Analisis Feminisme Pada Novel Impian Di Bilik Merah 1 Karya Cao Xueqin 小说 《红楼梦》女性主义的分析 Xiaoshuo (Hónglóumèng) Nǚxìng Zhǔyì De Fēnxī

(1)

LAMPIRAN I:

SINOPSIS NOVEL IMPIAN DI BILIK MERAH

Novel Impian di Bilik Merah diawali dengan cerita legenda Nu Wa yang menambal langit yang berlubang dengan batu. Nu Wa mengambil 36.501 batu, namun yang digunakan untuk menambal lubang di langit hanya 36.500 buah saja. Satu batu yang tidak terpakai itu diletakkan di sebuah gunung Qinggeng. Batu ini bukanlah batu biasa, dia bisa berubah wujud menjadi manusia. Saat ada pendeta Dao dan Budhis yang lewat dan sedang asyik membicarakan dunia manusia, batu tersebut sangat tertarik sekali berada di dunia manusia. Batu inilah yang kemudian berubah menjadi giok dan berada di salah satu anak laki-laki keluarga Jia bernama Jia Baoyu (kemudian akan ditulis Baoyu) saat dia lahir.

Semua perkara-perkara yang sulit yang terjadi di rumah harus mendapatkan solusi dan izin dari Nenek. Meskipun begitu, tidak semua masalah harus dirundingkan atau dibahas dengan Nenek. Dalam keluarga Jia, Nenek menyerahkan kepercayaannya dalam mengurus keluarga Jia kepada Wang Xifeng. Wang Xifeng adalah salah satu cucu mantu Nenek yang menikah dengan Jia Lian, cucu laki-laki Nenek dari anaknya yang bernama Jia She. Wang Xifeng adalah keponakan Wang Fu Ren (Nyonya Wang).

Nenek memiliki satu dayang kesayangan bernama Xi Ren. Dayang ini yang ditugaskan untuk menjaga dan merawat Baoyu, serta bertugas untuk memberikan laporan kepada Nenek jika terjadi sesuatu kepada Baoyu. Kecintaan Nenek kepada Baoyu juga terlihat saat Baoyu sedang berbincang-bincang dengan


(2)

Nenek dan tiba-tiba ayah Baoyu memanggilnya. Baoyu sangat takut dipanggil ayahnya dan Nenek mengerti betul kekhawatiran Baoyu. Setelah menenangkan Baoyu, Nenek pun akhirnya mengutus dua pelayan untuk menemani Baoyu menemui ayahnya dan menjamin tidak akan terjadi apa-apa pada Baoyu.

Pernah suatu hari ayah Baoyu, Jia Zheng, marah besar kepada Baoyu. Baoyu disuruh datang ke tempat ayahnya, lalu Baoyu dipukuli ayahnya sampai hampir sekarat. Sebelum dipukul, ayahnya sudah berpesan kepada semua dayang dan pelayan yang ada di sana untu tidak memberitahukan apapun kepada Nenek. Karena Jia Zheng tahu kalau Nenek pasti akan membela Baoyu. Namun, melihat Baoyu dipukuli seperti itu, ada dua dayang yang secara diam-diam melaporkan masalah tersebut pada Nenek. Tanpa berpikir panjang lagi, Nenek langsung datang ke tempat Jia Zheng. Bahkan belum benar-benar masuk ke tempat Jia Zheng, Nenek sudah berteriak di depan pintu, “Bunuh aku dulu, baru kamu bisa membunuhn ya”! Mendengar Nenekberteriak seperti itu Jia Zheng sedikit bpanik dan berusaha tersenyum menunjukkan seolah-olah tidak terjadi apa-apa di hadapan Nenek. Namun Nenek tetap marah, hal ini membuat Jia Zheng sampai berlutut di hadapan Nenek dan meminta maaf.

Dalam segi percintaan, novel Hong Lou Meng ini memiliki banyak sekali konflik dan permasalahan. Salah satunya adalah calon istri Baoyu. Kandidat awal yang menjadi istri Baoyu adalah Lin Daiyu, salah satu cucu Nenek dari anak perempuan Nenek yang menikah dengan keluarga Lin. Selain Daiyu, masih ada Xi Ren, salah satu dayang kesayangan Nenek dan juga Bao Chai, cucu Nenek dari anak perempuan Nenek yang menikah dengan keluarga Xue. Tentu saja,


(3)

dengan siapa Baoyu akan menikah nantinya, yang memutuskan adalah Nenek, dan Jia Zheng sekali lagi harus mengikuti kemauan Nenek.

Suatu ketika, batu giok Baoyu hilang. Hilangnya batu giok tersebut menyebabkan Baoyu sakit-sakitan dan seperti tidak punya semangat hidup. Saat Nenek mengetahui hal ini, dia langsung memanggil peramal untuk menanyakan cara penyembuhan Baoyu. Peramal itu mengatakan bahwa Baoyu bisa sembuh kalau dia menikah dengan seseorang dengan takdir emas. Nenek mempercayai hal itu, namun tidak begitu dengan Jia Zheng. Karenaya, Nenek memanggil Jia Zheng untuk membicarakan hal ini. Walaupun terpaksa, Jia Zheng akhirnya menyetujuinya.

Meskipun begitu, seperti yang sudah disebutkan di atas, yang menentukan siapa yang akan menjadi istri Baoyu adalah Nenek. Nenek merundingkan dengan Wang Xifeng dan ibu kandung Baoyu, Wang Fu Ren.

Perselingkuhan, rasa iri, dan saling menjatuhkan, bahkan sampai kasus bunuh diri dan pembunuhan ada di dalam alur novel ini. Contohnya saja saat Baoyu dipukuli oleh ayahnya, Jia Zheng, disebabkan karena ada yang melaporkan pada Jia Zheng persoalan tentang aktor bernama Qu Guan yang bersahabat dengan Baoyu dan juga masalah Jin Chuan yang cintanya ditolak oleh baoyu dan ditemukan meninggal karena bunuh diri. Orang yang melaporkan pada Jia Zheng adalah saudara tiri Baoyu, Jia Huan, yang tidak suka dan selalu iri dengan Baoyu.

Konflik rumah tangga berlanjut saat Jia Lian, suami Wang Xifeng, menikah secara diam-diam, namun akhirnya diketahui juga oleh Wang Xifeng. Setelah mengetahui masalah suaminya tersebut, Wang Xifeng tidak berdiam diri,


(4)

dia membuat siasat supaya wanita itu menderita selamanya. Wang Xifeng pun bersandiwara seolah-olah iba dengan keadaan istri kedua Jia Lian yang masih tinggal di rumah orang tuanya. Kemudian Wang Xifeng membujuk Jia Lian dan wanita tersebut untuk tinggal di dalam keluarga Jia. Setelah akhirnya si wanita itu tinggal di dalam keluarga Jia, sikap Wang Xifeng berubah. Wang Xifeng menjadi kejam. Caci maki sering terlontar dari mulut Wang Xifeng. Tekanan-tekanan yang diterima oleh wanita tersebut membuatnya menjadi stress dan akhirnya memutuskan untuk bunuh diri.

Kekejaman Wang Xifeng tidak hanya kepada wanita, tapi juga kepada salah satu laki-laki yang begitu tergila-gila dengannya yang bernama Jia Rui. Jia Rui ini adalah adik ipar Wang Xifeng. Namun melihat kecantikan Wang Xifeng, Jia Rui tidak dapat menahan diri untuk tidak mendekati Wang Xifeng. Niat Jia Rui mendekati Wang Xifeng terbaca jelas oleh Wang Xifeng dan kesempatan ini tidak disia-siakan oleh Wang Xifeng. Wang Xifeng memikirkan cara untuk memberi Jia Rui pelajaran. Akhirnya Wang Xifeng berjanji akan menemuinya di lorong belakang kamar Wang Xifengsaat malam tiba. Namun bukannya bertemu dengan Wang Xifeng, Jia Rui malah ditangkap oleh Jia Qiang dan Jia Rong. Jia Rui dipaksa untuk memberikan uang tutup mulut dan mau tidak mau Jia Rui menyetujuinya. Namun hal ini tidak membuat Jia Rui putus asa, sekali lagi Jia Rui mendatangi Wang Xifeng dan menanyakan ketidakhadirannya di malam sebelumnya. Akhirnya untuk kedua kalinya, Wang Xifeng menjanjikan Jia Rui untuk bertemu di dekat kamar Wang Xifengsaat malam tiba dan lagi-lagi Wang xifeng tidak menampakan diri. Sebaliknya, semua pintu keluar ditutup oleh Wang


(5)

Xifeng dan ia memerintahkan orang untuk menyiram Jia Rui dari atas. Hawa dingin malam yang menerpa disertai dengan baju yang basah, membuat Jia Rui menggigil kedinginan sampai pagi. Kejadian ini membuatnya jatuh sakit. Saat sakit itulah, ada seseorang nenek tua yang memberikan cermin kepadanya. Pantangannya hanya satu, tidak boleh melihat arah cermin yang satunya. Namun Jia Rui tidak menurutinya, dia melihat sisi cermin yang satunya dan dia melihat Wang Xifeng di situ. Halusinasi dan khayalan dari cermin membuat Jia Rui tidak merawat dirinya dan akhirnya meninggal.

Lain lagi dengan Jia Chuan yang bunuh diri karena cintanya kepada Baoyu tidak terbalas dan juga Long San Jie yang juga bunuh diri di depan aktor Qi Guan karena merasa Qi Guan tidak menyukai dirinya. Selain kasus bunuh diri, ada juga beberapa tokoh yang meninggal karena sakit. Contohnya saja Lin Daiyu, tokoh utama perempuan di dalam novel Hong Lou meng ini sejak awal diceritakan memang sudah sakit-sakitan.

Selain konflik, novel ini juga dengan detail menggambarkan bagaimana keluarga Cina tradisional melakukan upacar-upacara adat dan perayaan-perayaan yang ada tiap tahunnya. Seperti Chuan Jie, Zhong Qiu Jie, Yuan Xioa Jie, acara pernikahan, kematian, dan lain-lain.

Cerita novel ini berakhir dengan menggambarkan Baoyu dan Jia Lian yang lulus ujian negara. Namun, setelah mengerjakan ujian negara, Baoyu menghilang dan tidak ada satu pun anggota keluarga yang dapat menemukan jejaknya. Baoyu sempat menampakkan diri di hadapan ayahnya, namun tak lama, pendeta Dao dan Budhis sudah menggandeng kedua tangan Baoyu dan berkata kalau sudah


(6)

waktunya mereka pergi. Lalu mereka pun menghilang. Kehidupan di keluarga Jia setelag menghilangnya Baoyu sempat diliputi kesedihan, namun perlahan-lahan mulai menghilang dengan menikahnya Xi ren dan lahirnya anak laki-laki dari rahim Baochai yang adalah anak baoyu (yang menjadi istri baoyu akhirnya adalah Baochai bukan Lin Daiyu karena kondisi kesehatan Lin daiyu saat itu sudah sangat buruk dan yang memutuskan Baochai sebagai istri Baoyu adalah Nenek).


(7)

LAMPIRAN II:

BIOGRAFI PENGARANG

Cao Xueqin (1715-1763) adalah penulis pada masa Dinasti Qing. Dia merupakan keturunan Manchurian, dan menikmati masa kecil yang istimewa di keluarga Cao yang berkuasa. Akan tetapi, keluarga Cao mengalami keruntuhan ketika Cao masih anak-anak, dan dia terjerumus ke kehidupan serba kekurangan. Dia berusaha hidup dengan menjual lukisan, dan terkadang dia hanya hidup dari memakan bubur encer. Di bawah bayang-bayang situasi sulit ini dia mulai menulis Impian di Bilik Merah. Tapi dia tidak menggarap cerita ini sampai selesai karena dia diliputi duka mendalam atas kematian anaknya, dan meninggal tak lama setelah itu.

Klan Cao sangat berpengaruh dalam era Kangxi. Nenek buyut Cao, Nyonya Sun, adalah ibu susu Kangxi, dan anaknya, Cao Yan, adalah teman bermain Kangxi semasa kecil. Persahabatan ini berlangsung sampai mereka dewasa, dan keluarga Cao tumbuh menjadi berpengaruh dan berkuasa atas dukungan Kangxi. Setelah Kangxi mundur, keluarga Cao kehilangan hubungan baiknya dengan Istana. Harta bendanya disita dan keluarga itu kehilangan segalanya.

