Uang dalam Perspektif Ekonomi Islam.docx
UANG DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
KELOMPOK II (A)
Riska Ekawati
Syamsul Bahri
Dwi Nur Setiarini Kusuma Dewi
Jumriani Nur
(90100115005)
(90100115006)
(90100115007)
(90100115008)
JURUSAN EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2016
17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Uang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap
hari lalu lintas barang dan jasa di dalam semua kegiatan ekonomi tentu memerlukan uang
sebagai alat pelancar guna mencapai tujuan tersebut. Dalam perekonomian yang menggunakan
uang, setiap barang dan jasa memiliki satuan harga yang dapat di ukur dengan uang. Hal ini
berbeda dengan perekonomian yang menggunakan sistem barter sebagai dasar pertukaran barang
dan jasa, di mana seseorang yang mempunyai barang harus mencari orang lain untuk saling
melakukan pertukaran masing-masing barang yang mereka miliki.
Secara mikro, perekonomian yang menggunakan uang akan memudahkan para pemilik
sumber daya ekonomi dalam menerima pendapatan yang berupa uang, yang kemudian dapat
mereka tukarkan dengan barang dan jasa yang mereka pilih sendiri. Dalam hal ini masyarakat
yang menerima penghasilannya, baik yang berupa upah, gaji, sewa, bunga dividen dan segala
sesuatu dalam bentuk uang, akan dengan mudah membelanjakan uang tersebut untuk memenuhi
kebutuhannya.
Secara makro, mereka yang terlibat di dalam kegiatan produksi barang dan jasa dapat
melakukan pertukaran barang dan jasa tersebut dengan mudah dan berjalan lancar dengan
menggunakan uang sebagai perantara, dimana sektor rumah tangga yang menerima
pendapatannya berupa uang akan membelanjakan uang tersebut untuk membeli barang dan jasa
yang dihasilkan oleh sektor usaha dan produksi. Perubahan aliran uang inilah yang membuat
terjadinya perubahan harga Output, termasuk berpengaruh juga terhadap perilaku, tabungan dan
siklus bisnis.
Uang identik dengan modal, seperti pendapat Collin Rogers dalam bukunya, Money
Interset and Capital (1989), yang di kutip oleh Adiwarman A.Karim. Pendapat ini tentu tak dapat
dilepaskan dari peran dan fungsi uang yang merupakan alat penyimpan nilai/daya beli dan
standar pembayaran yang tertangguhkan, sehingga uang dapat dan diperbolehkan untuk di
pertukaran dan diperjual-belikan dengan harga tertentu.
Ketika uang dianggap sebagai modal, maka uang akan menjadi barang pribadi atau
Private goods, di mana orang dapat menyimpan, menimbun dan mengendapkan uang dari
peredaran dan sirkulasi di masyarakat. Dengan demikian, peran dan fungsi dengan sendirinya
17
beralih dari sebagai alat tukar menjadi sebagai alat penyimpan nilai kekayaan. Artinya uang
merupakan stock concept yang dapat diakumulasi sedemikian rupa sebagai modal dan kekayaan
pribadi.
Dalam Ekonomi Islam, uang merupakan alat tukar dan alat satuan hitung. Tetapi uang
bukanlah komoditas yang dapat diperjual-belikan layaknya barang dan jasa ekonomi. Karena
uang bukanlah komoditas, maka uang tidak identik dengan modal dan tidak boleh dianggap
sebagai modal. Sebagai alat tukar yang tidak boleh diendapkan. Uang harus terus mengalir,
bergulir dan berputar dalam masyarakat untuk di gunakan dalam kegiatan ekonomi. Karena itu
konsep uang dalam ekonomi islam adalah flow concept dan bukan stock concept.
17
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Sejarah Uang
Pada peradaban awal, manuisa memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Mereka
memperoleh makanan dari berburu atau memakan berbagai buah-buahan. Karena jenis
kebutuhannya masih sederhana, mereka belum membutuhkan orang lain. Masing-masing
individu memenuhi kebutuhan makannya secara mandiri. Dalam periode yang di kenal
sebagai periode prabarter ini, manusia belum mengenal transaksi perdagangan atau kegiatan
jual beli.
Ketika jumlah manusia semakin bertambah dan peradabannya semakin maju,
kegiatan atau transaksi sesame manusia pun meningkat tajam. Jumlah dan jenis kebutuhan
manusia, juga semakin meningkat. Ketika itulah, masing-masing individu mulai tidak
mampu memenuhi kebututuhannya sendiri. Bisa dipahami, karena ketika seseorang
menghabiskan waktunya seharian untuk bercocok tanam, pada saat bersamaan tentu tidak
akan bisa memperoleh garam atau ikan, menenun pakaian sendiri, atau kebutuhan lain.
Satu sama lain mulai saling membutuhkan, karena tidak ada individu yang secara
sempurna mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Sejak saat itulah, manusia mulai
mempergunakan berbagai cara dan alat untuk melangsungkan barang-barang dalam rangka
memenuhi kebutuhan mereka. Pada tahap peradaban manusia yang masih sangat sederhana
mereka dapat menyelenggarakan tukar menukar kebutuhan dengan cara barter. Maka periode
itu di sebut zaman barter.
Pertukaran barter ini mensyaratkan adanya keinginan yang sama pada waktu yang
bersamaan (double coincident of wants) dari pihak-pihak yang melakukan pertukaran ini.
Namun semakin beragam dan kompleks kebutuhan manusia, semakin sulit menciptakan
situasi double coincident of wants ini. Misalnya, pada satu ketika seseorang yang memiliki
beras membutuhkan garam. Namun saat yang bersamaan pemilik barang sedang tidak
membutuhkan beras melainkan membutuhkan daging sehingga syarat terjadinya barter antara
beras dengan garam tidak terpenuhi. Keadaan demikian tentu akan mempersulit muamalah
antar manusia. Itulah sebabnya diperlukan suatu alat tukar yang dapat di terima oleh semua
17
pihak. Alat tukar demikian kemudian di sebut uang. Pertama kali, uang di kenal dalam
peradaban Sumeria dan Babylonia.
Uang demikian berkembang dan berevolusi mengikuti perjalanan sejarah. Dari
perkembangan inilah, uang kemudian bisa dikategorikan dalam tiga jenis, yaitu barang, uang
kertas dan uang giral atau uang kredit.
2.2.
Pengertian dan Syarat-syarat Uang
Dalam ekonomi islam, secara etimologi uang berasal dari kata al-naqdu-nuqud.
Pengertiannya ada beberapa makna, yaitu al-naqdu berarti yang baik dari dirham,
menggenggam dirham, membedakan dirham, dan al-naqd juga berarti tunai. Kata nuqud
tidak terdapat di dalam Al-Qur’an dan Hadis karena bangsa Arab umumnya tidak
menggunakan nuqud untuk menunjukkan harga. Mereka menggunakan kata dinar untuk
menunjukkan mata uang yang terbuat dari emas dan kata dirham untuk menunjukkan alat
tukar dari perak. Mereka juga menggunakan wariq untuk menunjukkan dirham perak, kata
‘ain untuk menunjukkan dinar emas. Sementara itu, kata fulus (uang tembaga) adalah alat
tukar tambahan yang di gunakan untuk membeli barang-barang yang murah.
Uang menurut fuqaha tidak terbatas pada emas dan perak yang di cetak, tetapi
mencakup seluruh jenisnya dinar, dirham, dan fulus. Untuk menunjukkan dirham dan dinar
mereka menggunakan istilah naqdain. Namun, mereka berbeda pendapat apakah fulus
termasuk dalam istilah naqdain atau tidak. Menurut pendapat mu’tamad dari golongan
Syafi’iyah, fulus tidak termasuk naqd, sedangkan maszhab Hanafi berpendapat bahwa naqd
mencakup fulus.
Definisi nuqd menurut Abu Ubaid (wafat 224 H), dirham dan dinar adalah nilai harga
sesuatu. Ini berarti dinar dan dirham adalah standar ukuran yang dibayarkan dalam transaksi
barang dan jasa. Al-Ghazali (wafat 595 H) menyatakan, Allah menciptakan dinar dan dirham
sebagai hakim penengah di anatara seluruh harta sehingga harta bisa di ukur dengan
keduanya. Ibn al-Qayyim (wafat 751 H) berpendapat, dinar dan dirham adalah nilai harga
barang komoditas. Ini mengisyaratkan bahwa uang adalah standar unit ukuran untuk nilai
harga komoditas.1
1 Ahmad Hasan, al-Naqdiyah fi al-Iqtishad al-islami (Qimatuha wa Ahkamuha) , terj.
Saifurrahman Barito dan Zulfakar Ali, Mata Uang Islami, (Jakarta: PT RajaGrafido Persada,
2004), hlm. 1-8.
