10. Proseding REE Kab.Bangka 2015 Budi K.

PENYELIDIKAN REE DAN MINERAL IKUTAN DI DAERAH USULAN WPR
KABUPATEN BANGKA
PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
Kaswan Budiharyanto, Moe'tamar, Trisa Mulyana
Kelompok Penyelidikan Mineral, Pusat Sumber Daya Geologi
SARI
Keterdapatan unsur tanah jarang (UTJ) atau rare earth elements (REE) di Indonesia
ditemukan dalam mineral-mineral seperti zirkon, monasit dan xenotim. Mineral ini ditemukan
sebagai produk sampingan penambangan timah dan emas.
Berpijak pada tugas dan fungsi PSDG (Pusat Sumber Daya Geologi) sebagai pusat
penyedia informasi mineral bahan tambang, maka pada tahun anggaran 2015 telah dilakukan
penyelidikan Rare Earth Elements (REE) dan mineral ikutan di daerah usulan WPR Kabupaten
Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kegiatan ini atas permohonan Pemerintah
Kabupaten Bangka.
Kegiatan penyelidikan ini dilakukan dengan menggunakan alat bor dormer, channel
sampling meliputi 4 wilayah kecamatan yaitu; Kecamatan Belinyu, Riau Silip, Pemali dan
Merawang dengan luas daerah usulan WPR + 3,755 Ha, dibatasi dengan koordinat 105° 40′
s/d 106° 10′ BT dan -1° 30′ s/d -2° 20′ LS.
Berdasarkan hasil analisis conto mineral butir terhadap 227 conto konsentrat dulang
hasil pengeboran menunjukkan penyebaran mineral beragam dengan dominan mineral
kuarsa, ilmenit dan kasiterit. Selain itu teridentifikasi pula mineral-mineral REE seperti monasit,

zirkon dan mineral berat lainnya (magnetit).
Hasil analisis laboratorium kimia metode ICP terhadap 210 conto diketahui seluruh
lokasi dari beberapa conto bor dan channel sampling, yang terdapat peninggian unsur UTJ
dibanding dengan Kelimpahan Unsur Tanah Jarang (UTJ) dalam Kerak Bumi adalah Unsur
Nb rata-rata antara 82 ppm - 295 ppm, sedangkan di kerak bumi rata-rata 20 ppm, unsur tanah
jarang lainnya berada dibawah Kelimpahan Unsur Tanah Jarang (UTJ) dalam Kerak Bumi
(unsur Sc, Y, La, Ce, Pr, Nd, Pm, Sr, Eu, Gd, Tb, Dy, Ho, Er, Tm, Yb, Lu ). Untuk Unsur Sn
terdapat peninggian kandungan yaitu rata-rata antara 3,75 ppm - 79 ppm sedangkan di kerak
bumi rata-rata 2 ppm.
Berdasarkan hasil penyelidikan ini tidak ditemukan komoditas UTJ yang menonjol
namun dalam jumlah kecil bersama-sama dengan komoditas lainnya.
Dari hasil deteksi Radio aktif dengan menggunakan alat Radiometri Gamma Surveyor
II menunjukkan unsur Uranium (U) dan Thorium (Th) semua sample berada di bawah
Kelimpahan Unsur Radio Aktif dalam kerak Bumi, dengan demikian di daerah penyelidikan
tidak prospek untuk unsur radio aktif unsur U dan Th.
Oleh karena itu usulan WPR harus mempertimbangkan semua komoditas yang ada
secara terpadu (timah, besi, dll). Namun masih perlu penyelidikan detail.

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Investasi di bidang eksplorasi
mineral untuk unsur tanah jarang (UTJ)
atau rare earth elements (REE) sudah lama
dilakukan oleh negara-negara maju
karena kegunaannya sebagai bahan baku
industri berteknologi tinggi. Meskipun
kebutuhan industri terhadap UTJ relative
kecil dalam tonase, tetapi sangat penting
untuk keragaman dan pengembangan
aplikasi teknologi tinggi (Keith R., 2010).
Produk dari industri berteknologi tinggi
sudah dipakai oleh hampir sebagian besar
orang Indonesia di perkotaan sampai
pedesaan. Salah satu produk yang dipakai
oleh kebanyakan orang adalah perangkat
alat komunikasi seluler yang sebagian
komponennya berasal dari UTJ.
Pulau Bangka sejak dahulu dikenal
sebagai daerah penghasil bahan galian
timah endapan aluvial. Penambangan

