ANALISIS HUKUM POSITIF TERHADAP PANDANGAN TOKOH MASYARAKAT TENTANG LEGALITAS PRAKTIK POLIGAMI DI BULAK BANTENG WETAN KECAMATAN KENJERAN KOTA SURABAYA.

ANALISIS HUKUM POSITIF TERHADAP PANDANGAN
TOKOH MASYARAKAT TENTANG LEGALITAS PRAKTIK
POLIGAMI DI BULAK BANTENG WETAN KECAMATAN
KENJERAN KOTA SURABAYA
SKRIPSI
Oleh :
Melyana Sifa
NIM : C01213048

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Fakultas Syari'ah dan Hukum
Jurusan Hukum Perdata
Prodi Akhwal Al-Syakhsiyyah
Surabaya
2017

ABSTRAK
Skripsi ini merupakan hasil penelitian lapangan tentang “Analisis
Hukum Positif Terhadap Pandangan Tokoh Masyarakat Tentang Legalitas
Praktik Poligami Di Bulak Banteng Wetan Kecamatan Kenjeran Kota
Surabaya . Penelitian ini bertujuan untuk menjawab dua pertanyaan. Pertama,

Bagaimana praktek poligami di Bulak Banteng Wetan Kecamatan Kenjeran Kota
Surabaya. Kedua, Bagaimana pandangan tokoh masyarakat terhadap keabsahan
dan legalitas praktek poligami di Bulak Banteng Wetan Kecamatan Kenjeran
Kota Surabaya.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat observasi karena data
yang digunakan dalam penelitian ini, diperoleh dari pihak Tokoh Masyarakat
Bulak Banteng Wetan melalui proses dokumentasi dan Interview. Sumber data
dalam penelitian ini ada dua yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Setelah
data terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif
analisis dengan menggunakan pola pikir induktif.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa; Pertama,
pelaksanaan praktek poligami di Bulak Banteng Wetan dilakukan secara ilegal
(diluar prosedur) karena motivasi suami dalam berpoligami tidak masuk dalam kriteria
syarat alternatif dalam Undang-undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 . Kedua,
berdasarkan pandangan dari Tokoh Masyarakat Bulak Banteng Wetan poligami
merupakan hal yang diperbolehkan namun bukan contoh yang baik untuk
masyarakat dan keluarganya, maka dari itu jika poligami dilakukan tidak sesuai
dengan prosedur yang tercantum dalam hukum positif maka tidak ada keabsahan
dalam poligami tersebut.
Bedasarkan hasil penelitian diatas, penulis memberikan saran-saran

sebagai berikut : 1) Hendaknya seorang suami memiliki pengetahuan dan
wawasan yang luas dalam masalah perkawinan, khususnya dalam etika poligami
dan prosedur sebelum melakukan poligami. Karena di era sekarang ini banyak
poligami yang melanggar terhadap ketentuan poligami dan tidak memikirnya
masa depannya. 2) Kepada seluruh Masyarakat Bulak Banteng Wetan Kecamatan
Kenjeran Kota Surabaya hendaknya mempertimbangkan dan berfikir secara
matang sebelum ambil keputusan berpoligami. Untuk menghindari konflik atau
problem-problem yang muncul, terutama bagi yang mereka yang merasa tidak
mampu untuk berbuat adil terhadap istri-istrinya yang dapat mengusik
ketenangan batinnya.

vi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM .............................................................................................. i
PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ iii
PENGESAHAN ................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ................................................................................................ v

ABSTRAK ........................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xii
DAFTAR TRANSLITERASI ............................................................................. xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah ........................................ 7
C. Rumusan Masalah ............................................................................... 8
D. Kajian Pustaka ..................................................................................... 9
E. Tujuan Penelitian ................................................................................ 16
F. Kegunaan Hasil Penelitian .................................................................. 16
G. Definisi Operasional ............................................................................ 17
H. Metode Penelitian ............................................................................... 17
I. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 19
J. Teknik Pengolaha Kata ....................................................................... 19
K. Tehnik Analisis Data ........................................................................... 20
L. Sistematika Pembahasan ..................................................................... 21

ix

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG DASAR HUKUM, ALASAN
DAN SYARAT POLIGAMI
A. Dasar Hukum Poligami ..................................................................... 23
B. Alasan dan Syarat Poligami .............................................................. 35
1. Alasan dan Syarat Poligami Menurut Hukum Islam ......................... 35
2. Alasan dan Syarat Poligami Menurut Hukum positif ....................... 41
BAB III PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP KEABSAHAN
DAN LEGALITAS PRAKTEK POLIGAMI DI BULAK
BANTENG WETAN KECAMATAN KENJERAN KOTA
SURABAYA
A. Gambaran Umum Bulak Banteng Wetan Kecamatan
Kenjeran Kota Surabaya
1. Kondisi Geografis ...................................................................... 47
2. Kondisi Demografis ................................................................... 48
B. Daftar Pelaku Poligami Di Bulak Banteng Wetan Kecamatan
Kenjeran Kota Surabaya ................................................................. 50
C. Faktor Pendorong Pelaku Poligami
1. Faktor HawaNafsu ..................................................................... 51

2. Faktor Keturunan ....................................................................... 52
3. Faktor Sosial .............................................................................. 53
D. Tata Cara Poligami Di Bulak Banteng Wetan ............................... 53
E. Pandangan Tokoh Masyarakat Bulak Banteng Wetan
Terhadap Praktik Poligami ............................................................. 56
F. Dampak Positif dan Negatif Poligami Menurut Tokoh
Masyarakat di Bulak Banteng Wetan ............................................ 59
BAB IV ANALISIS HUKUM POSITIF TERHADAP PANDANGAN
TOKOH MASYARAKAT TENTANG LEGALITAS PRAKTiK
POLIGAMI DI BULAK BANTENG WETAN KECAMATAN
KENJERAN KOTA SURABAYA
A. Analisis Praktik Poligami Di Bulak Banteng Wetan
Kecamatan Kenjeran Kota surabaya ............................................ 61
B. Analisis Hukum Positif Terhadap Pandangan Tokoh
Masyarakat Tentang Legalitas Praktik Poligami di Bulak
Banteng Wetan Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya ................... 64

x
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id


BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................... 68
B. Saran-saran ........................................................................................ 69
DAFTAR PUSTAKA
:LAMPIRAN - LAMPIRAN

xi
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Segala sesuatu di alam wujud ini diciptakan oleh Allah SWT secara
berpasang-pasangan. Ada surga ada neraka, ada langit ada bumi, ada siang
ada malam, ada laki-laki ada perempuan dan seterusnya. Sebagaimana
firman Allah :