17
Menurut para ahli ekonomi kontemporer, uang didefinisikan dengan benda-benda
yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantara untuk mengadakan tukar-menukar atau
perdagangan dan sebagai standar nilai.2
Syarat-syarat uang adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.3.
Nilainya tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu
Tahan lama
Bendanya mempunyai mutu yang sama
Mudah dibawa-bawa
Mudah disimpan tanpa mengurangi nilainya
Jumlahnya terbatas (tidak berlebih-lebihan)3
Dicetak dan disahkan penggunaannya oleh pemegang otoritas moneter (pemerintah).
Konsep Uang dalam Islam
Konsep uang dalam islam berbeda dengan konsep uang dalam ekonomi konvensional.
Dalam ekonomi islam, konsep uang sangat jelas dan tegas bahwa uang adalah uang, uang
bukan capital. Sebaliknya, konsep uang yang dikemukakan dalam ekonomi konvensional
tidak jelas. Sering kali istilah uang dalam perspektif ekonomi konvensional diartikan secara
bolak-balik, yaitu uang sebagai uang dan uang sebagai capital.4
Perbedaan lain adalah bahwa dalam ekonomi islam, uang adalah sesuatu yang bersifat
flow concept dan capital adalah sesuatu yang bersifat stock concept, sedangkan dalam
ekonomi konvensional terdapat beberapa pengertian. Frederic S. Mishkin, misalnya,
mengemukakan konsep Irving Fisher yang menyatakan bahwa:5
MV = PT
Keterangan:
M = Jumlah uang
V = Tingkat Perputaran Uang
P = Tingkat harga barang
T = Jumlah barang yang diperdagangkan
Dari persamaan di atas dapat di ketahui bahwa semakin cepat perputaran uang, maka
semakin besar income yang di peroleh.Dalam teori permintaan uang ini konsep Irving Fisher
mengasumsikan bahwa keberadaan uang pada hakikatnya adalah flow concept dimana
2 Muhammad Usman Syabir, al-Muamalat al-Maliyah al-Mu’ashirah, (Yordan, Dar al-Nafais,
1992), hlm. 174.
3 Sadono Sukirno, pengantar Teori Makro Ekonomi, Jakarta: Rajawali Pers, 2002, hlm. 193.
4 Lihat antara lain Colin Rogers, Money,Interest and Capital: A Study in The Foundation of
Monetary Theory, (Cambridge: Cambridge University Press, 1989).
5 Pembahasan lebih lanjut, lihat Frederic S. Mishkin, The Economics of Money, Banking, and
Financial Market (New York: Addison Wesley Logman, 2001), Edisi ke-6, hlm. 538-539.
17
keberadaan uang atauu permintaan uang tidak pengaruhi oleh suku bunga akan tetapi besar
kecilnya uang akan di tentukan oleh kecepatan perputaran uang tersebut.
Pendapat lain yang diungkapkan oleh Mishkin adalah konsep dari Marshall-Pigou
dari Cambridge, yaitu:6
M = kPT
Keterangan:
M = Jumlah Uang
k = 1/v
P =matematis
Tingkat kharga
Walaupun secara
dapat barang
dipindahkan ke kiri atau ke kanan, secara
T = Jumlah barang yang diperdagangkan
filosofis kedua konsep ini berbeda. Dengan adanya k pada persamaan Marshall-Pigou di atas
menyatakan bahwa demand for holding money adalah suatu proporsi (k) dari jumlah
pendapatan (PT). Semakin besar k, semakin besar demand for holding money (M), untuk
tingkat pendapatan tertentu (PT). Ini berarti konsep dari Marshall-Pigou mengatakan bahwa
uang adalah stock concept. Oleh sebab itu, kelompok Cambridge mengatakan bahwa uang
adalah salah satu cara untuk menyimpan kekayaan (store of wealth)
KONSEP ISLAM
KONSEP KONVENSIONAL
Uang tidak identic dengan modal
Uang sering kali diidentikan dengan modal
Uang adalah
Uang (modal) adalah private goods
Modal adalah private goods
Uang (modal) adalah flow concept bagi Fisher
Uang adalah flow concept
Uang (modal) adalah stock concept bagi cambridge school
Modal adalah stock concept
2.4.
Fungsi Uang
Dalam system ekonomi konvensional, uang berfungsi sebagai:
1. Alat tukar (medium of exchange);
2. Standar harga (standard of value) atau satuan hitung (unit of account); dan
6 Lebih jauh, lihat ibid., hlm.540-541.
17
3. Penyimpan kekayaan (store of value) atau (store of wealth);
4. Uang sebagai standar pembayaran tunda (standard of deferred payment).7
Namun, hal ini berbeda dengan system ekonomi Islam yang hanya mengakui fungsi
uang itu sebagai medium of exchange dan unit of account. Sedangkan fungsi uang sebagai
store of value dan standard of deferred payment diperdebatkan oleh ahli ekonomi Islam.
Adapun penjelasannya sebagai berikut;
1)
Alat tukar (Medium of Exchange)
Uang adalah alat tukar menukar yang digunakan setiap individu untuk transaksi
barang dan jasa. Misalnya seseorang yang memiliki beras untuk dapat memenuhi
kebutuhannya terhadap lauk pauk ia cukup menjual berasnya dengan menerima uang
sebagai gantinya. Kemudian ia dapat membeli lauk pauk yang ia butuhan. Begitulah fungsi
uang sebagai alat tukar pada setiap transaksi dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup
manusia. kondisi ini jelas dengan system barter tempo dulu. Jika orang yang memiliki beras
menginginkan lauk-pauk, ia harus mencari orang yang memiliki lauk-pauk yang
membutuhkan beras. Jelas ini system yang sangat rumit. Fungsi uang sebagai alat tukar
dalam setiap kegiatan ekonomi dalam kehidupan modern ini menjadi sangat penting.
Seseorang tidak dapat memproduksi setiap barang kebutuhan hariannya, karena keahlian
manusia itu berbeda-beda. Disinlah uang memegang peranan yang sangat penting agar
manusia itu dapat memenuhi kebutuhannya dengan mudah.
2) Satuan Nilai atau Standar Harga8 (Unit of Account)
Ini merupakan fungsi uang yang terpenting. Uang adalah satuan nilai atau standar
ukuran harga dalam transaksi barang dan jasa. Dengan adanya uang sebagai satuan nilai,
memudahkan terlaksanakannya transaksi dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Menurut alGhazali dalam Gamal, uang diibaratkan cermin yang tidak mempunyai warna, tetapi dapat
merefleksikan semua warna, yang maksudnya adalah uang tidak mempunyai harga, tetapi
merefleksikan harga semua barang, atau dalam istilah ekonomi klasik disebutkan bahwa
uang tidak memberikan kegunaan langsung ( direct utility function ), yang artinya adalah
jika uang digunakan untuk membeli barang, maka barang itu yang akan memberikan
kegunaan.Dengan demikian, uang uang tidak di butuhkan untuk uang itu sendiri, karena
7 Baradley R. Schiller, The Economic Today, (New York: McGraw-Hill Irwin,2003), hlm. 263.
Lihat juga Rogert LeRoy Miller, economics Today, (Massachusetts: Addison-Wesley, 1997),
hlm. 320-321.
8 Muhammad Usman Syabir, op.cit., hlm. 180
17
uang tidak mempunyai harga, tetapi ia sebagai alat untuk menghargai semua barang. Fungsi
uang menurut Ibn Taimiyah (1263-1328) adalah sebagai alat ukur nilai dan sebagai alat
pertukaran. Secara khusus Ibn Taimiyah, menyatakan uang itu sebagai atsman (Harga)
yakni alat ukur dari nilai suatu benda. Melalui uang sejumlah benda dapat diketahui
nilainya. Uang bukan ditujukan untuk dirinya sendiri. Fungsi uang secara esensial adalah
mengukur nilai benda atau dibayar sebagai alat tukar benda lain.
2.5.
Perubahan Fungsi Uang
Fungsi uang sebagai medium of exchange dapat di gunakan dan diterima sebagai alat
pembayaran. Sebelum di temukannya koin, komoditi seperti hewan ternak berfungsi sebagai
uang, begitu juga dengan logam seperti emas dan perak yang di gunakan pada masa lampau.
