Sintaksis Bahasa Inggris dan Bahasa Arab Pada Menu Program Adobe Photoshop CS5

BAB II
LANDASAN TEORI, KONSEP DAN KAJIAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Konstruksi sintaksis yang dikaji dalam penelitian ini berdasarkan teori
transformasi generatif. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh Chomsky (1957).
Gramatika transformasi generatif adalah “teori linguistik yang diajarkan
oleh Chomsky yang menyatakan bahwa tujuan linguistik ialah menemukan apa
yang semesta dan teratur dalam kemampuan manusia untuk memahami dan
menghasilkan kalimat – kalimat yang gramatikal sekalipun belum didengarnya
sebelumnya. Kalimat dianggap sebagai satuan dasar, dan hubungan antara unsur –
unsur dalam struktur kalimat diuraikan atas abstraksi yang disebut kaidah struktur
frasa dan kaidah transformasi. (Kridalaksana, 2008 : 78)
Menurut Crystal (2008:492) :
This type of grammar was first discussed by Noam Chomsky in Syntactic
Structures (1957) as an illustration of a generative device more powerful
than finite-state grammars or phrase-structure grammars. In this view,
very many sentence types can be economically derived by supplementing
the constituent analysis rules of phrase-structure grammars with rules for
transforming one sentence into another. The rule of passivization above,
for instance, is claimed to be a procedure both simpler and intuitively
more satisfactory than generating active and passive sentences separately

in the same grammar. The arguments were persuasive, and as a result
transformational grammars became the most influential type in the
development of generative grammatical theory: indeed, the field as a
whole for a time came to be variously known as ‘generative grammar’,
‘transformational-generative grammar’ (or simply ‘TG’).
Artinya : Jenis tata bahasa in pertama kali dicetuskan oleh Noam Chomsky
dalam Syntactic Structures (1957) merupakan ilustrasi perangkat generatif
yang terlihat lebih dominan daripada tata bahasa finite – state atau bahasa
sturktur frasa. Banyak jenis kalimat yang dapat diderivasikan secara
sederhana dalam pandangan ini, dengan penambahan aturan transformasi

10

11

suatu kalimat ke kelimat lainnya. Berbagai aturan di atas, dikaim sebagai
suatu prosedur sederhana dan lebih intuitif daripada kalimat aktif dan
kalimat pasif yang dipisahkan dalam tata bahasa yang sama. Argumen ini
sangat persuasif, dan intinya tata bahasa transformasi ini menjadi bidang
yang paling berpengaruh dalam pengembangan teori tata bahasa generatif :

dan dalam aplikasinya secara keseluruhan dikenal sebagai ‘tata bahasa
generatif atau tata bahasa transforamasi generatif (TG).
The fundamental aim in the linguistic analysis of a language L is to
separate the grammatical sequences which are the sentences of L from the
ungrammatical sequences which are not sentences of L and to study the structure
of the grammatical sequences. (Chomsky, 2002:13)
Tujuan fundamental analisis linguistik ada dua hal : 1) untuk memisahkan
tataran gramatikal suatu kalimat dari tataran – tataram yang tidak gramatikal
suatu bahasa, 2) untuk mengetahui struktur urutan – urutan gramatikal.
Robin (1968:241) mengatakan :
Transformation is a method of stating how the structures of many
sentences in language can be generated or explained formally as the result
of specific transformations applied to certain basic sentences structures.
Artinya : Transformasi adalah metode yang menyatakan bagaimana
struktur kalimat dalam bahasa dapat digeneralisir atau dijelaskan secara
formal sebagai hasil transformasi yang spesifik dapat diterapkan pada
struktur kalimat dasar tertentu.
The first task of Chomsky's syntax is to account for the speaker's
understanding of the internal structure of sentences. Sentences are not unordered
strings of words, rather the words and morphemes are grouped into functional

constituents such as the subject of the sentence, the predicate, the direct object,
and so on. Chomsky and other grammarians can represent much, though not all,
of the speaker's knowledge of the internal structure of sentences with rules called
"phrase structure" rules. (Searle, 1972)

12

Tugas pertama teori Chomsky tentang sintaksis adalah untuk menjelaskan
pemahaman pembicara dari stuktur internal kalimat, karena kalimat bukanlah
rangkaian kata – kata yang tidak terstruktur, bukan kata – kata dan morfem yang
dikelompokkan menjadi konstituen fungsioonal seperti subjek kalimat, predikat,
objek langsung dan sebagainya. Chomsky dan ahli bahasa lainnya dapat
berpendapat lebih lagi, meskipun tidak semua orang berbicara mengetahui tentang
struktur internal kalimat dengan aturan yang disebut aturan “struktur frasa”.
Sesuai dengan teori Chomsky tentang universal grammar, yang
berpendapat bahwa semua bahasa memiliki kesamaan kaidah-kaidah dan sistem
yang bersifat universal meskipun berbeda bahasa, artinya kaidah ini mengandung
sistem yang permanen dalam akal manusia, hal ini berkaitan erat dengan masalah
logika bahasa dan kemampuan berbahasa. Kaidah – kaidah ini terbentuk dengan
kemampuan akal yang tertata tanpa perlu mempelajari kaidah – kaidah bahasa.

BI dan BA adalah dua bahasa yang sangat berbeda dilihat dari rumpun
bahasa, keduanya juga memiliki peristilahan yang berbeda dalam mengungkapkan
terminologi istilah – istilah linguistik, karena BA memiliki istilah tersendiri,
sebagaimana yang dikatakan oleh Abdellah (2003 : 1) :
“ If Ancient Arab Grammarians and Modern Arabic Academies have their
Arabic version of the Linguistic terminology, why should an Arab
translator find it difficult to translate the terms in a linguistics text? The
answer is that, although Arabs have their own version of the linguistic
terms, the Arabic term sometimes does not convey all the meanings and
uses of a certain linguistic term according to the modern theories of
Linguistics, in which case the old Arabic term will not be the proper
equivalent and the translator has to work out whether or not Arab
Academies have translated that term in its modern theoretical sense.”
Artinya : Jika para ahli tata bahasa Arab terdahulu (tradisional) dan para
ahli bahasa Arab modern memiliki versi asing – masing tentang bahasa

13

Arab dalam terminologi linguistik, lalu mengapa penerjemah bahasa Arab
merasa sulit untuk menerjemahkan istilah dalam teks liguistik ?

Jawabannya adalah bahwa, meskipun orang – orang Arab memiliki versi
sendiri tentang istilah linguistik, terminologi linguistik bahasa Arab
terkadang tidak dapat menyampaikan semua makna dan penggunaan
istilah linguistik tertentu sesuai dengan teori linguistik modern, dalam hal
ini istilah Arab tradisional tidak akan dapat setara dan tepat dan
penerjemah harus mengetahui apakah ahli bahasa Arab modern telah
menerjemahkan istilah dalam arti teori modern atau tidak.
Secara teoritis pendapat Abdellah menunjukkan adanya ketidaksesuaian
dalam mengungkapkan terminologi istilah – istilah linguistik BA dengan
linguistik modern, karena BA memiliki istilah linguistik tersendiri, hal inilah yang
menjadi penyebab adanya tingkat kesulitan para penerjemah BA untuk
menerjemahkan istilah – istilah tersebut. Namun seiring dengan munculnya teori
tentang Modern Standart Arabic (MSA), tingkat kesulitan tersebut terpecahkan
dengan berbagai penyesuaian dan standarisasi istilah berdasarkan fungsi dan peran
sebuah kata dalam kalimat dari bahasa Arab tradisional, beberapa pakar BA mulai
memperkenalkan teori tentang transformasi generatif seperti Maher Bahloul
(2008), Kremers (2003), Farghaly (2010), Schulz, dkk (2004) dan tokoh-tokoh
lainnya sepertiRyding (2008), Homeidi (2003) dan Chacra (2007), dengan
demikian, peneliti tetap berasumsi sebagaimana teori Chomsky tentang universal
grammar, bahwa bahasa seluruh manusia memiliki tata bahasa yang universal.

