Persepsi Masyarakat dan Pejabat Publik Tentang Fungsi Taman Kota di Kota Binjai

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kota merupakan suatu permukaan wilayah dimana terdapat pemusatan
(konsentrasi) penduduk dengan berbagai jenis kegiatan ekonomi, sosial budaya
dan administrasi pemerintahan 1. Kota mempunyai daya tarik yang relatif kuat bagi
penduduk yang berdomosili diluar kota yang bersangkutan, baik yang tersebar di
daerah pedesaan ataupun kota-kota yang lebih kecil.Kota mempunyai fungsi dan
peranan yang sangat penting dan dominan dalam pertumbuhan ekonomi dan
kehidupan masyarakat. Hal ini dikarenakan kota merupakan wilayah inti yang
berperan sebagai pusat pelayanan dan pembangunan.
Setiap kota memiliki konsep pembangunan yang berbeda-beda, mulai dari
konsep kota pertanian, kota modern hingga konsep kota hijau. Konsep tersebut
dijadikan ciri khas masing-masing kota yang perwujudannya disesuaikan dengan
visi misi pembangunan, potensi kota dan kebutuhan kota tersebut. Terlepas dari
beragam konsep yang ada, tujuan dari keseluruhan konsep tersebut ialah untuk
melakukan pembangunan dan pelayanan yang baik, sesuai, dan tepat sasaran.
Ada banyak aspek pelayanan dan pembangunan yang diwujudkan di
perkotaan seperti aspek ekonomi, sosial budaya, hukum, lingkungan dan aspek
lainnya. Aspek lingkungan merupakan hal yang sering di bahas oleh dunia dan

Indonesia pada khususnya. Berbagai kerusakan lingkungan dan bencana alam
1

RahardjoAdisasmita,Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan(Makassar: Graha Ilmu, 2006),
hlm.45

1
Universitas Sumatera Utara

yang terjadi pada beberapa tahun belakangan ini menjadikan pemerintah sebagai
pemegang wewenang yang diamanahkan untuk mewujudkan pelayanan yang baik
pada warga memberikan perhatian lebihnya terhadap aspek lingkungan untuk
dimasukkan kedalam agenda pembangunan. Tidak hanya pemerintah, masyarakat
pada umumnya dan para aktifis lingkungan pada khususnya juga melihat bahwa
aspek lingkungan merupakan aspek yang dahulunya belum dianggap penting
namun sekarang menjadi aspek yang sangat penting untuk dibahas dan
diagendakan dalam pembangunan mengingat efeknya yang berhubungan erat
dengan keseimbangan kehidupan dan juga keberlanjutan kota pada generasi
berikutnya.
Ada banyak pertemuan yang diagendakan untuk membahas aspek

lingkungan agar dimasukkan dalam agenda perencaaan perkotaan, diantaranya
adalah KTT Bumi di Rio de Janeiro, Brazil pada tahun 1992 yang dipertegas
dengan KTT Johanesburg Afrika Selatan 10 tahun kemudian yaitu pada tahun
2002. KTT ini menghasilkan kesepakatan bersama bahwa sebuah kota idealnya
memiliki luas Ruang Terbuka Hijau (RTH) minimal 30 % dari total luas kota
yang yang dimiliki. Hal ini dilakukan guna menciptakan keseimbangan
pembangunan di perkotaan agar tidak seluruh luas kota digunakan untuk aspek
industrilasiasi semata yang menjadi ciri khas dari perkotaan.
World Development Report 2014 dalam paparan laporannya yang
mengusung pokok bahasan “Risk and Opportunity, Managing Risk for
Development” juga turut mengangkat aspek lingkungan sebagai bagian yang
sedang terancam keberlanjutannya. Hal ini terjadi karena tindakan pembangunan

2
Universitas Sumatera Utara

yang dilakukan di dunia saat ini kurang memperhatikan aspek keseimbangan
lingkungan. Pembangunan yang dilakukan cendrung hanya melihat dari sisi
modernitas belaka yang jika dikaitkan dengan teori pembangunan, maka
pembangunan


yang

dilakukan

pembangunan

modernisasi

cendrung

semata

tanpa

hanya

mengggunakan

konsep


mempertimbangkan

konsep

pembangunan alternatif.
Indonesia juga turut menaruh perhatian pada perencaan kota yang harus
melihat aspek lingkungan dalam perwujudannya, hal ini terlihat dengan
dikeluarkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2007 mengenai
penataan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan 2. Hal ini dilakukan sebagai
salah satu upaya untuk mengurangi dampak buruk dari adanya kerusakan
lingkungan serta guna menjaga kondisifitas pemanfaatan lahan terkhusus di
perkotan. Kemudian, yang terbaru adalah dikeluarkan undang-undang yang
mengatur mengenai proporsi ketersediaan ruang terbuka hijau di perkotaan yaitu
UU No. 26 tahun 2007 yang isinya mirip dengan hasil dari KTT Johanesburg
Afrika Selatan yang menyatakan bahwa kawasan perkotaan harus menyediakan
30% dari luas daerahnya untuk ruang terbuka hijau 3.
Keberadaan UU No. 26 tahun 2007 setidaknya mampu menjadi acuan dan
pemicu pada masyarakat luas akan arah pembangunan di Indonesia yang mulai
mengarah pada aspek lingkungan. Hal ini langsung dijawab dengan banyaknya

bermunculan komunitas-komunitas, organisasi, gerakan masyarakat dan berbagai
sikap pergerakan lain yang mengatasnamakan diri sebagai pihak yang peduli
2

Peratuan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 2007
Eko Budihardjo, Kebijakan Ruang Terbuka Hijau dalam Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup di Kota Bandung (Bandung:PT. Alumni, 1992), hlm. 29

3

3
Universitas Sumatera Utara

terhadap lingkungan. Pergerakan warga ini setidaknya mampu menjadikan
sebagian besar pejabat publik di Indonesia semakin mulai mengarahkan
kebijakan-kebijakan pembangunan yang akan dilakukan pada aspek lingkungan,
mulai dari sosialisasi hingga penyediaan ruang terbuka hijau di perkotaan.
Bencana alam yang terjadi seperti kebakaran hutan di Sumatera dan Kalimantan,
kemudian banjir yang terus menerus tanpa hentiya juga tidak lepas menjadi salah
satu aspek yang memotivasi masyarakat dan pejabat publik terkhusus di perkotaan

untuk semakin giat dalam hal pembangunan lingkungan.
Berbagai pertemuan dan aturan yang muncul terkait aspek lingkungan
memberi isyarat bahwa aspek pembangunan lingkungan terkhusus penyediaan
ruang terbuka hijau di perkotaan menjadi hal yang begitu penting untuk
diagendakan dalam perencanaan pembangunan perkotaan, terkhusus pada kotakota yang terdapat di Indonesia. Oleh sebab itu peran pemerintah sebagai subjek
pembangunan dan juga masyarakat yang bukan hanya sebagai objek namun juga
menjadi subjek pembangunan diharapkan mampu bekerjasama untuk mewujudkan
hal tersebut.
Ruang terbuka hijau terbagi menjadi dua, yaitu ruang terbuka hijau privat
dan juga ruang terbuka hijau publik. Pada penelitian ini, bahasan akan ditujukan
pada salah satu aspek ruang terbuka hijau publik yaitu taman kota. Taman kota
merupakan suatu kawasan ruang terbuka hijau yang berada di lingkungan
perkotaan dalam skala yang luas, dapat mengantisipasi dampak-dampak yang
ditimbulkan oleh perkembangan kota dan dengan segala fasilitasnya dapat
dinikmati oleh seluruh warga kota.

