T2 092009110 BAB VII
Bab Tujuh
Penutup
Kesimpulan
Masyarakat kampung Warsambin yang sebagian besar adalah
nelayan menggantungkan kehidupannya pada hasil sumber daya laut.
Laut menjadi dapur dan sumber makanan bagi masyarakat serta
menjadi wilayah vital yang kapan saja bisa dicuri dan mengalami
kerusakan ekosistem. Kekayaan sumber daya alam darat dan laut
menjadi potensi yang sangat luar biasa, seiring juga potensi ancaman
eksploitasi dan kerusakan lingkungannya. Semakin berkembangnya
kabupaten Raja Ampat lewat pemekaran kabupaten pada tahun 2003,
membuat potensi ancaman kini semakin nyata di depan mata.
Masyarakat harus cepat memproteksi diri dan melawan pengaruh
negatif. Tentu semakin berkembangnya daerah dengan peningkatan
penduduk akan mengakibatkan peningkatan konsumsi sumber daya
alam. Maka proteksi diri hanya bisa dilakukan dengan membangun
sebuah kesadaran bersama tentang ancaman ini.
Kearifan Lokal Sebagai Pelindung Sumber Daya Alam
Masyarakat memiliki warisan budaya yang telah diturunkan
turun temurun dari nenek moyang, yang bisa dijadikan sebagai cara
memproteksi diri. Kearifan lokal yang disebut budaya kabus, menjadi
139
BUDAYA SASI: Perlawanan Negara dan Masyarakat Terhadap Eksploitasi dan Kerusakan Sumber
Daya Alam
kekuatan masyarakat untuk melindungi sumber daya alam yang
mereka miliki. Walaupun pada akhirnya kabus mengalami perubahan
nama menjadi sasi seiring masuknya agama Kristen di Raja Ampat. Sasi
dan masyarakat kini menjadi dua hal yang tidak bisa dipisahkan,
terlebih dalam menjawab potensi ancaman eksploitasi dan kerusakan
lingkungan.
Memberikan ruang bagi kearifan lokal seperti budaya sasi
adalah sebuah upaya positif untuk melindungi sumber daya alam.
Menggiatkan kembali budaya sasi untuk dilakukan oleh masyarakat
kampung, dianggap cara paling tepat dalam melindungi dan
melestarikan sumber daya alam. Sebab perlindungan sumber daya alam
yang muncul dari sebuah kesadaran masyarakat tentu akan bisa
mengakar lebih dalam.
Dengan semakin mengakarnya kesadaran masyarakat akan
perlindungan sumber daya alam lewat budaya sasi, diharapkan
keterlibatan masyarakat pun semakin tinggi dengan pelaksanaan
budaya sasi.
Budaya Sasi Sebagai Bentuk Perlawanan Masyarakat dan Pemerintah.
Dalam upaya perlindungan dan pelestarian ini ternyata
masyarakat tidak sendirian. Negara dalam hal ini pemerintah daerah
kabupaten Raja Ampat pun mengambil peranannya. Terinspirasi dari
kearifan lokal budaya sasi, pemerintah membangun kebijakan Kawasan
Konservasi Laut Daerah untuk melindungi sumber daya alam Raja
Ampat. Dalam kebijakan ini, pemerintah dan masyarakat bersinergi
lewat aktifitas konservasi, mulai dari pengawasan sampai pengambilan
tindakan pada pelanggar aturan KKLD.
Usaha perlindungan dan pelestarian yang dilakukan
masyarakat dan pemerintah kabupaten Raja Ampat pada penelitian ini
adalah bentuk perlawanan bersama. Perlawanan ini dilakukan kepada
oknum masyarakat baik itu nelayan lokal ataupun nelayan dari luar
kabupaten Raja Ampat yang melakukan eksploitasi dan kerusakan
lingkungan dengan cara menangkap ikan yang merusak lingkungan.
140
Penutup
Perlawanan ini tidaklah dalam bentuk pemberontakan dengan
kekerasan, melainkan secara sistematis dan halus. Budaya sasi dan
kebijakan KKLD merupakan senjata yang digunakan dalam perlawanan
ini.
Dari penelitian ini pula dapat disimpulkan bahwa untuk
melakukan perlawanan baik oleh pemerintah daerah kabupaten Raja
Ampat dan masyarakat kampung Warsambin, mereka memiliki sebuah
modal yang sama. Modal tersebut dalam penelitian ini disebut dengan
modal kesadaran kerawanan ekologis. Dan inilah yang menjadi titik
balik gerakan perlawanan koalisi pemerintah dan masyarakat.