Banyak yang merasa Impian di Bilik Merah adalah sebuah cerita autobiografi, karena memuat cerita kebangkitan dan keruntuhan Klan Cao semasa Dinsti Qing. Sejarah keluarga Cao yang rumit sudah pasti menimbulkan inspirasi


(8)

latar belakang kisah cinta yang kaya dan berwarna-warni antara Jia Baoyu dan Lin Daiyu.


(9)

(10)

大学

中文系 科生 业论文

小说

蚙红楼梦蚚

的分析

学生姓

110710007

Julina, B.A, MTCSOL

人文学院

中文系


(11)

摘要

蚙红楼梦蚚是中 文学 最 大 是最复 的 小说蚔 文通过

王熙凤和鸳鸯 方面来研 们的 格 王熙凤 辣手蚓机心蚓 和欲

的 格,鸳鸯 世俗才 蚓善 蚓 烈 的 格蚔然 来

研 ,王熙凤 贵 之 才 的当 奶奶和 英气而骄大蚓 治 治

潜能的 英雄蚔鸳鸯依赖于封建 蚓封建社会而 恒 最强的 人物

之一蚔希望 研 增 学生 中 文学的了解蚔


(12)

目录

摘要 ... i

目录 ... ii

第一章 ... 1

1.1选题背 ... 1

1.2研 象简 ... 1

第 章 文献 述 ... 3

2.1前人研 ... 3

2.2 足 ... 3

2.3研 方法 ... 4

第 章 蚙红楼梦蚚小说 ... 5

3.1作者简 ... 5

3.2故 内容 ... 5

第四章 蚙红楼梦蚚小说分析 ... 11

4.1结构分析 ... 11

4.1.1课题 ... 11

4.1.2人物和 格 点 ... 11

4.1.2.1王熙凤的 格 点 ... 11


(13)

4.1.3故 情节 ... 14

4.2 分析 ... 15

4.2.1王熙凤的 分析 ... 15

4.2.2鸳鸯的 分析 ... 16

第 章 结论 ... 18


(14)

第一章 论

1.1选题背

文学是一 民 文 的 要组 部分蚔中 数千 的文明 , 灿

烂文 突出表 在文学方面蚔 ,要想了解中 文 ,必 了解中 文学蚔

中 文学发展到明清时 ,小说 作出 了繁荣,涌 出了一批杰出的作 ,

因而,明清时期被 是小说的时 蚔曹雪芹的蚙红楼梦蚚是中 清

长篇章回小说, 述了一 封建贵 大 庭 繁荣走 衰落的过程蚔 部小 说 别善于在 小的 常生活中揭示 境, 画人物的心理和音容笑貌,塑

造人物 格蚔王熙凤和鸳鸯就是蚙红楼梦蚚 面 写的很好的 者蚔

文通过 王熙凤和鸳鸯 方面行 表 的分析来研 们的 格,并分析

们 当时封建时期 方面的 , 而增 们 的了解蚔

1.2研 象简

在蚙红楼梦蚚的小说中, 两 最 要显示 的人物, 们是王

熙凤和鸳鸯蚔

王熙凤是贾母的 媳 ,是贾赦和 人的儿媳 ,是王 人的内侄 ,

是贾琏的妻子,是 的母亲,是贾蔷和贾蓉的婶子,是贾瑞的 子,是探

春的堂 子,是迎春的亲 子,是惜春的叔 子,是贾 玉的 表 堂 ,

跟薛 钗是 表 妹,是林黛玉的 表 子蚔 长着一 凤 角眼蚓两弯

柳 吊梢眉,身 苗条,体格风骚蚔王熙凤是作者笔 第一 生 活跃的人 物,是一 生命力非常 沛的角色,是封建时 大 庭中精明强 泼辣狠毒


(15)

金鸳鸯是贾母的大 头,鸳鸯的 亲姓金, 金鸳鸯蚔金鸳鸯一

世 在贾 , 金鸳鸯在贾府的 头中 很高的地 蚔蚙红楼梦蚚

鸳鸯是一 很 的 在蚔因 在 隶生的子 会是 隶, 在

蚙红楼梦蚚 鸳鸯的 母世 都是在贾 做 隶的蚔 是荣 府的藐 生

儿藑, 一出生背负的就是在贾府 的命 蚔但是幸 的是 给了鸳鸯

一 好的面容,记得书中是 写说鸳鸯模样生得藐水葱儿似的藑,长得


(16)

第 章文献 述

2.1前人研

于研 蚙红楼梦蚚人物 格的学者大 种 点

第一种 点 王熙凤是蚙红楼梦蚚中塑造得最 的人物形象之一,

文勇 2013 在文章中说,王熙凤容貌美 , 着超 的管理才能,

心机极深,又阴 歹毒,在 世界当中,是一 俊 杰出的藐凤凰藑蚔

第 种 点 鸳鸯是蚙红楼梦蚚小说中依赖于封建 蚓封建社会而

又 最强的人物之一, 晓燕 2014 指出 鸳鸯 要 格

一蚓是世俗才 蚓是善 蚓是 烈 蚔 于 贾府

大 说‘ 藏,誓死抵 贾赦的无理蚓荒唐的求婚要求蚔

第 种 点 蚙红楼梦蚚中 人物栩栩 生蚓美 人蚓 风格,

邓小 2012 在 析蚙红楼梦蚚 人物之美 就持 种 点蚔

第四种 点人 曹雪芹的 是 较超前, 极的意 ,

饶道庆在 蚙红楼梦蚚 文学批评引论,2005 中说 虽然曹雪芹


(17)

的 述, 大 园相 于 贾府 表的整 社会一样,显得脆弱易 ,

但 的 种精神 然是 大的, 出的 力 然是 值的蚔

2.2

蚙红楼梦蚚是一部中 期封建社会的 科全书蚔小说 述 层社会

中的四大 中心 画,真 蚓生 地 写了十 世纪 半 中 期封

建社会的全部生活,是 段历 生活的一面镜子和 影,是中 封建社

会 无 挽回地走 崩溃的真 写照蚔把一 的人物写的活灵活 ,

神话故 中的 娲 开头引出着一故 ‘石头记藏蚔 甄 土 线索开

结束了整 的故 蚔

曹雪芹及 蚙红楼梦蚚 ,就是中 民 朽灵 的一部分蚔 说

是 大的 著, 说它是中 通 蚔 说 是写贵 的生活,

说是当时时局的真 写照蚔 一点点的 节来 ,哪种语言的魅力体 出来,

用形象生 的一 一 蚓一 一弛蚔一 一毫无 显出人物的 点,

说 种语言的 述 出一 破破 蚔而 中又 看出一 民 发展的问

题, 体的症结, 体的民生 ,无 相 联蚔 是一部文学作

,又是一部柬书蚔

2.3研 方法

首 熟读蚙红楼梦蚚 部小说,然 网 和 书馆查 于

的 种资料,把 子引文 行考查 分类,解释藐王熙凤藑和藐鸳鸯藑

的 格 点, 用 论解释在藐王熙凤藑和藐鸳鸯藑的内容, 而


(18)

第 章 蚙红楼梦蚚小说


(19)

曹雪芹 1715-1763 ,清 小说 蚔祖籍河 省丰润县蚔清初,入满

洲 旗籍蚔 人生于 京蚔

曹雪芹生活在一 藐 望 藑的大 僚地 庭, 祖 式

袭江宁 造达60 之久蚔曹雪芹晚 的生活更凄京蚓悲 , 病无医,又

子 , 著长篇小说蚙红楼梦蚚一书尚 完 , 便 世长辞,给

们留 了许多遗憾蚔

曹雪芹 小 到文学蚓艺术的熏 , 的祖 曹 诗词蚓善书法,是

当时著 的 书 蚔曹雪芹深 祖 的影响, 诗善画, 多方面的艺

术才能蚔迁居 京西郊 , 在 难困 的境遇中, 作了 朽的

著蚙红楼梦蚚 蚔 蚙红楼梦蚚共120回, 40回 高鹗续 蚔

3.2故 内容

娲炼石补 时, 炼之石剩一块 用, 在青埂峰 蚔 石 通灵 ,

大小 心,来去任意,因 被选中补 常悲伤自 蚔和尚茫茫大士蚓道士渺

渺真人 爱,便将它携 藐昌明 盛之邦蚓诗礼簪 之旅蚓花柳繁 地蚓

富贵温 走了一道藑蚔 知多长时间 ,空空道人 过 , 石

着它 番 历,便 头到 抄 ,交曹雪芹 阅增删蚓分出章回蚔 便

石 内容蚔 阊门 芦庙, 宦甄士 居 庙旁, 居庙

内的 儒贾雨 ,赠银 考蚔 之夜,甄的 儿英莲被拐走 久因

芦庙失火 甄 又被烧毁蚔甄带妻子投奔岳 ,遭 眼, 跛道人出 蚔

贾雨 中 士,任县 ,由于 被革职,到盐 林 海 教林的 儿

林黛玉读书蚔京城 复参革人员蚔贾雨 托林 海求岳 荣 府 林的

岳母贾母因黛玉丧母,要接黛玉去身边蚔林便托贾雨 黛玉到京蚔贾雨

荣 府联 蚔并得林 海内 贾 ,得任金 应 府蚔

黛玉 荣 府,除 祖母 , 了大舅母, 贾赦之妻 人, 舅


(20)

王熙凤, 及迎春蚓探春蚓惜春和衔玉而生的贾 玉蚔 黛 人初 似

相识之感,但 玉因 美 的表妹无玉,便砸自 的通灵玉,惹 一场

快蚔

贾雨 在应 府 案,英莲被拐 蚔 商之 蚓王 人的 薛

姨 之子薛蟠蚔薛蟠虽 争英莲打死原 ,但贾雨 胡 判案, 了薛蟠蚔

薛蟠 母亲蚓妹妹薛 钗 一 到荣 府 蚔

宁 府梅花盛开,贾珍妻尤氏请贾母等赏玩蚔贾 玉睡午觉, 在贾珍

儿媳秦 卿卧 ,梦游 虚 境, 藐金 十 钗藑 , 演蚙红楼梦蚚

曲, 卿 雨,醒来 因梦遗被 袭人发 , 人发生 系蚔

京 王狗儿 沦落 间 ,因祖 和王 人蚓凤 娘 联 ,

便 岳母 姥姥到荣 府 王 人打秋风蚔王熙凤接待,给了 十两银子蚔

薛 钗 得癞头和尚赠金锁治病, 一直佩带蚔黛玉 金玉 缘之说,

常暗暗 钗,警告 玉蚔

贾珍之 贾敬 世职,离 求 学道蚔 生 之 ,贾珍在 相

庆蚔因林 海得病,贾琏带黛玉去 , 的 贾瑞调 凤 ,被凤

般捉 而死蚔

秦 卿病死,贾珍 意奢 , 西都选 等, 花千两银子 儿子

捐龙禁 , 便丧礼风 蚔 丧途中,凤 千两银子,拆 情人,使

一 青 男 而自杀蚔林 海死 ,黛玉 得常 荣府蚔一种 人篱

的凄凉感笼 着 ,常暗暗流泪,身体 更 病弱蚔

贾 长 春被 封 , 帝 准省亲蚔荣 府 了迎接 大 ,修

建极 奢 的大 园,又采 伶蚓 蚓 道士,出身世 蚓因病入空门

的妙玉 荣府蚔 之夜, 春回娘 呆了一会儿,要 玉和众 妹献诗蚔

黛玉 想大展 才,但 命 能作一首蚔袭人娇嗔说要离开 玉,深感遗憾


(21)

猜,情意 蚔又因 薛 钗或 小 蚔 人常争吵,在 断争吵中情感 愈深蚔

钗过生 唱 ,小 黛玉,贾母娘 湘 快说出, 玉怕

黛玉生气阻 蚓结果惹得 人都生 玉气蚔 春怕大 园空闲蚔便 玉和

众 妹 居 蚔 园 , 玉更 和 些 孩子厮混 书童将蚙西厢蚚

等书 园, 玉和黛玉一 赏蚔

贾 妾 姨娘 生子, 玉 贾 嫉妒 玉,抄写 书时装失手 倒

蜡烛烫伤 玉,王 人大骂 姨娘蚔 姨娘又深 凤 ,便请马道婆施魇魔

法, 凤 蚓 玉中邪 死去蚔癞和尚蚓跛道人擦拭通灵玉蚓救好 人蚔

黛玉 格忧郁,暮春时节伤心落花,将它们埋 , 花冢,并写蚙 花

辞蚚蚔 玉 晴雯失手跌 扇子, 玉说 蚔 便顶撞,袭人 , 又

,气得 玉要 走 蚔到晚间晴雯乘凉蚔 玉又 撕扇子 博 一笑蚔

一 湘 玉会 员,谈 途,被 玉抢 ,并说黛玉 说 种混

话 黛玉路过 到,深喜知心蚔王 人 金钏儿 玉调笑,被王

人 出投 而死,被贾 告诉贾 蚔 玉又结交忠 王 喜 的伶人蒋玉

菡,使得王 人来 蚔贾 大怒,将贾 玉打得皮开肉 蚔王 人

袭人,要 时 告情况蚔并 定将来袭人给 玉做妾蚔

大 园中无 ,探春倡 立诗社蚔第一 咏 海棠, 钗夺

第 作菊花诗,林黛玉压倒众人蚔 姥姥 荣 府,被贾母知道,便留

蚔在大 园摆 ,把 作 清 笑 饱 世故的 甘心

当 一角色蚔贾母又带 姥姥游大 园 处蚔在拢翠 ,妙玉招待黛玉蚓 钗 茶, 玉 得沾 蚔

风 庆生辰, 贾母 , 人出分子 蚔凤 酒过多,想回

,撞到贾琏 勾引 蚔凤 哭闹蚔 得 吊,贾母迫使贾琏 凤


(22)

