Pengaruh Penciptaan Pengetahuan Terhadap Modal Struktural dan Modal Pelanggan dengan Modal Manusia Sebagai Variabel Intervening pada Bank BUMN Wilayah Kota Medan

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Landasan Teori
2.1.1. Resources Based Theory
Belakangan ini muncul aliran baru dalam analisis keunggulan bersaing yang
dikenal dengan pendekatan berbasis sumber daya (resource-based view of the
firm/RBV). Ini dicirikan oleh keunggulan pengetahuan (knowledge/learning economy)

atau perekonomian yang mengandalkan aset-aset tak berwujud (intangible assets).
Resources Based Theory dipelopori oleh Penrose (1959) dalam Astuti (2005) yang

mengemukakan bahwa sumber daya perusahaan adalah heterogen, tidak homogen,
jasa produktif yang tersedia berasal dari sumber daya perusahaan yang memberikan
karakter unik bagi tiap-tiap perusahaan. Menurut Belkaoui (2003), Hunter dan
William (2003) dalam Saleh et al. (2008), resource-based theory merupakan sumber
daya perusahaan sebagai pengendali utama di balik kinerja dan daya saing
perusahaan. Sumber daya ini terdiri dari tangible assets dan intangible assets yang
digunakan secara efektif dan efisien dalam penerapan strategi khusus perusahaan
yang kompetitif dan menguntungkan. Teori ini menyatakan bahwa pengukuran
kinerja tradisional yang biasa terdapat pada laporan keuangan, tidak dapat

mencerminkan secara penuh intangible resources dalam perusahaan. Teori RBT
memandang perusahaan sebagai kumpulan sumber daya dan kemampuan (Penrose
1959; Wernerfelt, 1984). Perbedaan sumber daya dan kemampuan perusahaan
dengan perusahaan pesaing akan memberikan keuntungan kompetitif (Peteraf, 1993).

15
Universitas Sumatera Utara

16

Asumsi RBT yaitu bagaimana perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain
untuk mendapatkan keunggulan kompetitif dengan mengelola sumber daya yang
dimilikinya sesuai dengan kemampuan perusahaan. Pendekatan RBT menyatakan
bahwa perusahaan dapat mencapai keunggulan bersaing yang berkesinambungan dan
memperoleh keuntungan superior dengan memiliki atau mengendalikan aset-aset
strategis baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Sumber daya perusahaan
yang berharga, langka, imperfectly substitutable adalah sumber utama dari
keunggulan kompetitif yang berkelanjutan untuk kinerja unggul yang berkelanjutan.
Sumber daya harus memenuhi kriteria “VRIN” agar dapat memberikan keunggulan
kompetitif dan kinerja yang berkelanjutan (Madhani, 2009) dalam (Tarigan, 2011).

Kriteria VRIN adalah sebagai berikut:
1. Valuable (V)
Sumber daya akan menjadi berharga jika dapat memberikan nilai strategis
pada perusahaan. Sumber daya memberikan nilai jika sumber daya
tersebut membantu perusahaan dalam mengeksploitasi peluang pasar atau
membantu mengurangi ancaman (threats) pasar. Tidak ada keuntungan
memiliki sumber daya jika sumber daya tersebut tidak menambah atau
menaikkan nilai perusahaan.
2. Rare (R)
Sumber daya harus sulit ditemukan diantara para pesaing yang ada
maupun pesaing potensial. Oleh karena itu sumber daya harus langka atau
unik agar memberikan keunggulan kompetitif. Sumber daya yang dimiliki
oleh beberapa perusahaan dipasar tidak dapat memberikan keunggulan

Universitas Sumatera Utara

17

kompetitif, karena mereka tidak dapat mendesain dan melaksanakan
strategi bisnis yang unik dibandingkan dengan kompetitor yang lain.

3. Imperfect Imitability (I)
Imperfect

Imitability dapat

berarti tidak dimungkinkannya untuk

memperbanyak atau membuat imitasi sumber daya tersebut. Hambatanhambatannya dapat bermacam-macam, seperti: kesulitan mengakuisisi
sumber daya tersebut, hubungan yang tidak jelas antara kemampuan
dengan keunggulan kompetitif dan kompleksitas sumber dayanya. Sumber
daya dapat menjadi sumber keunggulan kompetitif yang berlanjut jika
perusahaan-perusahaan yang tidak memiliki sumber daya ini dapat
memiliki sumber daya tersebut.
4. Non-Substitution (N)
Non-Substitution berarti bahwa sumber daya tidak dapat disubstitusikan

oleh sumber daya alternatif lainnya. Disini, para pesaing tidak dapat
mencapai kinerja yang sama dengan menggantikan sumber daya dengan
sumber daya alternatif lainnya. RBT membantu perusahaan memahami
mengapa kompetensi dapat dianggap sebagai aset perusahaan yang paling