َ َ َ َ ُ َ َ ۡ َ ۡ َ َ َۡ َ ۡ َ ‫ُك‬
َ
٩ ‫ۡ ل َع ك ۡ ت ُ ون‬

‫ك َ ٍء خ نا زوج ق‬
‫و قن ق‬
Artinya :“Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan
agar kamu mengingat (kebesaran Allah)”. (Q.S..Az}Z}ar> iya>t, 49).1
Al-Qur’>an menjelaskan, bahwa manusia secara naluri disamping
mempunyai keinginan terhadap anak keturunan, harta kekayaan, dan
seterusnya, juga sangat menyukai lawan jenisnya. Untuk memberikan jalan
keluar yang terbaik tentang hubungan manusia yang berlainan jenis itu
supaya dapat menyalurkan kebutuhan yang pokok (kebutuhan biologis)
secara terhormat, maka Islam menetapkan suatu kebutuhan yang harus
dilalui, yaitu perkawinan.
Dalam Pasal 1 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
ditegaskan, bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria
dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk

1

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta : Al-Huda, 2005), 523

1

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa. Islam sendiri tidak pernah mengajarkan kepada umatnya
untuk memerangi atau mematikan hasrat seksualnya, namun juga tidak
membiarkan manusia bebas mengumbar nafsu seenaknya.2 Agama Islam
dalam mensyariatkan perkawinan sebagai salah satu sarana terbentuknya
keluarga yang pada tahap selanjutnya akan melahirkan keturunan yang sah.
Dari perkawinan ini pula akan diharapkan terciptanya kemaslahatan
masyarakat. Selanjutnya dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-undang No. 1 Tahun
1974 disebutkan bahwa pada asasnya dalam suatu perkawinan seorang pria
hanya boleh mempunyai seorang istri. Seorang wanita hanya boleh
mempunyai seorang suami.
Berdasarkan Pasal 3 ayat (1) di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
Undang-undang No.1 Tahun 1974 menganut asas perkawinan “monogami”,
tetapi bagi orang-orang tertentu yang menurut peraturan agama yang
dianutnya diizinkan untuk beristri lebih dari seorang. Undang-undang
perkawinan memberikan pengecualian dengan cara yang cukup berat.

Dalam syari’at Islam, lebih disukai bila laki-laki hanya mempunyai
seorang istri, bahkan kalau mungkin ia tetap mempertahankan sampai akhir
hayatnya. Perkawinan yang diajarkan Islam harus menciptakan suasana yang

saki}nah, mawaddah, dan rah>mah. Suasana yang sulit dilaksanakan
seandainya seorang suami memiliki istri lebih dari seorang. Keadilan sebagai
2

Muhammad Kasim Mugni, Kiat Menyelamatkan Cinta: Pendidikan Seks Bagi Remaja Muslim,
cet. I, (Yogyakarta: Titian Ilahi Press, 1997), 45-46.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

syarat terciptanya kerukunan di antara istri-istri, sangat sulit untuk
dilaksanakan.3

‫ۡ ۡ ُ ۡ ََ ُۡ ُ ل‬
َ َ ََٰۡ

ُ َ َ َ َ ‫ُ ل‬
َ‫ك ك قن‬
ٰ ‫سطوا قِ ٱۡت‬
‫كحوا ا طاب ل‬
‫خف أَ ت ق‬
‫ِن ق‬
‫م فٱن ق‬
ََ
‫ُ ل‬
ۡ َ َ
َ َُ ََٰۡ ‫ك َ م‬
َ‫ح َ ةً ث َ ۡو ا‬
ٰ‫خ ۡف ُ ۡ أَ َت ۡع ق وا فَ َ ق‬
‫ٱلنقساءق‬
‫َ َو ٰ َو ُرب ٰ َعۖ فإقن ق‬
‫َ َ َ ۡ َ ۡ َ ُ ُ ۡ َٰ َ َ ۡ َ ٓ َ َ َ ُ ُ ل‬
٣ ‫ت أي ٰنك ۚ ذ ق ثلَ أَ تعو وا‬

Firman Allah SWT :


Artinya :“Jika kamu khawatir akan tidak mampu berlaku adil
terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu
menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang kamu
senangi: dua,tiga atau empat. Tetapi jika kamu khawatir
tidak mampu berlaku adil,4 maka (nikahilah) seorang saja,5
atau hamba sahaya perempuan yang kamu miliki.6 Yang
demikian itu lebih dekat agar kamu tidak berbuat zalim.”
(Q.S..An-Nisa>’,3).7

Ayat tersebut menjelaskan tentang kebolehan poligami tetapi dengan
syarat berlaku adil. Dalam Undang-undang No.1 Tahun 1974, secara ketat
telah mengatur tatacara perkawinan poligami. Suami yang akan melakukan
poligami harus mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh pemerintah
dengan segala macam persyaratan yang harus dipenuhi, begitu pula dengan
Pegawai Negeri Sipil yang akan melakukan poligami harus mengikuti
Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan
Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil. Poligami yang dilakukan sekarang ini
3

Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam ,(Bandung: Pustaka Setia, 2000), 113.
Berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam memenuhi kebutuhan istri seperti: pakaian,
tempat, giliran. Dan lain-lain yang bersifat lahiriah dan batiniah. Lihat di Departemen Agama RI,
Al-Qur’an dan Terjemahnya ..., 78
5
Islam membolehkan poligami dengan syarat-syarat tertentu. Sebelum turun ayat ini poligami
sudah ada, dan pernah pula dijalankan oleh para nabi sebelum Nabi Muhammad SAW... ayat ini
membatasi poligami sampai empat orang saja. Lihat di Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan
Terjemahnya .,78
6
Hamba sahaya dan perbudakan dalam pengertian ini pada saat sekarang sudah tidak ada.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya ..., 78
7
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya ..., 78
4

