Formulasi dan Uji Efek Anti-Aging Dari Krim yang Mengandung Ekstrak Daun Sukun (Artocarpus altilis (Parkinson) Fosberg)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Tanaman Sukun
Pada dasarnya sukun tergolong tanaman tropik sejati dengan tempat tumbuh

terbaik di dataran rendah yang beriklim panas. Selain di dataran rendah, sukun
juga tumbuh di berbagai tempat karena daya adaptasinya yang tinggi. Tanaman ini
tumbuh baik di daerah basah, tetapi dapat juga tumbuh di daerah yang sangat
kering asalkan ada air tanah dan aerasi tanah yang cukup. Bahkan pada musim
kemarau, sukun dapat tumbuh dan berbuah dengan lebat (Harmanto, 2012).
2.1.1 Sistematika tumbuhan
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta


Subdivisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Bangsa

: Urticales

Suku

: Moraceae

Marga

: Artocarpus


Jenis

: Artocarpus altilis (Depkes RI, 1997)

2.1.2 Nama daerah
Nama daerah dari sukun adalah sakon (Aceh), hatopul (Batak), bakara
(Makasar), suku (Nias), sukun (Sunda), sukun (Jawa), suun (Ambon) (Heyne,
1987).

5
Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Morfologi tumbuhan
Tumbuhan sukun memiliki tinggi 10-25 m, batang bulat, percabangan
simpodial, bergetah, permukaan kasar dan berwarna coklat. Daunnya tunggal,
berseling, ujung runcing, tepi bertoreh, panjang 50-70 cm, lebar 25-50 cm,
pertulangan menyirip, tebal, permukaan kasar dan berwarna hijau. Bunga dari
sukun berumah satu, bunga jantan silindris dengan panjang 10-20 cm berwarna
kuning, bunga betina bulat dengan garis tengah 2-5 cm dan berwarna hijau.

Buahnya semu majemuk, bulat dengan diameter 10-20 cm, berwarna hijau,
mempunyai akar tunggang yang berwarna coklat (Depkes RI, 1997).
2.1.4 Kandungan kimia
Daun sukun mengandung golongan senyawa flavonoid, steroid, saponin dan
tanin. Serta pada skrining fitokimia menunjukan adanya golongan senyawa
flavonoid, tanin, saponin, steroid dan polifenol (Puspasari, dkk., 2014).
2.1.5 Khasiat tumbuhan
Umumnya, masyarakat menggunakan daun sukun untuk mengobati penyakit
liver, hepatitis, sakit gigi, gatal-gatal, jantung, dan ginjal. Selain itu, daun sukun
juga dapat digunakan sebagai ramuan obat obat gosok untuk kulit yang bengkak
dengan cara membakarnya, kemudian abu hasil pembakaran dicampur minyak
kelapa dan kunyit (Harmanto, 2012).
Daun tumbuhan sukun berkhasiat untuk mengobati penyakit seperti liver,
ginjal, hipertensi, pembengkakan limpa dan gatal-gatal (Depkes RI, 1997).

2.2

Kulit
Kulit merupakan bagian paling luar dari tubuh dan merupakan organ yang


terluas, yaitu antara 1,5-2,0 m2 dengan berat kurang lebih 20 kg, sedangkan

6
Universitas Sumatera Utara

bagian kulit yang kelihatan dari luar yang disebut epidermis beratnya 0,05-0,5 kg
(Putro, 1997).
Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin
kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis dan sensitif, serta
bervariasi pada keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras, dan lokasi tubuh
(Wasitaatmadja,1997).
2.2.1 Struktur kulit
Kulit terdiri dari tiga lapisan, berturut-turut mulai dari yang paling luar
adalah sebagai berikut:
a. lapisan epidermis
b. lapisan dermis
c. lapisan subkutan (Wasitaatmadja, 1997)

Gambar 2.1 Struktur anatomi kulit (Saurabh, dkk., 2014)
2.2.1.1 Epidermis

Menurut Anderson (1996), lapisan epidermis tersusun dari 5 lapisan, yaitu:

7
Universitas Sumatera Utara

a. Lapisan tanduk (stratum korneum), stratum korneum merupakan lapisan paling
luar yang tersusun dari sel mati berkreatin dan memiliki sawar kulit pokok
terhadap kehilangan air. Apabila kandungan air pada lapisan ini berkurang,
maka kulit akan menjadi kering dan bersisik.
b. Lapisan lusidum (stratum lusidum), lapisan ini tersusun dari beberapa lapisan
transparan dan di atasnya terdapat lapisan tanduk dan bertindak juga sebagai
sawar, pada umumnya terdapat pada telapak tangan dan kaki.
c. Lapisan granulosum (stratum granulosum), lapisan ini terdiri dari 2 sampai 3
lapisan sel dan terletak di atas lapisan stratum spinosum dan berfungsi untuk
menghasilkan protein dan ikatan kimia stratum korneum.
d. Lapisan spinosum (stratum spinosum), lapisan spinosum merupakan lapisan
yang paling tebal dari epidermis. Sel diferensiasi utama stratum spinosum
adalah keratinosit yang membentuk keratin.
e. Lapisan basal (stratum basale), lapisan basal merupakan bagian yang paling
dalam dari epidermis dan tempat pembentukan lapisan baru yang menyusun

epidermis. Lapisan ini terus membelah dan sel hasil pembelahan ini bergerak
ke atas membentuk lapisan spinosum. Melanosit yang membentuk melanin
untuk pigmentasi kulit terdapat dalam lapisan ini.
Pada lapisan epidermis terdapat (Mitsui, 1997):
a. Keratinosit, yang berfungsi untuk membentuk lapisan yang tahan terhadap zat
kimia dan biologis.
b. Melanosit, yang berfungsi memproduksi melanin. Sel ini tersebar di antara sel
basal di lapisan basal.
c. Sel Langerhans dengan sistem imun yang berfungsi sebagai mekanisme
pertahanan terhadap zat asing.

8
Universitas Sumatera Utara

2.2.1.2 Dermis
Lapisan dermis merupakan lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih
tebal daripada epidermis. Matriks kulit mengandung pembuluh-pembuluh darah
dan saraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang
tumbuh (Anderson, 1996).
Dermis merupakan jaringan penyangga berserat dengan ketebalan rata-rata

3-5 mm. Dermis terdiri dari bahan dasar serabut kolagen dan elastin. Serabut
kolagen dapat mencapai 72% dari keseluruhan berat kulit manusia tanpa lemak.
Pada dermis terdapat adneksa kulit, seperti folikel rambut, papila rambut, kelenjar
keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak rambut, ujung pembuluh
darah dan ujung saraf, juga sebagian serabut lemak yang terdapat pada lapisan
lemak bawah kulit (subkutis/hipodermis) (Tranggono dan Latifah, 2007).
Kolagen adalah zat pengisi kulit yang membuat kulit menjadi kencang.
Seiring

bertambahnya

usia,

produksi

kolagen

semakin

berkurang


dan

mengakibatkan kulit menjadi kering dan berkerut. Selain denga krim anti-aging,
kolagen dapat dipacu produksinya dengan

olahraga dan nutrisi yang baik

(Sulastomo, 2013).
Salah satu zat yang memiliki peranan penting dalam kulit, terutama wajah
adalah sebum. Sebum merupakan kandungan minyak yang melembabkan dan
melindungi kulit dari polusi. Sebum dibentuk oleh kelenjar palit yang terletak di
bagian atas kulit jangat, berdekatan dengan kandung rambut (folikel). Folikel
rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga kelunakan
rambut (Bogadenta, 2012).

