Pancasila dalam konteks zaman penjajahan

Pancasila dalam konteks zaman penjajahan
Sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk membentuk negara sangat erat kaitannya
dengan jati diri bangsa Indonesia. Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta
keadilan. Dalam kenyataannya secara objektif telah dimiliki bangsa Indonesia sejak dahulu
kala.
Masuknya agama-agama besar seperti Hindu, Budha, Islam di Indonesia menandai
dimulainya kehidupan beragama pada masyarakat. Bagaimana agama merubah kehidupan
dan pandangan masyaraat dapat dilihat pada sistem sosial- ekonominya. Penyelenggaraan
perdagangan di kota-kota pelabuhan menimbulkan komunikasi terbuka, sehingga terjadi
mobilitas sosial baik horisontal maupun vertikal serta perubahan gaya hidup dan nilai-nilai.
Masa kejayaan kerajaan Majapahit pada waktu rajanya Hayam Wuruk dan patihnya Gajah
Mada, hidup dan berkembang dua agama yaitu Hindu dan Budha. Majapahit melahirkan
beberapa empu seperti empu Prapanca yang menulis buku Negara Kertagama (1365) yang
didalamnya terdapat istilah “Pancasila”, sedangkan empu Tantular mengarang buku
Sutasoma yang didalamnya tercantum seloka persatuan nasional “Bhinneka Tunggal Ika”
yang artinya walaupun berbeda namun satu juga. Pada tahun 1331 Mahapatih Gajah Mada
mengucapkan sumpah Palapa yang berisi cita-cita mempersatukan seluruh nusantara raya.
Dengan berjalannya waktu, kekuasaan pusat dengan agama Hindu-Budha mengalami
kemerosotan bersamaan dengan disintregasi politik dan degenerasi kultural. Akibatnya
terciptalah kondisi yang baik bagi suatu perubahan.
Setelah Majapahit kerajaan Hindu Budha runtuh pada abad XVI maka berkambanglah

agama Islam dengan pesatnya di Indonesia. Bersama dengan itu maka berkambang pula
kerajaan-karajaan Islam seperti kerajaan Demak. Selain itu, berdatangan orang-orang Eropa
di nusantara. Mereka itu antara lain orang Portugis yang kemudian diikuti oleh orang-orang
Spanyol yang ingin mencari pusat tanaman rempah-rempah. Pada awalnya bangsa Portugis
berdagang, namun lama-kelaman mulai menunjukan peranannya dalam bidang perdagangan
yang meningkat menjadi praktek penjajahan misalnya Malaka pada tahun 1511. Pada akhir
abad ke XVI bangsa Belanda datang pula ke Indonesia dengan menempuh jalan yang penuh
kesulitan. Untuk menghindarkan persaingan diantara mereka sendiri, kemudian mereka
mendirikan suatu perkumpulan dagang yang bernama VOC (Verenigde Oost Indische
Compaignie) yang dikalangan rakyat dikenal dengan istilah ‘kompeni’.
Praktek-praktek VOC mulai kelihatan dengan paksaan-paksaan sehingga rakyat mulai
mengadakan perlawanan. Mataram dibawah pemerintahan Sultan Agung (1613-1645)
berupaya mengadakan perlawanan dan menyerang ke Batavia pada tahun 1628 dan tahun
1929, walaupun tidak berhasil meruntuhkan namun Gubernur Jendral J.P Coen tewas dalam
serangan Sultan Agung yang kedua itu.
Di Makasar yang memiliki kedudukan yang sangat vital berhasil juga dikuasai
kompeni tahun 1667 dan timbullah perlawanan dari rakyat Makasar di bawah Hasanudin.
Menyusul pula wilayah Banten (Sultan Ageng Tirtoyoso) dapat ditundukkan pula oleh
kompeni pada tahun 1684. Perlawanan Trunojoyo, Untung Suropati di Jawa Timur pada akhir
abad ke XVII nampaknya tidak mampu meruntuhkan kekuasa. Demikian kompeni pada saat

itu. Demikian pula ajakan Ibnu Iskandar pimpinan Armada dari Minangkabau untuk
mengadakan perlawanan bersama terhadap kompeni juga tidak mendapat sambutan yang
hangat. perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan yang terpencar-pencar dan tidak