4
Universitas Sumatera Utara

Taman kota menjadi bagian dari kawasan ruang terbuka hijau yang

manfaat dan keberadaannya sangat bersinggungan dan dapat diarasakan langsung
oleh masyarakat mulai dari tempat edukasi, berkumpul keluarga, keolahragaan
hingga sebagai tempat rekreasi. Di Indonesia sendiri, belum seluruh kota mampu
mewujudkan pembangunan taman kota yang baik selain karena faktor kesadaran
akan implementasinya, faktor keselarasan persepsi masyarakat dan pejabat publik
dalam hal ini pemerintah kota mengenai taman kota juga cendrung belum
terwujud dengan baik.
Bandung dan Surabaya merupakan dua kota di Indonesia yang sedikit
banyaknya mampu mewujudkan pembangunan perencanaan taman kota yang
diselaraskan dengan persepsi masyarakat. Hal ini terlihat dengan keberadaan
berbagai taman tematik yang ada di kota Bandung saat ini, selain indah untuk di
pandang fungsi dari taman-taman tersebut juga disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat, mulai dari adanya taman jomblo, taman film, taman skate, taman
lansia, taman pustaka bunga, taman binatang peliharaan (pet park), taman
fotografi, taman musik centrum, taman persib, taman fitness hingga keberadaan
taman super hero. Kesemua taman tematik ini dapat dinikmati oleh warga
Bandung dan juga warga lain yang sedang berkunjung ke Kota Bandung.
Sejalan dengan kota Bandung, Surabaya juga menjadi salah satu kota
dengan perencanaan perkotaan pada aspek taman kota yang baik, hal ini terbukti
dengan berbagai penghargaan yang dicapai kota Surabaya seperti Adipura pada

tahun 2011, penghargaan Pengelolaan Taman Terbaik se-Indonesia tahun 2011,
ASEAN Environment Suistainable City Award 2011, dan ASEAN Center

5
Universitas Sumatera Utara

forEnergy Award setidaknya menjadi bukti keberhasilan Surabaya dalam
pembangunan taman kota. Konsep taman 24 jam menjadi konsep taman yang
menarik di Surabaya, konsep ini selain sebagai wahana edukasi dan bermain dari
pagi hingga sore hari, juga untuk menekan angka agresifitas dan konflik pada
malam hari yang menjadi kekhawatiran bagi warga kota Surabaya. Kemunculan
konsep taman kota 24 jam ini tentu tidak terlepas dari sikap pemerintah kota yang
meminta pandangan, persepsi dan saran masyarakat mengenai pembangunan yang
akan dilakukan, sehinggakebutuhan akan rasa aman yang lebih dapat terwujud
pada warga dikarenakan manfaat taman kota selalu aktif hingga 24 jam 4.
(http://kompas.com/read/news/2012/04/18/Taman-Kota-tekan-Perilaku-AgresifMasyarakat-Pelancong)
Keberhasilan pembangunan taman kota di kota Surabaya dan kota
Bandung sedikit banyaknya mampu menjadi motivasi bagi kota Binjai untuk
mewujudkan pembangunan taman kota yang dapat dirasakan manfaat dan
keberadaannya bagi warga baik yang berdomisili di kota Binjai maupun beberapa

daerah yang dekat dengan kota Binjai. Saat ini, ada ± 6 taman kota di Binjai
dengan luas daerah Binjai mencapai angka 90,45 km2 dan jumlah penduduk
sebesar ±282.415 jiwa 5. Jika berdasarkan pada UU No. 26 tahun 2007 harusnya
ada 27,15 km2 luas daerah kota Binjai yang dijadikan ruang terbuka hijau. Hal ini
tentu menjadi tantangan tersendiri bagi pejabat publik di kota Binjai untuk
mewujudkan ketersediaan ruang terbuka hijau dan menyelaraskannya dengan
persepsi ±282.415 jiwa warga kota Binjai.
4

Pelancong, Taman Kota tekan Perikaku Agresif Masyarakat, Kompas.com, tanggal 29 maret 2016
pukul 15.50 WIB
5
Binjai.go.id, tanggal 29 maret 2016 pukul 14.50 WIB

6
Universitas Sumatera Utara

Taman kota tentu menjadi salah satu aspek yang akan diwujudkan oleh
pemerintah Binjai guna mewujudkan ketersediaan ruang terbuka hijau di
perkotaan. Binjai sendiri saat ini terus berbenah diri dengan meremajakan taman

kota yang ada dan juga melakukan pembangunan taman kota pada beberapa
wilayah yang dianggap layak dan perlu untuk di bangun taman kota. Persepsi
masyarakat tentu perlu menjadi pertimbangan yang besar bagi pejabat publik
untuk memanajerial pembangunan taman kota agar pembangunan yang dilakukan
dapat lebih dirasakan keberadaannya oleh masyarakat.
Upaya mewujudkan keselarasan persepsi antara masyarakat dengan
pejabat publik tentu bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Faktor budaya yang
kian mengakar bahwa masyarakat hanya sebagai objek pembangunan tanpa
menjadi subjek pembangunan menjadi aspek dasar yang menyebabkan pejabat
publik mengeluarkan kebijakan secara sepihak tanpa menghiraukan persepsi dan
kebutuhan masyarakat. Begitu juga dengan masyarakat sendiri, tidak sedikit yang
belum mengetahui bahwa pada perkembangan perencanaan perkotaan saat ini
terkhusus dalam hal penataan ruang keterlibatan masyarakat bukan hanya sebagai
objek pembangunan, namun sudah masuk kedalam bagian dari subjek bahkan
turut andil dalam hal pengawasan pembangunan seperti yang termuat dalam UU
No. 26 tahun 2007 mengenai penataan ruang. Tentu, aspek ruang terbuka hijau
seperti taman kota juga menjadi bagian yang wujud perencanaan dan
pembangunanya melibatkan pejabat publik(pemerintah) dan masyarakat.
Berdasar pada berbagai pemaparan yang menunjukkan bahwa perencanaan
perkotaan dalam hal ketersediaan ruang terbuka hijau, terkhususfungsi dari taman


7
Universitas Sumatera Utara

kota menjadi aspek yang menarik dan perlu untuk dimasukkan kedalam agenda
pembangunan dalam kaitannya dengan keberlanjutan pembangunan bagi generasi
seterusnya dan juga pembahasan mengenai persepsi dari masyarakat dan pejabat
publik dalam menentukan arah pembangunan yang dilakukan, terkhusus aspek
taman kota maka peneliti bermaksud untuk mengeksplorasi bahasan ini dengan
mengangkat judul penelitian berupa “Persepsi Masyarakat dan Pejabat Publik
terhadap Fungsi Taman Kota di Kota Binjai”.