Rekomendasi
Penelitian ini berangkat dari sebuah pengalaman empirik yang
dialami dan dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah kabupaten
Raja Ampat, sehingga mampu merasakan apa yang menjadi
pergumulan sebenarnya di lapangan. Keinginan untuk melindungi dan
melestarikan sumber daya alam agar generasi selanjutnya bisa
menikmati apa yang mereka rasakan sekarang.
Dengan itu lewat penelitian ini penulis merekomendasikan :
persoalan yang menyangkut ancaman potensi sumber daya alam sudah
seharusnya melibatkan masyarakat kampung yang berada di garis
depan. Selain sebagai orang yang memahami lokasi masyarakat pun
memiliki sistem sendiri untuk meyelesaikan persoalan-persoalan
mereka. Dengan melibatkan masyarakat dalam menyelesaikan
persoalan dan mencari solusi atas persoalan yang terjadi, pemerintah
tidak menjadikan masyarakat sebagai objek pembangunan melainkan
subjek pembangunan.
Berkaitan dengan pelaksanaan budaya sasi, rekomendasi yang
penulis berikan adalah pemerintah harus secara konsisten mendukung
masyarakat untuk menggiatkan kembali budaya sasi. Meningkatkan
kapasitas budaya sasi dalam sebuah aturan hukum serta melakukan
pengawasan dan penindakkan terhadap pelanggar aturan sehingga
menimbulkan efek jera.
141
BUDAYA SASI: Perlawanan Negara dan Masyarakat Terhadap Eksploitasi dan Kerusakan Sumber
Daya Alam
Dengan melihat bahwa tantangan yang akan dihadapi Raja
Ampat ke depan semakin berat oleh karena sebagai kabupaten yang
baru terbentuk dan merupakan destinasi wisata dunia, maka
pemerintah harus secara berkesinambungan melakukan monitoring
serta evaluasi terhadap kebijakan KKLD ini. Sehingga ke depannya
alam Raja Ampat masih tetap dapat dinikmati dan tidak menerima
dampak negatif dari pembangunan. Jika ini menjadi perhatian yang
serius dari pemerintah maka pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) adalah sebuah keniscayaan untuk terjadi di kabupaten
Raja Ampat, yang kemudian pula akan tetap menjadi The Last Paradise
On Earth.
142
Penutup
Kesimpulan
Masyarakat kampung Warsambin yang sebagian besar adalah
nelayan menggantungkan kehidupannya pada hasil sumber daya laut.
Laut menjadi dapur dan sumber makanan bagi masyarakat serta
menjadi wilayah vital yang kapan saja bisa dicuri dan mengalami
kerusakan ekosistem. Kekayaan sumber daya alam darat dan laut
menjadi potensi yang sangat luar biasa, seiring juga potensi ancaman
eksploitasi dan kerusakan lingkungannya. Semakin berkembangnya
kabupaten Raja Ampat lewat pemekaran kabupaten pada tahun 2003,
membuat potensi ancaman kini semakin nyata di depan mata.
Masyarakat harus cepat memproteksi diri dan melawan pengaruh
negatif. Tentu semakin berkembangnya daerah dengan peningkatan
penduduk akan mengakibatkan peningkatan konsumsi sumber daya
alam. Maka proteksi diri hanya bisa dilakukan dengan membangun
sebuah kesadaran bersama tentang ancaman ini.
Kearifan Lokal Sebagai Pelindung Sumber Daya Alam
Masyarakat memiliki warisan budaya yang telah diturunkan
turun temurun dari nenek moyang, yang bisa dijadikan sebagai cara
memproteksi diri. Kearifan lokal yang disebut budaya kabus, menjadi
139
BUDAYA SASI: Perlawanan Negara dan Masyarakat Terhadap Eksploitasi dan Kerusakan Sumber
Daya Alam
kekuatan masyarakat untuk melindungi sumber daya alam yang
mereka miliki. Walaupun pada akhirnya kabus mengalami perubahan
nama menjadi sasi seiring masuknya agama Kristen di Raja Ampat. Sasi
dan masyarakat kini menjadi dua hal yang tidak bisa dipisahkan,
terlebih dalam menjawab potensi ancaman eksploitasi dan kerusakan
lingkungan.
Memberikan ruang bagi kearifan lokal seperti budaya sasi
adalah sebuah upaya positif untuk melindungi sumber daya alam.
Menggiatkan kembali budaya sasi untuk dilakukan oleh masyarakat
kampung, dianggap cara paling tepat dalam melindungi dan
melestarikan sumber daya alam. Sebab perlindungan sumber daya alam
yang muncul dari sebuah kesadaran masyarakat tentu akan bisa
mengakar lebih dalam.