penting dan pada saat yang bersamaan, untuk memahami bagaimana aset
tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja bisnis perusahaan
(Madhani, 2009) dalam (Tarigan, 2011). Menurut RBT, sumber daya dapat
secara umum didefinisikan memasukkan aset, proses organisasi, atribut
perusahaan, informasi

atau pengetahuan yang dikendalikan oleh

perusahaan yang dapat digunakan menyusun dan menerapkan strategi

Universitas Sumatera Utara

18

mereka (Learned, Christensen, Andrews, & Guth, 1969; Daft, 1983;
Barney, 1991; Mata et al., 1995; Madhani, 2009 dalam Tarigan, 2011).
Beberapa peneliti telah mengklasifikasikan sumber daya perusahaan
sebagai sumber daya yang berwujud dan tidak berwujud. Barney (1991)
mengkategorikan tiga jenis sumber daya:
1. Modal sumber daya fisik (teknologi, pabrik dan peralatan),

2. Modal sumber daya manusia (pelatihan, pengalaman, wawasan), dan
3. Modal sumber daya organisasi (struktur formal).
Menurut resouce based theory, intellectual capital memenuhi kriteriakriteria sebagai sumber daya unik yang mampu menciptakan keunggulan
kompetitif perusahaan sehingga dapat menciptakan value bagi perusahaan. Dari
penjelasan resource based theory di atas, intellectual capital merupakan sumber
daya yang dimiliki perusahaan, memberikan keunggulan kompetitif bagi
perusahaan dan digunakan untuk menyusun dan menerapkan strategi perusahaan
sehingga meningkatkan kinerja perusahaan menjadi semakin baik.

2.1.2. Knowledge Based View (KBV)
Pandangan berbasis pengetahuan perusahaan/Knowledge Based View
(KBV)

adalah

ekstensi

baru

dari


pandangan

berbasis

sumber

daya

perusahaan/Resource-Based View (RBV) dari perusahaan dan memberikan teoritis
yang kuat dalam mendukung intellectual capital/IC . KBV berasal dari RBV dan
menunjukkan bahwa pengetahuan dalam berbagai bentuknya adalah kepentingan
sumber daya (Grant, 1996b; Machlup, 1984). Asumsi dasar teori berbasis
pengetahuan perusahaan berasal dari pandangan berbasis sumber daya

Universitas Sumatera Utara

19

perusahaan. Namun, pandangan berbasis sumber daya perusahaan tidak

memberikan pengakuan akan pengetahuan yang memadai. Teori berbasis
pengetahuan perusahaan menguraikan karakteristik khas sebagai berikut:
1. Pengetahuan memegang makna yang paling strategis di perusahaan.
2. Kegiatan dan proses produksi di perusahaan melibatkan penerapan
pengetahuan.
3. Individu-individu dalam organisasi tersebut yang bertanggung jawab untuk
membuat memegang, dan berbagi pengetahuan (www.encyclopedia.com).
Pendekatan KBV membentuk dasar untuk membangun keterlibatan human
capital dalam kegiatan rutin perusahaan. Hal ini dicapai melalui peningkatan

keterlibatan karyawan dalam perumusan tujuan operasional dan jangka panjang
perusahaan. Dalam pandangan berbasis pengetahuan, perusahaan mengembangkan
pengetahuan baru yang penting untuk keuntungan kompetitif dari kombinasi unik
yang ada pada pengetahuan (Nelson dan Winter 1982, Fleming 2001). Dalam era
persaingan yang ada saat ini, perusahaan sering bersaing dengan mengembangkan
pengetahuan baru yang lebih cepat daripada pesaingnya.

2.1.3.

Resource-Dependency Theory


Resource-Dependency Theory dikemukakan oleh Pfeffer dan Salancik

(1978) dalam (Astuti, 2004). Teori ini memfokuskan terutama pada hubungan
simbiotik antara organisasi dan sumber daya lingkungannya. Organisasi secara
berkelanjutan mencari sumber daya dari lingkungannya agar tetap survive.
Banyak perubahan organisasi yang dibentuk dari sumber daya kritis yang tersedia
bagi perusahaan (Pfeffer dan Salancik, 1978 dalam Astuti, 2004). Lebih lanjut

Universitas Sumatera Utara

20

Pfeffer dan Salancik (1978) dalam (Astuti, 2004) menyatakan bahwa perusahaan
harus berinteraksi dengan entitas organisasi lain dalam lingkungannya, agar dapat
memperoleh sumber daya tersebut.
Ketergantungan sumber daya organisasi menempatkan pengendalian
organisasi dalam posisi kuat (Pfeffer dan Salancik (1978) dalam (Astuti, 2004).
Sehubungan hal tersebut, organisasi berusaha mengelola lingkungannya dan
merencanakan reaksi untuk ketidakpastiannya (Aldrich, 1976 dalam Astuti, 2004).

