Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan R (12)
PANCASILA DALAM KONTEKS
KETATANEGARAAN REPUBLIK
INDONESIA
Disusun Oleh:
Citra Anugrah Lifany
Gita
Ira Windawati
Romantika Purba
Pengajar:
M. Saifullah, SE, MM
Program Studi Ekonomi Akuntansi
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERTIWI
TAHUN AJARAN 2015
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami mengucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah “Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan
Republik Indonesia” guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Pancasila.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
Bapak M. Saifullah, SE, MM selaku Pembimbing dan semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapa tmemperbaiki makalah ini.
Demikian penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi
terhadap pembaca.
Cikarang, November 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Makalah
1.3. Tujuan Penulis
BAB II
Pembahasan
2.1. Kedudukan Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan
Republik Indonesia
2.2. Dinamika Pelaksanaan Pancasila dalam Ketatanegaraan
Republik Indonesia
2.3. Relevansi Dasar Negara Pancasila dengan Konsep
Otonomi Daerah
BAB III
Penutup
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pancasila merupakan landasan dan dasar negara Indonesia yang
mengatur seluruh struktur ketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam
pemerintahan Indonesia, masih banyak bahkan sangat banyak anggotaanggotanya dan juga sistem pemerintahannya yang tidak sesuai dengan
nila-nilai yang ada dalam setiap sila Pancasila. Padahal jika membahas
negara dan ketatanegaraan Indonesia mengharuskan ingatan kita meninjau
dan memahami kembali sejarah perumusan dan penetapan Pancasila,
Pembukaan UUD, dan UUD 1945 oleh para pendiri dan pembetuk negara
Republik Indonesia.
Dalam perumusan ketatanegaraan Indonesia tidak boleh melenceng dari
nilai-nilai Pancasila, pembentukan karakter bangsa dilihat dari sistem
ketatanegaraan Indonesia harus mencerminkan nilai-nilai dari ideologi
bangsa yaitu Pancasila. Namun jika dalam suatu pemerintahan terdapat
banyak penyimpangan dan kesalahan yang merugikan bangsa Indonesia, itu
akan membuat sistem ketatanegaraan Indonesia berantakan dan begitupun
dengan bangsanya sendiri.
Untuk itulah dalam makalah ini, kami mengambil judul “Pancasila dalam
Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia”.
2. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam
tulisan ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1) Bagaimana kedudukan Pancasila dalam ketatanegaraan Republik
Indonesia ?
2) Bagaimana dinamika pelaksanaan Pancasila dalam ketatanegaraan
Republik Indonesia ?
3) Apakah dasar negara Pancasila masih relevan dengan konsep otonomi
daerah ?
3. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui kedudukan Pancasila
dalam
republik Indonesia.
2) Untuk mengetahui dinamika pelaksanaan
ketatanegaraan Republik Indonesia.
ketatanegaraan
Pancasila
dalam
3) Untuk mengetahui kesesuaian dasar negara Pancasila dengan konsep
pemerintahan otonom.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kedudukan Pancasila dalam Ketatanegaraan Republik
Indonesia
1) Kedudukan Pancasila sebagai Sumber dari Segala Hukum
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri
dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan sila berarti prinsip atau
asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila sebagai sumber dari
segala hukum atau sebagai sumber tertib hukum Indonesia maka setiap
produk hukum harus bersumber dan tidak boleh bertentangan dengan
Pancasila. Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan
UUD 1945, kemudian dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut dalam pokokpokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945, yang pada
akhirnya dikongkritisasikan atau dijabarkan dari UUD 1945, serta hukum
positif lainnya. Pancasila sebagai dasar filsafat negara, pandangan hidup
bangsa serta idiologi bangsa dan negara, bukanlah hanya untuk sebuah
rangkaian kata- kata yang indah namun semua itu harus kita wujudkan dan
diaktualisasikan didalam berbagai bidang dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Konsep negara yang digunakan di Indonesia
popular dengan nama rechtsstaat, sementara itu untuk memberikan ciri “ke
Indonesiaanya”,
juga
dikenal
dengan
istilah
Negara
Hukum
dengan
menambah atribut “pancasila’ sehingga menjadi “Negara Hukum Pancasila”.
Pancasila sebagai dasar negara menunjukkan bahwa Pancasila itu
sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari seluruh tertib
hukum yang ada di negara RI. Berarti semua sumber hukum atau peraturanperaturan mulai dari UUD`45, Tap MPR, Undang-Undang, Perpu (Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang), PP (Peraturan Pemerintah), Keppres
(Keputusan Presiden), dan seluruh peraturan pelaksanaan yang lainnya,
harus berpijak pada Pancasila sebagai landasan hukumnya.
Semua produk hukum harus sesuai dengan Pancasila dan tidak boleh
bertentangan dengannya. Oleh sebab itu, bila Pancasila diubah, maka
seluruh produk hukum yang ada di negara RI sejak tahun 1945 sampai
sekarang, secara otomatis produk hukum itu tidak berlaku lagi. Atau dengan
kata lain, semua produk hukum sejak awal sampai akhir, semuanya, ‘Batal
Demi Hukum’. Karena sumber dari segala sumber hukum yaitu Pancasila,
telah dianulir. Oleh sebab itu Pancasila tidak bisa diubah dan tidak boleh
diubah.
Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi atau falsafah terlahir dan telah
membudaya di dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Nilai-nilai itu
tertanam dalam hati, tercermin dalam sikap dan perilaku serta kegiatan
lembaga-lembaga masyarakat. Dengan perkataan lain, Pancasila telah
menjadi cita-cita moral bangsa Indonesia, yang mengikat seluruh warga
masyarakat baik sebagai perorangan maupun sebagai kesatuan bangsa.
Namun
demikian,
nilai-nilai
Pancasila
sebagai
dasar
negara
harus
diimplementasikan sebagai sumber dari semua sumber hukum dalam negara
dan menjadi landasan bagi penyelenggaraan negara.
Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara ditunjukkan pada alinea
keempat Pembukaan UUD 1945, yang secara nyata merupakan lima sila
Pancasila. Hal itu merupakan dasar negara yang ditetapkan pada tanggal 18
Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang
dapat dianggap sebagai penjelmaan kehendak seluruh rakyat Indonesia yang
merdeka. Lebih spesifik lagi Pancasila sebagai sumber hukum dinyatakan
dalam Ketetapan No.XX/MPRS/1966 Ketetapan MPR No.V/MPR/1973 dan
Ketetapan MPR No.IX/MPR/1978 yang menegaskan kedudukan Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari tertib hukum di
Indonesia. Lebih lanjut, Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
negara dinyatakan dalam pasal 2 Undang-Undang (UU) No. 10 Tahun 2004
Tentang
Pembentukan
Peraturan
Perundang-undangan.
