp 1.000.000,- sebanyak 18 orang (51.4 %) dan tindakan perawat dalam pencegahan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter dalam kategorik cukup sebesar 20 orang (57.1 %).

2. Saran

2.1. Bagi Praktek Keperawatan

Perawat diharapkan agar dapat memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan ketetapan prosedur rumah sakit secara optimal kepada pasien.


(50)

2.2. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi tambahan dan masukan dalam pengembangan keperawatan khususnya pencegahan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter.

2.3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan perawat dalam pelaksanaan protrap pemasangan kateter.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. (edisi revisi). Jakarta: P.T Rineka Cipta

Bouwhuizen M. (1996). Ilmu Keperawatan (bag 2). Jakarta: EGC

Brunner & Suddarth (2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi 8). Jakarta: EGC

Dempsey, P. A. & Dempsey A. D. (2002). Riset Keperawatan: Buku Ajar & Latihan. (Edisi 4). Jakarta: EGC

Hidayat A.A. & Uliyah M. (1996). Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC

Glynn (2000). Kateterisasi. Diambil tanggal 3 Maret 2009 dari http://srv/files/cdk/files/16/kateterisasi.htm.

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. (Edisi pertama). Jakarta: Salemba Medika

Perry, A.G. & Potter, A.P. (2000). Keterampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta: EGC

Perry, A.G. & Potter, A.P. (2005). Buku Ajar: Fundamental Keperawatan. (Edisi 4). Jakarta: EGC

Purnomo. (2000). Kateterisasi. Diambil tanggal 12 April 2009 dari http://srv/files/cdk/files/18/kateter.

Polit, D.F. & Hungler, B.P. (1999). Nursing Research: Principles and Method. (5 th

edition). Philadelphia: J.B. Lippincott Company

Rahmawat, D. (2008). Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Perawat

dalam Pemasangan Kateter Uretra di SRUD Dr. Sayidiman Magetan

.

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Rasyid, H. Pinem, M. & Mangara S. (2000). Infeksi Saluran Kemih Pasca

Kateterisasi. Diambil tanggal 23 Mei 2009 dari:

teterisasi.htm.


(52)

Sudjana (2005). Methode Statistika. (Edisi V). Bandung: Tarsito

Utama, H. (2006). Infeksi Nosokomial. Diambil tanggal 6 Juni 2009 dari

Watson R. (1997). Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. (Edisi 10). Jakarta: EGC


(53)

INFORMED CONSENT

Saya Sri Wulandari, NIM 051101510, mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melaksanakan penelitian tentang Tindakan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Saluran Kemih pada Pasien Yang Terpasang Kateter di ruang RA4 RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan tindakan perawat dalam pencegahan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan. Untuk keperluan tersebut saya harapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini. Jika Bapak/Ibu bersedia, dimohon untuk mengisi lembar persetujuan ini dan silahkan mengisi jawaban pertanyaan tentang tindakan perawat dengan jujur dan apa adanya.

Penelitian ini tidak akan memberikan dampak negatif pada Bapak/Ibu sebagai responden. Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela sehingga Bapak/Ibu bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa dikenai sanksi apapun.

Identitas pribadi Bapak/Ibu sebagai responden akan dirahasiakan dan semua informasi yang Bapak/Ibu berikan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini.

Jika Bapak/Ibu bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Bapak/Ibu. Terima kasih atas partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini.

Medan, September 2009

Peneliti Responden


(54)

TAKSASI DANA

KETERANGAN BIAYA

 Biaya rental dan print  Foto copy kuesioner  Transportasi

 Izin penelitian  Flashdisk

 Penggandaan Skripsi  Sidang skripsi

Rp. 300.000,- Rp. 100.000,- Rp. 300.000,- Rp. 150.000,- Rp. 80.000,- Rp. 150.000,- Rp. 300.000,-


(55)

INSTRUMEN PENELITIAN

Tindakan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Saluran Kemih pada Pasien yang Terpasang Kateter

di RSUP H. Adam Malik Medan

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner data demografi perawat dan lembar kuesioner tindakan perawat dalam pencegahan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter. Kuesioner ini akan digunakan dalam pengumpulan datai terhadap responden penelitian.