Perspektif teori ini memberitahukan mengenai pekerjaan-pekerjaan entrepreneurship,
missal venture capitalist, regulator dan konsumen utama yang seringkali
digambarkan sebagai pembentuk perusahaan dan outcomes melalui pengendalian dari
bebagai sumber daya penting (Baker & Aldrich, 2004 dalam Astuti, 2004). Sebagai
konsekuensinya resource-dependence theory memandang suatu sumber daya
perusahaan sebagai hal yang setidaknya “melekat” yang tidak dapat secara cepat
ditambah atau dihilangkan (Grant, 1991 dalam Astuti, 2004).

2.1.4.

Knowledge Management (Manajemen Pengetahuan)

Model knowledge management mempunyai keragaman dan sudut pandang
yang berbeda. Tiwana (2005) dalam Nuraini (2008) mendefinisikan knowledge
management sebagai pengelolaan bisnis , pelanggan dan proses pengetahuan serta

aplikasi untuk menambah nilai dan membedakan produk dan jasa yang diberikan.
Sedangkan Toumi (1999) dalam Nuraini (2008) menegaskan bahwa theory of
knowledge management mencoba untuk menjawab pertanyaan mengenai


bagaimana mengelola kerja pengetahuan dan pengetahuan organisasi. Toumi
mengungkapkan bahwa knowledge management dapat didekati dari tiga arah yang

Universitas Sumatera Utara

21

berbeda yaitu menekankan pada (a) kognisi dan kecerdasan organisasi, (b) strategi
dan pengembangan organisasi dan (c) sistem informasi organisasi serta
pemrosesan informasi. Terkait dengan kecerdasan organisasi (organizational
intelligence ), Toumi mengartikan sebagai cara organisasi dan anggotanya

mempersepsi, memahami, dan mempelajari lingkungannya. Dengan menggunakan
kecerdasan, dapat ditelusuri beragam tradisi penelitian yang terkait dalam
perspektif ini yaitu persepsi, sensemaking, pembelajaran dan memori organisasi.
Dalam hal ini, seringkali sulit untuk membedakan pembahasan atas knowledge
management dengan pembelajaran organisasi, karena keduanya memperhatikan

topik yang sama yaitu penciptaan pengetahuan. Setiap perusahaan menjalankan
knowledge management dengan cara berbeda. Masing-masing memiliki asset


pengetahuan dan tantangan yang unik di dalam organisasi serta memiliki proses
dan pengukuran sukses dengan cara yang berbeda pula. Perusahaan bukan hanya
harus

mengidentifikasi

asset

pengetahuannya,

melainkan

juga

harus

mengidentifikasi dan menyingkirkan hambatan kultural untuk menerapkan
knowledge management. Perusahaan harus mensejajarkan solusi knowledge
management-nya dengan proses bisnis. Akhirnya dengan menerapkan teknologi

pada masalah yang tepat, perusahaan dapat memberdayakan para pekerja
pengetahuan (knowledge workers). Oleh karena itu Honeycutt (2000) dalam
Nuraini (2008) mengemukakan bahwa tedapat tiga isu kunci yang dihadapi
perusahaan ketika melaksanakan solusi knowledge management, yaitu organisasi,
proses, teknologi.

Universitas Sumatera Utara

22

2.1.5. Penciptaan Pengetahuan (Knowledge Creation )
Manajemen pengetahuan pada dasarnya muncul untuk menjawab
pertanyaan bagaimana seharusnya mengelola pengetahuan. Kesadaran untuk
menerapkan pendekatan manajemen pengetahuan ke dalam strategi organisasi
diperlukan karena terbukti organisasi yang menjadikan sumber daya pengetahuan
sebagai aset utamanya senantiasa mampu mendorong organisasi lebih inovatif.
Untuk memahami manajemen pengetahuan dengan baik, penting pula diketahui
perbedaan antara data, informasi dan pengetahuan, mengingat data, informasi dan
pengetahuan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Manajemen pengetahuan sebagai pelaksanaan penciptaan, penangkapan,
pentransferan dan pengaksesan pengetahuan dan informasi yang tepat ketika
dibutuhkan untuk membuat keputusan yang lebih baik, bertindak dengan tepat serta
memberikan hasil dalam rangka mendukung strategi organisasi (Horwitch dan
Armacost dalam Sangkala, 2007:6). Davidson dan Vossdalam Sangkala (2007:6)
mendefinisikan manajemen pengetahuan sebagai sistem yang memungkinkan
perusahaan menyera ppengetahuan, pengalaman dan kreativitas para stafnya untuk
perbaikan kinerja perusahaan. Davidson dan Voss juga menyatakan bahwa
manajemen pengetahuan merupakan suatu proses yang menyediakan cara sehingga
perusahaan dapat mengenali dimana aset intelektual kunci berada, menangkap ukuran
asset intelektual yang relevan untuk dikembangkan.
Proses penciptaan pengetahuan terdiri dari tiga komponen yaitu 1) proses
sosialisasi,