Pengertian
pembentukan peraturan perundang-undangan adalah proses pembuatan
peraturan
perundang-undangan
yang
pada
dasarnya
dimulai
dari
perencanaan, persiapan, teknik penyusunan, perumusan, pembahasan,
pengesahan, pengundangan, penyebarluasan. Rumusan UU tersebut selain
memenuhi pertimbangan dan salah satu syarat dalam rangka pembangunan
hukum nasional, juga sekaligus menunjukkan bahwa implementasi nilai-nilai
Pancasila sebagai dasar negara telah memiliki landasan aturan formal.
Dalam pasal 7 dinyatakan ruang lingkup hirarki peraturan perundangundangan meliputi (i) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945; (ii) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang; (iii) Peraturan Pemerintah; (iv) Peraturan Presiden; dan (v) Peraturan
Daerah.
Upaya mengurai nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara memiliki
cakupan yang luas sekaligus dinamis. Luas dalam arti mencakup seluruh
aspek kehidupan sosial, ekonomi dan lingkungan. Dinamik mengandung arti
memberi ruang reaksi terhadap perubahan lingkungan strategis. Dengan
kata lain, upaya mengurai nilai-nilai Pancasila adalah hal yang tidak pernah
selesai sejalan dengan perjalanan bangsa Indonesia mencapai tujuan
nasional. Keluasan dan kedinamikan tersebut dapat ditarik melalui pancaran
nilai dari kelima sila Pancasila. Implementasi nilai-nilai tersebut ditunjukkan
dengan perilaku dan kualitas SDM di dalam menjalankan kehidupan nasional
menuju tercapainya tujuan negara.
2) Pancasila Sebagai Pandangan Hidup
Nilai-nilai
Pancasila
yang
telah
diwariskan
oleh
pendiri
bangsa
Indonesia merupakan intisari dan puncak dari sosoial budaya
yang
senantiasa melandasi tata kehidupan sehari-hari. Tata nilai budaya yang
telah berkembang dan dianggap baik, serta diyakini kebenarannya ini
dijadikan sebagai pandangan hidup dan sumber nilai bagi bangsa Indonesia.
Sumber nilai tersebut antara lain adalah:
1. Ketuhanan yang maha esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Dari nilai-nilai inilah kemudian lahir adanya sikap yang mengutamakan
persatuan, kerukunan, keharmonisan, dan kesejahteraan yang sebenarnya
sudah lama dipraktekkan jauh sebelum Indonesia merdeka.
Pandangan hidup bagi suatu bangsa seperti pancasila sangat penting
artinya karena merupakan pegangan yang mantap, agar tidak terombang
ambing oleh keadaan apapun, bahkan dalam era globalisasi. Pancasila
sebagai penyaring budaya yang masuk ke Indonesia. Jadi, Pancasila
menyaring dan memilah mana yang sesuai dengan karakter masyarakat
Indonesia dan sesuai dengan norma yang ada dan hidup sejak lama di
Indonesia.
Pancasila sebagai tembok kokoh penghalang pelindung bangsa dan
Pancasila sebagai tiang kokoh penyangga negara untuk berdiri melawan
segala ancaman dan bahaya dari luar lingkup Indonesia. Pancasila juga
sebagai
jalan
kehidupan
dan
kelangsungan
ketatanegaraan
bangsa
Indonesia.
3) Pancasila Sebagai Dasar Negara
Dasar negara adalah hal yang paling utama bagi sebuah negara,
dikarenakan dasar negara adalah pondasi, landasan cita-cita harapan dan
hal pokok bagi sebuah bangsa. Di setiap negara memiliki dasar negaranya
masing-masing, Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang tercantum
pada alinea IV pembukaan UUD 1945 yang merupakan landasan yuridis
konstitusional dan dapat disebut sebagai ideologi negara.
Sebagai dasar negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat
secara hukum sehingga semua peraturan hukum / ketatanegaraan yang
bertentangan
dengan
pancasila
harus
dicabut.
Perwujudan
nilai-nilai
Pancasila sebagai dasar negara, dalam bentuk peraturan perundang
undangan bersifat imperative (mengikat) bagi :
a) Penyelenggaraan Negara
b) Lembaga kenegaraan
c) Lembaga kemasyarakatan
d) Warga negara Indonesia dimana pun berada, dan
e) Penduduk di seluruh wilayah negara kesatuan republik Indonesia
Dalam tinjauan yuridis konstituisi, Pancasila sebagai dasar negara
berkedudukan sebagai norma objektif dan norma tertinggi dalam negara,
ketetapan MPRS No.XX/MPRS/ 1966. Tap. MPR No. V/MPR/ 1973. Tap. MPR
No.IX/ MPR / 1978. Penegasan kembali Pancasila sebagai dasar negara,
tercantum dalam Tap.MPR No.XVIII / MPR / 1998.
Sebagai dasar negara Pancasila dipergunakan untuk mengatur seluruh
tatanan kehidupan bangsa dan negara Indonesia, artinya segala sesuatu
yang berhubungan dengan pelaksanaan sistem ketatanegaraan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harus berdasarkan Pancasila. Hal ini
berarti juga bahwa semua peraturan yang berlaku di negara Republik
Indonesia harus bersumberkan kepada Pancasila.
Hal ini tidak serta-merta memutuskan pancasila sebagai dasar negara.
Pemilihan pancasila didapati oleh pendiri negara dengan cara yang istimewa
dan dengan perjuangan yang luar biasa. Ada beberapa aspek yang
mendasari pendiri bangsa menetapkan Pancasila sebagai dasar negara.
Aspek yang mendasari dipilihnya pancasila adalah sebagai berikut:
1. Aspek pluralisme kehidupan masyarakat Indonesia.
2. Aspek alamiah ketahanan nasional
3. Aspek budaya
4. Aspek agama
5. Aspek persamaan nasib
Maka
Pancasila
keanekaragaman
dalam
merupakan intelligent
masyarakat
choice karena
Indonesia
dengan
mengatasi
tetap
toleran
terhadap adanya perbedaan. Penetapan Pancasila sebagai dasar negara tak
hendak
menghapuskan
perbedaan
(indifferentism),
tetapi
merangkum
semuanya dalam satu semboyan empiris khas Indonesia yang dinyatakan
dalam seloka “Bhinneka Tunggal Ika”.