人 系好转蚔黛王 钗 好人,自 多心蚔黛玉模仿蚙春江花 夜蚚

写出蚙秋窗风雨 蚚, 发自 的 愁蚔贾赦垂涎贾母 鸳鸯, 妻

人 贾母蚔鸳鸯 肯,贾母 愿意,便斥 人蚔贾母 贾赦母子

系更 好蚔薛蟠在一 调 会唱 而又豪爽的柳湘莲,被柳毒打,

柳怕 复,逃 蚔薛蟠无脸, 出 商蚔 妾香菱 英莲 到大

园学诗蚔又 亲戚的 娘来到,大 园中作诗蚓制 谜,空前热闹

蚔袭人因母病回 ,晴雯夜 寒伤风,身 烧得烫人蚔 玉 舅舅庆寿,

贾母给 一 罗 缝用孔雀毛 的雀金裘, 慎烧 洞蚔晚 回来蚓

街 缝 修补蚔晴雯 病中 夜补好蚔

到,宁 府庄头交租, 的 西数 惊人,贾珍 嫌少蚔由于过

操劳,凤 小产,无法理 ,便由探春蚓 钗蚓李纨等人 理 蚔探春

姨娘 生, 姨娘 死,探春按例 多给钱,母 大闹一场蚔探着又在

园中 行一些改革,将 处 人管理,既交 一些 物.又给管理人一些

利益蚔

黛玉 紫鹃 探 玉 黛玉是否真心,假说黛玉要回 , 玉相信

而发病精神 复失常,由 ,黛玉更知 玉心理,众人 们定 美满

姻缘蚔黛玉又要 薛姨 ,钗黛 人达到 系最融 时期蚔

荣 府矛盾 蚔贾 在 玉处 到擦癣的蔷薇硝,想要些, 玉

芳 给贾 一些茉莉粉蚔 姨娘到 玉处大闹一场蚔芳 又给 娘一些

玫瑰露蚓引出 娘的侄儿 茯苓霜蚔 闹得大 , 些打破 人间的

衡蚔 当 玉生 时,贾敬吞 丧命蚔尤氏 丧 繁 蚔请母亲和妹

妹尤 蚓尤 来 蚔贾琏 貌美,要作 , 居府 蚔 和

贾珍原 清 ,贾珍 想搅 水,贾琏又想把 给贾珍玩 蚔尤

气凛然,将珍蚓琏大骂,并说 意中人, 毒打薛蟠的柳湘莲蚔贾赦

贾琏 出 ,贾琏路遇薛蟠蚓柳湘莲蚔薛蟠遇强盗,被柳 救, 人结


(23)

玉闲谈尤氏一 而 疑,又去索礼 婚,尤 自刎,柳出 蚔凤 知道贾

琏 娶之 ,装 惠蚔将 接 府蚔请贾母等应允蚔贾琏回来,因

好,贾赦赏一妾蚔凤 借妾手 使尤 吞金自杀蚔粗使 鬟傻大 在园中

到绣 春宫画的香囊,王 人大怒 在一些 撺掇 抄检大 园,迎春

懦弱, 凭 被 走 探春生气,怒打 惜春 时和哥哥 子断

来蚔晴雯被王 人 出,抱 而死 贾 玉无 何,写蚙芙蓉 蚚祭 蚔

薛蟠娶妻夏金桂 , 蟾美色,金桂 除香菱,答应了蚔在夏挑

唆 蚔薛毒打香菱,薛姨 准蚔夏和婆婆吵闹蚔薛蟠无法在 蚔 得 出蚔

玉 纪渐大,贾 学,迎春出 , 钗被 缠 ,大 园冷

清 来蚔黛玉 想 身之 无人 求,做噩梦而 病蚔 贾母意 ,凤

提出将 钗 给 玉的想法蚔 玉 晴雯补的雀金裘, 念亡人蚔黛玉

谈论 玉婚 ,病得 能 来 说议而 ,病 痊愈蚔

薛蟠在 酒,打死店小 ,入狱蚔金桂和 蟾要勾引薛蟠堂 薛蝌,

方面倒安静 来蚔十 ,海棠开花,大 喜 蚓置酒庆贺蚔就在

夜 , 玉的通灵玉 知去 ,人 痴呆了蚔祸 行, 春 时死去蚔由

贾母做 , 定 玉娶 钗,怕 玉 意,告诉 娶的是黛玉,并

黛玉知道消 蚔黛玉在傻大 处知道 情,梦 破灭,迷失真 ,体虚 血,

焚烧诗稿 在 玉 亲时, 孤 而死蚔 贾 玉的爱情就 样被贾母蚓

王熙凤等人极端 地扼杀了蚔洞 之夜, 玉 是 钗 大惊,人 更

糊涂,忧伤得差点死去蚔

探春 之 ,大 园更凄清,凤 夜 鬼,尤氏又得 病,众人

出园子,请道士在园中作法驱妖蚔薛蟠案子要 判,夏金桂大吵大闹,因 调 薛蝌被香菱撞 , 想毒死香菱, 料自 误 毒药而死蚔

荣宁 府种种作 惹恼 帝蚔 于被抄 革去 府世职,贾赦蚓贾珍

被逮蚔凤 由于 来横祸,病得奄奄一 蚔由于 贵 ,荣府世职 复,


(24)

久,贾母病死 鸳鸯 怕 复, 自杀 蚔凤 丧 ,力 心,

大 蚔 支持 死去了蚔一群强盗打 荣 府,妙玉被 污蚓 走蚔

惜春看破红尘,小小 纪出 蚔

玉 梦游 虚 境, 到鸳鸯蚓尤 ,秦 卿等薄命 子及 首

的黛玉,醒 更心 意冷蚔癞和尚蚓跛道人 回通灵玉, 要 玉 尘

缘蚔 玉 于在应考之 出 当了和尚 管 中了 人,但 悬崖 手,


(25)

第四章 蚙红楼梦蚚小说分析

4.1结构分析

蚙红楼梦蚚原 蚙石头记蚚共 120回蚔回 清 曹雪芹 作, 40

回多 是高鹗续补蚔 结构分析 例 作 的探 蚔

4.1.1课题

蚙红楼梦蚚是清朝作 , 要 述了 蚓黛蚓钗的 角恋 系, 故

发生在贾府蚓大 园中,贾府过着奢侈的生活, 一点, 文中 的蚓穿的蚓

玩的蚓用的蚓戴的,处处都能体 出来, 时 了清 贵 庭的生活,

及 亡衰 , 类活 味曹雪芹 封建统治的强烈批判蚔 部小说

了封建社会 期错 复 的 系和内在矛盾,揭示了封建社会 强中 蚓

由盛而衰的时 蚔

4.1.2人物和 格 点

蚙红楼梦蚚中的人物共 100多 ,大多数 鲜明, 要人物王熙

凤和鸳鸯, 们俩 表 在封建时期显示 面的蚔


(26)

王熙凤是中 小说蚙红楼梦蚚中 人物,贾琏的妻子,王 人的

内侄 ,贾府通 凤 蚓琏 奶奶蚔 长着一 凤 角眼,两弯柳 吊梢

眉,身 苗条,体格风骚蚔王熙凤 要 四 格 点

一蚓王熙凤的 格 点之辣手

就是 谓的"杀 断",既包 着 情面蚓 锋芒的凌厉之风,

时你呢又挟持着 择手段蚓 留 路的肃杀之气蚔凤 怕得 人,没

绕着矛盾走,而是迎着矛盾 ,结 树敌 在 蚔 一 到了,

说了情,最 呢是 饶,打了 十板子,出去回来 , 要跪 来磕头

谢蚔

蚓王熙凤的 格 点之机心

人们常说王熙凤少说" 一万 心眼子"蚔 常的 处世当中常

利 的 衡蚓得失的算 蚔大闹宁 府的时 记 尤氏要 两银子,

打点 用了 两, 又赚了 两蚔王熙凤的算 之精蚓聚敛之酷,

是出了 的蚔

王熙凤的机心更体 在处理人际 系 ,非常善于察言 色蚓辨风 蚔

常常是 方 没 说出 呢, 猜到了 方 说呢, 了蚔

蚓王熙凤的 格 点之

" "是指 才蚔凤 待 的人, 待 的 象,

的语言蚔 姥姥一 荣 府,凤 说出来的话既 谦词, 时呢,又告 难,

而 人情味,符合既 热 又 简慢蚓既 丢份又 炫 的原 蚔

凤 的语言没 什 书卷气, 一 扑面而来 鲜热辣的生活真气,


(27)

会用谐音 等使语言风趣生 ,看拟无师自通,它的源头 在书 而在

生活,在于生活 身 包 的信 和智慧蚔通过凤 的语言, 使人们眼

界大开, 看到种种生活 和社会相 而 心智大开, 窥 聪明 顶

莫 的机心蚔

四蚓王熙凤的 格 点之欲

表 自 才 的欲望蚔贾珍请 来 理宁府, 的心 是很愿意的,是

想露一手的蚔渴望 更大的舞 来施展自身才能的心 ,在 社会条

的 当中,是 较独 蚔而 种愿望, 能 是合理的 要求之一

种蚔 待凤 表 自 才能的欲望, 们 要一概的抹杀蚔当然 谓"欲"

是表 自 才能的欲望,人 种精神的蚓物质的欲望, 要是 常

的蚓合理的人欲蚔

王熙凤 尖蚓要强蚓爱表 蚓 人觉得很痛快蚔但是话又说回来,凤

是 "欲壑难填"著 的蚔凤 的欲望更多地表 一种无节制无 的

欲,常常 压 人的欲求蚓 牲 人的幸福蚓 及 人的生 作 蚔

种 欲和 欲发展到了极 ,便会 独 和暴君蚔 "欲"应该 一

界限, 果 一种 欲, 及 人了, 西就应该否定蚓应该批判蚓

应该杀灭的蚔

4.1.2.2鸳鸯的 格 点

金鸳鸯是红楼人物之一, 在蚙红楼梦蚚一书中,是贾母的大 头蚔

亲姓金,世 在贾 ,因是 生 ,甚 信任,因 缘故, 在贾

府的 头中 很高的地 蚔贾母 之 手蚔贾母玩牌, 在旁边


(28)

一蚓 鸳鸯的 格 点之世俗才

蚙红楼梦蚚的鸳鸯是贾母的第一 心腹之人, 贾母管理 物, 虚伪

的大 儿辈 孝蚔小说中说,没 鸳鸯,贾母是 ,睡 着觉蚔

是心灵的安慰,给了贾母—— 藐 的 藑(一红学 语)很多的快

蚔 , 才能够藐拒 藑贾赦的淫威和荒唐的纳妾要求蚔 藐 牙牌

藑 表 的才 和 姥姥 大 园时 的和王熙凤的藐捣鬼藑, 才 应 的 质和 厚的青春 儿的气 蚔

蚓 鸳鸯的 格 点之善

蚙红楼梦蚚第七十一回藐鸳鸯 无意鸳鸯藑,鸳鸯没 藐告 藑,而是

自 能力保 棋蚔 姥姥来荣府藐打秋风藑, 热情的赠礼 姥姥感

激 ,铭记 生蚔

蚓 鸳鸯的 格 点之 烈 蚔

蚙红楼梦蚚第46回藐鸳鸯 誓 鸳鸯 藑,鸳鸯 于 贾府大 说

藐 藑,誓死抵 贾赦的无理蚓荒唐的求婚要求蚔 于贾母死 , 没

保 ,便 然悬梁了蚔 发生在第120回藐鸳鸯 登 虚藑, 中

于质询王熙凤 于 贾母的 的粗疏问题蚔蚙红楼梦蚚 回目

点明藐鸳鸯藑, 是 然蚔 是小说中依赖于封建 蚓封建社会而又

最强的人物之一蚔

4.1.3故 情节


(29)

