Analisis Feminisme Pada Novel Impian Di Bilik Merah 1 Karya Cao Xueqin 小说 《红楼梦》女性主义的分析 Xiaoshuo (Hónglóumèng) Nǚxìng Zhǔyì De Fēnxī

BAB II
TINJAUN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

2.1

Tinjauan Pustaka
Tinjauan adalah hasil meninjau, melihat-lihat, memeriksa, mengamati, dan

sebagainya (KBBI, 2005:574). Sedangkan pustaka adalah buku, kitab, kumpulan
buku bacaan, dan sebagainya (KBBI, 2005:397). Tinjauan pustaka berfungsi
untuk mengetahui keaslian karya ilmiah. Oleh karena itu, ada beberapa tinjauan
pustaka yang menginspirasi penulis dari beberapa skripsi terdahulu di antaranya:
Tety Warliani (2005) dari Universitas Sumatera Utara dengan judul
skripsinya “Novel Memburu Matahari Karya Wadjib Kartapati: Analisis
Feminisme”. Penelitian ini mengenai peranan tokoh utama dalam keluarga dan
peranan tokoh utama dalam lingkungan masyarakat.
Ade Sri Handayani (2010) dari Universitas Sumatera Utara dengan judul
skripsinya “Perempuan Berkalung Sorban Karya Abidah El Khalieqy:
Ketidakadilan Gender”. Penelitian ini mengenai perjuangan tokoh utama dalam
novel Peremupan Berkalung Sorban yang menggambarkan tentang semangat
feminisme, yaitu keinginan perempuan untuk mendapatkan hak yang sama dengan

laki-laki.
Rany Mandrastuty (2010) dari Universitas Sebelas Maret Surakarta
dengan judul skripsinya “Novel Tarian Bumi Karya Oka Rusmini: Kajian
Feminisme”. Penelitian ini mengenai perjuangan tokoh perempuan dalam
mewujudkan feminisme.

Universitas Sumatera Utara

Tri Ayu Nutrisia Syam (2013) dari Universitas Hasanuddin Makassar
dengan judul skripsinya “Representasi Nilai Feminisme Tokoh Nyai Ontosoroh
dalam Novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer”. Penelitian ini
mengenai ketidakadilan yang dialami orang-orang tertentu dalam novel Bumi
Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer.
Penelitian-penelitian yang dilakukan oleh Tety, Ade, Rany, dan Tri
memiliki objek penelitian yang berbeda dengan penelitian ini. Penelitianpenelitian tersebut juga membahas masalah feminisme, sama dengan masalah
yang dibahas pada penelitian ini. Namun penelitian ini mencoba untuk
menggambarkan tentang kedudukan perempuan pada masyarakat Cina tradisional
pada masa pemerintahan Dinasti Qing.

2.2


Konsep
Konsep adalah unsur penelitian yang amat mendasar dan menentukan arah

pemikiran si peneliti, karena menentukan penetapan variabel. Di dalam konsep ini
akan dipaparkan variabel-variabel yang terdapat dalam judul penelitian.

2.2.1 Novel dan Unsur-Unsur Novel
Novel merupakan sebuah karya yang diciptakan dengan melibatkan
segenap daya imajinasi pengarang. Dengan demikian, novel merupakan hasil
perenungan “di balik meja”, di mana si pengarang bisa “melanglang” ke tempat
manapun dan ke masa apapun. Sekalipun demikian, novel juga mengandung
banyak pesan-pesan apa saja yang ingin disampaikan pengarang kepada khalayak
pembacanya.