Koin eropa yang di kenal modern saat itu sebernarnya berasal dari Bizantium dan Negara
Muslim yang di perkirakan ditemukan pada abad ke-17.
Sebelum membicarakn lebih lanjut tentang uang, maka perlu diketahui tentang
perkembangan fungsi uang dan institusi yang menerbitkannya. Ada tiga tahap perkembangan
fungsi uang, yaitu commodity money, token money, dan deposit money.
1. Uang Barang (Commodity Money)
Uang barang adalah alat tukar yang memiliki nilai komoditas atau bisa di
perjualbelikan apabila barang tersebut di gunakan bukan sebagai uang. Namun tidak
semua barang bisa menjadi uang, diperrlukan tiga konsidi utama, agar suatu barang bisa
di jadikan uang, antara lain;
Kelangkaan (scarcity), yaitu persediaan barang itu harus terbatas.
Daya tahan (durability), barang terebut harus tahan lama.
Nilai tinggi, maksudnya barang yang dijadikan uang harus bernilai tinggi, sehingga
tidak memerlukan jumlah yang banyak dalam melakukan transaksi.
Dari uraian tentang kualitas diatas, jelas bahwa logam (emas dan perak) sebagai
medium of exchange di masa lalu, memenuhi persyaratan diatas. Tetapi seiring dengan
semakin meningkatnya volume dan kompleksitas dari pertukaran tersebut, maka logam
17
(emas dan perak) tersebut menjadi tidak memuaskan. Perkembangan perdagangan dan
skala bisnis yang semakin tinggi melebihi kemampuan uang sebagai bentuk yang efisien
untuk transaksi keuangan yang besar, maka akan digunakan bentuk lain dari uang.
2. Uang Tanda/Kertas (Token Money)
Ketika uang logam masih di gunakan sebagai uang resmi dunia, ada beberapa pihak
yang melihat peluang meraih keuntungan dari kepemilikan mereka atas emas dan perak.
Pihak-pihak ini adalah bank, orang yang meminjamkan uang dan pandai emas
(goldsmith) atau toko-toko perhiasaan. Mereka melihat bukti peminjaman, penyimpanan
atau penitipan emas dan perak di tempat mereka juga bisa di terima di pasar.
Berdasarkan hal ini, pandai emas dan bank mengeluarkan surat (uang kertas) dengan
nilai yang besar dari emas atau perak yang di milikinya. Karena kertas ini didukung oleh
kepemilikan atas emas dan perak, masyarakat umum menerima uang kertas sebagai alat
tukar yang sah.
Ini kemudian berlanjut sampai uang kertas menjadi alat tukar yang dominan, dan
semua sistem perekonomian menggunakannya sebagai alat tukar utama. Ada beberapa
keuntungan penggunaan uang kertas, di antaranya biaya pembuatan rendah,
pengirimannya mudah, penambahan dan pengurangan lebih mudah dan cepat, serta dapat
di pecah-pecahkan dalam jumlah berapa pun. Namun kekurangan uang kertas juga cukup
signifikan, antara lain uang kertas ini tidak bisa di bawa dalam jumlah yang besar karena
di buat dari kertas, sangat mudah rusak.
3. Uang Giral (Deposit Money)
Uang giral adalah uang yang di keluarkan oleh bank-bank komersial melalui
pengeluaran cek dan alat pembayaran giro lainnya. Uang giral ini merupakan simpanan
nasabah di bank yang dapat diambil setiap saat dan dapat dipindahkan kepada orang lain
untuk melakukan pembayaran. Artinya, cek dan giro yang di keluarkan oleh bank
manapun bisa digunakan sebagai alat pembayaran barang ,jasa dan utang.
Kelebihan uang giral sebagai alat pembayar adalah:
Kalau hilang dapat di lacak kembali sehingga tidak bisa digunakan oleh yang
tidak berhak.
Dapat dipindahtangankan dengan cepat dan ongkos yang rendah.
17
Tidak diperlukan uang kembali sebab cek dapat di tulis sesuai dengan nilai
transaksi.
2.6.
Time Value of Money
Ekonomi Islam memiliki prinsip yang yang berasal dari sumber hukum baik alQur'an, hadis maupun pemikiran cendikiawan muslim. Nilai fundamental ini yang mendasari
pandangan ekonom muslim dalam melahirkan pemikirannya, termasuk mengkaji fungsi uang
dalam kehidupan ekonomi. Menurut pendapat mereka, fungsi uang hanya ada dua yaitu: (1)
sebagai alat pengukur harga, dan (2) alat pembayaran. Fungsi uang sebagai alat penyimpan
nilai tidak diakui karena dianggap sesuatu yang mendekati riba. Fungsi uang yang dilarang
inilah yang sebenarnya melahirkan teori time value of money. Time value of money adalah
sebuah konsep nilai uang yang dimiliki lebih berharga dibandingkan nilai uang masa yang
akan datang. Uang yang dipegang saat ini lebih bernilai karena dapat berinvestasi dan bisa
mendapatkan bunga, atau nilai uang yang berubah (cenderung menurun) dengan berjalannya
waktu. Dalam islam tidak di kenal adanya time value of money, yang di kenal adalah
economic value of time.
Seperti yang kita ketahui bersama, teori keuangan konvensional mendasarkan
argument pembenaran adanya bunga (interest) melalui konsep time value of money (nilai
waktu dari uang). Seperti pengertian yang di kemukan oleh para ekonom konvensional
mengenai time value of money “ A dollar today is worth more than a dollar in the future
because a dollar today can be invested to get a return”9
Dalam ekonomi islam, validitas konsep ini telah di bantah argumentasinya dengan
adanya pelarangan riba dalam islam. Sebagai gantinya, aktivitas bisnis dalam ekonomi islam
selalu menekankan kepada mekanisme system bagi hasil (profit and loss sharing). Konsep
kemitraan ini dirasa lebih tepat dan sesuai dengan prinsip keadilan realistis.
2.7.
Economic Value of Time
Islam tidak mengenal konsep time value of money, islam hanya mengenal konsep
economic value of time, artinya yang bernilai adalah waktu itu sendiri. Teori economic value
of time berkembang pada abad ke-7 M. pada masa saat digunakannya emas dan perak
sebagai alat tukar. Logam ini di terima sebagai alat tukar disebabkan nilai intrinsiknya, bukan
9 Lihat misalnya Aswath Damodaran (2001), Corporate Finance: Theory and Practice 2 nd ed,
New York: John Wiley & Sons.
17
karena mekanisme untuk di kembangkan, sehingga hubungan debetur/kreditur yang muncul
bukan karena akbibat transaksi secara langsung, namun jelas merupakan transaksi
“permintaan uang”.
Dalam pandangan islam mengenai waktu, waktu bagi semua orang adalah sama
kuantitasnya, yaitu 24 jam. Nilai waktu antara satu orang dengan orang yang lainnya, akan
berbeda dari sisi kualitasnya. Jadi factor yang menentukan nilai waktu adalah bagaimana
seseorang bisa memanfaatkan waktu itu sendiri.
2.8.
Uang Sebagai Flow Concept
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam islam, uang adalah flow concept
dan capital adalah stock concept. Semakin cepat perputaran uang, akan semakin baik.
Misalnya, seperti contoh pada aliran masuk dan aliran keluar. Sewaktu air mengalir, di sebut
sebagai uang, sedangkan apabila air terus mengendap, maka di sebut sebagai capital. Wadah
tempat mengendapnya adalah, private goods, sedangkan air adalah public goods. Uang
seperti air, apabila air (uang) dialirkan, maka air (uang) tersebut akan bersih dan sehat (bagi
ekonomi). Apabila air (uang) dibiarkan mengenang dalam suatu tempat (menimbun uang),
maka air tersebut akan keruh atau kotor. Saving harus di investasikan kesektor rill. Apabila
tidak, maka saving bukan saja tidak mendapat return, tetapi juga dikenakan zakat.
2.9. Uang sebagai Public Goods
Dalam konsep ekonomi Islam uang adalah milik masyarakat (money is public goods).
Barang siapa yang menimbun uang atau dibiarkan tidak produktif berarti mengurangi jumlah
uang beredar yang dapat mengakibatkan tidak jalannya perekonomian. Jika seseorang
sengaja menumpuk uangnya tidak dibelanjakan, sama artinya dengan menghalangi proses
atau kelancaran jual beli. Implikasinya proses pertukaran dalam perekonomian terhambat. Di
samping itu penumpukan uang/harta juga dapat mendorong manusia cenderung pada sifatsifat tidak baik seperti tamak, rakus dan malas beramal (zakat, infak dan sadaqah). Sifat-sifat
tidak baik ini juga mempunyai imbas yang tidak baik terhadap kelangsungan perekonomian.