B. Fokus Penelitian
Ada banyak gagasan dan komponen yang berkaitan dengan persepsi
masyarakat dan pejabat publik terhadap fungsi taman kota di Kota Binjai. Dalam
hal ini, peneliti berupaya mempertajam penelitian dengan menetapkan fokus
sebagai upaya untuk merumuskan kerangka berpikir objektif atas landasan latar
belakang maupun beberapa domain yang terkait dari fenomena sosial yang akan
ditemukan pada objek penelitian.
Fokus penelitian dalam kualitatif lebih didasarkan pada tingkat
kepentingan masalah yang akan dipecahkan, oleh karena itu dalam penelitian ini
peneliti memfokuskan pada persepsi masyarakat dan pejabat publik terhadap
fungsi dari taman kota di Kota Binjai. Hal ini sesuai dengan visi Kota Binjai
2016-2021 berupa “Terwujudnya Kota Cerdas yang Layak Huni, Berdaya Saing
dan Berwawasan Lingkungan menuju Binjai yang Sejahtera” yang menyinggung
mengenai aspek pembangunan lingkungan untuk mewujudkan kenyamanan bagi
warga.

8
Universitas Sumatera Utara

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan penjelasan fokus penelitian yang
dimaksudkan untuk memaparkan serta mengkonversi langsung berbagai
komponen yang terkait dengan persepsi masyarakat dan pejabat publik terhadap
fungsi taman kota, maka peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini adalah
“Bagaimanakah Persepsi Masyarakat dan Pejabat Publik terhadap Fungsi Taman
Kota di Kota Binjai”.

D. Tujuan Penelitian
Adapun

tujuan

dalam

penelitian

ini

adalah

untuk

mengetahui

Bagaimanakah Persepsi Masyarakat dan Pejabat Publik terhadap Fungsi Taman
Kota di Kota Binjai.

E. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini selanjutnya diharapkan dapat membawa manfaat
sebagai berikut:
1. Manfaat

Secara

Ilmiah,

Sebagai

sarana

untuk

melatih

dan

mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah, sistematis dan metodologis
serta bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah
di lapangan berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperoleh
dari disiplin Ilmu Administrasi Negara.
2. Manfaat Secara Praktis, Untuk menambah pengetahuan dan informasi
serta bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

9
Universitas Sumatera Utara

3. Manfaat Secara Akademis, Melalui penelitian ini diharapkan dapat
memberikan tinjauan baik secara langsung maupun tidak langsung kepada
kalangan akademisi, pengamat maupun lembaga yang berkonsentrasi
terhadap pendidikan serta memberikan kontribusi bagi perkembangan
literatur Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara terkait mengenai kajian persepsi
masyarakat dan pejabat publik.

F. Kerangka Teori
Dengan adanya kerangka teori, maka memudahkan penulis dalam rangka
menyusun penelitian ini dimana kerangka teori digunakan untuk memberikan
landasan berpikir yang berguna untuk membantu penelitian dalam memecahkan
masalah. Kerangka teori dimaksudkan untuk memberi gambaran dan batasan
tentang teori-teori yang digunakan sebagai landasan penelitian yang akan
dilakukan. Dengan demikian penulisan dapat menggunakan teori-teori yang
relevan dengan tujuan penelitian.
1.

Persepsi
Penelitian ini melalui asumsi bahwa persepsi pejabat publik mengenai

taman kota akan mempengaruhi kebijakan yang di buat mengenai taman kota.
Persepsi pejabat publik tersebut akan mempengaruhi setiap pembangunan
mengenai taman kota, mulai dari tema, lokasi, bentuk, fungsi dan hal lainnya yang
mencakup taman kota.

10
Universitas Sumatera Utara

Persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap
orang dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan,
pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman 6. Secara etimologis, persepsi
berasal dari bahasa latin perceptio; dari percipere, yang artinya menerima atau
mengambil. Persepsi (perception) dalam arti sempit adalah penglihatan,
bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedang dalam arti luas ialah
pandangan bagaimana seseorang mengartikan sesuatu. Menurut De Vito (1997),
persepsi adalah proses ketika kita menjadi sadar akan banyaknya stimulus yang
mempengaruhi indera kita 7.
Menurut Rakhmat dalam Sobur (2003), persepsi adalah pengalaman
tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Menurut hidayat (2009),
persepsi adalah proses kognitif untuk menginterpretasi objek, simbol dan orang
dengan pengalaman yang relevan. Proses ekstraksi informasi untuk berespon 8.
Persepsi dapat terjadi saat rangsang mengaktifkan atau pada situasi ketika
terjadi ketidakseimbangan tentang objek, simbol atau orang akan membuat
kesalahan pesepsi 9. Persepsi disebut inti komunikasi karena keakuratan persepsi
mempengaruhi

keefektifan

komunikasi.

Persepsi

akan

mempengaruhi

pembentukan sikap dan perilaku seseorang.
Persepsi menurut kamus besar psikologi merupakan proses pengamatan
seseorang terhadap lingkungan dengan menggunakan indra-indra yang dimiliki
6

Miftah Thoha, Perilaku Organisasi(Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 45
Alex Sobur,Psikologi Umum(Bandung : CV Pustaka Setia, 2003), hlm. 68
8
Jalaluddin Rakhmat,Psikologi Komunikasi(Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 1992), hlm. 87
9
Dede Hidayat,Ilmu Perilaku Manusia Pengantar Psikologi Untuk Tenaga Kesehatan(Jakarta :
Trans Info Media, 2009), hlm. 32
7

11
Universitas Sumatera Utara

sehingga ia menjadi sadar akan segala sesuatu yang ada dilingkungannya. Persepsi
merupakan konsep yang sangat penting dalam psikologi, meskipun bukan hal
yang paling penting, namun melalui persepsilah manusia memandang dunianya.
Robbins mendeskripsikan bahwa persepsi merupakan kesan yang diperoleh oleh
individu melalui panca indera kemudian di analisa (diorganisir), diintepretasi dan
kemudian dievaluasi, sehingga individu tersebut memperoleh makna.
Tidak jauh berbeda dengan Robbins, Krech dan Gibson juga menjabarkan
bahwa persepsi merupakan suatu proses pengenalan maupun proses pemberian
arti terhadap lingkungan oleh individu. Young (1956) juga turut menjelaskan
bahwa persepsi merupakan aktivitas mengindera, mengintegrasikan dan
memberikan penilaian pada obyek-obyek fisik maupun obyek sosial, dan
penginderaan tersebut tergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial yang ada
di lingkungannya. Sensasi-sensasi dari lingkungan akan diolah bersama-sama
dengan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya baik hal itu berupa harapanharapan, nilai-nilai, sikap, ingatan dan lain-lain.
Dari seluruh penjabaran dan deskripsi mengenai persepsi menurut para
ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan proses
pengamatan seseorang berupa kesan yang diperoleh melalui panca indera dan
kemudian kesan tersebut dianalisa, diinterpretasi dan dievaluasi sehingga
memunculkan suatu makna dari pengamatan, dan hasil dari makna tersebut
bergantung pada stimulus fisik dan stimulus sosial di lingkungan individu,
sehingga persepsi yang dimunculkan oleh setiap individu terhadap suatu hal tentu
memiliki makna yang bervariasi.