Universitas Sumatera Utara

Pengertian Novel dalam The American College Dictionary yang dikutip
oleh Tarigan (2003:164) menjelaskan bahwa novel adalah suatu cerita fiktif dalam
panjang yang tertentu, melukiskan para tokoh, gerak serta adegan kehidupan nyata

yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaaan yang agak kacau atau
kusut. Di dalam novel memang mempunyai panjang yang tertentu dan merupakan
suatu cerita prosa yang fiktif. Hal itu sejalan dengan pendapat Nurgiyantoro
(2005:9) yang memberikan pengertian bahwa “Novel adalah sebuah prosa fiksi
yang panjangnya cukup, artinya tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu
pendek”.
Kata novel berasal dari bahasa Italia, novella yang berarti sebuah kisah,
sepotong berita. Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks
dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan strurktural dan metrikal sandiwara
atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan
mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitikberatkan pada sisi-sisi yang
aneh dari naratif tersebut (Aziez dan Hasim, 2010:8).
Waluyo (2002:37) mengemukakan ciri-ciri yang ada dalam sebuah novel,
bahwa dalam novel terdapat : a) Perubahan nasib dari tokoh cerita; b) Beberapa
episode dalam kehidupan tokoh utamanya; c) Biasanya tokoh utama tidak sampai
mati. Abrams (dalam Burhan Nurgiyantoro, 2005:11) menyatakan bahwa novel
mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak,
lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang
lebih kompleks. Hal itu mencakup berbagai unsur cerita yang membangun novel
itu.


Universitas Sumatera Utara

Wellek Rene dan Austin Warren (1990:280) berpendapat bahwa kritikus
yang menganalisis novel pada umumnya membedakan tiga unsur pembentuk
novel, yaitu alur, penokohan, dan latar. Sedangkan yang terakhir ini bersifat
simbolis dan dalam teori modern disebut atmosphere (suasana) dan tone (nada).
Waluyo (2002:141) menyatakan bahwa ada lima unsur fundamental dalam
cerita rekaan yaitu tema, alur, penokohan dan perwatakan, sudut pandang, setting,
adegan dan latar belakang. Sedangkan unsur-unsur yang lain adalah unsur
sampingan (tidak fundamental) dalam cerita rekaan.
Dalam hal ini penulis hanya akan menerangkan sedikit mengenai unsurunsur struktural dalam novel, seperti tema, penokohan/perwatakan, dan alur.
Ketiga unsur tersebut akan dijelaskan dalam uraian berikut :
a.

Tema
Tema adalah hasil pemikiran pengarang berdasarkan hati, perasaan, dan

jiwa. Tema yang baik akan menghasilkan cerita yang baik pula. Tema suatu cerita
dapat dinyatakan secara implisit maupun eksplisit. Tema sering disebut sebagai

dasar cerita, karena pengembangan cerita harus sesuai dengan dasar cerita,
sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Meskipun tema hanya salah satu dari
sejumlah unsur pembangun cerita lain, tetapi tetap menjadi unsur terpenting
dalam membentuk suatu karya fiksi.
Zulfahnur, dkk (1996:25) mengemukakan bahwa istilah tema berasal dari
bahasa Inggris, yaitu theme yang berarti ide yang menjadi pokok suatu
pembicaraan atau ide pokok suatu tulisan. Tema adalah ide sentral yang
mendasari suatu cerita. Tema mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai pedoman

Universitas Sumatera Utara

pengarang dalam membuat cerita, sasaran tujuan penggarapan cerita, dan
mengikat peristiwa-peristiwa cerita dalam suatu alur.
Menurut Semi (1993:42), tema merupakan gagasan sentral yang menjadi
dasar dan tujuan atau amanat pengarang kepada pembaca. Menurut Burhan
Nurgiyantoro (2005:68) tema adalah ide pokok atau gagasan yang mendasari
karya sastra. Tema sebagai makna pokok suatu karya fiksi. Tema merupakan
makna keseluruhan yang didukung cerita, dengan sendirinya ia akan tersembunyi
di balik cerita yang mendukungnya.
b.