Ada 2 bagian yang termasuk didalam kuesioner ini yaitu: Bagian 1. Kuesioner data demografi

Bagian 2. Kuesioner tindakan perawat dalam pencegahan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter


(56)

Kode : Tgl/Waktu :

Petunjuk Umum Pengisian

Bapak/Ibu (Responden) diharapkan:

1. Menjawab pertanyaan yang tersedia dengan memberi tanda checklist (√) pada setiap kolom yang disediakan.

2. Semua pertanyaan diisi dengan satu jawaban.

3. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

1. Kuesioner Data Demografi

1. Usia:...tahun 2. Jenis kelamin:

Laki-laki Perempuan 3. Status:

Belum menikah Menikah Janda/duda 4. Agama:

Islam Kristen Hindu Budha 5. Suku:

Batak Jawa


(57)

6. Pendidikan: SD SMP SMA

Perguruan tinggi 7. Pekerjaan

PNS/TNI/POLRI Pegawai BUMN Pegawai swasta Wiraswasta Dll……….. 8. Penghasilan

> Rp.500.000 Rp.500.000-1.000.000 >Rp. 1.000.000

2. Lembar Kuesioner Tindakan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Saluran Kemih pada Pasien yang Terpasang Kateter

Petunjuk pengisian:

Tuliskan tanda ceklist ( pada kotak)

Bagian ini menanyakan tentang tindakan perawat dalam pencegahan infeksi pasien yang terpasang kateter.

Isilah pernyataan berikut dengan sebenar-benarnya. Berikan tanda (√) pada kolom Ya (jika perawat melakukannya) atau Tidak ( jika perawat tidak melakukannya).


(58)

No Pernyataan Ya Tidak

1. Perawat mencuci tangan ketika beralih dari pasien yang satu ke pasien lainnya saat memberikan perawatan.

2. Perawat mencuci tangan sebelum dan sesudah memberikan perawatan keteter.

3. Perawat membersihkan daerah sekitar lubang uretra saat membersihkan selang kateter.

4. Saat membersihkan Perawat tidak melakukan gerakan yang membuat kateter bergerak maju mundur.

5. Perawat membersihkan kateter urine 2 kali sehari. 6. Perawat tidak melepaskan kateter dari selangnya saat

mengambil sampel urine.

7. Perawat tidak melepaskan kateter dari selangnya saat memindahkan atau mengubah posisi klien.

8. Perawat mengosongkan kantung urin setiap 8 jam sekali atau lebih sering jika volume urin besar.

9. Perawat melakukan desinfeksi pada klep (katup drainase) sebelum dan sesudah mengosongkan kantung penampung urine.

10. Perawat tidak menyambungkan langsung selang drainase yang terlepas dari sistem.

11. Perawat menyambung selang drainase yang terlepas dengan tidak memegangnya langsung pada bagian ujung kateter atau selang.

12. Perawat mengganti kateter seminggu sekali.

13. Perawat mengganti selang drainase jika aliran urine tersumbat.

14. Perawat mengganti selang drainase jika terdapat kebocoran pada persambungan antara selang dengan kateter.

15. Perawat meletakkan kantung penampung urin pada tempat yang lebih rendah dari posisi kandung kemih.

16. Perawat tidak membiarkan selang urin dalam posisi tertekuk atau terjepit.

17. Perawat mengukur dan mencatat haluaran urin setiap 8 jam atau ekstra jika perlu.

18. Perawat memantau dan mencatat karakter urin yang tertampung pada kantung urin.

19. Perawat mengajarkan pada klien tentang cara berbaring yang tepat di tempat tidur dengan terpasangnya kateter. 20. Perawat mengajarkan keluarga tentang cara membersihkan

daerah kemaluan yang dimulai dari depan lalu ke arah belakang (anus).

21. Perawat menginformasikan pada klien untuk tidak menarik kateternya atau melakukan gerakan yang mengakibatkan kateter tertarik.


(59)

22. Perawat menginformasikan pada klien untuk tidak berbaring diatas selang.

23. Perawat menganjurkan klien untuk minum sekurang-kurangnya 8-12 gelas perhari (kecuali ada kontra indikasi)


(60)

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Sri Wulandari S.

Tempat/tanggal lahir : Lhokseumawe/ 06 Februari 1984 Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Komplek Marelan Indah

Jl. Sumbawa III No. 83 Marelan Medan Riwayat Pendidikan :

1. 1990 – 1996 SD Negeri 060937 Medan 2. 1996 – 1999 SMP Negeri 1 Medan 3. 1999 – 2002 SMU Negeri 1 Medan

4. 2002 – 2005 D3 Keperawatan USU Medan 5. 2005 – 2009 S1 Keperwatan USU Medan


(1)

INSTRUMEN PENELITIAN

Tindakan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Saluran Kemih pada Pasien yang Terpasang Kateter

di RSUP H. Adam Malik Medan

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner data demografi perawat dan lembar kuesioner tindakan perawat dalam pencegahan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter. Kuesioner ini akan digunakan dalam pengumpulan datai terhadap responden penelitian.