Leibniz dalam (Simanjuntak, M. 2009 : 48) mengatakan :
bahwa semua bahasa berasal dari satu bahasa sejagat, Beliau percaya,
bahwa bahasa – bahasa Afrika, berbeda dari bahasa Jerman hanya dalam
perbendaharaan kata – katanya saja dan tidak dalam strukturnya. Bagi
Lebniiz semua bahasa Eropa dam bahasa – bahasa Afrika berasal dari
bahasa Aramik. Dan asemua bahasa ini dan keluarga bahasa – bahasa lain
berasal dari sebuah bahasa sejagat yang disebutnya “an Ursprache”, Jadi,
bagi Leibniz., semua bahasa di dunia ini sekeluarga.

14

Menurut Keraf ciri – ciri keuniversalan bahasa yang dapat menjadi objek
perbandingan (1984:33) adalah :
1. Kesamaan dalam bentuk dan makna. Tiap bahasa memiliki bentuk –
bentuk tertentu yang dikaitkan dengan maknanya yang khas untuk
memudahkan referensi.
2. Tiap bahasa memiliki perangkat unit fungsional yang terkecil yaitu
fonem itu kecil saja, dan berbeda dari bahasa ke bahasa, terdapat
kenyataan yang menarik bahwa tiap bahasa memiliki perangkat yang
terkecil ini untuk membedakan makna kata dan bahwa gabungan dari

bunyi – bunyi yang sangat terbatas ini mampu menghasilkan pelambang
(kata) yang tak terbatas jumlahnya. Fonem pada bahasa – bahasa
jumlahnya berkisar antara 15 sampai 50 buah fonem, tetapi jumlah ini
sanggup menghasilkan ribuan morfem (kata), yaitu suatu yang terkecil
yang mengandung makna.
3. Tiap bahasa di dunia memiliki kelas – kelas kata tertentu, yaitu kata
benda, kata kerja, kata sifat, kata ganti orang dan kata bilang.
Berlandaskan atas teori tentang universal grammar, penelitian ini dapat
dilandaskan pada teori tentang universal grammar, sehingga ada hubungan antara BI
dan BA dalam menentukan suatu struktur baik berbentuk frasa maupun dalam
kalimat.
2.1.1. Sintaksis
Sintaksis adalah 1. Pengaturan dan hubungan antara kata dengan kata, atau
dengan satuan – satuan yang lebih besar, atau antara satuan – satuan yang lebih
besar itu dalam bahasa. Satuan terkecil dalam bidang ini adalah kata; 2. Subsistem
bahasa yang mencakup hal tersebut (sering dianggap bagian dari gramatika;
bagian lain ialah morfologi), 3. Cabang linguistik yang mempelajari hal tersebut
(Kridalaksana, 2008:223).
Selanjutnya, Crystal (2008:471) menyatakan:
Syntax : A traditional term for the study of the rules governing the way

words are combined to form sentences in a language. In this use, syntax is

15

opposed to morphology, the study of word structure. An alternative
definition (avoiding the concept of ‘word’) is the study of the
interrelationships between elements of sentence structure, and of the rules
governing the arrangement of sentences in sequences.
Artinya : Sintaksis adalah sebuah istilah tradisional untuk studi tentang
aturan yang mengatur cara kata dikombinasikan untuk membentuk suatu
kalimat dalam suatu bahasa. Sintaksis berlawanan dengan morfologi yang
mempelajari studi tentang struktur kata. Definisi alternatif (menghindari
konsep ‘kata’) adalah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara
unsur – unsur dari struktur kalimat, dan aturan yang mengatur susunan
kalimat dalam beberapa aturan.
Berdasarkan dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sintaksis
adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang pengaturan katakata, atau yang lebih besar dari kata untuk membentuk sebuah kalimat pada suatu
bahasa, yang mencakup gramatika.
Berdasarkan pendapat para pakar teori generatif, sintaksis merupakan
salah satu bagian dari tiga kelompok utama dari komponen gramatikal, yang

memiliki aturan tentang struktur sintaksis seperti struktur frasa dan struktur
transformasi (Crystal, 2008:471).
Sedangkan Al Khuli (1982:280) mengatakan bahwa :
Syntax

: ‫( ﻋﻤﻞ اﻟﻨﺤﻮ‬١

‫ ﺗﺮﺗﻴﺐ اﳌﻔﺮدات داﺧﻞ اﳉﻤﻠﺔ اﻟﻮاﺣﺪة‬:‫ ﺑﻨﺎء اﳉﻤﻠﺔ‬. ‫ ﻧﻈﺎم اﻟﻜﻼم‬.‫( ﳓﻮ‬٢
/syntax:1) ilmu an nahwi. 2) nahwu. Nizamu al kalam, bina`u al jumlati :
tartibu al mufradati dakhila al jumlati al wahidati/
Senada dengan pendapat sebelumnya, Al Khuli juga menyatakan bahwa
sintaksis adalah ilmu

‫ﳓﻮ‬

/nahwu/ atau ilmu yang mempelajari tentang aturan

kalimat, atau sususan kata – kata yang terdapat di dalam sebuah kalimat.

16


Dengan berpedoman pada teori tentang universal grammar, Sintaksis dapat
diartikan sebagai bidang linguistik yang mempelajari tata susun kata, frasa sampai
kalimat. Dengan demikian ada tiga tataran gramatikal yang menjadi garapan
sintaksis yaitu: kata, frasa, dan kalimat.
Dalam kajian sintaksis, hal yang sangat umum dibicarakan adalah berhubungan
dengan struktur, kategori, fungsi dan makna, karena keempat saling berkaitan satu
sama lain untuk menentukan kedudukan sintaksis dalam analisis bahasa.
Analisis struktur mengidentifikasi unsur – unsur yang membentuk satuan
bahasa. Misalnya sebuah kata secara struktur dibentuk dengan satu morfem atau
dibentuk dengan beberapa morfem (Parera, 2009 : 6).
Sedangkan Analisis Kategori menurut Parera (2009 : 6) :
bertujuan untuk mengelompokkan unsur – unsur bahasa berdasarkan
kesamaan struktur, kesamaan distribusi, atau kesamaan rupa atau bentuk,
satuan frasa dibedakan ke dalam frasa endosentris dan eksosentris, frasa
nomen, frasa verbuun, dan ajektif.
Analisis fungsi mempersoalkan kedudukan satuan – satuan bahasa itu pada
tataran yang lebih tinggi. Misalnya sebuah fonem berfungsi membedakan makna,
atau sebuah kata berfungsi sebagai subjek, predikat, objek, atau keterangan pada
satuan klausa dalam kalimat (Parera, 2009 : 6).