Penokohan dan Perwatakan
Ada hubungan erat antara penokohan dan perwatakan. Penokohan

berhubungan dengan cara pengarang menentukan dan memilih tokoh-tokohnya
serta memberi nama tokoh itu. Perwatakan berhubungan dengan karakteristik atau
bagaimana watak tokoh-tokoh itu. Istilah penokohan disini berarti cara pengarang
menampilkan tokoh-tokohnya, jenis-jenis tokoh, hubungan tokoh dengan cerita
yang lain, watak tokoh-tokoh, dan bagaimana pengarang menggambarkan watak
tokoh-tokoh itu.
Lebih lanjut Nurgiyantoro (2005:176-194) membedakan tokoh dalam
beberapa jenis penamaan berdasarkan dari sudut mana penamaan itu dilakukan.
Berdasarkan sudut pandang dari tinjauan, seorang tokoh dapat dikategorikan
dalam beberapa jenis penamaan sekaligus.
1) Tokoh Utama dan Tokoh Tambahan
Tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam
novel. Sedangkan tokoh tambahan adalah tokoh yang tidak

Universitas Sumatera Utara


dipentingkan dalam cerita, dalam keseluruhan cerita pemunculan lebih
sedikit. Pembedaan tersebut berdasarkan segi peranan.
2) Tokoh Protagonis dan Tokoh Antagonis
Tokoh protagonis adalah tokoh yang kita kagumi yang disebut hero.
Tokoh penyebab terjadinya konflik disebut antagonis. Pembedaan ini
berdasarkan fungsi penampilan tokoh.
3) Tokoh Sederhana dan Tokoh Bulat
Tokoh sederhana adalah tokoh yang hanya memiliki satu kualitas sisi
kepribadian yang diungkapkan pengarang. Tokoh bulat adalah tokoh
yang memiliki dan diungkap berbagai sisi kehidupan dan jati dirinya.
4) Tokoh Statis dan Tokoh Dinamis
Tokoh statis adalah tokoh yang tidak mengalami pengembangan
perwatakan sebagai akibat terjadinya konflik. Sedangkan tokoh
dinamis mengalami pengembangan perwatakan.
c.

Alur Cerita (Plot)
Alur merupakan unsur fiksi yang penting, karena kejelasan alur merupakan

kejelasan tentang kaitan antar peristiwa yang dikisahkan secara linier akan

mempermudah pemahaman pembaca tentang cerita yang ditampilkan. Atar Semi
(1993:43) mengatakan bahwa alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian
dalam cerita yang disusun sebagai interelasi fungsional yang sekaligus menandai
urutan bagian-bagian dalam keseluruhan fiksi.
Alur mengatur jalinan peristiwa yang dialami oleh tokoh dalam hubungan
kausalitas, peristiwa yang satu menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Atar

Universitas Sumatera Utara

Semi (1993:44) menyebutkan bahwa alur cerita rekaan berdasarkan urutan
kelompok kejadian terdiri dari:
1) Alur buka yaitu situasi awal akan dimulainya cerita yang kemudian
dilanjutkan dengan cerita berikutnya.
2) Alur tengah yaitu cerita mulai bergerak dengan adanya permasalahan
antar tokoh dan kondisi mulai memuncak.
3) Alur puncak yaitu kondisi mencapai titik puncak sebagai klimaks
peristiwa.
4) Alur tutup yaitu permasalahan yang terjadi sudah bisa diselesaikan.
Secara garis besar tahapan alur ada tiga yaitu tahap awal, tahap tengah, dan
tahap akhir (Nurgiyantoro, 2005:42). Tahap awal disebut juga tahap perkenalan.

Tahap tengah dimulai dengan pertikaian yang dialami tokoh, dalam tahap ini ada
dua unsur penting yaitu konflik dan klimaks. Tahap akhir dapat disebut juga
sebagai tahap penyelesaian.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa alur adalah suatu
bagian dari karya sastra yang sangat penting karena berisi tentang kronologis
peristiwa, usaha-usaha pemecahan konflik yang terjadi antar unsur karya sastra
yang dihadirkan oleh pelaku dalam suatu cerita sehingga menjadi bermakna. Jadi
alur merupakan kerangka dasar yang amat penting. Alur mengatur bagaimana
tindakan-tindakan harus bertalian satu sama lain, bagaimana satu peristiwa
mempunyai hubungan dengan peristiwa lain, bagaimana tokoh digambarkan dan
berperan dalam peristiwa yang terikat dalam kesatuan waktu.