2. Dinamika Pelaksanaan Pancasila dalam Ketatanegaraan
Republik Indonesia
1) Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Dasar ini disahkan pada sidang PPKI sehari setelah
Indonesia merdeka yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945.Undag-Undang
Dasar ini terdiri atas Pembukaan UUD 1945, Batang Tubuh yang mencakup
37 Pasal 4 Aturan Peralihan atau Peraturan Tambahanserta penjelasan yang
dibuat oleh Prof. Mr.Soepomo.
Pada awal kemerdekaan UUD 1945 tidak dilaksanakan dengan baik
karena kondisi Indonesia dalam suasana mempertahankan kemerdekaan.
Sedang mengenai keadaan pemerintahnya sebagai berikut:
Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 berlaku yaitu sebelum MPR, DPR dan
DPA dibantu oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Sistem kabinetnya, Kabinet Presidensil dimana para menteri bertanggung
jawab pada presiden bukan pada DPR.
Dikeluarkannya Maklumat No. X pada tanggal 16 Oktober 1945, yang
merubah kedudukan KNIP yang tadinya sebagai pembantu Presiden
menjadi badan legislative (DPR)
Dikeluarkannya Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945 yang
merubah
kabinet
presidensil
menjadi
parlementer,
ini
berarti
menyimpang dari UUD 1945. Sistem kabinet ini diikuti dengan Demokrasi
Liberal.
Akibat dari kondisi diatas menimbulkan, pemerintah tidak stabil seiring
pergantian kabinet, Terjadinya pemberontakaan PKI Madiun, karena keadaan
genting maka kabinet kembali ke presidensil lagi, diadakannya Konferensi
Meja Bundar (KMB) sehingga Indonesia harus menerima berdirinya Republik
Indonesia Serikat (RIS).
2) Konstitusi RIS
Hasil dari KMB pada 27 Desember 1945 mengharuskan pada Indonesia
untuk menerima berdirinya negara RIS. Secara otomatis UUD yang
digunakan pun berganti, dan yang digunakan adalah Konstitusi RIS.
Pada masa ini seluruh wilayah Indonesia tunduk pada Konstitusi RIS.
Sedangkan UUD 1945 hanya berlaku untuk negara bagian Indonesia yang
meliputi sebagian Jawa dan Sumatera dengan ibukota Yogyakarta. Sistem
pemerintahannya adalah Parlementer yang berdasarkan Demokrasi Liberal.
Bentuk Negara RIS adalah federasi (serikat) dan pemerintahanya
bersifat demokrasi. Negara Federasi RIS tidak berlangsung lama. Berkat
kesadaran para pemimpin kita maka pada tanggal 17 Agustus 1950 RIS
kembali lagi menjadi NKRI dengan Undang-Undang yang lain yang disebut
Undang-Undang Dasar Sementara 1950.
3) Undang-Undang Dasar Sementara
Mulai tanggal 17 Agustus 1950 Indonesia kembali lagi menjadi NKRI
dengan Undang-Undang Dasar Sementara atau disebut juga UUD 1950 serta
dengan bentuk pemerintahanya ialah republik dengan sistem pemerintahan
yang digunakan adalah parlementer dan presiden tidak bisa diganggu gugat
dan menteri bertanggung jawab pada presiden. Pada masa ini berlaku
demokrasi liberal dan telah berhasil melaksanakan pemilu dan membentuk
badan konstituante.
Karena kabinet yang digunakan adalah parlementer maka presiden
dan wakil presiden adalah presiden konstitusional yang tidak bisa diganggu
gugat. Yang bertanggung jawab adalah menteri kepada parlemen. Akibat
dari sistem pemeritah ini maka pemerintahan tidak stabil, sebab sering
terjadi pergantian kabinet, ekonomi dan keamanan sangat kacau, badan
konstitusituante macet tidak dapat melaksanakan tugasnya untuk membuat
Undang-Undang Dasar yang tetap sebagai ganti UUDS 1950. Pada waktu itu
beruntung rakyat Indonesia mempunyai rasa persatuan dan kesatuan yang
tinggi, terbukti dengan banyaknya negara bagian RIS yang melebur kembali
pada negara Republik Indonesia.
Kenyataan ini yang membuat RIS dan Republik Indonesia untuk
mengadakan perundingan dan menghasilkan kesepakatan untuk membuat
negara kesatuan.
3. Relevansi
Dasar
Negara
Pancasila
dengan
Konsep
Otonomi Daerah
Untuk
membentuk,
mengatur
dan
melaksanakan
proses
ketatanegaraan pasti memerlukan dasar dasar hukum yang tegas dan
mengikat. Hal ini bertujuan untuk membangun bangsa Indonesia yang
bersatu, teratur, dan harmonis. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan
strategi yang tepat, akurat dan mantap. Tidak semudah membalikan telapak
tangan dalam upaya menata dan mengatur bangsa Indonesia yang sangat
luas dengan berjuta pulau yang dihuni 237.641.326 penduduk pada tahun
2010 tentu saja beribu suku bahasa dan budaya yang menjamur di setiap
jengkal tanah ibu pertiwi. Dengan luasnya daerah NKRI, maka Indonesia
tidak efektif jika dipimpin hanya dengangan pemerintahan pusat semata.
Dalam Pancasila sila ke-4 berbunyi “Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan”. Makna
sila ini adalah:
1) Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2) Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan budaya musyawarah dalam mengambil keputusan
bersama.
4) Bermusyawarah sampai mencapai kata mufakat diliputi dengan
semangat kekeluargaan.
Sesuai dengan kutipan diatas. Makna pertama dari sila ke-4 adalah
mengutamakan kepentingan Knegara dan masyarakat. Kita sadari bahwa
begitu luasnya daerah Indonesia dengan banyaknya budaya dan beraneka
ragam bahasa maupun karateristik pada setiap daerah. Tentu saja, hanya
orang yang asli daerah tersebut yang mengerti karakteristik daerah tersebut.
Jadi, demi majunya Indonesia setiap daerah diberikan kebebasan mengatur
daerahnya sendiri yang bertanggung jawab terhadap pemerintahan pusat.
Pemerintahan ini dinamakan otonomi daerah yang berarti mandiri.
Pemerintahan daerah adalah pemerintahan yang dilaksanakan di
daerah. Pemerintahan ini di ketuai oleh gubernur. Kemudian Gubernur
memiliki wewenang terhadap Bupati dan Walikota, Bupati dan Walikota
sendiri memiliki wewenang terhadap Camat, Camat juga bertanggung jawab
membina Kepala Desa, Kepala Desa memiliki hak mengatur Kasun, Rw dan
RT.