2.1.2. Kata sebagai Satuan Sintaksis
Kata adalah bentuk bebas yang paling kecil, yaitu kesatuan terkecil yang
dapat diucapkan secara berdikari. kata ialah satuan bebas yang paling kecil, atau
dengan kata lain, setiap satuan bebas merupakan kata. kata terdiri atas satu atau
beberapa morfem” (Tarigan,1985)

17

Al Khuli (1982:310) mengatakan :

: ‫ ﻣﻔﺮدة‬. ‫ﻛﻠﻤﺔ‬

word

.book ‫و‬

a

‫ ﻣﺜﻞ‬،‫ و ﻗﺪ ﺗﺘﻜﻮن ﻣﻦ ﺻﻮت واﺣﺪ أو أﻛﺜﺮ‬.‫اﺻﻐﺮ وﺣﺪة ﻟﻐﻮﻳﺔ ذات ﻣﻌﲎ‬

‫ ﻛﻤﺎ ﺗﺘﻜﻮن ﻣﻦ ﺟﺰر ﺑﺰواﺋﺪ أو‬.books ‫ و‬book ‫ ﻣﺜﻞ‬،‫ﻛﻤﺎ ﺗﺘﻜﻮن ﻣﻦ ﻣﺮﻓﻴﻢ واﺣﺪ او اﻛﺜﺮ‬
. worker ‫و‬

work ‫ ﻣﺜﻞ‬،‫ﻏﲑ زواﺋﺪ‬
/word:kalimatun, mufradatun. Asgaru wahdatin lughawiyatin zata
ma’na. wa qad tatakawwanu min sautin wahidin au aksaw, mislu
“a” wa “book”. Kama tatakawwanu min morfim wahidin au aksar,
mislu “book” wa “books”, kama tatakawwanu min jizri bizawa`idin
au aksar min gairi zawa`idin. Mislu “work” wa “worker”. /

‫ﻣﻦ‬

Artinya : Kata : kosakata, unit terkcel dari bahasa yang berhubungan
dengan makna, yang terdiri atas satu suara atau lebih, seperti a dan
book, atau terdiri atas satu morfem atau lebih, seperti book dan
books, atau terdiri atas kata dengan penambahan morfem terikat atau
tidak tanpa penambahan seperti work dan worker.
Menurut Chaer (2007:219) Kata dibedakan menjadi dua macam :
Dalam pembicaraan kata sebagai satuan sintaksis, pertama – tama harus
kita bedakan dulu adanya dua macam kata, yaitu yang disebut kata penuh
(fullword), dan kata tugas (functionalword). Kata penuh adalah kata yang
secara leksikal memiliki makna, mempunyai kemungkinan mengalami
proses morfologi, merupakan kelas terbuka dan dapat bersendiri sebagai
sebuah satuan tuturan. Sedangkan yang disebut kata tugas adalah kata
yang secara leksikal tidak memiliki makna, tidak mengalami proses
morfologi, merupakan kelas tertutup, dan dalam pertuturan tidak dapat
bersendiri.
Selanjutnya Crystal (2008 : 522) menyatakan :
A word, then, is a grammatical unit, of the same theoretical kind as
morpheme and sentence. In a hierarchical model of analysis, sentences
(clauses, etc.) consist of words, and words consist of morphemes
(minimally, one free morpheme). Word-orderrefers to the sequential
arrangement of words in a language.
Artinya : Kata, selanjutnya adalah sebuah unit dari gramatikal,
sebagaimana secara teoretis adalah morfem dan kalimat. Dalam analisis
model hirarki, kalimat (klausa, dll) terdiri dari beberapa kata, dan kata
teridri atas beberapa morfem (paling sedikit satu morfem bebas).

18

Berdasarkan pernyataan berbagai para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
kata, ada unit gramatikal terkecil dalam tataran sintaksis, yang secara hierarkial menjadi
komponen pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar, atau frasa. dan berdasarkan
Chaer dapat disimpulkan bahwa kata penuh (fullword) terdiri atas nomina, verba,
adverba, ajektiva, dan numeralia sedangkan kata tugas (functionalword) terdiri dari
kata – kata yang berposisi sebagai preposisi dan konjugasi.
Meskipun BI dan BA berbeda dalam terminologi kategori kelas kata, pada
dasarnya kedua bahasa tersebut mewakili unsur – unsur yang lengkap dalam
menentukan kelas kata jika ditinjau dari sudut pandang konstruksi secara sintaksis.
Dalam BI terdapat banyak teori yang mengemukakan tentang kelas kata,
namun dalam aliran tradisional, kelas kata dalam BI terdiri atas, noun, verb,
pronoun, preposition, adverb, conjunction, participle, article dan interjection.
(Jurafsky dan James:2005)
Sementara dalam kelas kata dalam BA menurut (Ahmed : 2008)
A meaningful word in Arabic is called Kalimah (‫)ﻛﻠﻤﺔ‬. It has only three
parts. In other words there are only three parts of speech in Arabic.
These are;1. ‫(اﻹﺳﻢ‬Noun, literally ‘name’),It is that word which does not
need the help of another word to explain its meaning. It is the name of a
person, a place or a thing, and the term Ism includes the adjective
nouns(‫)اﻟﺼﻔﺔ‬2. ‫( ﻓﻌﻞ‬verb), It is that word by which we understand some
work or action being done 3. ‫( ﺣﺮف‬Harf), The particle, preposition and
conjunction are called harf. It is that word which is used with noun or
verb to complete the meaning of the sentence.
Artinya : Kata yang memiliki arti dalam bahasa Arab disebut dengan
kalimah. Terdiri atas 3 bagian, dengan kata lain part of speech bahasa
Arab antara lain : 1. Isim (secara harfiah disebut dengan nomina), yaitu
kata yang tidak membutuhkan kata lainnya untuk menerangkan arti dari
isim tersebut, antara lain nama seseorang, tempat atau sesuatu, dan istilah
isim termasuk juga nomina ajektiva (as sifah). 2. Fi’il (verba), adalah
kata yang kita fahami sebagai penanda tindakan atau kerja. 3. Harf,
adalah partikel, preposisi dan konjugasi yang disebut dengan harf. Harf
digunakan dengan nomina atau verba untuk melengkapi makna kalimat.

19

Beberapa contoh yang penulis temukan dari hasil analisis berdasarkan
kelas kata pada APCS5 adalah : file= ‫ﻣﻠﻒ‬/malaf/ ‘file’ , open=
save=‫ﺣﻔﻆ‬/hifzun/ ‘simpan’, new=

‫ﺟﺪﻳﺪ‬/jadidun/

‫ﻓﺘﺢ‬/fathun/‘buka’,

‘baru’, close =

‫إﻏﻼق‬/iglaqun/

‘tutup’, dan lain – lain.