Universitas Sumatera Utara

2.2.2

Kajian Struktural
Kajian struktural sangat penting dalam analisis karya sastra karena di

dalamnya suatu karya sastra dibangun oleh unsur-unsur yang membentuknya.

Tanpa analisis struktural tersebut kebulatan makna intrinsik yang dapat digali dari
karya tersebut tidak dapat diketahui. Makna unsur-unsur karya sastra hanya dapat
ditangkap, dipahami sepenuhnya atas dasar pemahaman tempat dan fungsi unsur
itu di dalam keseluruhan karya sastra (Teeuw dalam Sugihastuti, 2002:44).
Analisis struktural adalah bagian prioritas pertama sebelum diterapkannya
analisis yang lain. Teeuw (1984:135), mengatakan analisis strukturalisme
bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat, sedetail mungkin,
dengan keterkaitan dan keterjalinan semua analisis dan aspek karya sastra yang
bersama-sama menghasilkan makna yang menyeluruh. Analisis struktural
bukanlah penjumlahan unsur-unsur yang membangun, yang penting justru
sumbangan yang diberikan unsur-unsur tersebut pada keseluruhan makna (makna
totalitas) dalam keterkaitan dan keterjalinan.

2.2.3

Hakikat Feminisme dalam Sastra
Lahirnya karya sastra yang mengangkat persoalan tentang kaum

perempuan, menjadi tanda bahwa gerakan feminisme telah mengalami banyak
perkembangan, tidak hanya dalam bidang hukum dan politik saja. Gerakan

feminisme telah masuk ke dalam dunia fiksi, seperti karya sastra, baik itu prosa,
puisi, maupun novel. Bahkan tidak hanya kaum perempuan saja yang menuliskan
tentang persoalan perempuan dalam karya sastra, namun ada juga kaum laki-laki
yang menuliskannya.

Universitas Sumatera Utara

Dengan adanya gerakan feminisme dalam karya sastra, juga menjadikan
dunia sastra khususnya dalam ilmu sastra mengalami perkembangan. Hadirnya
karya sastra yang memuat tentang persoalan-persoalan perempuan menjadikan
karya sastra dapat dianalisis berdasarkan gerakan feminis.

2.2.3.1 Pengertian Feminisme
Secara etimologis feminis berasal dari kata femme (woman), berarti
perempuan (tunggal) yang berjuang untuk memperjuangkan hak-hak kaum
perempuan (jamak), sebagai kelas sosial (Ratna, 2004:184). Tujuan feminis
adalah keseimbangan, interelasi gender. Dalam pengertian yang paling luas,
feminis adalah gerakan kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang
dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan dominan,
baik dalam bidang politik dan ekonomi maupun kehidupan sosial umumnya.
Dalam pengertian yang lebih sempit, yaitu dalam sastra, feminis dikaitkan dengan
cara-cara memahami karya sastra baik dalam kaitannya dengan proses produksi
maupun resepsi.
Feminisme merupakan suatu gerakan yang berangkat dari kesadaran
bahwa kaum perempuan pada dasarnya ditindas dan didiskriminasi. Namun
feminisme masa kini juga dimaknai dengan suatu perjuangan untuk mencapai
kesederajatan / kesetaraan / harkat, dan kebebasan perempuan untuk memilih
dalam mengelola kehidupan dan tubuhnya, baik di dalam maupun di luar rumah
tangga. Oleh karena itu, kaum perempuan tidak hanya menuntut dan berjuang
demi “persamaan” bagi perempuan, tetapi demi suatu masyarakat yang adil serta
sama haknya, baik bagi perempuan maupun bagi lelaki. Dengan realitas demikian,