Pemerintahan daerah memiliki tujuan yang tidak Kbisa dilaksanakan
oleh pemerintah pusat, berikut adalah tujuannya:
a. Pertimbangan politis
b. Pertimbangan sosiologi – cultural
c. Pertimbangan ekonomi
Dari
tujuan
berikut
masing
–
masing
daerah
di
harapkan
menumbuhkan kesadaran politik dan ikut serta bersama membangun daerah
demi pembangunan nasional, bangsa dan demokratis yang harmonis. Hal
tersebut juga memberikan kesempatan bagi daerah untuk membangun
sistem sosial yang sesuai dengan adat daerah serta perkembangan budaya
yang beraneka ragam di Indonesia serta daerah berkesempatan membangun
dan berlomba-lomba mengembangkan potensi daerah yang belum dikenal
masyarakat luas, hal ini dapat menambah penghasilan ekonomi masyarakat.
Dalam sila ke-3 yang berbunyi Persatuan Indonesia memiliki
makna cinta tanah air Indonesia. Dalam kecintaan tanah air ini ada hal yang
penting yang efektif bila dilaksanakan dengan pemerintahan otonom. Yaitu
pengelolaan usaha atau perintis usaha mandiri yang dewasa ini digalakan
oleh pemerintah daerah. Hal ini di buktikan dengan di sorotnya pengusaha
desa yang mandiri yang mampu membangun desanya dan memajukan taraf
hidup serta perekonomian desa itu. Untuk meningkatkan penetrasi pasar,
pemerintah mendukung UKM (usaha kecil menengah) untuk menggunakan
infrastruktur TI (teknologi Informasi) dalam menjalankan usaha. Dalam hal ini
yang
paling
efektif
melaksanakannya
adalah
pemerintah
daerah.
Dikarenakan pemerintah daerah mengetahui seluk beluk dan prospek
kedepannya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kedudukan Pancasila dalam ketatanegaraan Republik Indonesia sebagai
sumber hukum yang berarti segala hukum yang mengatur kehidupan
berbangsa dan bernegara harus sesuai dan selaras dengan Pancasila. Selain
sebagai dasar negara, pancasila juga sebagai pandangan hidup dan dasar
negara. Masing-masing berarti Pancasila sebagai penyaring, yang menyaring
semua rencana yang menjadi pandangan langkah kedepan agar sesuai
dengan pandangan pancasila dan pancasila pondasi dasar dari bangunan
bangsa Indonesia yang menopang kehidupan dan keberlansungan bangsa
Indonesia.
Pelaksanaan dinamika Pancasila dalam menegakan ketatanegaraan bukan
semata mata dilihat dengan mata awam pancasila, tetapi pancasila di
uraikan menjadi undang-undang yang terperinci yang sesuai dengan aspek
dan tujuan bangsa.
Indonesia memiliki sistem ketatanegaraan yang hanya dimiliki Indonesia.
Karena hanya cocok dengan budaya Indonesia, seperti pemerintahan
otonom yang cocok dengan keadaan geogerafis Indonesia. Indonesia
memiliki daerah otonomi yang bertujuan untuk memajukan bangsa
Indonesia dalam segala bidang. Dan daerah otonom memudahkan
mengontrol ekonomi, sosial dan politik di negara yang memiliki banyak pulau
yang dihuni lebih dari 300 juta jiwa dengan budaya yang beragam serta
pemerintahan daerah sangat efisien dalam pengembangan usaha mikro.
2. Saran
Kita sebagai bangsa Indonesia, supaya mampu mencermati nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan
bernegara, sebagai masyarakat madani. Kita harus menjalankan dan
melaksanakn ketatanegaraan yang sesuai dengan Pancasila.
Penyimpangan-penyimpangan terhadap nilai-nilai hukum, baik itu yang
sudah tertulis dan tertuang dalam kitab perundang-undangan maupun yang
sudah mengalir dalam konvensi, perlu adanya suatu evaluasi untuk
menciptakan suasana masyarakat yang kondusif. Yang menghargai dinamika
dan menaati pelaksanan proses ketatanegaraan yang di tetapkan serta
memberi sanksi bagi yang melanggar, dengan sanksi yang berat untuk
memberi efek jera terhadap pelaku.
Daerah otonom harus dijalankan oleh orang-orang yang tepat yang hebat,
karena diharapkan bisa mengangkat semua aspek yang bermanfaat bagi
bangsa dan negara. Melainkan bukan wakil rakyat yang korupsi.
DAFTAR PUSTAKA
Dani, Ram, 2013.” Pancasila sebagai Sumber dari Segalaa Sumber
Hukum “, dalam:
http://pedabuntung.blogspot.com/2013/10/pancasila-sebagai-sumber-darisegala.html
Dekker, Nyoman.1997.Hukum Tata Negara Republik Indonesia.Malang: IKIP
Malang
Hudiarini, Sri.2000.Pancasila.Malang: Politeknik Negeri Malang
Hukum online.com,2002.” Pemerintah Dukung UKM Gunakan Infrastruktur
TI “, dalam:
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol5733/pemerintah-dukung-ukmgunakan-infrastruktur-ti
Husein, La Ode.2005.Hubungan Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan
Rakyat dengan Badan Pemeriksaan Keuangan dalam Sistem Ketatanegaraan
Indonesia.Bandung: CV. Utomo
Kasil dan Christine. 2004. Ilmu Negara. Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Louise, Elizabeth, 2013. ” Pancasila sebagai Ideologi Bangsa”, dalam:
http://elizabethlouise-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-81925-Studi
%20Strategis%20Indonesia%20I%20%20Negara%20%20Bangsa%20dan
%20Struktur%20Dasar-Pancasila%20Sebagai%20Ideologi%20Bangsa.html
Wendi, 2011. ”Makna setiap Sila Pancasila”, dalam:
http://bozwen.blogspot.com/2011/03/makna-setiap-sila-pancasila.html
KETATANEGARAAN REPUBLIK
INDONESIA
Disusun Oleh:
Citra Anugrah Lifany
Gita
Ira Windawati
Romantika Purba
Pengajar:
M. Saifullah, SE, MM
Program Studi Ekonomi Akuntansi
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERTIWI
TAHUN AJARAN 2015
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Kami mengucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah “Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan
Republik Indonesia” guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan
Pancasila.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan
makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada
Bapak M. Saifullah, SE, MM selaku Pembimbing dan semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya.
Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapa tmemperbaiki makalah ini.
Demikian penyusun mengharapkan semoga dari makalah ini dapat
diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inspirasi
terhadap pembaca.
Cikarang, November 2015
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Makalah
1.3. Tujuan Penulis
BAB II
Pembahasan
2.1. Kedudukan Pancasila dalam Konteks Ketatanegaraan
Republik Indonesia
2.2. Dinamika Pelaksanaan Pancasila dalam Ketatanegaraan
Republik Indonesia
2.3. Relevansi Dasar Negara Pancasila dengan Konsep
Otonomi Daerah
BAB III
Penutup
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pancasila merupakan landasan dan dasar negara Indonesia yang
mengatur seluruh struktur ketatanegaraan Republik Indonesia. Dalam
pemerintahan Indonesia, masih banyak bahkan sangat banyak anggotaanggotanya dan juga sistem pemerintahannya yang tidak sesuai dengan
nila-nilai yang ada dalam setiap sila Pancasila. Padahal jika membahas
negara dan ketatanegaraan Indonesia mengharuskan ingatan kita meninjau
dan memahami kembali sejarah perumusan dan penetapan Pancasila,
Pembukaan UUD, dan UUD 1945 oleh para pendiri dan pembetuk negara
Republik Indonesia.
Dalam perumusan ketatanegaraan Indonesia tidak boleh melenceng dari
nilai-nilai Pancasila, pembentukan karakter bangsa dilihat dari sistem
ketatanegaraan Indonesia harus mencerminkan nilai-nilai dari ideologi
bangsa yaitu Pancasila. Namun jika dalam suatu pemerintahan terdapat
banyak penyimpangan dan kesalahan yang merugikan bangsa Indonesia, itu
akan membuat sistem ketatanegaraan Indonesia berantakan dan begitupun
dengan bangsanya sendiri.
Untuk itulah dalam makalah ini, kami mengambil judul “Pancasila dalam
Konteks Ketatanegaraan Republik Indonesia”.
2. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam
tulisan ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1) Bagaimana kedudukan Pancasila dalam ketatanegaraan Republik
Indonesia ?
2) Bagaimana dinamika pelaksanaan Pancasila dalam ketatanegaraan
Republik Indonesia ?
3) Apakah dasar negara Pancasila masih relevan dengan konsep otonomi
daerah ?
3. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui kedudukan Pancasila
dalam
republik Indonesia.
2) Untuk mengetahui dinamika pelaksanaan
ketatanegaraan Republik Indonesia.
ketatanegaraan
Pancasila
dalam
3) Untuk mengetahui kesesuaian dasar negara Pancasila dengan konsep
pemerintahan otonom.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Kedudukan Pancasila dalam Ketatanegaraan Republik
Indonesia
1) Kedudukan Pancasila sebagai Sumber dari Segala Hukum
Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri
dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan sila berarti prinsip atau
asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila sebagai sumber dari
segala hukum atau sebagai sumber tertib hukum Indonesia maka setiap
produk hukum harus bersumber dan tidak boleh bertentangan dengan
Pancasila. Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan
UUD 1945, kemudian dijelmakan atau dijabarkan lebih lanjut dalam pokokpokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945, yang pada
akhirnya dikongkritisasikan atau dijabarkan dari UUD 1945, serta hukum
positif lainnya. Pancasila sebagai dasar filsafat negara, pandangan hidup
bangsa serta idiologi bangsa dan negara, bukanlah hanya untuk sebuah
rangkaian kata- kata yang indah namun semua itu harus kita wujudkan dan
diaktualisasikan didalam berbagai bidang dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Konsep negara yang digunakan di Indonesia
popular dengan nama rechtsstaat, sementara itu untuk memberikan ciri “ke
Indonesiaanya”,
juga
dikenal
dengan
istilah
Negara
Hukum
dengan
menambah atribut “pancasila’ sehingga menjadi “Negara Hukum Pancasila”.
Pancasila sebagai dasar negara menunjukkan bahwa Pancasila itu
sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari seluruh tertib
hukum yang ada di negara RI. Berarti semua sumber hukum atau peraturanperaturan mulai dari UUD`45, Tap MPR, Undang-Undang, Perpu (Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang), PP (Peraturan Pemerintah), Keppres
(Keputusan Presiden), dan seluruh peraturan pelaksanaan yang lainnya,
harus berpijak pada Pancasila sebagai landasan hukumnya.
Semua produk hukum harus sesuai dengan Pancasila dan tidak boleh
bertentangan dengannya. Oleh sebab itu, bila Pancasila diubah, maka
seluruh produk hukum yang ada di negara RI sejak tahun 1945 sampai
sekarang, secara otomatis produk hukum itu tidak berlaku lagi. Atau dengan
kata lain, semua produk hukum sejak awal sampai akhir, semuanya, ‘Batal
Demi Hukum’. Karena sumber dari segala sumber hukum yaitu Pancasila,
telah dianulir. Oleh sebab itu Pancasila tidak bisa diubah dan tidak boleh
diubah.
Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi atau falsafah terlahir dan telah
membudaya di dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Nilai-nilai itu
tertanam dalam hati, tercermin dalam sikap dan perilaku serta kegiatan
lembaga-lembaga masyarakat. Dengan perkataan lain, Pancasila telah
menjadi cita-cita moral bangsa Indonesia, yang mengikat seluruh warga
masyarakat baik sebagai perorangan maupun sebagai kesatuan bangsa.
Namun
demikian,
nilai-nilai
Pancasila
sebagai
dasar
negara
harus
diimplementasikan sebagai sumber dari semua sumber hukum dalam negara
dan menjadi landasan bagi penyelenggaraan negara.
Nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara ditunjukkan pada alinea
keempat Pembukaan UUD 1945, yang secara nyata merupakan lima sila
Pancasila. Hal itu merupakan dasar negara yang ditetapkan pada tanggal 18
Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang
dapat dianggap sebagai penjelmaan kehendak seluruh rakyat Indonesia yang
merdeka. Lebih spesifik lagi Pancasila sebagai sumber hukum dinyatakan
dalam Ketetapan No.XX/MPRS/1966 Ketetapan MPR No.V/MPR/1973 dan
Ketetapan MPR No.IX/MPR/1978 yang menegaskan kedudukan Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber dari tertib hukum di
Indonesia. Lebih lanjut, Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
negara dinyatakan dalam pasal 2 Undang-Undang (UU) No. 10 Tahun 2004
Tentang
Pembentukan
Peraturan
Perundang-undangan.