2.1.3. Konstruksi Kalimat
Chomsky (1957) mengemukakan pendapat yang secara teoretis memiliki
pandangan tentang konstruksi gramatikal yang berhubungan dengan analisis
konstituen, adapun konstruksi tersebut adalah sebagai berikut:
Chomsky (1957:26-27)
(i)
(ii)
(iii)
(iv)
(v)
(vi)

Sentence  NP + VP
NP  T + N
VP  V + NP
T  the
N  man, ball, etc
Verb  hit, took, etc

Penjabaran konsep di atas diturunkan ke dalam skema pembentukan
kalimat sebagai berikut :
(i)
(ii)
(iii)
(iv)
(v)
(vi)
(vii)
(viii)
(ix)

Sentence
NP + VP
T + N + VP
the + N + Verb + NP
the + man + Verb + NP
the + man + hit + NP
the + man + hit + T + N
the + man + hit + the + N
the + man + hit + the + ball

Teori Chomsky di atas dapat dibentuk sebuah diagram sebagai berikut Chomsky
(1957:26-27) :

20

Sentence

NP/FN

T

VP/FV

N

V/Verba

NP/FN

T
The

man

hit

the

N
ball

Diagram 2.1. Sumber Chomsky (1957:27)
2.1.3.1. Konstituen
Menurut Crystal (2008 : 104) :
Constituent(n.) (1) A basic term in grammatical analysis for a linguistic
unit which is a functional component of a larger construction. In an
alternative formulation, a constituent is a set of nodes exhaustively
dominated by a single node. Based on a combination of intuitive and
formal (e.g. distributional) criteria, a sentence can be analysed into a
series of constituents, such as subject + predicate, or NP+VP, etc.
Artinya : Konstituen (n.) Sebuah istilah dasar dalam analisis gramatikan
untuk unit linguistik yang merupakan komponen fungsional dari
konstruksi yang lebih besar. Dalam formulasi alternatif, konstituen adalah
satu set node mendalam yang didominasi oleh node tunggal. Berdasarkan
kriteria kombinasi intuitif dan formal (misalnya distribusi), Kalimat dapat
dianalisis menjadi serangkaian konstituen, seperti subjek + prediket, atau
NP + VP, dll.
Constituents are the proper subparts of sentences. There are different
types of constituents classified by the categories which constitute them; these have
different functions and internal structures with elements arranged in a specific
way. And they may themselves be complex, containing other constituents. The
structure of a sentence is hence hierarchical. (Brinton, 2000:167)

21

Kesimpulan dari pendapat Brinton (2000) bahwa konstituen adalah sub
bagian dari kalimat, yang dibedakan berdasarkan kategori, fungsi dan struktur
internal, masing – masing terdiri dari unsur – unsur yang diatur dengan cara tertentu.
Konstituen adalah unsur bahasa yang merupakan bagian dari satuan yang
lebih besar; bagian dari sebuah konstruksi; mis. Pena saya, lebih tajam dan
daripada senjata Anda adalah konstituen-konstituen dari Pena saya lebih tajam
daripada senjata Anda. (Kridalaksana, 2008:132)
Berdasarkan ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konstituen
adalah bagian dari kalimat sebagai unsur dari satuan konstruksi yang lebih besar,
sekilas konstituen adalah frasa, namun fungsi daripada konstituen lebih dari hanya
sekedar fungsi frasa apakah itu sebagai subjek atau objek atau predikat, karena setiap
frasa dapat dijadikan sebagai konstituen dalam kalimat, namun belum tentu frasa
adalah konstituen, untuk menjawab ini Burton-Robert (1989:19) PHRASE is a
sequence of words that can function as a CONSTITUENT in the structure of
sentences, yang berarti frasa adalah urutan kata – kata yang dapat berfungsi sebagai
konstituen dalam struktur kalimat.
Contoh : Though he was old sam did regular press-ups.
Contoh di atas menunjukkan bahwa oldsam bukan merupakan sebuah
konstituen dilihat dari struktur kalimat. Akan tetapi oldsam dapat menjadi frasa
yang berfungsi sebagai konstituen pada konstruksi kalimat berbeda seperti :
Contoh : The old sam sunbathed beside that
Contoh di atas old sam adalah frasanomina yang berfungsi sebagai
konstituen dari kalimat The old sam sunbathed beside that.

22

2.1.3.2. Fungsi Subjek dan Predikat
Burton-Robert (1989:28-29) Subjek dan Predikat adalah terminologi
tradisional dalam menyatakan fungsi kata dalam kalimat, namun dalam konstruksi
transformasi generatif, Burton-Robert (1989:29) dan Brinton (2000:169) subjek
dan prediket dalam konstruksi kalimat dapat mengikuti pola :
SNP+VP

contoh : SThe ducks (NP) are paddling away (VP)

Dimana NP adalah konstituen sebagai subjek dan VP adalah konstituen
sebagai predikat.
2.1.3.3. Fungsi Frasa
2.1.3.3.1. Konstituen Inti (Head) dan Modifier
Menurut Crystal (2008:225) :
Head : A term used in the grammatical description of some types of phrase
(endocentric phrases) to refer to the central element which is
distributionally equivalent to the phrase as a whole; sometimes
abbreviated as H. Such constructions are sometimes referred to as headed
(as opposed to non-headed) or as head phrases (HP) Headedness also
determines any relationships of concord or government in other parts of
the phrase or sentence. For example, the head of the noun phrase a big
man is man.
Artinya : Head : Sebuah istilah yang digunakan dalam deskripsi
gramatikal dari beberapa jenis frase (frase endosentris) untuk merujuk
pada elemen sentral yang berdistibusi setara dengan frase secara
keseluruhan; disingkat dengan H. Konstruksi tersebut kadang – kadang
disebut sebagai headed (sebagai lawan dari non headed) atau sebagai inti
frasa. Inti frasa juga menentukan hubungan dengan bagian lain dari frase
atau kalimat dalam konstruksi. Contoh, inti dari frasa nomina a big man
adalah man
Burton-Robert (1989:37) mengatakan :
In the phrase containing a modifier, the element that is modified form the
essential centre of the phrase and is said to be the HEAD of the phrase.
Artinya : Dalam struktur frasa terdapat modifier, yaitu elemen yang
memodifikasi bentuk dari sentral atau inti frasa, dan elemen yang
dimodifikasi disebut sebagai head.

23

Selanjutnya Robin (1968:236) mengatakan bahwa :
The word or group sharing the syntactic functions of the whole of a
subordinative construction is called head.
Artinya : Kata atau kelompok yang membagi fungsi sintaksis dari seluruh
konstruksi subordinatif disebut dengan head.
Schulz dkk (2004:68) juga mengatakan :
The relation of both nouns to each other is that of governing noun (nomen
regens) to an attributive adjunct (nomen rectum) in the function of the 1st
term (‫ )اﻟﻤﻀﺎف‬and the 2nd term (‫ )اﻟﻤﻀﺎف إﻟﯿﮫ‬of an idhafa (genitive
construction)
Artinya : Hubungan antara dua nomina (kata benda) adalah bahwa noina
yang mengatur (nomen regens) terhadapa keterangan atributif (nomen
rektum) fungsi istilah pertama adalah mudaf dan istilah kedua adalah
mudhaf ilaih (konstruksi gentitif)
Berdasarkan keempat teori di atas dapat disimpulkan bahwa head adalah
elemen yang menduduki posisi sentral dan inti dalam konstruksi frasa, sedangkan
modifier merupakan elemen attributif yang menerangkan inti dan sentral dari
sebuah konstruksi frasa, sebagaimana yang disampaikan Kridalaksana (2008:156)
bahwa modifier adalah konstituen

yang

membatasi,

memperluas,

atau

menyifatkan suatu induk dalam frasa.
Lebih lanjut lanjut Crystal (2008:309) menyatakan :
Modifier : A term used in syntax to refer to the structural dependence of
one grammatical unit upon another – but with different restrictions in the
scope of the term being introduced by different approaches. Some reserve
the term for structural dependence within any endocentric phrase; e.g. in
the big man in the garden, both the big and in the garden modify man –
premodification and post-modification respectively.
Artinya :Modifier : Sebuah istilah yang digunakan dalam sintaks untuk
merujuk pada ketergantungan structural dari satu unit gramatikal kepada
yang lain – tetapi dengan batasan yang berbeda dalam ringkup istilah yang
diperkenalkan oleh pendekatan yang berbeda. Beberapa cadangan istilah
keterikatan struktutal dalam frase endosentris; misalnya the big man in the
garden, baik big dan in the garden memodifikasi man masing – masing
sebagai pre – modification dan post modification.

