Analisa Pengaruh Kerja Lembur Terhadap Cash Flow Diagram Pada Kontraktor (Studi Kasus: Proyek Pembangunan Gudang Peleburan Karbon PT.Inalum)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Umum
Proyek adalah suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang
dibatasi oleh waktu dan sumber daya yang terbatas. Sehingga pengertian proyek
konstruksi adalah suatu upaya untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk bangunan
/infrastruktur. Bangunan ini pada umumnya mencakup pekerjaan pokok yang
termasuk didalamnya bidang teknik sipil dan arsitektur, juga tidak jarang
melibatkan disiplin lain seperti: teknik industri, teknik mesin, elektro dan
sebagainya. Adapun bentuk bangunan tersebut dapat berupa perumahan, gedung
perkantoran, bendungan terowongan, bangunan industri dan bangunan pendukung
yang banyak digunakan untuk kepentingan masyarakat banyak.
Proyek konstruksi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang saling
berkaitan untuk mencapai tujuan tertentu ( bangunan/konstruksi ) dalam batasan
waktu, biaya dan mutu tertentu. Proyek konstruksi selalu memerlukan resources
(sumber daya) yaitu man (manusia), material (bahan bangunan), machine
(peralatan), method (metode pelaksanaan), money (uang), information (informasi),
dan time (waktu).
Setiap proyek memiliki tujuan khusus, dimana didalamnya memiliki
batasan yang mendasar yaitu besar biaya ( anggaran ) yang dialokasikan, jadwal
dan mutu yang harus dipenuhi. Ketiga batasan ini sering disebut dengan istilah

Triple Constraint dan dapat digambarkan dengan ilustrasi sebagai berikut.

34
Universitas Sumatera Utara

Biaya

Anggaran

Biaya

Biaya

Gambar 2.1 Ilustrasi Triple Constraint
Dari ilustrasi ini, dapat diambil beberapa hubungan atau keterkaitan antara
bagian yang satu terhadap bagian yang lain, seperti :
a. Anggaran proyek harus disesuaikan dengan biaya yang tidak melebihi
anggaran
b. Jadwal proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir
yang telah ditentukan. Bila hasil akhir adalah produk baru, maka

penyerahannya tidak boleh melewati batas waktu yang telah ditentukan.
c. Mutu proyek harus memenuhi spesifikasi dan kriteria yang dipersyaratkan.
Pada umumnya, mutu konstruksi merupakan elemen dasar yang harus dijaga
untuk

senantiasa

sesuai

dengan

perencanaan.

Namun

demikian,

pada

kenyataannya sering terjadi pembengkakan biaya sekaligus keterlambatan waktu

pelaksanaan (Proboyo, 1999; Tjaturono, 2004). Dengan demikian, seringkali
efisiensi dan efektivitas kerja yang diharapkan tidak tercapai. Hal itu
mengakibatkan pengembang akan kehilangan nilai kompetitif dan peluang pasar
(Mora dan Li, 2001).

35
Universitas Sumatera Utara

2.2 Keterlambatan Proyek Konstruksi
Parameter penting dalam penyelenggaraan proyek konstruksi, yang sering
dijadikan sebagai sasaran proyek adalah anggaran, jadwal, dan mutu.
Keberhasilan dalam menjalankan proyek tepat waktu, biaya, serta mutu yang telah
direncanakan adalah salah satu tujuan terpenting bagi pemilik dan kontraktor.
Pelaksanaan proyek yang tidak sesuai dengan rencana, dapat mengakibatkan
keterlambatan proyek. Pada pelaksanaan proyek konstruksi, keterlambatan proyek
seringkali terjadi, yang dapat menyebabkan berbagai bentuk kerugian bagi
penyedia jasa dan pengguna jasa. Bagi kontraktor, keterlambatan selain dapat
menyebabkan pembekakan biaya proyek akibat bertambahnya waktu pelaksanaan
proyek, dapat pula mengakibatkan menurunnya kredibilitas kontraktor untuk
waktu yang akan datang. Sedangkan bagi pemilik, keterlambatan penggunaan atau

pengoperasian hasil proyek konstruksi dan seringkali berpotensi menyebabkan
timbulnya perselisihan dan klaim antara pemilik dan kontraktor (Soeharto, 1997).
2.2.1

Jenis – Jenis Keterlambatan

Keterlambatan dapat dibagi menjadi 3 jenis utama, yaitu :
1. Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (Non Excusable Delays).
Non Excusable Delays adalah keterlambatan yang diakibatkan oleh
tindakan, kelalaian, atau kesalahan kontraktor.
2. Keterlambatan yang dapat dimaafkan (Excusable Delays).
Excusable Delays adalah keterlambatan yang disebabkan oleh kejadiankejadian diluar kendali baik pemilik maupun kontraktor. Pada kejadian ini,
kontraktor mendapatkan kompensasi berupa perpanjangan waktu saja.