Dengan semakin mengakarnya kesadaran masyarakat akan
perlindungan sumber daya alam lewat budaya sasi, diharapkan
keterlibatan masyarakat pun semakin tinggi dengan pelaksanaan
budaya sasi.
Budaya Sasi Sebagai Bentuk Perlawanan Masyarakat dan Pemerintah.
Dalam upaya perlindungan dan pelestarian ini ternyata
masyarakat tidak sendirian. Negara dalam hal ini pemerintah daerah
kabupaten Raja Ampat pun mengambil peranannya. Terinspirasi dari
kearifan lokal budaya sasi, pemerintah membangun kebijakan Kawasan
Konservasi Laut Daerah untuk melindungi sumber daya alam Raja
Ampat. Dalam kebijakan ini, pemerintah dan masyarakat bersinergi
lewat aktifitas konservasi, mulai dari pengawasan sampai pengambilan
tindakan pada pelanggar aturan KKLD.
Usaha perlindungan dan pelestarian yang dilakukan
masyarakat dan pemerintah kabupaten Raja Ampat pada penelitian ini
adalah bentuk perlawanan bersama. Perlawanan ini dilakukan kepada
oknum masyarakat baik itu nelayan lokal ataupun nelayan dari luar
kabupaten Raja Ampat yang melakukan eksploitasi dan kerusakan
lingkungan dengan cara menangkap ikan yang merusak lingkungan.
140
Penutup
Perlawanan ini tidaklah dalam bentuk pemberontakan dengan
kekerasan, melainkan secara sistematis dan halus. Budaya sasi dan
kebijakan KKLD merupakan senjata yang digunakan dalam perlawanan
ini.
Dari penelitian ini pula dapat disimpulkan bahwa untuk
melakukan perlawanan baik oleh pemerintah daerah kabupaten Raja
Ampat dan masyarakat kampung Warsambin, mereka memiliki sebuah
modal yang sama. Modal tersebut dalam penelitian ini disebut dengan
modal kesadaran kerawanan ekologis. Dan inilah yang menjadi titik
balik gerakan perlawanan koalisi pemerintah dan masyarakat.
Rekomendasi
Penelitian ini berangkat dari sebuah pengalaman empirik yang
dialami dan dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah kabupaten
Raja Ampat, sehingga mampu merasakan apa yang menjadi
pergumulan sebenarnya di lapangan. Keinginan untuk melindungi dan
melestarikan sumber daya alam agar generasi selanjutnya bisa
menikmati apa yang mereka rasakan sekarang.
Dengan itu lewat penelitian ini penulis merekomendasikan :
persoalan yang menyangkut ancaman potensi sumber daya alam sudah
seharusnya melibatkan masyarakat kampung yang berada di garis
depan. Selain sebagai orang yang memahami lokasi masyarakat pun
memiliki sistem sendiri untuk meyelesaikan persoalan-persoalan
mereka. Dengan melibatkan masyarakat dalam menyelesaikan
persoalan dan mencari solusi atas persoalan yang terjadi, pemerintah
tidak menjadikan masyarakat sebagai objek pembangunan melainkan
subjek pembangunan.
Berkaitan dengan pelaksanaan budaya sasi, rekomendasi yang
penulis berikan adalah pemerintah harus secara konsisten mendukung
masyarakat untuk menggiatkan kembali budaya sasi. Meningkatkan
kapasitas budaya sasi dalam sebuah aturan hukum serta melakukan
pengawasan dan penindakkan terhadap pelanggar aturan sehingga
menimbulkan efek jera.
141
BUDAYA SASI: Perlawanan Negara dan Masyarakat Terhadap Eksploitasi dan Kerusakan Sumber
Daya Alam
Dengan melihat bahwa tantangan yang akan dihadapi Raja
Ampat ke depan semakin berat oleh karena sebagai kabupaten yang
baru terbentuk dan merupakan destinasi wisata dunia, maka
pemerintah harus secara berkesinambungan melakukan monitoring
serta evaluasi terhadap kebijakan KKLD ini. Sehingga ke depannya
alam Raja Ampat masih tetap dapat dinikmati dan tidak menerima
dampak negatif dari pembangunan. Jika ini menjadi perhatian yang
serius dari pemerintah maka pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) adalah sebuah keniscayaan untuk terjadi di kabupaten
Raja Ampat, yang kemudian pula akan tetap menjadi The Last Paradise
On Earth.
142