externalisasi,

kombinasi

dan

internalisasi

(socialization,

externalization, combination dan internalization /SECI), 2) konteks bersama

Universitas Sumatera Utara

23

dalam penciptaan pengetahuian dan 3) asset-asset pengetahuan seperti input,
output, dan faktor-faktor moderator yang mempengaruhi proses penciptaan nilai
(Nonaka, Toyama, dan Konno 2005:15). Karakteristik pengetahuan adalah bahwa
penggunaan pengetahuan tidak akan menghabiskan pengetahuan tersebut,
perpindahan pengetahuan tidak akan menghilangkannya, pengetahuan berlimpah
namun kemampuan penggunaannya terbatas, banyak potensi pengetahuan yang
hilang begitu saja bila tidak dikelola. Pengelolaan pengetahuan ( knowledge
management) dimaksudkan untuk mewakili pendekatan terencana dan sistematis

untuk menjamin penggunaan penuh dasar pengetahuan organisasi, ditambah
keahlian, kompetensi, pemikiran, inovasi, dan ide individual untuk menciptakan
organisasi yang efektif.
Pengetahuan ada yang bersifat tacit ada pula yang bersifat eksplisit. SECI
memproses kedua jenis informasitersebut agar bermanfaat dalam proses
penciptaan nilai sebagaimana tergambar di Tabel 2.1 berikut ini:
Tabel 2.1
SECI dalam Pemrosesan Pengetahuan Tacit dan Eksplisit
To tacit Knowledge
To explicit Knowledge
From tacit Knowledge
Socialization
Externalization
From explicit Knowledge Internalization
Combinazation
Sumber : Mathar, 2011
Pembahasan mengenai manajemen pengetahuan tidak komprehensif tanpa
membahas mengenai asset pengetahuan. Aset pengetahuan adalah sumber daya
spesifik perusahaan yang tidak dapat terlepas dari penciptaan nilai untuk
perusahaan. Aset tersebut berupa input, output dan faktor moderator dalam proses
penciptaan pengetahuan (Nonaka, Toyama, dan Konno 2005:16) sebagaimana
tampak dalam Tabel 2.2.

Universitas Sumatera Utara

24

No.
1
2
3

No

Tabel 2.2
Empat Kategori Aset Pengetahuan
Experiental Knowledge Asset Toxit
knowledge shared through common
Conceptual Knowledge Assets
experiences
Explicit knowledge articulated through
Skill and know-how individuals
images, symbols, and languages
Care, love, trust, and security
Product concepts
Energy, passion, and tension
Design and Brand equity
Routine Knowledge Assets
Tacit Knowledgw routinized and
embedded in actions and practices

1
Know-how in daily operations
2
Organizational routines
3
Organizational culture
Sumber : Mathar, 2011

Systematic Knowledge Assets
Systemized and packaged explicit
knowledge
Documents, specifications, manuals
Database
Patents and licence

Keempat tipe aset pengetahuan sangat penting untuk dipahami karena
menjadi dasar dalam proses penciptaan pengetahuan dan menjadi landasan bagi
organisasi untuk mengeksploitasi stok aset tersebut menuju penciptaan nilai. Dari
segi keunggulan kapabilitas dan sumber daya internal, pengetahuan memiliki
posisi yang sangat penting karena sumber daya yang bisa dikatakan paling unique
dan inimitable adalah sumber daya pengetahuan. Pengetahuan digunakan untuk
mengelola dan mengkoordinasikan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk
berkompetisi. Perusahaan yang memiliki sumber daya pengetahuan melebihi
pesaingnya akan lebih inovatif dan memberikan ”nilai” yang lebih besar kepada
konsumen. Apabila pengetahuan disebut sebagai sumber stratejik yang paling
penting, maka kemampuan untuk mengumpulkan, mengintegrasikan, menyimpan,
menyebarkan, serta penerapannya merupakan kapabilitas yang paling penting
untuk membangun dan mempertahankan competitive advantage.