36
Universitas Sumatera Utara

3. Keterlambatan yang layak mendapat ganti rugi (Compensable Delays).
Compensable Delays adalah keterlambatan yang diakibatkan tindakan,
kelalain atau kesalahan pemilik. Pada kejadian ini, kontraktor biasanya

mendapatkan kompensasi berupa perpanjangan waktu dan tambahan biaya
operasional yang perlu selama keterlambatan pelaksanaan tersebut.
Berdasarkan 3 jenis utama keterlambatan, maka penyebab keterlambatan
proyek dapat di kelompokan sebagai berikut.
1. Non Excusable Delays.
Penyebab- penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah:
a.

Identifikasi, durasi, dan rencana urutan kerja yang tidak lengkap dan
tidak tersusun dengan baik
Identifikasi aktivitas proyek merupakan tahap awal dari penyusunan
jadwal proyek.Identifikasi yang tidak lengkap akan mempengaruhi
durasi proyek secara keseluruhan dan mengganggu urutan kerja.

b.

Ketidaktepatan perencanaan tenaga kerja.
Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dalam tiap tahapan pelaksanaan
proyek berbeda-beda,tergantung dari besar dan jenis pekerjaannya.
Perencanaan


yang

tidak

sesuai

kebutuhan

dilapangan

dapat

menimbulkan persoaalan karena tenaga kerja adalah sumber daya
yang tidak mudah didapat dan mahal sekali harganya.
c.

Kualitas tenaga kerja yang buruk
Kurangnya ketrampilan dan keahlihan pekerja dapat mengakibatkan
produktivitas


tenaga

kerja

yang

dihasilkan

rendah

sehingga

memerlukan waktu yang lama dalam menyelesaikan proyek

37
Universitas Sumatera Utara

d.


Keterlambatan penyediaan alat/material akibat kelalaian kontraktor
Salah satu faktor yang mendukung dalam pelaksanaan proyek secara
langsung adalah tersediannya peralatan dan material yang akan
digunakan.Keterlambatan penyedian alat dan material diproyek dapat
dikarenakan keterlambatan pengiriman supplier, kesulitan untuk
mendapatkannya, dan kekurangan material itu sendiri.Penyediaaan
alat dan material yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan waktu yang
direncanakan,akan membuat produktivitas pekerja menurun karena
banyaknya jam nganggur sehingga menghambat laju pekerjaan.

e.

Jenis peralatan yang digunakan tidak sesuai dengan proyek
Peralatan merupakan salah satu sumber daya yang digunakan secara
langsung didalam pelaksanaan proyek. Perencanaan jenis peralatan
harus disesuaikan dengan karakteristik dan besarnya proyek sehingga
tujuan dari pekerjaan proyek dapat tercapai.

f.


Mobilisasi sumber daya yang lambat
Mobilisasi yang dimaksud dalam hal ini adalah pergerakan supplier
kelokasi proyek, antar lokasi dalam proyek, dan dari dalam lokasi
proyek ke luar lokasi proyek.Hal ini sangat dipengaruhi oleh
penyediaan jalan proyek dan waktu pengiriman alat ataupun material.

g.

Banyak hasil pekerjaan yang harus diulang/ diperbaiki karena
cacat/salah
Faktor ini lebih mengarah pada mutu atau kualitas pelaksanaan
pekerjaan, baik secara struktur atau penyelesaian akhir yang
dipengaruhi gambar proyek, penjadwalan proyek, dan kualitas tenaga

38
Universitas Sumatera Utara

kerja.Pada dasarnya semua perbaikan/pengulangan akibat cacat atau
salah memerlukan tambahan waktu.
h.