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

lebih banyak mengandung madharat dari pada manfaatnya bagi kedua
keluarga karena dalam melakukan poligami mereka tidak mengikuti aturan
dan prosedur yang telah ditetapkan dalam undang-undang.
Para modernis berpendapat, bahwa jika dipelajari ayat-ayat yang
berhubungan dengan poligami, jelas terlihat maksudnya ayat berpesan
“Nikahilah wanita yang baik bagimu dua, tiga atau empat, tetapi jika kamu
khawatir tidak dapat berbuat adil, cukup satu saja”. Kemudian disebutkan
dalam al-Qur’>an sendiri, karena tidak ada suami yang dapat berlaku adil di
antara istri-istrinya, al-Qur’>an melarang poligami sebagai sebuah aturan
umum. Al-Qur’an surat an-Nisa>’ ayat 129 lebih jauh berpesan kepada kita,
”bahwa kamu tidak akan pernah dapat berlaku adil di antara para istriistrimu bagaimanapun kamu inginkan untuk berlaku adil. Karena itu jangan
condong kepada salah satu yang menyebabkan istri yang lain terabaikan.
Para modernis berpendapat bahwa bagian pertama dari ayat ini mendukung
pandangan mereka yang melarang poligami yang menyatakan, seorang suami
tidak akan dapat berlaku adil terhadap istri-istrinya. Sebaliknya para pemikir
konservatif merasa didukung oleh bagian kedua dari ayat tersebut, karena alQur’>an menyuruh untuk tidak terlalu cenderung (condong) kepada salah satu
yang mengakibatkan

istri yang lain terabaikan, berarti al-Qur’>an

membolehkan poligami. Sebagian kelompok menentang penafsiran para
modernis tentang arti kata ‘adil’ dan berkata bahwa kata ‘adil’ disini berarti
persamaan dalam bentuk materi dan keseimbangan layanan, yaitu bahwa jika

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

memberikan sejumlah uang kepada salah satu istrinya, suami juga harus atau
wajib memberikan kepada istrinya yang lain.8
Meskipun demikian, ini bukan berarti tidak ada permasalahan yang
ditimbulkan, oleh adanya poligami di dalam masyarakat. Sejak lahirnya
Undang-undang No. 1 Tahun 1974 dan Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun
1975 masalah poligami lebih diperketat. Maka poligami merupakan salah
satu hal yang tidak disenangi, karena poligami cenderung menimbulkan
persoalan-persoalan dalam kehidupan rumah tangga dan keluarga. Tanggung
jawab moral dan material seorang suami yang beristri lebih dari seorang
adalah lebih berat dibandingkan dengan suami yang beristri hanya satu. Oleh
karena itu, undang-undang menetapkan bahwa poligami baru dapat
dilakukan apabila ada izin dari Pengadilan.
Sebagaimana yang di sebutkan dalam Undang-undang No. 1 Tahun
1974 Pasal 3 ayat (2) yang berbunyi “Pengadilan dapat memberi izin kepada
seorang suami untuk beristri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh
pihak-pihak yang bersangkutan”.
Adapun alasan-alasan dibolehkannya poligami yang menjadi dasar
Pengadilan memberikan izin poligami menurut Pasal 41 huruf a Peraturan
Pemerintah No. 9 Tahun 1975 yaitu :
1. Bahwa istri tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai istri.

8

Khoiruddin Nasution, Fazlur Rahman tentang Wanita (Yogyakarta: Academia& Tazzafa,
2002), hlm.164.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

2. Bahwa istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat
disembuhkan.
3. Bahwa istri tidak dapat melahirkan keturunan.
Namun demikian dalam praktek hukum di masyarakat tidak semua
golongan masyarakat menyadari akan pentingnya pemberian izin dari
Pengadilan Agama untuk berpoligami. Hal ini misalnya terjadi pada
masyarakat Bulak Banteng Wetan Kec. Kenjeran Kota Surabaya yang
beragama Islam.
Masyarakat Bulak Banteng Wetan Kec. Kenjeran Kota Surabaya
walaupun kebanyakan mereka melakukan perkawinan monogami, tetapi
perkawinan poligami juga banyak dilakukan dengan alasan suka sama suka,
karena seringnya bertemu baik itu dalam lingkungan kerja maupun adanya
suatu kepentingan yang sama, disebabkan kondisi ekonomi, dan karena
mengejar status sosial, alasan ini jelas tidak sesuai dengan ketentuan
undang-undang.9
Berdasarkan hasil observasi, tokoh masyarakat di Bulak Banteng
Wetan Kecematan Kenjeran Kota Surabaya sebagian dapat menerima
adanya praktik poligami dan sebagian lainnya tidak dapat menerima
poligami dan tidak sedikit pula masyarakat yang masih kurangnya
pengetahuan tentang poligami, sehingga dalam melakukan poligami tersebut
di luar prosedur yang telah ditetapkan atau dilaksanakan di bawah tangan
(tidak resmi).
9

Yusuf , Wawancara, Aparat Desa, di Bulak Banteng Wetan, 10 September 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

Yang dimaksud Tokoh masyarakat yang ada di Bulak Banteng
memiliki profesi sebagai Ustadz, Ketua RT, Ketua RW, Mudin, Ta’mir
Masjid. Dan sebagian besar masyarakat di Bulak Banteng Wetan Kec.
Kenjeran Kota Surabaya memiliki penghasilan dari berdagang, Sopir,
Serabutan, tetapi ada juga yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil,
adapula bekerja di luar daerah.
Bagi yang bekerja sebagai pengusaha ada sebagian yang melakukan
pernikahan yang baru tanpa diketahui istri yang pertama, pernikahan mereka
dilakukan secara ilegal dengan alasan-alasan tertentu, misalnya dengan
alasan karena tertarik pada wanita lain karena kecantikannya atau hanya
untuk memuaskan nafsu syahwatnya atau merasa kasihan kepada wanita lain
dengan alasan daripada berzina yang dapat merusak norma agama, atau bagi
pekerja luar daerah sebab jauh dari istrinya, sehingga suami lebih memilih
untuk menikahinya meski tanpa izin istri pertama.10
Dengan latar belakang tersebut di atas penyusun tertarik untuk melihat
secara jelas dengan mencoba melakukan penelitian tentang Analisis Hukum
Positif Terhadap Pandangan Tokoh Masyarakat Tentang Praktik Poligami Di
Bulak Banteng Wetan Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya.
B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah
1.

10

Identifikasi Masalah

Nur Kholis, Wawancara, Pelaku Poligami, di Bulak Banteng Wetan, 10 September 2016.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan penulis di atas, maka
dapat ditulis identifikasi masalah sebagai berikut :
a. Alasan dan Syarat Poligami.
b. Praktik Poligami Di Bulak Banteng Wetan Kecamatan Kenjeran Kota
Surabaya.
c. Analisis Hukum Positif Terhadap Pandangan Tokoh Masyarakat
Tentang Legalitas Praktik Poligami di Bulak Banteng Wetan
Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya.
2.