Universitas Sumatera Utara

25

2.1.6. Modal Intelektual (Intellectual Capital )
Modal intelektualmerupakan sumber daya berupa pengetahuan yang
tersedia pada perusahaan yang menghasilkan asset bernilai tinggi dan manfaat
ekonomi di masa mendatang bagi perusahaan. Modal intelektual adalah suatu
pengetahuan yang didukung proses informasi untuk menjalin hubungan dengan
pihak luar. Intellectual capital merupakan kombinasi intangible asset dari nilai
pasar, intellectual property, sumber daya manusia dan infrastruktur yang
memungkinkan perusahaan menjalankan fungsinya dengan baik (Brooking, 1996
dalam Salim dan Karyawati, 2013:2). Intellectual Capital mencakup semua

pengetahuan

karyawan,

organisasi

dan

kemampuan

perusahaan

untuk

menciptakan nilai tambah dan keunggulan kompetitif. Intellectual capital adalah
aset tak berwujud yang memegang peran penting dalam meningkatkan daya saing
perusahaan dan juga dimanfaatkan secara efektif untuk meningkatkan keuntungan
perusahaan. Intellectual Capital merupakan landasan bagi perusahaan untuk
berkembang dan mempunyai keunggulan dibandingkan perusahaan lain.
Menurut Brooking (1996) dalam Ulum (2008:4) menyatakan bahwa
Intellectual Capital adalah istilahyang diberikan kepada aset tidak berwujud yang

merupakan gabungan dari pasar dankekayaan intelektual, yang berpusat pada
manusia dan infrastruktur yang memungkinkanperusahaan untuk berfungsi. Roos
et al. (1997) dalam Ulum (2008:4) menyatakan bahwa Intellectual Capital

termasuk semua proses dan aset yang tidak biasanya ditampilkan pada neraca dan
seluruhaset tidak berwujud (merek dagang, paten dan brands) yang dianggap
sebagai metodeakuntansi modern.

Universitas Sumatera Utara

26

Bontis (1998)dalam Salim dan Karyawati (2013:2) mengakui bahwa
Intelektual Capital sulit untuk dipahami, namun setelah ditemukan dan

dieksploitasi, maka dapat memberikan sebuah organisasi basis sumber daya baru
untuk bersaing dan menang. Williams (2005:193) mendefinisikan intellectual
capital merupakan sumber daya perusahaan yang berbasis pengetahuan dan

berupa asset tidak berwujud sehingga dapat dijadikan nilai tambah bagi
perusahaan dengan memperhatikan human capital, structural capital dan
customer capital yang dimiliki perusahaan. Intellectual capital ini mampu

digunakan perusahaan untuk menciptakan inovasi dan persaingan bisnis yang
kompetitif.

2.1.7. Modal Manusia (Human Capital)
Menurut Schermerhon (2005:33), human capital diartikan sebagai nilai
ekonomi dari SDM yang terkait dengan kemampuan, pengetahuan, ide-ide,
inovasi, energi dan komitmennya. Human capital merupakan kombinasi dari
pengetahuan, keterampilan, inovasi dan kemampuan seseorang untuk menjalankan
tugasnya, sehingga dapat menciptakan suatu nilai untuk mencapai tujuan.
Pembentukan nilai tambah yang dikontribusikan oleh human capital dalam
menjalankan tugas dan pekerjaannya akan memberikan sustainable revenue
dimasa mendatang bagi suatu organisasi (Malhotra dan Bontis dalam Rachmawati
dan Wulani 2005:17).
Human capital diartikan sebagai manusia itu sendiri yang secara personal

dipinjamkan kepada perusahaan dengan kapabilitas individunya, komitmen,
pengetahuan dan pengalaman pribadi. Walaupun tidak semata-mata dilihat dari

Universitas Sumatera Utara

27

individual tapi juga sebagai tim kerja yang memiliki hubungan pribadi baik
didalam maupun luar perusahaan (Stewart1997 dalam Ongkorahardjo, et al,
2008:12). Human capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk
menghasilkan solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orangorang yang ada dalam perusahaan tersebut dan akan meningkat jika perusahaan
mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh karyawannya.
Fitz-Enz (2009:9) mendeskripsikan human capital sebagai kombinasi dari
tiga faktor, yaitu: 1) karakter atau sifat yang dibawa kepekerjaan, misalnya
intelegensi, energi, sikap positif, keandalan dan komitmen, 2) kemampuan seseorang
untuk belajar, yaitu kecerdasan, imajinasi, kreativitas dan bakat dan3) motivasi untuk
berbagi informasi dan pengetahuan, yaitu semangat tim danorientasi tujuan.
Menurut Wealtherly (2005:57), nilai perusahaan didasarkan atas tiga
kelompok utama aset, yaitu:
1. Financial asset, seperti kas surat-surat berharga yang sering disebut juga
dengan financial capital
2. Physical asset, terdiri atas peralatan, gedung, tanah, disebut juga dengan
tangible asset.