Kesulitan finansial.
Perputaran arus uang baik arus masuk maupun arus keluar harus
direncanakan dengan baik penggunaannya, agar tidak menimbulkan
kesulitan untuk proyek itu sendiri.Kesulitan pembiayaan oleh
kontraktor ini, terutama yang berkaitan dengan kewajiban pembayaran
ke pemasok material dan pembayaran upah tenaga kerja.Hal ini akan
menyebabkan tersendatnya dukungan sumber daya yang ada dan
membuat pelaksanaan pekerjaan menjadi terhambat.

i.

Kurangnya pengalaman kontraktor
Pengalaman kontraktor berpengaruh dalam penanganan masalah
dalam bekerja bisa mengakibatkan keterlambatan proyek. Kontraktor
yang sudah berpengalaman dengan mudah mengatasi permaslahan
yang

timbul,


lain

halnya

dengan

kontraktor

yang

kurang

pengalaman,akan membutuhkan waktu yang lebih banyak.
j.

Koordinasi dan komunikasi yang buruk dalam organisasi kontraktor
Komunikasi adalah kunci awal bagi keberhasilan kerja tim.Dalam
pelaksanaan proyek konstruksi, koordinasi memerlikan komunikasi
yang baik agar masing-masing kelompok tidak terjadi pekerjaan yang
tumpang tindih

k.

Metode kontruksi/teknik pelaksanaan yang tidak tepat/salah
Kesalahan atau ketidaktepatan dalam memilih metode konstruksi,
walaupun

mungkin

tidak

sampai

menimbulkan

kegagalan

39
Universitas Sumatera Utara

penyelesaian stuktur, seringkali berdampak lebih lamanya waktu
penyelesaian yang diperlukan.
l.

Kecelakaan kerja yang terjadi pada pekerja
Kurangnya kontrol keselamatan kerja yang ada di dalam proyek dapat
mangakibatkan terjadinya kecelakaan kerja terhadap pekerja.Hal ini
dapat berdampak pada penderita secara fisik, hilangnya semangat
kerja, dan trauma akibat kecelakaan yang pada akhirnya dapat
mengakibatkan turunnya produktivitas kerja.

2. Excusable
a.

Terjadinya hal- hal yang tak terduga seperti banjir badai, gempa bumi,
tanah longsor, kebakaran, cuaca buruk.
Cuaca sangat mempengaruhi produktivitas pekerja. Cuaca yang buruk
menyebabkan turunnya stamina para pekerja yang berarti menurunnya
produktivitas.Produktivitas pekerja yang rendah dan tidak sesuai yang
direncanakan akan mengakibatkan mundurnya jadwal proyek.Gempa
bumi, banjir, tanah longsor, kebakaran dapat menyebabkan proyek
terhenti sementara dan membutuhkan waktu lebih.

b.

Lingkungan sosial politik yang tidak stabil
Aspek sosial politik seperti kerusuhan, perang, keadaan sosial yang
buruk dapat mengakibatkan hambatan dalam pelaksanaan proyek
karena perbaikan pekerjaan akibat kerusakan yang terjadi memerlukan
tambahan waktu yang akan memperpanjang jadwal proyek secara
keseluruhan.

40
Universitas Sumatera Utara

c.

Respon dari masyarakat sekitar yang tidak mendukung adanya proyek
Respon dari masyarakat sekitar proyek yang berbeda- beda, ada yang
mendukung dan ada pula yang menolak. Dengan adanya respon
negatif dari masyarakat sekitar menyebabkan adanya demo yang
berakibat pada berhentinya kegiatan proyek sesaat yang berarti
mundurnya jadwal pelaksanaan proyek.

3. Compensable Delays
Penyebab- penyebab yang termasuk dalam jenis keterlambatan ini adalah:
a.

Penetapan pelaksanaan jadwal proyek yang amat ketat
Jadwal proyek seringkali ditentukan oleh pemilik untuk kepentingan
pemakian yang mendesak.Kesalahan- kesalahan akan timbul karena
adanya

tekanan

waktu

sehingga

memerlukan

perbaikan-

perbaikan.Akibatnya jadwal yang telah direncanakan akan berubah
dan memerlukan tambahan waktu.
b.