Oleh karenanya Islam melarang penumpukan / penimbunan harta, memonopoli kekayaan.
Ciri dari public goods adalah barang tersebut dapat digunakan oleh masyarakat tanpa
menghalangi orang lain untuk menggunakannya. Sebagai contoh : jalan raya. Jalan raya
dapat di gunakan oleh siapa saja tanpa terkecuali, akan tetapi masyarakat yang mempunyai
17
kendaraan berpeluang lebih besar dalam pemanfaatan jalan raya tersebut di bandingakan
dengan masyarakat yang tidak mempunyai kendaraan. Begitu pula dengan uang, sebagai
public goods, uang di manfaatkan lebih banyak oleh masyarakat yang lebih kaya. Hal ini
bukan karena simpanan mereka di bank tetapi karena asset mereka, seperti rumah,mobil,
saham, dan lain-lain. Yang di gunakan di sector produksi, sehingga memberikan peluang
yang lebih besar kepada orang tersebut untuk memperoleh lebih banyak uang . jadi, semakin
tinggi tingkat produksi, akan semakin besar kesempatan untuk dapat memperoleh
keuntungan dari public goods (uang) tersebut. Oleh karena itu, penimbunan (hoarding)
dilarang karena menghalangi yang lain untuk menggunakan public goods tersebut. Jadi, jika
dan hanya jika private goods di manfaatkan pada sector produksi, maka kita akan
memperoleh keuntungan.
2.10.
Motif Permintaan Terhadap Uang
Dalam teori moneter konvensional ada tiga motif yang mempengaruhi seseorang
memegang uang, yaitu :
1. Money Demand for Transaction (Permintaan akan Uang Untuk Transaksi)
Yakni permintaan terhadap uang untuk keperluan transaksi. Alasan utama orang
membutuhkan uang adalah membeli kebutuhan, seperti makanan, pakaian, membayar
listrik, dan kebutuhan lainnya.10 Fungsi uang dalam motif permintaan ini adalah sebagai
alat tukar dari transaksi rumah tangga,industry, ataupun pemerintah untuk semua barang
dan jasa. Besarnya permintaan uang untuk tujuan transaksi ini di tentukan oleh besarnya
tingkat pendapatan (MDt = f(Y), artinya semakin besar tingkat pendapatan yang di
hasilkan maka jumlah uang yang di minta utuk transaksi juga mengalami peningkatan
demikian sebaliknya (vice versa)
2. Money Demand for Precautionary (Permintaan akan Uang untuk Berjaga-jaga)
Yakni, permintaan akan uang untuk tujuan memenuhi kemungkinan-kemungkinan
yang tak terduga. Seseorang dalam kehidupan sehari-hari perlu menyimpan uang untuk
10 Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, Macroeconomic, (New York, McGraw-Hill,
2001), hlm.196.
17
menghadapi hal-hal yang tidak terduga, baik dengan menyimpannya di rumah atau di
bank. Sama halnya dengan permintaan uang untuk transaksi, maka besarnya permintaan
uang untuk berjaga-jaga ditentukan oleh besarnya tingkat pendapatan, artinya semakin
besar tingkat pendapatan maka permintaan uang untuk berjaga-jaga juga akan semakin
besar atau mempunyai hubungan positif dan fungsinya dapat di nyatakan sama, yaitu
MDp = f(Y)
3.
Money demand for speculation (Permintaan akan Uang untuk Spekulasi)
Alasan permintaan seseorang terhadap uang pada motif ini lebih bersifat untuk
mendapatkan keuntungan di pasar valas. Faktor yang menentukan besarnya permintaan
uang untuk motif spekulasi ini adalah besarnya suku bunga, dividen surat-surat berharga
ataupun capital gain. Dapat di nyatakan fungsinya yaitu MDs = f(i).
Menurut Keynes, money demand for transaction dan money demand for
precautionary ditentukan oleh tingkat pendapatan, sedangkan money demand for
speculation ditentukan oleh tingkat suku bunga.11 Dari motif ketiga inilah suku bunga
sebagai opportunity cost muncul, dimana semakin tinggi suku bunga, maka semakin
rendah permintaan uang untuk spekulatif, begitu sebaliknya. Secara sistematis, hal ini di
rumuskan sebagai berikut:
Mdtr = f (Y)
Mdpre = f (Y)
Mdsp = f (i)
Ketiga motif permintaan uang tersebut dapat di jelaskan dengan menggunakan
gambar, berikut;
11 Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: Gema Insani Press, 2007), hlm.
182.
17
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Berdasarkan gambar 2.1 terlihat bahwa permintaan uang untuk spekulasi
mempunyai bentuk hubungan negatif (antara suku bunga dengan jumlah uang), pada saat
suku bunga i0 maka jumlah uang yang di minta M0 saat suku bunga mengalami kenaikan
dari i0 ke i1 maka semakin banyak permintaan uang untuk spekulasi maksudnya semakin
tinggi suku bunga maka, semakin kecil keinginan masyarakat untuk menyimpan uang dan
semakin besar digunakan untuk spekulasi. Sedangkan pada gambar 2.2 pada saat
pendapatan (Y0), maka permintaan uang sebesar M0, jika pengalami kenaikan dari Y0 ke
Y1 maka permintaan uang juga mengalami kenaikan dari M0 ke M1.
Dalam ekonomi islam, motif yang memengaruhi seseorang memiliki uang di
benarkan hanya untuk transaksi dan berjaga-jaga. Dalam islam, seseorang memiliki uang
untuk spekulasi di larang karena uang menurut Islam hanya sebagai alat tukar-menukar
dan sebagai standar nilai sehingga al-Ghazali berpendapat, perdagangan uang dengan
uang terlarang karena akan memenjarakan fungsi uang sebagai alat pertukaran. Jika suatu
uang dapat membeli atau dibeli dengan uang lain, maka uang berarti tidak lagi berfungsi
sebagai alat tukar tetapi sebagai komoditi. Uang dalam ekonomi islam adalah suatu yang
bersifat flow concept bukan stock concept. Uang harus selalu mengalir, beredar di
kalangan masyarakat dalam kehidupan ekonomi.
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian di atas pemakalah dapat menyimpulkan bahwa :
Pertama, Uang sebagai alat tukar melalui proses evolusi yang sangat panjang, sejak
system prabarter, barter dan akhirnya menjadi uang yang kita kenal saat ini. Menurut ahli
kontemporer uang adalah sarana dalam transaksi yang dilakukan masyarakat dalam kegiatan
produksi dan jasa. Baik uang itu berasal dari emas, perak, tembaga, kulit, kayu, batu, dan
besi. Selama itu diterima masyarakat dan dapat di anggap sebagai uang dengan memenuhi
berbagai persyaratannya. Uang dapat di kategorikan menjadi tiga, yaitu uang barang, uang
kertas dan uang giral.
Kedua, Mengenai konsep uang menurut Friedman dan Cambridge. Bahwa mereka
berbeda pandangan, ada yang menyatakan bahwa uang itu sebagai flow concept (public
goods) dan yang kedua menyatakan bahwa uang itu stock concept (private goods).
Ketiga, Dalam system ekonomi konvensional, uang berfungsi sebagai ; alat tukar,
satuan hitung, dan penyimpan kekayaan. Berbeda dengan pandangan Islam bahwa fungsi
uang itu hanya dua, yaitu medium of exchange dan unit of accounts. Dalam islam tidak di
kenal adanya time value of money, yang di kenal adalah economic value of time.
17
Kelima, Dalam konsep islam juga, tidak mengenal yang namanya demand for
speculation, karena spekulasi tidak di perkenankan. Lain halnya dengan system
konvensional yang membuka peluang lebar-lebar dengan kebolehan dalam memberikan
bunga atas harta. Uang adalah milik masyarakat sehingga menimbun uang atau di biarkan
tidak produktif dilarang, karena itu mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Karim, Adiwarman Azwar. 2006. Ekonomi Makro Islami. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,, Edisi
Ketiga. 2016.
Rozalinda. Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi. Jakarta: PT RajaGrafindo.
2014.
Huda, Nurul, dkk. Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
2007.