9
Universitas Sumatera Utara

2.2.1.3 Subkutan

Lapisan subkutan adalah lapisan yang terletak di bawah dermis dan
mengandung sel-sel lemak yang dapat melindungi bagian dalam organ dari trauma
mekanik dan juga sebagai pelindung tubuh terhadap udara dingin, serta sebagai
pengaturan suhu tubuh (Prianto, 2014).
Lapisan subkutan terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di
dalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir
karena sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang
dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh trabekula yang fibrosa. Lapisan sel
lemak disebut panikulus adiposus, berfungsi sebagai cadangan makanan. Di
lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi, pembuluh darah, dan saluran getah
bening. Tebal jaringan lemak tidak sama bergantung pada lokasi, di abdomen 3
cm, sedangkan di daerah kelopak mata dan penis sangat tipis. Lapis lemak ini juga
berfungsi sebagai bantalan (Wasitaatmadja, 1997).
Lapisan ini terdiri atas jaringan konektif, pembuluh darah dan sel-sel
penyimpanan lemak yang memisahkan dermis dengan otot, tulang dan struktur
lainnya. Jumlah lemak dalam lapisan ini akan meningkat bila makan berlebihan,
sebaliknya bila tubuh memerlukan energi yang banyak maka lapisan ini akan
memberikan energi dengan cara memecah simpanan lemaknya (Putro, 1997).
2.2.2 Fungsi kulit
Kulit memiliki berbagai fungsi bagi tubuh, diantaranya adalah:

1. Proteksi (pelindung)
Kulit berfungsi untuk melindungi organ-organ tubuh dari pengaruh lingkungan
luar. Misalnya pelindung dari sinar matahari, zat-zat kimia, perubahan suhu,
dan lain-lain.

10
Universitas Sumatera Utara

2. Thermoregulasi (menjaga keseimbangan temperatur tubuh)
Kulit akan menjaga suhu tubuh agar tetap optimal. Keringat yang keluar pada
saat suhu udara panas berfungsi untuk mendinginkan tubuh. Keluarnya
keringat adalah salah satu mekanisme tubuh untuk menjaga stabilitas
temperatur.
3. Organ sekresi
Kulit juga berfungsi sebagai organ untuk melepaskan kelebihan air dan zat-zat
lainnya, seperti NaCl, amonia, dan lain-lain.
4. Persepsi sensoris
Sebagai alat peraba, kulit akan bereaksi pada perbedaan suhu, sentuhan, rasa
sakit, dan tekanan.
5. Absorpsi

Beberapa zat tertentu bisa diserap masuk ke dalam tubuh melalui kulit
(Muliyawan dan Suriana, 2013).
2.2.3 Jenis-jenis kulit
Ditinjau dari sudut pandang perawatan, kulit terbagi atas lima bagian
(Noormindhawati, 2013):
a. Kulit normal
Merupakan kulit ideal yang sehat, memiliki pH normal, kadar air dan kadar
minyak seimbang, tekstur kulit kenyal, halus dan lembut, pori-pori kulit kecil.
b. Kulit berminyak
Merupakan kulit yang memiliki kadar minyak berlebihan di permukaan kulit
sehingga tampak mengkilap, memiliki pori-pori besar, mudah berjerawat.
c. Kulit kering
Adalah kulit yang tampak kasar, kusam, kulit mudah bersisik, terasa kaku,
id k
11
Universitas Sumatera Utara

tidak elastis, dan mudah berkeriput.
d. Kulit kombinasi
Merupakan jenis kulit kombinasi yaitu antara kulit wajah kering dan berminyak.
Pada area T cenderung berminyak, sedangkan pada derah pipi berkulit kering.
e. Kulit sensitif
Adalah kulit yang memberikan respons secara berlebihan terhadap kondisi
tertentu, misalnya suhu, cuaca, bahan kosmetik atau bahan kimia lainnya yang
menyebabkan timbulnya gangguan kulit seperti kulit mudah menjadi iritasi,
kulitmenjadi lebih tipis dan sangat sensitif.