3. Intangible asset, yaitu organizational capital, seperti aliansi bisnis, customer
capital, merek, reputasi kualitas dan pelayanan; dan intellectual capital

(paten, desain produk dan teknologi), goodwill dan human capital.
Human capital merupakan tempat bersumbernya pengetahuan yang sangat

berguna, keterampilan dan kompetensi dalam suatu perusahaan. Human capital
mencerminkan

kemampuan

kolektif

untuk

menghasilkan

solusi

terbaik

Universitas Sumatera Utara

28

berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang berada di
perusahaan untuk menambah nilai pada perusahaan. Human capital merupakan
kombinasi dari pengetahuan, keahlian (skill), kemampuan melakukan inovasi
dalam penyelesaian tugas meliputi nilai perusahaan, kultur dan filsafat. (Brinker
dalam Sawarjuwono dan Kadir, 2003) memberikan beberapa karakteristik dasar
yang dapat diukur dari modal ini, yaitu training progammes, credential,
experience, competence, recruitment, mentoring, learning programme, individual
potential, and personality.

2.1.8. Modal Struktural (Structural Capital)
Structural capital merupakan pengetahuan yang tetap berada dalam

perusahaan (Starovic & Marr, 2004 dalam Artinah, 2011:52) yang memberi
kemampuan perusahaan dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya
yang mendukung usaha karyawan untuk menghasilkan kinerja intelektual yang
optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan. Structural capital timbul dari proses
dan nilai organisasi yang mencerminkan fokus internal dan eksternal perusahaan
disertai pengembangan dan pembaharuan nilai untuk masa depan.
SC merupakan kemampuan organisasi atau perusahaan dalam memenuhi
proses rutinitas perusahaan dan strukturnya yang mendukung usaha karyawan
untuk menghasilkan kinerja intelektual yang optimal serta kinerja bisnis secara
keseluruhan, misalnya: sistem operasional perusahaan, proses manufacturing,
budaya organisasi, filosofi manajemen dan semua bentuk intellectual property
yang dimiliki perusahaan. Seorang individu dapat memiliki tingkat intelektualitas

Universitas Sumatera Utara

29

yang tinggi, tetapi jika organisasi memiliki sistem dan prosedur yang buruk, maka
IC tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal.

2.1.9. Modal Pelanggan(Customer Capital)
Customer capital adalah pengetahuan dari rangkaian pasar, pelanggan,

pemasok, pemerintah dan asosiasi industri. Modal relasi dengan pelanggan dapat
tercipta melalui pengetahuan karyawan yang diproses dengan modal struktural yang
memberikan hasil hubungan baik dengan pihak luar. Interaksi ketiga komponen
intellectual capital akan menciptakan nilai perusahaan secara keseluruhan.
Customer

capital

merupakan

komponen

modal

intelektual

yang

memberikan nilai yang nyata bagi perusahaan dengan menciptakan suatu
hubungan atau relasi yang harmonis dengan para mitranya atau bagian di luar
lingkungan perusahaan. Customer capital terdiri dari hubungan perusahaan
dengan stakeholders yang meliputi hubungan antara perusahaan dengan
konsumen, pemasok, kreditor dan investor.
Elemen ini merupakan komponen modal intelektual yang memberikan
nilai secara nyata. Relational capital merupakan hubungan yang harmonis/
association network yangdimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik

yang berasal dari para pemasok yangandal dan berkualitas, berasal dari pelanggan
yang loyal dan merasa puas akan pelayananperusahaan yang bersangkutan,
berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah maupun dengan masyarakat
sekitar. Relational capital dapat muncul dari berbagai bagian diluar lingkungan
perusahaan yang dapat menambah nilai bagi perusahaan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

30

2.2. Penelitian Terdahulu
Ning, et al. (2011) melakukan studi mengenai “Knowledge Creation and
Intellectual Capital on Securities Investment Services”. Tujuan penelitian untuk

mengetahui hubungan knowledge creation dengan human capital, hubungan
human capital dengan structural capital , hubungan structural capital dengan
customer capital dan hubungan human capital dengan customer capital. Metode

analisis data yang digunakan adalah dengan memakai analisa SEM. Hasil
penelitian menunjukkan Knowledge creation berhubungan signifikan dengan
Human Capital.

Human Capital berhubungan signifikan dengan Structural

Capital. Structural Capital dan Customer Capital berpengaruh langsung tetapi

lemah. Human Capital dan Customer Capital berhubungan signifikan.
Chen dan Chen (2011) melakukan studi mengenai “Options Analysis and
Knowledge Management: Implications for Theory and Practise”. Tujuan

penelitian untuk mengetahui hubungan Knowledge Management dengan kinerja
perusahaan. Metode penelitian menggunakan analisis korelasi. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara knowledge management
dengan kinerja perusahaan.
Bontis et al. (2010) melakukan studi mengenai “Intellectual Capital and
Business Performance in the Pharmaceutical Sector of Jordan”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh Intellectual Capital (Human Capital,
Structural Capital dan Customer Capital) terhadap Business Performance. Metode

penelitian menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan

Universitas Sumatera Utara

31

bahwa Intellectual

Capital (Human Capital, Structural Capital dan Customer

Capital) berpengaruh signifikan dan substantive dengan Business Performance.