作 的第一回 第 回,是全书的"序幕"蚔第一回中写了"无 补 "

的石头的故 ,写了神瑛侍者 珠 草的故 , 写了甄士 和贾雨 蚔

第 回给 们 述的 贾府,人物多,头 多,难 说清,而冷子 的

绍, 使读者在" 入" 贾府之前, 它 一 总体的了解,然 ,

一一 写蚔在第 回 写了全书 要人物的出场蚔第四回写了薛 的故 蚔

第 回写贾 玉神游 虚 境,写全书第一回中出 的 "石头"和"灵

河岸边"的神话联系 来蚔

第 回 第十 回 第 大段蚔 第 回开 , 姥姥一 荣 府

契机,全面展开了蚙红楼梦蚚的故 蚔 一大段的 要内容是泰 卿之死和 贾 春省亲蚔

第十九回 第 十四回 第 大段蚔 一大段,是在泰 卿之死和 省亲之 , 在极力渲 了贾府的奢 富贵之 蚔在第 大段的基础 ,把

表面 的蚓整体 的繁 富贵 端倪的衰 势蚓种种矛盾 突紧紧结

合在一 ,真 地展 了 贵 之 的生活画卷蚔

第 十 回 第七十 回 第四大段蚔 十 回开 ,贾府 "内

襄" 来了,而 " 面的架子" 些支 了蚔

第七十九 第一 十回 第 大段, 一大段 要写了四 方面的内

一是黛玉之死和 玉蚓 钗完婚蚔黛玉之死,是 四十四回中较 精彩

的部分,它 符合黛玉 格蚓命 的发展 辑,而 文章 较 感 力,

保持了蚙红楼梦蚚全书的悲剧 蚔 玉 钗结 妻, 是符合前 十回

的 路的,但 亲时的闹剧式的"调包 ",写得 在 很高明蚔 是写贾

府被抄的前前 蚔 是写了 要人物的命 结局蚔 中 玉出 ,当然是

最 要的一笔,显示了 叛逆者 社会的 望,表 了 的 妥 的 争


(30)

4.2 分析

时期 于蚙红楼梦蚚的 批评,相 来说 较晚,是 1995

前 才 渐 的蚔 中的一 要触因,是 一 在中 将 第四

世界 大会蚔在曹雪芹的世界 中, 在 们的青春 少时期才

站在泥 世界的彼岸,一 出 ,就走出净水世界而 入泥 世界,就难保 持原 的 真状 了蚔

4.2.1王熙凤的 分析

王熙凤生活在 满衰亡气象的时 ,封建 统的伦理道德 念蚓 值

念 益失去 心力 延力 市 之 到诗礼簪 之 ,到处弥

漫着 点点 封建 统 压迫的民 想蚔 是 生 的共 的大

境蚔 看看 自生 的小 境蚔

王熙凤 齿伶俐蚓 应机敏蚓果 好强的 的生活 境相 激发

相 ,定格了 坚毅 强蚓独立狠辣而又自信果断的 格蚔

到"安富 荣者 多, 筹谋画者无一"的荣府 久,就能 媳 辈

的身份登 管 奶奶的高 定了坚 的基础蚔

王熙凤 钱情 独钟,但 梗爱 蚔"说一是一,说 是 ", "冯

凭 是什 , 说要行就行"显示了 极强的 力意 蚔 力的争夺蚓

把持和 情施展, 分满足了 支配统治 人的强烈欲望蚔王熙凤 力的

局限于全府全 ,甚而触伸到府 的封建 力机 蚔 铁槛 ,

调排 状告贾府而 又欲杀人灭 等等都是 剧烈膨 的 力欲和支配


(31)

周知,儒 文 的 极 别模式及 社会角色规范是迥 的蚔

于 来说,在 些定型了的 别模式和角色规范 ,必 力使自

" "蚔 是,王熙凤 然, 身 最显著的气质都是非" "的,

甚 说是"男 "的蚔王熙凤在 一小型 共领域内大显身手大展

才,并 贵 之 才 的当 奶奶和 英气而骄大蚓 治 治 潜能

的 英雄蚔

4.2.2鸳鸯的 分析

鸳鸯是侍 贾母的 头,是一 " 生子"蚔" 生子" 一般 地

, 婚姻 由 指配, 生子 属 " 生子"之地

一斑, 们注定一出生就要在 人 作 , 人的 产一般蚔

但鸳鸯跟 通的" 生子"又 相 ,在蚙红楼梦蚚众多的 鬟中, 的

地 和 要 非 一般,第39回中 鸳鸯 一 侧面 写 果 屋

,要没 鸳鸯 何使得蚔 , 一 驳 的回, 在

驳回蚔偏 一 人的话蚔 些穿戴的,别人 记得, 都

记得,要 是 管着, 知 人 骗了多少去呢蚔 孩子心 道,虽然

样,倒常 人说好话儿, 倒 依势欺人的蚔

在小说第71回"鸳鸯 无意遇鸳鸯"一段, 棋和表 潘又安 会,

被鸳鸯无意中撞 , 棋十分羞愧蚓惊恐蚔鸳鸯 去告发蚓 赏,

而 慰 棋安心 病,别因 糟蹋了身体, 看到鸳鸯的善 和 情

心蚔

在小说第46回"鸳鸯 誓 鸳鸯 "中,大 贾赦看中了 ,定要

娶 妻, 人 亲自 当说 蚔 桩婚 ,按照 常人看来是改 自

处境,登身 子行 的难得机会,但在鸳鸯看来 是万难 命蚔"别说大


(32)

能去蚔 过一番周 之 ,鸳鸯 肯应允, 来 坚定蚔最 贾赦

得紧了,鸳鸯便在 面前表示了死难 命的 心,"就是 着

,一刀子抹死了, 能 命蚔"最 贾赦的"美梦"破灭了,鸳鸯的

婚 了,但是, 贾赦 威 的 样,在蚙红楼梦蚚 40回 "鸳鸯

登 虚",贾母死 ,鸳鸯 吊自杀蚔通过 婚情节, 们感 到

的一身凛然 气,显示了 使身 头, 的人格 行 是 贱 移蚓威

屈蚓富贵 淫蚔

鸳鸯是一 " 生 ",注定是永 能获得人身自由的 隶蚔 母

都是贾府的 隶,哥 十足, 得把 妹子立 献给 子, 得"

舅 "的地 蚔鸳鸯看 了 们 种" 生" 隶 逃 脱世世 人

役蚓供人 淫 的命 , 无力改 , 能将自 生的时限暂系于贾母


(33)

第 章 结论

通过小说结构分析, 了解蚙红楼梦蚚的课题是 述清 贵 庭的

生活, 及 亡衰 , 类活 味曹雪芹 封建统治的强烈批判蚔

通过 王熙凤和鸳鸯的 格分析, 了解王熙凤和鸳鸯的 格 点蚔王熙

凤素常 治 头 待 的人, 待 的 象, 的语言 非

常善于察言 色 是 "欲壑难填"著 的蚔而鸳鸯 格 点是世俗才 ,

善 ,和 蚔蚙红楼梦蚚的课题 大段落蚔

王熙凤和鸳鸯是在蚙红楼梦蚚中 而斗争的 人物蚔王熙凤

贵 之 才 的当 奶奶和 英气而骄大蚓 治 治 潜能的 英雄蚔

鸳鸯 于 贾府大 说藐 藑,誓死抵 贾赦的无理蚓荒唐的求婚要求蚔

通过 文的分析希望 深 蚙红楼梦蚚小说的了解蚓 王熙凤和鸳


(34)

参考文献

[1] 饶道庆.蚙红楼梦蚚 文学批评引论[J].温州师范学院,2005

26 34-38.

[2] 文勇.蚙红楼梦蚚王熙凤人物 格分析[J].长春教育学院学 ,2013

29 52.

[3] 晓燕.金鸳鸯 格分析[J].趣历 , 2014 239 2.

[4] 邓小 .析蚙红楼梦蚚 人物之美[J].海 贸职业 术学院,2012


(35)

[5] 李鸿渊. 十 来蚙红楼梦蚚之 批评 述[J].红楼梦学刊,

2011 1.


(36)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zainal. 2011. Pengantar Filsafat Barat. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, hlm. 119-123.

Aziez, Furqonul. dan Abdul Hasim. 2010. Menganalisis Fiksi: Sebuah Pengantar. Bogor: Ghalia Indonesia.

Azis, Asmaeny. 2007. Feminisme Profetik. Yogyakarta: Kreasi.

Brannen, Julia. 1997. Memadu Metode Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fadlillah, Zuriati, Yusriwal. 2005. Dinamika Bahasa, Filologi, Sastra, dan Budaya. Padang: Andalas University Press.

Handayani, Ade Sri. 2010. Skripsi Perempuan Berkalung Sorban Karya Abidah El Khalieqy: Ketidakadilan Gender. Medan: Universitas Sumatera Utara. Jabrohim. 2001. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Hanindita Graha

Widia.

Jackson, Robert dan Sorensen, Georg. 2009. Pengantar Studi Hubungan Internasional. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 238-243.

Kadarusman. 2005. Agama, Relasi dan Feminisme. Yogyakarta: Kreasi Wacana. Magnis-Suseno, Franz. 1999. “Bab 6: Teori Kelas” dalam Pemikiran Karl Marx:

Dari Sosialisme Utopis ke Perselisihan Revisionisme. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, hlm. 110-119.

Mandrastuty, Rany. 2010. Skripsi Novel Tarian Bumi Karya Oka Rusmini: Kajian Feminisme. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.


(37)

Manurung, Dorti. 2013. Jurnal Analisis Unsur Feminisme dalam Kumpulan Cerpen Perempuan Berlipstik Kapur Karya Esti Nuryanti Kasam. Tanjung Pinang: Universitas Maritim Raja Ali Haji.

Nazir, Moh. 2011. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada. Ollenburger, Jane C, dkk. 2002. Sosiologi Wanita. Jakarta: Rineka Cipta.

Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra: dari Strukturalisme hingga Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rokhmansyah, Alfian. 2014. Studi dan Pengkajian Sastra: Perkenalan Awal terhadap Ilmu Sastra. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Semi, Atar. 1993. Anatomi Sastra. Bandung: Angkasa Raya.

Sugihastuti. 2002. Teori dan Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugihastuti. 2005. Rona Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suharso. dan Ana Retnoningsih. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Widya Karya.

Supardan, Dadang. 2008. Pengantar Ilmu Sosiologi. Jakarta: Bumi Aksara.

Syam, Tri Ayu Nutrisia. 2013. Skripsi Representasi Nilai Feminisme Tokoh Nyai Ontosoroh dalam Novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer. Makassar: Universitas Hasanuddin.

Tarigan, Henry Guntur. 2003. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.


(38)

Tong, Rosemarie. 2009. Feminist Thought. Yogyakarta: Jala Sutra.

Waluyo, Herman J. 2002. Apresiasi Puisi untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia.

Warliani, Tety. 2005. Skripsi Novel Memburu Matahari Karya Wadjib Kartapati: Analisis Feminisme. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Wellek, Rene dan Austin Warren. 1990. Teori Kesusastraan. Diterjemahkan oleh Melanie Budianta. Jakarta: Gramedia.

Xueqin, Cao. 2014. Impian di Bilik Merah 1. Jakarta: Bhuana Sastra (Imprint dari BIP).

Zainuddin. 1992. Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Zulfahnur, dkk. 1996. Teori Sastra. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Karl_Marx diakses pada tanggal 9 April 2016 pukul 15.00 wib.

http://anneahira.com/phoenix.htm diakses pada tanggal 24 April 2016 pukul 21.00 wib.


(39)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metodologi yaitu landasan yang berupa tata aturan kerja dalam penelitian dan bertujuan untuk membuktikan jawaban yang dihasilkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.

Menurut Whitney (dalam Nazir, 2011:54), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Metode ini digunakan untuk memecahkan masalah dan menjawab permasalahan yang dihadapi sekarang. Metode ini menempuh langkah-langkah pengumpulan data, analisis data, membuat kesimpulan, dan laporan dengan tujuan utama untuk membuat penggambaran tentang suatu keadaan secara objektif dalam suatu deskriptif situasi, memfokuskan pada analisis isi.