17
17
KELOMPOK II (A)
Riska Ekawati
Syamsul Bahri
Dwi Nur Setiarini Kusuma Dewi
Jumriani Nur
(90100115005)
(90100115006)
(90100115007)
(90100115008)
JURUSAN EKONOMI ISLAM
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
2016
17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Uang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Setiap
hari lalu lintas barang dan jasa di dalam semua kegiatan ekonomi tentu memerlukan uang
sebagai alat pelancar guna mencapai tujuan tersebut. Dalam perekonomian yang menggunakan
uang, setiap barang dan jasa memiliki satuan harga yang dapat di ukur dengan uang. Hal ini
berbeda dengan perekonomian yang menggunakan sistem barter sebagai dasar pertukaran barang
dan jasa, di mana seseorang yang mempunyai barang harus mencari orang lain untuk saling
melakukan pertukaran masing-masing barang yang mereka miliki.
Secara mikro, perekonomian yang menggunakan uang akan memudahkan para pemilik
sumber daya ekonomi dalam menerima pendapatan yang berupa uang, yang kemudian dapat
mereka tukarkan dengan barang dan jasa yang mereka pilih sendiri. Dalam hal ini masyarakat
yang menerima penghasilannya, baik yang berupa upah, gaji, sewa, bunga dividen dan segala
sesuatu dalam bentuk uang, akan dengan mudah membelanjakan uang tersebut untuk memenuhi
kebutuhannya.
Secara makro, mereka yang terlibat di dalam kegiatan produksi barang dan jasa dapat
melakukan pertukaran barang dan jasa tersebut dengan mudah dan berjalan lancar dengan
menggunakan uang sebagai perantara, dimana sektor rumah tangga yang menerima
pendapatannya berupa uang akan membelanjakan uang tersebut untuk membeli barang dan jasa
yang dihasilkan oleh sektor usaha dan produksi. Perubahan aliran uang inilah yang membuat
terjadinya perubahan harga Output, termasuk berpengaruh juga terhadap perilaku, tabungan dan
siklus bisnis.
Uang identik dengan modal, seperti pendapat Collin Rogers dalam bukunya, Money
Interset and Capital (1989), yang di kutip oleh Adiwarman A.Karim. Pendapat ini tentu tak dapat
dilepaskan dari peran dan fungsi uang yang merupakan alat penyimpan nilai/daya beli dan
standar pembayaran yang tertangguhkan, sehingga uang dapat dan diperbolehkan untuk di
pertukaran dan diperjual-belikan dengan harga tertentu.
Ketika uang dianggap sebagai modal, maka uang akan menjadi barang pribadi atau
Private goods, di mana orang dapat menyimpan, menimbun dan mengendapkan uang dari
peredaran dan sirkulasi di masyarakat. Dengan demikian, peran dan fungsi dengan sendirinya
17
beralih dari sebagai alat tukar menjadi sebagai alat penyimpan nilai kekayaan. Artinya uang
merupakan stock concept yang dapat diakumulasi sedemikian rupa sebagai modal dan kekayaan
pribadi.
Dalam Ekonomi Islam, uang merupakan alat tukar dan alat satuan hitung. Tetapi uang
bukanlah komoditas yang dapat diperjual-belikan layaknya barang dan jasa ekonomi. Karena
uang bukanlah komoditas, maka uang tidak identik dengan modal dan tidak boleh dianggap
sebagai modal. Sebagai alat tukar yang tidak boleh diendapkan. Uang harus terus mengalir,
bergulir dan berputar dalam masyarakat untuk di gunakan dalam kegiatan ekonomi. Karena itu
konsep uang dalam ekonomi islam adalah flow concept dan bukan stock concept.
17
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Sejarah Uang
Pada peradaban awal, manuisa memenuhi kebutuhannya secara mandiri. Mereka
memperoleh makanan dari berburu atau memakan berbagai buah-buahan. Karena jenis
kebutuhannya masih sederhana, mereka belum membutuhkan orang lain. Masing-masing
individu memenuhi kebutuhan makannya secara mandiri. Dalam periode yang di kenal
sebagai periode prabarter ini, manusia belum mengenal transaksi perdagangan atau kegiatan
jual beli.
Ketika jumlah manusia semakin bertambah dan peradabannya semakin maju,
kegiatan atau transaksi sesame manusia pun meningkat tajam. Jumlah dan jenis kebutuhan
manusia, juga semakin meningkat. Ketika itulah, masing-masing individu mulai tidak
mampu memenuhi kebututuhannya sendiri. Bisa dipahami, karena ketika seseorang
menghabiskan waktunya seharian untuk bercocok tanam, pada saat bersamaan tentu tidak
akan bisa memperoleh garam atau ikan, menenun pakaian sendiri, atau kebutuhan lain.
Satu sama lain mulai saling membutuhkan, karena tidak ada individu yang secara
sempurna mampu memenuhi kebutuhannya sendiri. Sejak saat itulah, manusia mulai
mempergunakan berbagai cara dan alat untuk melangsungkan barang-barang dalam rangka
memenuhi kebutuhan mereka. Pada tahap peradaban manusia yang masih sangat sederhana
mereka dapat menyelenggarakan tukar menukar kebutuhan dengan cara barter. Maka periode
itu di sebut zaman barter.
Pertukaran barter ini mensyaratkan adanya keinginan yang sama pada waktu yang
bersamaan (double coincident of wants) dari pihak-pihak yang melakukan pertukaran ini.
Namun semakin beragam dan kompleks kebutuhan manusia, semakin sulit menciptakan
situasi double coincident of wants ini. Misalnya, pada satu ketika seseorang yang memiliki
beras membutuhkan garam. Namun saat yang bersamaan pemilik barang sedang tidak
membutuhkan beras melainkan membutuhkan daging sehingga syarat terjadinya barter antara
beras dengan garam tidak terpenuhi. Keadaan demikian tentu akan mempersulit muamalah
antar manusia. Itulah sebabnya diperlukan suatu alat tukar yang dapat di terima oleh semua
17
pihak. Alat tukar demikian kemudian di sebut uang. Pertama kali, uang di kenal dalam
peradaban Sumeria dan Babylonia.
Uang demikian berkembang dan berevolusi mengikuti perjalanan sejarah. Dari
perkembangan inilah, uang kemudian bisa dikategorikan dalam tiga jenis, yaitu barang, uang
kertas dan uang giral atau uang kredit.
2.2.
Pengertian dan Syarat-syarat Uang
Dalam ekonomi islam, secara etimologi uang berasal dari kata al-naqdu-nuqud.
Pengertiannya ada beberapa makna, yaitu al-naqdu berarti yang baik dari dirham,
menggenggam dirham, membedakan dirham, dan al-naqd juga berarti tunai. Kata nuqud
tidak terdapat di dalam Al-Qur’an dan Hadis karena bangsa Arab umumnya tidak
menggunakan nuqud untuk menunjukkan harga. Mereka menggunakan kata dinar untuk
menunjukkan mata uang yang terbuat dari emas dan kata dirham untuk menunjukkan alat
tukar dari perak. Mereka juga menggunakan wariq untuk menunjukkan dirham perak, kata
‘ain untuk menunjukkan dinar emas. Sementara itu, kata fulus (uang tembaga) adalah alat
tukar tambahan yang di gunakan untuk membeli barang-barang yang murah.
Uang menurut fuqaha tidak terbatas pada emas dan perak yang di cetak, tetapi
mencakup seluruh jenisnya dinar, dirham, dan fulus. Untuk menunjukkan dirham dan dinar
mereka menggunakan istilah naqdain. Namun, mereka berbeda pendapat apakah fulus
termasuk dalam istilah naqdain atau tidak. Menurut pendapat mu’tamad dari golongan
Syafi’iyah, fulus tidak termasuk naqd, sedangkan maszhab Hanafi berpendapat bahwa naqd
mencakup fulus.
Definisi nuqd menurut Abu Ubaid (wafat 224 H), dirham dan dinar adalah nilai harga
sesuatu. Ini berarti dinar dan dirham adalah standar ukuran yang dibayarkan dalam transaksi
barang dan jasa. Al-Ghazali (wafat 595 H) menyatakan, Allah menciptakan dinar dan dirham
sebagai hakim penengah di anatara seluruh harta sehingga harta bisa di ukur dengan
keduanya. Ibn al-Qayyim (wafat 751 H) berpendapat, dinar dan dirham adalah nilai harga
barang komoditas. Ini mengisyaratkan bahwa uang adalah standar unit ukuran untuk nilai
harga komoditas.1
1 Ahmad Hasan, al-Naqdiyah fi al-Iqtishad al-islami (Qimatuha wa Ahkamuha) , terj.
Saifurrahman Barito dan Zulfakar Ali, Mata Uang Islami, (Jakarta: PT RajaGrafido Persada,
2004), hlm. 1-8.