Universitas Sumatera Utara

kritik sastra feminisme dapat dipahami keberadaannya sebagai suatu bentuk
dengan cara yang tersendiri, mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan,
terutama dengan metode yang khas ketika sistem kekuasaan memperlakukan
“perempuan” secara tidak pada tempatnya (menindas, melecehkan, tidak mau
menghargai).
Dalam arti leksikal, feminisme ialah gerakan wanita yang berusaha dan
menuntut persamaan hak sepenuhnya antara kaum wanita dan pria (KBBI,
2005:139). Feminisme menurut Goefe (dalam Sugihastuti, 2002:140) ialah teori
tentang persamaan antara laki-laki dan wanita di bidang politik, ekonomi, dan
sosial; atau kegiatan terorganisasi yang memperjuangkan hak-hak serta
kepentingan wanita.

2.2.3.2 Aliran-Aliran dalam Feminisme
Gender merupakan fenomena sosial yang memiliki kategori analisis yang
berbeda-beda. Pada dasarnya komitmen dasar kaum feminis adalah terwujudnya
kesetaraan dan menolak ketidakadilan terhadap perempuan. Sehingga muncul
perbedaan pandangan antarfeminis terhadap persoalan gender yang akan dibangun.
Dari perbedaan pandangan tersebut melahirkan aliran-aliran feminisme. Aliran
feminisme merupakan gambaran dinamika wacana feminisme. Berikut ini dasardasar aliran feminisme yang telah mempengaruhi perkembangan feminisme
sebagai pemikiran akademis maupun gerakan sosial menurut Kadarusman
(2005:27).
Feminisme Liberal menyatakan bahwa akar penindasan perempuan
terletak pada tidak adanya hak yang sama, untuk memajukan dirinya dan peluang

Universitas Sumatera Utara

pembudayaan yang sama. Perempuan mendapat diskriminasi hak, kesempatan,
dan kebebasannya hanya karena ia perempuan. Untuk melawannya ia mengajukan
kesetaraan antara pria dan perempuan. Para feminis liberal menolak otoritas
patriarkal yang dijustifikasi dogma agama, menolak perlakuan khusus yang
diberikan pada perempuan. Tetapi masih mengakui perbedaan fungsi reproduksi,
bagaimanapun fungsi reproduksi bagi perempuan akan mempengaruhi kehidupan
bermasyarakat.
Feminisme Radikal perintisnya adalah Charlotte Perkins Gilman, Emma
Goldman dan Margarret Sanger. Mereka mengatakan bahwa perempuan harus
melakukan kontrol radikal terhadap tubuh dan kehidupan mereka. Feminisme
radikal kontemporer berkembang pesat pada tahun 1960-1970an di New York, AS.
Aliran ini melihat penindasan perempuan bukan sebagai produk kapitalisme
melainkan bersumber dari semua sistem penindasan. Aliran ini radikal karena
memfokuskan pada akar dominasi pria dan klaim bahwa semua bentuk
penindasan adalah perpanjangan dari supremasi pria.
Feminisme Marxis dapat dikatakan sebagai kritik terhadap feminisme
liberal. Karya Friedrich Engels, The Origins of the Family, Private Property and
The State, yang ditulis pada tahun 1884 merupakan awal mula pemikiran Marxis
tentang penyebab penindasan perempuan. Penindasan terhadap perempuan bukan
akibat tindakan individual yang disengaja melainkan hasil dari struktur politik,
sosial dan ekonomi yang dibangun dalam sistem kapitalisme. Argumentasi kaum
Marxis didasarkan kepada persoalan ketidakadilan dalam pembagian kerja dan
status kepemilikan.