2.3

Penuaan Dini
Proses penuaan berlangsung sejalan dengan kemunduran fungsi organ tubuh

setelah masa kematangan tercapai. Akibat dari proses penuaan akan cepat tampak
di kulit (Kusumadewi, 2002). Penuaan merupakan proses fisiologi yang tidak
terhindarkan yang pasti dialami oleh setiap manusia. Proses ini bersifat ireversibel
yang meliputi seluruh organ tubuh termasuk kulit. Kulit merupakan salah satu
jaringan yang secara langsung akan memperlihatkan penuaan (Putro, 1997).
Masalah yang sering terjadi di kulit adalah gejala penuaan dini. Meskipun
ini bukanlah penyakit atau gangguan kesehatan yang kronis, namun memiliki
dampak psikologis luar biasa pada diri setiap orang (Bogadenta, 2012). Proses
penuaaan dini dapat terjadi saat memasuki usia 20-30 tahun. Pada usia muda,
regenerasi kulit terjadi setiap 28-30 hari. Memasuki usia 50 tahun, regenerasi kulit
terjadi setiap 37 hari. Regenerasi semakin melambat seiring dengan bertambahnya
usia (Noormindhawati, 2013).

12
Universitas Sumatera Utara

Proses penuaan kulit pada dasarnya ada dua macam, yaitu:
1.

Penuaan kronologi (chonological aging )
Penuaan kronologi terjadi seiring dengan bertambahnya usia. Proses ini
terjadi karena adanya perubahan struktur, fungsi, dan metabolik kulit
khususnya lapisan dermis dan epidermis seiring dengan bertambahnya usia.
Perubahan ini ditandai oleh berkurangnya kelenjar minyak, kulit tampak
kering, munculnya kerutan dan bintik-bintik hitam tanda penuaan.

2.

Paparan cahaya (photoaging)
Photoaging terjadi karena berkurangnya kolagen dan serat elastis kulit akibat
paparan sinar ultraviolet. Kolagen adalah komposisi utama lapisan kulit
dermis. Lapisan dermis merupakan lapisan kulit yang berperan untuk
bertanggung jawab pada sifat elastisitas dan halusnya kulit. Kedua sifat ini
merupakan kunci suatu kulit disebut indah dan awet muda. Apabila produksi
kolagen menurun pada lapisan dermis kulit, maka kulit akan terlihat kering
dan tidak elastis lagi (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.3.1 Penyebab penuaan dini
Banyak faktor yang ikut berpengaruh dalam proses penuaan dini, baik
faktor intrinsik (dari dalam tubuh sendiri) maupun faktor ekstrinsik (lingkungan).
Beberapa faktor tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
2.3.1.1 Faktor intrinsik (intrinsic factor)
Faktor intrinsik menyebabkan penuaan yang terjadi secara alami. Penuaan
intrinsik terjadi secara lambat, terus menerus dan degradasi jaringan yang
ireversibel. Tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mencegah penuaan
secara intrinsik. Ada berbagai faktor internal yang berpengaruh pada proses
penuaan kulit, yaitu:

13
Universitas Sumatera Utara

1.

Umur
Umur adalah faktor fisiologik yang menyebabkan kulit menjadi tua. Umur

bertambah setiap hari dan secara perlahan tetapi pasti proses menua terjadi.
2.

Ras
Berbagai ras manusia mempunyai perbedaan struktural dan faal tubuh dalam

perannya terhadap lingkungan hidup sehingga mempunyai kemampuan berbeda
dalam mempertahankan diri, misalnya dalam jumlah pigmen melanin pada kulit.
Orang kulit putih lebih mudah terbakar sinar matahari daripada kulit berwarna
sehingga pada kulit putih lebih mudah terjadi gejala-gejala kulit menua secara
dini.
3.

Genetik
Para ahli yakin bahwa faktor genetik juga berpengaruh terhadap proses

penuaan dini. Faktor genetik menentukan kapan menurunnya proses metabolik
dalam tubuh dan seberapa cepat proses menua itu berjalan.
4.