Batasan Masalah
Dari identifikasi tersebut penelitian ini dibatasi pada masalah
berikut:
a. Praktik Poligami Di Bulak Banteng Wetan Kecamatan Kenjeran Kota
Surabaya.
b. Analisis Hukum Positif Terhadap Pandangan Tokoh Masyarakat
Tentang Legalitas Praktik Poligami di Bulak Banteng Wetan
Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Praktik Poligami Di Bulak Banteng Kecamatan Kenjeran
Kota Surabaya ?
2. Bagaimana Analisis Hukum Positif Terhadap Pandangan Tokoh
Masyarakat Tentang Legalitas Praktik Poligami di Bulak Banteng Wetan
Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya ?

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka bertujuan untuk menarik perbedaan mendasar antara
penelitian yang dilakukan dengan kajian atau penelitian yang pernah
dilakukan sebelumnya. Sebenarnya sudah banyak litelatur yang membahas
tentang Poligami. Tetapi, dalam hal ini peneliti melakukan pembahasan
tentang “Analisis Hukum Positif Terhadap Pandangan Tokoh Masyarakat
Tentang Legalitas Praktik Poligami di Bulak Banteng Wetan Kecamatan
Kenjeran Kota Surabaya”.
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan, ada beberapa
penelitian yang serupa mengkaji tentang Poligami. Penelitian Tersebut
antara lain adalah sebagai berikut :
1. Skripsi Nurika Viqi Lestari, yang berjudul “Analisis Hukum Islam
Terhadap Implementasi Pembagian Nafkah Suami Berpoligami Di Desa
Kedung Banteng Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo”. Skripsi
ini membahas mengenai masyarakat gang wayo dalam pembagian nafkah
ada yang hanya memberi uang secara rutin kepada para istri-istrinya
namun tidak dapat adil menggilir bermalam kepada istri-istrinya, ada
yang tidak memberikan nafkah uang secara menetap karena keterbatasan
dalam penghasilannya dan ada yang adil dalam memberikan uang dan
menjatah hari dalam menggilir bermalamnya11. Perbedaannya adalah
pembahasan diatas membahas mengenai Implementasi Nafkah Suami
Viqi Lestari, Nurika “Analisis Hukum Islam Terhadap Implementasi Pembagian Nafkah Suami
Berpoligami Di Desa Kedung Banteng Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo,” (Skripsi -- UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2014)
11

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

Berpoligami sedangkan penulis membahas tentang bagaimana praktik
poligami yang ada di daerah bulak banteng wetan serta legalitas poligami
yang ada di bulak banteng wetan kecamatan kenjeran kota surabaya.
2. Skripsi Nur Hasanah, yang berjudul “Adil Dalam Poligami Pada
Masyarakat Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan Ditinjau Dari
Prespektif Imam Syafi’i”. Skripsi ini menjelaskan tentang pemikiran
Imam-Imam madzhab terhadap keadilan poligami dan budaya poligami
para kyai yang merupakan kajian disalah satu desa.12 Dan perbedaannya
pembahasan penulis adalah mengambil pendapat dari para tokoh
masyarakat yang ada di bulak banteng wetan dan dikaji menurut
keabsahan dan legalitas yang ada di UU No 1 Tahun 1974.
3. Skripsi Khoiriyah Ulfa Berjudul “Perbandingan Antara Fiqh Dengan
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Terhadap
Pelaksaan Poligami”. Skripsi ini menjelaskan bahwa menurut ahli Fiqh
dan UU No 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan kedua-duanya sama-sama
membolehkan

poligami

dengan

mempersulit

pelaksanaannya

dan

keduanya sama-sama berpendapat bahwa suami harus bisa berbuat adil,
dan mampu memberi nafkah kepada istri dan anak-anaknya. Alasan
keduanya membolehkan karena istri tidak memperoleh keturunan, istri
tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri. Perbedaannya, (1) ahli
fiqh menganut asas poligami bersyarat sedangkan UU No 1 Tahun 1974
menganut asas poligami terbuka. (2) syarat poligami menurut UU No 1
Nur Hasanah, “Adil Dalam Poligami Pada Masyarakat Kecamatan Puri Kabupaten Lamongan
Ditinjau Dari Prespektif Imam Syafi’i ” (Skripsi--- UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2004)
12

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

Tahun 1974 harus ada ijin dari pengadilan, apabila dikehendaki oleh
pihak-pihak yang bersangkutan, sedangkan bagi ahli fiqh persyaratan
tersebut tidak dicantumkan secara langsung.13 Perbedaannya adalah
penulis akan memaparkan tentang bagaimana tokoh masyarakat
memandang poligami dengan tidak membandingkan antara KHI dan UU
No 1 tahun 1974 tetapi menganalisis bagaimana legalitas poligami yang
ada di bulak banteng wetan dengan cara menela’ah melalui Hukum
Positif.
4. Skripsi Henrik Suprianto yang berjudul “Analisis Hukum Islam Terhadap
Alasan-Alasan Izin Poligami Di Pengadilan Agama Pasuruan Studi
Putusan Hakim Di Pengadilan Agama Pasuruan Tahun 2007”. Skripsi ini
menjelaskan bahwa pemohon mengajukan Izin Poligami dengan lima
alasan diantaranya : (1) karena istri tidak dapat menjalankan
kewajibannya sebagai seorang istri, istri mendapat cacat badan atau
penyakit yang tidak dapat disembuhkan, istri tidak dapat melahirkan anak
(istri sakit). (2) Karena istri sering merasa kelelahan sehingga kurang
dalam menjalankan kewajibannya sebagai istri, istri sering tidak mau
diajak kumpul tidur oleh Suami. (3) karena istri kurang dapat memuaskan
Suami saat melakukan hubungan suami istri/badan, dan karena termohon
menyadari kurang mampu melayani suami, Termohon akhirnya menyuruh
suami kawin lagi. Masalah poligami menurut hukum islam memang