Persetujuan izin kerja yang lama
Persetujuan izin kerja merupakan hal yang lazim dalam melaksanakan
suatu aktivitas pekerjaan seperti gambar dan contoh bahan.Proses
persetujuan izin ini akan menjadi kendala yang bisa memperlambat
proses pelaksanaan pekerjaan apabila untuk mendapatkan ijin tersebut
diperlukan waktu yang cukup lama untuk mengambil keputusan.

c.

Perubahan lingkup pekerjaan/detail konstruksi
Permintaan pemilik untuk mengganti lingkup pekerjaan pada saat
proyek sudah terlaksana akan berakibat pembongkaran ulang dan
perubahan jadwal yang telah dibuat kontraktor.Setiap pembongkaran

41
Universitas Sumatera Utara

ulang dalam pelaksanaan proyek memerlukan tambahan waktu
penyelesaian.
d.

Sering terjadi penundaan pekerjaan
Kondisi finansial pemilik yang kurang baik dapat berakibat penundaan
atau penghentian pekerjaan proyek yang bersifat sementara, yang
secara langsung berakibat pada mundurnya jadwal proyek.

e.

Keterlambatan penyediaan meterial
Dalam pelaksanaan proyek, sering terjadi adanya beberapa material
yang disiapkan oleh pemilik.Masalah akan terjadi apabila pemilik
terlambat menyediakan material kepada kontraktor dari waktu yang
telah dijadwalkan.Proyek tidak dapat dilanjutkan, produktivitas
pekerja

rendah

karena

menganggur,

yang

mengakibatkan

keterlambatan proyek.
f.

Dana dari pemilik yang tidak mencukupi
Proyek dapat berhenti dan mengalami keterlambatan karena dana dari
pemilik proyek yang tidak cukup.

g.

Sistim pembayaran pemilik ke kontraktor yang tidak sesuai kontrak
Pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi membutuhkan biaya
terus menerus sepanjang waktu pelaksanaannya, yang menuntut
kontraktor sanggup menyediakan dana secara konsisten agar
kelancaran pekerjaan tetap terjaga. Pembayaran termyn dari pemilik
yang tidak sesuai kontrak dapat merugikan pihak kontraktor karena
akan mengacaukan semua sistim pendanaan proyek tersebut dan
menpengaruhi kelancaran pekerjaan kontraktor.

42
Universitas Sumatera Utara

h.

Cara inspeksi/kontrol pekerjaan birokratis oleh pemilik
Cara inspeksi dan kontrol yang terlalu birokratis dapat membuat
kebebasan

kontraktor

Keterbatasan

inilah

dalam
yang

bekerja

pada

menjadi

akhirnya

akan

lebih

terbatas.

menyebabkan

pelaksanaan pekerjaan berjalan dengan lambat.
2.3 Kerja Lembur
Pengertian kerja lembur adalah jadwal kerja yang direncanakan merujuk pada
situasi dimana operasi itu telah dijadwalkan secara teratur untuk melampaui hari
yang terdiri dari jam yang normal, 40 jam seminggu.
Di Indonesia, ketentuan kerja lembur diatur oleh UUD NO.13 Tahun 2003
pasal 78 dan Kepmenakertrans No. 102 Tahun 2004 bahwa waktu kerja lembur
hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam 1 (satu) hari dan 14
(empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu
Pengertian dari waktu lembur pada proyek konstruksi yaitu pekerjaan yang
dimulai dari pukul 17.00 sampai selesai atau pekerjaan pekerjaan yang
dilaksanakan pada hari libur.
Terjadinya kerja lembur dapat atas permintaan pemilik atau dari pihak
kontraktor, tergantung dari situasi dan kondisi dimana proyek itu berada. Adapun
faktor-faktor yang menyebabkan kerja lembur atas permintaan pemilik, antara lain
: untuk mengejar target penjualan atau produksi dari bangunan tersebut, adanya
perubahan pekerjaan, untuk tujuan tertentu oleh pejabat yang berwenang, adanya
waktu yang terbatas, adanya pemendekan durasi aktivitas/ percepatan pekerjaan,
adanya bencana alam (banjir, gempa, dan lainnya), adanya pergantian musim
(penghujan/ kemarau).