Dalam tradisi kualitatif, peneliti harus menggunakan diri mereka sebagai instrumen, mengikuti asumsi-asumsi kultural sekaligus mengikuti data. Dalam berupaya mencapai wawasan-wawasan imajinatif ke dalam dunia sosial responden,


(40)

peneliti diharapkan fleksibel dan reflektif tetapi tetap mengambil jarak (Mc Fracken dalam Brannen, 1997:11)

Di dalam penelitian kualitatif konsep dan kategorilah, bukan kejadian atau frekuensinya, yang dipersoalkan. Dengan kata lain, penelitian kualitatif tidak meneliti suatu lahan kosong tetapi ia menggalinya (Mc. Cracken dalam Brannen, 1997:13).

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam suatu penelitian ilmiah seyogyanya dimaksudkan untuk memperoleh bahan yang relevan, akurat, dan realibel (Hadi dalam Jabrohim, 2001:41). Relevan berarti berkaitan erat dengan tujuan penelitian; akurat berarti sesuai atau tepat untuk tujuan penelitian; dan realibel berarti dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya.

Dalam penelitian kualitatif peneliti sangat erat kaitannya dengan faktor-faktor kontekstual (Moleong dalam Jabrohim, 2001:42). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penelitian kepustakaan atau studi pustaka. Langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Membaca novel Impian di Bilik Merah karya Cao Xueqin.

2. Mengamati dan menganalisis makna setiap kalimat atau wacana di dalam novel.

3. Mengklasifikasikan unsur-unsur feminisme dalam kalimat, kutipan atau wacana di dalam novel.

4. Memasukkan data ke dalam kertas kerja penelitian untuk selanjutnya di analisis berdasarkan landasan teori.


(41)

3.3 Teknik Analisis Data

Analisis adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi, serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca (Nazir, 2011:358). Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dalam mengkaji data. Metode analisis deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan data-data yang kemudian disusul dengan penganalisisan berdasarkan data yang telah dituliskan dalam kartu data. Analisis data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi data yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 2. Melakukan pembacaan berulang-ulang terhadap data yang sudah

diidentifikasi.

3. Melakukan pencatatan ulang data-data yang sudah diidentifikasi tersebut. 4. Menafsirkan seluruh data untuk menemukan kepaduan dan hubungan antar

data sehingga diperoleh pemahaman terhadap masalah yang diteliti 5. Membuat kesimpulan.

3.4 Data dan Sumber Data 3.4.1 Data

Data dalam penelitian ini adalah data verbal yang berupa kalimat, paragraf yang berupa narasi ataupun dialog yang berhubungan dengan unsur-unsur feminisme pada novel Impian di Bilik Merah.


(42)

3.4.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebuah novel yang berjudul Impian di Bilik Merah 1 karya Cao Xueqin, yang dijadikan sebagai sumber data primer. Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1. Judul : Impian di Bilik Merah 1 (Hong Lou Meng) Penulis : Cao Xueqin

Penyunting : Agatha Tristanti dan Ken Diani Milati Desain Cover : Helen Lie

Tahun Terbit : 2014

Penerbit : Bhuana Sastra (Imprint dari PT.BIP) Jenis : Novel

Cetakan : Pertama

Tebal : 548 halaman (34 bab)

Sampul : Berwarna merah dengan gambar seorang laki-laki yang sedang berbaring di taman dan dikelilingi perempuan. Sumber data primer adalah sumber data utama penelitian yang diperoleh tanpa lewat perantara. Selain data primer, terdapat sumber data sekunder dalam penelitian ini, yaitu data-data yang bersumber dari buku-buku acuan serta internet yang berhubungan dengan permasalahan yang menjadi objek penelitian. Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah buku-buku dan internet yang berhubungan dengan sastra dan feminisme.


(43)

BAB IV PEMBAHASAN

Bab empat berisi tentang analisis struktur pada Novel Impian di Bilik Merah karya Cao Xueqin. Novel ini dikaji dengan menggunakan kajian feminisme Marxis. Penulis mendeskripsikan figur tokoh perempuan dan perjuangan tokoh perempuan dalam mewujudkan feminisme. Bab empat ini juga menggambarkan tentang sosok perempuan China dalam kebudayaannya yang Patriarki, termasuk kedudukan perempuan dalam masyarakat feodal yang mengutamakan kaum laki-laki dan merendahkan kaum perempuan. Untuk mendukung analisis tentang feminisme pertama-tama penulis mendeskripsikan tentang unsur-unsur struktural yang terdapat dalam novel, yang mana penulis fokus pada tema, penokohan/perwatakan dan alur cerita (plot). Selanjutnya dianalisis unsur-unsur struktural tersebut berdasarkan pendekatan feminisme Marxis. Analisis itu diperlukan untuk menunjukkan adanya perbedaan gender antara laki-laki dan perempuan, dan dengan analisis itu diharapkan perempuan dapat mencapai kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan.

4.1 Analisis Struktur Pada Novel Impian di Bilik Merah Karya Cao Xueqin

Ada beberapa unsur struktural dalam novel Impian di Bilik Merah karya Cao Xueqin yang digunakan oleh penulis dalam menganalisis novel ini. Unsur-unsur tersebut adalah tema, penokohan/perwatakan dan alur cerita (plot). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian di bawah ini.


(44)

4.1.1 Tema

Tema adalah ide pokok pengarang dalam membuat suatu karya sastra yang ingin disampaikan kepada pembaca. Cao Xueqin dalam novelnya mengangkat

tema “kedudukan perempuan terhadap sistem feodal”. Masyarakat feodal adalah

masyarakat yang mengutamakan kaum laki-laki dan merendahkan kaum perempuan. Perempuan tidak berhak mendapat pendidikan. Hanya keluarga kaya yang mampu menggaji guru untuk mengajar perempuan di rumahnya.

Pada novel Impian di Bilik Merah ada tiga sistem feodalisme, yang pertama yaitu sistem ujian negara. Sistem ujian negara adalah satu-satunya jalan untuk menjadi pejabat. Maka, laki-laki harus rajin belajar Konghucuisme dan Menghucuisme yang pada masa feodal menjadi filsafat dominan di Tiongkok. Pada masa feodal jika seorang laki-laki rajin belajar, lulus ujian negara dan menjadi pejabat akan dianggap sukses dan merupakan cita-cita umum. Hal itu tertulis pada kutipan-kutipan berikut:

Di ibu kota, Yu Cun lulus ujian dengan nilai tinggi sekali, sehingga memperoleh gelar Jin Shi. Ia lalu ditugaskan di beberapa daerah, dan setelah bertugas sebgai hakim, akhirnya ia diangkat menjadi Kepala Daerah Ru Zhou. (Impian di Bilik Merah, 2014:33).

Lin Ruhai sendiri memperoleh jabatan sebagai Komisaris Perdagangan Garam setelah berhasil lulus Ujian Negara. Karena hasil nilai ujiannya bagus sekali, ia memperoleh gelar tanhua, gelar peringkat kedua terbaik dalam Ujian Negara. (Impian di Bilik Merah, 2014:34 dan 36).

Untuk mencapai cita-citanya, Jia Zheng berusaha meningkatkan kedudukannya dengan mengikuti Ujian Negara. (Impian di Bilik Merah, 2014:42-43).

Yang kedua adalah sistem perkawinan. Perkawinan tidak boleh ditentukan sendiri. Sebagai anak tidak berhak minta menikah dengan orang lain karena orang


(45)

tualah yang akan menentukan. Jika orang tua sudah meninggal, tanggung jawab ini terletak pada kakak sulung. Pada novel diceritakan bahwa Lin Daiyu agak khawatir pernikahannya dengan Baoyu karena orang tuanya sudah meninggal, sedangkan dia tidak memiliki kakak. Oleh karena itu, hak ini terletak pada neneknya, yaitu Jia Mu atau disebut sebagai Nyonya Besar. Jika Nyonya Besar tidak menyetujui pernikahan Baoyu dan Daiyu, mereka tidak boleh menikah.

Pernikahan kekerabatan tidak dilarang, melainkan sangat populer di masyarakat pada saat itu. Pernikahan kekerabatan yang terjadi di 4 keluarga itu dengan tujuan memperkokoh kekuatan keluarganya. Hal ini terlihat di dalam novel, seperti Wang Xifeng dengan Jia Lian. Wang Xifeng adalah keponakan ibu Baoyu yang dikenal dengan sebutan Nyonya Wang, sedangkan Jia Lian adalah keponakan Jia Zheng, ayah dari Baoyu. Selain itu ada pula Baoyu yang akan dijodohkan dengan Lin Daiyu dan Xue Baochai. Keduanya adalah saudara sepupu Baoyu. Hal itu tertulis pada kutipan berikut:

Mendengar kata-kata Xifeng, Lin Daiyu menukas sambil

tertawa, “Coba kalian dengar kata-katanya. Baru saja dia memberi

kita sedikit teh, langsung meminta ganti.”

“Seharusnya begitu,” ujar Xifeng. “Bukankah kau telah

menerima teh kami? Tapi kenapa kau tidak mau menjadi menantu

kami?” (Impian di Bilik Merah, 2014:366).

Yang ketiga adalah sistem tingkat sosial. Perempuan yang menjadi selir kaisar kedudukannya jauh lebih tinggi dari orang tua dan neneknya meskipun nenek dan orang tua lebih tua generasinya, Untuk itu, harus dibangun rumah baru sebagai pengganti rumah lama yang tidak memasang nama kedudukan seorang selir.


(46)

Pada masa feodal, kaum perempuan diindoktrinasi (sebuah proses yang dilakukan berdasarkan satu sistem nilai untuk menanamkan perilaku tertentu) bahwa jika seorang perempuan menikah lagi sesudah suaminya meninggal, maka dianggap tidak suci lagi. Tetapi jika tidak menikah lagi dan menjaga kesucian diri maka akan dihormati orang.

Kedudukan budak sangat rendah. Di keluarga kaya, tuan muda dan nona masing-masing dicarikan ibu susu dan Ya Tou, panggilan untuk budak perempuan, yang usianya hampir sama dengan tuan muda dan nona tersebut. Tugasnya adalah melayani berganti pakaian, membawakan makanan dan minuman. Tugas lainnya yaitu sebagai teman cerita tuan muda dan nona. Seorang Ya Tou dapat dijadikan Ya Tou Tong Fang atau budak kesayangan jika pemiliknya suka padanya. Bahkan, Ya Tou Tong Fang lebih menderita karena selain melayani pemiliknya dalam kehidupan sehari-hari, dia juga harus melakukan hubungan intim dengan pemilik laki-lakinya. Pada hakikatnya, Ya Tou Tong Fang tetap seorang budak, kedudukannya lebih rendah dari gundik. Seorang gundik mempunyai Ya Tou untuk melayaninya meskipun dia bukan istri yang dapat dibenarkan sepenuhnya. asal istri yang resmi belum meninggal, gundik tidak ada kesempatan menjadi istri yang resmi. Di depan istri resmi dan suaminya, gundik adalah budak. Di depan Ya Tou dan pelayan lain, gundik baru mempunyai kesempatan berlaku sebagai majikan. Hal itu tertulis pada kutipan berikut:

Karena Lin Daiyu hanya membawa seorang pelayan muda bernama Xue Yan, “Itik Salju”, Nyonya Besar lalu memberinya

Ying Ge, “Tekukur Ungu”, sebagai teman.

Lin Daiyu pun diberi empat orang pengasuh dan lima pelayan untuk melakukan segala macam pekerjaan, sama seperti cucu Nyonya Besar yang lain.


(47)

Pengasuh Baoyu bernama Li Ma. Pelayannya yang bernama

Xiren, alias “Semerbak Harum”, juga merupakan pelayan

kesayangan Nyonya Besar. (Impian di Bilik Merah, 2014:68).

Mula-mula Xiren menolaknya, tetapi setelah didesak, akhirnya ia menyetujui. Apalagi, ia pun tahu bahwa akhirnya ia akan menjadi selir Baoyu. Sejak itu, Baoyu menjadi lebih menyayanginya. Xiren pun melayani tuan mudanya dengan lebih patuh lagi. (Impian di Bilik Merah, 2014:108-109).