13

Khoiriyah Ulfa, “Perbandingan Antara Fiqh Dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan Terhadap Pelaksaan Poligami” (Skripsi --- UIN Sunan Ampel, Surabaya,
2000)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

berangkat dari masalah kesadaran, prinsip kesadaran, prinsip Mu’asyarah
bil Ihsan yakni perlakuan baik terhadap keluaga. Jadi. Dengan demikian
sebaiknya bila ingin menjalani kehidupan poligaminya secara sakinah
hendaklah memusyawarahkan hal itu dengan istri. Bahkan dapat pula
didorong desakan kondisi kebutuhan darurat dan memenuhi kriteria
poligami.14 Perbedaannya adalah penulis membahas tentang bagaimana
praktik poligaminya sedangkan pembahasan yang diatas membahas
tentang izin berpoligami di Pengadilan Agama.
5. Skripsi Nur Chabibah yang berjudul “Studi Ananlisis Hukum Islam
Terhadap Pemikiran Amina Wadud Tentang Tidak Diperbolehkannya
Poligami”. Skripsi ini menjelaskan bahwa pendapat Amina Wadud
tentang tidak diperbolehkannya poligami karena memang alasan-alasan
yang selama ini diyakini, tidak pernah ada dalam al-Quran. Dengan
pemikiran poin penting yang dapat diambil dari pemikiran Amina Wadud
adalah adanya upaya untuk membongkar pemikiran lama dan mitos-mitos
lama yang dibangun oleh budaya patriarkhi. Upaya ini dimulai dengan
melakukan rekonstruksi metodologi tafsirnya, adanya mitos-mitos dan
penafsiran yang bisa patriarkhi dapat menyebabkan ketidakadilan gender
dalam kehidupan masyarakat dan tidak sesuai dengan prinsip dan dasar
semangat Al-Quran.15 Perbedaan dengan pembahasan yang penulis

14

Henrik Suprianto, “Ananlisis Hukum Islam Terhadap Alasan-Alasan Izin Poligami Di
Pengadilan Agama Pasuruan Studi Putusan Hakim Di Pengadilan Agama Pasuruan Tahun 2007”
(Skripsi--- UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2009).
15
Nur Chabibah, “Studi Anilis Hukum Islam Terhadap Pemikiran Amin Wadud Tentang Tidak
Diperbolehkannya poligami” (Skripsi--- UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2009)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

paparkan dalam skripsi ini adalah bukan ketidakbolehan berpoligami,
karena penulis akan meminta pendapat terhadap tokoh masyarakat jadi
bukan masalah boleh dan tidak boleh, tetapi bagaimana legalitas dari
poligami di daerah bulak banteng wetan kecamatan kenjeran kota
surabaya.
6. Skripsi Inneke Dwi Shanti yang berjudul “Penolakan Permohonan Izin
Poligami Terhadap Wanita Hamil Di Luar Nikah (Studi Kasus No.
68/Pdt.G/2003/PA. Mlng)”. Skripsi ini menjelaskan bahwa hakim
menolak permohonan izin poligami terhadap wanita hamil diluar nikah
karena dasar pertimbangan hukum hakim adalah fakta hukum, bahwa
permohonan bukan laki-laki yang menghamili waniya yang akan
dinikahinya dan Pemohon mempunyai istri yang sehat jasmani dan rohani,
tidak cacat fisik atau berpenyakit yang sulit disembuhkan dan tetap dapat
melayani

Pemohon

serta

dapat

memberikan

keturunan.

Hakim

menegaskan bahwa permohonan izin yang dilakukan Pemohon tidak
mendatangkan

kemaslah}atan,

tetapi

menimbulkan

kemud}aratan.

Sedangkan dalam menentukan suatu hukum, mencegah kemud}aratan
harus didahulukan dari pada menciptakan kemaslah}atan. Jadi hakim
memandang bahwa permohonan izin tersebut tidak memenuhi unsurunsur dan syarat-syarat poligami.16 Perbedaannya adalah pembahasan
penulis membahas tentang pendapat tokoh masyarakat yang berada di

16

Inneke Dwi Shanti, “Penolakan Permohonan Izin Poligami Terhadap Wanita Hamil Diluar
Nikah (Studi Kasus No. 68/Pdt.G/2003/PA. Mlng” (Skripsi UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2009).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

daerah bulak banteng wetan tentang praktek poligami dengan Analisis
Hukum Positif.
7. Skripsi Lu’luul Mukarromah yang berjudul “Analisis Yuridis Terhadap
Perkawinan Seorang Suami Yang Berpoligami Tanpa Izin Istri Pertama :
Studi Kasus Didesa Pataonan Kecamatan Socah Kabupaten Bangkalan.”
Skripsi ini menjelaskan bahwa “Poligami Tanpa Izin Istri Pertama” yang
menjadikan sebagai praktek poligami ini terjadi dikarenakan suaminya
telah mencintai perempuan lain, akan tetapi juga dijelaskan dalam
Undang-Undang No. 01 Tahun 1974 pada pasal 4. Tetapi pada kasus nya
istri tidak mengalami permasalah yang telah dijelaskan oleh pasal 4, dan
dalam kasus ini juga suaminya memalsukan identitasnya kepada pihak
KUA padahal status suami disini telah mempunyai istri dan juga memiliki
2 orang anak, dan juga disini suami yang memberikan mahar kepada istri
keduanya itu menggunakan seekor sapi. Padahal sapi yang dibuat mahar
itu adalah harta bawaan dari istri pertama.17 Perbedaannya adalah dari sisi
pendapat masyarakat dalam memandang poligami serta bagaimana
legalitas poligami yang ada di bulak banteng wetan kecamatan kenjeran
kota surabaya.
8. Skripsi Nurul Hevy Amalia yang berjudul “Pola Komunikasi Keluarga
Poligami Studi Kasus Poligami Di Jalan Wayo Desa Kedung Banteng
Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo.” Yang Skripsi ini

17

Lu’luul Mukarromah, “Analisis Yuridis Terhadap Perkawinan Seorang Suami Yang
Berpoligami Tanpa Izin Istri Pertama : Studi Kasus Di Desa Pataonan Kecamatan Socah
Kabupaten Bangkalan” (Skripsi--- UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2016).

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

menjelaskan bahwa pola komunikasi yang di lakukan secara tatap muka
langsung antara anggota keluarga satu kepada yang lainnya. Dimana
komunikasi berjalan melalui kepala keluarga ke anggota keluarga
poligami lainnya sehingga dapat terbangun keharmonisan atau kerukunan.
Dengan seringnya dilakukan komunikasi antarpribadi seperti saat
berkumpul atau saat bertemu istri-istri dan putra-putrinya dari situlah
muncul rasa saling terbuka antar anggota keluarga. Kedua istri dan putraputrinya merasa nyaman, tenang, dan tidak ada hal yang harus ditutupi
sehingga komunikasi yang dilakukan menjadi terbuka, jujur, tidak ada
yang merasa dicurigai dan dicurigakan. Cinta dan kasih sayang semakin
terbangun dalam keluarga poligami.18
Pembahasan dalam penelitian ini berbeda dengan pembahasan
yang

dilakukan

sebelum-sebelumnya,

karena

selama

melakukan

peninjauan pustaka ini penulis sama sekali belum menemukan penelitian
tentang analisi hukum positif terhadap pandangan tokoh masyarakat
terhadap praktik poligami. Maka, penulis membahas masalah tersebut
dengan judul “Analisis Hukum Positif Terhadap Pandangan Tokoh
Masyarakat Tentang Legalitas Praktik Poligami di Bulak Banteng Wetan
Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya”.