Shih, et al. (2010:74) melakukan studi mengenai “Assessing Knowledge
Creation and Intellectual Capital in Banking Industry”. Penelitian ini bertujuan untuk
menguji pengaruh knowledge creation terhadap human capital, pengaruh human
capital terhadap structural capital dan customer capital. Metode analisis data yang

digunakan adalah dengan memakai analisa SEM. Hasil penelitian diperoleh bahwa
knowledge creation berpengaruh signifikan terhadap human capital, human capital

berpengaruh signifikan terhadap structural capital dan customer capital.
Divianto (2010) melakukan studi mengenai “Pengaruh Faktor-faktor
Intellectual Capital (Human Capital, Structural Capital dan Customer Capital

terhadap Business Performance (Survey pada Perusahaan Swasta di Palembang)”.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
faktor-faktor intellcetual capital (human capital, structural capital dan customer
capital) terhadap business performance pada perusahaan swasta di Palembang.

Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa dari tiga variabel bebas , terdapat 2
variabel yang berperan signifikan dan positif yaitu variabel human capital dan
customer capital , sedangkan variabel structural capital tidak berpengaruh

signifikan terhadap business performance untuk perusahaan-perusahaan swasta di
Kota Palembang.
Ulum (2009:134) melakukan studi mengenai “Analisis Inter-relasi antar
Komponen Intellectual Capital dan Kinerja Perusahaan”. Tujuan penelitian ini untuk
menguji akurasi pengelompokan komponen Intellectual Capital dengan menyajikan

Universitas Sumatera Utara

32

bukti empiris untuk konteks Indonesia bentuk

inter-relasi antar komponen

Intellectual Capital tersebut dan kemudian menggambarkan hubungan Intellectual
Capital dan kinerja keuangan perusahaan-perusahaan di Jawa Timur. Metode

penelitian menggunakan analisis PLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa human
capital berhubungan dengan structural capital dan customer capital. Structural
capital dan customer capital berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.

Astuti dan Sabeni (2005:694) melakukan studi mengenai “Hubungan
Intellectual Capital dan Business Performance”. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk menganalisis hubungan human capital dengan customer capital dan structural
capital; hubungan customer capital dan structural capital dengan business
performace. Metode penelitian menggunakan analisis SEM. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa human capital berhubungan positif dan signifikan dengan
customer capital dan structural capital; customer capital berhubungan positif dan

tidak signifikan dengan business performance dan structural capital berhubungan
positif dan signifikan terhadap business performance.
Bontis, et al. (2000:85) melakukan studi mengenai “Intellectual Capital
and Business Performace in Malaysia Industries”. Tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisis hubungan human capital dengan customer capital dan
structural capital , hubungan customer capital dengan structural capital dan

hubungan structural capital dengan business performance . Metode penelitian
menggunakan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan human capital
berhubungan positif dengan customer capital dan structural capital; Customer

Universitas Sumatera Utara

33

capital berhubungan positif dengan structural capital dan structural capital

berhubungan positif dengan business performance .
Bontis (1998:63) melakukan studi mengenai “Intellectual Capital: an
Exploratory study that Develops Measure and Models”. Tujuan penelitian untuk
menganalisis hubungan human capital dengan structural capital dan customer
capital, hubungan structural capital dan customer capital dengan performance.

Metode penelitian menggunakan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan
human capital berhubungan positif dengan structural capital dan customer capital.
Structural capital dan customer capital berhubungan positif dengan performance.

Tabel 2.3
Review Penelitian Terdahulu
No.

Peneliti

Judul penelitian

1.

Ning et al.
(2011)

Knowledge
Creation
and Intellectual
Capital on
Securities
Investment Services

2.

Chen and
Chen
(2011)

3.

Bontis et al.
(2010)

Options Analysis
and
Knowledge
Management:
Implications for
Theory and
Practise
Intellectual Capital
and Business
Performance in the
Pharmaceutical
Sector of Jordan

Variabel
Dependen
Knowledge
Creation

Variabel
Independen
Human
Capital,
Structural
Capital ,
Customer
Capital

Kinerja
Perusahaan

Knowledge
Management
(KMPI)

Business
Performance

Human
Capital,
Structural
Capital, dan
Customer
Capital

Hasil Penelitian
Knowledge creation
berhubungan signifikan
dengan human capital.
Human capital berhubungan
signifikan dengan structural
capital. Structural capital
dan customer capital
berpengaruh langsung tetapi
lemah. Human capital dan
customer capital
berhubungan signifikan.
Terdapat hubungan
yang signifikan antara
knowledge management
dengan kinerja perusahaan