memiliki koordinasi tersebut banyak mengalami kegagalan sehingga banyak menimbulkan
korban bagi anak-anak bangsa.
Kontak dengan bangsa Eropa telah membawa perubahan-perubahan dalam pandangan
masyarakat yaitu dengan masuknya paham-paham baru, seperti liberalisme, demokrasi,
nasionalisme. Hingga sampai akhirnya Indonesia dapat menumbuhkan jiwa Nasionalisme dan
bersatu untuk merdeka.
Dorongan akan cinta tanah air ini yang menimbulkan semangat untuk melawan
penindasan belanda, namun sekali lagi karena tidak adanya kesatuan dan persatuan di antara
mereka dalam melawan penjajah, maka perlawanan terebut senantiasa kandas dan
menimbulkan banyak korban.Penghisapan mulai memuncak ketika Belanda menerapkan
sistem monopoli melalui tanam paksa (1830-1870) dengan memaksakan beban kewajiban
terhadap rakyat.
Pada awal Kebangkitan Nasional abad XX dipanggung politik internasional terjadilah
pergolakan kebangkitan dunia timur, di Indonesia kebangkitan nasional(1908). Banyak
muncul pergerakan nasional seperti:
1. Budi Utomo yang didirikan pada tanggal 20 Oktober 1908 merupakan pelopor

pergerakan nasional, yang dipelopori oleh dr.Wahidin Sudirohusodo dengan Budi
Utomo. Gerakan ini merupahan awal gerakan kemerdekaan dan kekuatan sendiri.
2. setelah itu munculah Sarekat Dagang Islam(1909), kemudian diganti dengan Sarekat
Islam(1911)di bawah H.O.S. Cokroaminoto, Indische Partij(1913),yang dipimpin oleh
tiga serangkai yaitu: Douwes Deker, Ciptimangunkusumo, KI Hajar Dewantoro
3. pada tahun 1927 munculah Partai Nasional Indonesia (PNI) yang dipelopori oleh
Soekarno, Ciptomangunkusumo, Sartono, dan tokoh lainnya. Mulailah perjuangan
bangsa Indonesia menitik beratkan pada kesatuan nasional dengan tujuan yang jelas
yaitu Indonesia merdeka. Kemudian pada tanggal 28 Oktober 1928 lahirlah Sumpah
Pemuda sebagai penggerak kebangkitan nasional yang menyatakan satu bahasa, satu
bangsa serta satu tanah air yaitu Indonesia Raya.
Dan masih banyak pergerakan nasional lainnya yang bermunculan saat itu.
Meskipun banyak muncul pergerakan nasional akan tetapi masih ada penjajahan
Jepang. Janji penjajah Belanda tentang Indonesia merdeka hanyalah suatu kebohongan belaka
dan tidak pernah menjadi kenyataan sampai akhir penjajahan Belanda tanggal 10 Maret 1940.
Kemudian Jepang masuk ke Indonesia dengan propaganda “Jepang memimpin Asia. Jepang
saudara tua bangsa Indonesia”.
Pada tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan ulang tahun Kaisar Jepang,
memberikan hadiah ulang tahun kepada bangsa indonesia yaitu kemerdekaan tanpa syarat
setelah panghancuran Nagasaki dan Hirosima oleh sekutu. Janji ini diberikan karena Jepang

terdesak oleh tentara Sekutu. Bangsa Indonesia diperbolehkan memperjuangkan
kemerdekaannya, dan untuk mendapatkan simpati dan dukungan bangsa Indonesia maka
Jepang menganjurkan untuk membentuk suatu badan yang bertugas menyelidiki usaha-usaha
persiapan kemerdekaan yaitu BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) atau Dokuritsu Zyumbi Tiosakai. Pada hari itu juga diumumkan sebagai Ketua