17
Menurut para ahli ekonomi kontemporer, uang didefinisikan dengan benda-benda
yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantara untuk mengadakan tukar-menukar atau
perdagangan dan sebagai standar nilai.2
Syarat-syarat uang adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
2.3.
Nilainya tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu
Tahan lama
Bendanya mempunyai mutu yang sama
Mudah dibawa-bawa
Mudah disimpan tanpa mengurangi nilainya
Jumlahnya terbatas (tidak berlebih-lebihan)3
Dicetak dan disahkan penggunaannya oleh pemegang otoritas moneter (pemerintah).
Konsep Uang dalam Islam
Konsep uang dalam islam berbeda dengan konsep uang dalam ekonomi konvensional.
Dalam ekonomi islam, konsep uang sangat jelas dan tegas bahwa uang adalah uang, uang
bukan capital. Sebaliknya, konsep uang yang dikemukakan dalam ekonomi konvensional
tidak jelas. Sering kali istilah uang dalam perspektif ekonomi konvensional diartikan secara
bolak-balik, yaitu uang sebagai uang dan uang sebagai capital.4
Perbedaan lain adalah bahwa dalam ekonomi islam, uang adalah sesuatu yang bersifat
flow concept dan capital adalah sesuatu yang bersifat stock concept, sedangkan dalam
ekonomi konvensional terdapat beberapa pengertian. Frederic S. Mishkin, misalnya,
mengemukakan konsep Irving Fisher yang menyatakan bahwa:5
MV = PT
Keterangan:
M = Jumlah uang
V = Tingkat Perputaran Uang
P = Tingkat harga barang
T = Jumlah barang yang diperdagangkan
Dari persamaan di atas dapat di ketahui bahwa semakin cepat perputaran uang, maka
semakin besar income yang di peroleh.Dalam teori permintaan uang ini konsep Irving Fisher
mengasumsikan bahwa keberadaan uang pada hakikatnya adalah flow concept dimana
2 Muhammad Usman Syabir, al-Muamalat al-Maliyah al-Mu’ashirah, (Yordan, Dar al-Nafais,
1992), hlm. 174.
3 Sadono Sukirno, pengantar Teori Makro Ekonomi, Jakarta: Rajawali Pers, 2002, hlm. 193.
4 Lihat antara lain Colin Rogers, Money,Interest and Capital: A Study in The Foundation of
Monetary Theory, (Cambridge: Cambridge University Press, 1989).
5 Pembahasan lebih lanjut, lihat Frederic S. Mishkin, The Economics of Money, Banking, and
Financial Market (New York: Addison Wesley Logman, 2001), Edisi ke-6, hlm. 538-539.
17
keberadaan uang atauu permintaan uang tidak pengaruhi oleh suku bunga akan tetapi besar
kecilnya uang akan di tentukan oleh kecepatan perputaran uang tersebut.
Pendapat lain yang diungkapkan oleh Mishkin adalah konsep dari Marshall-Pigou
dari Cambridge, yaitu:6
M = kPT
Keterangan:
M = Jumlah Uang
k = 1/v
P =matematis
Tingkat kharga
Walaupun secara
dapat barang
dipindahkan ke kiri atau ke kanan, secara
T = Jumlah barang yang diperdagangkan
filosofis kedua konsep ini berbeda. Dengan adanya k pada persamaan Marshall-Pigou di atas
menyatakan bahwa demand for holding money adalah suatu proporsi (k) dari jumlah
pendapatan (PT). Semakin besar k, semakin besar demand for holding money (M), untuk
tingkat pendapatan tertentu (PT). Ini berarti konsep dari Marshall-Pigou mengatakan bahwa
uang adalah stock concept. Oleh sebab itu, kelompok Cambridge mengatakan bahwa uang
adalah salah satu cara untuk menyimpan kekayaan (store of wealth)
KONSEP ISLAM
KONSEP KONVENSIONAL
Uang tidak identic dengan modal
Uang sering kali diidentikan dengan modal
Uang adalah
Uang (modal) adalah private goods
Modal adalah private goods
Uang (modal) adalah flow concept bagi Fisher
Uang adalah flow concept
Uang (modal) adalah stock concept bagi cambridge school
Modal adalah stock concept
2.4.
Fungsi Uang
Dalam system ekonomi konvensional, uang berfungsi sebagai:
1. Alat tukar (medium of exchange);
2. Standar harga (standard of value) atau satuan hitung (unit of account); dan
6 Lebih jauh, lihat ibid., hlm.540-541.
17
3. Penyimpan kekayaan (store of value) atau (store of wealth);
4. Uang sebagai standar pembayaran tunda (standard of deferred payment).7
Namun, hal ini berbeda dengan system ekonomi Islam yang hanya mengakui fungsi
uang itu sebagai medium of exchange dan unit of account. Sedangkan fungsi uang sebagai
store of value dan standard of deferred payment diperdebatkan oleh ahli ekonomi Islam.
Adapun penjelasannya sebagai berikut;
1)
Alat tukar (Medium of Exchange)
Uang adalah alat tukar menukar yang digunakan setiap individu untuk transaksi
barang dan jasa. Misalnya seseorang yang memiliki beras untuk dapat memenuhi
kebutuhannya terhadap lauk pauk ia cukup menjual berasnya dengan menerima uang
sebagai gantinya. Kemudian ia dapat membeli lauk pauk yang ia butuhan. Begitulah fungsi
uang sebagai alat tukar pada setiap transaksi dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup
manusia. kondisi ini jelas dengan system barter tempo dulu. Jika orang yang memiliki beras
menginginkan lauk-pauk, ia harus mencari orang yang memiliki lauk-pauk yang
membutuhkan beras. Jelas ini system yang sangat rumit. Fungsi uang sebagai alat tukar
dalam setiap kegiatan ekonomi dalam kehidupan modern ini menjadi sangat penting.
Seseorang tidak dapat memproduksi setiap barang kebutuhan hariannya, karena keahlian
manusia itu berbeda-beda. Disinlah uang memegang peranan yang sangat penting agar
manusia itu dapat memenuhi kebutuhannya dengan mudah.
2) Satuan Nilai atau Standar Harga8 (Unit of Account)
Ini merupakan fungsi uang yang terpenting. Uang adalah satuan nilai atau standar
ukuran harga dalam transaksi barang dan jasa. Dengan adanya uang sebagai satuan nilai,
memudahkan terlaksanakannya transaksi dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Menurut alGhazali dalam Gamal, uang diibaratkan cermin yang tidak mempunyai warna, tetapi dapat
merefleksikan semua warna, yang maksudnya adalah uang tidak mempunyai harga, tetapi
merefleksikan harga semua barang, atau dalam istilah ekonomi klasik disebutkan bahwa
uang tidak memberikan kegunaan langsung ( direct utility function ), yang artinya adalah
jika uang digunakan untuk membeli barang, maka barang itu yang akan memberikan
kegunaan.Dengan demikian, uang uang tidak di butuhkan untuk uang itu sendiri, karena
7 Baradley R. Schiller, The Economic Today, (New York: McGraw-Hill Irwin,2003), hlm. 263.
Lihat juga Rogert LeRoy Miller, economics Today, (Massachusetts: Addison-Wesley, 1997),
hlm. 320-321.
8 Muhammad Usman Syabir, op.cit., hlm. 180
17
uang tidak mempunyai harga, tetapi ia sebagai alat untuk menghargai semua barang. Fungsi
uang menurut Ibn Taimiyah (1263-1328) adalah sebagai alat ukur nilai dan sebagai alat
pertukaran. Secara khusus Ibn Taimiyah, menyatakan uang itu sebagai atsman (Harga)
yakni alat ukur dari nilai suatu benda. Melalui uang sejumlah benda dapat diketahui
nilainya. Uang bukan ditujukan untuk dirinya sendiri. Fungsi uang secara esensial adalah
mengukur nilai benda atau dibayar sebagai alat tukar benda lain.
2.5.
Perubahan Fungsi Uang
Fungsi uang sebagai medium of exchange dapat di gunakan dan diterima sebagai alat
pembayaran. Sebelum di temukannya koin, komoditi seperti hewan ternak berfungsi sebagai
uang, begitu juga dengan logam seperti emas dan perak yang di gunakan pada masa lampau.