timah endapan aluvial di daerah ini telah
berlangsung lama, dimulai oleh Bangsa
Cina,
kemudian
Bangsa
Belanda,
selanjutnya dilakukan oleh perusahaan dan
masyarakat setempat.
Endapan aluvial timah yang
diantaranya mengandung UTJ seperti :
zirkon (ZrSiO4), xenotim (YPO4), monazit
(Ce, La,Nd,Th)PO4.
Maksud dan Tujuan
Maksud kegiatan penyelidikan ini
adalah untuk memperoleh data dan
informasi potensi bahan galian UTJ (unsur
tanah jarang) di daerah usulan WPR
Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung.
Tujuan kgiatan penyelidikan adalah

untuk
memberikan
rekomendasi
keprospekan UTJ yang akan dijadikan
sebagai dasar usulan WPR Kabupaten
Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung.

Lokasi Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan di daerah
usulan WPR Kabupaten Bangka (gambar
1), yang meliputi 4 wilayah kecamatan
yaitu; Kecamatan Belinyu, Riau Silip,
Pemali dan Merawang dengan luas daerah
usulan WPR + 3,755 Ha, dibatasi dengan
koordinat 105° 40′ s/d 106° 10′ BT dan 1° 30′ s/d -2° 20′ LS. Daerah penyeldikan
terletak di luar wilayah PT.Timah (Gambar
2 dan 3).
METODOLOGI
Metodologi penyelidikan dapat

dibagi menjadi 4 tahapan yaitu :
1. Pengumpulan Data Sekunder, tahapan
ini
dilakukan sebelum lapangan
mencakup studi literatur (mempelajari
laporan-laporan terdahulu), penyediaan
peta tofografi dan peta geologi regional
daerah kerja, penyedian peralatan kerja
serta perencanaan biaya.
2. Pengumpulan
Data
Primer
dan
Pemercontoan; berupa pengeboran
dengan bor Doormer pada endapan
aluvial dan pemercontoan dengan cara
channel
sampling
pada
bukaan

tambang.
3. Analisis Laboratorium; meliputi analisis
mineralogi butir dan Inductively Coupled
Plasma (ICP) di Laboratorium Pusat
Sumber
Daya
Geologi-Bandung.
Pengukuran geofisika radiometrii untuk
analisis Uranium dan Thorium dengan
menggunakan alat Gamma Surveyor II
di Pusat Sumber Daya Geologi.
4. Pengolahan Data dan Penyusunan
Laporan.
GEOLOGI UMUM
Geologi Regional
Penyelidikan terdahulu U. Margono
dkk., 1995, menjelaskan satuan batuan
tertua adalah batuan Metamorf Kompleks
Pemali (CPp) berumur Paleo-Perm yang
terdiri dari batuan filit, sekis dengan sisipan


kuarsit serta lensa-lensa batugamping.
Diabas Penyambung merupakan batuan
berumur lebih muda (Permo-Trias (PTrd)
dari Kompleks Pemali, terdiri dari batuan
diabas dan menerobos Kompleks Pemali;
dimana diabas ini kemudian diterbos
batuan Granit Klabat (TrJkg). Pada awal
Trias, bersamaan dengan pembentukan
Diabas Penyabung terbentuk Formasi
Tanjung Genting (Trt) terdiri dari
perselingan batupasir malihan, batupasir,
batupasir lempung dan batupasir dengan
lensa-lensa batugamping; tersebar sangat
luas meliputi hampir seluruh bagian Pulau
Bangka. Pada Trias Akhir hingga
pertengahan Jura, aktifitas magma
membentuk Granit Klabat (TrJkg) yang
menerobos
semua

satuan
batuan
terdahulu. Pada Kala Pliosen diendapkan
Formasi Ranggam (TQr) yang terdiri dari
perselingan batupasir dan batulempung,
sementara pada Zaman Kuarter (Kala
Holosen) terbentuk endapan Aluvium
(Gambar 4).
Strukur
Struktur yang teramati di di Lembar
Bangka adalah kelurusan, lipatan dan
sesar. Kelurusan terutama pada granit
dengan arah beragam. Lipatan terdapat
pada satuan batupasir dan batulempung
Formasi Tanjung Genting dan Formasi
Ranggam dengan kemiringan antara 180 750. Sumbu lipatan berarah TimurlautBaratdaya. Dua jenis sesar yang
berkembang adalah sesar mendatar dan
sesar normal. Sesar mendatar berarah
Timurlaut-Baratdaya, sedangkan sesar
normal Baratlaut-Tenggara.