12
Universitas Sumatera Utara

Dalam kaitannya antara pengertian persepsi di atas dengan taman kota,
maka persepsi dari pejabat publik tentu akan menentukan arah kebijakan dan
pembangunan yang akan dilakukan mengenai taman kota. Ketika pejabat publik
memiliki persepsi bahwa ketersediaan taman kota merupakan suatu hal yang
penting untuk diwujudkan di Kota Binjai dengan berbagai manfaatnya, maka
sudah tentu kebijakan-kebijakan yang mendukung keberadaan taman kota akan
muncul. Persepsi yang dimakusdkan disini adalah kesan yng ditangkap oleh
pejabat publik setalah ia melakukan pengamatan baik secara langsung maupun
tidak langsung mengenai kondisi lingkungan perkotaan dan kebutuhan masyarakat
saat ini, dan kemudian dikaitkan dengan fungsi dari taman kota. Sehingga pada
akhirnya kesan tersebut dianalisis, dinterpretasi dan diimplementasikan menjadi
sebuah kebijakan pembangunan.
Selain persepsi dari pejabat publik, penelitian ini juga akan meneliti
persepsi mengenai taman kota dari sudut pandang masyarakat yang pada era saat
ini dianggap sebagai objek sekaligus subjek pembangunan. Ketika persepsi dari
masyarakat dijadikan salah satu pertimbangan dalam mewujudkan kebijakan,
maka besar kemungkinan kebijakan tersebut akan bermanfaat dengan baik. Untuk
itu, keselarasan persepsi antara pejabat publik dan masyarakat tentu menjadi suatu
hal yang penting untuk diwujudkan.

a.

Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Robbins (2002) menyatakan ada tiga faktor yang memengaruhi terjadinya

suatu persepsi, yaitu :

13
Universitas Sumatera Utara

1.

Pelaku persepsi
Jika seorang individu melihat suatu target dan mencoba menafsirkan apa
yang dilihatnya, penafsiran itu dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik
pribadi dari pelaku persepsi individu tersebut. Adapun karakteristik pribadi
yang lebih relevan memengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan
atau minat, pengalaman masa lalu dan pengharapan.

2.

Target
Karakteristik-karakteristik dalam target

yang akan diamati dapat

memengaruhi apa yang dipersepsikan. Apa yang kita lihat bergantung
bagaimana kita memisahkan suatu bentuk dalam latar belakangnya yang
umum. Objek-objek yang berdekatan satu sama lain akan cenderung
dipersepsikan bersama-sama, bukan secara terpisah.
3.

Situasi
Dalam melihat objek atau peristiwa, unsur-unsur lingkungan sekitar juga
memengaruhi persepsi, selain itu, waktu dan keadaan objek yang dilihat
dapat memengaruhi persepsi.

b. Macam-macam Persepsi
Proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh
indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
1.

Persepsi visual, didapatkan dari indera penglihatan. Persepsi ini adalah
persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi
dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topik

14
Universitas Sumatera Utara

utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang
biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari.
2.

Persepsi auditori, didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.

3.

Persepsi perabaan, didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.

4.

Persepsi penciumanatau faktor didapatkan dari indera penciuman yaitu
hidung.

5.

Persepsi pengecapanatau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu
lidah.
Dalam kaitannya dengan kehidupan sosial, dikenal juga persepsi sosial

yaitu suatu proses yang terjadi dalam diri seseorang yang bertujuan untuk
mengetahui, menginterpretasi, dan mengevaluasi orang dan objek lain yang
dipersepsi, baik mengenai sifatnya, kualitasnya, ataupun keadaan lain yang ada
dalam diri atau objek tersebut, sehingga terbentuk gambaran mengenai dan objek
yang dipersepsikan. Sejalan dengan hal sosial, taman kota tentu juga memiliki
keterkaitan dengan aspek kehidupan sosial. Meski secara kontekstual aspek taman
kota lebih menyangkut aspek lingkungan, namun nilai sosial yang dihasilkan oleh
taman kota juga sangat berkaitan erat dengan keberlangsungan kehidupan manusia
sehari-hari.
Taman kota yang berfungsi sebagai tempat edukasi, refreshing, sekaligus
wahana berkumpul bersama secara gratis dengan nuansa kesejukan alam tentu erat
kaitannya dengan kehidupan warga. Warga sebagai objek pembangunan tentu
meskinya dilibatkan dalam setiap agenda pembangunan yang akan dilakukan agar
tercipta pembangunan yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat.

15
Universitas Sumatera Utara

Persepsi dari masyarakat mengenai taman kota pun tentu bervariasi, mulai dari
persepsi mengenai ketersediaan taman kota, jenis taman kota yang seharusnya
dibangun dan hal lain terkait dengan taman kota. Hal inilah yang meski menjadi
pertimbangan oleh pejabat publik sebelum memutuskan suatu kebijakan terkait
dengan pembangunan dan pengelolaan taman kota.
Persepsi dari masyarakat inilah yang akan dimuat dalam penelitian ini
dalam hal kaitannya dengan fungsi dari taman kota. Pada penelitian ini peneliti
akan berfokus pada persepsi dari masyarakat Binjai mengenai fungsi dari tamantaman kota yang ada di Kota Binjai sendiri. Variasi persepsi yang dimunculkan
oleh setiap masyarakat tentu menghasilkan kemenarikan tersendiri dalam
penelitian ini. Sehingga dari keragaman persepsi tersebut diharapkan dapat
menjadikan masukan yang lebih lagi kepada pejabat publik guna mengolah dan
memanajerial taman kota kedepannya agar dapat memenuhi keinginan dan
kebutuhan masyarakat yang tentunya tidak terlepas dari visi misi pembangunan di
Kota Binjai itu sendiri.
2.

Masyarakat dan Pejabat Publik

a.

Masyarakat
Secara umum, pengertian masyarakat adalah sekumpulan individu yang

hidup bersama. Istilah masyarakat berasal dari bahasa Arab dengan kata syaraka
yang artinya ikut serta (berpartisipasi). Sedangkan dalam bahasa Inggris,
masyarakat disebut dengan society yang pengertiannya adalah interaksi sosial,
perubahan sosial, dan rasa kebersamaan.

16
Universitas Sumatera Utara

Masyarakat merupakan kesatuan hidup manusia yang berinteraksi sesuai
dengan sistem adat-istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan dan terikat
oleh suatu rasa identitas bersama 10. Selaras dengan pernyataan tersebut Paul B.
Horton juga memberikan pengertian mengenai masyarakat yaitu sekumpulan
manusia yang relatif mandiri dengan hidup bersama dalam jangka waktu cukup
lama, mendiami suatu wilayah tertentu dengan memiliki kebudayaan yang sama,
dan sebagian besar kegiatan dalam kelompok itu. Pengertian mengenai
masyarakat dipertegas oleh Soerjono Soekanto dengan mencirikan masyarakat
dalam beberapa hal yaitu 11:
1.