Koin eropa yang di kenal modern saat itu sebernarnya berasal dari Bizantium dan Negara
Muslim yang di perkirakan ditemukan pada abad ke-17.
Sebelum membicarakn lebih lanjut tentang uang, maka perlu diketahui tentang
perkembangan fungsi uang dan institusi yang menerbitkannya. Ada tiga tahap perkembangan
fungsi uang, yaitu commodity money, token money, dan deposit money.
1. Uang Barang (Commodity Money)
Uang barang adalah alat tukar yang memiliki nilai komoditas atau bisa di
perjualbelikan apabila barang tersebut di gunakan bukan sebagai uang. Namun tidak
semua barang bisa menjadi uang, diperrlukan tiga konsidi utama, agar suatu barang bisa
di jadikan uang, antara lain;
Kelangkaan (scarcity), yaitu persediaan barang itu harus terbatas.
Daya tahan (durability), barang terebut harus tahan lama.
Nilai tinggi, maksudnya barang yang dijadikan uang harus bernilai tinggi, sehingga
tidak memerlukan jumlah yang banyak dalam melakukan transaksi.
Dari uraian tentang kualitas diatas, jelas bahwa logam (emas dan perak) sebagai
medium of exchange di masa lalu, memenuhi persyaratan diatas. Tetapi seiring dengan
semakin meningkatnya volume dan kompleksitas dari pertukaran tersebut, maka logam
17
(emas dan perak) tersebut menjadi tidak memuaskan. Perkembangan perdagangan dan
skala bisnis yang semakin tinggi melebihi kemampuan uang sebagai bentuk yang efisien
untuk transaksi keuangan yang besar, maka akan digunakan bentuk lain dari uang.
2. Uang Tanda/Kertas (Token Money)
Ketika uang logam masih di gunakan sebagai uang resmi dunia, ada beberapa pihak
yang melihat peluang meraih keuntungan dari kepemilikan mereka atas emas dan perak.
Pihak-pihak ini adalah bank, orang yang meminjamkan uang dan pandai emas
(goldsmith) atau toko-toko perhiasaan. Mereka melihat bukti peminjaman, penyimpanan
atau penitipan emas dan perak di tempat mereka juga bisa di terima di pasar.
Berdasarkan hal ini, pandai emas dan bank mengeluarkan surat (uang kertas) dengan
nilai yang besar dari emas atau perak yang di milikinya. Karena kertas ini didukung oleh
kepemilikan atas emas dan perak, masyarakat umum menerima uang kertas sebagai alat
tukar yang sah.
Ini kemudian berlanjut sampai uang kertas menjadi alat tukar yang dominan, dan
semua sistem perekonomian menggunakannya sebagai alat tukar utama. Ada beberapa
keuntungan penggunaan uang kertas, di antaranya biaya pembuatan rendah,
pengirimannya mudah, penambahan dan pengurangan lebih mudah dan cepat, serta dapat
di pecah-pecahkan dalam jumlah berapa pun. Namun kekurangan uang kertas juga cukup
signifikan, antara lain uang kertas ini tidak bisa di bawa dalam jumlah yang besar karena
di buat dari kertas, sangat mudah rusak.
3. Uang Giral (Deposit Money)
Uang giral adalah uang yang di keluarkan oleh bank-bank komersial melalui
pengeluaran cek dan alat pembayaran giro lainnya. Uang giral ini merupakan simpanan
nasabah di bank yang dapat diambil setiap saat dan dapat dipindahkan kepada orang lain
untuk melakukan pembayaran. Artinya, cek dan giro yang di keluarkan oleh bank
manapun bisa digunakan sebagai alat pembayaran barang ,jasa dan utang.
Kelebihan uang giral sebagai alat pembayar adalah:
Kalau hilang dapat di lacak kembali sehingga tidak bisa digunakan oleh yang
tidak berhak.
Dapat dipindahtangankan dengan cepat dan ongkos yang rendah.
17
Tidak diperlukan uang kembali sebab cek dapat di tulis sesuai dengan nilai
transaksi.
2.6.
Time Value of Money
Ekonomi Islam memiliki prinsip yang yang berasal dari sumber hukum baik alQur'an, hadis maupun pemikiran cendikiawan muslim. Nilai fundamental ini yang mendasari
pandangan ekonom muslim dalam melahirkan pemikirannya, termasuk mengkaji fungsi uang
dalam kehidupan ekonomi. Menurut pendapat mereka, fungsi uang hanya ada dua yaitu: (1)
sebagai alat pengukur harga, dan (2) alat pembayaran. Fungsi uang sebagai alat penyimpan
nilai tidak diakui karena dianggap sesuatu yang mendekati riba. Fungsi uang yang dilarang
inilah yang sebenarnya melahirkan teori time value of money. Time value of money adalah
sebuah konsep nilai uang yang dimiliki lebih berharga dibandingkan nilai uang masa yang
akan datang. Uang yang dipegang saat ini lebih bernilai karena dapat berinvestasi dan bisa
mendapatkan bunga, atau nilai uang yang berubah (cenderung menurun) dengan berjalannya
waktu. Dalam islam tidak di kenal adanya time value of money, yang di kenal adalah
economic value of time.
Seperti yang kita ketahui bersama, teori keuangan konvensional mendasarkan
argument pembenaran adanya bunga (interest) melalui konsep time value of money (nilai
waktu dari uang). Seperti pengertian yang di kemukan oleh para ekonom konvensional
mengenai time value of money “ A dollar today is worth more than a dollar in the future
because a dollar today can be invested to get a return”9
Dalam ekonomi islam, validitas konsep ini telah di bantah argumentasinya dengan
adanya pelarangan riba dalam islam. Sebagai gantinya, aktivitas bisnis dalam ekonomi islam
selalu menekankan kepada mekanisme system bagi hasil (profit and loss sharing). Konsep
kemitraan ini dirasa lebih tepat dan sesuai dengan prinsip keadilan realistis.
2.7.
Economic Value of Time
Islam tidak mengenal konsep time value of money, islam hanya mengenal konsep
economic value of time, artinya yang bernilai adalah waktu itu sendiri. Teori economic value
of time berkembang pada abad ke-7 M. pada masa saat digunakannya emas dan perak
sebagai alat tukar. Logam ini di terima sebagai alat tukar disebabkan nilai intrinsiknya, bukan
9 Lihat misalnya Aswath Damodaran (2001), Corporate Finance: Theory and Practice 2 nd ed,
New York: John Wiley & Sons.
17
karena mekanisme untuk di kembangkan, sehingga hubungan debetur/kreditur yang muncul
bukan karena akbibat transaksi secara langsung, namun jelas merupakan transaksi
“permintaan uang”.
Dalam pandangan islam mengenai waktu, waktu bagi semua orang adalah sama
kuantitasnya, yaitu 24 jam. Nilai waktu antara satu orang dengan orang yang lainnya, akan
berbeda dari sisi kualitasnya. Jadi factor yang menentukan nilai waktu adalah bagaimana
seseorang bisa memanfaatkan waktu itu sendiri.
2.8.
Uang Sebagai Flow Concept
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam islam, uang adalah flow concept
dan capital adalah stock concept. Semakin cepat perputaran uang, akan semakin baik.
Misalnya, seperti contoh pada aliran masuk dan aliran keluar. Sewaktu air mengalir, di sebut
sebagai uang, sedangkan apabila air terus mengendap, maka di sebut sebagai capital. Wadah
tempat mengendapnya adalah, private goods, sedangkan air adalah public goods. Uang
seperti air, apabila air (uang) dialirkan, maka air (uang) tersebut akan bersih dan sehat (bagi
ekonomi). Apabila air (uang) dibiarkan mengenang dalam suatu tempat (menimbun uang),
maka air tersebut akan keruh atau kotor. Saving harus di investasikan kesektor rill. Apabila
tidak, maka saving bukan saja tidak mendapat return, tetapi juga dikenakan zakat.
2.9. Uang sebagai Public Goods
Dalam konsep ekonomi Islam uang adalah milik masyarakat (money is public goods).
Barang siapa yang menimbun uang atau dibiarkan tidak produktif berarti mengurangi jumlah
uang beredar yang dapat mengakibatkan tidak jalannya perekonomian. Jika seseorang
sengaja menumpuk uangnya tidak dibelanjakan, sama artinya dengan menghalangi proses
atau kelancaran jual beli. Implikasinya proses pertukaran dalam perekonomian terhambat. Di
samping itu penumpukan uang/harta juga dapat mendorong manusia cenderung pada sifatsifat tidak baik seperti tamak, rakus dan malas beramal (zakat, infak dan sadaqah). Sifat-sifat
tidak baik ini juga mempunyai imbas yang tidak baik terhadap kelangsungan perekonomian.