Kegiatan
tektonik
ditafsirkan
berlangsung sejak Perem yang ditandai
dengan terbentuknya Kompleks Malihan
Pemali (CPp). Pada Trias Awal terjadi
penurunan dan pengendapan Formasi
Tanjung Genting (TRt) dalam lingkungan
laut dangkal.

Mulai Miosen Tengah-Pliosen Awal
pengendapan
berlangsung
dengan
terbentuknya Formasi Ranggam (TQr) di
lingkungan
fluvial.
Selanjutnya
pengangkatan,
pedataran

dan
pengendapan aluvium di sungai, rawa dan
pantai berlangsung pada Holosen.
Sumber Daya Bahan Galian
Kabupaten Bangka kaya akan
bahan galian tambang dan sektor
pertambangan merupakan salah satu
sektor andalan karena hampir seluruh
wilayah Bangka terdapat bahan galian
tambang seperti timah dan bahan tambang
lainnya dengan cadangan yang relatif
masih besar.
Produksi pengolahan bijih timah
(logam timah) di Kabupaten Bangka pada
tahun 2011 sebanyak 8.916,024 MTon,
Sedangkan produksi bijih timah sebanyak
7.910,600 Ton Sn (Sumber : Kabupaten
Bangka Dalam Angka Tahun 2012).
PEMBAHASAN
Geologi Daerah Penyelidikan

Daerah penyelidikan didominasi
oleh pelapukan batuan Granit Klabat (Blok
1) dan didominasi oleh Endapan Aluvial
(Blok 2) endapan ini merupakan sebagai
pembawa bijijh timah. Ketebalan endapan
aluvial ini dapat mencapai lebih 15 meter
dan sebarannya cukup luas. Sebaran
endapan ini umumnya terdapat pada
lembah-lembah dan penyebaran di daerah
Usulan WPR meliputi daerah BubusBelinyu, Riau Silip, Pemali dan Merawang.
Blok 1
Di lokasi WPR 2, WPR 4, WPR 5,
WPR 6, WPR 7, WPR 8, WPR 9,
menempati pelapukan batuan Granit
Klabat, sedangkan WPR 1, WPR 3, WPR
11, WPR 12, WPR 13 terletak pada
pelapukan batuan malihan komplek pemali
untuk WPR 10 sebagian menempati
endapan aluvial (Gambar 5).

Blok 2
Berbeda pada blok 2 lokasi WPR
didominasi pada endapan aluvial (WPR 15,
WPR 16, WPR 17, WPR 18) pada WPR 14
menempati pelapukan batuan Granit
Klabat sedangkan WPR 19 pada
pelapukan
batuan
meta
sedimen
(Gambar 6). Hasil pemercontoan dengan
menggunakan alat bor dormer di daerah
Bubus (WPR1BH01) endapan aluvial terdiri
dari lepung pasiran warna coklat kehitaman
halus hingga sedang tebal 0,00 - 1,00
meter. Lempung pasiran berwarna abu
kecoklatan, plastis, halus hingga sdang
tebal 1,00 - 2,00 meter. Lempung pasiran
berwarna abu-abu terang, plastis, halussedang, pada kedalaman 2,20-2,50 meter
ditemui lempung warna putih.
Sedangkan pada conto chanel
sampling di daerah Gunung Muda
(WPR.10/CH02) endapan aluvial tersusun
lempung pasiran hingga kerikil berwarna
coklat kemerahan (0,00-1,00 m), lempung
pasiran warna coklat kemerahan (1,002,00 m), lempung pasiran hingga kerikilan
(fragmen skis) warna coklat kekuningan
(2,00-3,00 m), lempung pasiran hingga
kerikilan kerakal warna coklat kekuningan
(3,00-4,00 m), lapisan kuarsit warna putih
susu, lempung dominan berwarna putih
kotor (4,00-5,00 m), lapisan kuarsit warna
putih susu, lempung dominan berwarna
putih kotor sebagian warna kecoklatan
(5,00-6,00 m), kaolin/ lempung warna putih
kecoklatan sisipan kuarsit (6,00-7,00 m),
kaolin sebagai kong (7,00-8,00 m).
HASIL ANALISIS
Mineralogi Butir
Hasil analisis conto mineral butir
terhadap 227 conto konsentrat dulang
menunjukkan
penyebaran
mineral
beragam dengan dominan mineral kuarsa,
ilmenit
dan
kasiterit.
Selain
itu
teridentifikasi pula mineral-mineral lainnya
seperti magnetit, zirkon, piroksen, ampibol,
oksida besi, dan monasit (Gambar 6a) .