(Kaicoo) Dr. KRT. Radjiman Widyodiningrat dan beranggotakan 60 orang yang berasal dari
pulau Jawa,Sumatra, Maluku, Sulawesi dan beberapa orang peranakan Eropa, Cina dan Arab
yang kemudian mengusulkan bahwa agenda pada sidang BPUPKI adalah membahas dasar
negara.
Sidang BPUPKI pertama (29 Mei – 1 Juni 1945) dengan pembicaranya adalah Mr.
Muh. Yamin, Mr. Soepomo, Drs. Moh. Hatta, dan Ir. Soekarno. Mereka semua berpidato guna
membahas tentang rancangan usulan hukum dasar negara.
Menurut Soekarno dalam pidatonya, dasar bagi Indonesia merdeka adalah dasarnya suatu
negara yang akan didirikan yang disebutnya philosophische gronsag, yaitu fundamen, filsafat,
jiwa dan pikiran yang sedalam-dalamnya yang di atasnya akan didirikan gedung Indonesia
yang merdeka.
Sidang BPUPKI pertama terdapat usulan-usulan sebagai berikut:
a) Mr. Muh. Yamin (29 Mei 1945)
Dalam pidatonya tanggal 29 Mei 1945 Muh. Yamin mengusulkan calon rumusan dasar negara

sebagai berikut:
Secara Lisan
1. Peri kebangsaan
2. Peri kemanusian
3. Peri Ketuhanan
4. Peri kerakyatan (permusyawaratan, peerwakilan, kebijaksanaan)
5. Kesejahteraan rakyat (keadilan sosial).
Secara Tertulis
1. Ketuhanan yang Maha Esa
2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa kemanusiaan yang adil dan beradap
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia
b) Prof. Dr. Supomo (31 Mei 1945)
Dalam pidatonya Prof. Dr. Supomo mengemukakan teori-teori negara sebagai berikut:
1. Paham kebangsaaan

2. Warga Negara berhak tunduk kepada Tuhan dan supaya setiap saat ingat kepada
Tuhan

3. Sistem badan permusyawaratan
4. Ekonomi Negara bersifat Asia Timur Raya
5. Hubungan antar bangsa yang bersifat Asia Timur Raya
Selanjutnya dalam kaitannya dengan dasar filsafat negara Indonesia Soepomo mengusulkan
hal-hal mengenai: kesatuan, kekeluargaan, keseimbangan lahir dan batin, musyawarah,
keadilan rakyat.
c) Ir. Soekarno (1 Juni 1945)
Dalam hal ini Ir. Soekarno menyampaikan dasar negara yang terdiri atas lima prinsip yang
rumusanya yaitu:
1. Nasionalisme(kebangsaan Indonesia)
2. Internasionalisme dan peri kemanusiaan
3. Musyawarah mufakat perwakilan atau demokrasi,
4. kesejahteraan social
5. Ketuhanan yang berkebudayaan
Beliau juga mengusulkan bahwa pancasila adalah sebagai dasar filsafat negara dan
pandangan hidup bangsa Indonesia.
Sidang BPUPKI Kedua (10-16 Juli 1945) dalam siding ini membahas Dasar Negara. Dalam
sidang ini dibentuk panitia kecil yang terdiri dari 9 orang dan populer disebut dengan “panitia
sembilan” yang anggotanya adalah sebagai berikut:
1. Ir. Soekarno

2. Wachid Hasyim
3. Mr. Muh. Yamin
4. Mr. Maramis
5. Drs. Moh. Hatta
6. Mr. Soebarjo
7. Kyai Abdul Kahar Muzaki
8. Abikoesmo Tjokrosoejoso

9. Haji Agus Salim
Panitia sembilan ini mengadakan pertemuan secara sempurna dan mencapai suatu hasil baik
yaitu suatu persetujuan antara golongan islam dengan golongan kebangsaan.
Panitia sembilan bersidang tanggal 22 Juni 1945 dan menghasilkan kesepakatan yang
dituangkan dalam Mukadimah Hukum Dasar, alinea keempat dalam rumusan dasar negara
sebagai berikut:
1. Ketuhanan dengan berkewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemelukpemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanan dalam
permusyawaratan/perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Moh. Yamin mempopulerkan kesepakatan tersebut dengan nama Piagam Jakarta atau
Jakarta Charter.
Dalam sidang BPUPKI kedua ini pemakaian istilah hukum dasar diganti dengan istilah
undang-undang dasar. Keputusan penting dalam rapat ini adalah tentang bentuk negara
republik dan luas wilayah negara baru. tujuan anggota badan penyelidik adalah menghendaki
Indonesia raya yang sesungguhnya yang mempersatukan semua kepulauan Indonesia.
Susunan Undang Undang Dasar yang diusulkan terdiri atas tiga bagian yaitu :
1. Pernyataan Indonesia merdeka, yang berupa dakwaan dimuka dunia atas Penjajahan
Belanda
2. Pembukaan yang didalamnya terkandung dasar negara Pancasila
Pancasila sebagai dasar falsafah negara tidak boleh menjadi ideologi yang beku sehingga
seluruh komponen bangsa terutama para intelektual muda dapat memberikan ide-ide baru dan
kreatif untuk merevitalisasi Pancasila dalam realitas kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Pasal-pasal Undang Undang Dasar.
B. Arti penting/fungsi pancasila
Menurut Moerdiono (1995/1996) menunjukkan adanya 3 tataran nilai dalam ideology
Pancasila.
1. Pertama, nilai dasar, yaitu suatu nilai yang bersifat amat abstrak dan tetap, yang
terlepas dari pengaruh perubahan waktu.Nilai dasar merupakan prinsip, yang bersifat
amat abstrak, bersifat amat umum, tidak terikat oleh waktu dan tempat, dengan