Manusia yang hidup bersama, sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang.

2.

Bercampur atau bergaul dalam jangka waktu yang cukup lama.
Berkumpulnya manusia akan menimbulkan manusia baru. Sebagai akibat
dari hidup bersama, timbul sistem komunikasi dan peraturan yang
mengatur hubungan antarmanusia.

3.

Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.

4.

Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama
menimbulkan kebudayaan karena mereka merasa dirinya terkait satu sama
lain.
Lebih mendalam lagi, Syani (2013:30)

12

mendefinisikan masyarakat

sebagai communityyang dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama,
memandang comunity sebagai unsur statis, artinya comunity terbentuk dalam

10

Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2012), hlm. 122
Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.
32
12
Syani,Masyarakat dan Komunitas(Jakarta: PT. Grasindo, 2014), hlm. 30

11

17
Universitas Sumatera Utara

suatu wadah atau tempat dengan batas-batas tertentu yang kemudian menunjukan
bagian dari kesatuan masyarakat sehinggga dapat disebut sebagai masyarakat
setempat, misalnya kampung, dusun atau kota-kota kecil. Masyarakat setempat
adalah suatu wadah dan wilayah dari kehidupan sekelompok orang yang ditandai
oleh adanya hubungan sosial, adanya perasaan sosial, nilai-nilai dan norma-norma
yang timbul sebagai akibat dari adanya pergaulan hidup atau hidup bersama.
Kedua, community dipandang sebagai unsur yang dinamis, artinya menyangkut
prosesnya yang terbentuk melalui faktor psikologis dan hubungan antar manusia,
maka didalamnya terkandung unsur-unsur kepentingan, keinginan atau tujuantujuan yang sifatnya fungsional.
Berdasarkan pengertian masyarakat menurut para ahli di atas, maka dapat
diambil kesimpulan bahwa masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang
hidup bersama dalam waktu yang cukup lama dalam suatu wilayah, berinteraksi
satu dengan yang lainnya, saling ketergantungan satu dengan yang lain, memiliki
nilai-nilai dan norma-norma yang disepakati bersama, memiliki kesadaran bahwa
mereka merupakan satu kesatuan, dan melahirkan suatu kebudayaan.
Disamping ciri masyarakat yang dipaparkan oleh Soerjono Soekanto, ada
juga beberapa ciri-ciri lain dari masyarakat, yaitu:
1.

Masyarakat adalah manusia yang hidup berkelompok
Manusia yang hidup berkelompok adalah manusia yang hidup secara
bersama dan membentuk kelompok. Kelompok inilah yang nantinya
membentuk suatu masyarakat. Mereka mengenali antara yang satu dengan
yang lain dan saling ketergantungan. Kesatuan sosial merupakan

18
Universitas Sumatera Utara

perwujudan dalam hubungan sesama manusia ini, seorang manusia tidak
mungkin dapat meneruskan hidupnya tanpa bergantung kepada manusia
lain.
2.

Masyarakat adalah yang melahirkan kebudayaan
Dalam konsepnya, tidak ada masyarakat maka tidak ada budaya, begitupun
sebaliknya. Masyarakatlah yang akan melahirkan kebudayaan dan budaya
itu pula diwarisi dari generasi ke generasi berikutnya dengan berbagai
proses penyesuaian.

3.

Masyarakat adalah yang mengalami perubahan
Sebagaimana yang terjadi dalam budaya, masyarakat juga turut mengalami
perubahan. Suatu perubahan yang terjadi karena faktor-faktor yang berasal
dari dalam masyarakat itu sendiri. Contohnya, dalam suatu penemuan baru
mungkin saja akan mengakibatkan perubahan kepada masyarakat itu.

4.

Masyarakat adalah manusia yang berinteraksi
Salah satu syarat perwujudan dari masyarakat adalah terdapatnya
hubungan dan kerjasama yang pada akhirnya akan melahirkan interaksi.
Interaksi ini boleh saja berlaku secara lisan maupun tulisan yang pada
akhirnya melahirkan komunikasi dalam masyarakat tersebut.

5.

Terdapat kepeimpinan
Ciri ciri masyarakat yang berikutnya yaitu terdapat kepemimpinan. Dalam
hal ini pemimpin terdiri dari ketua keluarga, ketua kampung, ketua negara
dan lain sebagainya.

6.

Adanya Stratifikasi Sosial

19
Universitas Sumatera Utara

Ciri ciri masyarakat yang terakhir adalah adanya stratifikasi sosial.
Stratifikasi sosial yaitu meletakkan seseorang pada kedudukan dan juga
peranan yang harus dimainkannya di dalam masyarakat.
Masyarakat

sebenarnya

menganut

sistem

adaptif

yaitu

mudah

menyesuaikan diri dengan keadaan, selain itu masyarakat sendiri juga mempunyai
berbagai kebutuhan yang harus dipenuhi agar dapat hidup secara terus-menerus 13.
Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tersebut sebagai berikut :
1.

Kebutuhan akan adanya populasi (population replacement)

2.

Kebutuhan akan adanya informasi

3.

Kebutuhan akan adanya membutuhkan energi

4.

Kebutuhan akan adanya materi

5.

Kebutuhan akan adanya sistem komunikasi

6.

Kebutuhan akan adanya sistem produksi

7.

Kebutuhan akan adanya sistem distribusi

8.

Kebutuhan akan adanya sistem organisasi sosial

9.

Kebutuhan akan adanya sistem pengendalian sosial

10. Kebutuhan akan adanya perlindungan dari ancaman yang tertuju pada jiwa
dan harta bendanya
Berdasar pada penjabaran mengenai masyarkat di atas, maka pada
penelitian ini akan dilakukan terhadap masyarakat yang sudah memiliki Kartu
Tanda Penduduk (KTP) saja. Hal ini dikarenakan masyarakat yang telah memiliki
KTP di anggap telah berada pada usia yang dewasa dan memiliki logika ataupun
13

Syahrial Syarbaini dan Rusdiyanta. 2009. Dasar-dasar Sosiologi(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009)
hlm. 84

20
Universitas Sumatera Utara

cara berpikir yang lebih logis dan sehat dibandingkan dengan masyarakat yang
belum memiliki KTP. Pemilahan masyarakat yang akan diteliti juga dilakukan
berdasarkan kelas usianya, mulai dari remaja, orang tua hingga kakek dan nenek.
Hal ini dilakukan untuk melihat dinamika persepsi yang timbul di masyarakat
dengan variasi usia. Tentu, akan muncul keberagaman persepsi dari setiap kelas
usianya dan menjadikan penelitian ini akan lebih menarik dan dapat menghasilkan
kesimpulan yang bisa mencakup kebutuhan dan keinginan seluruh lapisan
masyarakat. Tidak hanya berdasarkan kelas usia, penelitian ini juga akan
dilakukan pada masyarakat berdasarkan profesi yang dimiliki, mulai dari
mahasiswa, pegawai pemerintahan, karyawan di perusahaan swasta, tukang becak,
sopir angkutan umum dan berbagai profesi lain yang sedang digeluti. Hal ini
dilakukan mengingat pekerjaan dan lingkungan individu sedikit banyaknya akan
mempengaruhi pola pikir individu tersebut terhadap suatu objek permasalahan,
dalam hal ini kaitannya dengan taman kota.
Keberagaman sasaran penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini tentu
diharapkan mampu memunculkan kompleksitas persepsi yang beragam dan dapat
memunculkan satu kesimpulan menyeluruh yang dapat mewakilkan masyarakat
Kota Binjai mengenai persepsinya terhadap fungsi dari taman kota di Kota Binjai.

b. Pejabat Publik
Istilah pejabat publik terdiri dari dua suku kata, yaitu pejabat dan publik.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberi pengertian pejabat adalah
pegawai pemerintah yang memegang jabatan penting (unsur pimpinan).