Hasil analisis conto bor (Tabel 1)
menunjukkan
presentasi
kandungan
mineral kasiterit, ilmenit, kuarsa dan oksida
besi teridentifikasi sangat bervariasi dan
tidak merata pada setiap lubang bor.
Sedangkan kandungan mineral selain
kuarsa teridentifikasi dengan presentasi
trace pada setiap lubang bor.

Kuarsa
Ilmenit

Monasi
t

Kasiter
it
Oks.be
si

Gambar 6a. WPR.04/BH.03 (0-1M)
Perbesaran 35.5x. Butiran Kuarsa, tidak
berwarna, transparan, Kasiterit, coklathitam, kilap lilin, Ilmenit, hitam metalik,
Monasit, coklat muda, kilap lilin, Oks.besi,
coklat kemerahan, kusam.
Tabel 1. Hasil Analisis Mineral Butir
Conto Bor
Blok
1 (WPR-1
2 (WPR-14
Mineral
sd 13)
sd 19)
(%)
(%)
Magnetit
0 - Trace
0
Ilmenit
Trace
Trace
Kuarsa
20,10 - 100 12,70 - 100
Zirkon
0 - Trace
0 - Trace
77,30 Piroksen
0 -100
Trace
Amfibol
0 – 2,10
0 - Trace
Oksida
Trace 0 - 79,87
besi
87,30
Kasiterit
0 – 0,01
0 - 0,02
Monasit
0 - Trace
0 - Trace
Leukosen
0 - Trace
0 - Trace

Dengan melihat tabel di atas maka
kekayaan mineral khususnya mineral
kasiterit, monasit dan ilmenit setiap lobang
bor mempunyai nilai 0 % hingga trace,
setiap WPR yang terdiri dari beberapa
lubang bor maupun setiap blok yang terdiri
dari beberapa WPR menjadi nihil atau tidak
prospek untuk mineral tersebut di atas.
Unsur Tanah Jarang
Hasil analisis Inductively Coupled
Plasma (ICP) lengkap 210 conto dari
pemboran dan channel sampling pada
bukaan/singkapan di lapangan, terkandung
kisaran nilai unsur tanah jarang (UTJ).
Dari hasil analisis laboratorium
kimia metode ICP (Tabel 2), diketahui
seluruh lokasi usulan WPR yang terdiri dari
beberapa bor, yang terdapat peninggian
unsur UTJ dibanding dengan Kelimpahan
Unsur Tanah Jarang (UTJ) dalam Kerak
Bumi adalah Unsur Nb rata-rata antara 82
ppm - 295 ppm sedangkan di kerak bumi
rata-rata 20 ppm, unsur tanah jarang
lainnya berada dibawah Kelimpahan Unsur
Tanah Jarang (UTJ) dalam Kerak Bumi
(unsur Sc, Y, La, Ce, Pr, Nd, Pm, Sr, Eu,
Gd, Tb, Dy, Ho, Er, Tm, Yb, Lu ). Untuk
Unsur Sn terdapat peninggian kandungan
yaitu rata-rata antara 1,11 ppm - 79 ppm
sedangkan di kerak bumi rata-rata 2 ppm.
Tabel 2. Hasil analisis Inductively
Coupled Plasma (ICP) Conto Bor
Blok
Unsur
Tanah
1 (WPR-1
2 (WPR-14
Jarang
sd 13)
sd 19)
(UTJ)
(ppm)
(ppm)
10,75 16,51 Ce
48,15
47,65
Dy
0,14 - 0,59
0,31 - 0,54
Eu
0,04 - 0,47
0,13 - 0,70
Gd
1,69 - 9,56 3,49 - 10,09
0,00 Ho
0,00 - 0,08
15,45
0,64 –
La
8,95 - 24,66
15,92