18

Nurul Hevy Amalia, “Pola Komunikasi Keluarga Poligami Studi Kasus Poligami Di Jalan
Wayo Desa Kedung Banteng Kecamatan Tanggulangin Kabupaten Sidoarjo” (Skripsi--- UIN
Sunan Ampel, Surabaya, 2013)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan masalah yang peneliti kaji dari penelitian ini,
maka penulisan penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mendeskripsikan praktik poligami di Bulak Banteng Wetan Kec.
Kenjeran Kota Surabaya.
2. Untuk Mengetahui Analisis Hukum Positif Terhadap Pandangan Tokoh
Masyarakat Tentang Legalitas Praktik Poligami di Bulak Banteng Wetan
Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya
F. Kegunaan Penelitian
Hasil Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sekurang-kurangnya
meliputi dua aspek, antara lain:
1. Aspek Teoretis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a) Dapat

memberikan

sumbangan

pemikiran

dalam

rangka

mengembangkan dan memperkaya khazanah pengetahuan, terutama
pengetahuan yang berkaitan dengan perkawinan poligami.
b) Dapat menambah Khasanah ilmu sosial Khususnya Ilmu Hukum.
c) Menjadi refleksi sehingga dapat dibaca oleh siapa saja yang membuat
untuk mengetahui tentang analisis hukum positif terhadap pandangan
tokoh masyarakat tentang praktik poligami di bulak banteng wetan
kecamatan kenjeran kota surabaya.
2. Aspek Praktis
Manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah :

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

Untuk memberikan jawaban atas permasalahan yang timbul di
kalangan masyarakat, baik yang bersifat penafsiran, pemahaman maupun
kasus-kasus di sekitar poligami, sehingga nantinya dapat menjadi
pegangan bagi masyarakat khususnya masyarakat Bulak Banteng Wetan
Kec. Kenjeran Kota Surabaya.

G. Definisi Operasional
Untuk memudahkan pemahaman pembaca dalam penulisan penelitian
ini, serta untuk menghindari kesalahpahaman, maka peneliti menguraikan
beberapa istilah,antara lain:
1. Hukum Positif adalah Hukum yang diambil dari Hukum Indonesia yaitu
UU No. 01 Tahun 1974 dan KHI (Kompilasi Hukum Islam)
2. Pandangan Tokoh Masyarakat adalah orang yang memiliki kedudukan di
dalam masyarakat seperti Ustadz, Ustadzah, Ketua RW, Ketua RT,
Mudin, Ta’mir Masjid.
3. Praktek Poligami, Praktik pernikahan kepada lebih dari satu suami (sesuai
dengan jenis kelamin orang yang bersangkutan

H. Metodelogi penelitian
Penelitian ini bersifat lapangan, yaitu di Bulak Banteng Wetan
Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya. Oleh karena itu, supaya penulis dapat
menyusun dengan benar maka penulis menggunakan metode penulisan yaitu
:
1. Data yang dikumpulkan

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

Terkait dengan rumusan masalah diatas, maka dalam penelitian ini
data yang dikumpulkan yaitu :
a. Data tentang praktek poligami di Bulak Banteng Wetan Kecamatan
Kenjeran Kota Surabaya.
b. Data tentang Analisis Hukum Positif Terhadap Pandangan Tokoh
Masyarakat Tentang Praktik Poligami Di Bulak Banteng Wetan
Kecamatan Kenjeran Kota Surabaya.
2. Sumber Data
Sumber data dalam penulisan penelitian ini antara lain :
a. Sumber Primer
Sumber Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari
sumbernya,19
1) Obyek penelitian, mengenai obyek penelitian ini tepatnya di Bulak
Banteng Wetan Kecamatan Kenjeran Kota surabaya.
2) Subjek Penelitian, subyek penelitiannya yaitu tokoh masyarakat dan
pelaku poligami.
b. Sumber Sekunder
Sumber Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumendokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian,
hasil penelitian dalam bentuk laporan, skripsi, tesis, disertasi, dan
peraturan perundang-undangan.20
I.
19
20

Teknik Pengumpulan Data
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013) 106.
Ibid., 106

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

Adapun untuk memperoleh data yang akurat dan dibutuhkan oleh
peneliti sesuai dengan judul penelitian, maka dalam pengumpulan data
peneliti menggunakan beberapa metode sebagaimana berikut :
a. Observasi, Metode observasi ini penyusun gunakan untuk menggali data
dengan jalan pengamatan terhadap pelaku pelaku poligami, keadaan, dan
kondisi Bulak Banteng Wetan Kec. Kenjeran Kota Surabaya.
b. Interview, yaitu melakukan wawancara dan tanya jawab dalam penelitian
yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau bertatap muka
mendengar secara langsung informasi-informasi atau keteranganketerangan.21
J.

Teknik Pengolahan Data
Untuk mensistematisasikan data yang telah dikumpulkan dan
mempermudah peneliti dalam melakukan analisa data, maka peneliti
mengelolah data tersebut melalui beberapa teknik, dalam hal ini data yang
diolah merupakan data yang telah terkumpul dari beberapa sumber adalah
sebagai berikut:22
a. Editing, yaitu mengedit data-data yang sudah dikumpukan. Teknik ini
digunakan oleh peneliti untuk memeriksa atau mengecek sumber data
yang diperoleh melalui teknik pengumpulan data, dan memperbaikinya
apabila masih tedapat hal-hal yang salah.