kandungan kebenaran yang bagaikan aksioma. Dari segi kandungan nilainya, maka

nilai dasar berkenaan dengan eksistensi esuatu, yang mencakup cita-cita, tujuan,
tatanan dasar dan ciri khasnya. Nilai dasar Pancasila ditetapkan oleh para pendiri
negara.Nilai dasar Pancasila tumbuh baik dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia
melawan penjajahan yang telah menyengsarakan rakyat, maupun dari cita-cita yang
ditanamkan dalam agama dan tradisi tentang suatu masyarakat yang adil dan makmur
berdasarkan kebersamaan, persatuan dan kesatuan seluruh warga masyarakat.
2. Kedua, nilai instrumental, yaitu suatu nilai yang bersifat kontekstual. Nilai
instrumental merupakan penjabaran dari nilai dasar tersebut, yang merupakan arahan
kinerjanya untuk kurun waktu tertentu dan untuk kondisi tertentu. Nilai instrumental
ini dapat dan bahkan harus disesuaikan dengan tuntutan zaman. Namun nilai
instrumental haruslah mengacu pada nilai dasar yang dijabarkannya. Penjabaran itu
bisa dilakukan secara kreatif dan dinamik dalam bentuk-bentuk baru untuk
mewujudkan semangat yang sama, dalam batas-batas yang dimungkinkan oleh nilai
dasar itu. Dari kandungan nilainya, maka nilai instrumental merupakan kebijaksanaan,
strategi, organisasi, sistem, rencana, program, bahkan juga proyek-proyek yang
menindaklanjuti nilai dasar tersebut. Lembaga negara yang berwenang menyusun
nilai instrumental ini adalah MPR, Presiden, dan DPR.
3. Ketiga, nilai praksis, yaitu nilai yang terkandung dalam kenyataan sehari-hari, berupa

cara bagaimana rakyat melaksanakan (mengaktualisasikan) nilai Pancasila. Nilai
praksis terdapat pada demikian banyak wujud penerapan nilai-nilai Pancasila, baik
secara tertulis maupun tidak tertulis, baik oleh cabang eksekutif, legislatif, maupun
yudikatif, oleh organisasi kekuatan sosial politik, oleh organisasi kemasyarakatan,
oleh badan-badan ekonomi, oleh pimpinan kemasyarakatan, bahkan oleh warganegara
secara perseorangan.

Fungsi dari Pancasila:
1. Sebagai Dasar Negara
Sebagai dasar mengatur penyelenggaraan Negara
2. Sebagai Sumber dari segala sumber hukum
3. Sebagai filter/penyaring
Sebagai penyaring budaya-budaya luar yang masuk, menyaring baik dan buruknya.
4. Sebagai pandangan hidup
Sebagai pedoman tingkah laku berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat
5. Sebagai kepribadian bangsa
Sebagai cirri khas bangsa Indonesia yang membedakan dengan bangsa lain

6. Sebagai cita-cita dan tujuan bangsa
Pancasila memuat cita-cita dan tujuann nasional

7. Sebagai perjanjian luhur bangsa
Pancasila telah disepakti oleh para pendiri bangsa
8. Sebagai jiwa bangsa
Sebagai penggerak dinamika bangsa Indonesia untuk mencapai tujuannya