21
Universitas Sumatera Utara

Sementara, istilah publik diartikan dengan orang banyak (umum) . Dari pengertian
ini, dapat dipahami bahwa pejabat publik merupakan pegawai pemerintah yang
memegang jabatan penting sebagai pimpinan yang mengurusi kepentingan orang
banyak guna mewujudkan cita-cita suatu negara terutama dalam hal pelayanan
publik. Berdasarkan defenisi tersebut, maka seseorang dapat dikatakan sebagai
pejabat publik apabila dia merupakan pegawai pemerintah, menjabat sebagai
pimpinan, dan bertugas mengurusi kepentingan orang banyak.
Dalam kaitannya dengan hukum tata negara dan hukum administrasi
negara, istilah pejabat publik memiliki makna yang sama dengan istilah pejabat
tata usaha negara 14. Oleh karenanya, perlu dikemukakan pendapat Hans Kelsen
sebagaimana dikemukakan oleh Jimly Asshiddiqie, bahwa setiap jabatan yang
menjalankan fungsi-fungsi law creating function and law applying function
adalah pejabat tata usaha negara. Artinya, bahwa setiap jabatan yang
melaksanakan fungsi-fungsi pembuatan dan pelaksanaan norma hukum negara
dapat disebut sebagai pejabat tata usaha negara atau pejabat publik 15.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 juncto Undang-undang Nomor 9
Tahun 2004 (UU No. 5/1986 jo UU No. 9/2004) tentang Peradilan Tata Usaha
Negara dan Undang-undang Nomor 8 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik juga turut menerangkan mengenai pejabat publik, pada pasal 1 angka 2
menyatakan bahwa badan atau pejabat tata usaha negara adalah badan atau pejabat
yang melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-

14

James Bowman S,Achieving Competencies in Public Services. The Profesional Edge,Second
Edition(Armonk N.Y.: M.E. Sharpe, 2010), hlm. 23
15
EmileKholtoff, Ethics and New Public Management(Den Haag: BJU, 2007), hlm. 124

22
Universitas Sumatera Utara

undangan yang berlaku 16. Badan yang dimaksudkan disini adalah institusi atau
organ, sementara pejabat adalah orang perorangan yang menduduki jabatan
tertentu. Jika dicermati bunyi ketentuan tersebut, bahwa pejabat tata usaha negara
itu bukan hanya pegawai pemerintah saja, akan tetapi siapapun, institusi atau
orang perorang, yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan atas amanat dari
peraturan perundang-undangan, dapat disebut sebagai pejabat tata usaha negara.
UU No. 8 tahun 2008 memberi peristilahan yang lebih tegas dan jelas, hal
ini sebagaimana dinyatakan dalam pasal 1 angka 8 yang menyatakan bahwa
pejabat publik adalah orang yang ditunjuk dan diberi tugas untuk menduduki
posisi atau jabatan tertentu pada badan publik. Sementara, yang dimaksud badan
publik sebagaimana dinyatakan dalam pasal 1 angka 3 Undang-undang yang sama
menyatakan bahwa badan publik adalah lembaga eksekutif, legislatif, yudikatif
dan

badan

lain

yang

fungsi

dan

tugas

pokoknya

berkaitan

dengan

penyelenggaraan negara, yang sebagian atau seluruh dananya bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara(APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah(APBD), atau organisasi nonpemerintah yang sebagian atau
seluruh

dananya

bersumber

dari

Anggaran

Pendapatan

dan

Belanja

Negara(APBN) dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah(APBD),
sumbangan masyarakat, dan/atau luar negeri 17.
Dari berbagai pandangan yang dipaparkan mengenai pengertian pejabat
publik, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksudkan dengan pejabat publik adalah
orang yang menduduki jabatan pada organ pemerintahan atau nonpemerintahan,
16

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 juncto Undang-undang Nomor 9 Tahun 2004 (UU No.
5/1986 jo UU No. 9/2004) tentang Peradilan Tata Usaha Negara
17
Undang-undang Nomor 8 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik

23
Universitas Sumatera Utara

yang tugas dan fungsi pokoknya berkaitan dengan penyelenggaraan negara,
dimana untuk menjalankan tugas dan fungsi tersebut digunakan dana yang
bersumber dari keuangan negara (APBN dan/atau APBD), apakah sebagian atau
seluruhnya.
Pejabat publik tentu erat kaitannya dengan pelayanan publik. Defenisi
pelayanan publik sendiri adalah semua kegiatan yang pemenuhannya harus
dijamin, diatur, dan diawasi oleh pemerintah, karena diperlukan untuk perwujudan
dan perkembangan kesaling-ketergantungan sosial, dan pada hakikatnya,
perwujudan sulit terlaksana tanpa campur tangan kekuatan pemerintah

18

.

Pelayanan publik perlu memperhitungkan beberapa unsur yaitu 19:
1.

Pelayanan publik merupakan pengambilalihan tanggung jawab oleh
kolektivitas atas sejumlah kekayaan, kegiatan, atau pelayanan dengan
menghindari logika milik peribadi atau swasta karena tujuannya pertamatama bukan mencari keuntungan.

2.

Pelayanan publik mempunyai beragam bentuk organisasi hukum, baik di
dalam maupun di luar sektor publik.

3.

Pelayanan publik merupakan lembaga rakyat yang memberi palayanan
kepada warga negara, memperjuangkan kepentingan kolektif, dan
menerima tanggung jawab untuk memberi hasil.

4.

Kekhasan pelayanan publik terletak dalam upaya merespon kebutuhan
publik sebagai konsumen.