Hormonal
Hormon tertentu dalam tubuh manusia mempunyai peran penting dalam

proses pembentukan sel baru dan proses metabolik untuk mempertahankan
kehidupan sel secara baik. Pada wanita yang menopause, penurunan produksi
esterogen akan menurunkan elastisitas kulit. Hormon androgen dan progesteron
meningkatkan proses pembelahan sel epidermis, waktu pergantian atau regenerasi
sel, produksi kelenjar sebum, dan pembentukan melanin. Berkurangnya hormonhormon tersebut akan menunjukkan gejala penuaan dini yang lebih jelas.
5.

Faktor-faktor lain
Faktor-faktor lain yang dianggap dapat mempercepat proses penuaan

yaitu stres psikis dan penyakit sistemik misalnya diabetes dan malnutrisi.

14
Universitas Sumatera Utara

2.3.1.2 Faktor ekstrinsik (extrinsic factor)
Lingkungan hidup manusia yang tidak nyaman bagi kulit dapat berupa
suhu, kelembaban, polusi, dan terutama sinar ultraviolet. Sinar matahari adalah
faktor lingkungan terbesar yang dapat mempercepat proses penuaan dini
karena sinar matahari dapat merusak serabut kolagen kulit dan matriks
dermis sehingga kulit menjadi tidak elastis, kering, dan keriput atau sering
disebut dengan photoaging. Kontak dengan bahan kimia tertentu dalam waktu
yang cukup lama dapat mempercepat penuaan kulit, seperti pemakaian detergen
dan pembersih yang mengandung alkohol berlebihan akan menghilangkan lemak
pada permukaan kulit sehingga menyebabkan kekeringan pada kulit (Putro,
1997).
Beberapa gaya hidup juga memicu terbentuknya kerutan pada wajah, di
antaranya adalah konsumsi alkohol yang berlebihan menyebabkan kulit
terdehidrasi sehingga mempermudah munculnya kerutan. Posisi tidur yang salah
juga berperan dalam terbentuknya kerutan. Kerutan di area pipi dan dagu
pada umumnya muncul akibat posisi tidur yang menyamping sedangkan posisi
tidur telungkup dapat menyebabkan terbentuknya kerutan di area dahi.
Banyaknya frekuensi kedipan mata serta kebiasaan menyipitkan mata
menyebabkan otot-otot di sekitar alis dan dahi bekerja lebih keras sehingga
memperparah kerutan di area dahi (Setiabudi, 2014).
2.3.2 Tanda-tanda penuaan dini
Tanda-tanda penuaan kulit, antara lain:
1.

Kulit menjadi kering akibat dari berkurangnya aktivitas kelenjar minyak dan
keringat kulit serta penurunan kemampuan kulit untuk menahan air di dalam
sel kulit.

15
Universitas Sumatera Utara

2.

Kulit menjadi tipis akibat berkurangnya kemampuan untuk membentuk sel
baru di lapisan kulit.

3.

Kulit terasa kasar, kusam dan bersisik akibat berkurangnya kemampuan kulit
untuk melepaskan sel kulit lama untuk diganti sel kulit baru. Sehingga kulit
mati menumpuk pada permukaan kulit.

4.

Kulit menjadi kendor dan tidak elastis akibat menurunnya kemampuan serat
kulit terutama kolagen, sehingga menimbulkan kerut dan gelambir.

5.

Warna kulit berbercak-bercak akibat berkurangnya daya pigmentasi sel
melanosit dan daya distribusi melanin ke seluruh lapisan kulit. Gangguan
pigmentasi pada rambut menyebabkan terjadinya uban.

6.

Terjadinya kelainan kulit, bila gangguan tersebut terjadi lebih banyak dan
lebih jelas (Wasitaatmadja, 1997).