Pengertian
pembentukan peraturan perundang-undangan adalah proses pembuatan
peraturan
perundang-undangan
yang
pada
dasarnya
dimulai
dari
perencanaan, persiapan, teknik penyusunan, perumusan, pembahasan,
pengesahan, pengundangan, penyebarluasan. Rumusan UU tersebut selain
memenuhi pertimbangan dan salah satu syarat dalam rangka pembangunan
hukum nasional, juga sekaligus menunjukkan bahwa implementasi nilai-nilai
Pancasila sebagai dasar negara telah memiliki landasan aturan formal.
Dalam pasal 7 dinyatakan ruang lingkup hirarki peraturan perundangundangan meliputi (i) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945; (ii) Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang; (iii) Peraturan Pemerintah; (iv) Peraturan Presiden; dan (v) Peraturan
Daerah.
Upaya mengurai nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara memiliki
cakupan yang luas sekaligus dinamis. Luas dalam arti mencakup seluruh
aspek kehidupan sosial, ekonomi dan lingkungan. Dinamik mengandung arti
memberi ruang reaksi terhadap perubahan lingkungan strategis. Dengan
kata lain, upaya mengurai nilai-nilai Pancasila adalah hal yang tidak pernah
selesai sejalan dengan perjalanan bangsa Indonesia mencapai tujuan
nasional. Keluasan dan kedinamikan tersebut dapat ditarik melalui pancaran
nilai dari kelima sila Pancasila. Implementasi nilai-nilai tersebut ditunjukkan
dengan perilaku dan kualitas SDM di dalam menjalankan kehidupan nasional
menuju tercapainya tujuan negara.
2) Pancasila Sebagai Pandangan Hidup
Nilai-nilai
Pancasila
yang
telah
diwariskan
oleh
pendiri
bangsa
Indonesia merupakan intisari dan puncak dari sosoial budaya
yang
senantiasa melandasi tata kehidupan sehari-hari. Tata nilai budaya yang
telah berkembang dan dianggap baik, serta diyakini kebenarannya ini
dijadikan sebagai pandangan hidup dan sumber nilai bagi bangsa Indonesia.
Sumber nilai tersebut antara lain adalah:
1. Ketuhanan yang maha esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan
yang
dipimpin
oleh
hikmat
kebijaksanaan
dalam
permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Dari nilai-nilai inilah kemudian lahir adanya sikap yang mengutamakan
persatuan, kerukunan, keharmonisan, dan kesejahteraan yang sebenarnya
sudah lama dipraktekkan jauh sebelum Indonesia merdeka.
Pandangan hidup bagi suatu bangsa seperti pancasila sangat penting
artinya karena merupakan pegangan yang mantap, agar tidak terombang
ambing oleh keadaan apapun, bahkan dalam era globalisasi. Pancasila
sebagai penyaring budaya yang masuk ke Indonesia. Jadi, Pancasila
menyaring dan memilah mana yang sesuai dengan karakter masyarakat
Indonesia dan sesuai dengan norma yang ada dan hidup sejak lama di
Indonesia.
Pancasila sebagai tembok kokoh penghalang pelindung bangsa dan
Pancasila sebagai tiang kokoh penyangga negara untuk berdiri melawan
segala ancaman dan bahaya dari luar lingkup Indonesia. Pancasila juga
sebagai
jalan
kehidupan
dan
kelangsungan
ketatanegaraan
bangsa
Indonesia.
3) Pancasila Sebagai Dasar Negara
Dasar negara adalah hal yang paling utama bagi sebuah negara,
dikarenakan dasar negara adalah pondasi, landasan cita-cita harapan dan
hal pokok bagi sebuah bangsa. Di setiap negara memiliki dasar negaranya
masing-masing, Pancasila sebagai dasar negara Indonesia yang tercantum
pada alinea IV pembukaan UUD 1945 yang merupakan landasan yuridis
konstitusional dan dapat disebut sebagai ideologi negara.
Sebagai dasar negara, Pancasila mempunyai kekuatan mengikat
secara hukum sehingga semua peraturan hukum / ketatanegaraan yang
bertentangan
dengan
pancasila
harus
dicabut.
Perwujudan
nilai-nilai
Pancasila sebagai dasar negara, dalam bentuk peraturan perundang
undangan bersifat imperative (mengikat) bagi :
a) Penyelenggaraan Negara
b) Lembaga kenegaraan
c) Lembaga kemasyarakatan
d) Warga negara Indonesia dimana pun berada, dan
e) Penduduk di seluruh wilayah negara kesatuan republik Indonesia
Dalam tinjauan yuridis konstituisi, Pancasila sebagai dasar negara
berkedudukan sebagai norma objektif dan norma tertinggi dalam negara,
ketetapan MPRS No.XX/MPRS/ 1966. Tap. MPR No. V/MPR/ 1973. Tap. MPR
No.IX/ MPR / 1978. Penegasan kembali Pancasila sebagai dasar negara,
tercantum dalam Tap.MPR No.XVIII / MPR / 1998.
Sebagai dasar negara Pancasila dipergunakan untuk mengatur seluruh
tatanan kehidupan bangsa dan negara Indonesia, artinya segala sesuatu
yang berhubungan dengan pelaksanaan sistem ketatanegaraan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) harus berdasarkan Pancasila. Hal ini
berarti juga bahwa semua peraturan yang berlaku di negara Republik
Indonesia harus bersumberkan kepada Pancasila.
Hal ini tidak serta-merta memutuskan pancasila sebagai dasar negara.
Pemilihan pancasila didapati oleh pendiri negara dengan cara yang istimewa
dan dengan perjuangan yang luar biasa. Ada beberapa aspek yang
mendasari pendiri bangsa menetapkan Pancasila sebagai dasar negara.
Aspek yang mendasari dipilihnya pancasila adalah sebagai berikut:
1. Aspek pluralisme kehidupan masyarakat Indonesia.
2. Aspek alamiah ketahanan nasional
3. Aspek budaya
4. Aspek agama
5. Aspek persamaan nasib
Maka
Pancasila
keanekaragaman
dalam
merupakan intelligent
masyarakat
choice karena
Indonesia
dengan
mengatasi
tetap
toleran
terhadap adanya perbedaan. Penetapan Pancasila sebagai dasar negara tak
hendak
menghapuskan
perbedaan
(indifferentism),
tetapi
merangkum
semuanya dalam satu semboyan empiris khas Indonesia yang dinyatakan
dalam seloka “Bhinneka Tunggal Ika”.