Unsur
Tanah
Jarang
(UTJ)
Lu
Nb
Nd
Pr
Sc
Sm
Ta
Tb
Tm
Y
Yb
Sn

Blok
1 (WPR-1
2 (WPR-14
sd 13)
sd 19)
(ppm)
(ppm)
0,27 0,71 - 1,89
200,82
82,60 –
103,25 295,71
255,60
1.32 - 8,65 5,06 - 14,56
0,56 - 10,94 4,23 - 14,56
0,57 - 17,25 3,97 - 12,75
0,29 - 1,96
1,09 - 3,20
0,28 - 2,70
0,96 - 4,38
0,34 - 2,15
0,87 - 2,57
0,00 - 0,03
0,00 - 0,03
0,80 - 10,47 4,30 - 8,06
0,44 - 0,71
0,99 - 1,61
1,11 - 73,43 3,75 - 79,23

Kandungan Radioaktif
Untuk mengetahui kandungan
unsur Uranium (U) dan Thorium (Th)
dilakukan
deteksi
dengan
metode
pengukuran radiometrii pada conto tanah
hasil pemboran sebanyak 225 conto tanah.
Dari hasil pengukuran radiometri dengan
menggunakan alat Geofisika Radiometri
Gamma Surveyor II (Tabel 3) menunjukkan
unsur Uranium (U) dan Thorium (Th)
semua sample berada di bawah
Kelimpahan Unsur Radio Aktif dalam kerak
Bumi, dengan demikian di daerah
penyelidikan tidak prospek untuk unsur
radio aktif unsur U dan Th.
Tabel 3. Hasil deteksi Geofisika
Rariometri Gamma Surveyor II Unsur
Tanah Jarang (UTJ)
Unsur Radio aktif
Lokasi
Uranium
Thorium
(Blok
(U)
(Thoo)
WPR)
(ppm)
(ppm)
WPR.01 2,33 - 5,65 7,15 - 10,96
WPR.02 1,58 - 6,57 8,43 - 11,99
WPR.03 1,24 - 6,45 5,17 - 11,26
WPR.04 2,28 - 6,11 6,01 - 10,82
WPR.05 1,86 - 7,43 6,70 - 10,16

Lokasi
(Blok
WPR)
WPR.06
WPR.07
WPR.08
WPR.09
WPR.10
WPR.11
WPR.12
WPR.13
WPR.14
WPR.15
WPR.16
WPR.17
WPR.18
WPR.19

Unsur Radio aktif
Uranium
Thorium
(U)
(Thoo)
(ppm)
(ppm)
1,58 - 6,77 8,96 - 11,87
1,26 - 6,10 7,84 - 10,81
0,74 - 6,46 7,24 - 11,20
1,34 - 5,98 7,37 - 11,11
1,35 - 6,39 7,02 - 11,44
1,71 - 6,04 7,02 - 12,00
1,79 - 5,81 7,54 - 12,26
1,05 -7,00
7,28 -10,96
1,25 - 6,43
6,49 - 9,20
1,60 - 6,29 7,29 - 10,53
1,20 - 6,30 7,90 - 11,59
1,49 - 6,70 7,06 - 12,29
1,97 - 6,66 7,46 - 11,11
1,23 - 7,12 7,25 - 11,29

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil kegiatan pengeboran REE
dan mineral ikutan di daerah usulan WPR
Kabupaten Bangka, Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung yang meliputi Kecamatan
Belinyu, Riau Silip, Pemali dan Merawang
disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil
pengeboran
menunjukkan
penyebaran
kandungan
mineral
beragam dengan dominan mineral