2.4

Radikal Bebas
Radikal bebas adalah molekul atau atom yang sifat kimianya sangat tidak

stabil. Senyawa ini memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan,
sehingga senyawa ini cenderung reaktif menyerang molekul lain untuk
mendapatkan elektron guna menstabilkan atom atau molekulnya sendiri. Serangan
ini menyebabkan timbulnya senyawa abnormal yang memicu terjadinya reaksi
berantai sehingga merusak sel dan jaringan-jaringan tubuh. Radikal bebas
merupakan penyebab penuaan dini pada kulit, karena serangan radikal bebas pada
jaringan dapat merusak asam lemak dan menghilangkan elastisitas, sehingga kulit
menjadi kering dan keriput (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Sinar matahari dapat memicu pembentukan radikal bebas pada kulit yang
menyebabkan berbagai penyakit kulit terutama keriput dan menua, karena kulit

16
Universitas Sumatera Utara

adalah organ terbesar pada tubuh kita dan mempunyai peran penting, seperti
penghalang fisik terhadap faktor mekanis, kimia, panas dan mikroba yang dapat
mempengaruhi fisiologis tubuh (Lalitha dan Jayanthi, 2014).

2.5

Antioksidan
Antioksidan adalah salah satu senyawa yang dapat menetralkan dan

meredam radikal bebas dan menghambat terjadinya oksidasi pada sel sehingga
mengurangi terjadinya kerusakan sel, seperti penuaan dini (Hernani dan Raharjo,
2005).
Dalam mengatasi bahaya yang timbul akibat radikal bebas, tubuh
mengembangkan mekanisme perlindungan untuk mencegah pembentukan radikal
bebas dan peroksidasi lipid maupun memperbaiki kerusakan yang terjadi,
termasuk pada kulit. Kulit secara alamiah menggunakan antioksidan untuk
melindungi dari efek kerusakan dari sinar matahari. Sistem perlindungan ini
terdiri dari antioksidan endogen yaitu enzim-enzim berbagai senyawa yang
disintesis oleh tubuh dan antioksidan eksogen yang diperoleh dari bahan makanan
seperti vitamin C, vitamin E, flavonoid dan lain sebagainya. Antioksidan bekerja
melindungi kulit baik intraseluler maupun ekstraseluler (Deny, dkk., 2006).
Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik
atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, kumarin, tokoferol, dan
asam-asam organik. Senyawa polifenolik dapat bereaksi sebagai pereduksi,
penangkap radikal bebas (Kumalaningsih, 2006).
Antioksidan adalah senyawa penting yang sangat bermanfaat bagi kesehatan
kulit. Zat ini berfungsi untuk menangkal radikal bebas yang dapat merusak
jaringan kulit. Antioksidan berperan aktif menetralkan radikal bebas, dimana pada

17
Universitas Sumatera Utara

jaringan

senyawa

radikal

bebas

ini

mengorbankan

dirinya

teroksidasi

menstabilkan atom atau molekul radikal bebas, sehingga sel-sel pada jaringan
kulit terhindar dari serangan radikal bebas. Oleh karena itu, produk-produk
perawatan kulit selalu mengandung senyawa antioksidan sebagai salah satu bahan
aktif. Termasuk produk-produk anti-aging, yang juga mengandalkan antioksidan
untuk melindungi kulit dari pengaruh radikal bebas yang menjadi salah satu faktor
penyebab penuaan dini (Muliyawan dan Suriana, 2013).

2.6

Flavonoid
Senyawa flavonoid merupakan senyawa polifenol yang mengandung 15

atom karbon dalam inti dasarnya, yang tersusun dalam konfigurasi C6-C3-C6,
yaitu 2 cincin aromatik yang dihubungkan oleh satuan tiga karbon yang dapat atau
tidak dapat membentuk cincin ketiga (Markham, 1988). Flavonoid biasanya
terdapat sebagai flavonoid O-glikosida; pada senyawa tersebut satu gugus
hidroksil flavonoid (atau lebih) terikat pada satu gula (atau lebih) dengan ikatan
hemiasetal yang tak tahan asam. Pengaruh glikosilasi menyebabkan flavonoid
kurang reaktif dan lebih mudah larut dalam air (cairan); sifat terakhir ini
memungkinkan penyimpanan flavonoid di dalam vakuola sel (Markham, 1988).