21

Cholid Narkubo, Metodelogi Penelitian, (Jakarta, Bumi Akasara, 1997), 56.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rieneka
Cipta, 2006), 156
22

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

b. Coding, yaitu pemberian kode dan pengkatagoresasian data. Peneliti
menggunakan teknik ini untuk mengkatagoresasikan sumber data yang
sudah dikumpulkan agar terdapat relevansi dengan pembahasan dalam
penelitian ini.
c. Organizing, yaitu mengorganisasikan atau mensistematisasikan sumber
data. Melalui teknik ini, peneliti mengelompokkan data-data yang telah
dikumpulkan dan sesuai dengan pembahasan yang telah direncanakan
sebelumnya.
K. Teknis Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara
sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan
bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat
diinformasikan ke orang lain.23
Setelah data terkumpul, maka selanjutnya diadakan analisis secara
kualitatif dengan pola induktif, yakni berangkat dari pengetahuan yang
bersifat khusus untuk menilai sesuatu yang bersifat umum.
L. Sistematika Pembahasan
Dalam sistematika pembahasan ini akan diuraikan secara garis besar
materi yang dibahas supaya diketahui gambaran mengenai skripsi ini dan
supaya pembahasan skripsi ini lebih sistematis, yaitu sebagai berikut :
Bab pertama, merupakan pendahuluan, yang berisi hal-hal yang
sifatnya mengatur bentuk-bentuk dan isi skripsi, mulai dari latar belakang
23

Sugiono, Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), 224.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, kajian pustaka,
tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, definisi operasional, metodelogi
penelitian dan sistematika pembahasan untuk mengarahkan para pembaca
kepada substansi penelitian ini.
Bab kedua, mengeksplorasi pengertian, dasar hukum, alasan-alasan dan
syarat-syarat poligami ditinjau dari KHI dan Undang-undang No.1 Tahun
1974 tentang poligami. Uraian ini diletakkan dalam bab kedua dengan
maksud untuk mengetahui hukum poligami secara jelas, sehingga dapat
dijadikan acuan untuk melangkah pada bab berikutnya.
Bab ketiga, mendeskripsikan tentang praktik poligami di Bulak
Banteng Wetan Kec. Kenjeran Kota Surabaya, yang meliputi gambaran
umum masyarakat di Bulak Banteng Wetan Kec. Kenjeran Kota Surabaya,
faktor pendorong para pelaku poligami dan tata cara poligami di Bulak
Banteng Wetan Kec. Kenjeran Kota Surabaya.
Bab keempat, penyusun menganalisis terhadap pandangan tokoh
masyarakat tentang legalitas praktik poligami di Bulak Banteng Wetan Kec.
Kenjeran Kota Surabaya.
Bab kelima, merupakan bab penutup, berisi tentang kesimpulan dan
saran.

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG DASAR HUKUM, ALASAN
DAN SYARAT POLIGAMI
A. Dasar Hukum Poligami
Poligami adalah mengawini beberapa wanita/istri di waktu yang
bersamaan. Berpoligami berarti menjalankan (melakukan) poligami. Istilah
Poligami sama dengan poligyni, yaitu mengawini beberapa wanita dalam
waktu yang sama. Lawan kata Poligami adalah Poliandri yaitu menikahi
beberapa laki-laki dalam waktu yang sama.1
Menurut Mahmud Syaltut, mantan rektor Universitas al-Azhar, Kairo,
Mesir, “Hukum Poligami adalah mubah. Poligami diperbolehkan selama
tidak dikhawatirkan terjadinya penganiayaan terhadap para istri. Jika
terdapat kemungkinan terjadinya penganiayaan dan untuk melepaskan diri
dari

kemungkinan

dosa

yang

dikhawatrikan

itu,

dianjurkan

atau

direkomendaikan agar mencukupkan beristri satu orang saja. Dengan
demikian menjadi jelas, bahwa kebolehan dan ketiadaan kekhawatiran
penganiayaan terhadap para istri.”2
Seorang muslim yang benar-benar mengerti tentang isi kandungan alQuran, baik itu seorang laki-laki yang mendukung poligami maupun seorang
wanita yang menolak poligami, pasti tidak akan mengesampingkan sebuah
ayat dalam al-Quran, yakni surat an-Nisa>’ ayat 3. Diakui atau tidak, seorang
1
2

Gus Arifin, Menikah Untuk Bahagia, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2013), 349.
Ibid, 354.

22
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

suami memang disahkan untuk melakukan pernikahan lebih dari satu wanita.
Dan inilah yang sering dijadikan dalil (hujjah) bagi laki-laki untuk menikah
lagi. Mereka menjadikan ayat ini sebagai dasar hukum halalnya poligami3 :

‫ق‬
‫ُ ل ق ق ق ق ُ ك ق ك ق م ق ۡ ق ٰ ق ُ قٰ ق‬
‫ܣ ق‬
َۖ‫َو ُر قب ٰ قع‬
َ ‫َفٱݛ ق ح‬
‫ݠاَݘܛَطܛبَل ݗَݘقݚَٱلنقسܛ قَءَݘܥََوܤ‬
Artinya: “ Maka kawinilah wanita-wanita lain yang kamu senangi, dua
tiga atau empat”. (Q.S..An-Nisa>’, 3)
Dalil naqli yang selalu dijadikan landasan pembenaran bagi kebolehan
berpoligami dikalangan sebagian umat islam adalah surah an-Nisa>’
(perempuan) ayat 3, yang didalamnya terkandung pembicaraan tentang anak
yatim. Surah an-Nisa>’, salah satu surah yang diturunkan di Madinah, terdiri
dari 176 ayat, merupakan surah terpanjang setelah al-Baqarah. Surah itu
diberi nama an-Nisa>’ karena kandungannya banyak memuat penjelasan ha;hal yang berkaitan dengan perempuan. Untuk memahami secara baik dan
benar mengenai apa yang terkandung di dalam ayat tersebut hendaknya
diresapi dahulu makna dua ayat sebelumnya, ayat pertama dan kedua dari
surah dimaksud4. Ayat pertama berbunyi :

‫ق ق܆ق ܅ ُ ܅ُ ل ق܅ ُ ُ ܅‬
‫ق قق ُ ك ܅‬
‫َو قخݖق قݎ َݘ ۡقݜ قݟ ق‬
‫قݚَن ۡݍس قَوٰح ققدة ل ق‬
ٓ
‫قي‬
َ ‫ݠا َرب ݗ‬
َ ‫ܛس َٱتݐ‬
َ ‫يأيݟܛ َٱن‬
‫ݗَݘ‬
‫ݐ‬
‫ݖ‬
‫خ‬
َ‫ܛَز ۡو قج قݟܛ‬
َ
َ‫ٱ‬
‫ل‬
‫ق ق ܅ ۡ ُ ق ق م ق م ق ق مم ق ܅ ُ ل ܅ق ܅‬
‫ق م ُ ق‬
‫ق ۡقۡ ق ق ܅ ܅‬
َ ۚ ‫وبܣ َݘقݜݟݙܛَرقجܛٗ َݒܥقراَون قسܛء‬
َّ‫ٱ‬
َ‫ܛم َۚحقن َ ق‬
َ َ ‫ݠا‬
َ ‫َوٱتݐ‬
َ ‫ٱّ َٱَقي َت قسܛ قء ݠن َܝ ق َݝقۦ َ َوٱۡرح‬
ُ ‫ق ق قق‬
‫َر م‬
َ َ َ‫قيܞܛ‬
َ‫َنَعݖ ۡي ۡݗ ق‬
Artinya : “Wahai manusia! Bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah
menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan
3
4