24

Sementara itu Al-Khuli (1982:171) mengatakan :

: ‫واﺻﻒ‬

modifier

‫اﻳﺔ ﻛﻠﻤﺔ او ﺗﺮﻛﻴﺐ ﻳﺼﻒ ﻛﻠﻤﺔ أﺧﺮي ﺳﻮاء أﻛﺎن اﳌﺼﻮف ﻇﺮﻓﺎ أم ﻓﻌﻼ أم إﲰﺎ‬
/ modifier : wasif, ayyatu kalimatin au tarkibin yasifu kalimatan ukhra
sawa`un a kana al mausufu dharfan, am fi’lan, am isman/
Artinya :Modifier : menerangkan kata atau susunan yang menerangkan
kata lainnya baik itu yang diterangkan adalah zarf, fi’il dan isim.
The meaning af the Arabic term “idafah” is ‘addition’, annexation’, or
attachment. This kind of annexation occurs when to noun (or an adjective and a
noun) are linked together and immediately follow each other. It is comparable to
a genitive or attributive construction, where the first noun (or adjective) is the
head constituent and the second noun is the attribute. (Chacra, 2001:61)
Chacra di atas mengatakan bahwa ’idafah’ adalah suatu tambahan atau
anneksasi atau pelekatan. Anneksasi ini terjadi ketika suatu nomina atau ajektiva
dilekatkan secara bersama – sama dan saling mengikuti, yang dapat
dikomparasikan dalam bentuk gentifi atau konstruksi atributif, dimana nomina
atau ajektiva pertama adalah konstituen inti dan nomina kedua adalah atributif.
Berdasarkan pendapat di atas, terdapat kesesuaian pendapat antara Crystal,
Al Khuli dan Chacra bahwa modifier merupakan gramatikal unit dalam konstruksi
frasa sebagai atribut dari head, yang menerangkan sentral inti dari sebuah frasa.
Contoh : 1. default action
2. ‫ ﺗﺣرﯾر اﻟﻘﺎﺋﻣﺔ‬/tahriru al qa`imati/

(BI)
(BA)

Nomina action dan ‫ ﺗﺤﺮﯾﺮ‬/tahrir/ pada frasa di atas adalah head, sedangkan
default dan ‫ اﻟﻘﺎﺋﻤﺔ‬/alqa`imati/ adalah modifier.

25

2.1.3.3.2. Governor dan Komplemen
Fungsi governor dan komplemen menurut Burton-Robert (1989:40-41)
yang menggambarkan konstruksi governor dan komplemen sebagai fungsi dua
arah, berlainan dengan headdan modifier yang berfungsi satu arah. Hal ini
menunjukkan adanya saling keterikatan dan ketergantungan antara fungsi
governor dan komplemen dalam struktur frasa.
Contoh : Old sam sunbathed beside a stream
NP
VP
Subj.
Pred.
Sementara konstruksi beside a stream adalah sebuah konstituen berupa
frasa yang terdiri dari beside sebagai Governor dan a stream sebagai komplemen.
Adapun uraiannya adalah :

G
Beside

Comp

Mod
a

Head
stream

Gambar 2.1. Hubungan Governor dan Komplemen serta Modifier dan Head
(Burton-Robert, 1989:41)
2.1.3.4.Konstruksi Frasa
Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak perdikatif ;
gabungan itu dapat rapat, dapat renggang ; mis. gunung berapi adalah frasa karena
merupakan konstruksi nonpredikatif; kontruksi ini berbeda dengan gunung itu
tinggi yang bukan frasa karena bersifat predikatif. (Kridalaksana,2008:66)

26

Sementara itu Al-Khuli (1982 : 215) menyatakan bahwa :

: ‫ ﺷﺒﻪ ﲨﻠﺔ‬. ‫“ﻋﺒﺎرة‬phrase = syntactic group
‫ ﻣﺜﻞ اﻟﻈﺮف و‬،‫ﳎﻤﻮﻋﺔ ﻛﻠﻤﺎت دون ﻓﻌﻞ و ﻓﺎﻋﻠﻪ أو دون ﻣﺒﺘﺪأ و ﺧﱪﻩ‬
.‫اﳌﻀﺎف إﻟﻴﻪ ﰱ اﻟﻌﺮﺑﻴﺔ أو اﳉﺎر و ا ﺮور‬


//“Phrase = syntactic group : ‘ibaratun. Syibhu jumlatin”./
/majmu’atu kalimatin duna fi’lin wa fa’ilihi au mubtada`in wa khabarihi, mislu
al-zarf wa al-mudaf `ilaih fi al-’arabiyyati au al-jar wa al-majrur//”
Artinya : Frasa = satuan sintaksis ; ‘ungkapan’ seperti kalimat.
Kumpulan beberapa kata yang tidak memiliki verba /fi’il/ seirig dengan subjek
/fa’il/ serta konstituen /mubtada’/ dengan prediket /khabar/. Seperti dharf, mudhaf
ilaih dalam bahasa Arab atau jar – majrur”.
Contoh : ‫ﻣﻌﻠﻮﻣﺎت اﳌﻠﻒ‬/ma’lumatul malaf/ “file info” artinya : informasi file
2.1.3.4.1.Endosentris dan Eksosentris
Frasa endosentris (endosentric phrase) frasa yang kekeseluruhannya
mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan salah satu konstituennya. Frasa
endosentris ini terbagi atas frasa berinduk banyak dan frasa berinduk satu.
(Kridalaksana, 2008:66)
Crystal (2008:169) mengatakan bahwa :
Endocentric : A term used in grammatical analysis as part of a twowayclassification of syntactic constructions using distributional criteria: it
refers to a group of syntactically related words where one of the words is
functionally equivalent to the group as a whole (i.e. there is a definable
‘centre’ or head inside the group, which has the same distribution as the
whole);
Artinya : Endosentris : istilah yang digunakan dalam analisis gramatikal
sebagai bagian dari klasifikasi dua arah konstruksi sintaksis yang
menggunakan kriteria distribusi : mengacu pada kelompok yang terkait
dengan kata secara sintaksis, di mana salah satu kata secara fungsional
setara dengan kelompok secara keseluruhan (yaitu ada “pusat” yang
didefenisikan sebagai head di dalam kelompok tersebut, yang memiliki
distribusi yang sama secara keseluruhan).