Gambar 2.2 Struktur dasar flavonoid

18
Universitas Sumatera Utara

Karena mempunyai sejumlah gugus hidroksil atau suatu gula, flavonoid
merupakan senyawa polar yang larut dalam pelarut polar. Adanya gula yang
terikat pada flavonoid (bentuk yang umum ditemukan) cenderung menyebabkan
flavonoid lebih mudah larut dalam air (Markham, 1988).
Flavonoid merupakan senyawa pereduksi

yang baik, yang dapat

menghambat banyak reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun nonenzim.
Flavonoid bertindak sebagai penampung yang baik radikal hidroksi dan
superoksida, dengan demikian melindungi lipid membran terhadap reaksi yang
merusak (Robinson, 1995).

2.7

Anti-Aging
Anti berarti menahan atau melawan, sementara aging berarti umur/penuaan,

maka apabila diartikan secara harfiahnya anti-aging adalah menahan atau
melawan penuaan. Anti-aging adalah sebuah proses yang berguna untuk
mencegah, memperlambat atau membalikkan efek penuaan agar dapat membantu
siapa saja hidup lebih lama, lebih sehat dan lebih bahagia (Fauzi dan Nurmalina,
2012).
Menurut Muliyawan dan Suriana (2013), produk anti-aging memiliki tujuan
untuk membantu tubuh agar tetap sehat dan awet muda bahkan bisa terlihat jauh
lebih muda dari usia sesunguhnya. Produk ini digunakan untuk menghambat
proses penuaan pada kulit (degeneratif), sehingga mampu menghambat timbulnya
tanda-tanda penuaan kulit.

19
Universitas Sumatera Utara

2.8

Krim
Menurut Farmakope Edisi IV, krim adalah bentuk sediaan setengah padat

mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar
yang sesuai (Ditjen POM RI, 1995).
Krim dapat diformulasikan dalam 2 tipe yaitu tipe m/a emulsi minyak dalam
air dan tipe a/m atau air dalam minyak. Kedua fase yang berbeda dalam krim
distabilkan dengan penambahan surfaktan (Ansel, 1989). Krim tipe emulsi
minyak dalam air lebih disukai konsumen karena tidak memberikan kesan lengket
dan berminyak serta lebih mudah dibersihkan (Mishra, dkk., 2014).

2.9

Skin Analyzer
Skin analyzer merupakan sebuah perangkat yang dirancang untuk

mendiagnosis keadaan pada kulit. Skin analyzer mempunyai sistem terintegrasi
yang dihubungkan melalui komputer untuk mendukung diagnosis dokter yang
tidak hanya meliputi lapisan kulit teratas, melainkan juga mampu memperlihatkan
sisi lebih dalam dari lapisan kulit. Tambahan sensor kamera yang terpasang pada
skin analyzer menampilkan hasil dengan cepat dan akurat (Aramo, 2012).
Pengukuran kulit dengan menggunakan skin analyzer secara otomatis akan
menampilkan hasil dalam bentuk angka dan angka yang didapatkan akan secara
langsung disesuaikan dengan parameter dari masing-masing pengukuran yang
telah diatur sedemikian rupa pada alat tersebut. Ketika hasil pengukuran muncul
dalam bentuk angka, maka secara bersamaan kriteria hasil pengukuran akan
keluar dan dapat dimengerti dengan mudah oleh pengguna yang memeriksa
ataupun pasien. Parameter hasil pengukuran skin analyzer dapat dilihat pada
Tabel 2.1 di bawah ini.

20
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.1 Parameter hasil pengukuran dengan skin analyzer
Parameter
Moisture
(Kadar air)
Evenness
(Kehalusan)
Pore
(Pori)
Spot
(Noda)
Wrinkle
(Kerutan)

Dehidrasi
0-29
Halus
0-31
Kecil
0-19
Sedikit
0-19
Tidak berkeriput
0-19

Hasil
Normal
30-50
Normal
32-51
Beberapa besar
20-39
Beberapa noda
20-39
Berkeriput
20-52

Hidrasi
51-100
Kasar
52-100
Sangat besar
40-100
Banyak noda
40-100
Banyak keriput
53-100

(Sumber: Aramo, 2012)

21
Universitas Sumatera Utara