43
Universitas Sumatera Utara

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kerja lembur yang berasal dari
kontraktor, antara lain mendekati waktu penyelesaian, keterlambatan dari jadual
rencana, mengejar prestasi pekerjaan, adanya keterbatasan sumber daya (tenaga,
material dan peralatan), adanya pergantian musim (penghujan/ kemarau), adanya
kesalahan pelaksanaan.
Sering kerja lembur atau jam kerja yang panjang lebih dari 40 jam per
minggu tidak dapat dihindari, misalnya untuk mengejar sasaran jadwal, meskipun
hal ini akan menurunkan efisiensi kerja dan produktivitas kerja lembur.
2.3.1

Waktu Kerja Lembur

Waktu kerja lembur adalah waktu kerja yang melebihi 7 (tujuh) jam sehari
dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1
(satu) minggu atau 8 (delapan) jam sehari, dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu)
minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau waktu kerja pada
hari istirahat mingguan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan
Pemerintah.
Waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3 (tiga) jam dalam
1 (satu) hari dan 14 (empat belas) jam dalam 1 (satu) minggu.
2.3.2 Upah Kerja Lembur
Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh melebihi waktu kerja,
wajib membayar upah lembur. Bagi pekerja/buruh yang termasuk dalam golongan
jabatan tertentu, tidak berhak atas upah kerja dengan ketentuan mendapat upah
yang lebih tinggi. Yang termasuk dalam golongan jabatan tertentu adalah mereka
yang memiliki tanggung jawab sebagai pemikir, perencana, pelaksana dan
pengendali jalannya perusahaan yang waktu kerjanya tidak dapat dibatasi menurut

44
Universitas Sumatera Utara

waktu kerja yang ditetapkan perusahaan sesuai denga peraturan perundangundangan yang berlaku.
Perhitungan upah lembur didasarkan pada upah bulanan. Cara menghitung
upah sejam adalah 1/173 kali upah sebulan.
Dalam hal upah pekerja/buruh dibayar secara harian, maka penghitungan
besarnya upah sebulan adalah upah sehari dikalikan 25 (dua puluh lima) bagi
pekerja/buruh yang bekerja 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu atau
dikalikan 21 (dua puluh satu) bagi
pekerja/buruh yang bekerja 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. Dalam hal
upah pekerja/buruh dibayar berdasarkan satuan hasil, maka upah sebulan adalah
upah rata-rata 12 (dua belas) bulan terakhir. Dalam hal pekerja/buruh bekerja
kurang dari 12 (dua belas) bulan, maka upah sebulan dihitung berdasarkan upah
rata-rata selama bekerja dengan ketentuan tidak boleh lebih rendah dari upah dari
upah minimum setempat.
Dalam hal upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap maka dasar
perhitungan upah lembur adalah 100 % (seratus perseratus) dari upah. Dalam hal
upah terdiri dari upah pokok, tunjangan tetap dan tunjangan tidak tetap, apabila
upah pokok tambah tunjangan tetap lebih kecil dari 75 % (tujuh puluh lima
perseratus) keseluruhan upah, maka dasar perhitungan upah lembur 75 % (tujuh
puluh lima perseratus) dari keseluruhan upah.
Cara perhitungan upah kerja lembur sebagai berikut :
Apabila kerja lembur dilakukan pada hari kerja :
1. untuk jam kerja lembur pertama harus dibayar upah sebesar 1,5 (satu
setengah) kali upah sejam;

45
Universitas Sumatera Utara

2. untuk setiap jam kerja lembur berikutnya harus dibayar upah sebesar
2(dua) kali upah sejam.
Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari
libur resmi untuk waktu kerja 6 (enam) hari kerja 40 (empat puluh) jam seminggu
maka :
1. perhitungan upah kerja lembur untuk 7 (tujuh) jam pertama dibayar 2
(dua) kali upah sejam, dan jam kedelapan dibayar 3 (tiga) kali upah sejam
dan jam lembur kesembilan dan kesepuluh dibayar 4 (empat) kali upah
sejam.
2. apabila hari libur resmi jatuh pada hari kerja terpendek perhitungan upah
lembur 5 (lima) jam pertama dibayar 2 (dua) kali upah sejam, jam keenam
3(tiga) kali upah sejam dan jam lembur ketujuh dan kedelapan 4 (empat)
kali upah sejam.
Apabila kerja lembur dilakukan pada hari istirahat mingguan dan/atau hari
libur resmi untuk waktu kerja 5 (lima) hari kerja dan 40 (empat puluh) jam
seminggu, maka perhitungan upah kerja lembur untuk 8 (delapan) jam pertama
dibayar 2 (dua) kali upah sejam, jam kesembilan dibayar 3(tiga) kali upah sejam
dan jam kesepuluh dan kesebelas 4 (empat) kali upah sejam.
Dalam hal terjadi perbedaan perhitungan tentang besarnya upah lembur, maka
yang