Isnaeni Fuad, Berpoligami Dengan Aman, (Jombang: Lintas Media), 8
Musdalifah Mulia, Pandangan Islam Tentang Poligami, (Jakarta: Yunani Purba), 28

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

(Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri) nya;
dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan lakilaki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada
Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta, dan
(peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya
Alllah selalu menjaga dan mengawasimu”. (Q.S.. AnNisa>’, 4:1)5
Ayat di atas berisi peringatan agar manusia bertakwa kepada Allah.
Bahkan, peringatan itu diulang dua kali. Pertama, manusia diperingatkan
bertakwa kepada Allah sebagai perwujudan dari kesadaran dirinya sebagai
makhluk dan kesadaran bahwa sesungguhnya Allah Maha Pencipta. Kedua,
manusia diperingatkan bertakwa kepada Allah karena atas nama-Nya
manusia saling meminta satu sama lain6. Selanjutnya ayat kedua berbunyi :

ۡ ‫ق‬
‫ق‬
‫ل ق ق‬
‫ق ق ُ ل ۡ ق قٰ ق ٓ ق ۡ قٰق ُ ۡ ق ق ق ق ق ܅ ُ ل ۡق ق‬
‫܅‬
‫ك‬
ََٓ‫ܜ َ قوٗ َتقأ ُ ݖُ مݠا َث ۡݘ ق ٰ ُݟ ۡݗ َحق‬
َ ‫م َثݘ ݟݗۖ َوٗ َتتܞد ݠا َٱۡܞ ق‬
َ ‫ݠا َٱۡت‬
َ ‫وءات‬
َ‫يܣ َܝَ قٱلطي ق ق‬
‫قۡق ُ ۡ ܅ُ ق ق ُ م ق‬
‫م‬
َ َ‫ثݘ ٰل ق ۚݗَحقݛ َݝۥََنَحݠبܛَݒܞقرا‬
Artinya : “Dan berikanlah kepada anak-anak yatim (yang sudah
dewasa) harta mereka, janganlah kamu menukar yang
baik dengan harta yang buruk, dan janganlah kamu makan
harta mereka bersama hartamu. Sungguh, (tindakan
menukar dan memakan) itu adalah dosa yang besar.”
(Q.S.. An-Nisa>’, 4:2)7
Ayat tersebut berisi penegasan agar berlaku adil, terutama terhadap
anak-anak yatim. Kehidupan bangsa arab pada masa jahiliyah tidak pernah
sepi dari peperangan, baik peperangan antarsuku maupun antar bangsa. Pola
kehidupan demikian menyebabkan banyaknya jumlah anak yatim karena
ayah-ayah mereka gugur dimedan perang. Dalam tradisi Arab jahiliya

5

Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya…, 78
Musdalifah Mulia, Pandangan Islam Tentang Poligami..., 29
7
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya…, 78
6

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

pemeliharaan anak-anak yatim menjadi tanggung jawab walinya. Para wali
berkuasa penuh atas diri anak yatim yang berada dalam perwaliannya,
termasuk menguasai harta-harta mereka sampai anak yatim itu dewasa dan
sudah mampu mengelola sendiri harta mereka.
Akan tetapi, realitas yang ada menunjukan tidak sedikit para wali yang
kemudian berlaku curang terhadap anak-anak yatim yang berada dalam
perlindungannya dengan tidak memberikan harta mereka walaupun mereka
sudah dewasa dan mampu menjaga hartanya sendiri. Kecurangan lain yang
dilakukan wali adalah menukar barang-barang anak yatim yang baik yang
tercampur di dalam harta mereka. Tradisi jahiliyah yang keji dan tidak adil
itu rupanya berlanjut kemasa awal islam dan ayat ini tampaknya diturunkan
untuk mengecamkan ketidakadilan tersebut.
Allah sangat mengecam perilaku culas dan tidak adil para wali
terhadap anak-anak yatim yang berada dalam asuhan mereka, dan untuk
menghindari perilaku dosa dan zalim tersebut Allah selanjutnya menunjukan
jalan keluar sebagaimana terbaca dalam ayat ketiga sebagai berikut8 :

‫م‬
‫ُ ك‬
ٰ ‫ݗَݘ ققݚ َٱلنك ق قسܛءقَ َ قݘ ۡܥ ق‬
ََ
‫ق ُ ُ ۡ ق ق قۡ قٓ ق܅‬
َ ‫ٰݜ ۚݗَذ ٰ قݑَثلََأ‬
َٗ

‫ۡ ۡ ُ ۡ ق܅ ُۡ ُ ل‬
‫ُ ل ق ق ق ق‬
‫ۡق قٰ ق ق‬
ٰ
َ
‫ݠا َ َݘܛ َطܛب َل‬
َ ‫َِ َٱۡتمَ َفَٱݛ ق ح‬
‫ِن َخقݍܢݗ َأٗ َتݐ ق‬
‫سطݠا ق‬
‫ق ُ ق ق ق ُ ق ق ق ۡ ۡ ُ ۡ ق ܅ ق ۡ ُ ل ق ق ق ً ق ۡ ق ق ق ق ۡ ۡق‬
‫وܤ ٰܣَوربٰعَۖفإقنَخقݍܢݗَأَٗتع قد ݠاَف ٰحقدةَثوَݘܛَ ݖݓتَأي‬
‫ق ُ ل‬
َ َ َ‫ت ُعݠ ݠا‬

Artinya : “dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil
terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu
menikahinya), maka nikahilah perempuan (lain) yang
kamu senangi:dua,tiga atau empat. Tetapi jika kamu
khawatir tidak akan mampu berlaku
adil, maka
8

Musdalifah Mulia, Pandangan Islam Tentang Poligami..., 30

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

(nikahilah) seorang saja, atau hamba sahaya perempuan
yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar
kamu tidak berbuat zalim.” (Q.S.. an-Nisa>’, 4:3)9
Para mufasir sepakat bahwa sabab nuz{ul ayat ini berkenaan dengan
perbuatan para wali yang tidak adil terhadap anak yatim yang berada dalam
perlindungan mereka. Rasyid Ridha menjelaskan, ada beberapa peristiwa
yang menjadi asba{b nuzu{l ayat ini diantaranya, sebagaimana diriwayatkan
oleh Bukhari, Muslim, Nasa’i, dan Baihaqi dari Urwah ibn Zubair : “Dia