4.1.2 Penokohan dan Perwatakan

Dalam novel Impian di Bilik Merah karya Cao Xueqin banyak sekali tokoh-tokoh yang terdapat di dalamnya. Hampir semua tokoh yang muncul telah mampu menunjukkan karakteristik pribadi yang unik, sanggup memberikan penginderaan yang jelas dan terasa begitu nyata, lengkap dengan segala pelukisan gambaran, penempatan, dan perwatakannya masing-masing tokoh. Tokoh yang paling dominan dalam novel ini adalah Jia Baoyu, Lin Daiyu dan Xue Baochai. Mereka digambarkan sebagai nyawa dari Griya Rong Guo, kediaman keluarga besar Jia Fa dan segala keturunannya. Tokoh dan watak perempuan yang terdapat pada novel ini yang sesuai dengan judul penulis akan dijelaskan dalam uraian berikut:

a) Lin Daiyu

Lin Daiyu adalah tokoh utama perempuan dalam novel ini. Dari segi fisiologis, Lin Daiyu digambarkan sebagai seorang perempuan yang cantik dan mempunyai sopan santun. Namun kenyataannya Lin Daiyu adalah sosok perempuan yang mempunyai penyakit yang tak kunjung sembuh. Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut:

Sosok tubuh Lin Daiyu memang anggun, tetapi ia terlihat lemah. Melihat keadaan si “Batu Giok Hitam” alias Lin Daiyu,


(48)

neneknya lalu bertanya, “Kulihat kau beigtu lemah, apakah kau telah

memeriksakan diri ke tabib secara teliti? Obat apa saja yang telah

diberikan kepadamu?”

Lin Daiyu lalu melanjutkan, “Aku ingat ketika aku berumur 3 tahun, seorang biksu Buddha berambut kusut masai datang menemui ayah, meminta untuk membawaku pergi untuk dijadikan tumbal pengorbanan kepada Buddha. Jika biksu Buddha itu boleh membawaku, aku akan baik; kalau tidak, aku akan sakit-sakitan. Aku tidak boleh menangis terisak-isak, juga tidak boleh menemui sanak saudara dari pihak ibu. Tentu saja, tidak ada yang mengacuhkan

nasihat itu karena menggelikan dan tidak masuk akal.” (Impian di Bilik Merah, 2014:56).

Dilihat dari segi sosiologis, Lin Daiyu adalah perempuan keturunan bangsawan yang terlahir dari keluarga Jia, yaitu Jia Min dan Lin Ruhai yang tinggal di kota Yang Zhou. Dia terlahir ketika ayahnya sudah berumur 40 tahun. Seperti yang terlihat pada kutipan berikut:

Lin Ruhai orang kelahiran Su Zhou, dari keluarga terpandang. Kakek buyutnya dulu bangsawan kepala daerah. Walau Lin Ruhai sudah mengambil beberapa orang selir, takdir tetap menentukan lain dan ia pun tak punya pewaris lelaki.

Pada usia 40 tahun sekarang, ia hanya mempunyai seorang anak perempuan dari istrinya, Nyonya Jia. Anak itu diberi nama Lin Daiyu, yang sekarang berumur 5 tahun. (Impian di Bilik Merah, 2014:34 dan 36).

Lin Daiyu juga seorang anak yang cerdas dan memiliki semangat dalam belajar. Sebagaimana yang terdapat dalam kutipan berikut:

Yu Cun amat senang dengan pekerjaannya, apalagi Daiyu yang menjadi murid tunggalnya adalah anak yang cakap dan sangat bersemangat belajar. (Impian di Bilik Merah, 2014:36).

Dari kutipan-kutipan di atas dapat diketahui bahwa Lin Daiyu adalah seorang perempuan keturunan bangsawan yang cantik dan mempunyai sopan santun. Lin Daiyu juga seseorang yang sejak lahir sudah mendapat penyakit yang aneh yang tidak tahu nama dan sebabnya. Dia tidak boleh mendengar suara


(49)

tangisan, juga tidak boleh mengeluarkan air mata. Penyakitnya akan sembuh jika dia menjadi seorang biksuni seperti yang dikatakan biksu Buddha kepada orang tuanya.

Lin Daiyu berasal dari keluarga keturunan bangsawan yang mana pada masa itu jika ada keluarga keturunan bangsawan boleh mendapat pendidikan. Pada masa itu, hanya keluarga kaya yang mampu menggaji guru untuk mengajar wanita di rumahnya. Ayah Daiyu, Lin Ruhai sangat menyayangi anak perempuan tunggalnya. Dia memberikan pendidikan kepada anaknya meskipun pendidikan hanya diperuntukkan untuk anak laki-laki saja. Untuk itu dia mencari guru untuk mengajar anaknya. Dan akhirnya seseorang bernama Yu Cun yang disetujui untuk dijadikan guru bagi Lin Daiyu dan menurutnya Lin Daiyu adalah seorang anak yang cerdas.

Ketika berumur 6 tahun, ibunya meninggal karena penyakit menahun. Nenek Lin Daiyu, Nyonya Besar, memintanya untuk tinggal bersama. Tak berapa lama setelah dia tinggal bersama neneknya di Griya Rong Guo, ayahnya pun meninggal dunia akibat sakit yang dialaminya.

Dilihat dari segi psikologis, Lin Daiyu adalah seorang perempuan yang sangat sensitif perasaannya. Seperti yang terlihat pada kutipan-kutipan berikut:

“Oh, dia mirip sekali dengan Lin Meimei.”

Mendengar terkaan Xiang Yun, semua tertawa sambil mengiyakan bahwa pemain itu mirip sekali dengan Lin Daiyu.

Tiba-tiba, Lin Daiyu cemberut sehingga suasana menjadi tidak nyaman. Lin Daiyu pun pergi ke kamarnya.

Baoyu masuk ke kamar Lin Daiyu dan berkata, “Kenapa kau

harus tersinggung?”

“Ucapannya terlalu menghinaku!” seru Lin Daiyu. “Masa aku disamakan dengan pemain panggung?” (Impian di Bilik Merah, 2014:324 dan 327).


(50)

Namun tak lama kemudian, ia melihat sekelompok orang menuju ke kediaman Baoyu. Xifeng dan Nyonya Besar tampak di antara mereka.

Oh, alangkah bahagianya Bao Yu karena setiap orang selalu memperhatikannya, pikirnya. Sungguh berbeda dengan diriku. Apakah hal ini karena kedudukan orangtuanya? Tiba-tiba saja hati Lin Daiyu jadi sedih. (Impian di Bilik Merah, 2014:447).

Dari kutipan-kutipan di atas dapat dilihat bahwa Lin Daiyu perasaannya sangat mudah tersinggung, apabila orang lain membicarakan hal yang tidak baik kepadanya, dia akan marah bahkan sampai menangis. Hal ini mungkin disebabkan oleh keadaan dirinya yang telah kehilangan kedua orang tua ketika usianya masih sangat muda. Bagi anak, orang tua adalah guru dalam melakukan hal apapun. Hubungan yang baik dengan kedua orang tua berdampak untuk membentuk karakter anak. Di dalam batin seorang anak, apabila kehilangan kedua orang tua

pasti akan memendam sebuah perasaan murung “di dunia ini hanya tinggal diri sendiri sangat tidak beruntung”. Sehingga anak tersebut akan selalu merasa

rendah diri di hadapan orang lain. b) Xue Baochai

Xue Baochai adalah anak dari adik perempuan ibu Baoyu, dikenal oleh keluarga Jia sebagai Bibi Xue. Dilihat dari segi fisiologis, ia adalah seorang perempuan yang cantik dan rendah hati. Ditinjau dari segi sosiologis, Xue Baochai adalah sosok yang disenangi keluarga dan patuh terhadap tradisi serta nilai-nilai tradisional. Seperti yang tertulis pada kutipan berikut:

Selain Xue Pan, Bibi Xue juga dikaruniai anak perempuan

bernama Baochai atau “Kebajikan Mulia”. Usia Baochai beberapa

tahun lebih muda dari Xue Pan. Gadis ini cantik dan rendah hati, karena itu ayahnya amat menyayanginya. Selain itu, ia diberi kesempatan untuk belajar di bawah bimbingan guru pribadi.


(51)

Kecerdasannya ternyata 10 kali lipat dari kakaknya. Namun setelah ayahnya meninggal, ia kurang tertarik pada buku. Apalagi, ia menyadari betapa nakal kakaknya. Karena itu, ia memutuskan untuk ikut merasakan tanggung jawab ibunya. (Impian di Bilik Merah, 2014:90).

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa di dalam keluarganya, hanya Xue Baochai lah yang dapat dibanggakan. Kakak laki-lakinya sangat dibenci oleh keluarganya karena sifatnya yang tidak baik. Karena ayahnya yang meninggal ketika masih kecil, ibunya menggantungkan masa depan keluarganya kepada dirinya.

Selain itu, Xue Baochai juga selalu menghibur hati orang lain ketika sedang bersedih. Seperti tertulis pada kutipan berikut:

“Kau orang sabar,” kata Baochai. “Karena itu, aku tak perlu

lagi mengatakan soal sikap majikanmu terhadapmu. Tapi karena hari ini dia tidak dapat mengendalikan diri, dia lupa apa yang telah dilakukannya terhadapmu. Padahal ia merasa dekat sekali denganmu. Apalagi, tak ada orang lain yang bisa menenangkannya jika ia marah. Sekarang, jika kau menangis terus, semua orang akan mendengarnya dan akan menertawakan majikanmu. Bukankah kau tak menginginkan hal seperti itu terjadi?” (Impian di Bilik Merah, 2014:486-487).

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa Xue Baochai tidak ingin hati orang lain selalu bersedih. Tidak peduli meskipun seorang pelayan yang sedang bersedih, ia selalu berusaha menghiburnya. Dia adalah perempuan yang selalu berusaha melihat segala sesuatu secara positif. Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan orang lain, dan lebih suka mencari solusi daripada membuat orang frustasi.

Dari segi psikologis, Xue Baochai memiliki sifat yang perhatian terhadap sesama, terutama kepada Lin Daiyu. Seperti tertulis pada kutipan berikut:


(52)

“Kemarin, kulihat resep obatmu banyak menggunakan

ginseng dan kayu manis. Kurasa ramuan itu hanya untuk memperkuat saraf dan merangsang semangat saja. Jadi, tidak baik jika kau meminum terlalu banyak obat yang mengandung panas. Seharusnya, kau memperkuat hatimu dulu, karena itu dapat mempengaruhi unsur bumi sehingga kau bisa mencerna makanan lebih baik. Sebaiknya kau makan saja sup yang dibuat dari satu ons sarang burung dan setengah ons gula batu. Ini lebih baik dari obat,

dan sarang walet lebih bermanfaat bagimu daripada yang lain,” kata

Baochai. (Impian di Bilik Merah, 2014:450).

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa seorang perempuan bernama Xue Baochai sangat memperhatikan kesehatan saudaranya. Meskipun terkadang Lin Daiyu merasa iri dan cemburu dengan kedekatan Xue Baochai bersama Baoyu, tapi Xue Baochai tidak membalas kecemburuan Lin Daiyu dengan kecemburuan juga. Dia lebih suka memperhatikan kesehatan orang lain karena kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia.

c) Wang Xifeng

Wang Xifeng merupakan tokoh antagonis dalam novel ini. Dia adalah keponakan Nyonya Wang, ibu Baoyu, yang menikah dengan Jia Lian. Jia Lian adalah anak laki-laki Jia She, yang merupakan putra pertama Nyonya Besar.

Dari segi fisiologis, Wang Xifeng memiliki wajah yang cantik, matanya seperti mata burung phoenix, bertubuh semampai, dan bergaya glamour atau mewah. Hal itu tertulis seperti kutipan berikut:

Kira-kira dua tahun yang lalu, Lian telah kawin dengan

keponakan Nyonya Wang bernama Xifeng, si „Burung Cantik‟.

Meski tak suka membaca, tapi tutur katanya halus di tengah-tengah keluarganya. (Impian di Bilik Merah, 2014:47).

Tiba-tiba seorang wanita muda yang manis masuk. Perawakannya semampai dan sikapnya mandiri. Ia mengenakan pakaian yang berwarna lebih cerah daripada yang dipakai oleh para


(53)

cucu di situ. Selain itu, ia pun mengenakan perhiasan yang serba gemerlap. (Impian di Bilik Merah, 2014:58).

Wang Xifeng disebut sebagai „Burung Cantik‟ karena matanya besar dan tajam seperti burung phoenix. Phoenix dalam mitologi China merupakan burung yang lemah lembut, ia turun dengan sangat hati-hati sehingga tidak merusak apa pun yang dipijak atau disentuhnya. Phoenix dianggap kekuatan yang dikirim dari surga yang ditujukan untuk kaisar. Phoenix, dalam bahasa Mandarin disebut feng huang, mengindikasikan bahwa feng adalah kata „angin‟ sehingga pada masa legenda phoenix dikenal sebagai dewanya angin. Dalam sejarah China, phoenix menjadi simbol sanjungan bagi penguasa yang berhasil dalam memimpin negara dengan damai. Berdasarkan penjelasan tentang burung phoenix tersebut, maka

pantaslah Wang Xifeng disebut sebagai „Burung Cantik‟ yang sesuai dengan

fisiknya.