27

Contoh : 1. The big house

(BI)

2. ‫اﻟﻜﺒﲑ‬

(BA)

‫ ﺑﻴﺖ‬/baytu l-kabiri/

3. save and close

(BI)

4. ‫ﺣﻔﻆ‬

(BA)

‫ إﻏﻼق و‬/iglaqun wa hifzun/

Sedangkan frasa eksosentris adalah :
Menurut Kridalaksana (2008:66) frasa eksosentris (exocentric phrase) : frasa
yang keseluruhannya tidak memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan salah
satu konstituennya.
Selanjutnya Crystal (2008:178) mengatakan bahwa :
exocentric : A term used in grammatical analysis as part of a two-way
classification of syntactic constructions using distributional criteria: it
refers to a group of syntactically related words where none of the words is
functionally equivalent to the group as a whole (i.e. there is no definable
‘centre’ or head inside the group); it is opposed to endocentric.
Artinya : Eksosentris : istilah yang digunakan dalam analisis gramatikal
sebagai bagian dari klasifikasi dua arah konstruksi sintaksis yang
menggunakan kriteria distribusi: mengacu pada yang terkait dengan kata
secara sintaksis, di mana tidak ada kata – kata secara fungsional setara
dengan kelompok secara keseluruhan (yaitu tidak terdapat ‘inti’ atau head
di dalam kelompok tersebut); kebalikan dari endosentris.
Sementara itu Al khuli (1982:90) mengatakan :
exocentric construction

:

‫ﺗﺮﻛﻴﺐ ﺧﺎرﺟﻲ اﳌﺮﻛﺰ‬

‫ اﻟﱴ‬،in the room ‫ ﻣﺜﻞ‬،‫ﺗﻪ ﻋﻠﻰ اﻧﻔﺮاد‬ル‫ﺗﺮﻛﻴﺐ ﲣﺘﻠﻒ وﻇﻴﻔﺘﻪ ﻋﻦ وﻇﻴﻔﺔ ﻛﻞ ﻣﻦ ﻣﻜﻮ‬
‫ إﺳﻢ‬room ‫ ﻧﻌﺖ و‬the ‫ ﺣﺮف ﺟﺮ و‬in ‫ﻗﺪ ﺗﻌﻤﻞ ﻋﻤﻞ اﻟﻈﺮف ﰱ ﺣﲔ أن‬
/ exocentric construction : tarkibun kharijiyu l-markazi, tarkibun
jakhtalifu wazifatuhu ‘an wazifati kullin min mukawwinatihi ‘ala
infiradin, mislu in the room, allati ta’malu ‘amalaz zarfi fi hinin anna in
harfu jar wa the na’tun wa room ismun/

28

Berdasarkan ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa frasa
eksosentris adalah frasa yang unsur di dalamnya tidak memiliki fungsi dan
perilaku sintaksis yang sama.
Contoh :

in the room

‫ﰱ اﳊﺠﺮة‬

(BI)
/fi al hujrati/ (BA)

2.1.3.4.2. Kategori Frasa
Kaidah struktur frasa merupakan hubungan antar unsur yang dapat
membentuk frasa. Pembagian frasa berdasarkan unsur yang menyangkut kelas
kata menunjukkan adanya frasa nomina (FN), frasa verba (FV), frasa adjektiva
(FAdj), dan frasa adverbia (FAdv) serta frasa preposisi (FP) yang memarkahinya.
Kategori frasa dalam BI dan BA, dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
2.1.3.4.2.1. Frasa Nomina
Noun phrases consist of minimally a noun and a determiner, though the
derterminer can be the zero article. Noun phrase may also contain a large
number of optional element which can be either pre- or post modifiers or
predeterminers. (Borjars, 2001 : 209)
Frasa nomina menurut Borjars (2001) di atas seminimalnya terdiri atas
nomina dan penentu, meskipun determiner tersebut dalam status zero. Selain itu
Frasa nomina dalam BI dapat terdiri dari unsur – unsur yang luas seperti diawali
dengan pre-modifier, diikuti unsur lain sebagai post-modifier.
Contoh : the file type

29

Menurut Crystal (2008 : 333-334) :
The constructions into which nouns most commonly enter, and of which
they are the head word, are generally called noun phrases (NP) or
nominal groups. The structure of a noun phrase consists minimally of the
noun (or noun substitute, such as a pronoun); the constructions preceding
and following the noun are often described under the headings of
premodification and postmodification respectively.
Artinya : Konstruksi di mana kata benda yang paling sering digunakan,
dan nomina tersebut menjadi head, umumnya disebut frase nomina (NP)
atau kelompok nominal. Struktur frasa nomina minimalnya terdiri atas
nomina (atau noun substitute / pengganti/, seperti pronomina), konstruksi
sebelum dan sesudah nomina masing – masing digambarkan sebagai
premodifikasi dan postmodifikasi.
Berdasarkan pendapat para ahli bahasa di atas dapat disimpulkan bahwa
frasa nomina adalah konstruksi atau kumpulan kata – kata yang menempatkan
nomina dan pronomina sebagai head (konstituen inti), dan ajektiva, determiner,
numeral, quantifier sebagai modifier,
Dilihat dari konstruksinya frasa nomina dalam struktur kalimat dapat
berfungsi sebagai subjek, objek, predikatif dan komplemen dari frasa preposisi.
Contoh :
the profile and rendering intent used to converts color to the color space
FN
FN
FN
Subjek
Objek
Komplemen FP
Selanjutnya Kremers (2003:57) mengatakan :
Noun phrases do not only contain (possesive) complements. They can
course also contain a number of modifier, such as adjectives, numerals,
quantifiers and relative clauses, most of these modifiers (with the
exception of relative cluses) can occur both before the head noun and after
it in Arabic.
Artinya : Frasa nomina tidak hanya terdiri dari komplemen (possesive),
dapat juga terdiri atas sejumlah modifier, seperti kata sifat, angka,
bilangan, dan klausa relatif, sebagian besar modifier ini (dengan
pengecualian klausa relatif) dapat terjadi baik sebelum dan setelah nomina
inti dalam bahasa Arab.

30

Senada dengan kremers, Catford dkk (1974:115)

merumuskan bahwa

frasa nomina dalam bahasa Arab dapat terdiri atas :
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Artikel ‫ ال‬/al/ + Nomina
Demonstrative + nomina definitif
Nomina + Ajektiva Atributif
Nomina + Nomina definitif
Nomina definitif + ajektiva definitif + ajektiva definitif
‫ ﻟﯿﺲ‬+ pronomina

Sedangkan Muskar (2002) menyimpulkan bahwa frasa nomina dalam
Bahasa Arab terdiri atas :
-

N +N
N ttr + Adj ttr
N tr + Num Ord + Ket
N + Klausa Relatif

- N + Adj
- N + Num
- Interogatif + N
- N + FN

- N tr + Adj tr
- N tr + Num Ord
- Pronomina + N
- Adj + N

Sedangkan Brinton (2000:170) mengatakan bahwa frasa nomina bahasa
Inggris dapat terdiri atas :
Det
Dem
Art
WhPoss
Q

→{Dem, Art, Wh-, Poss, Q}
→{this, that, these, those}
→{a, an, the}
→{which, what, whose}
→{my, our, their, John’s, the man’s… }
→{some, any, every, each, neither, more … }
Sedangkan perluasannya frasa nomina (Brinton : 2000:170) adalah :

NP →

N
Det N
Det A N
Det AP N
Det N PP
Det A N PP
Det AP N PP
Pro
PN

dogs
the dogs
the large dogs
the loudly barking dogs
the dog in the yard
the ferocious dog behind the fence
the wildly yapping dog on the sofa
He
Goldy