berwenang menetapkan besarnya

upah lembur adalah pengawas

ketenagakerjaan Kabupaten/Kota.
Dalam hal terjadi perbedaan perhitungan tentang besarnya upah lembur
pada perusahaan yang meliputi lebih dari 1 (satu) Provinsi, maka yang berwenang

46
Universitas Sumatera Utara

menetapkan

besarnya

upah

lembur

adalah

Pengawas

Ketenagakerjaan

Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
2.4 Cash Flow Diagram
Ketidakmampuan perusahaan konstruksi untuk memenuhi kewajibankewajiban pada waktunya, dapat menimbulkan hambatan dalam pelaksanaan
proyek. Hambatan tersebut akan menimbulkan kerugian berupa naiknya beban
biaya langsung dan tidak langsung. Untuk mengatasi hal tersebut diatas dalam
pengelolaan keuangan dipergunakan sarana pengendalian likuiditas berupa Cash
Flow (arus kas).
Cash flow proyek adalah merupakan daftar yang mencakup prakiraan
(Forecast) dari penerimaan dan pengeluaran proyek secara tunai (cash) yang akan
terjadi dalam kurun waktu tertentu, agar dapat mengetahui kelebihan ataupun
kekurangan dana dari waktu ke waktu termasuk mengatasi finansial bila defisit.
Adapun tujuan dari cash flow yaitu :
a. Untuk mengetahui jumlah pinjaman yang diperlukan untuk penyelesaian
proyek.
b. Untuk mengetahui jadwal pinjaman yang diperlukan (jumlah dan waktu)
c. Untuk mengetahui jadwal pengembalian pinjaman (jumlah dan waktu)
d. Untuk mengetahui jumlah bunga pinjaman yang harus ditanggung oleh
proyek
e. Untuk dapat menekan sekecil mungkin jumlah bunga yang harus
ditanggung.
Data yang diperlukan untuk penyusunan cash flow proyek adalah :
a.

Kontrak
47
Universitas Sumatera Utara

b.

Jadwal penerimaan (Progress Schedule)

c.

Jadwal pengeluaran
1. Jadwal kebutuhan tenaga (Manpower Schedule)
2. Jadwal pengadaan bahan (Material Schedule)
3. Jadwal Penggunaan Peralatan (Equipment Schedule)

d. Kas Awal
e. Jadwal pinjaman
f.

Jadwal pengembalian pinjaman dan pembayaran bunganya

g. Prakiraan pembayaran kepada subkontrak
Cash flow yang baik harus dibuat oleh tenaga yang berpengalaman,
menggunakan data informasi yang akurat, valid dan lazim (kontrak , notulen rapat
/

kesepakatan,

referensi

finansial

proyek

sejenis

yang

lalu)

dan

mempertimbangkan kebijakan finansial perusahaan.
Adapun susunan dari cash flow yaitu :
1.

Penerimaan

2.

Pengeluaran Proyek

3.

Selisih Penerimaan dan Pengeluaran

4.

Kas Awal

5.

Kas/Saldo sebelum finansial

6.

Total Finansial

7.

Kas Akhir

8.

Posisi Pinjaman

Cash flow memuat dua bagian utama, yang terdiridari:

48
Universitas Sumatera Utara

1.

Cash In Flow

Pada bagian ini mengidentifikasikan sumber-sumber dana yang akan
diterima, jumlah dananya dan waktu dalam periode tersebut, yang akan dihasilkan
berupa penjualan tunai, pejualan kredit yang akan menjadi piutang, hasil
penjualan aktiva tetap, dan penerimaan lainnya.

Gambar 2.2. Diagram cash flow in

2.

Cash Out Flow

Pada bagian ini berhubugan dengan mengidentifikasikan semua kas yang
sudah diantisipasi, antara lain pembelian barang dagang baku, pembayaran
hutang, upah, administrasi, dan pengeluaran lainnya.

49
Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.3. Diagram cash flow out

50
Universitas Sumatera Utara