Dari segi sosiologis, Wang Xifeng sedikit dermawan. Dia pernah menolong kerabatnya yang miskin. Seperti pada kutipan berikut:

Xifeng kemudian mengambilnya, lalu memberikannya kepada nenek Liu.

“Terimalah perak ini dan buatlah pakaian untuk anak-anak,”

kata Xifeng. “Sering-seringlah datang kemari jika tidak ada kesibukan. Bukankah kita ini masih saudara? Tapi aku juga tidak berusaha untuk menahan kalian karena aku tahu hari sudah siang, sedangkan perjalanan pulangmu masih jauh. Hanya saja, kumohon agar kalian mau menyampaikan salamku kepada siapa saja yang

masih ingat kepada kami.” (Impian di Bilik Merah, 2014:124).

Meskipun dalam novel ini Wang Xifeng digambarkan sebagai sosok yang antagonis, tetapi dia juga memiliki sifat yang baik. Kedermawanannya dalam menolong kerabatnya (memiliki hubungan keluarga dengan kakek Wang Xifeng) ikhlas, tidak meminta pamrih.


(54)

Dari segi psikologis, Wang Xifeng memiliki watak yang kejam, terutama kepada pelayan yang membantah perintahnya. Dia juga suka merendahkan para pelayan. Seperti pada kutipan-kutipan berikut:

Kemudian, ia memberi perintah dengan nada keras, “Bawa dia keluar, dan cambuk dia 20 kali.” Mendengar keputusan itu, tak

seorang pun pembantu yang berani memohon pengampunan padanya karena raut muka Xifeng sangat menakutkan hingga menggetarkan hati semua orang. Karena itu, mereka langsung menarik keluar pembantu yang lalai itu, dan mencambuknya sebanyak perintah yang diberikan. Sebagai lanjutan hukuman itu, ia tidak diberi gaji selama sebulan. (Impian di Bilik Merah, 2014:222-223).

Sesudah berkata begitu, Xifeng menampar pipi kiri dan pipi kanan pelayan itu. Seketika itu juga, muka pelayan itu menjadi sembab.

“Coba kau tampar dia,” perintah Xifeng. “Tanyakan padanya, kenapa dia lari. Jika tidak mengaku, robek saja mulutnya!” (Impian di Bilik Merah, 2014:480-481).

Mendengar kata-kata Jia Lian, akhirnya Xifeng naik pitam. Karena mengira Ping-Er secara diam-diam suka mengadu kepada Jia Lian, Xifeng lalu menghampiri Ping-Er dan langsung menampar mukanya. Sesudah itu, ia segera masuk ke kamar, lalu menjambak istri Bao-Er dan memukulnya bertubi-tubi. (Impian di Bilik Merah, 2014:483).

Dari kutipan-kutipan di atas jelas sekali terlihat bahwa Xifeng sosok perempuan yang berani dan bertindak kejam terhadap siapapun yang melawannya. Dalam mengambil keputusan, dia mengambil cara menyerang dan bahkan tak segan akan membunuh seseorang. Keberanian seperti itu hanya dilakukan untuk kejahatan. Setelah melakukan suatu kejadian atau peristiwa, dia selalu tidak menyesal, dan akan membasmi sampai ke akar-akarnya. Kekerasan membuat orang tunduk kepadanya.


(55)

Wang Xifeng juga sangat pandai memeriksa hati seseorang dari air muka dan ucapannya. Hal ini membuat banyak orang yang was-was jika bertemu dengannya. Tertulis dalam kutipan berikut:

Saat itu, datanglah para gadis muda dari Da Guan Yuan. Mula-mula mereka tampak ragu-ragu, tapi setelah mereka bertukar pandang, Xifeng akhirnya dapat menduga apa yang hendak mereka kemukakan.

Karena Xifeng dapat menerka tugas apa yang sebenarnya akan diberikan kepadanya, Xifeng segera berkata, “Kalian jangan mempermainkanku, sebab aku sudah tahu maksud kalian. Bukankah perkumpulan itu hanya untuk hiburan di antara kalian saja? Karena itu, kurasa kalian tidak memerlukan pengawasan. Tapi yang kalian butuhkan sebenarnya hanya orang yang dapat membiayai pertemuan

itu. Betul, kan?”

Mendengar perkataan Xifeng yang tepat, akhirnya mereka tertawa. (Impian di Bilik Merah, 2014:491-492).

Pada kutipan di atas dapat dilihat bahwa kehebatan Wang Xifeng yang lain ternyata bisa membaca maksud seseorang hanya dari ekspresi muka dan ucapannya. Pada saat pihak pembicara tidak ada berbicara, dia sudah bisa menebaknya. Pihak pembicara baru saja akan bicara, dia sudah bisa menanganinya. Oleh karena itu, banyak orang-orang berkata kalau Wang Xifeng

“punya seribu mata hati”.

Wang Xifeng juga memiliki sifat yang dengki. Seperti yang tertulis pada kutipan berikut:

Tabib kemudian memberinya resep ginseng dengan mutu paling tinggi, yang hanya terdapat di Tai Yuan. Ketika Nyonya Wang diminta untuk memberi ginseng itu, ia menyuruh Xifeng untuk memberikan ginseng itu. Namun, Xifeng malah mengirimkan ginseng yang bermutu rendah. (Impian di Bilik Merah, 2014:195).

Kutipan di atas terjadi ketika Jia Rui jatuh sakit akibat perbuatan Xifeng kepadanya. Dalam novel diceritakan kalau Jia Rui jatuh cinta kepada Wang


(56)

Xifeng dan ingin selalu berada di dekatnya. Untuk itu dia mengatur rencana menipu Jia Rui sehingga dia menjadi sakit. Karena mengetahui yang sakit adalah Jia Rui, maka Wang Xifeng tidak ingin melihatnya sembuh. Untuk itu dikirimkannya ginseng yang bermutu rendah.

d) Yuanyang

Yuanyang adalah pelayan kesayangan Nyonya Besar. Dari segi fisiologis, dia adalah sosok perempuan yang cantik dan baik hati. Yuanyang juga seorang pelayan yang pintar dan terampil. Seperti yang tertulis dalam kutipan berikut:

Ketika Yuanyang berkunjung ke tempat Jia She, si tua ini terpesona oleh kecantikan Yuan Yang. Ia terus mengawasi gadis itu. (Impian di Bilik Merah, 2014:505).

Setelah menunggu beberapa saat di kediaman Nyonya Besar, Nyonya Xing segera masuk ke kamar Yuanyang. Di sana, ia mendekati Yuanyang yang sedang merenda dan memuji kepandaiannya. (Impian di Bilik Merah, 2014:508).

Dilihat dari segi psikologis, Yuanyang mempunyai sifat berpendirian teguh dan berani. Hal ini terjadi ketika Nyonya Xing mengatakan kepada Yuanyang tentang suaminya, Jia She, yang ingin menjadikannya selir. Terlihat pada kutipan berikut:

“Suamiku sedang membutuhkan seseorang yang dapat

dipercaya. Ternyata, dia memilihmu, Yuanyang. Dari sekian banyak calon yang ingin sekali terpilih, kaulah yang diambilnya. Jika pada suatu hari kau melahirkan bayi lelaki dari Jia She, kau akan mendapat tempat yang sederajat dengan yang lainnya. Mari kita

menghadap Nyonya Besar.”

Yuanyang tidak menjawab, tetapi malah menarik tangannya secara kasar. (Impian di Bilik Merah, 2014:508-509).

Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa Yuanyang mempunyai sifat memegang teguh apa yang menjadi pendapatnya. Dia selalu membangun


(57)

hidupnya di atas dasar prinsip kebenaran yang bersifat mutlak. Dia sangat menjunjung nilai nilai kesucian dan tidak pernah merasa malu untuk menunjukkan prinsipnya kepada orang-orang yang ada di sekitarnya. Bahkan kepada orang yang pada dasarnya tidak suka dengan prinsip kebenarannya.

Sifat beraninya muncul ketika dia menolak tawaran Nyonya Xing. Dia tidak mau dijadikan selir meskipun yang akan menikah dengannya adalah anak majikannya sendiri, yang mana pada masa itu jika ada perempuan budak yang akan dijadikan selir merupakan suatu kebanggan bagi dirnya dan keluarganya. Terlebih lagi jika bisa melahirkan anak laki-laki yang sesuai dengan sistem Patriarki pada masa itu. Dia berani untuk menolak demi mempertahankan harga dirinya sebagai seorang perempuan dan juga tidak bersedia mengalah demi kepentingan orang banyak terhadap sistem feodal pada masa itu.

4.1.3 Alur Cerita (Plot)

Alur yang dipakai dalam penulisan novel Impian di Bilik Merah adalah alur bolak-balik/flash back/balikan, yaitu alur yang menceritakan suatu peristiwa dengan cara menceritakan suatu kejadian yang telah terlewati untuk menjelaskan peristiwa yang berhubungan dengan alur berikutnya. Hal itu dilakukan Cao Xue Qin sebagai penulis novel Impian di Bilik Merah karena ia ingin menyampaikan pemikiran bahwa tidak hanya alur linier saja yang digunakan untuk mengungkapkan perubahan emosi tokoh-tokohnya. Alur dalam novel Impian di Bilik Merah tersebut terlihat dari uraian di bawah ini:


(58)

1. Tahap Pertama

Pada tahap ini pembaca akan diajak menyaksikan awal mula

riwayat „Si Batu‟ yang tertarik pada dunia manusia dan minta dibawa ke

dunia manusia. Cerita dimulai dengan memperkenalkan tokoh Shi Yin sang penjaga Kuil Labu.dan Jia Yu Cun, seorang pelajar dari kalangan miskin, yang bertetangga dengan Shi Yin karena tinggal di Kuil Labu.

Dengan kesaktiannya, Dewi Nuwa mencurahkan sinar kehidupan pada batu itu, dan memberkatinya dengan daya kekuatan sakti. Dengan demikian, batu itu dapat muncul ataupun lenyap secara mendadak.

Pada suatu hari, ketika si Batu sedang meratapi nasibnya, ia melihat seorang biksu Buddha dan pendeta Tao berjalan mendekatinya. Keduanya sedang berbicara tentang keindahan di Debu Merah.

Mendengar hal itu, timbul godaan duniawi pada si Batu. Ia tergugah ingin merasakan kenikmatan kehidupan fana. Karena itu, disapanya biksu dan pendeta itu. (Impian di Bilik Merah, 2014:1-2).

Lalu cerita akan berlanjut ke masa lalu Yu Cun yang lulus ujian negara sehingga memperoleh gelar Jin Shi. Kemudian diceritakan kisah Lin Ruhai yang merupakan ayah dari Lin Daiyu. Yu Cun adalah guru Lin Daiyu semasa kecil. Setelah ibunya meninggal, Lin Daiyu pun berhenti belajar. Yu Cun bepergian ke luar kota dan bertemu dengan teman lama yang bernama Leng Zixing. Zixing menceritakan kepada Yu Cun kisah dua keluarga besar bernama Griya Ning Guo dan Griya Rong Guo. Setelah mereka bercerita tentang dua keluarga besar tersebut, mereka pun pulang ke tempat masing-masing. Esok harinya, Ruhai minta tolong kepada Yu Cun agar mengantarkan anaknya Lin Daiyu ke tempat neneknya di ibu kota.


(59)

“Aku akan senang sekali kalau kau bisa membantuku.

Kebetulan, ibu mertuaku ingin agar anak perempuanku, Lin

Daiyu alias „Batu Giok Hitam‟, tinggal bersamanya untuk

merawat neneknya.

“Karena kau ingin pergi ke ibu kota, maukah kau ikut

berlayar bersama anakku?”

Yu Cun menyetujui saran itu. (Impian di Bilik Merah, 2014:48).

2. Tahap Kedua

Pada tahap ini akan terlihat Lin Daiyu telah tiba di kediaman neneknya, yaitu di Griya Rong Guo. Dia disambut dengan hangat oleh neneknya. Kemudian diceritakan pertemuan pertama antara Lin Daiyu dengan Jia Baoyu. Cerita berlanjut ke flash back masa lalu Xue Pan dan cerita mengenai keluarganya. Xue Pan merupakan kakak laki-laki Xue Baochai yang suka congkak, pemarah, boros dan mata keranjang. Pada novel ini, semua kisah tokoh-tokohnya akan diceritakan dengan alur flash back.