Oleh karenanya Islam melarang penumpukan / penimbunan harta, memonopoli kekayaan.
Ciri dari public goods adalah barang tersebut dapat digunakan oleh masyarakat tanpa
menghalangi orang lain untuk menggunakannya. Sebagai contoh : jalan raya. Jalan raya
dapat di gunakan oleh siapa saja tanpa terkecuali, akan tetapi masyarakat yang mempunyai
17
kendaraan berpeluang lebih besar dalam pemanfaatan jalan raya tersebut di bandingakan
dengan masyarakat yang tidak mempunyai kendaraan. Begitu pula dengan uang, sebagai
public goods, uang di manfaatkan lebih banyak oleh masyarakat yang lebih kaya. Hal ini
bukan karena simpanan mereka di bank tetapi karena asset mereka, seperti rumah,mobil,
saham, dan lain-lain. Yang di gunakan di sector produksi, sehingga memberikan peluang
yang lebih besar kepada orang tersebut untuk memperoleh lebih banyak uang . jadi, semakin
tinggi tingkat produksi, akan semakin besar kesempatan untuk dapat memperoleh
keuntungan dari public goods (uang) tersebut. Oleh karena itu, penimbunan (hoarding)
dilarang karena menghalangi yang lain untuk menggunakan public goods tersebut. Jadi, jika
dan hanya jika private goods di manfaatkan pada sector produksi, maka kita akan
memperoleh keuntungan.
2.10.
Motif Permintaan Terhadap Uang
Dalam teori moneter konvensional ada tiga motif yang mempengaruhi seseorang
memegang uang, yaitu :
1. Money Demand for Transaction (Permintaan akan Uang Untuk Transaksi)
Yakni permintaan terhadap uang untuk keperluan transaksi. Alasan utama orang
membutuhkan uang adalah membeli kebutuhan, seperti makanan, pakaian, membayar
listrik, dan kebutuhan lainnya.10 Fungsi uang dalam motif permintaan ini adalah sebagai
alat tukar dari transaksi rumah tangga,industry, ataupun pemerintah untuk semua barang
dan jasa. Besarnya permintaan uang untuk tujuan transaksi ini di tentukan oleh besarnya
tingkat pendapatan (MDt = f(Y), artinya semakin besar tingkat pendapatan yang di
hasilkan maka jumlah uang yang di minta utuk transaksi juga mengalami peningkatan
demikian sebaliknya (vice versa)
2. Money Demand for Precautionary (Permintaan akan Uang untuk Berjaga-jaga)
Yakni, permintaan akan uang untuk tujuan memenuhi kemungkinan-kemungkinan
yang tak terduga. Seseorang dalam kehidupan sehari-hari perlu menyimpan uang untuk
10 Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, Macroeconomic, (New York, McGraw-Hill,
2001), hlm.196.
17
menghadapi hal-hal yang tidak terduga, baik dengan menyimpannya di rumah atau di
bank. Sama halnya dengan permintaan uang untuk transaksi, maka besarnya permintaan
uang untuk berjaga-jaga ditentukan oleh besarnya tingkat pendapatan, artinya semakin
besar tingkat pendapatan maka permintaan uang untuk berjaga-jaga juga akan semakin
besar atau mempunyai hubungan positif dan fungsinya dapat di nyatakan sama, yaitu
MDp = f(Y)
3.
Money demand for speculation (Permintaan akan Uang untuk Spekulasi)
Alasan permintaan seseorang terhadap uang pada motif ini lebih bersifat untuk
mendapatkan keuntungan di pasar valas. Faktor yang menentukan besarnya permintaan
uang untuk motif spekulasi ini adalah besarnya suku bunga, dividen surat-surat berharga
ataupun capital gain. Dapat di nyatakan fungsinya yaitu MDs = f(i).
Menurut Keynes, money demand for transaction dan money demand for
precautionary ditentukan oleh tingkat pendapatan, sedangkan money demand for
speculation ditentukan oleh tingkat suku bunga.11 Dari motif ketiga inilah suku bunga
sebagai opportunity cost muncul, dimana semakin tinggi suku bunga, maka semakin
rendah permintaan uang untuk spekulatif, begitu sebaliknya. Secara sistematis, hal ini di
rumuskan sebagai berikut:
Mdtr = f (Y)
Mdpre = f (Y)
Mdsp = f (i)
Ketiga motif permintaan uang tersebut dapat di jelaskan dengan menggunakan
gambar, berikut;
11 Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: Gema Insani Press, 2007), hlm.
182.
17
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Berdasarkan gambar 2.1 terlihat bahwa permintaan uang untuk spekulasi
mempunyai bentuk hubungan negatif (antara suku bunga dengan jumlah uang), pada saat
suku bunga i0 maka jumlah uang yang di minta M0 saat suku bunga mengalami kenaikan
dari i0 ke i1 maka semakin banyak permintaan uang untuk spekulasi maksudnya semakin
tinggi suku bunga maka, semakin kecil keinginan masyarakat untuk menyimpan uang dan
semakin besar digunakan untuk spekulasi. Sedangkan pada gambar 2.2 pada saat
pendapatan (Y0), maka permintaan uang sebesar M0, jika pengalami kenaikan dari Y0 ke
Y1 maka permintaan uang juga mengalami kenaikan dari M0 ke M1.
Dalam ekonomi islam, motif yang memengaruhi seseorang memiliki uang di
benarkan hanya untuk transaksi dan berjaga-jaga. Dalam islam, seseorang memiliki uang
untuk spekulasi di larang karena uang menurut Islam hanya sebagai alat tukar-menukar
dan sebagai standar nilai sehingga al-Ghazali berpendapat, perdagangan uang dengan
uang terlarang karena akan memenjarakan fungsi uang sebagai alat pertukaran. Jika suatu
uang dapat membeli atau dibeli dengan uang lain, maka uang berarti tidak lagi berfungsi
sebagai alat tukar tetapi sebagai komoditi. Uang dalam ekonomi islam adalah suatu yang
bersifat flow concept bukan stock concept. Uang harus selalu mengalir, beredar di
kalangan masyarakat dalam kehidupan ekonomi.
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dari uraian di atas pemakalah dapat menyimpulkan bahwa :
Pertama, Uang sebagai alat tukar melalui proses evolusi yang sangat panjang, sejak
system prabarter, barter dan akhirnya menjadi uang yang kita kenal saat ini. Menurut ahli
kontemporer uang adalah sarana dalam transaksi yang dilakukan masyarakat dalam kegiatan
produksi dan jasa. Baik uang itu berasal dari emas, perak, tembaga, kulit, kayu, batu, dan
besi. Selama itu diterima masyarakat dan dapat di anggap sebagai uang dengan memenuhi
berbagai persyaratannya. Uang dapat di kategorikan menjadi tiga, yaitu uang barang, uang
kertas dan uang giral.
Kedua, Mengenai konsep uang menurut Friedman dan Cambridge. Bahwa mereka
berbeda pandangan, ada yang menyatakan bahwa uang itu sebagai flow concept (public
goods) dan yang kedua menyatakan bahwa uang itu stock concept (private goods).
Ketiga, Dalam system ekonomi konvensional, uang berfungsi sebagai ; alat tukar,
satuan hitung, dan penyimpan kekayaan. Berbeda dengan pandangan Islam bahwa fungsi
uang itu hanya dua, yaitu medium of exchange dan unit of accounts. Dalam islam tidak di
kenal adanya time value of money, yang di kenal adalah economic value of time.
17
Kelima, Dalam konsep islam juga, tidak mengenal yang namanya demand for
speculation, karena spekulasi tidak di perkenankan. Lain halnya dengan system
konvensional yang membuka peluang lebar-lebar dengan kebolehan dalam memberikan
bunga atas harta. Uang adalah milik masyarakat sehingga menimbun uang atau di biarkan
tidak produktif dilarang, karena itu mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Karim, Adiwarman Azwar. 2006. Ekonomi Makro Islami. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,, Edisi
Ketiga. 2016.
Rozalinda. Ekonomi Islam: Teori dan Aplikasinya pada Aktivitas Ekonomi. Jakarta: PT RajaGrafindo.
2014.
Huda, Nurul, dkk. Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
2007.
17
17