Universitas Sumatera Utara

Feminisme Sosialis memahami penindasan terhadap perempuan melalui
sudut pandang teori epistimologi yang mendalilkan bahwa semua pengetahuan
mempresentasikan kepentingan dan nilai-nilai kelompok sosial tertentu.
Komitmen dasar feminisme sosialis adalah mengatasi penindasan kelas. Menurut
aliran sosialis, konsep the personal is political dalam aliran feminisme radikal
dapat memperluas konsep Marxis tentang dasar-dasar material suatu masyarakat,
untuk memasukkan reproduksi sama dengan produksi.
Asmaeny Azis (2007:93) menambahkan satu lagi macam aliran feminisme,
yaitu aliran feminisme postmodernis. Feminisme postmodernis adalah mereka
yang kecewa atas bangunan modernisme, karena perempuan tidak mendapat
kedudukan yang sama dalam rangka publik dan konstruksi sosial.

2.3 Landasan Teori
Landasan teori, yaitu landasan yang berupa hasil perenungan terdahulu
yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian dan bertujuan mencari
jawaban secara ilmiah (Jabrohim, 2001:16). Dalam sebuah penelitian dibutuhkan
teori yang menjadi landasan teori. Teori yang digunakan dalam penelitian ini
adalah teori Karl Marx yang mana pada teori feminismenya berfokus pada
penindasan perempuan karena perbedaan jenis kelamin.

2.3.1

Teori Karl Marx
Karl Heinrich Marx (5 Mei 1818-14 Maret 1883) adalah seorang filsuf,

pakar ekonomi politik dan teori kemasyarakatan dari Prusia. Marx menulis

Universitas Sumatera Utara

banyak hal semasa hidupnya. Dia paling terkenal atas analisisnya terhadap sejarah,
terutama mengenai pertentangan kelas (Wikipedia).
Karl Marx memandang bahwa sejatinya aktor utama yang berperan
penting dalam kelangsungan hidup suatu masyarakat adalah kelas-kelas sosial.
Keterasingan yang dialami manusia pun sesungguhnya adalah hasil penindasan
satu kelas oleh kelas lainnya. Kelas-kelas yang dimaksud adalah kelas atas dan
kelas bawah. Biasanya, yang termasuk dalam kelas atas adalah kaum Borjuis atau
kapitalis, seperti para bangsawan. Kedua, kelas bawah, yaitu kelas yang bekerja
untuk pemilik alat-alat produksi. Alat produksi yang dimaksudkan disini adalah
segala hal yang dapat menghasilkan sebuah komoditas yang merupakan barang
kebutuhan masyarakat. Kebanyakan yang termasuk dalam kelas bawah adalah
kaum Proletar atau pekerja, seperti budak yang bekerja di tempat bangsawan
(Abidin, 2011:120).
Pada pembagian kelas ini, Karl Marx memberi perhatian lebih terhadap
ketidakadilan yang terjadi di antara kedua kelas tersebut. Pasalnya, kaum Borjuis
melaksanakan kegiatan yang eksploitatif terhadap kaum Proletar. Disebut
eksploitatif karena kaum borjuis membeli tenaga yang dimiliki kaum Proletar
dengan harga yang tidak sebanding dengan keuntungan yang didapatnya. Padahal
sejatinya yang menjual jasa adalah kaum Proletar, namun yang mendapat
keuntungan justru kaum Borjuis (Jackson dan Sorensen, 2009:239).
Marxisme merupakan paham yang berasal dari pandangan Karl Marx.
Marxisme adalah paham yang bertujuan untuk memperjuangkan kaum Proletar
untuk melawan kaum Borjuis.

Universitas Sumatera Utara

Jika dilihat dari keadaan kaum Proletar yang tidak memiliki apa-apa demi
memperoleh alat produksi tersebut mereka harus bekerja pada kaum Borjuis dan
pada saat inilah kaum Borjuis memanfaatkan kebutuhan dan kelemahan dari kaum
Proletar untuk menindasnya. Dengan kata lain kaum Borjuis yang mempunyai
kekuasaan bisa menindas kaum Proletar sesuka hatinya. Disinilah peran dari teori
Marxisme sebagai paham yang diciptakan oleh Marx untuk membela dan
berpihak pada kaum Proletar. Teori ini ada karena adanya perlakuan tidak adil
yang dialami oleh kaum Proletar. Marx berusaha mengangkat kaum Proletar dari
penindasan sehingga kaum Proletar bisa menjadi pemilik alat produksi.