Selanjutnya cerita akan bergulir pada perayaan Pesta Bunga Prem di Griya Ning Guo. Kerabat di Griya Rong Guo semuanya diundang. Karena seringnya Lin Daiyu dan Baoyu bertemu, benih-benih cinta pun muncul. Tapi karena takdir, Baoyu harus menikah dengan Baochai yang memiliki permata seperti dirinya, sedangkan Lin Daiyu tidak memiliki permata sedikit pun. Selanjutnya akan diceritakan betapa seringnya Lin Daiyu bertengkar dengan Baoyu karena perasaan sensitif yang dimiliki Daiyu. Jika Daiyu bertengkar dengan Baoyu, dia sering mengekspresikan perasaannya dengan menangis dan menulis syair-syair puisi.


(60)

Dalam novel ini banyak menceritakan perayaan-perayaan atau perkumpulan, seperti Perayaan Pesta Bunga, Perayaan Lentera Perayaan Ulang Tahun, Perkumpulan Para Penyair, bahkan Upacara Pemakaman pun diceritakan pada novel ini.

Di dalam novel ini juga diceritakan bagaimana peran wanita dalam mengurus keuangan istana yang biasanya hanya diurus oleh kaum laki-laki. Peran Wang Xifeng sangat berpengaruh dalam Griya Rong Guo. Dia sering diangkat jadi ketua pengawas, pengatur keuangan, bahkan akan diangkat menjadi Perdana Mentri.

3. Tahap Ketiga

Pada tahap inilah peran feminisme akan muncul. Seorang pelayan kesayangan Nyonya Besar, Yuanyang, diminta untuk menjadi selir Jia She yang memang suka dengan wanita-wanita muda dan cantik. Yuanyang menolak dengan tegas, bahkan berani bertindak kasar kepada atasannya, Nyonya Xing, istri Jia She, untuk mempertahankan pendiriannya. Dia lebih memilih mati atau menjadi biarawati, daripada harus menikah

dengan “Si Tua Mata Keranjang” itu.

Sampai pada akhirnya Nyonya Besar pun memarahi Jia She yang merupakan anaknya sendiri. Dia lebih membela pelayannya karena dia tahu anaknya itu hanya ingin wanita yang muda dan cantik, setelah bosan akan mencari yang lain lagi. Nyonya Besar pun mencari solusi dengan menyuruh istri anaknya membeli gadis yang disukainya dengan harga berapapun asalkan tidak menjadikan Yuanyang selirnya. Jia She yang telah


(61)

dihina oleh orang tuanya pun menjadi malu. Dia pura-pura sakit, tapi tetap membeli seorang gadis sebagai pengganti Yuanyang.

Cerita berakhir dengan Xue Pan, kakak laki-laki Xue Baochai, yang ingin merayu Liu Xiang Lian, pemuda yang gemar main sandiwara yang merupakan teman Baoyu dan Qin Zhong. Sepanjang Pesta Pengangkatan Lai Shang Rong menjadi pegawai kehakiman, Xue Pan terus memandangi Liu Xiang Lian dan diam-diam mengajaknya berduaan saja. Xiang Lian pun mengusulkan pergi ke tempat yang sepi untuk bicara berdua saja. Sampai di suatu rawa yang sepi, jauh dari desa dan kuil, mereka pun bertemu. Xiang Lian ingin mereka melakukan sumpah. Belum lagi Xue Pan selesai mengucapkan sumpah, tiba-tiba dari belakang Xiang Lian memukulnya. Kemudian Xue Pan ditendang, dipukul habis-habisan sampai disuruh minum air rawa yang kotor.Setelah puas, Xiang Lian pun pergi. Tak lama, Jia Rong menemukannya, lalu membawanya pulang ke rumah menggunakan tandu. Setelah sembuh, Xue Pan terpaksa meninggalkan ibu kota agar teman-temannya melupakan tingkah lakunya yang hina.

Alur yang terdapat dalam novel Impian di Bilik Merah tersebut dapat dikaitkan dengan feminisme Marxis yang pengarang angkat dalam novel ini, yaitu tentang kehidupan masayarakat China yang feodal yang mana wanita selalu direndahkan dan dijadikan pemuas nafsu belaka. Para feminisme Marxis menentang paham feodalisme tersebut karena telah memanfaatkan kaum perempuan sebagai daya tarik untuk kebutuhan


(62)

pribadinya, berdasarkan budaya Patriarki yang selalu menganggap bahwa perempuan itu lebih rendah.

4.2 Analisis Kandungan Feminisme pada Novel Impian di Bilik Merah Karya Cao Xueqin

Dalam teori-teori sastra kontemporer, feminis merupakan gerakan perempuan yang terjadi hampir di seluruh dunia. Gerakan ini dipicu oleh adanya kesadaran bahwa hak-hak kaum perempuan harus sama dengan kaum laki-laki. Melalui penjelasan ini dapat dikatakan bahwa kaum perempuan merasa tidak disejajarkan dengan laki-laki sehingga melahirkan keinginan kesetaraan gender.

Analisis dalam kajian feminisme hendaknya mampu mengungkap aspek ketertindasan wanita atas diri pria. Hal barusan mengisyaratkan pentingnya kesetaraan dalam hak. Aspek ini juga berlaku bagi dunia kesastraan.

Perempuan punya tempat tersendiri dalam karya sastra. Penempatan perempuan pada nilai-nilai kultural yang mempunyai kedudukan tak hanya sebagai masyarakat kelas dua tapi juga berperan sama pentingnya dengan kaum pria. Sebuah karya sastra tidak hanya menyajikan kekerasan maupun berusaha menjadikan perempuan sebagai objek, tapi juga ingin menghapus perbedaan yang ada selama ini sehingga tercapai persamaan gender yang diinginkan.

4.2.1 Figur Tokoh Perempuan dalam Mewujudkan Feminisme pada Novel Impian di Bilik Merah Karya Cao Xueqin

Cao Xueqin mengangkat figur perempuan China tradisional yang hidup dalam masa feodalisme. Di tengah-tengah indahnya istana Ning Guo dan Rong


(1)

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kekuatan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “ Analisis Feminisme Pada Novel Impian di Bilik Merah 1 Karya Cao Xueqin”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana bidang ilmu Sastra Cina di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Budi Agustono, M.S, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. T. Thyrhaya Zein, M.A, selaku ketua Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Nur Cahaya Bangun, M.Si, selaku sekretaris Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Prof. Dr. Ikhwanuddin Nst, M.Si, selaku Dosen Pembibing I yang juga banyak memberi masukan, bimbingan, pengarahan, kritik, saran, dan motivasi kepada penulis selama berlangsungnya proses


(2)

5. Laoshi Julina. B.A, MTCSOL, selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan dan motivasi sehingga skripsi bahasa china saya dapat terselesaikan dengan baik.

6. Bapak/Ibu staf pengajar Program Studi Sastra Cina Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengajaran selama penulis mengikuti perkuliahan, serta kak Endang selaku staf tata usaha di Program Studi Sastra Cina.

7. Kedua orang tua saya, Almarhum Ayahanda Suhartono dan Ibunda Mahyuni, atas segala do‟a, dukungan, kasih sayang, semangat yang tiada henti, motivasi demi keberhasilan penulis, dan bantuan materi yang selalu diberikan kepada penulis.

8. Kedua kakak tersayang, Almarhumah Evi Marsari Bulan dan Nur Afsa Ramadani, atas do‟a, semangat, dukungan dan motivasinya selama ini.

9. Sahabat-sahabat saya: Lili, Isda, Nisa, Diah, Intan, Sally, Evi atas semangat, masukan, dukungan dan motivasinya selama ini.

10.Teman-teman sascin, khususnya stambuk 2011 yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu, terima kasih untuk semangat dan dukungannya selama ini agar penulis bisa menyelesaikan skripsi ini secepatnya.

11.Teman-teman kost: Kak ratih, Mbak sanah, Ainun, Maya, Sri, Novy, Nana, Nurul, Nur, Zulfa, Anis, Yana, Lia, Filli, Siti, yang selalu


(3)

memberikan semangat, dukungan dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini secepatnya.

12.Bidik Misi yang telah memberi dukungan berupa bantuan financial hingga dapat mengenyam perkuliahan di USU hingga selesai.

13.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan (baik keluarga, kerabat, teman, ataupun pihak lain yang terkait) mohon maaf, semoga Allah membalas semua bantuan yang telah diberikan dan Allah memudahkan semua urusan kalian.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik saran senantiasa penulis harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Medan, Mei 2016

Nur Zubaidah 110710007


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Batasan Masalah... 9

1.5 Manfaat Penelitian ... 9

1.5.1 Manfaat Teoretis ... 9

1.5.2 Manfaat Praktis ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI ...10

2.1 Tinjauan Pustaka ... 10

2.2 Konsep ... 11

2.2.1 Novel dan Unsur-unsur Novel ... 11

2.2.2 Kajian Struktural ... 17

2.2.3 Hakikat Feminisme Dalam Sastra ... 17

2.2.3.1 Pengertian Feminisme ... 18

2.2.3.2 Aliran-Aliran Dalam Feminisme ... 19


(5)

2.3.1 Teori Karl Marx ... 21

2.3.2 Feminisme Marxis ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 25

3.1 Metode Penelitian ... 25

3.2 Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.3 Teknik Analisis Data ... 27

3.4 Data dan Sumber Data ... 27

3.4.1 Data ... 27

3.4.2 Sumber Data ... 28

BAB IV PEMBAHASAN ... 29

4.1 Analisis Struktur Pada Novel Impian di Bilik Merah Karya Cao Xueqin ... 29

4.1.1 Tema ... 30

4.1.2 Penokohan dan Perwatakan ... 33

4.1.3 Alur Cerita (Plot) ... 43

4.2. Analisis Kandungan Feminisme pada Novel Impian di Bilik Merah Karya Cao Xueqin ... 48

4.2.1 Figur Tokoh Perempuan dalam Mewujudkan Feminisme pada Novel Impian di Bilik Merah Karya Cao Xueqin ... 48

4.2.2 Perjuangan Tokoh Perempuan dalam Mewujudkan Feminisme pada Novel Impian di Bilik Merah Karya Cao Xueqin ... 52


(6)

5.2 Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 65

LAMPIRAN I ... 68


Dokumen yang terkait

Analisis Tokoh Jia Baoyu Pada Novelhónglóumèng Karya Cao Xueqin

0 89 113

Analisis Tokoh Utama Pada Novel Putri Huan Zhu 1 Karya Chiung Yao Berdasarkan Pendekatan Struktural (小说《还珠格格》中小燕子和 夏紫薇的性恪研究) (Xiǎoshuō “huán zhū gégé” zhōngxiǎo yànzi hé xià zǐwēi dì xìng kè yánjiū)

1 101 83

Analisis Feminisme Pada Novel Impian Di Bilik Merah 1 Karya Cao Xueqin 小说 《红楼梦》女性主义的分析 Xiaoshuo (Hónglóumèng) Nǚxìng Zhǔyì De Fēnxī

0 1 9

Analisis Feminisme Pada Novel Impian Di Bilik Merah 1 Karya Cao Xueqin 小说 《红楼梦》女性主义的分析 Xiaoshuo (Hónglóumèng) Nǚxìng Zhǔyì De Fēnxī

0 0 2

Analisis Feminisme Pada Novel Impian Di Bilik Merah 1 Karya Cao Xueqin 小说 《红楼梦》女性主义的分析 Xiaoshuo (Hónglóumèng) Nǚxìng Zhǔyì De Fēnxī

0 0 9

Analisis Feminisme Pada Novel Impian Di Bilik Merah 1 Karya Cao Xueqin 小说 《红楼梦》女性主义的分析 Xiaoshuo (Hónglóumèng) Nǚxìng Zhǔyì De Fēnxī

0 0 15

Analisis Feminisme Pada Novel Impian Di Bilik Merah 1 Karya Cao Xueqin 小说 《红楼梦》女性主义的分析 Xiaoshuo (Hónglóumèng) Nǚxìng Zhǔyì De Fēnxī Chapter III V

1 2 40

Analisis Feminisme Pada Novel Impian Di Bilik Merah 1 Karya Cao Xueqin 小说 《红楼梦》女性主义的分析 Xiaoshuo (Hónglóumèng) Nǚxìng Zhǔyì De Fēnxī

0 0 3

Analisis Feminisme Pada Novel Impian Di Bilik Merah 1 Karya Cao Xueqin 小说 《红楼梦》女性主义的分析 Xiaoshuo (Hónglóumèng) Nǚxìng Zhǔyì De Fēnxī

0 0 35

Lampiran I Sinopsis Novel Hongloumeng Karya Cao Xueqin

1 1 30