18

BorisLibois,Ethique de I’information. Paris: Fayard, 2002), hlm. 139
Haryatmoko,Etika Publik untuk Integritas Pejabat Publik dan Politisi (Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama, 2011), hlm. 85

19

24
Universitas Sumatera Utara

Menurut B. Libois, ada tiga prinsip pelayanan publik, yaitu kontinuitas,
kesetaraan dan adaptif. Kontinuitas dipahami sebagai tidak boleh berhenti sama
sekali meskipun ada pemogokan. Kesetaraan berarti tiadanya diskriminasi.
Adaptif berarti selalu mengikuti perkembangan kebutuhan sosial.
Dalam kaitan dengan taman kota, maka prinsip adaptif dan kontinuitas
berkaitan dengan hal taman kota. Hal ini dikarenakan ketersediaan taman kota
meskinya harus selaras dengan perkembangan kebutuhan sosial dan manfaatnya
dapat dirasa secara berkelanjutan bukan hanya dalam jangka waktu pendek
semata.
Dalam mewujudkan pelayanan publik yang baik, ada tiga kompetensi yang
meski dimiliki oleh pejabat publik, yaitu kompetensi teknis, leadership, dan
kompetensi etis 20. Ketiga kompetensi ini diperlukan agar pejabat publik mampu
mewujudkan pelayanan yang baik dalam menghadapi perubahan yang cepat
berkat teknologi informasi.
Ada tujuh unsur penting dalam manajemen baru pelayanan publik yang
setidaknya meski dimiliki oleh pejabat publik 21, yaitu:
1. Perampingan dan semangat kewirausahaan
2. Desentralisasi
3. Penggunaan perencanaan dan lingkaran kontrol
4. Organisasi kerja yang lebih luwes, berbeda dengan kekuatan hirearki
birokrasi model lama

20

Boris Libois, Ethique de I’information (Bruxelles: Ed.de L’Universite de Bruxelles, 1994), hlm.
153
21
Djoko Sujarto,Pilihan Strategis “Suatu teknik Pengambilan Keputusan dalamPerencanaan
Wilayah dan Kota”(Bandung: Penerbit ITB, 2001) hlm. 77

25
Universitas Sumatera Utara

5. Prioritas pada masyarakat yang dilayani dan pada kepuasan publik, bukan
pada prosedur organisasi
6. Ditandai oleh orientasi yang ukuran utamanya adalah hasil atau kinerja
dan pertanggungjawaban, bukan lagi menekankan pada metode atau
prosedur
7. Pelimpahan tanggung jawab yang semakin besar kepada pelayan publik
dalam rangka mencapai ideal etika pelayanan publik yaitu efektivitas,
efesiensi, dan penghematan
Dalam kaitannya dengan tujuh unsur dalam manajemen baru pelayanan
publik tersebut, maka unsur keempat yaitu mengenai kepuasan publik tentu
berhubungan dengan persepsi masyarakat. Dalam artian, kebijakan-kebijakan
yang diputuskan oleh pejabat publik tentu akan lebih baik dan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat yang berujung pada kepuasan masyarakat jika terlebih
dahulu diminta atau dicari tau persepsi masyarakat mengenai pembangunan yang
akan dilakukan.
Berdasar pada penjabaran mengenai arti, maksud, peran, komponen,
fungsi dan hal lainnya mengenai pejabat publik, maka dalam penelitian ini akan
dilakukan wawancara dengan fokus pada beberapa aspek pejabat publik di Kota
Binjai, yaitu Bapak Irwansyah Nasution, S.Sos., selaku Kepala Dinas Kebersihan
dan Pertamanan (DKP) Kota Binjai dan juga Ibu Puji Asti Purnamasari Ren, ST.,
selaku Kepala Seksi Penghijau Bidang Pertamanan dan PU Dinas Kebersihan dan
Pertamanan Kota Binjai. Dari 49 pejabat publik yang ada di Kota Binjai, dua

26
Universitas Sumatera Utara

pejabat publik ini dipilih menjadi fokus penelitian dikarenakan posisinya yang
dianggap berhubungan dengan taman kota.
Kadis DKP selaku dinas yang memiliki tugas pokok dan fungsi (tupoksi)
dalam hal pengelolaan taman kota sudah jelas sangat berkaitan erat dengan
berbagai hal yang mencakup taman kota, sementara Kepala Seksi Penghijauan
Pertamanan sebagai pejabaat publik yang diamanahkan untuk fokus pada
penghijauan terkhusus taman maka memiliki informasi yang mendalam terkait
dengan manajemen taman kota. Hal inilah yang menjadikan peneliti fokus pada
dua pejabat publik ini dengan tujuan untuk mendapatkan sumber informasi yang
dapat mewakili persepsi dan arah pembangunan dari berbagai pejabat publik
terkait taman kota.
3. Persepsi Masyarakat dan Pejabat Publik
Persepsi merupakan proses

pengamatan seseorang berupa kesan yang

diperoleh melalui panca indera dan kemudian kesan tersebut dianalisa,
diinterpretasi dan dievaluasi sehingga memunculkan suatu makna dari
pengamatan, dan hasil dari makna tersebut bergantung pada stimulus fisik dan
stimulus sosial di lingkungan individu, sehingga persepsi yang dimunculkan oleh
setiap individu terhadap suatu hal tentu memiliki makna yang bervariasi.
Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang hidup bersama dalam
waktu yang cukup lama dalam suatu wilayah, berinteraksi satu dengan yang
lainnya, saling ketergantungan satu dengan yang lain, memiliki nilai-nilai dan
norma-norma yang disepakati bersama, memiliki kesadaran bahwa mereka
merupakan satu kesatuan, dan melahirkan suatu kebudayaan.

27
Universitas Sumatera Utara

Pejabat publik adalah pegawai pemerintah yang memegang jabatan
penting sebagai pimpinan yang mengurusi kepentingan orang banyak guna
mewujudkan cita-cita suatu negara terutama dalam hal pelayanan publik.
Berdasarkan defenisi tersebut maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa
persepsi masyarakat dan pejabat publik merupakan hal yang sangat berkaitan erat
terhadap suksesnya pembangunan pada yang akan dilakukan. Hal ini tentu mudah
apabila hanya untuk dikatakan atau hanya dalam kontekstual semata, namun
dalam pengimplementasiannya untuk mewujudkan kesatuan persepsi antara
masyarakat dan pejabat publik tentu memiliki berbagai tantangan yang apabila
dapat dilewati maka akan mewujudkan suatu kepuasan sosial yang sangat
bermakna bagi pembangunan.
4. Kota
Kota merupakan suatu permukaan wilayah dimana terdapat pemusatan
(konsentrasi) penduduk dengan berbagai jenis kegiatan ekonomi, sosial budaya
dan administrasi pemerintahan. Kota mempunyai daya tarik yang relatif kuat bagi
penduduk yang berdomosili diluar kota yang bersangkutan, baik yang tersebar di
daerah pedesaan ataupun kota-kota yang lebih kecil.Kota mempunyai fungsi dan
peranan yang sangat penting dan dominan dalam pertumbuhan ekonomi dan
kehidupan masyarakat. Hal ini dikarenakan kota merupakan wilayah inti yang
berperan sebagai pusat pelayanan dan pembangunan 22.
Fungsi, peranan dan kedudukan kota sebagai pusat berbagai kegiatan
menjadikan kota perlu dibina, digairahkan, dan diarahkan perkembangan dan

22

Mudrajad Kuncoro, Ekonomika Pembangunan(Jakarta: Penerbit Erlangga, 2010), hlm. 99

28
Universitas Sumatera Utara

pertumbuhannya pada masa yang akan datang untuk menciptakan tata lingkungan
kehidupan msyarakat perkotaan yang lebih sempurna 23. Dalam hal ini, pemerintah
kota mempunyai peranan yang aktif dan positif untuk menentukan arah kebijakan
pengembangan kota yang disusun dalam suatu rencana pembangunan kota yang
serasi dan aplikatif. Paritispasi masyarakat juga diperlukan guna mendukung
pembangunan, pengamanan dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunan kota,
sehingga mempunyai daya dan hasil guna secara maksimal.
a.