kuarsa, ilmenit dan kasiterit. Mineralmineral lain seperti magnetit, zirkon,
piroksen, ampibol, oksida
besi,
dan monasit terdapat sedikit.
2. Kelimpahan Unsur Tanah Jarang (UTJ)
berada dibawah Kelimpahan Unsur
Tanah Jarang (UTJ) dalam Kerak Bumi
(unsur Sc, Y, La, Ce, Pr, Nd, Pm, Sr, Eu,
Gd, Tb, Dy, Ho, Er, Tm, Yb, Lu ). Untuk
Unsur
Sn
terdapat
peninggian
kandungan yaitu rata-rata antara 3,75
ppm - 79 ppm sedangkan di kerak bumi
rata-rata 2 ppm.
3. Dari hasil pengukuran radiometri
dengan menggunakan alat Radiometri
Gamma Surveyor II menunjukkan unsur
Uranium (U) dan Thorium (Th). semua
sample berada di bawah Kelimpahan
Unsur Radio Aktif dalam kerak
Bumi
(Tabel 3), dengan demikian di daerah
penyelidikan tidak prospek
untuk unsur radio aktif unsur U dan Th.
Akan tetapi secara tidak merata
ditemukan UTJ dan mineral lain dalam
jumlah kecil.
Saran
Secara umum WPR tidak prospek
dikembangkan untuk unsur tanah jarang
(UTJ), akan tetapi harus bersama mineral
ikutan lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
T. Islah., 2002, Pengawasan Pemantauan dan Evaluasi Konservasi Sumber Daya Mineral
Kabupaten Belitung, Provinsi Bangka Belitung, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
Mineral, Bandung.
Danny Z H., 2005, Pemantauan dan Evaluasi Konservasi Sumber Daya Mineral Daerah
Bangka Tengah, Provinsi Bangka-Belitung, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya
Mineral, Bandung.
D. Widhiyatna., 2006, Inventarisasi Potensi Bahan Galian Pada Wilayah PETI di Daerah
Belitung, Provinsi Bangka Belitung, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral,
Bandung.
Suhandi., 2009, Penyelidikan Bahan Galian Lain dan Mineral Ikutan di Wilayah Usaha
Pertambangan Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Bangka Belitung, Pusat Sumber
Daya Geologi, Bandung.
Y. Pertamana., 2010, Penelitian Konservasi Bahan Galian di Wilayah Bekas Tambang
Menggunakan Citra Satelit Di Pulau Belitung, Provinsi Bangka Belitung, Pusat Sumber
Daya Geologi, Bandung.

Keith R. Long, Bradley S. Van Gosen, Nora K. Foley and Daniel Cordier, 2010, The Principal
Rare Earth Element Deposits of the United States—A Summary of Domestic Deposits
and a Global Perspective, U.S. Geological Survey, Reston, Virginia.
Rohmana, Jaenudin J, Djabar F, Sukaesih., 2012, Pemboran Untuk Penyelidikan Mineral
ikutan dan Unsur Tanah Jarang Daerah Kabupaten Bangka Tengah Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Rohmana, Jaenudin J, Agung N L, Handayani T., 2013, Pemboran Untuk Penelitian Mineral
Ikutan dan Unsur Tanah Jarang di Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung, Pusat Sumber Daya Geologi, Bandung.
Kabupaten Bangka Dalam Angka Tahun 2012.

Gambar 1. Peta Lokasi Kesampaian Daerah

Gambar 2. Peta Lokasi Bor Blok 1, Usulan WPR Kabupaten Bangka (13 WPR)

Gambar 3. Peta Lokasi Bor Blok 2, Usulan WPR Kabupaten Bangka (6 WPR)

Gambar 4. Peta Geologi Regional Kabupaten Bangka
(Sumber Peta : P3G, 1995)

Gambar 5. Peta Geologi Daerah Penyelidikan WPR Blok-1

Gambar 6. Peta Geologi Daerah Penyelidikan WPR Blok-2

Gambar 7. Peta anomali Unsur Nb, Lokasi Bor Blok 1, Usulan WPR
Kabupaten Bangka (13 WPR)

Gambar 8. Peta Anomali Unsur Nb, Lokasi bor Blok 2, Usulan WPR
Kabupaten Bangka (6 WPR)

Gambar 9. Sebagian Peralatan
Bor Doormer

Gambar 10. Pengambilan Conto Bor
Menggunakan Bor Doormer

Gambar 11. Pengukuran Volume
dan Penyaringan Conto Bor

Gambar 13. Deskripsi dan Pengambilan
Conto Secara Channel Sampling

Gambar 12. Conto Bor Didulang Untuk
Mengambil Konsentratnya

Gambar 14. Kegiatan Pengolahan Tailing
Menggunakan Sluice Box Oleh
Masyarakat Setempat di Daerah
Penyamun, Kabupaten Bangka