2.3.2

Feminisme Marxis
Feminisme

Marxis

merupakan

aliran

yang

memandang

masalah

perempuan dalam rangka kapitalisme (yang berhubungan dengan sistem
kekuasaan). Kapitalisme atau penindasan kelas merupakan penindasan yang
paling utama. Penindasan kelas khususnya dikaitkan dengan cara kapitalisme
menguasai perempuan dalam kedudukan-kedudukan yang direndahkan, bodoh
dan hanya dipandang sebelah mata bahkan disamakan dengan kaum Proletar.
Kaum perempuan dimnafaatkan sebagai daya tarik untuk kebutuhan pribadinya,
karena laki-laki memiliki sifat yang keras, egois, dan keras kepala berdasarkan
budaya patriarki yang selalu menganggap bahwa perempuan itu lebih rendah
(Ollenburger, 2002:25).
Feminisme Marxis menyatakan bahwa kalau mustahil bagi siapapun,
terutama perempuan untuk mencapai kebebasan yang sesungguhnya di tengah
masyarakat yang menganut sistem berdasarkan kelas. Kekayaan diproduksi oleh

Universitas Sumatera Utara

orang yang tidak punya kekuatan yang dikendalikan oleh sedikit orang yang
mempunyai kekuatan (Tong, 2009:4).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Analisis Tokoh Jia Baoyu Pada Novelhónglóumèng Karya Cao Xueqin

0 89 113

Analisis Tokoh Utama Pada Novel Putri Huan Zhu 1 Karya Chiung Yao Berdasarkan Pendekatan Struktural (小说《还珠格格》中小燕子和 夏紫薇的性恪研究) (Xiǎoshuō “huán zhū gégé” zhōngxiǎo yànzi hé xià zǐwēi dì xìng kè yánjiū)

1 101 83

Analisis Feminisme Pada Novel Impian Di Bilik Merah 1 Karya Cao Xueqin 小说 《红楼梦》女性主义的分析 Xiaoshuo (Hónglóumèng) Nǚxìng Zhǔyì De Fēnxī

1 21 113

Analisis Feminisme Pada Novel Impian Di Bilik Merah 1 Karya Cao Xueqin 小说 《红楼梦》女性主义的分析 Xiaoshuo (Hónglóumèng) Nǚxìng Zhǔyì De Fēnxī

0 1 9

Analisis Feminisme Pada Novel Impian Di Bilik Merah 1 Karya Cao Xueqin 小说 《红楼梦》女性主义的分析 Xiaoshuo (Hónglóumèng) Nǚxìng Zhǔyì De Fēnxī

0 0 2

Analisis Feminisme Pada Novel Impian Di Bilik Merah 1 Karya Cao Xueqin 小说 《红楼梦》女性主义的分析 Xiaoshuo (Hónglóumèng) Nǚxìng Zhǔyì De Fēnxī

0 0 9

Analisis Feminisme Pada Novel Impian Di Bilik Merah 1 Karya Cao Xueqin 小说 《红楼梦》女性主义的分析 Xiaoshuo (Hónglóumèng) Nǚxìng Zhǔyì De Fēnxī Chapter III V

1 2 40

Analisis Feminisme Pada Novel Impian Di Bilik Merah 1 Karya Cao Xueqin 小说 《红楼梦》女性主义的分析 Xiaoshuo (Hónglóumèng) Nǚxìng Zhǔyì De Fēnxī

0 0 3

Analisis Feminisme Pada Novel Impian Di Bilik Merah 1 Karya Cao Xueqin 小说 《红楼梦》女性主义的分析 Xiaoshuo (Hónglóumèng) Nǚxìng Zhǔyì De Fēnxī

0 0 35

Lampiran I Sinopsis Novel Hongloumeng Karya Cao Xueqin

1 1 30