Jenis-jenis Kota
Ada berbagai macam jenis kota, yaitu:
1. Kota Metropolitan (kota raya), yaitu kota yang memiliki jumlah penduduk
lebih dari 1.000.000 jiwa, berkembang pesat karena arus urbanisasi yang
kuat dan pada umumnya menjurus menjadi pusat kota.
2. Kota Satelit adalah kota yang terletak di pinggir atau berdekatan dengan
suatu kota besar yang secara ekonomi, sosial, administrasi dan politis
masih tergantung pada kota besar.
3. Kota Mandiri merupakan kota yang memiliki fungsi-fungsi perkotaan
secara lengkap dan secara ekonomi mampu mandiri dalam arti dapat
memenuhi kebutuhan kegiatan perkotaan dan pengembannya berdasarkan
hasil kegiatan ekonomi 24.
4. Kota Pertanian merupakan kota yang dicirikan dengan kota yang berada di
tengah ladang (sawah) dengan radius sekitar 10 km terhadap wilayah

23

Rahardjo Adisasmita, Pembangunan Kawasan dan Tata Ruang(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010),
hlm. 54
24
Budi D. Sinulingga,Pembangunan Kota: Tinjauan Regional dan Lokal(Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1999), hlm. 23

29
Universitas Sumatera Utara

pengarushnya, memiliki sekitar 20.000 jiwa penduduk, terdapat kegiatan
pemasarankomoditas hasil pertanian (agrobisnis).
5. Kota Pariwisata merupakan pemukiman yang dibangun dengan tujuan
utama untuk rekreasi termasuk kegiatan yang bersifat fisik, mental dan
budaya, umumnya memiliki fasilitas hotel, penginapan, rumah makan dan
toko cendramata dan lainnya.
6. Kota Taman adalah kota yang dirancang dengan tujuan untuk
memperbaiki mutu lingkungan hidup kota industri yang dirasakan semakin
memburuk (pencemaran udara) dimana kawasan permukiman perkotaan
yang tersebar itu dikelilingi oleh jalur hijau, kantong-kantong fasilitas
taman umum, pekarangan hijau dan dilengkapi dengan berbagai fasilitas
sosial 25.
7. Kota Danau merupakan kota yang mementingkan kondisi lingkungan
hidup perkotaan yang bersih dengan pembangunan danau di tengah kota
seperti kota Canberra, ibu kota Australia.
8. Kota Pantai adalah kota tepi laut, pemukimannya berkembang karena
adanya potensi ekonomi yang memberi peluang pemanfaatan sumber daya
kelautan.
9. Kota Baru yaitu kota yang dibangun dari ada sampai menjadi suatu kota
yang siap huni, lokasinya dapat berada di bagian dari kota lama atau
berada diluarnya.

25

Nazaruddin, Penghijauan Kota(Jakarta: PT. Penebar Swadaya, 1996), hlm. 64

30
Universitas Sumatera Utara

Konsep green city atau kota hijau merupakan salah satu konsep kota yang
dapat dijadikan solusi pembangunan untuk mengatasi berbagai permasalahan
lingkungan yang belakangan ini melanda di perkotaan 26. Konsep kota hijau adalah
konsep kota yang sehat secara ekologis, memanfaatakan secara efektif dan efesien
sumber daya air dan energi, mengurangi limbah dan menerapkan konsep
pembangunan yang berkelanjutan. Konsep kota hijau ini mulai muncul pada
pertemuan para walikota dari berbagai negara di San Fransisco, Amerika Serikat
pada hari Lingkungan Hidup Sedunia (World Environment Day) tahun 2005.
b. Tingkatan Pertumbuhan Kota
Menurut Taylor, ada lima tingkatan pertumbuhan kota, yaitu:
1. Infantile Towns, dicirikhasi oleh distribusi toko-toko dan rumah-rumah
yang semrawut dan belum ada pabrik-pabrik
2. Juvenile Towns, ditandai adanya gejala diferensiasi zona dan toko-toko
mulai terpisah
3. Adolescent

Towns,

mulai

memiliki

pabrik-pbarik,

tetapi

belum

menunjukkan adanya rumah-rumah klas tinggi
4. Early Mature Towns, menunjukkan adanya segresi yang jelas tentang
rumah-rumah klas tinggi
5. Mature Towns, menunjukkan adanya pemisahan daerah perdagangan dan
industri dan zona-zona perumahan yang berbeda-beda kualitasnya
c.

Keterlibatan Masyarakat dalam Perencanaan Pembangunan dan Tata
Ruang Perkotaan

26

Raldi Hendro Koestoer, Perspektif Lingkungan Desa – Kota: Teori dan Kasus (Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia (UI-Press), 1997), hlm. 88

31
Universitas Sumatera Utara

Perencanaan dapat memiliki arti yang berbeda bagi orang yang berbeda
pula. Bagi orang yang memiliki profesi tertentu, perencanaan dapat berarti suatu
kegiatan khusus yang memerlukan keahlian tertentu, sifatnya cukup rumit, banyak
menguras tenaga dan pikiran, serta membutuhkan waktu yang lama dalam
penyusunanya 27 . Akan tetapi, bagi orang lain perencanaan dapat berarti suatu
pekerjaan sehari-hari tidak rumit, bahkan biasa saja, terlebih orang tersebut
biasanya tidak menyadari bahwa dia telah melakukan perencanaan. Hal inilah
yang membuat perencanaan bisa berbeda dan bervariasi antara penulis satu
dengan penulis lain atau antara buku yang satu dengan buku lainnya. Perbedaan
itu terjadi karena perbedaan sudut pandang, perbedaan fokus perhaatiaan dan
perbedaan luasnya bidang yang tercakup dalam perencanaan itu sendiri.
Definisi yang sangat sederhana mengatakan bahwa perencanaan adalah
menetapkan suatu tujuan dan memilih langkah-langkah yang diperlukan untuk
mencapai tujuan tersebut. Definisi ini tentu belum mampu memberikan gambaran
atas suatu perencanaan yang rumit dan luas, namun cocok digunakan untuk
perencaaan yang sederhana yang tujuannya dapat ditetapkan dengan mudah dan
tidak terdapat faktor pembatas yang berarti untuk mencapai tujuan tersebut.
Pada tahap selanjutnya kita melihat ada faktor pembatas dalam mencapai
suatu tujuan. Pada tingkat kedua ini, perencanaan dapat didefinisikan dengan
penetapan suatu tujuan yang dapat dicapai setelah memperhatikan faktor-faktor
pembatas dalam mencpai tujuan tersebut, serta memilih menetapkan langkahlangkah untuk mencapai tujuan tersebut.

27

RobinsonTarigan,Perencanaan Pembangunan Wilayah(Jakarta: Bumi Aksara, 2004), hlm. 91

32
Universitas Sumatera Utara

Kesulitan berikutnya dalam perencanaan adalah jika ada faktor luar yang
berpengaruh dalam pencapaian tersebut. Faktor ini bers