Intellectual capital (human
hapital, structural capital
dan customer capital)
berpengaruh signifikan dan
substantive dengan business
performance

Universitas Sumatera Utara

34

Tabel 2.3 (Lanjutan)
Variabel
Dependen
Knowledge
creation dan
human capital

Variabel
Independen
Human
capital,
Structural
capital dan
customer
capital

Pengaruh Faktorfaktor Intellectual
Capital (Human
Capital, Structural
Capital dan
Customer Capital
terhadap Business
Performance
(Survey pada
Perusahaan Swasta
di Palembang)

Business
Performance

Human
Capital,
Structural
Capital dan
Customer
Capital

Ulum
(2009)

Analisis Inter-relasi
antar Komponen
Intellectual Capital
dan Kinerja
Perusahaan

Human capital

Structural
capital,
customer
capital dan
business
performance

7.

Cabritaet
al.
(2005)

Human
Capital

8.

Astuti dan
Sabeni
(2005)

Intellectual Capital
and Value
Creation:
Evidence from the
Portuguese
Banking
Industry
Hubungan
Intellectual Capital
dan Business
Performance

Structural
Capital,Cust
omer
Capital,
Organizatio
nal
Performance
Structural
capital,
customer
capital dan
business
performance

No.

Peneliti

Judul penelitian

4.

Shih, et al.
(2010)

Assessing
Knowledge
Creation and
Intellectual Capital
in Banking Industry

5.

Divianto
(2010)

6.

Human capital

Hasil Penelitian
Human capital berhubungan
positif dengan structural
capital dan customer capital.
Structural capital dan
customer capital
berhubungan positif dengan
performance.
Hasil analisis regresi
menunjukkan bahwa dari
tiga variabel bebas, terdapat
2 variabel yang berperan
signifikan dan positif yaitu
variabel human capital dan
customer capital, sedangkan
variabel structural capital
tidak berpengaruh signifikan
terhadap business
performance untuk
perusahaan-perusahaan
swasta di Kota Palembang.
Human capital berhubungan
dengan structural capital
dan customer capital.
Structural capital dan
customer capital
berpengaruh positif terhadap
kinerja perusahaan.
Intellectual capital
berhubungan signifikan
dan substantif terhadap
organizational performance.

Human capital berhubungan
positif dan signifikan dengan
customer capital dan
structural capital ; customer
capital berhubungan positif
dan tidak signifikan dengan
business performance; dan
structural capital
berhubungan positif dan
signifikan terhadap business
performance.

Universitas Sumatera Utara

35

Tabel 2.3 (Lanjutan 2)
No.

Peneliti

9.

Bontis, et al
(2000)

10.

Bontis (1998)

2.3.

Judul
penelitian
Intellectual
Capital and
Business
Performace
in Malaysia
Industries

Variabel
Dependen
Human capital

Variabel
Independen
Structural
capital,
customer
capital dan
business
performance

Intellectual
Capital: an
Exploratory
study that
Develops
Measure and
Models

Human capital

Structural
capital,
customer
capital dan
business
performance

Hasil Penelitian
Human capital berhubungan
positif dengan customer
capital dan structural
capital; Customer capital
berhubungan positif dengan
structural capital ; dan
structural capital
berhubungan positif dengan
business performance.
Human capital berhubungan
positif dengan structural
capital dan customer capital.
Structural capital dan
customer capital
berhubungan positif dengan
performance.

Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sistensi atau ekstrapolasi dari tinjauan

teori yang mencerminkan keterkaitan antar variabel yang diteliti dan merupakan
tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis.

Modal Struktural
(Y1)
H2
Penciptaan
Pengetahuan
(X)

H1

H4 /
H6
Modal Manusia
(Z)

H5 /
H7

H3
Modal Pelanggan
(Y2)

Gambar 2.1
Kerangka Konseptual Penelitian

Universitas Sumatera Utara

36

2.4.

Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1: Penciptaan Pengetahuan(X) berpengaruh langsung signifikan terhadap
Modal Manusia (Z).
H2: Penciptaan Pengetahuan (X) berpengaruh langsung signifikan terhadap
Modal Struktural (Y1).
H3: Penciptaan Pengetahuan (X) berpengaruh langsung signifikan terhadap
Modal Pelanggan (Y2).
H4: Penciptaan Pengetahuan (X) berpengaruh tidak langsung Signifikan
terhadap Modal Struktural (Y1).
H5: Penciptaan Pengetahuan (X) berpengaruh tidak langsung Signifikan
terhadap Modal Pelanggan (Y2).
H6: Modal Manusia (Z) berpengaruh langsung signifikan terhadap Modal
Struktura (Y1).
H7: Modal

Manusia

berpengaruh langsung signifikan terhadap Modal

Pelanggan (Y2).

Universitas Sumatera Utara