Ada 2 bagian yang termasuk didalam kuesioner ini yaitu: Bagian 1. Kuesioner data demografi

Bagian 2. Kuesioner tindakan perawat dalam pencegahan infeksi saluran kemih pada pasien yang terpasang kateter


(2)

Kode : Tgl/Waktu :

Petunjuk Umum Pengisian

Bapak/Ibu (Responden) diharapkan:

1. Menjawab pertanyaan yang tersedia dengan memberi tanda checklist (√) pada setiap kolom yang disediakan.

2. Semua pertanyaan diisi dengan satu jawaban.

3. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti.

1. Kuesioner Data Demografi 1. Usia:...tahun

2. Jenis kelamin:

Laki-laki Perempuan 3. Status:

Belum menikah Menikah Janda/duda 4. Agama:

Islam Kristen Hindu Budha 5. Suku:

Batak Jawa


(3)

6. Pendidikan: SD SMP SMA

Perguruan tinggi 7. Pekerjaan

PNS/TNI/POLRI Pegawai BUMN Pegawai swasta Wiraswasta Dll……….. 8. Penghasilan

> Rp.500.000 Rp.500.000-1.000.000 >Rp. 1.000.000

2. Lembar Kuesioner Tindakan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Saluran Kemih pada Pasien yang Terpasang Kateter

Petunjuk pengisian:

Tuliskan tanda ceklist ( pada kotak)

Bagian ini menanyakan tentang tindakan perawat dalam pencegahan infeksi pasien yang terpasang kateter.

Isilah pernyataan berikut dengan sebenar-benarnya. Berikan tanda (√) pada kolom Ya (jika perawat melakukannya) atau Tidak ( jika perawat tidak melakukannya).


(4)

No Pernyataan Ya Tidak 1. Perawat mencuci tangan ketika beralih dari pasien yang satu

ke pasien lainnya saat memberikan perawatan.

2. Perawat mencuci tangan sebelum dan sesudah memberikan perawatan keteter.

3. Perawat membersihkan daerah sekitar lubang uretra saat membersihkan selang kateter.

4. Saat membersihkan Perawat tidak melakukan gerakan yang membuat kateter bergerak maju mundur.

5. Perawat membersihkan kateter urine 2 kali sehari. 6. Perawat tidak melepaskan kateter dari selangnya saat

mengambil sampel urine.

7. Perawat tidak melepaskan kateter dari selangnya saat memindahkan atau mengubah posisi klien.

8. Perawat mengosongkan kantung urin setiap 8 jam sekali atau lebih sering jika volume urin besar.

9. Perawat melakukan desinfeksi pada klep (katup drainase) sebelum dan sesudah mengosongkan kantung penampung urine.

10. Perawat tidak menyambungkan langsung selang drainase yang terlepas dari sistem.

11. Perawat menyambung selang drainase yang terlepas dengan tidak memegangnya langsung pada bagian ujung kateter atau selang.

12. Perawat mengganti kateter seminggu sekali.

13. Perawat mengganti selang drainase jika aliran urine tersumbat.

14. Perawat mengganti selang drainase jika terdapat kebocoran pada persambungan antara selang dengan kateter.

15. Perawat meletakkan kantung penampung urin pada tempat yang lebih rendah dari posisi kandung kemih.

16. Perawat tidak membiarkan selang urin dalam posisi tertekuk atau terjepit.

17. Perawat mengukur dan mencatat haluaran urin setiap 8 jam atau ekstra jika perlu.

18. Perawat memantau dan mencatat karakter urin yang tertampung pada kantung urin.

19. Perawat mengajarkan pada klien tentang cara berbaring yang tepat di tempat tidur dengan terpasangnya kateter. 20. Perawat mengajarkan keluarga tentang cara membersihkan

daerah kemaluan yang dimulai dari depan lalu ke arah belakang (anus).

21. Perawat menginformasikan pada klien untuk tidak menarik kateternya atau melakukan gerakan yang mengakibatkan kateter tertarik.


(5)

22. Perawat menginformasikan pada klien untuk tidak berbaring diatas selang.

23. Perawat menganjurkan klien untuk minum sekurang-kurangnya 8-12 gelas perhari (kecuali ada kontra indikasi)


(6)

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Sri Wulandari S.

Tempat/tanggal lahir : Lhokseumawe/ 06 Februari 1984 Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Komplek Marelan Indah

Jl. Sumbawa III No. 83 Marelan Medan Riwayat Pendidikan :

1. 1990 – 1996 SD Negeri 060937 Medan 2. 1996 – 1999 SMP Negeri 1 Medan 3. 1999 – 2002 SMU Negeri 1 Medan

4. 2002 – 2005 D3 Keperawatan USU Medan 5. 2005 – 2009 S1 Keperwatan USU Medan