2. Dinamika Pelaksanaan Pancasila dalam Ketatanegaraan
Republik Indonesia
1) Undang-Undang Dasar 1945
Undang-Undang Dasar ini disahkan pada sidang PPKI sehari setelah
Indonesia merdeka yaitu pada tanggal 18 Agustus 1945.Undag-Undang
Dasar ini terdiri atas Pembukaan UUD 1945, Batang Tubuh yang mencakup
37 Pasal 4 Aturan Peralihan atau Peraturan Tambahanserta penjelasan yang
dibuat oleh Prof. Mr.Soepomo.
Pada awal kemerdekaan UUD 1945 tidak dilaksanakan dengan baik
karena kondisi Indonesia dalam suasana mempertahankan kemerdekaan.
Sedang mengenai keadaan pemerintahnya sebagai berikut:
Pasal 4 Aturan Peralihan UUD 1945 berlaku yaitu sebelum MPR, DPR dan
DPA dibantu oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
Sistem kabinetnya, Kabinet Presidensil dimana para menteri bertanggung
jawab pada presiden bukan pada DPR.
Dikeluarkannya Maklumat No. X pada tanggal 16 Oktober 1945, yang
merubah kedudukan KNIP yang tadinya sebagai pembantu Presiden
menjadi badan legislative (DPR)
Dikeluarkannya Maklumat Pemerintah tanggal 14 November 1945 yang
merubah
kabinet
presidensil
menjadi
parlementer,
ini
berarti
menyimpang dari UUD 1945. Sistem kabinet ini diikuti dengan Demokrasi
Liberal.
Akibat dari kondisi diatas menimbulkan, pemerintah tidak stabil seiring
pergantian kabinet, Terjadinya pemberontakaan PKI Madiun, karena keadaan
genting maka kabinet kembali ke presidensil lagi, diadakannya Konferensi
Meja Bundar (KMB) sehingga Indonesia harus menerima berdirinya Republik
Indonesia Serikat (RIS).
2) Konstitusi RIS
Hasil dari KMB pada 27 Desember 1945 mengharuskan pada Indonesia
untuk menerima berdirinya negara RIS. Secara otomatis UUD yang
digunakan pun berganti, dan yang digunakan adalah Konstitusi RIS.
Pada masa ini seluruh wilayah Indonesia tunduk pada Konstitusi RIS.
Sedangkan UUD 1945 hanya berlaku untuk negara bagian Indonesia yang
meliputi sebagian Jawa dan Sumatera dengan ibukota Yogyakarta. Sistem
pemerintahannya adalah Parlementer yang berdasarkan Demokrasi Liberal.
Bentuk Negara RIS adalah federasi (serikat) dan pemerintahanya
bersifat demokrasi. Negara Federasi RIS tidak berlangsung lama. Berkat
kesadaran para pemimpin kita maka pada tanggal 17 Agustus 1950 RIS
kembali lagi menjadi NKRI dengan Undang-Undang yang lain yang disebut
Undang-Undang Dasar Sementara 1950.
3) Undang-Undang Dasar Sementara
Mulai tanggal 17 Agustus 1950 Indonesia kembali lagi menjadi NKRI
dengan Undang-Undang Dasar Sementara atau disebut juga UUD 1950 serta
dengan bentuk pemerintahanya ialah republik dengan sistem pemerintahan
yang digunakan adalah parlementer dan presiden tidak bisa diganggu gugat
dan menteri bertanggung jawab pada presiden. Pada masa ini berlaku
demokrasi liberal dan telah berhasil melaksanakan pemilu dan membentuk
badan konstituante.
Karena kabinet yang digunakan adalah parlementer maka presiden
dan wakil presiden adalah presiden konstitusional yang tidak bisa diganggu
gugat. Yang bertanggung jawab adalah menteri kepada parlemen. Akibat
dari sistem pemeritah ini maka pemerintahan tidak stabil, sebab sering
terjadi pergantian kabinet, ekonomi dan keamanan sangat kacau, badan
konstitusituante macet tidak dapat melaksanakan tugasnya untuk membuat
Undang-Undang Dasar yang tetap sebagai ganti UUDS 1950. Pada waktu itu
beruntung rakyat Indonesia mempunyai rasa persatuan dan kesatuan yang
tinggi, terbukti dengan banyaknya negara bagian RIS yang melebur kembali
pada negara Republik Indonesia.
Kenyataan ini yang membuat RIS dan Republik Indonesia untuk
mengadakan perundingan dan menghasilkan kesepakatan untuk membuat
negara kesatuan.
3. Relevansi
Dasar
Negara
Pancasila
dengan
Konsep
Otonomi Daerah
Untuk
membentuk,
mengatur
dan
melaksanakan
proses
ketatanegaraan pasti memerlukan dasar dasar hukum yang tegas dan
mengikat. Hal ini bertujuan untuk membangun bangsa Indonesia yang
bersatu, teratur, dan harmonis. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan
strategi yang tepat, akurat dan mantap. Tidak semudah membalikan telapak
tangan dalam upaya menata dan mengatur bangsa Indonesia yang sangat
luas dengan berjuta pulau yang dihuni 237.641.326 penduduk pada tahun
2010 tentu saja beribu suku bahasa dan budaya yang menjamur di setiap
jengkal tanah ibu pertiwi. Dengan luasnya daerah NKRI, maka Indonesia
tidak efektif jika dipimpin hanya dengangan pemerintahan pusat semata.
Dalam Pancasila sila ke-4 berbunyi “Kerakyatan yang Dipimpin oleh
Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan”. Makna
sila ini adalah:
1) Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
2) Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan budaya musyawarah dalam mengambil keputusan
bersama.
4) Bermusyawarah sampai mencapai kata mufakat diliputi dengan
semangat kekeluargaan.
Sesuai dengan kutipan diatas. Makna pertama dari sila ke-4 adalah
mengutamakan kepentingan Knegara dan masyarakat. Kita sadari bahwa
begitu luasnya daerah Indonesia dengan banyaknya budaya dan beraneka
ragam bahasa maupun karateristik pada setiap daerah. Tentu saja, hanya
orang yang asli daerah tersebut yang mengerti karakteristik daerah tersebut.
Jadi, demi majunya Indonesia setiap daerah diberikan kebebasan mengatur
daerahnya sendiri yang bertanggung jawab terhadap pemerintahan pusat.
Pemerintahan ini dinamakan otonomi daerah yang berarti mandiri.