31

2.1.3.4.2.2. Frasa Verba
Al-Khuli (1982:300) mengatakan :
verb phrase
will have done

: ‫ﻋﺒﺎرة ﻓﻌﻠﻴﺔ‬

‫ ﻣﺜﻞ‬،‫أ( ﻋﺪة ﻛﻠﻤﺎت ﺗﻜﻮن اﻟﻔﻌﻞ‬

‫ب( ﻋﺒﺎرة ﺗﺘﻜﻮن ﻣﻦ اﻟﻔﻌﻞ و ﺑﻌﺾ ﻣﺘﻌﻠﻘﺎﺗﻪ ﻣﺜﻞ اﳌﻔﺎﻋﻴﻞ و اﻟﻈﺮوف‬
/‘ibāratu fi‘liyyatun: 1) ‘iddatu kalimatin takawwana al fi’lu, mislu will
have done 2) ‘’ibaratu tatakawwanu mina l-fi’li wa ba‘di muta‘alliqātihi
mislu al mafa’ili wa z-zuruf/
Artinya : Frasa verba : 1) kumpulan kata yang terdiri atas verba seperti
will have done. 2) frasa yang terdiri atas verba yang diikuti oleh mafa’il
dan zarf
Selanjutnya Crystal (2008:510) mengatakan :
The term verb phrase is used in two senses. Traditionally, it refers to a
group of verbs which together have the same syntactic function as a single
verb, e.g. is coming, may be coming, get up to. In such phrases (verbal
groups, verbal clusters), one verb is the main verb (a lexical verb) and the
others are subordinate to it (auxiliary verbs, catenative verbs). A verb
followed by a non-verbal particle (similar in form to a preposition or
adverb) is generally referred to as aphrasal verb. In generative grammar,
the verb phrase (VP) has a much broader definition, being equivalent to
the whole of the predicate of a sentence.
Artinya : Istilah frasa verba digunakan dalam dua pengertian, Secara
tradisional, mengacu pada sekelompok verba yag bersama – sama
memiliki fungsi sintaksi yang setara dengan verba tunggal, misalnya
coming, may be coming, get up to. Dalam frasa tersebut satu verba adalah
verba utama (verba leksikal) dan yang lainnya adalah subordinat (auxilary,
catenative verb). Sebuah verba diikuti oleh partikel non-verbal (mirip
dalam bentuk preposisi atau adverba) umumnya disebut sebagai phrasal
verb. Dalam tata bahasa generatif, frase verba (VP) memiliki definisi yang
lebih luas, yang setara dengan seluruh predikat kalimat.
Contoh : documents must be saved before they can be corrected
FV

32

a. Komplemen Frasa Verba
Brinton

(2000:181)

menggambarkan

keadaan

tentang

kategori

komplemen yang mengikuti frasa verba, yaitu :
____ NP ____ AP ____ PP
Verbs are SUB-CATEGORISED according to what other elements must
appear with them in the VP. In other word, they are sub-categorised in terms of their
complementation types. (Burton-Robert, 1989:73)
Contoh : Max sunbathed beside a stream
NP VP
PP
Konstruksi PP beside a stream di atas menurut Burton-Robert bukan
merupakan bagian dari komplemen dari VP sunbathed, karena kostruksi PP tidak
dibutuhkan untuk melengkapi makna dari Vgp, fungsi PP hanya memberikan
informasi extra, sebagai modifier, alasan Burton-Robert adalah PP merupakan
pilihan bagi VP untuk memasukkannya sebagai modifikator. (Burton-Robert,
1989:73), seperti pada contoh :
Max spotted those wildcats in the spring.
NP
VP
PP
Selanjutnya Burton-Robert (1989:83) menyatakan bahwa komplemen VP
terdiri dari beberapa sub-kategori : antara lain :
MONOTRANSITIVE – [trans]
Subject-verb-direct object
(S)
(V)
(dO)
INTRANSITIVE– [intrans]
Subject-verb
(S)
(V)
DITRANSITIVE – [ditrans]
Subject-verb-indirect object - direct object
(S)
(V)
(iO)
(dO)

33

Or :
Subject-verb-direct object – to/for indirect object
(S)
(V)
(dO)
(iO)
INTENSIVE– [intens]
Subject-verb-subject-predicative
(S)
(V)
(sP)
COMPLEX TRANSITIVE – [complex]
Subject-verb-direct object – object-predicative
(S)
(V)
(dO)
(oP)
PREPOSITIONAL – [prep]
Subject-verb-prepositional complemen
(S)
(V)
(PC)
Sementara Brinton (2000:185) melengkapi sub-kategori VP dengan penambahan
DIPREPOSITIONAL
Subject-Verb-PP-PP
Contoh : She Argued with him about money
Adapun rumus perluasan sub-kategori frasa verba menurut (Brinton :
2000:186) adalah :
VP →

VNP
VNP NP
VNP PP
V AP
VNP AP
V PP
V PP PP

open a package
write a friend a letter
give an excuse to the teacher
feel lonely
make the dog angry
jump into the pool
talk about the problem with a friend

b. Modifier Frasa Verba
Brinton (2000:191) dan Burton-Robert (1989:93-106) merumuskan bahwa
modifier frasa verba antara lain :
1. Adjunct Adverbial
2. Disjunct Adverbial, dan
3. Conjunct Adverbial

34

2.1.3.4.2.3. Frasa Ajektiva
Adjective Phrase (AP) is centred on Adjective (A). And, again like NPs, an
AP can consist of an unmodified head, a simpe adjective. (Burton-Robert,
1986:60)
Al-Khuli (1982:5) mengatakan :

‫و اﻟﻌﺒﺎرة اﻟﻨﻌﺘﻴﺔ ﲣﺘﻠﻒ ﻋﻦ اﳉﻤﻠﺔ‬, ‫ﻋﺒﺎرة ﺗﻌﻤﻞ ﻋﻤﻞ اﻟﻨﻌﺖ ﰲ ﲨﻠﺔ ﻣﺎ‬: ‫ﻋﺒﺎرة اﻟﻨﻌﺘﻴﺔ‬
‫اﻟﻨﻌﺘﻴﺔ إذﲣﻠﻮا اﻷوﱃ ﻣﻦ اﻟﻔﻌﻞ ﰲ ﺣﲔ أن اﻟﺜﺎﻧﻴﺔ ﲢﺘﻮي ﻋﻠﻰ ﻓﻌﻞ‬
/‘ibāratu al- na‘tiyyati : ‘ibāratun ta‘malu ‘amala al-na‘ti fi jumlati mā,
wa al-‘ibāratu al-na‘tiyyatu takhtalifu ‘an al-jumlati al-na‘tiyyati `iz
takhallū al-ūlā min al-fi‘li fī hīna anna al-saniyyata tahtawī ‘alā fi‘lin/
Artinya : “Frasa sifat adalah frasa yang berperan sebagai sifat dalam satu
kalimat tertentu dan frasa sifat tersebut berbeda dari kalimat sifat dimana
frasa sifat itu tidak terdapat kata kerja sedangkan kalimat sifat itu
membutuhkan kata kerja’
Crystal (2008:12) menambahkan Adjectives may also be the heads of
phrases (adjective or adjectival phrases (abbreviated AP or AdjP), such as that’s
very important) yang berarti frasa ajektiva adalah ajektiva yang menjadi head dari
sebuah frasa (ajektiva atau frasa ajektiva (disingkat dengan AP atau AdjP), seperti
that’s very important.
Selanjutnya perluasan frasa verba (Brinton : 2000:172) adalah :
AP →

A
Deg A
Adv A
Deg Adv A
A PP

fierce
very fierce
fiercely barking
very fiercely barking
dear to me, tired of him, glad about that

Contoh : ‫ ﻟوﻧﯾﺔ آﻟﯾﺔ‬/ launiyah aliyah/ “warna otomatis”

35

2.1.3.4.2.4. Frasa Preposisi
Al-Khuli (1982:51) mengatakan :

‫اﳉﺎر و ا ﺮور وﺗﻮاﺑﻌﻪ‬: ‫ﻋﺒﺎرة اﳉﺮ‬

/‘ibāratu al-jarri: al-jarru wa al-majrūru wa tawābi‘uhu/
Artinya: “Frasa preposisi adalah kata depan dan semua
mengikutinya’
Menurut

(Nordquist,

2014.

yang

http://grammar.about.com/od/

basicsentencegrammar/a/%20prepphrases.htm) : Prepositional phrase : A group
of words made up of a preposition, its object, and any of the object's modifiers.
Selanjutnya ia menambahkan : prepositional phrases add meaning to
the nouns and verbs in our sentences. There are two prepositional phrases in the
following sentence: The steamy air in the kitchen reeked of stale food. The first
prepositional phrase--in the kitchen--modifies the noun air; the second--of stale
food--modifies the verb reeked.
Sementara itu Brinton (2000:176) menyatakan bahwa :
we observe that the P is the head of the PP, but unlike the other categories
we have examined, the P cannot stand alone in the PP. It must be followed
by an NP, what is traditionally known as an object of the preposition (OP).
It also appears that P’s can have specifiers as well as objects. Like
determiners or degree adverbs, these forms specify or limit the
prepositional phrase.
Artinya : Kamu mengamati bahwa P adalah head dari PP, tapi tidak seperti
kategori lain yang telah diteliti, P tidak bisa berdiri sendiri dalam PP
tersebut, karena P harus diikuti oleh NP, yang secara tradisional dikenal
sebagai objek preposisi (OP). Hal ini juga terlihat bahwa P dapat memiliki
specifier sebagaimana objek. Seperti determiner atau degree adverb,
bentuk–bentuk ini menentukan frasa preposisional.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa frasa
preposisi adalah konstruksi preposisi + nomina atau frasa nomina, preposisi tidak
dapat berdiri sendiri dalam konstruksi frasa preposisi, karena preposisi membutuhkan
komplemen atau objek preposisi. Fungsi frasa preposisi dalam kalimat sebagai

36

modifier frasa nomina dan verba sebelum preposisi tersebut, sedangkan dalam BA
adalah harf jar yang fungsinya sebagai modifier terhadap nomina atau frasa nomina
dan merubahnya kasus nomina tersebut menjadi genitif.
Selanjutnya, perluasan frasa preposisi (Brinton : 2000:176) adalah :
PP →

P NP
P P NP
P P P NP

on the beach
from behind the door
out from under the table

Contoh :‫ اﻟﺘﺤﻮﯾﻞ إﻟﻰ ﻣﺮﺷﺤﺎت ذﻛﯿﺔ‬/at-tahwilu ila murassyahatin zakiyyatin/
2.1.3.4.2.5. Frasa Adverba
Al-Khuli (1982:7) mengatakan

‫ﻋﺒﺎرة ﺗﻌﻤﻞ ﻋﻤﻞ اﻟﻈﺮف‬: ‫ﻋﺒﺎرة اﻟﻈﺮﻓﻴﺔ‬

/’ibāratu al-zarfiyyati: ‘ibāratun ta’malu ‘amala al-zarfi/
Artinya: “Frasa keterangan adalah frasa yang berfungsi sebagai keterangan’
Perluasan frasa adverb (Brinton : 2000:176) adalah :
AdvP→ Adv
Deg Adv

quickly
very quickly

Frasa Adverbial adalah frasa endosentris berinduk satu yang induknya
adverbial dan modifikatornya adverbial lain atau partikel, seperti, amat, sangat,
dsb (Kridalaksana, 2008:66)

2.1.4. Jenis – Jenis Kalimat
2.1.4.1. Kalimat Berdasarkan Mayor - Minor
Setiap kalimat sebenarnya terdiri dari dua unsur saja, yaitu intonasi dan yang
kedua berupa klausa. Namun kadang-kadang dijumpai kalimat yang tidak
mengandung unsur klausa, namun telah cukup dengan intonasi. (Nurhadi, 1995 : 320)

37

Kridalaksana (2009:103) mengatakan :
“Kalimat (sentence) 1; satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri,
mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri
atas klausa; 2. Klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan;
satuan proposisi yang merupakan satu klausa atau merupakan gabungan
klausa, yang membentuk satuan yang bebas; jawab minimal, seruan,
salam, dsb.; 3. Konstruksi gramatikal yang terdiri atas satu atau lebih
klausa yang ditata menurut pola tertentu, dan dapat berdiri sendiri sebagai
satu satuan.”
Ada kesesuaian antara pernyataan Kridalaksana dan Nurhadi tentang
kalimat, karena unsur pembentuk suatu kalimat bukan hanya struktur klausa atau
gabungan beberapa klausa, namun intonasi juga termasuk dalam kategori kalimat
walaupun hanya berupa kata “Yes” atau “No”
Berdasarkan defenisi

diatas maka penulis berpendapat bahwa kalimat

berklausa dapat disejajarkan dengan istilah “kalimat mayor”, sedangkan kalimat
tak berklausa sama dengan istilah “kalimat minor” berdasarkan teori Parera.

2.1.4.2. Kalimat Berdasarkan Modus
2.1.4.2.1. Kalimat Deklaratif
Declarative : term used in the grammatical classification of sentence
types, and usually seen in contrast to imperative, interrogative, etc. It refers to
verb forms or sentence/clause types typically used in the expression of statements,
e.g. the man is walking (Crystal, 2008:130).
Pernyataan Crystal (2008) di atas berarti deklaratif adalah istilah yang
digunakan dalam klasifikasi gramatikal tentang jenis – jenis kalimat, dan biasanya
berbeda dengan kalimat imperatif dan interogatif, kalimat deklaratif mengacu

38

pada bentuk kata kerja atau jenis kalimat/klausa yang biasanya digunakan dalam
ekspresi pernyataan, misalnya the man is walking.
Sementara al-khuli (1982:65) mengatakan :
declarative sentence

:

‫ﲨﻠﺔ اﻟﻔﻌﻠﻴﺔ‬

‫ و ﻫﻲ ﲣﺘﻠﻒ ﻋﻦ ﻛﻞ ﻣﻦ اﳉﻤﻠﺔ اﻹﺳﺘﻔﻬﺎﻣﻴﺔ و اﳉﻤﻠﺔ اﻟﺘﻌﺠﺒﻴﺔ و اﳉﻤﻠﺔ اﻟﻄﻠﺒﻴﺔ‬.‫ﲨﻠﺔ ﺗﻘﺮر ﺧﱪا‬
/declarative sentence : jumlatu al fi’liyyati/
Jumlatun tuqarritu khabran. Wa hiya takhtalifu ‘an kullin min al jumlati al
‘istifhamiyyati wa al jumlati at ta’ajjubiyyati wa al jumlati at talabiyyati/
Artinya : Kalimat deklaratif adalah kalimat verbal yang menyampaikan
berita, dan kebalikan dari semua jenis kalimat interogatif, dan kalimat
perintah.
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kalimat
deklaratif adalah kalimat yang mengandung unsur berita atau menyampaik