Pemerintahan daerah adalah pemerintahan yang dilaksanakan di
daerah. Pemerintahan ini di ketuai oleh gubernur. Kemudian Gubernur
memiliki wewenang terhadap Bupati dan Walikota, Bupati dan Walikota
sendiri memiliki wewenang terhadap Camat, Camat juga bertanggung jawab
membina Kepala Desa, Kepala Desa memiliki hak mengatur Kasun, Rw dan
RT.
Pemerintahan daerah memiliki tujuan yang tidak Kbisa dilaksanakan
oleh pemerintah pusat, berikut adalah tujuannya:
a. Pertimbangan politis
b. Pertimbangan sosiologi – cultural
c. Pertimbangan ekonomi
Dari
tujuan
berikut
masing
–
masing
daerah
di
harapkan
menumbuhkan kesadaran politik dan ikut serta bersama membangun daerah
demi pembangunan nasional, bangsa dan demokratis yang harmonis. Hal
tersebut juga memberikan kesempatan bagi daerah untuk membangun
sistem sosial yang sesuai dengan adat daerah serta perkembangan budaya
yang beraneka ragam di Indonesia serta daerah berkesempatan membangun
dan berlomba-lomba mengembangkan potensi daerah yang belum dikenal
masyarakat luas, hal ini dapat menambah penghasilan ekonomi masyarakat.
Dalam sila ke-3 yang berbunyi Persatuan Indonesia memiliki
makna cinta tanah air Indonesia. Dalam kecintaan tanah air ini ada hal yang
penting yang efektif bila dilaksanakan dengan pemerintahan otonom. Yaitu
pengelolaan usaha atau perintis usaha mandiri yang dewasa ini digalakan
oleh pemerintah daerah. Hal ini di buktikan dengan di sorotnya pengusaha
desa yang mandiri yang mampu membangun desanya dan memajukan taraf
hidup serta perekonomian desa itu. Untuk meningkatkan penetrasi pasar,
pemerintah mendukung UKM (usaha kecil menengah) untuk menggunakan
infrastruktur TI (teknologi Informasi) dalam menjalankan usaha. Dalam hal ini
yang
paling
efektif
melaksanakannya
adalah
pemerintah
daerah.
Dikarenakan pemerintah daerah mengetahui seluk beluk dan prospek
kedepannya.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kedudukan Pancasila dalam ketatanegaraan Republik Indonesia sebagai
sumber hukum yang berarti segala hukum yang mengatur kehidupan
berbangsa dan bernegara harus sesuai dan selaras dengan Pancasila. Selain
sebagai dasar negara, pancasila juga sebagai pandangan hidup dan dasar
negara. Masing-masing berarti Pancasila sebagai penyaring, yang menyaring
semua rencana yang menjadi pandangan langkah kedepan agar sesuai
dengan pandangan pancasila dan pancasila pondasi dasar dari bangunan
bangsa Indonesia yang menopang kehidupan dan keberlansungan bangsa
Indonesia.
Pelaksanaan dinamika Pancasila dalam menegakan ketatanegaraan bukan
semata mata dilihat dengan mata awam pancasila, tetapi pancasila di
uraikan menjadi undang-undang yang terperinci yang sesuai dengan aspek
dan tujuan bangsa.
Indonesia memiliki sistem ketatanegaraan yang hanya dimiliki Indonesia.
Karena hanya cocok dengan budaya Indonesia, seperti pemerintahan
otonom yang cocok dengan keadaan geogerafis Indonesia. Indonesia
memiliki daerah otonomi yang bertujuan untuk memajukan bangsa
Indonesia dalam segala bidang. Dan daerah otonom memudahkan
mengontrol ekonomi, sosial dan politik di negara yang memiliki banyak pulau
yang dihuni lebih dari 300 juta jiwa dengan budaya yang beragam serta
pemerintahan daerah sangat efisien dalam pengembangan usaha mikro.
2. Saran
Kita sebagai bangsa Indonesia, supaya mampu mencermati nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila. Dalam konteks kehidupan berbangsa dan
bernegara, sebagai masyarakat madani. Kita harus menjalankan dan
melaksanakn ketatanegaraan yang sesuai dengan Pancasila.
Penyimpangan-penyimpangan terhadap nilai-nilai hukum, baik itu yang
sudah tertulis dan tertuang dalam kitab perundang-undangan maupun yang
sudah mengalir dalam konvensi, perlu adanya suatu evaluasi untuk
menciptakan suasana masyarakat yang kondusif. Yang menghargai dinamika
dan menaati pelaksanan proses ketatanegaraan yang di tetapkan serta
memberi sanksi bagi yang melanggar, dengan sanksi yang berat untuk
memberi efek jera terhadap pelaku.
Daerah otonom harus dijalankan oleh orang-orang yang tepat yang hebat,
karena diharapkan bisa mengangkat semua aspek yang bermanfaat bagi
bangsa dan negara. Melainkan bukan wakil rakyat yang korupsi.
DAFTAR PUSTAKA
Dani, Ram, 2013.” Pancasila sebagai Sumber dari Segalaa Sumber
Hukum “, dalam:
http://pedabuntung.blogspot.com/2013/10/pancasila-sebagai-sumber-darisegala.html
Dekker, Nyoman.1997.Hukum Tata Negara Republik Indonesia.Malang: IKIP
Malang
Hudiarini, Sri.2000.Pancasila.Malang: Politeknik Negeri Malang
Hukum online.com,2002.” Pemerintah Dukung UKM Gunakan Infrastruktur
TI “, dalam:
http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol5733/pemerintah-dukung-ukmgunakan-infrastruktur-ti
Husein, La Ode.2005.Hubungan Fungsi Pengawasan Dewan Perwakilan
Rakyat dengan Badan Pemeriksaan Keuangan dalam Sistem Ketatanegaraan
Indonesia.Bandung: CV. Utomo
Kasil dan Christine. 2004. Ilmu Negara. Jakarta: PT. Pradnya Paramita
Louise, Elizabeth, 2013. ” Pancasila sebagai Ideologi Bangsa”, dalam:
http://elizabethlouise-fisip12.web.unair.ac.id/artikel_detail-81925-Studi
%20Strategis%20Indonesia%20I%20%20Negara%20%20Bangsa%20dan
%20Struktur%20Dasar-Pancasila%20Sebagai%20Ideologi%20Bangsa.html
Wendi, 2011. ”Makna setiap Sila Pancasila”, dalam:
http://bozwen.blogspot.com/2011/03/makna-setiap-sila-pancasila.html